Modul ke:
Fakultas
Program Studi
Nama Mata Kuliah
Logika materila
Masyhar, MA
Fakultas Psikologi Program Studi www.mercubuana.ac.idPenalaran
Merupakan suatu proses berpikir
yang membuahkan
pengetahuan.”Agar pengetahuan
yg dihasilkan penalaran itu
mempunyai dasar kebenaran
maka proses berpikir itu harus
dilakukan suatu cara tertentu.
Suatu penarikan kesimpulan baru
dianggap sahih (valid) kalau
proses penarikan kesimpulannya
dilakukan menurut cara tertentu.
Logika
Secara luas logika diartikan sebagai
“ pengkajian untuk berpikir secara
sahih”
Logika induktif erat hubungannya
dengan penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual nyata
menjadi kesimpulan yg bersifat
umum
Logika deduktif membantu kita
menarik kesimpulan dari hal yang
bersifat umum menjadi kasus yang
bersifat individual (khsusus
)
Kesimpulan yg bersifat umum punya 2
keuntungan
y
Bersifat ekonomis. Kehidupan
yg sangat beragam dg berbagai
corak dan segi dapat
direduksikan menjadi beberapa
pernyataan
y
Dimungkinkan proses
penalaran selanjutnya baik
secara induktif maupun
Generalisasi
Metode praktis membuat generalisasi yang sah
1.
mempertimbangkan hal-hal atau kejadian-kejadian
dari kelompok yang diuji dalam jumlah secukupnya
2.
hendaknya melihat adakah sample yang diselidiki
cukup representatif mewakili kelompok yang
diperiksa. Apabila tidak, agak sulitlah untuk
memperoleh hasil yang saksama
3.
Apabila ada kekecualian, apakah juga diperhitungkan
dan diperhatikan dalam membuat dan melancarkan
generalisasi?
Analogi Induktif
Analogi induktif adalah suatu cara menyimpulkan yang
menolong kita memanfaatkan pengalaman
Analogi berangkat dari suatu barang yang khusus, yang kita
ketahui, menuju barang yang serupa dalam hal-hal yang
pokok.
Pengetahuan secara analogis adalah suatu metode yang
menjelaskan barang-barang yang tidak biasa dengan
istilah-istilah yang dikenal
Analogi induktif adalah suatu cara berpikir yang didasarkan
pada persamaan yang nyata dan terbukti, yang terdapat
antara dua barang, dan melalui barang itu kita
menyimpulkan bahwa karena memiliki kesamaan dalam
banyak segi yang penting, maka kedua barang itu juga serupa
dalam beberapa karakteristik lainnya
Hubungan Kausal
Hubungan kausal mengikuti tiga pola sebagai berikut:
a. dari sebab ke akibat: hujan lebat sekali; kemudian
membuat pemikiran: karena lupa menutup pintu
empangnya, maka empangnya pasti meluap dan ikan
piaraannya pasti kabur
b. dari akibat ke sebab: Seorang pasien pergi kepada
seorang dokter karena secara mendadak suhu badannya
meningkat
c. dari akibat ke akibat: Sungainya meluap; kemudian
kita berpikir: maka empang kita juga pasti meluap.
Keduanya berasal dari suatu sebab yang tidak
Probabilitas
Dalam problabilitas terdapat dua teori besar
1.
Probabilitas Apriori, yaitu probabilitas yang disusun
berdasarkan perhitungan akal, bukan atas dasar
pengalaman
2.
Probabilitas Relatif Frekuensi, yaitu probabilitas yang
disusun berdasarkan
statistik atas fakta-fakta empiris
Berdasarkan kenyataan bahwa teori generalisasi dan
kausalitas bersifat probabilistik, maka ilmu-ilmu tidak
pernah memberi keterangan yang pasti tentang
peristiwa-peristiwa. Teori dan keterangan yang diberikannya
Prinsip-Prinsip Dasar pemikiran
a.
Prinsip identitas: bila sesuatu diakui, maka juga
harus diakui semua kesimpulan yang dibuat dari
pengakuan tadi. Apabila orang sudah mengakui
tentang suatu hal, dan kemudian memungkiri suatu
kesimpulan yang dibuat dari pengakuan tadi, maka ia
berarti menelan kembali pengakuannya
b.
Prinsip pembatalan (principle of contradiction,
principium contradictionis).
c.
Prinsip-penyisihan-kemungkinan-ketiga (principle af
excluded middle, principium exclusi tertii).
d.
Prinsip-alasan-yang-mencukupi (principle of
Kekeliruan berpikir
Kekeliruan berfikir (fallacy): kerancuan pikir yang diakibatkan oleh
ketidakdisiplinan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep,
secara sengaja maupun tidak sengaja.
kesesatan berpikir dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu
kesesatan formal dan kesesatan material.
y
Kesesatan formal adalah kesesatan yang dilakukan karena bentuk
(forma) penalaran yang tidak tepat atau tidak sahih. Kesesatan
ini terjadi karena pelanggaran terhadap prinsip-prinsip logika
mengenai term dan proposisi dalam suatu argumen
(hukum-hukum silogisme).
y
Kesesatan material adalah kesesatan yang terutama menyangkut
isi (materi) penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor
bahasa (kesesatan bahasa) yang menyebabkan kekeliruan dalam
menarik kesimpulan, dan juga dapat teriadi karena memang
tidak adanya hubungan logis atau relevansi antara premis dan
kesimpulannya (kesesatan relevansi)
Beberapa bentuk
kekeliruan dalam bahasa
1.
Ekuivokasi: pemakaian kata istilah yang sama dalam
arti yang berlainan
2.
Amphiboly: argument dimana pengajuan
premis-premisnya memiliki konstruksi gramatikal yang
ambigu
3.
Accent: Argumen yang mengandung sesat pikir
accent biasanya berupa pernyataan yang sifatnya
"menipu" pembaca/pendengar karena adanya
perubahan makna. Perubahan makna ini terjadi
karena perubahan tekanan pada bagian kalimat
kekeliruan dalam relevansi
1.
Argumentum ad Baculum merupakan bentuk
pembenaran argumentasi atas dasar kekuasaan
2.
Argumentum ad Hominem 1 merupakan argumentasi
yang diarahkan untuk menyerang orang tertentu
secara langsung
3.
Argumentum ad Hominem 2 menitikberatkan pada
hubungan yang ada di antara keyakinan seseorang
dengan lingkungan hidupnya
4.
Argumentum ad Ignorantiam bertolak dari anggapan
yang tidak mudah dibuktikan kesalahannya atau
bahkan tidak dapat dengan mudah dibuktikan
kebenarannya
5. Argumentum ad Misericordiam merupakan argumentasi
yang didasarkan pada belas kasihan dan bukan fakta atau
kondisi yang obyektif sehingga orang mau menerima atau
membenarkan kesimpulan yang diperoleh dari argumen
tersebut
6. Argumentum ad Populum adalah argumentasi yang
membangkitkan emosi massa tanpa mementingkan
pembuktian rasional, dan argumentasi itu diterima umum
kendati salah kaprah
7. Argumentum ad Verecundiam adalah argumentasi yang
dikemukakan para ahli/pakar yang diterima/ditelan secara
bulat tanpa ada keinginan untuk mengkritisi (taqliq buta).
METODE DEDUKSI KALIMAT LOGIKA
Modus Ponen (MP) : Tautologi : [p ∧ (p → q)] → q p p → q ∴ q p q p → q p ∧ (p → q) [p ∧ (p → q)] → q F F T F T T F F F T F T T T T T T T T TContoh Soal 4.1 :
Buktikan validitas argumen di bawah ini :
1. p → q Pr 2. q → r Pr 3. p Pr / ∴r 4. q 1,3 MP 5. r 2,4 MP 1. p → q Pr (Premis) 2. q → r Pr 3. p Pr / ∴r Rangkaian argumen : Pembuktiannya sbb : Jika pintu kereta api ditutup, maka lalu lintas terhenti.
Jika lalu lintas terhenti, maka terjadi kemacetan lalu lintas. Pintu kereta api ditutup.
Jadi terjadi kemacetan lalu lintas
p : Pintu kereta api ditutup. q : Lalu lintas terhenti.
R : Terjadi kemacetan lalu lintas Jawab :
Contoh Soal 4.2 :
Buktikan validitas berikut :
Jawab : 1. (p ∨ q) → (~s → r) Pr 2. ~ s Pr 3. q → t Pr 4. t → (p ∨ q) Pr 5. q Pr /∴r 6. t 3,5 MP 7. p ∨ q 4,6 MP 8. ~s → r 1,7 MP 9. r 2,8 MP
Jika korupsi merajalela atau persediaan minyak bumi habis, maka jika pendapatan negara tidak dapat diatasi, maka Negara akan mengalami resesi.
Ternyata pendapatan negara tidak dapat diatasi
Jika persediaan minyak bumi habis, maka Negara kehilangan devisa
Jika Negara kehilangan devisa, maka korupsi merajalela atau persediaan minyak bumi habis
Jadi Negara mengalami resesi
p : Korupsi merajalela
q : Persediaan bumi habis r : Negara mengalami resesi
s : Pendapatan Negara dapat diatasi t : Negara kehilangan devisa
Modus Tollen (MT) : Tautologi : [~ q ∧ (p → q)] → ~ p p → q ~ q ∴ ~ p p q ~ q p → q ~ q ∧ (p → q) ~ p [~q ∧ (p → q)] → ~p F F T T T T T T F T F F F T F T T T T T T T T F T F F T
Contoh Soal 4.3 :
Buktikan rangkaian argumen berikut :
Jawab : 1. p → q Pr 2. q → r Pr 3. ~ p → s Pr 4. ~ r Pr /∴s 1. p → q Pr 2. q → r Pr 3. ~ p → s Pr 4. ~ r Pr /∴s 5. ~ q 2,4 MT 6. ~ p 1,5 MT 7. s 3,6 MP
Simplifikasi (Simp) : p ∧ q ∴ p 1. ~ p → q Pr 2. r → p Pr 3. ~ r → s P. 4. s → t Pr /∴t Contoh Soal 4.4 :
Buktikan rangkaian argumen berikut :
Jawab : 1. ~ p → q Pr 2. r → p Pr 3. ~ r → s Pr 4. s → t Pr /∴t 5. ~ p 1, Simp 6. ~ r 2,5 MT 7. s 3,6 MP 8. t 4,7 MP
Contoh Soal 4.5 :
Buktikan rangkaian argumen berikut : 1. (p ∧ q) → r Pr 2. p ∧ s Pr 3. q ∧ t Pr /∴r Jawab : 1. (p ∧ q) → r Pr 2. p ∧ s Pr 3. q ∧ t Pr /∴r 4. p 2, Simp 5. q 3. Simp 6. p ∧ q 4,5 Conj 7. r 1,6 MP Conjuntion (Conj) : p q ∴ p ∧ q
Hypothetical Syllogism (HS) : Tautologi :[ (p → q) ∧ (q → r)] → (p → r) p → q q → r ∴ p → r 1. p → q Pr 2. ~ p → r Pr 3. r → s Pr / ∴ (~ q → s) 4. ~ q → ~ p 1, Kontrapositip 5. ~ q → r 2, 4 HS 6. (~ q → s 3, 5 HS Jawab :
p : Kamu mengirim pesan email
q : Saya menyelesaikan menulis program r : Saya cepat tidur
s : Saya bangun dengan perasaan segar
Jika kamu mengirim pesan email, maka saya akan menyelesaikan menulis program. Bila kamu tidak mengirim pesan email kepada saya, maka saya akan cepat tidur. Jika saya cepat tidur, maka saya akan bangun dengan perasaan segar
Bila saya tidak menyelesaikan menulis program, maka saya akan bangun dengan perasan segar Contoh Soal 4.6
Disjunction Syllogism (DS) Tautologi :[ (p ∨ q) ∧ ~ p] → q p ∨ q ~ p ∴ q Contoh Soal 4.7 :
Buktikan validitas argumen berikut :
Saya pergi ke Palembang atau berlibur ke Pemalang.
Saya tidak ke Palembang tapi mengikuti kursus di Pemalang. Jadi saya berlibur ke Pemalang
1. p ∨ q Pr
2. ~ p ∧ r Pr / ∴q 3. ~ p 2, Simp 4. q 1, 3 DS Jawab :
p : Saya pergi ke Palembang q : Saya berlibur ke Pemalang
Constructive Dilemma (CD) p → q r → s p ∨ q ∴ q ∨ s Contoh Soal 4.8:
Buktikan validitas argumen berikut :
Jika purnama telah hilang, maka malam menjadi gelap gulita Jika malam semakin larut, maka angin bertiup semakin dingin Purnama telah hilang atau malam semakin larut
Jadi, malam menjadi gelap gulita atau angin bertiup semakin dingin p : Purnama telah hilang
q : Malam menjadi gelap gulita r : Malam semakin larut
S : Angin bertiup semakin dingin
1. p → q Pr 2. r → s Pr
3. p ∨ q Pr / ∴ q ∨ s 4. q ∨ s 1,2,3 CD
Distructive Dilemma (DD)
p → q r → s ~ q ∨ ~s ∴ p ∨ s
Addition (Add)
p
∴ p ∨ q
Contoh Soal 4.10
Buktikan validitas argumen berikut :
Jika di Pangandaran nelayan tertawa berdendang ria atau wisatawan ramai berpesta pora, maka di Pangandaran ada pesta laut
Jika bulan Pebruari telah tiba, maka nelayan di Pangandaran tertawa berdendang ria Bulan Pebruari telah tiba
Jadi di Pangandaran ada pesta laut p : Di Pangandaran nelayan tertawa
berdendang ria
q : Wisatawan ramai berpesta pora r : Di Pangandaran ada pesta laut s : Bulan Pebruari telah tiba
1. (p ∨ q) → r Pr 2. s → p Pr 3. s Pr / ∴ r 4. p 2, 3 MP 5. p ∨ q 4, Add 6. r 1, 5 MP
Resolution (Res)
p ∨ q ~ p ∨ r ∴q ∨ r
Contoh Soal 4.11
Buktikan validitas argumen berikut :
Jasmin sedang bermain ski atau sekarang sedang tidak turun salju Sekarang sedang turun salju atau Bart sedang bermain hoki
Jasmin sedang bermain ski atau Bart sedang bermain hoki
p : Sekarang sedang turun salju q : Jasmine sedang bermain ski r : Bart sedang bermain hoki
1. ~ p ∨ q Pr
2. p ∨ r Pr / ∴q ∨ r 3. q ∨ r Res
1 p ∴p ∨ q Addition (Add) 6 p → q q → r ∴ p → r Hypothetical Syllogism (HS) 2 p ∧ q ∴p Simplification (Simp) 7 p ∨ q ~ p ∴ q Disjunctive Syllogism (DS) 3 p q ∴p ∧ q Conjunction (Conj) 8 p → q r → s p ∨ q ∴ q ∨ s Constructive Dilemma (CD) 4 p → q p ∴q Modus Ponen (MP) 9 p → q r → s ~ q ∨ ~s ∴ p ∨ s Destructive Dilemma (DD) 5 ~ q p → q ∴ ~ p Modus Tollen (MT) 10 p ∨ q ~ p ∨ r ∴q ∨ r Resolution (Res]
1 ~ (p ∨ q) ⇔ ~ p ∧ ~q ~ (p ∧ q) ⇔ ~ p ∨ ~q De Morgan (de M) 2 p ∧ q ⇔ q ∧ p p ∨ q ⇔ q ∨ p Commutation (Comm)) 3 p ∨ (q ∨ r) ⇔ (p ∨ q) ∨ r p ∧ (q ∧ r) ⇔ (p ∧ q) ∧ r Association (Ass) 4 p ∨ (q ∧ r) ⇔ (p ∨ q) ∧ (p ∨ r) p ∧ (q ∨ r) ⇔ (p ∧ q) ∨ (p ∧ r) Distribution (Distr) 5 ~ (~ p) = p Double Negation(DN) 6 p → q ⇔ ~ q → ~ p Transposition (Trans)
7 p → ⇔ ~p ∨ q Material Implication (Impl) 8 p ↔ q ⇔ (p → q ) ∧ (q → p)
p ↔ q ⇔ (p ∧ q ) ∨ (~ q ∧ ~p)
Material Equivalence (Equiv) 9 p ∧ q → r ⇔ p → (q → r) Exportation (Exp)
10 p ∧ p ⇔ p p ∧ p ⇔ p
Tautologi (Taut)
Contoh Soal 4.12
Buktikan argumen di bawah ini : 1. (a ∨ b ) → (c ∧ d) 2. ~ c / ∴ ~ b Jawab : 1. (a ∨ b ) → (c ∧ d) Pr 2. ~ c / ∴ ~ b Pr 3. ~ c ∨ ~ d 2, Add 4. ~(c ∧ d) 3, de M 5. ~ (a ∨ b ) 4, MT 6. ~ a ∧ ~ b 5, de M 7. ~ b ∧ ~ a Comm 8. ~ b Simpl
Contoh Soal 4.13
Buktikan argumen di bawah ini : 1. j ∨ (~ k ∨ j ) 2. k ∨ (~ j ∨ k) / ∴ (j ∧ k) ∨ (~ j ∧ ~ k) Jawab : 1. j ∨ (~ k ∨ j ) Pr 2. k ∨ (~ j ∨ k) / ∴ (j ∧ k) ∨ (~ j ∧ ~ k) Pr 3. (~ k ∨ j ) ∨ j Comm 4. ~ k ∨ (j ∨ j) Ass 5. ~ k ∨ j Taut 6. k → j Impl 7. (~ j ∨ k ) ∨ k Comm 8. ~ j ∨ (k ∨ k) Ass 9. ~ j ∨ k Taut 10. (j → k ) Impl 11. (j → k ) ∧ (k → j) 6,10 Conj 12. j ↔ k Equiv 13. (j ∧ k) ∨ (~ j ∧ ~ k) Equiv
Soal Latihan No 4.1 [2005]
Tentukan validitas argumen berikut :
~ (p
∨ m) ∨ (s ∧ r)
~ s
Soal Latihan No 4.2
Diberikan sebuah soal cerita di bawah ini, buktikan validitasnya
Jika Nuraida pergi ke gunung Gede atau Aryanti tidak ada di
rumah, maka Hasanah tidak akan pergi ke luar rumah dan
Ineke akan setia menemaninya. Ternyata Hasanah pergi ke luar
rumah. Jadi Aryanti ada di rumah
Soal Latihan No. 4.3
Diberikan argumen berikut :
~ (p
∨ q) ∨ r
p
∧ q
∴p → r
Soal Latihan No. 4.4
Diberikan argumen berikut :
Jika Wayan berdagang, maka ia tidak menjadi beban
keluarganya
Jika ia tidak berdagang, maka ia tidak mempunyai modal.
Jika ia tidak mempunyai modal, maka ia bekerja di toko.
Jika ia bangkrut, maka ia menjadi beban keluarganya.
Jadi ia tidak bangkrut atau ia bekerja di toko
w : Wayan berdagang
k : Wayan menjadi beban keluarganya
m : Wayan mempunyai modal
t : Wayan bekerja di toko
b : Wayan bangkrut
ATURAN PEMBUKTIAN KONDISIONAL
Pernyataan kondisional : [(p ∨ q) ∧ ~ p ] → q berkorespondensi dengan argumen :
1. p ∨ q 2. ~ p 3. ∴ q
Setiap argumen yang valid berkorespondensi dengan pernyataan kondisional yang merupakan tautologi
Menurut hukum Exportation : a → (b → c) ⇔ (a ∧ b) → c, keduanya tautologi 1. a
2. ∴ b → c
Pernyataan kondisional berkorespondensi dengan suatu argumen
Premis-premis argumen (1 dan 2) adalah antesenden dari pernyataan kondisional Konsekuen argumen (3) adalah konklusi dari pernyataan kondisional
1. a 2. b 3. ∴ c
1. a → b 2. c → d 3. ~ b ∨ ~ d 4. ~ a ∨ ~ b 5. ∴ (a → ~ c) 1. a → b 2. c → d 3. ~ b ∨ ~ d 4. ~ a ∨ ~ b 5. a (premis tambahan) 6. ∴ ~ c 1 a → b Pr 2 c → d Pr 3 ~ b ∨ ~ d Pr 4 ~ a → ~ b Pr /∴ a → c 5 a Pr tambahan / ∴c 6 b 1,5 MP 7 ~ (~b) 6 DN 8 ~ d 3,7 DS 9 ~ c 2,8 MT 10 a → ~c 5,9 CP Contoh Soal 4.14
Buktikan validitas argumen berikut :
Jawab :
Ubah argumen di atas menjadi :
1. a → (b → c) Pr 2. c → (d ∧ e) Pr /∴a → (b → d) 1. a → (b → c) Pr 2. c → (d ∧ e) Pr 3. a (Pr tambahan) /∴ (b → d) 4. b (Pr tambahan) / ∴ d 1 a → (b → c) Pr 2 c → (d ∧ e) Pr 3 a Pr tambahan 4 b Pr tambahan 5 b → c 1,3 MP 6 c 5,4 MP 7 d ∧ e 2,6 MP 8 d 7 Simp Contoh Soal 4.15
Buktikan validitas argumen berikut :
Jawab :
Ubah argumen di atas menjadi :
Latihan Soal 4.6
Buktikan validitas argumen berikut menggunakan aturan pembuktian kondisional
1. p → r Pr
2. (~ p ∨ r) → (s → q) Pr /∴p → (s → q)
Latihan Soal 4.5
Buktikan validitas argumen berikut menggunakan aturan pembuktian kondisional 1. (s → q) → r Pr
2. (p ∧ s) → q Pr /∴p → r
Latihan Soal 4.7
Buktikan validitas argumen berikut menggunakan aturan pembuktian kondisional
ATURAN PEMBUKTIAN TAK LANGSUNG
Rule of Indirect Proof (IP)
y Membentuk negasi dari konklusinya yang kemudian dijadikan premis tambahan
y Bila terjadi kontradiksi, maka argumen valid Contoh Soal 4.16
Buktikan validitas argumen ini dengan pembuktian tak langsung 1. p → q Pr 2. q → r Pr 3. p Pr / ∴r 1. p → q Pr 2. q → r Pr 3. p Pr / ∴r 4. ~ r Pr tambahan 1 p → q Pr 2 q → r Pr 3 p Pr 4 ~ r Pr tambahan 5 ~ q 2,4 MT 6 ~ p 1,5 MT 7 p ∧ ~p 3,6 conj
Contoh Soal 4.17
Buktikan validitas argumen di bawah ini dengan metode IP, dan lanjutkan sampai diperoleh konklusi argumennya
1. b → j Pr 2. h→ d Pr 3. ~ (~j ∨ ~ d) → u Pr 4. ~ u Pr / ∴ ~ b ∨ ~ h Jawab : 1 b → j Pr 2 h → d Pr 3 ~ (~j ∨ ~ d) → u Pr 4 ~ u Pr / ~ b ∨ ~ h 5 ~(~ b ∨ ~ h) IP ,Pr tambahan 6 b ∧ h De Morgan 7 b 6, simp 8 j 1,7 MP 9 h ∧ b 6, comm 10 h 9, simp 11 d 2,10 MP 12 ~j ∨ ~ d 3,4 MT 13 ~ (~j ) 8, DN 14 ~ d 12,13 DS 15 d ∧ ~ d 11, 14 conj 16 ~ b ∨ ~ h 1,2, 12 DD 17 18 Terjadi kontradiksi Æ