• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kelainan Kuku pada Pasien Hemodialisis Reguler di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kelainan Kuku pada Pasien Hemodialisis Reguler di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran Lembar Observasi

Kode Responden : [ ] [ ]

Nama Responden : __________________________________ Umur Responden : __________________________________ Jenis Kelamin : L/P

Pendidikan Terakhir : __________________________________ Pekerjaan : __________________________________ Lama Hemodialisis : __________________________________ Gambar Kuku :

(2)

INFORMED CONSENT

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Selamat Pagi/ Siang/Sore

Perkenalkan nama saya Veris Marve mahasiswa S1 angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya bermaksud melakukan penelitian tentang “Gambaran Kelainan Kuku pada Pasien Hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan” Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk penyelesaian studi akhir di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya berharap Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini di mana akan dilakukan wawancara dalam penelitian ini. Semua informasi yang Saudara/i berikan terjamin kerahasiaannya termasuk nama Saudara/i jika tidak ingin dicantumkan akan disamarkan.

Setelah Bapak/Ibu membaca maksud dan kegiatan penelitian diatas, maka saya mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan di bawah ini.

Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta di dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, September 2015

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Am Fam Physician. 2004. Nail Abnormalities Clues to Systemic Disease. Available from 19 Mei 2014]

Agarwaal, Rajeev MD. 2014. Assessment and Management of Hypertension in Patients on Dialysis. Available from:

early/2014/04/02/ASN.2013060601.full

Agarwaal, Rajeev MD. 2003. Prevalence, treatment, and control of hypertension in chronic hemodialysis patients in the United States. Available

from:

[Accessed 23 September 2015]

2015]

Agrawal SK, Pandhi D. Idiopathic half-half nail. Indian J Dermatol. 2005;50:170. Arora, Pradeep MD. 2014. Chronic Kidney Disease. Available

from: 15 Mei 2014]

Baran B. 1992. Nail Disorders. Medicine International; 102; 4309.

Beheshti, Akram MD. 2013. Dermatological Manifestations Among Patients on

Maintenance Hemodialysis. Available

from: 2014]

Dyachenko P. 2007. Nail Disorders in patients with chronic renal failure and undergoing haemodialysis treatment: a case control study. J Eur Acad

Dermatol Venereol. 2007;23:340-4

(4)

Martinez MA. 2010. Nail disorders in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis. Avalaible from :

Mill, Durford. 2014. CKD Stages. Avalaible from:

[Accessed 14 April 2014]

Neumeister, Michael MD. 2012. Nail Pathology. Available from : Mei 2014]

Phillips, Benjamin Z MD. 2013. Nail Anatomy. Available from : Mei 2014]

Purwanto, Bambang. 2010. Gagal Ginjal Akut dan Kronis.Divisi Ginjal & Hipertensi SMF Lab.Ilmu Penyakit Dalam FK.UNS RSUD Dr.Moewardi Surakarta

Robinson-Boston L, DiGiovanna JJ. 2000. Cutaneous Manifestations of end-stage renal desease. J Am Acad Dermatol. 2000;43:975-86

Saray Y. 2004. Nail disorders in hemodialysis patients and renal transplant recipients: a case-control study. J Am Acad Dermatol. 2004;50:197-202

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 5th ed. Jakarta : Interna Publishing. pp: 1035-1040

(5)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambaran kelainan kuku pada pasien hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3.2.1. Gambaran Kelainan Kuku

a. Definisi

Gambaran kelainan kuku adalah gambaran kelainan yang terlihat tidak normal pada permukaan kuku pasien.

b. Cara Ukur

Cara ukur yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan langsung pada pasien.

c. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah Lembar Observasi dan kamera. d. Hasil Ukur

Adanya gambaran half and half nail dan absen lunula pada permukaan kuku pasien.

e. Skala Pengukuran

Skala yang dipakai adalah skala nominal. Pasien Hemodialisis

Half and half nail

(6)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dimana akan dilakukan pengamatan sewaktu (cross-sectional).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan, dimulai pada bulan Agustus 2014 sampai bulan Oktober 2014. Alasan bertempat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik karena merupakan Rumah Sakit pendidikan sehingga akses data lebih mudah.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Target

Populasi target adalah pasien hemodialisis.

4.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah pasien hemodialisis yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Agustus sampai Oktober 2014.

4.3.3 Sampel

Responden adalah pasien yang memenuhi syarat: A. Kriteria Inklusi

1. Pasien hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Agustus sampai Oktober 2014.

(7)

4.3.4 Cara Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel akan dilakukan dengan cara total sampling berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti.

4.3.5 Besar Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien hemodialisis yang memiliki kelainan kuku di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari bulan Agustus sampai bulan Oktober 2014.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap pasien. Data yang akan didapat merupakan data dari pengamatan langsung pasien.Alat yang digunakan dalam pengumpulan data merupakan lembar observasi dan kamera.

4.5 Metode Analisis Data

(8)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lahan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan.

Instalasi HD dipilih karena merupakan instalasi HD dengan rujukan kelas A, yang memiliki pasien HD sebanyak 120 pasien. Dan dari 120 pasien HD didapat 21 pasien yang memiliki kelainan kuku.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Pasien HD yang memiliki kelainan kuku

Tabel 5.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %Frekuensi

Laki-laki 6 28,6

Perempuan 15 71,4

Total 21 100

(9)

Tabel 5.2 Distribusi Pasien Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan N %Frekuensi

Petani 4 19

Wiraswasta 3 14,3

PNS 1 4,8

Ibu Rumah Tangga 11 52,4

Tidak Bekerja 2 9,5

Total 21 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa pekerjaan terbanyak pada pasien HD yang memiliki kelainan kuku adalah ibu rumah tangga sebanyak 11 pasien (52,4%) dan jumlah paling sedikit adalah PNS yaitu sebanyak 1 pasien (4,8%).

Tabel 5.3 Distribusi Pasien Berdasarkan Suku

Suku N %Frekuensi

Batak 15 71,4

Melayu 2 9,5

Jawa 4 19,0

Total 21 100

(10)

Tabel 5.4 Distribusi Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta

Penyakit Lainnya N %Frekuensi

Diabetes 4 19,0

Hipertensi 13 61,9

Normal 4 19,0

Total 21 100

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa penyakit penyerta terbanyak pada pasien HD yang memiliki kelainan kuku adalah penyakit hipertensi sebanyak 13 pasien (61,9%).

Tabel 5.5 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelainan Kuku

Kelainan Kuku N %Frekuensi

Half and half nail 8 38,1

Absent lunula 13 61,9

Total 21 100

(11)

Tabel 5.6 Gambaran Jenis Kelainan Kuku Menurut Suku

Suku Kelainan Kuku (%) Total (%)

Half and half nail Absent lunula

Batak 6 (28,6%) 9 (42,9%) 15 (71,4%)

Melayu 0 (0%) 2 (9,5%) 2 (9,5%)

Jawa 2 (9,5%) 2 (9,5%) 4 (19,0%)

Total 8 (38,1%) 13 (61,9%) 21 (100%)

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa kelainan kuku half and half nail terbanyak pada suku Batak sebanyak 6 pasien (28,6%) dan kelainan kuku absent lunula terbanyak juga pada suku Batak sebanyak 9 pasien (42,9%).

Tabel 5.7 Gambaran Jenis Kelainan Kuku Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Kelainan Kuku (%) Total (%) Half and half nail Absent lunula

Laki-laki 1 (4,8%) 5 (23,8%) 6 (28,6%) Perempuan 7 (33,3%) 8 (38,1%) 15 (71,4%) Total 8 (38,1%) 13 (61,9%) 21 (100%)

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa kelainan kuku half and half nail terbanyak yaitu pada jenis kelamin perempuan sebanyak 7 pasien (33,3%) dan kelainan kuku absent lunula terbanyak juga pada jenis kelamin perempuan sebanyak 8 pasien

(12)

Tabel 5.8 Gambaran Jenis Kelainan Kuku Menurut Riwayat Hemodialisis

Lama Hemodialisis Kelainan Kuku (%) Total (%) Half and half nail Absent lunula

3 bulan-1 Tahun 4 (19,0%) 7 (33,3%) 11 (52,4%) >1 Tahun 4 (19,0%) 6 (28,6%) 10 (47,6%) Total 8 (38,1%) 13 (61,9%) 21 (100%)

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa kelainan kuku absent lunula lebih banyak pada pasien HD yang melakukan hemodialisis selama 3 bulan hingga 1 tahun yaitu sebanyak 7 pasien (33,3%). Sedangkan kelainan kuku half and half nail berjumlah sama pada kedua lamanya hemodialisis yaitu sebanyak 4 pasien (19,0%).

Tabel 5.9 Gambaran Jenis Kelainan Kuku Menurut Riwayat Diabetes

Diabetes Kelainan Kuku (%) Total (%)

Half and half nail Absent lunula

Diabetes 0 (0%) 4 (19,0%) 4 (19,0%)

Tidak Diabetes 8 (38,1%) 9 (42,9%) 17 (81,0%) Total 8 (38,1%) 13 (61,9%) 21 (100%)

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa kelainan kuku half and half nail terbanyak pada pasien yang tidak memiliki penyakit diabetes yaitu sebanyak 8 pasien (38,1%), sedangkan yang memiliki penyakit diabetes tidak ada (0%). Kelainan kuku absent lunula terbanyak pada pasien yang tidak memiliki penyakit diabetes yaitu

(13)

5.2 Pembahasan

Pada total populasi pasien HD yang sebanyak 120 pasien, didapatkan pasien HD yang memiliki kelainan kuku sebanyak 21 pasien. Dari 21 pasien HD yang memiliki kelainan kuku didapatkan kelainan kuku absent lunula sebanyak 13 pasien dan kelainan half and half nail sebanyak 8 pasien.

Pada penelitian ini didapati kelainan kuku paling banyak adalah absent lunula (61,9%). Hal ini sesuai dengan penelitian Martinez dkk. yang menyatakan kelainan kuku paling banyak adalah absent lunula (62,9%) sedangkan half and half nail adalah kelainan kuku terbanyak kedua (14,4%).

Pada penelitian ini jumlah pasien HD yang memiliki kelainan kuku mayoritas berjenis kelamin perempuan (71,4%). Gambaran kelainan kuku half and half nail menurut jenis kelamin terbanyak terdapat pada perempuan sebanyak 7 pasien (33,3%). Sedangkan kelainan kuku absent lunula terbanyak juga pada perempuan sebanyak 8 pasien (38,1%). Dari penelitian Okada dkk., tidak ada perbedaan prevalensi penyakit ginjal kronis menurut jenis kelamin. Pada penelitian ini kemungkinan hanya kebetulan bahwa di RSUP H. Adam Malik paling banyak terdapat pasien berjenis kelamin perempuan sedangkan di rumah sakit lain banyak yang berjenis kelamin laki-laki.

Pada penelitian ini didapat juga pasien HD terbanyak bekerja sebagai ibu rumah tangga (52,4%). Hal tersebut mungkin disebabkan dalam penelitian ini jenis kelamin terbanyak pada pasien HD adalah perempuan.

Pada penelitian ini didapati suku didominasi pada suku Batak (71,4%). Gambaran kelainan kuku terbanyak pada half and half nail sebanyak 6 pasien (28,6%) dan pada absent lunula sebanyak 9 pasien (69,2%). Hal ini kemungkinan disebabkan lokasi penelitian yang berada di provinsi Sumatera Utara yang mayoritas penduduknya bersuku Batak.

(14)

ditemukan pada pasien HD yang memiliki kelainan kuku (61,9%) dibanding penyakit diabetes (38,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian Agarwaal dkk. di mana prevalensi pasien HD yang menderita hipertensi sebanyak 86%. Dan disebutkan juga, faktor resiko terbesar pada penyakit ginjal kronis adalah hipertensi. Maka, pasien HD lebih banyak menderita hipertensi.

Gambaran kelainan kuku menurut lamanya hemodialisis baik 3 bulan hingga 1 tahun maupun >1 tahun yang terbanyak adalah pada absent lunula (61,9%) yang menunjukkan pasien dalam kondisi membaik. Hal ini berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit ginjal kronis pada pasien seperti yang telah disebutkan. Semakin lama dan semakin cepat pasien di hemodialisis, maka kondisi pasien akan semakin membaik sehingga yang muncul kelainan terbanyak adalah absent lunula. Seperti telah kita ketahui, kelainan half and half nail merupakan suatu

kondisi kerusakan kuku yang lebih parah daripada absent lunula. Oleh karena itu, kejadian kelainan half and half nail lebih sedikit dibandingkan dengan absent lunula (38,1%)

Gambaran kelainan kuku pada pasien HD dengan riwayat diabetes terbanyak pada kelainan kuku absent lunula sebanyak 4 pasien (30,8%), sedangkan kelainan kuku half and half nail tidak terdapat riwayat diabetes. Disebutkan kejadian malnutrisi

(15)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Jumlah pasien hemodialisis yang memiliki kelainan kuku sebanyak 21 pasien dari total populasi 120 pasien.

2. Gambaran kelainan kuku pada pasien sesuai lamanya hemodialisis adalah pada 3 bulan hingga 1 tahun, half and half nail sebanyak 4 pasien (19,0%) dan absent lunula sebanyak 7 pasien (33,3%). Sedangkan yang lebih dari 1 tahun, half and half nail sebanyak 4 pasien (19,0%) dan absent lunula sebanyak 6 pasien (28,6%).

3. Gambaran kelainan kuku pada pasien HD menurut adanya riwayat menderita DM atau tidak, pada half and half nail tidak terdapat pasien yang menderita DM sedangkan absent lunula terdapat 4 pasien (19,0%). 4. Gambaran kelainan kuku pada pasien HD menurut ras pasien terbanyak

pada ras Batak dengan kelainan kuku half and half nail sebanyak 6 pasien (28,6%) dan absent lunula sebanyak 9 pasien (42,9%).

5. Gambaran kelainan kuku pada pasien HD menurut jenis kelamin pasien terbanyak pada perempuan dengan kelainan kuku half and half nail sebanyak 7 pasien (33,3%) dan absent lunula sebanyak 8 pasien (38,1%). 6.2 SARAN

Pada seluruh proses penelitian dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:

(16)
(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Ginjal Kronis

A. Definisi

Penyakit ginjal adalah ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan internal tubuh karena penurunan fungsi ginjal bertahap diikuti penumpukan sisa metabolisme protein dan ketidakseimbangan cairan elektrolit (Sudoyo, 2009). Penyakit Ginjal Kronik (CKD) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan ireversibel (NKF, 2002).

Penyakit ginjal kronis merupakan kepenyakitan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit.

B. Klasifikasi

(18)

Tabel 2.1. Klasifikasi Penyakit Ginjal (Sumber : renal.org)

Stadium GFR Deskripsi

1 90+ Fungsi ginjal normal tapi temuan dari urine atau kelainan struktural atau genetik

mengarah ke ciri-ciri penyakit ginjal 2 60-89 Sedikit berkurangnya fungsi ginjal dan

temuan-temuan lain mengarah ke ciri-ciri penyakit ginjal (mild)

3A 3B

45-99 40-44

sedang (moderate)

4 15-29 Parah (severe)

5 <15 atau dalam dialysis

Sangat parah atau biasa disebut endstage renal failure

Pada penyakit ginjal kronis tahap 1 dan 2 tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan ginjal termasuk komposisi darah yang abnormal atau urin yang abnormal.

C. Patofisiologi

(19)

cukup berhasil dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang sangat rendah. Bila sekitar 75% masa nefron sudah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban setiap nefron demikian tinggi sehingga keseimbangan tubulus glomerulus tidak dapat lagi dipertahankan (Arora, 2014).

D. Manifestasi Klinis

Gambaran klinik penyakit ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri, kelainan kardiovaskular, dan kelainan kuku (Arora, 2014).

a. Kelainan hemopoeisis

Anemia normokrom normositer dan normositer (MCV 78-94 CU), sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronik. Anemia yang terjadi sangat bervariasi bila ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.

b. Kelainan saluran cerna

Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien penyakit ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dan muntah masih belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora usus sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsangan mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran cerna ini akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika.

c. Kelainan mata

(20)

Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien penyakit ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam kalsium pada conjunctiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien penyakit ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.

d. Kelainan kulit

Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan diduga berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal ini akan segera hilang setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan bersisik, tidak jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea frost.

e. Kelainan selaput serosa

Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai pada penyakit ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan selaput serosa merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis.

f. Kelainan neuropsikiatri

Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan depresi sering dijumpai pada pasien penyakit ginjal kronik. Kelainan mental berat seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering dijumpai pada pasien PGK. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar kepribadiannya (personalitas).

g. Kelainan kardiovaskular

(21)

stadium terminal dan dapat menyebabkan kepenyakitan faal jantung.bila ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.

h. Kelainan kuku

Pada penyakit ginjal kronik, sebagian pasien yang melakukan hemodialisis memiliki salah satu kelainan pada kuku mereka. Kelainan kuku tersebut meliputi half and half nail dan absen lunula (Martinez, 2010).

2.2. Hemodialisis

a. Definisi

Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata haemo yang berarti darah dan dilisis sendiri merupakan proses pemurnian suatu sistem koloid dari partikel-partikel bermuatan yang menempel pada permukaan Pada proses digunakan selaput Semipermeabel. Proses pemisahan ini didasarkan pada perbedaan laju transport partikel. Prinsip dialisis digunakan dalam alat cuci darah bagi penderita penyakit ginjal, di mana fungsi ginjal digantikan oleh dialisator. Hemodialisis merupakan salah satu dari Terapi Pengganti Ginjal, yang digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal (nkfs.org, 2015).

b. Fungsi

Hemodialisis berfungsi membuang produk-produk sisa metabolisme seperti potassium dan urea dari darah dengan menggunakan mesin dialiser. Mesin ini mampu berfungsi sebagai ginjal menggantikan ginjal penderita yang sudah rusak kerena penyakitnya, dengan menggunakan mesin itu selama 24 jam perminggu, penderita dapat memperpanjang hidupnya sampai batas waktu yang tidak tertentu.

c. Prinsip Kerja Hemodialisis

(22)

racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis (dialisat). Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Proses hemodialisis melibatkan difusi solute (zat terlarut) melalui suatu membrane semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa metabolisme) dari kompartemen darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat terlarut dapat melewati membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali ke dalam tubuh.

Gambar 2.1. Cara Kerja Mesin Hemodialisis (Sumber : unhas.ac.id)

(23)

tubuh penderita menuju dializer dan selanjutnya kembali lagi ketubuh penderita. Kecepatan dapat di atur biasanya diantara 300-400 ml/menit.

Lokasi pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor larutan dialisat. Larutan dialisat harus dipanaskan antara 34-39 C sebelum dialirkan kepada dializer. Suhu larutan dialisat yang terlalu rendah ataupun melebihi suhu tubuh dapat menimbulkan komplikasi.

Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin efektifitas proses dialisis dan keselamatan.

2.3. Kuku

A. Anatomi Kuku

Kuku terbentuk dari sel-sel terkeratinasi dan memiliki beberapa segmen anatomis kunci. Yang pertama adalah akar kuku atau matriks, yang bermula pada bagian dasar dari kuku. Bagian paling proksimal ditutupi oleh jaringan epidermal (lipatan kuku) dan tidak terlihat oleh mata. Jaringan pada bagian ujung lipatan kuku adalah kutikula, yang melekat pada lempeng kuku, bergerak bersamanya dalam jarak yang pendek saat lempeng bertumbuh, dan kemudian lepas. Area yang terang, berbentuk sabit yang terproyeksi dari bawah lipatan kuku ibu jari adalah bagian dari matriks yang dapat terlihat. Area ini disebut lunula (bulan kecil) dan umumnya tidak terihat pada kuku jari tangan yang lain atau pada jari kaki (Philips, 2013).

(24)

Kuku ibu jari tumbuh dalam laju yang lebih lambat daripada jari kuku lain. Sebagai tambahan, kuku-kuku jari dari individu yang sama tumbuh pada laju yang berbeda. Beberapa faktor dapat mempengaruhi laju pertumbuhan kuku dan meliputi genetik, usia (laju pertumbuhan melambat selama dekade ketiga kehidupan), dan cuaca (laju pertumbuhan meningkat selama masa-masa yang lebih hangat dalam tahun).

Gambar 2.2. Anatomi Kuku

(Sumber : Medscape.com)

B. Patologi Kuku

a. Half and half nail

(25)

Gambar 2.3. half and half nail

(sumber : dermis.net)

b. Absen lunula

Absen lunula adalah tidak adanya setengah bagian berbentuk bulan keputihan yang sering terlihat di dasar kuku (Neumeister, 2013).

Gambar 2.4. absen lunula (sumber : medscape.com)

C. Patofisiologi

Ada beberapa kemungkinan patofisiologi dari kelainan kuku pada pasien hemodialisis. Beberapa kemungkinannya adalah:

(26)

kronis, yang akan menyebabkan meningkatnya sekresi β-melanocyte stimulating hormone. Akibatnya, produksi melanin meningkat yang

menyebabkan bagian distal dari kuku menjadi kecoklatan (British Medical Journal, 1976).

(27)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik mempengaruhi hampir di seluruh sistem tubuh, seperti menyebabkan gangguan saraf, pencernaan, jantung, paru, hematologi, endokrin-metabolik dan dermatologis (Martinez, 2010). Belakangan ini, gangguan tersebut tidak hanya disebabkan oleh kondisi ginjal itu sendiri, tetapi juga karena komplikasi akibat pengobatan, yang dapat menyebabkan xerosis, pruritus, hiperpigmentasi, calcinosis, dermatosis bulosa (pseudoporphyria), perforating dermatosis dan kelainan kuku.

Kelainan kuku dilaporkan terjadi pada sekitar 71,4% dari pasien uremik. Gangguan yang paling umum adalah: half and half nail, absen lunula, dan splinter hemmorhages(Martinez, 2010).

Dalam penelitian yang dilakukan di Brazil (2010), secara keseluruhan 86% dari pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis (HD) ditemukan memiliki setidaknya satu kelainan kuku. Absen lunula adalah kelainan kuku yang paling sering ditemukan pada pasien hemodialisis (62.9%) dan diikuti dengan half and half nail (14.4%).

(28)

berjenis kelamin pria, hipertensi, dan HD berjangka lama dikaitkan dengan manifestasi dermatologis.

Half and half nail digambarkan pada bagian proksimal kuku berwarna putih

dikarenakan oleh edema dari kuku dan jaringan kapiler, sedangkan bagian distal berwarna merah muda atau coklat kemerahan. Lunula adalah bagian yang terlihat yang berwarna keputihan berbentuk bulan sabit di area akar alas kuku tangan maupun kuku kaki. Absen lunula adalah suatu keadaan patofisiologis yang menyebabkan hilangnya lunula pada kuku tangan maupun kuku kaki (Neumester, 2010).

Kelainan kuku ini disebabkan oleh peningkatan produksi melanin pada pasien yang menderita penyakit ginjal kronis dan hemodialisis. Jadi, gambaran kelainan kuku ini menandakan bahwa pasien diduga memiliki penyakit ginjal kronis serta melakukan hemodialisis yang telah berlangsung lama. Kelainan kuku ini juga memperlihatkan bahwa kualitas hidup pasien sudah menurun (aafp.org, 2004). Perhatian lembaga kesehatan terhadap kelainan kuku di Indonesia masih belum ada apalagi di RSUP H. Adam Malik. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang kelainan kuku ini.

1.2.Rumusan Masalah

“Bagaimana gambaran kelainan kuku pada pasien hemodialisis?” 1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

(29)

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jumlah pasien hemodialisis yang memiliki kelainan kuku.

2. Untuk mengetahui gambaran kelainan kuku pada pasien sesuai lamanya hemodialisis.

3. Untuk mengetahui gambaran kelainan kuku pada pasien HD menurut adanya riwayat menderita DM atau tidak.

4. Untuk mengetahui gambaran kelainan kuku pada pasien HD menurut ras pasien.

5. Untuk mengetahui gambaran kelainan kuku pada pasien HD menurut jenis kelamin pasien.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Peneliti

Peneliti dapat melakukan penelitian dan menambah wawasan tentang gambaran kelainan kuku yang dialami pasien hemodialisis.

2. Ilmu Pengetahuan

(30)

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronik mempengaruhi hampir di seluruh sistem tubuh, seperti menyebabkan gangguan saraf, pencernaan, jantung, paru, hematologi, endokrin-metabolik dan dermatologis. Belakangan ini, gangguan tersebut tidak hanya disebabkan oleh kondisi ginjal, tetapi juga karena komplikasi akibat pengobatan itu sendiri, yang dapat menyebabkan xerosis, pruritus, hiperpigmentasi, calcinosis, dermatosis bulosa (pseudoporphyria), perforating dermatosis, dan kelainan kuku. Kelainan kuku paling sering ditemukan adalah half and half nail dan absen lunula.Penelitian sebelumnya menyatakan adanya gambaran kelainan kuku pada pasien hemodialisis.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran kelainan kuku pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik.

Metode penelitian ini adalah deskriptifcross sectional dengan teknik total sampling sehingga didapatkan total 21 pasien hemodialisis.

Hasil yang diperoleh dari 21 pasien hemodialisisbahwa jenis kelainan kuku terbanyak padapasien HD adalah absent lunula sebanyak 13 pasien (61,9%), sedangkan half and half nail sebanyak 8 pasien (38,1%).

Kesimpulan yang diperoleh adalah adanya gambaran kelainan kuku pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.

(31)

Abstract

Chronic kidney disease affects almost all systems of the body, such as causing neurological disorders, gastrointestinal, cardiac, pulmonary, hematologic, endocrine-metabolic and dermatological. In recent years, the disorder is not only caused by kidney conditions, but also because of complications from the treatment itself, which can cause xerosis, pruritus, hyperpigmentation, calcinosis, bullous dermatosis (pseudoporphyria), perforating dermatosis, and nail abnormalities. The most common nail disorder is half and half nail and absent lunula. Previous research suggested a picture of nail abnormalities in hemodialysis patients.

The purpose of this study is to describe the nail abnormalities in hemodialysis patients in the Hospital Center Adam Malik.

Methods of this study was a descriptive cross sectional with total sampling technique to obtain 21 hemodialysis patients.

The results obtained from 24 hemodialysis patients of the study that most types of nail abnormalities in patients with HD is absent lunula as many as 13 patients (61.9%), while half and half nail as much as 8 patients (38.1%).

The conclusion there are nail abnormalities in hemodialysis patients at the General Hospital Haji Adam Malik.

(32)

Gambaran Kelainan Kuku pada Pasien Hemodialisis Reguler di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Oleh: Veris Marve

110100325

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(33)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Kelainan Kuku pada Pasien Hemodialisis Reguler di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Nama : Veris Marve NIM : 110100325

Pembimbing Penguji I

(dr. Syafrizal Nst,M.Ked(PD), Sp.PD-KGH) (dr. Sufitni, M.Kes) NIP : 19730721 200912 1 001 NIP : 197204042001122001

Penguji II

(dr Devira Zahara, Sp.THT-KL) NIP : 197812072008012013

Medan, Januari 2016 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(34)

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronik mempengaruhi hampir di seluruh sistem tubuh, seperti menyebabkan gangguan saraf, pencernaan, jantung, paru, hematologi, endokrin-metabolik dan dermatologis. Belakangan ini, gangguan tersebut tidak hanya disebabkan oleh kondisi ginjal, tetapi juga karena komplikasi akibat pengobatan itu sendiri, yang dapat menyebabkan xerosis, pruritus, hiperpigmentasi, calcinosis, dermatosis bulosa (pseudoporphyria), perforating dermatosis, dan kelainan kuku. Kelainan kuku paling sering ditemukan adalah half and half nail dan absen lunula.Penelitian sebelumnya menyatakan adanya gambaran kelainan kuku pada pasien hemodialisis.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran kelainan kuku pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik.

Metode penelitian ini adalah deskriptifcross sectional dengan teknik total sampling sehingga didapatkan total 21 pasien hemodialisis.

Hasil yang diperoleh dari 21 pasien hemodialisisbahwa jenis kelainan kuku terbanyak padapasien HD adalah absent lunula sebanyak 13 pasien (61,9%), sedangkan half and half nail sebanyak 8 pasien (38,1%).

Kesimpulan yang diperoleh adalah adanya gambaran kelainan kuku pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan.

(35)

Abstract

Chronic kidney disease affects almost all systems of the body, such as causing neurological disorders, gastrointestinal, cardiac, pulmonary, hematologic, endocrine-metabolic and dermatological. In recent years, the disorder is not only caused by kidney conditions, but also because of complications from the treatment itself, which can cause xerosis, pruritus, hyperpigmentation, calcinosis, bullous dermatosis (pseudoporphyria), perforating dermatosis, and nail abnormalities. The most common nail disorder is half and half nail and absent lunula. Previous research suggested a picture of nail abnormalities in hemodialysis patients.

The purpose of this study is to describe the nail abnormalities in hemodialysis patients in the Hospital Center Adam Malik.

Methods of this study was a descriptive cross sectional with total sampling technique to obtain 21 hemodialysis patients.

The results obtained from 24 hemodialysis patients of the study that most types of nail abnormalities in patients with HD is absent lunula as many as 13 patients (61.9%), while half and half nail as much as 8 patients (38.1%).

The conclusion there are nail abnormalities in hemodialysis patients at the General Hospital Haji Adam Malik.

(36)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) tentang “Gambaran Kelainan Kuku pada Pasien Hemodialisis Reguler di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.”

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada:

1. Dr. Syafrizal Nasution, M.Ked(PD), Sp.PD-KGH yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing penulis serta memberikan banyak nasihat serta masukan kepada penulis.

2. Dr. Sufitni, M.Kes yang telah bersedia menjadi dosen penguji I serta memberikan saran dan kritik kepada penulis.

3. Dr. Devira Zahara, Sp.THT-KL yang telah bersedia menjadi dosen penguji II serta memberikan saran dan kritik kepada penulis.

4. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD, KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Indonesia yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

5. Pasien serta keluarga pasien yang bersedia menjadi responden dalam proses penelitian.

6. Keluarga peneliti, khususnya ayah tercinta Drs. Maryulis dan ibu tercinta Vera yang telah mendoakan dan selalu memberikan dukungan serta nasihat kepada penulis.

(37)

Akhirnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran atas karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2016

(38)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar dan Tabel ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Penyakit Ginjal Kronis ... 4

A. Definisi ... 4

B. Klasifikasi ... 4

C. Patofisiologi ... 5

D. Manifestasi Klinis ... 5

2.2. Hemodialisis ... 8

A. Definisi ... 8

B. Fungsi ... 8

C. Prinsip Kerja ... 8

2.3. Kuku ... 10

A. Anatomi Kuku ... 10

B. Patologi Kuku ... 11

(39)

BAB 3 PRINSIP KERJA DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 14

3.1. Kerangka Konsep ... 14

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 14

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 15

4.1.Rancangan Penelitian ... 15

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 16

4.5. Metode Analisis Data ... 16

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 17

5.1. Hasil Penelitian ... 17

5.2. Pembahasan ... 22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

6.1. Kesimpulan ... 24

6.2. Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(40)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Cara Kerja Mesin Hemodialisis ... 9

Gambar 2.2. Anatomi Kuku ... 11

Gambar 2.3. half and half nail ... 12

Gambar 2.4. absen lunula ... 12

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronis ... 5

Tabel 5.1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ... 17

Tabel 5.2. Distribusi Pasien Berdasarkan Pekerjaan ... 18

Tabel 5.3. Distribusi Pasien Berdasarkan Suku ... 18

Tabel 5.4. Distribusi Pasien Berdasarkan Penyakit Penyerta ... 19

Tabel 5.5. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelainan Kuku ... 19

Tabel 5.6. Gambaran Jenis Kelainan Kuku menurut Suku ... 20

Tabel 5.7. Gambaran Jenis Kelainan Kuku menurut Jenis Kelamin ... 20

Tabel 5.8. Gambaran Jenis Kelainan Kuku menurut Riwayat Hemodialisis ... 21

Gambar

Tabel 5.2 Distribusi Pasien Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.5 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelainan Kuku
Tabel 5.6 Gambaran Jenis Kelainan Kuku Menurut Suku
Tabel 5.9 Gambaran Jenis Kelainan Kuku Menurut Riwayat Diabetes
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menyampaikan informasi, Sekolah TARUNA TERPADU BOGOR masih menggunakan cara yang manual, hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penulisan ilmiah mengenai Pembuatan

UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN POKJA PENGADAAN JASA KONSULTANSI DAN JASA LAINNYA.. Klaten, 18

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS BINA MARGA.. BALAI PELAKSANA TEKNIS BINA MARGA

Gedung Komplek Sekretariat Daerah Kabupaten Klaten Jalan Pemuda Nomor

Terbilang : Tujuh Puluh Lima Juta Sembilan Ratus Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah.. Kedua : Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku

Sekretariat : Gedung B Lantai II Sekretariat Daerah Kabupaten Klaten Jl.. NASMOCO

[r]

[r]