• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HARTA BERSAMA YANG DIJADIKAN SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA (STUDI PADA PT PEGADAIAN (PERSERO) CABANG MEDAN SUNGGAL) TESIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HARTA BERSAMA YANG DIJADIKAN SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA (STUDI PADA PT PEGADAIAN (PERSERO) CABANG MEDAN SUNGGAL) TESIS."

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

RENI ANGGRAINI 157011014/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RENI ANGGRAINI 157011014/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal) NAMA MAHASISWA : RENI ANGGRAINI

NIM : 157011014

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum)

Pembimbing Pembimbing

(Dr. Yefrizawaty, S.H., M.Hum) Dekan

/

\

' 1...,r.,.,. ·:

B,

CN

,

M

.Bum) s;::======� g,SH,

M

.Hum)

Tanggal lulus : 22

M

ei 2019

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. T. Keizerina Devi A, S.H., C.N., M.Hum Anggota : 1. Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum

2. Dr. Utary Maharani Barus, S.H., M.Hum 3. Dr. Yefrizawaty, S.H., M.Hum

4. Dr. Edy Ikhsan, S.H., M.A

(5)

Nama : RENI ANGGRAINI

NIM : 157011014

Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN

Judul Tesis : TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HARTA BERSAMA YANG DIJADIKAN SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA (STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG MEDAN SUNGGAL)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila di kemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat pernyataan,

Nama : RENI ANGGRAINI

NIM : 157011014

(6)

i

atas harta bersama itu atas persetujuan kedua belah pihak. Permasalahan dalam tesis ini membahas tentang pengaturan hukum apabila harta bersama dijadikan sebagai jaminan fidusia di Pegadaian, pelaksanaan perjanjian kredit terhadap harta bersama yang dijadikan sebagai jaminan fidusia di PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal, penyelesaian masalah mengenai jaminan harta bersama tersebut apabila terjadi kasus kemacetan pembayaran pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal. Berdasarkan permasalahan yang dimaksud, maka tesis ini diberi judul

”Tinjauan Yuridis Terhadap Harta Bersama yang Dijadikan Sebagai Jaminan Fidusia (Studi Pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal)”.

Metode yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian yuridis empiris yaitu suatu penelitian lapangan yang meneliti peraturan-peraturan hukum yang kemudian digabungkan dengan data dan perilaku yang hidup di tengah masyarakat.

Studi kasus tesis ini dilakukan di PT. Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaturan hukum apabila harta bersama dijadikan sebagai jaminan fidusia di PT. Pegadaian (Persero) berdasarkan Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa terhadap harta bersama, suami dan istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. Oleh karena itu, perjanjian kredit dengan jaminan harta bersama diharuskan adanya persetujuan dari kedua belah pihak. Pelaksanaan perjanjian kredit terhadap harta bersama yang dijadikan sebagai jaminan fidusia di PT.

Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal yaitu petugas Pegadaian diharuskan mengidentifikasi konsep 5C terhadap nasabah, apakah jaminan tersebut memang diperoleh selama masa perkawinan, kemudian suami dan istri wajib mengetahui, menyetujui, menandatangani seluruh perjanjian kredit di hadapan notaris yang turut hadir pada saat proses pencairan kredit di PT. Pegadaian (Persero) agar nantinya akan menimbulkan kewajiban bersama untuk melunasi kredit tersebut.

Penyelesaian masalah mengenai jaminan harta bersama tersebut apabila terjadi kasus kemacetan pembayaran pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal yaitu terlebih dahulu dilakukan upaya persuasif ke nasabah, lalu menghubungi nasabah via telepon, mengirim surat somasi. Jika belum berhasil, maka dilakukan proses eksekusi barang jaminan didampingi oleh aparat kepolisian Republik Indonesia dan selanjutnya dilakukan proses lelang barang jaminan.

Kata Kunci : Harta Bersama, Kredit, Fidusia

(7)

ii

about the regulation on joint property used as fiduciary collateral, how about the implementation of credit contract on joint property as fiduciary collateral, and how about the solution of the problem in joint property as fiduciary collateral when there is non-performing loan at PT. Pegadaian (Persero), Medan Sunggal Branch.

The title of the thesis is “Juridical Review on Joint Property Used as Fiduciary Collateral (A Case Study at PT. Pegadaian (Persero), Medan Sunggal Branch).”

The research uses juridical empirical method, a field research which studies legal provisions which are combined with the data and people’s daily activities.

The case study was done at PT. Pegadaian (Persero), Medan Sunggal Branch.

The result of the research shows that according to Article 36, paragraph 1 of Law No. 1/1974 on Marriage states that the marriage couple can use joint property with the consent of both of them. Therefore, the credit contract with joint property used as fiduciary collateral has to be the consent of both husband and wife. In the case of the credit contract with join property used as fiduciary collateral at PT. Pegadaian (Persero), Medan Sunggal Branch, the personnel of the pawn shop should identify the concept of 5C toward clients, whether it has been obtained during the marriage. Both husband and wife have to know, to agree, to sign the whole credit contract before a Notary at the pawn shop so that both of them will receive the loan together and will pay off the loan together, too. When there is non-performing loan, the pawn shop management will call up the clients and send the demand for payment. If it fails, the process of auction of fiduciary collateral is performed, witnessed by the police.

Keywords: Joint Property, Credit, Fiduciary

(8)

iii

TERHADAP HARTA BERSAMA YANG DIJADIKAN SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA (STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG MEDAN SUNGGAL). Saya menyadari bahwa Tesis ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi materinya, maupun dari segi teknik penyajiannya, untuk itu dengan rendah hati, saya mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak, agar dapat menjadi pedoman di masa yang akan datang.

Dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, saya mendapat bimbingan dan pengarahan serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak dapat dinilai harganya dengan apapun secara khusus kepada yang terhormat, Prof. Dr.

Hasim Purba, S.H., M.Hum, Dr. Utary Maharani Barus, S.H., M.Hum, Dr.

Yefrizawaty, S.H., M.Hum, selaku komisi pembimbing yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal hingga selesainya tesis ini. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan, fasilitas dan kelancaran proses administrasi pendidikan selama penulis menempuh masa pendidikan.

2. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H., C.N., M.Hum, selaku Ketua Program

Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(9)

iv

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan selama menempuh pendidikan dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan tesis ini.

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen beserta Staff Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai kepada tingkat Magister Kenotariatan.

5. Kepada seluruh pegawai PT. Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal dan notaris yang telah membantu dan memberikan informasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan dukungan serta semangat kepada penulis.

Teristimewa kepada keluarga tercinta, yaitu Ramlan (Ayah) dan Supriana (Ibu), Sri Novianti (Kakak), Arif Bukhari (Abang), yang telah memberikan dukungan, semangat, doa dan segalanya kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Bila ada kesalahan dan

kekurangan dalam tesis ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga

(10)

v

Medan, April 2019 Penulis,

Reni Anggraini

(11)

vi Nama

Tempat, tanggal lahir : Medan, 16 September 1993

II. PENDIDIKAN FORMAL

: Reni Anggraini

Jenis kelamin Agama

Kewarganegaraan

1. SD Negeri 064028 Medan (1999-2005) 2. SMP Negeri 4 Medan (2005-2008)

3. SMA Swasta Harapan 1 Medan (2008-2011)

4. S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2011-2015) 5. S2 Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara (2015-2019)

: Perempuan : I s l a m

: I n d o n e s i a

(12)

vii

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penulisan ... 10

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11

1. Kerangka Teori ... 11

2. Konsepsi ... 15

G. Metode Penelitian... 18

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 19

2. Sumber Data Penelitian ... 20

3. Teknik Pengumpulan Data ... 22

4. Alat Pengumpulan Data ... 23

5. Analisis Data ... 24

(13)

viii

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT TERHADAP HARTA BERSAMA YANG DIJADIKAN SEBAGAI JAMINAN DI

PEGADAIAN CABANG MEDAN SUNGGAL ... 37

A. Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian Kredit Terhadap Harta Bersama ... 37

B. Syarat Sahnya Perjanjian Kredit Terhadap Harta Bersama ... 48

C. Pelaksanaan Perjanjian Kredit Fidusia dengan Jaminan Harta Bersama di Pegadaian ... 53

BAB IV PENYELESAIAN MASALAH MENGENAI HARTA BERSAMA YANG DIJADIKAN SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA DI PEGADAIAN CABANG MEDAN SUNGGAL ... 88

A. Analisa Kasus Harta Bersama Sebagai Benda Jaminan Fidusia 88

B. Analisa Kasus Benda Jaminan Fidusia Milik Orang Lain ... 92

C. Analisa Kasus Yang Terjadi di PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA... 113

(14)

Perkawinan adalah suatu dimensi dalam kehidupan manusia yang sifatnya penting, karena merupakan suatu ikatan yang mendalam dan kuat yang menghubungkan antara pria dan wanita dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia. Dalam kehidupan bermasyarakat, perkawinan direfleksikan sebagai suatu pilihan hidup yang secara umum dijalani demi melanjutkan keturunan dalam suatu keluarga. Perkawinan dapat dibahas baik dalam terjadinya, yaitu sebagai pelangsungnya, maupun dalam eksistensinya, yaitu sebagai ikatan kebersamaan hidup yang menetap antara pria dan wanita.

1

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya, dengan jumlah anak yang ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin.

2

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa:

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

1

Victor Situmorang, Kedudukan Wanita di Mata Hukum, (Jakarta : Bina Aksara, 1998), hal 33.

2

Muhammad Djumhana, Hukum Ekonomi Sosial Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya

Bakti, 1994), hal 111.

(15)

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 35, Pasal 36 dan Pasal 37, dikemukakan bahwa harta benda yang diperoleh selama masa perkawinan menjadi harta bersama. Tentang harta bersama ini, suami atau istri dapat bertindak untuk berbuat sesuatu atas harta bersama itu atas persetujuan kedua belah pihak. Sedangkan harta bawaan adalah harta yang dibawa oleh masing-masing suami dan istri sebelum perkawinan. Terhadap harta bawaan masing-masing suami istri berada di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Atas harta bawaan ini, suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum.

3

Adanya hak suami dan istri untuk mempergunakan atau memakai harta bersama ini dengan persetujuan kedua belah pihak adalah sudah sewajarnya mengingat bahwa hak dan kedudukan suami istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan berumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. Di mana masing-masing pihak berhak melakukan perbuatan hukum, sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat 1 dan 2 UU Nomor 1 Tahun 1974.

4

Perjanjian kredit dengan jaminan harta bersama harus dilakukan dengan persetujuan suami dan istri secara bersama-sama, dalam hal ini ikut menandatangani perjanjian kredit sebagai tanda kesepakatan, sehingga suami dan istri menjadi pihak dalam perjanjian. Hal ini berkaitan dengan status kredit dalam

3

M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan : CV Zahir Trading Co, 1992), hal 43.

4

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung : Mandar Madju, 1992),

hal 19.

(16)

perkawinan di mana sebagai jaminan adalah harta bersama maka termasuk dalam hutang bersama sehingga menimbulkan tanggung jawab bersama dalam pelunasannya. Apabila harta bersama tersebut diagunkan di Pegadaian maka pasangannya wajib mengetahui dan turut membubuhkan tanda tangan pada perjanjian kredit tersebut. Penyerahan harta bersama sebagai agunan kredit tanpa persetujuan suami atau istri, jika mendapat tuntutan dari istri atau suami yang tidak memberikan persetujuan untuk itu, maka penyerahannya tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum, karena yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.

2453K/Pdt/1984 tanggal 24 Desember 1985 Jo Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menentukan bahwa penggunaan harta bersama harus atas persetujuan kedua belah pihak (suami dan istri). Oleh karenanya penyerahan harta bersama sebagai agunan kredit tanpa persetujuan istri atau suami tidak mempunyai kekuatan hukum, maka perjanjian pengikatannya adalah tidak sah dan karenanya batal menurut hukum. Akan tetapi tidak mengakibatkan batalnya pula perjanjian kredit karena perjanjian pengagunan merupakan perjanjian accessoir daripada perjanjian pokoknya yakni perjanjian kredit.

5

Pegadaian sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Persero, merupakan salah satu realisasi dari pelaksanaan Pasal 33 Undang- Undang Dasar 1945 yang memberikan pinjaman modal pada masyarakat dengan sistem hukum gadai. Lembaga ini memberikan peluang besar kepada masyarakat yang tidak mampu mengikat kredit dengan pihak bank. Masyarakat akan memperoleh kemudahan dalam meminjam uang dari pemerintah melalui lembaga

5

R. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia,

(Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992), hal 53.

(17)

Pegadaian ini, karena barang yang digunakan sebagai jaminan adalah barang bergerak yang dimilikinya. Jaminan sangat penting demi menjaga keamanan dan memberikan kepastian hukum bagi kreditur untuk mendapatkan kembali atau mendapatkan kepastian mengenai pengembalian uang yang telah diberikan oleh kreditur kepada debitur sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.

6

Salah satu kredit yang dijalankan sekarang oleh PT. Pegadaian (Persero) adalah perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang dikenal dengan Pegadaian Kreasi (Kredit Angsuran Sistem Fidusia). Pegadaian Kreasi adalah kredit dengan angsuran bulanan yang diberikan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk pengembangan usaha dengan sistem Fidusia. Sistem Fidusia berarti agunan untuk pinjaman cukup dengan BPKB sehingga kendaraan masih bisa digunakan untuk usaha. Pegadaian Kreasi merupakan solusi terpercaya untuk mendapatkan fasilitas kredit yang cepat, mudah dan murah.

7

Dalam hal prosedur pemberian kredit yang diterapkan oleh Pegadaian telah menggunakan konsep 5C yaitu character, capacity, capital, collateral dan condition. Pegadaian memiliki struktur organisasi yang memiliki tugas dan

wewenang yang telah diatur berdasarkan kebijakan yang telah disusun agar terlaksana dengan baik. Perusahaan dalam pelaksanaan pemberian kredit usaha dalam pelayanannya dilaksanakan oleh pegawai yang ditunjuk untuk mengoperasikan kredit usaha ini. Pegawai ini ditetapkan sebagai pegawai fungsional yang ditunjuk memiliki tanggung jawab dan peraturan yang harus

6

Website Resmi PT Pegadaian (Persero), www.portal.pegadaian.co.id, diakses pada tanggal 16 September 2017.

7

Ibid.

(18)

dipatuhi, salah satunya analisa kredit para calon nasabah yang nantinya akan taat membayar seluruh kewajibannya Pegadaian dalam menentukan pegawai fungsional masih mempunyai kekurangan yaitu adanya perangkapan tugas.

8

Dalam pelaksanaan prosedur pemberian kredit Pegadaian dimulai dari tahap pendataan atas hasil pengajuan nasabah (permohonan kredit), pemeriksaan (investigasi) berkas kredit dan survey lokasi usaha, analisis kredit, keputusan pemberian kredit berdasarkan inventarisasi, administrasi dan kelayakan usaha, pencairan kredit, pengelolaan dan pembinaan nasabah.

9

Pada kredit ini diawali dengan kedatangan calon nasabah untuk meminta formulir permohonan kredit, diberi formulir data nasabah, untuk diisi dan pemohon kredit atau calon debitur harus melengkapi segala persyaratan yang telah ditentukan agar permohonan kreditnya dapat diproses, selanjutnya setelah mengisi form permohonan kredit dan melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan, pegawai fungsional akan melakukan pemeriksaan (investigasi) lebih lanjut berkas kredit dari calon nasabah dan menyerahkan kepada pegawai fungsional dan melakukan survey baik itu di rumah maupun di tempat usaha guna memastikan kebenaran data yang telah diisi dalam formulir kredit dan melakukan pengecekan barang jaminan (BPKB) ke Samsat terdekat. Hal pertama yang dilakukan dalam menganalisa kelayakan usaha calon nasabah adalah menanyakan penilaian ini berdasarkan latar belakang calon debitur dan mengenal dari dekat calon nasabah dan seputar usaha yang dimiliki oleh calon debitur guna mengetahui sejauh mana itikad baik dan kejujuran calon debitur tersebut. Setelah dinyatakan layak

8

Ibid.

9

Ibid.

(19)

diberikan kredit, dengan catatan memenuhi ketentuan kredit usaha mikro dan menunjukkan bahwa usaha calon nasabah sesuai dengan data informasi yang diberikan, maka permohonan kredit dapat sesegera mungkin direalisasikan dan dilanjutkan dengan menandatangani surat perjanjian hutang piutang atau kredit.

10

Nasabah yang telah menandatangani surat-surat yang diperlukan, KPK (Kuasa Pemutus Kredit) atau Pimpinan Cabang memberikan dokumen persetujuan kredit seperti calon debitur menerima surat perjanjian hutang piutang, bukti penerimaan uang rangkap 3 (tiga) dan buku angsuran kredit usaha kepada kasir.

Setelah itu calon nasabah menghubungi kasir untuk mencairkan kredit dengan menyerahkan perjanjian hutang piutang dan bukti penerimaan uang rangkap 3 (tiga) di hadapan kasir dan nasabah dapat menerima uang sebagai pencairan kredit berikut dengan perjanjian hutang piutang, selembar bukti penerimaan uang dan kartu angsuran. Uang yang diterima nasabah setelah dipotong biaya-biaya seperti biaya notaris, biaya administrasi, biaya checklist BPKB, biaya materai dan lain- lain yang telah ditentukan. Setelah pencairan kredit dilakukan oleh nasabah Pegadaian dilaksanakan pengelolaan dan pembinaan nasabah guna memberikan saran/nasihat dan konsultasi agar perusahaan/debitur berjalan dengan baik sesuai dengan rencana, sehingga pengembalian kredit akan berjalan dengan baik pula sehingga calon debitur akan lebih patuh dan mudah diajak bekerja sama dalam rangka pencapaian keinginannya. Tujuan utama dari pembelian kredit usaha untuk memenuhi kebutuhan modal usaha sehingga dapat memperlancar dan

10

Divisi Produk Mikro, Pembahasan Mengenai Produk Mikro Diklat Penaksir dan

Analis, (Jakarta : PT Pegadaian, 2017), hal 16.

(20)

meningkatkan tingkat produksi operasional, dan juga untuk mempertahankan kelangsungan aktivitas usaha calon debitur dalam pengembangan usahanya.

11

Jasa kredit dengan jaminan fidusia ini dibentuk agar barang jaminan tersebut masih bisa digunakan oleh debitur guna mendukung usahanya meskipun telah dijadikan sebagai objek jaminan. PT. Pegadaian (Persero) dalam memberikan pinjaman/kredit tersebut menerapkan jaminan fidusia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga debitur dengan jaminan fidusia tersebut bisa diberikan pinjaman uang tanpa menyerahkan barang jaminannya kepada kreditur.

12

Barang yang menjadi objek fidusia tersebut tidak diserahkan oleh debitur (masyarakat) kepada kreditur (Pegadaian), sehingga barang-barang yang dijaminkan berada di bawah kekuasaan debitur. Pihak debitur dalam pelaksanaannya hanya dapat mengisi blangko setelah isi perjanjian tersebut sudah disepakati oleh pihak debitur dan pihak kreditur (Pegadaian). Setiap orang baik individu maupun kelompok dalam melakukan perjanjian kredit dengan pihak Pegadaian harus mengetahui hak dan kewajibannya, karena suatu perjanjian akan menimbulkan hak dan kewajiban manakala kedua belah pihak telah sepakat.

13

Seorang laki-laki atau perempuan, ketika belum menikah mereka mempunyai hak dan kewajiban yang utuh. Hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kehidupannya, hak dan kewajiban akan harta miliknya dan sebagainya.

Kemudian setelah mereka mengikatkan diri dalam lembaga perkawinan, maka

11

Ibid.

12

Gatot Suparmono, Perbankan dan Masalah Kredit, Suatu Tinjauan, (Jakarta : Jambatan, 1995), hal 74.

13

Oey Hoey Tiong, Fidusia sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, (Jakarta : Ghalia

Indonesia, 1983), hal 34.

(21)

mulai saat itulah hak kewajiban mereka menjadi satu. Pemahaman tentang hak dan kewajiban ini menjadi sangat penting dan sangat mendasar apabila dikaji lebih dalam tentang konsekuensi-konsekuensi dari kehidupan perkawinan, karena dalam kehidupan perkawinan, akan melahirkan hak dan kewajiban antara lain tentang anak dan hak kewajiban tentang harta. Bahkan kemudian akan kemungkinan pembagian harta bila perkawinan putus karena perceraian atau karena kematian. Menentukan status kepemilikan harta selama perkawinan penting untuk memperoleh kejelasan bagaimana kedudukan harta itu jika terjadi permasalahan dikemudian hari. Jangan sampai suami mengambil hak istri atau sebaliknya jangan sampai istri mengambil hak suami.

14

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul ”Tinjauan Yuridis terhadap Harta Bersama yang dijadikan sebagai Jaminan Fidusia (Studi Pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan hukum apabila harta bersama dijadikan sebagai jaminan fidusia di Pegadaian?

2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit terhadap harta bersama yang dijadikan sebagai jaminan fidusia di PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal?

14

Ibid.

(22)

3. Bagaimana penyelesaian masalah mengenai jaminan harta bersama tersebut apabila terjadi kasus kemacetan pembayaran pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengaturan hukum apabila harta bersama dijadikan sebagai jaminan fidusia di Pegadaian.

2. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan perjanjian kredit terhadap harta bersama yang dijadikan sebagai jaminan fidusia di PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal.

3. Untuk mengetahui dan memahami penyelesaian masalah mengenai harta bersama tersebut apabila terjadi kasus kemacetan pembayaran pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal.

D. Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang hendak dicapai bersama. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis dan praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sekaligus menambah

ilmu pengetahuan dan wawasan dalam dunia akademis, khususnya tentang

(23)

hal yang berhubungan pengaturan hukum apabila harta bersama dijadikan sebagai jaminan fidusia di Pegadaian.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat memperjelas tentang pelaksanaan perjanjian kredit terhadap harta bersama yang dijadikan sebagai jaminan fidusia di Pegadaian dan penyelesaian masalah mengenai harta bersama tersebut apabila terjadi kasus kemacetan pembayaran pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul tentang “Tinjauan Yuridis Terhadap Harta Bersama yang Dijadikan Sebagai Jaminan Fidusia (Studi pada PT Pegadaian (Persero) Cabang Medan Sunggal)”, akan tetapi ada penelitian yang membahas mengenai ini, yaitu:

Nama : Emmi Rahmiwita Nasution

NIM : 027005008

Judul Eksekusi Barang Jaminan Fidusia yang Lahir dari Perjanjian Kredit Bank (Studi Pada Bank-Bank di Kota Medan)

:

(24)

Rumusan masalah:

a. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan bank dalam mengatasi kredit macet jaminan fidusia sebelum dilakukan eksekusi?

b. Bagaimanakah eksekusi terhadap barang jaminan yang diikat dengan jaminan fidusia?

c. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pembeli barang hasil lelang eksekusi?

Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti tersebut di atas tidak sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun pokok permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu, secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori sangat diperlukan dalam penulisan ilmiah ini, dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang penting karena memberikan sarana untuk bisa merangkum serta memahami masalah yang dibicarakan secara lebih baik.

15

Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoretis yang relevan sehingga mampu menerangkan masalah tersebut. Teori ini juga harus bisa menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.

16

15

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006), hal 259.

16

J. J. J. M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas,

(Jakarta : Fakultas Ekonomi UI, 1996), hal 203.

(25)

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir, pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoretis, yang mungkin ia setujui ataupun tidak disetujuinya.

17

Sedangkan tujuan dari kerangka teori menyajikan cara-cara untuk bagaimana mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu.

18

Teori atau kerangka teori mempunyai kegunaan paling sedikit mencakup hal- hal sebagai berikut:

19

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi.

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti.

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.

17

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Medan : Sofmedia, 2012), hal 129.

18

Burhan Ashshofa, MetodePenelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hal 19.

19

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986), hal 121.

(26)

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum dan teori keadilan.

a. Teori Kepastian Hukum

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-Undang yang berisi aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu menjadi dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.

20

Menurut Gustav Radbruch, hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai identitas, yaitu asas kepastian hukum, asas keadilan hukum, dan asas kemanfaatan hukum.

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.

21

Kaitan teori kepastian hukum terhadap penelitian ini adalah kepastian hukum terhadap hak istri terhadap harta bersama yang diikat dengan fidusia, karena

20

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Kencana, 2008), hal 158.

21

Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti,

1999), hal 23.

(27)

sesuai prosedur perusahaan bahwa harta bersama yang menjadi jaminan hanya bisa ditebus oleh nama nasabah yang sesuai di awal kredit.

b. Teori Keadilan

Istilah keadilan (iustitia) berasal dari kata “adil” yang berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa pengertian keadilan adalah semua hal yang berkenaan dengan sikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia, keadilan berisi sebuah tuntutan agar orang memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya, perlakuan tersebut tidak pandang bulu atau pilih kasih, melainkan semua orang diperlakukan sama sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Keadilan menurut Aristoteles adalah tindakan yang terletak di antara memberikan terlalu banyak dan sedikit yang dapat diartikan memberikan sesuatu kepada setiap orang dengan apa yang menjadi haknya.

Teori keadilan menurut Aristoteles digolongkan dalam 5 (lima) jenis perbuatan:

22

a. Keadilan komutatif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan tidak melihat jasa-jasa yang telah diberikannya.

b. Keadilan distributif adalah perlakuan terhadap seseorang dengan jasa-jasa yang telah diberikannya.

c. Keadilan kodrat alam adalah memberi sesuatu sesuai dengan yang diberikan oleh orang lain kepada kita.

22

Siswa Master Education Site Portal, Teori Keadilan Menurut Aristoteles,

http://siswamaster.com, diakses pada tanggal 06 Juni 2017.

(28)

d. Keadilan konvensional adalah kondisi jika seseorang warga negara telah menaati segala peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan.

e. Keadilan perbaikan perbuatan adalah jika seseorang telah berusaha memulihkan nama baik orang lain yang telah tercemar.

Teori keadilan menurut Plato:

23

a. Keadilan moral adalah suatu perbuatan dapat dikatakan adil secara moral apabila telah mampu memberikan perlakuan yang seimbang (selaras) antara hak dan kewajibannya.

b. Keadilan prosedural adalah suatu perbuatan dikatakan adil secara prosedural jika seseorang telah mampu melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang telah ditetapkan.

Teori keadilan menurut Thomas Hobbes, suatu perbuatan dikatakan adil apabila telah didasarkan pada perjanjian-perjanjian tertentu. Artinya seseorang yang berbuat berdasarkan perjanjian yang disepakatinya bisa dikatakan adil.

24

Jika dihubungkan teori keadilan dalam penelitian ini, segala sesuatu mengenai harta bersama, suami atau istri dapat bertindak apabila mendapatkan persetujuan dari kedua belah pihak mengingat bahwa hak dan kedudukan suami dan istri adalah seimbang terhadap harta bersama tersebut.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada

23

Panji Ades, Teori Keadilan, http://panjiades.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 06 Juni 2017.

24

Pusat Informasi, Teori Keadilan, http://pusatinformasi212.blogspot.co.id, diakses pada

tanggal 06 Juni 2017.

(29)

dalam pikiran (berupa ide).

25

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi operasional.

26

Pemakaian konsep terhadap istilah yang digunakan terutama dalam judul penelitian, bukanlah untuk keperluan mengkomunikasikannya semata-mata dengan pihak lain. Sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga demi menuntun peneliti sendiri dalam menangani proses penelitian dimaksud.

27

Jadi di dalam penelitian ini diartikan beberapa pemahaman konsep dasar atau istilah, agar di dalam pelaksanaannya diperoleh hasil penelitian yang sesuai, bermanfaat dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu:

a. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

28

b. Harta bersama adalah harta benda yang diperoleh selama masa perkawinan.

29

c. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu.

30

25

Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, (Jakarta : LP3ES, 1999), hal 34.

26

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hal 3.

27

Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999), hal 107-108.

28

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

29

Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

30

Pasal 1 point 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

(30)

d. Pegadaian Kreasi adalah pinjaman (kredit) dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan konstruksi penjaminan secara jaminan fidusia dan/atau jaminan gadai, yang diberikan oleh perusahaan kepada pengusaha mikro dan pengusaha kecil yang membutuhkan dana untuk keperluan pengembangan usaha, serta masyarakat umum untuk keperluan lainnya yang akan diatur dalam Peraturan Direksi tersendiri.

e. Jaminan kredit adalah jaminan yang bersifat material dan immaterial untuk mendukung keyakinan kreditur atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit.

f. Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.

31

g. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan barang tertentu dengan ketentuan bahwa barang yang hak kepemilikannya dialihkan tetap menjadi penguasaan pemilik barang.

32

h. Petugas administrasi mikro adalah karyawan yang mempunyai fungsi merencanakan, menyelenggarakan, mengadministrasikan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan penagihan kepada nasabah dan kegiatan administrasi

31

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

32

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.

(31)

yang terkait dengan Pegadaian Kreasi di bawah koordinasi asisten manajer mikro.

33

i. Analis kredit adalah karyawan fungsional yang mempunyai fungsi melakukan analisis kelayakan kredit Pegadaian Kreasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

34

j. Pengajuan kredit adalah proses pengajuan permohonan Pegadaian Kreasi oleh calon nasabah dan dilakukan input KUMK 1, KUMK 1a, dan KUMK 1b, pengajuan mikro pada aplikasi PASSION di outlet penyelenggara mikro.

35

k. Pencairan kredit adalah proses dilakukannya pencetakan, pelaksanaan dan

penandatanganan perjanjian kredit Pegadaian Kreasi oleh Pemimpin Cabang.

l. Perjanjian kredit adalah perikatan atau kesepakatan tertulis sehubungan dengan Pegadaian Kreasi yang ditandatangani oleh Perusahaan dan Nasabah Pegadaian Kreasi.

m. Penagihan adalah proses penerimaan angsuran dan pelunasan serta monitoring tingkat kolektibilitas kredit.

n. Eksekusi barang jaminan adalah eksekusi jaminan sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui pelelangan dan penjualan di bawah tangan.

G. Metode Penelitian

Metode adalah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu. Sementara itu metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan

33

Peraturan Direksi Pegadaian Nomor 67/DIR I/2016 tentang Petunjuk Teknis Pegadaian Kreasi Online.

34

Ibid.

35

Ibid.

(32)

dalam metode tersebut. Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten karena melalui proses penelitian tersebut dilakukan analisis dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.

36

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian tesis yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini adalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Pemilihan jenis penelitian ini mengingat telaah terhadap permasalahan ini bersumber pada materi peraturan perundang- undangan, teori-teori, serta konsep yang berhubungan dengan kedudukan hukum hak istri terhadap harta bersama yang dijadikan sebagai jaminan fidusia.

37

Penelitian yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

38

Penelitian yuridis empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.

39

Penelitian yuridis empiris merupakan penelitian lapangan (penelitian terhadap data primer) yaitu suatu penelitian meneliti peraturan-peraturan hukum yang kemudian digabungkan dengan data dan perilaku yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Data/materi

36

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Rajawali Press, 2013), hal 1.

37

Ibid.

38

Ibid., hal 8.

39

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti,

2004), hal 134.

(33)

pokok dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari para responden melalui penelitian lapangan.

40

Sifat penelitian tesis ini yaitu deskriptis analitis. Bersifat deskriptif maksudnya dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Penelitian ini bertujuan pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat-sifat, karakteristik- karakteristik atau faktor-faktor tertentu.

41

Analitis dimaksudkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.

42

Penelitian deskriptif analitis yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian.

43

2. Sumber Data Penelitian

Data merupakan sekumpulan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu penelitian yang berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan sumbernya, terdiri dari data lapangan dan data kepustakaan. Jenis data meliputi data primer dan data sekunder.

44

40

Ibid.

41

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 1997), hal 35.

42

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia pada Akhir Abad ke-20, (Bandung : Alumni, 1994), hal 101.

43

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 2009), hal 105.

44

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia

Press, 2013), hal 72.

(34)

a. Data primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber untuk mendapatkan data mengenai harta bersama yang dijadikan sebagai jaminan fidusia di Pegadaian.

45

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai bahan hukum yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder terdiri dari:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan salah satu sumber hukum yang penting bagi sebuah penelitian ilmiah hukum yang bersifat yuridis normatif.

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian.

46

Bahan hukum primer meliputi bahan-bahan hukum yang isinya mengikat secara hukum karena dikeluarkan oleh instansi yang sah.

Bahan hukum8 primer dapat ditemukan melalui studi kepustakaan (Library Research) baik itu di perpustakaan fakultas, universitas, maupun pada perpustakaan lainnya.

47

Beberapa bahan hukum primer yang bisa digunakan dalam penelitian adalah Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia.

2) Bahan Hukum Sekunder

45

Ibid.

46

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Juritmetri, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990), hal 53.

47

Ibid.

(35)

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang isinya memperkuat atau menjelaskan bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder biasanya berupa bahan-bahan hukum seperti bacaan hukum, jurnal-jurnal yang memberikan penjelasan mengenai bahan primer, berupa buku teks, konsideran, artikel dan jurnal, sumber data elektronik berupa internet, majalah dan surat kabar serta berbagai kajian yang menyangkut tentang kedudukan hukum harta bersama yang dijadikan sebagai jaminan .

48

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum atau bahan-bahan yang dapat memberikan sejumlah informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder, ensiklopedia, dan lain-lain. Bahan hukum tersier biasanya memberikan informasi, petunjuk dan keterangan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

49

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penulisan ini yaitu:

a. Penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi serta mempelajari dokumen-dokumen, buku-buku teks, teori-teori, peraturan perundang-undangan, artikel, tulisan ilmiah yang ada hubungannya dengan judul penelitian.

50

48

Ibid.

49

Ibid.

50

Ibid.

(36)

b. Penelitian lapangan dengan langkah-langkah yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa informan atau narasumber, yaitu:

1) Syahputra, SPd selaku petugas administrasi mikro Pegadaian Cabang Medan Sunggal.

2) Elvina Yuliana, SH, M.Kn selaku notaris di Kota Medan yang bermitra dengan Pegadaian.

4. Alat Pengumpulan Data a. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah metode pegumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis.

Dokumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:

51

1) Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa, misalnya autobiografi.

2) Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/cerita orang lain, misalnya biografi.

b. Pedoman Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring berkembang teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-

51

Samuel, Metode Pengumpulan Data dalam Penelitian,

http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/metode-pengumpulan-data-dalam-penelitian, diakses pada

tanggal 16 September 2017.

(37)

media tertentu, misalnya telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

52

1) Wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.

2) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari responden.

5. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris.

53

Pendekatan kualitatif di sini memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan- satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku. Pola-pola tadi dianalisis lagi dengan menggunakan teori yang objektif.

54

52

Ibid.

53

Masyuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, (Malang : PT. Refika Aditama, 2008), hal 12.

54

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2001), hal

20-21.

(38)

BAB II

PENGATURAN HUKUM APABILA HARTA BERSAMA DIJADIKAN SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA DI PEGADAIAN

A. Harta dalam Perkawinan

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menjelaskan bahwa:

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Kompilasi hukum Islam di Indonesia menyatakan:

“Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.” Salah satu faktor yang penting dalam perkawinan adalah harta kekayaan. Faktor ini dapat menggerakkan suatu kehidupan perkawinan. Dalam perkawinan, memang selayaknya suami yang memberikan nafkah bagi kehidupan rumah tangga, dalam arti harta kekayaan dalam perkawinan ditentukan oleh kondisi dan tanggung jawab suami.

Namun di zaman modern ini, dimana wanita telah hampir sama

berkesempatan dalam pergaulan sosial, wanita juga sering berperan dalam

kehidupan ekonomi rumah tangga. Hal ini tentunya membawa pengaruh bagi

(39)

harta kekayaan suatu perkawinan, baik selama perkawinan berlangsung maupun jika terjadi perceraian.

55

Undang-Undang Perkawinan telah membedakan harta perkawinan sebagai berikut:

1. Harta Bawaan

Harta bawaan adalah harta yang dikuasai oleh masing-masing pemiliknya yaitu suami atau istri. Masing-masing suami atau istri berhak sepenuhnya melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya (Pasal 36 ayat 2 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).

56

Dalam hal ini baik KUH Perdata maupun Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sama-sama berlaku bagi siapa saja dengan kata lain tunduk pada kedua hukum tersebut, sedangkan harta bersama KUH Perdata dan harta bersama menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan hanya untuk membandingkan atau memperjelas pengertiannya. Harta yang selama ini dimiliki, secara otomatis akan menjadi harta bersama sejak terjadinya suatu perkawinan sejauh tidak ada perjanjian mengenai pemisahan harta (yang dikenal dengan perjanjian perkawinan) sebelum atau pada saat perkawinan itu dilaksanakan.

57

Bila harta yang dimiliki saat ini adalah sebuah rumah serta deposito menjadi satu yang dikenal dengan nama harta bersama, maka sebelum atau pada

55

R. Soetojo, Pluralisme dalam Perundang-undangan Perkawinan di Indonesia, (Surabaya : Universitas Airlangga Press, 1988), hal 57.

56

Rusdi Malik, Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti, 2003), hal 52.

57

Rosnidar Sembiring, Hukum Keluarga Harta-harta Benda dalam Perkawinan, (Jakarta

: Rajawali Pers, 2016), hal 98.

(40)

saat perkawinan dilaksanakan kedua pihak atau persetujuan bersama dapat melakukan perjanjian perkawinan mengenai pemisahan harta secara tertulis yang disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan yang mana berlaku juga terhadap pihak ketiga yang tersangkut (Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).

Jika terjadi perceraian bila tidak terdapat adanya suatu perjanjian perkawinan mengenai pemisahan harta, dalam praktik biasanya memang mengalami kesulitan dalam pembuktiannya sehingga untuk lebih jelasnya mengenai “bagian masing-masing” diadakan perjanjian perkawinan mengenai pemisahan harta.

58

Harta warisan merupakan harta bawaan yang sepenuhnya tidak dapat diganggu gugat oleh suami atau istri. Jika terjadi perceraian maka harta warisan dari orang tua tetap berada di bawah kekuasaan masing-masing (tidak dapat dibagi).

59

2. Harta Bersama

Harta bersama adalah harta yang diperoleh sepanjang perkawinan berlangsung sejak perkawinan dilangsungkan hingga perkawinan berakhir atau putusnya perkawinan akibat perceraian, kematian maupun putusan Pengadilan.

60

Harta bersama meliputi:

a. Harta yang diperoleh sepanjang perkawinan berlangsung;

58

Ibid.

59

Ibid.

60

Wahjono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di

Indonesia, ( Jakarta : Universitas Indonesia, 2004), hal 96.

(41)

b. Harta yang diperoleh sebagai hadiah, pemberian atau warisan apabila tidak ditentukan demikian;

c. Utang-utang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami istri.

Menurut Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa harta bersama suami istri hanyalah meliputi harta-harta yang diperoleh suami istri sepanjang perkawinan sehingga yang termasuk harta bersama adalah hasil dari pendapatan suami, hasil dari pendapatan istri.

61

Dalam Bab VII Pasal 35 Undang-Undang Perkawinan diatur tentang harta benda dalam perkawinan. Adapun ketentuan Pasal 35 Undang-Undang Perkawinan menentukan bahwa ayat (1) menentukan:

“Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama”, selanjutnya dalam ayat (2) menyatakan bahwa:

“Harta bawaan dari masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan hal lain.”

Ketentuan Pasal 35 Undang-Undang Perkawinan tersebut di atas memiliki kesamaan dengan ketentuan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Mengingat bahwa hak milik baik secara pribadi maupun secara bersama-sama merupakan hak asasi, maka perlu dipertegas ruang lingkup hak milik pribadi dan hak milik bersama dalam suatu perkawinan.

Perkawinan sesungguhnya adalah berkaitan dengan hak milik pribadi suami atau

61

J Satrio, Hukum Harta Perkawinan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993), hal 56.

(42)

istri, juga berkaitan dengan hak milik bersama antara suami dan istri selama dalam perkawinan. Oleh karena itu, ayat (1) Pasal 35 Undang-Undang Perkawinan mengatur tentang harta bersama selama perkawinan dan ayat (2) Pasal 35 Undang-Undang Perkawinan mengatur tentang harta pribadi dari masing-masing suami atau istri. Tegasnya hak milik pribadi sebagai hak asasi dan hak milik bersama sebagai hak asasi harus diatur secara tegas tentang luas ruang lingkupnya agar tidak terjadi kerancuan dan benturan hak milik atara keduanya.

62

Menurut hukum adat yang dimaksud dengan harta perkawinan ialah semua harta yang dikuasai suami dan istri selama mereka terikat dalam ikatan perkawinan, baik harta perseorangan yang berasal dari harta warisan, harta hibah, harta penghasilan sendiri, harta pencaharian hasil bersama suami istri dan barang- barang hadiah. Dalam kedudukannya sebagai modal kekayaan untuk membiayai kehidupan rumah tangga suami istri, maka harta perkawinan itu dapat digolongkan dalam beberapa macam, yaitu:

63

1. Harta yang diperoleh suami atau istri sebelum perkawinan yaitu harta bawaan;

2. Harta yang diperoleh suami atau istri secara perseorangan atau sesudah perkawinan yaitu harta penghasilan;

3. Harta yang diperoleh suami dan istri bersama-sama selama perkawinan yaitu harta pencaharian;

4. Harta yang diperoleh suami istri bersama ketika upacara perkawinan sebagai hadiah yang disebut hadiah perkawinan.

62

Rosnidar Sembiring, Op. Cit., hal 84..

63

Ibid, hal 85.

(43)

Harta benda dalam perkawinan yang dipergunakan Undang-Undang Perkawinan sesungguhnya mempertegas pemikiran tentang pembedaan hukum benda dengan hukum orang yang diatur di dalam KUH Perdata karena, aturan- aturan hukum tentang benda berkaitan dengan hak kebendaan, sedangkan perkawinan merupakan hukum pribadi atau hukum orang. Hal ini diperkuat dengan cara memperoleh hak milik melalui pewarisan dimasukkan dalam ketentuan hukum benda bukan dalam hukum orang atau hukum keluarga. Jadi, fokus pembahasannya adalah benda sebagai objek hukum atau dengan kata lain berkaitan dengan cara memperoleh atau peralihan hak milik atas benda yang ada dalam perkawinan.

64

B. Harta Bersama Sebagai Jaminan Kredit di Pegadaian

Menurut R. Wirjono Prodjodikoro, bahwa yang dimaksud dengan harta benda yang diperoleh selama perkawinan harta bawaan dari masing-masing suami dan istri serta harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

65

Jadi apabila ada harta benda yang diperoleh semasa perkawinan oleh suami istri, maka harta tersebut akan menjadi milik bersama dengan tanpa mempersoalkan siapa yang mendapatkannya atau yang mencari nafkah. Jika ada harta benda yang dibawa ke dalam perkawinan oleh si istri atau si suami, maka harta tersebut berada dalam kekuasaan masing-masing.

66

64

Ibid, hal 86.

65

R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Bandung : Sumur, 1992), hal 29.

66

Ibid.

(44)

Terhadap harta bersama suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. Tegasnya jika istri atau suami ingin melakukan sesuatu terhadap harta bersama, haruslah terlebih dahulu mendapat persetujuan kedua belah pihak, suami istri tersebut. Dengan demikian dalam perjanjian kredit dengan jaminan harta bersama dalam perkawinan, maka harus ada persetujuan pihak suami atau istri yang bersangkutan.

67

Seperti halnya yang terjadi di Pegadaian Cabang Medan Sunggal, ketika suami menjaminkan harta bersama untuk memperoleh fasilitas kredit, maka istrinya wajib mengetahui, menyetujui dan menandatangani perjanjian kredit di depan notaris pada saat proses pencairan kredit. Menurut M. Yahya Harahap bahwa jika terjadi perjanjian kredit dengan jaminan harta bersama dan tidak ada persetujuan dari pihak suami atau istri, maka atas perjanjian tersebut dapat dimintakan pembatalan perjanjian kredit dengan jaminan harta bersama tersebut.

68

Dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa mengenai harta bersama, suami istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak.

Dari bunyi ketentuan di atas maka jelas bahwa:

69

1. Suami dapat bertindak atas harta bersama setelah ada persetujuan istri.

2. Istri dapat bertindak atas harta bersama setelah mendapat persetujuan suami.

Dengan demikian, pada prinsipnya harta bersama itu diatur bersama dan dipergunakan bersama dan dalam segala sesuatunya harus ada persetujuan

67

Ibid.

68

M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal 49.

69

Ibid., hal 50.

(45)

bersama. Berlainan halnya dengan prinsip yang diatur dalam hukum perdata (KUH Perdata) menurut Pasal 124 ayat (1) KUH Perdata ditentukan bahwa harta bersama berada di bawah urusan suami. Malah dalam Pasal 124 ayat 92) KUH Perdata tersebut dinyatakan bahwa si suami dapat menguasai, mengasingkan menggunakan barang harta bersama tanpa persetujuan dan campur tangan istri, kecuali sebelumnya ada perjanjian kawin (huwelijke voorwaarden) sesuai dengan Pasal 140 ayat (3) KUH Perdata.

70

Dari bunyi Pasal 36 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat dilihat fungsi dan kegunaan harta bersama. Harta bersama itu dapat dipergunakan untuk kepentingan keluarga tetapi dalam penggunaannya boleh dilakukan salah satu pihak dengan syarat adanya persetujuan dari pihak lain, yaitu dalam hal:

71

1. Baik dipergunakan untuk kepentingan kebutuhan dan perbelanjaan rumah tangga. Tentu inilah pertama kegunaan dari harta bersama. Maksud Pasal tersebut tidaklah begitu kaku penafsirannya, artinya tidaklah persetujuan kedua belah pihak dalam menggunakan harta bersama, merupakan kewajiban mutlak dalam segala hal. Sebab kalau setiap penggunaan harta bersama ini mesti diartikan selamanya harus ada persetujuan bersama, hal ini jelas akan membawa malapetaka bagi kehidupan rumah tangga dan mekanisme kehidupan rumah tangga akan macet dengan sendirinya. Oleh sebab itu dalam perbelanjaan yang menyangkut penggunaan sehari-hari adalah istri patut bertindak tanpa persetujuan suami atau sebaliknya jika

70

Ibid., hal 54.

71

Ibid., hal 55.

(46)

hendak belanja rokok, suami tidak perlu mendapat persetujuan istri,

sehingga ukuran obyektif dalam hal ini, jika tindakan itu sepanjang yang

menyangkut keperluan rutin, masing-masing pihak bebas tanpa

persetujuan salah satu pihak. Dapat diperluas sekedar menyangkut

kepentingan rumah tangga yang bersifat rutin serta kepentingannya suami

istri dengan kondisi-kondisi kebudayaan masyarakat sekarang dalam

batas-batas status sosial ekonomi keluarga yang dimungkinkan oleh

besarnya harta bersama tersebut, tidaklah merupakan kewajiban adanya

persetujuan yang mutlak dari masing-masing pihak. Sebab itu hubungan

ketentuan Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan ini pada pihak ketiga tidak membawa akibat hukum sekalipun

tidak ada persetujuan pihak suami atau istri, jika penggunaan harta

bersama itu merupakan perbelanjaan yang lazim dalam kehidupan sehari-

hari. Kecuali misalnya membeli barang-barang kemewahan yang cukup

tinggi harganya dan sudah di luar kepentingan yang masih tergolong pada

keperluan sehari-hari barulah ketentuan Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan itu harus dipenuhi, artinya harus

ada persetujuan dari kedua belah pihak. Jadi ketentuan tentang persetujuan

itu harus dipahamkan sedemikian rupa sepanjang tindakan-tindakan yang

menyangkut kepentingan-kepentingan sehari-hari yang tidak melampaui

batas-batas kemampuan sosial ekonomi keluarga sendiri sehingga

Referensi

Dokumen terkait

The intimidations experienced by Katherine Watson related to women role in film Mona Lisa Smile .... Katherine and Feminist

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh stigma negatif terhadap stress kerja para PNS di Pemerintah Kota Salatiga, peran dukungan sosial sebagai variabel

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian terdahulu mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa dan kemandirian belajar siswa melalui pembelajaran dengan

Tidak Terlaksana 2 Program Pembinaan dan Fasilitasi Pemerintahan Daerah 4 Tersusunnya rencana kerja kecamatan Ada/Tidak Ada 3 Program Perencanaan Pembangunan Daerah. 5

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W7, 2015 25th International CIPA Symposium 2015, 31 August – 04

10 Meningkatnya jumlah Pemuda Pelopor Produktif Orang 15 10 Program pembinaan organisasi kepemudaan 11 Jumlah gedung olahraga Buah 0 11 Program Peningkatan sarana dan prasarana

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W7, 2015 25th International CIPA Symposium 2015, 31 August – 04

6 Angka rata-rata lama sekolah SD/MI Tahun 6 6 Program Pengembangan Budaya Baca & Pembinaan Perpustakaan 7 Angka rata-rata lama sekolah SMP/MTs Tahun 3 7 Program Pemerataan