• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab II Tinjauan Pustaka"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Bab II Tinjauan Pustaka

II.1 Tinjauan Umum Famili Moraceae

Moraceae adalah famili tumbuhan yang terdiri dari sekitar 60 genus, dan hampir 1400 spesies, termasuk tiga genus penting yaitu Morus, Ficus, dan Artocarpus, yang tersebar di daerah tropis sampai daerah subtropis. Tumbuhan dari famili Moraceae ini pada umumnya berupa pohon berdaun lebat yang tingginya bisa mencapai 20 meter. Dengan kualitas kayu yang cukup baik, tumbuh-tumbuhan dari famili ini telah menjadi sumber kayu untuk membuat konstruksi rumah, pembuatan perabotan rumah tangga dengan harga yang terjangkau, dan di beberapa daerah pesisir pantai, juga digunakan untuk pembuatan kerangka perahu nelayan. Beberapa spesies dari famili ini menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi, seperti nangka (A.heterophyllus), cempedak (A.champeden) dan sukun (A.communis). Pemanfaatan daun dari famili Moraceae yang paling terkenal adalah daun dari pohon murbei (Morus alba) yang merupakan makanan bagi ulat sutera sebagai produsen benang sutra.

II.2 Kandungan Kimia tumbuhan famili Moraceae

Moraceae dilaporkan mengandung beragam metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, tannin, sterol, stilben, dan flavonoid. Terpenoid dan flavonoid ditemukan di tiga genus tersebut, sementara alkaloid baru ditemukan pada genus

Ficus. Terpenoid yang umum ditemukan adalah dari golongan triterpen,

(2)

O HO OH OH O HO O HO OH OH O O HO OH OH O O HO OH OH HO OH HO OH OH O Flavanon 3-Prenilflavon Flavon Flavan-3-ol Calkon HO HO

Gambar II.1 Kerangka dasar senyawa flavonoid

Flavonoid sebagai golongan senyawa terbesar yang terkandung dalam famili Moraceae memiliki kekhasan dengan adanya substituen prenil di C-3 dan pola oksigenasi 2’,4’-dioksigenasi atau 2’,4’,5’-trioksigenasi pada cincin B.(Hakim

et.al., 2005) O OH HO OH 1 2 3 4 5 6 7 8 4' 3' 5' 6' 1' B A 2' OH

(3)

dengan posisi substituen hidroksi yang beragam seperti di 4’, 2’ dan 4’, C-3’ dan C-4’, ataupun C-2’, C-4’ dan C-5’. (Achmad, 1986)

Kerangka dasar dari flavonoid yang paling sederhana adalah calkon. Reaksi enzimatis dari 3 atom pada rantai propan akan menghasilkan berbagai gugus fungsi, seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil dan gugus karbonil. Hubungan biogenesis dari senyawa-senyawa flavonoid yang terdapat pada famili Moraceae secara umum dapat diurutkan seperti terlihat pada gambar II.2.

O O OH HO OH HO O O OH HO OH HO O OH HO OH OH HO O OH HO OH O OH OH HO O O OH HO OH HO

Calkon Calkon terprenilasi

Flavanon Flavon Flavan-3-ol 3-prenilf lavon O O OH HO OH HO 3-OH-Flavanon OH O OH OH HO OH HO Flavan-3,4-diol OH

(4)

II.3 Genus Artocarpus

Artocarpus, J.R. Forster dan J.G. Forster, sebagai salah satu genus penting dari

famili Moraceae, terdiri dari 50 spesies, dan tersebar di daerah Asia Selatan, Asia Tenggara, New Guinea, dan daerah selatan Pasifik, dengan tempat tumbuh tidak lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Ciri khas dari tumbuhan Artocarpus ini adalah adanya getah berwarna putih di hampir seluruh bagian tumbuhan. Dari 50 spesies genus Artocarpus, beberapa diantaranya ditemukan tersebar di seluruh daerah nusantara, yaitu Artocarpus champeden, Artocarpus lanceifolius,

Artocarpus teysmanii, Artocarpus scortechinii, Artocarpus rotunda, Artocarpus maingayi, Artocarpus kemando, Artocarpus bracteata, Artocarpus altilis, Artocarpus fretessi, Artocarpus gomezianus, Artocarpus reticulatus, Artocarpus altilis dan Artocarpus nitida.(Heyne, 1987)

II.4 Kandungan Kimia pada Tumbuhan Genus Artocarpus

Metabolit sekunder yang telah berhasil diisolasi dari genus Artocarpus ini sebagian besar merupakan senyawa dari golongan flavonoid dengan kerangka dasar calkon, flavan-3-ol, flavanon, flavon, dan 3-prenilflavon (Gambar II.1) dan dengan ciri-ciri adanya subtituen isoprenil di posisi C-3, C-3,6, atau C-3,6,8, dan pola oksigenasi di posisi C-5,7,2’,4’ atau C-5,7,2’,4’,5’. Selain itu juga ditemukan senyawa fenolik dengan kerangka dasar stilben dan 2-arilbenzofuran.(Hakim, et

al, 2006) (Gambar II.3)

O

Stilben 2-arilbenzofuran

Gambar II.3 Kerangka dasar stilben dan 2-arilbenzofuran

Dua senyawa dengan kerangka dasar calkon berhasil diisolasi dari A.bracteata, yaitu kanzonol C (1) (Hano, et.al., 1995) dan Artoindonesianin J (2) (Ersam, et

(5)

O OH O O O OH OH HO 1 2

Gambar II.4 Senyawa dengan kerangka dasar calkon

Tiga senyawa dengan kerangka dasar flavanon berhasil diisolasi dari

A.champeden, yaitu Artokarpanon (3) (Djakaria, 1999), Artoindonesianin E (4)

(Hakim, et al., 2001), dan Heteroflavanon A (5) (Lu dan Lin, 1993). (Gambar II.5)

O O OH H3CO OH HO O O OH HO OCH3 H3CO OCH3 O O OH H3CO OCH3 H3CO OCH3 3 4 5

Gambar II.5 Senyawa dengan kerangka dasar flavanon

Senyawa dengan kerangka flavon, Norartokarpetin (6) (Hakim, et al., 1999) berhasil diisolasi dari 4 spesies yaitu A. champeden, A.scortechinii, A.kemando,

A.gomezianus. Sementara 2 senyawa lain dengan kerangka flavon,

(6)

O O OH OH HO O O OH OH O O O OH HO OH HO 6 7 8

Gambar II.6 Senyawa dengan kerangka dasar flavon

Senyawa dengan kerangka flavan-3-ol, yaitu Afzelecin (9) dan afzelecin ramnosida (10) berhasil diisolasi dari A.fretessi dan A.reticulatus, sementara Katecin (11) selain ditemukan pada A.fretessi dan A.reticulatus juga berhasil diisolasi dari A.gomezianus dan A.glaucus. (Acmad, et al., 1998) (Gambar II.7)

O OH HO OH OH O OH HO OH OH OH O OH HO OH O-L-Ramnosida 9 10 11

(7)

Sembilan belas senyawa dengan kerangka dasar 3-prenilflavon telah berhasil diisolasi dari 9 spesies tumbuhan dari genus Artocarpus. Artokarpin (14) (Venkataraman, 1972) telah berhasil diisolasi dari 4 spesies yaitu A.champeden,

A.maingayi, A.kemando, dan A.altilis. Kudraflavon C (13) (Hano, et.al., 1990)

berhasil diisolasi dari A.champeden dan A.glaucus. Artonin E (24) (Hano, et.al., 1990) ditemukan pada A.altilis, A.scortechinii, dan A. rotunda. Artoindonesianin Q (22), Artoindonesianin R (23), Artoindonesianin U (27) (Syah, et al., 2002), dan Heterofilin (25) (Syah, et al., 2004) hanya ditemui pada spesies A.champeden. Artoindonesianin L (26) (Suhartati, et al., 1999) berhasil diisolasi dari A.rotunda. Artoindonesianin G (18), Artoindonesianin H (20), Artoindonesianin I (19), Artelastofuran (21) (Kijjoa, et al., 1998), 14-hidroksiartonin E (28), dan Artelastisin (15) (Kijjoa, et al., 1996) hanya ditemukan pada A.lanceifolius. Morusin (16) (Hano, et.al., 1994) berhasil diisolasi dari A.altilis. Mulberrin (12) dan Mulberrokromen (17) berhasil diisolasi dari A.fretessi. (Soekamto, et al., 2002) (Gambar II.8)

(8)

O O OH HO OH HO 12 O O OH H3CO OH HO O O OH HO OH HO 14 13 O O OH HO OH HO O O OH O OH HO O O OH O OH HO 15 16 17 O O OH OH HO O 18 O O OH OH HO O HO 19 O O OH OH HO O 20 O O OH OH HO O HO 21 O O OH H3CO OCH3 HO OH O O OH HO OCH3 H3CO OH 22 23 O O OH O OH HO OH 24 O O OH OH HO OH O O O OH OH HO OH O 26 25 O O OH OH HO OH O 27 O O OH OH HO OH O OH 28

(9)

O O OH HO O OOH OH O O OH HO O OH O O OH HO OH HO OH O O OH OH HO HO O O O OH HO OH HO O OH OH Oksepinoflavon piranoflavon dihidrobenzosanton furanodihidrobenzosanton piranodihidrobenzosanton

Gambar II.9 Struktur kerangka senyawa turunan flavon

Dua senyawa dengan kerangka oksepinoflavon, chaplashin (29) (Venkataraman, 1972) dan Artoindonesianin B (30) (Hakim, et al., 1999) (Gambar II.10), telah berhasil diisolasi dari A.champeden dan A.altilis. Selain di kedua spesies tersebut, chaplashin juga ditemukan pada A.maingayi, A.altilis dan A.kemando.

O O OH H3CO O OH OH O O OH H3CO O OOH OH 29 30

(10)

Dari 10 senyawa dengan kerangka dasar piranoflavon, 6 diantaranya berhasil diisolasi dari A.champeden, yaitu siklokommunol (31), siklokommunin (32), sikloartokarpin (33), 5’-hidroksikudraflavon A (36) dan sikloheterofillin (37) (Ajizah, 2001), serta artoindonesianin (35) (Achmad, et.al., 1996), (Gambar II.11). Sikloartokarpin (33), seperti halnya chaplashin, juga ditemukan pada

A.maingayi, A.altilis dan A.kemando. Spesies lain yang juga memiliki kandungan

senyawa 5’-hidroksikudraflavon A adalah A.scortechinii. Pada spesies

A.lanceifolius ditemukan 2 senyawa dengan kerangka piranoflavon, yaitu

artelastin (39) (Hakim, et al., 1999) dan artelastokromen (40) (Mujahidin, et al., 2000). Kudraflavon A (34) (Hano, et al., 1990) dan artoindonesianin D (38) (Suhartati, et al., 2000) telah berhasil diisolasi dari A.maingayi. Spesies lain yang juga mengandung artoindonesianin D (38) adalah A.kemando.

Dari A.champeden telah berhasil diisolasi 4 senyawa dengan kerangka dihidrobenzosanton, yaitu artoindonesianin S (42), artoindonesianin T (41) (Syah,

et al., 2002), artoindonesianin V (45) (Syah, et al., 2004), dan artonin B (44)

(Hano, et al., 1989). Satu senyawa dengan kerangka dihidrobenzosanton lainnya, yaitu artobilosanton (43) (Sultanbawa dan Surendrakumar, 1989) telah berhasil diisolasi dari 3 spesies dari genus Artocarpus ini, yaitu A.lanceifolius,

(11)

O O OH HO O OH O O OH HO O OH O O OH H3CO O OH 31 32 33 O O OH O OH O 34 O O OH HO O OH OH O O OH O OH OH O O O OH O OH OH O 35 36 37 O O OH O OH OH O 38 O O OH O OH O HO O O OH O OH HO 39 40

Gambar II.11 Struktur senyawa dengan kerangka dasar piranoflavon

O O OH H3CO OCH3 HO OH O O OH HO OCH3 HO OH O O OH OH HO OH O O O OH OH HO OH O O O OH OH HO OH O 42 41 45 44 43

(12)

Dari A.champeden telah berhasil diisolasi 3 senyawa dengan kerangka furanodihidrobenzosanton, yaitu artoindonesianin A (52) (Hakim, et al., 1999), artonin A (51) (Fahriyati, 1998), dan artoindonesianin M (47) (Syah, et al., 2002). Sikloartobilosanton (49) (Sultanbawa dan Surendrakumar, 1989) berhasil diisolasi dari 6 spesies Artocarpus, yaitu A.lanceifolius, A.scortechinii, A.altilis,

A.kemando, A.rotunda dan A.teysmanii. Artonin M (53) berhasil diisolasi dari A.rotunda, artonin J (48) dari A.teysmanii, artoindonesianin P (46) (Hakim, et al.,2002) dan artoindonesianin Z-1 (50) (Syah, et al., 2005) dari A.lanceifolius.

O O OH OH HO HO O 46 O O OH OCH3 HO H3CO O 47 O O OH HO O OH HO 48 O O OH OH HO O O 49 O O OH OH HO O O H OH 50 O O OH OH HO O O 51 O O OH OH HO O O 52 O O OH OH HO O O 53

(13)

Pada spesies A.lanceifolius ditemukan senyawa dengan kerangka piranodihidrobenzosanton, yaitu artoindonesianin Z-2 (54) (Syah, et al., 2005).

O O OH OH HO HO O OH H 54

Gambar II.14 Struktur senyawa dengan kerangka dasar piranodihidrobenzosanton

Telah berhasil diisolasi diisolasi tiga senyawa fenolik dengan kerangka stilben, yaitu oksiresveratrol (55) (Hakim, et al., 2002) dari A.gomezianus dan

A.reticulatus, artoindonesianin N (56) (Kurniadewi dan Hakim, 2002) dari A.gomezianus, dan artoindonesianin F (57) (Hakim, et al., 2001) dari A.altilis.

OH HO OH OH HO OH OCH3 HO OH OCH3 H 57 55 56

Gambar II.15 Struktur senyawa dengan kerangka dasar stilben

(14)

adalah 2 senyawa fenolik dengan kerangka 2-arilbenzofuran yang telah berhasil diisolasi dari A.fretessi.

OH OH O HO OH OH O O OCH3 OH O HO 59 60 58

Gambar II.16 Struktur senyawa dengan kerangka dasar 2-arilbenzofuran

II.5 Artocarpus champeden Spreng

Dalam dunia tumbuhan, taksonomi tumbuhan Artocarpus champeden Spreng tersusun dalam sistematika sebagai berikut :

Divisio/divisi : Magnoliophyta Subdivisio/subdivisi : Angiospermae Classic/kelas : Dicotyledonae Ordo/bangsa : Urticales Famili/suku : Moraceae Genus/marga : Artocarpus

Species/Jenis : Artocarpus champeden Spreng Sinonim : J.R. & J.G. Forster

- A. heterophyllus L.f - A. integrifolia L.f

- A. Integer (Thunb.)Merr.

(15)

Spesies ini dikenal dengan nama ‘Cempedak’. Pohon Cempedak bisa mencapai ketinggian 20 meter, dengan daun berbentuk lonjong dan buah yang mirip dengan buah nangka tetapi lebih kecil, dan memiliki bau yang khas. Perbedaan lain dari pohon cempedak jika dibandingkan dengan pohon nangka adalah adanya bulu-bulu halus di daun dan ranting.

II.6 Kandungan Kimia Pada Tumbuhan Artocarpus champeden Spreng

Dari penelitian sebelumnya telah berhasil diisolasi 25 senyawa golongan flavonoid dengan kerangka dasar flavanon, flavon, dan 3-prenilflavon dari akar, kulit akar, batang, dan kulit batang (Hakim, et.al., 2006).

Senyawa yang berhasil diisolasi dari akar Artocarpus champeden adalah senyawa dari fraksi benzen dengan kerangka dasar flavanon, yaitu Artokarpanon (3).

Dari kulit akar telah berhasil di isolasi 5 senyawa dari fraksi etil asetat, dengan 3 kerangka dasar flavonoid yang berbeda, yaitu flavon, oksepinoflavon, dan furanodihidrobenzosanton. Senyawa dengan kerangka flavon yang berhasil diisolasi dari kulit akar Artocarpus champeden, yaitu Norartokarpetin (6). Artoindonesianin B (29) dan chaplashin (30) adalah 2 senyawa dengan kerangka dasar oksepinoflavon. 2 senyawa yang berhasil diisolasi dari bagian kulit akar yang memiliki kerangka dasar furanodihidrobenzosanton adalah artoindonesianin A (46) dan artonin A (47).

Dari bagian kulit batang telah berhasil diisolasi 3 senyawa dengan 2 kerangka dasar yang berbeda. 2 senyawa dengan kerangka dasar flavanon yang berasal dari fraksi benzen adalah Artoindonesianin E (4) dan Heteroflavanon A (5), dan dari fraksi kloroform dengan kerangka dasar piranoflavon adalah artoindonesianin (34).

Dari fraksi yang larut dalam kloroform dari bagian batang tumbuhan Artocarpus

(16)

berbeda. 5 senyawa dengan kerangka dasar 3-prenilflavon, yaitu Artokarpin (12), Kudraflavon C (13), Artoindonesianin Q (15), Artoindonesianin R (16), dan Artoindonesianin U (17). 5 senyawa dengan kerangka dasar piranoflavon, yaitu siklokommunol (31), siklokommunin (32), sikloartokarpin (33), 5’-hidroksikudraflavon A (35) dan sikloheterofillin(36). 3 senyawa dengan kerangka dasar dihidrobenzosanton yaitu artoindonesianin S (41), artoindonesianin T (42), artoindonesianin V (43). Senyawa dengan kerangka dasar furanodihidrobenzosanton yaitu artoindonesianin M (48).

Gambar

Gambar II.1 Kerangka dasar senyawa flavonoid
Gambar II.2 Hubungan biogenesis senyawa flavonoid dari famili Moraceae
Gambar II.4 Senyawa dengan kerangka dasar calkon
Gambar II.6 Senyawa dengan kerangka dasar flavon
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tidak seperti pada bidang aerodinamik dan hidrodinamik yang telah jauh lebih berkembang, aplikasi model aliran turbulen di bidang hidraulik masih banyak yang

Tujuan penelitian ini menganalisis gerakan masyarakat melawan pembangunan apartemen yang terletak Dusun Balirejo Kelurahan Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota

Penulis merancang dan membuat sistem informasi pengawasan taman kota pada Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh Utara sesuai dengan kebutuhan yang

Selain menerapkan tata kelola pemerintahan demokratis dan terbuka, Suyoto juga memanfaatkan dengan baik segala potensi Bojonegor, termasuk sumber daya alamnya.. Hal

Sikap positif ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum ringan 15 (62,5%), emesis gravi- darum sedang 6 (25%) dan emesisi gravidarum berat 3 (12,5%) sedangkan sikap negative ibu

Perusahaan telah memiliki standar produktivitas yang dijadikan sebagai pedoman oleh karyawan bagian produksi dan perusahaan juga telah memberikan tanggung jawab

Tabel 9.1 Jumlah Target dan Realisasi Penerimaan Anggaran per Kelurahan di Kecamatan Bojongloa Kaler Tahun

Hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk melihat adanya perbedaan tingkat kelekatan mahasiswa yang ditinjau dari jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan serta