• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Gastritis Menurut Kedokteran Barat

1. Pengertian Gastritis

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro yang berarti perut/kembung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis atau maagh merupakan suatu keadaan dimana terjadi pembengkakan, peradangan, atau iritasi pada lapisan lambung. Biasanya menyerang secara tiba – tiba dan berlangsung singkat atau bersifat akut, namun ada saatnya juga merupakan bagian penyakit yang serius dan berlangsung cukup lama atau bersifat kronis.

Gastritis terjadi karena peradangan pada lambung akibat dari infeksi oleh bakteri yaitu Helicobacter pylori selain itu ditandai dengan nyeri ulu hati, mual, muntah, cepat kenyang, nyeri perut dan lain sebagainya (Anies, 2017).

2. Anatomi dan Fisiologi

Lambung merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma bagian depan pancreas dan limpa. (Syaifuddin, 2017)

Bagian – bagian dari lambung :

a. Fundus ventrikuli : bagian yang menonjol ke atas, terletak sebelah kiri osteum kardiak, biasanya berisi gas. Pada batas dengan esophagus terdapat katup sfingter kardiak.

(2)

b. Korpus ventrikuli : merupakan segitiga osteum kardia yaitu suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor, merupakan bagian utama dari lambung.

c. Antrum pilorus bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pilorus, merupakan muara bagian distal, berlanjut ke duodenum.g

d. Kurvatura minor : sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardia sampai ke pilorus. Kurvatura minor dihubungkan ke hepar oleh omentum minor, lipatan ganda dari peritoneum.

e. Ostium kardia : merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorus, tidak mempunyai sfingter khusus hanya berbentuk cincin membuka dan menutup.

Fisiologi lambung menurut Nurrachmah, dkk, (2011) antara lain :

a. Penyimpanan sementara yang memberikan waktu bagi enzim pencernaan dan pepsin bekerja.

b. Pencernaan kimia – pepsin mengubah protein menjadi polipeptida.

c. Menghancurkan makanan dan menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung.

d. Absorpsi dari air, alkohol, dan sebagian obat larut lemak yang terbatas.

e. Pertahanan non spesifik terhadap mikroba oleh asam hidroklorida di dalam getah lambung. Muntah dapat terjadi sebagai respon terhadap ingesti iritan lambung, missal mikroba atau zat kimia.

(3)

f. Preparat zat besi untuk absorpsi lebih lanjut disaluran cerna – lingkungan asam lambung dapat melarutkan garam besi, yang diperlukan sebelum zat besi diabsorpsi.

g. Produksi dan sekresi faktor intrinsik yang diperlukan untuk absorpsi vitamin B12 di ileum terminal.

h. Mengatur jalannya isi lambung menuju duodenum.

i. Sekresi hormone gastrin.

3. Etiologi

Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori dan pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respon inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik. Secara umum penyebab gastritis adalah (Sudoyo Aru, dkk 2009) :

a. Stress

Stress psikologi dapat meningkatkan aktifitas saraf simpatik yang dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung. Peningkatan Hcl dapat dirangsang oleh mediator kimia yang dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinephrine.

b. Faktor makanan

Pola kebiasaan makan yang tidak teratur, kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman seperti cuka, cabe, asam, kopi, alkohol, porsi makan terlalu banyak dan sering terlambat makan dapat memicu timbulnya nyeri perut akibat naiknya produksi asam lambung.

c. Pemakaian obat NSAIDS (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs)

(4)

Pemakaian obat anti inflamasi non steroid seperti aspirin, asam mefenamat, aspilet dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan produksi asam lambung yang berlebihan sehingga mengiritasi mukosa lambung karena terjadinya difusi balik ion hydrogen ke epitel lambung.

d. Konsumsi minuman alkohol

Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak mukosa lambung sehingga menimbulkan iritasi pada lambung.

e. Rokok

Asam nikotin pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke lambung mengalami penurunan. Penurunan ini dapat berdampak pada penurunan produksi mukus yang salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari iritasi. Kejadian gastritis pada perokok dapat dipicu oleh pengaruh asam nikotin yang menurunkan rangsangan pada pusat makan, perokok jadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat langsung mencerna mukosa lambung.

4. Klasifikasi Gastritis

Gastritis pada dasarnya dibagi menjadi 2 bagian yaitu (Brunner &

Suddarth, 2013) : a. Gastritis akut

Gastritis akut berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari dan sering kali disebabkan oleh diet yang tidak tepat (memakan makanan yang mengiritasi dan sangat berbumbu atau memakan yang terinfeksi). Penyebab lain mencakup penggunaan aspirin secara

(5)

berlebihan dan penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) lain, asupan alkohol yang berlebihan, refluks empedu, dan terapi radiasi.

Bentuk gastritis akut yang disebabkan oleh asam atau alkali yang kuat, yang dapat menyebabkan gangren atau perforasi pada mukosa lambung, gastritis dapat menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut.

b. Gastritis kronis

Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang berkepanjangan disebabkan oleh ulkus lambung jinak atau ganas atau disebabkan oleh bakteria seperti Helicobacter pylori. Gastritis kronis dapat disebabkan oleh penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa, faktor diet seperti kafein, penggunaan obat seperti NSAID atau bifosfonat (misal alendronat (Fosamax), risedronat (Actonel), ibandronat (Bonival), alkohol, merokok, atau refluks sekresi pancreas dan empedu ke dalam lambung dalam waktu lama.

5. Patofisiologi Gastritis

Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat menyebabkan pelepasan atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati nervus vagus menuju dinding lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar – kelenjar gaster atau getah lambung, sehingga mukosa dalam lambung mensekresikan hormone gastrin dan merangsang sel – sel parietal yang nantinya produksi asam lambung hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi iritasi pada mukosa lambung (Guyton, 1997).

(6)

Obat – obatan, alcohol, garam, makanan pedas dan berminyak, dapat merusak mukosa lambung, mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung.

Maka terjadi iritasi dan peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis (Suyono, 2001).

Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung. Jika asam lambung atau hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya asam hidroklorida dan pepsin dapat merusak lambung, yang lama – kelamaan barier mukosa lambung yaitu suplai darah, keseimbangan asam – basa, integritas sel mukosal dan regenerasi epitel. Bahan – bahan seperti aspirin, alkohol dan anti inflamasi non steroid dapat menurunkan produksi mukosa lambung. Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara lesi dan asam juga merangsang mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot halus disekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar diepigastrium tengah dan punggung (Smelzert, 2001)

Stimulan sistem saraf pusat parasimpatis dapat meningkatkan aktifitas otot lambung dan sekresi pepsin Dari masukan minuman yang mengandung kafein. Selain itu nikotin juga dapat mengurangi sekresi bikarbonat

(7)

pankreas, karena menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum yang lama kelamaan dapat menimbulkan mual dan muntah (Long, 1996).

Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama – kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis, yang dapat berdampak pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi untuk mensekresikan factor intrinsik akan tetapi karena adanya antibody maka faktor intrinsik tidak mampu untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan dan akan terjadi anemia perniciosa (Mansjoer, 1999) 6. Tanda dan Gejala

a. Gastritis akut

Gejala mungkin berlangsung cepat, ketidaknyamanan abdomen, sakit kepala, kelesuan, mual, muntah, dan cegukan (Bruner dan Sudarth, 2013).

b. Gastritis kronis

Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan (Bruner dan Sudarth, 2013).

Secara umum gejala gastritis yang timbul adalah Hilangnya nafsu makan, Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, kemudian mual dan muntah, Nyeri yang terasa perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan, dan Sering ditandai bersendawa setelah makan (Anies, 2016).

(8)

7. Pathway Gastritis

Tabel 2.1 Pathway Gastritis (Guyton, 1997, Smeltzer 2001, Mansjoer, 1999)

(9)

8. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi Helicobacter pylori dalam darah. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.

b. Pemeriksaan pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori atau tidak.

c. Pemeriksaan feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat Helicobacter pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi d. Endoskopi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.

e. Ronsen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda – tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen ( Nanda Nic Noc, 2016).

9. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan gastritis dapat meliputi (Brunner & Suddarth, 2018) : a. Gastritis akut

(10)

1) Pasien tidak boleh mengkonsumsi alkohol dan makan sampai gejala reda.

2) Diet pasien dapat dilanjutkan menjadi diet non iritatif 3) Jika gejala menetap, diperlukan cairan intravena

4) Jika terjadi perdarahan secara terus menerus, penatalaksanaannya serupa dengan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran cerna bagian atas.

5) Jika gastritis disebabkan oleh menelan asam atau alkali yang kuat, encerkan dan netralkan asam dengan antasid yang umum (missal, alumunium hidroksida) netralkan alkali dengan jus lemon encer atau cuka encer.

6) Terapi suportif dapat mencakup intubasi nasogastrik, agen analgesic dan sedatif, antasid, dan cairan IV.

7) Endoskopik fiberoptik untuk pembedahan darurat guna mengangkat jaringan gangren atau jaringan yang mengalami perforasi.

8) Reseksi lambung (gastrojejunostomi) untuk mengatasi obstruksi pilorik.

b. Gastritis kronik

Modifikasi diet, Istirahat, Kurangi stress, Hindari alkohol dan NSAID, Farmakoterapi

10. Saran dan Anjuran

Saran dan anjuran yang tepat untuk penderita gastritis yaitu dengan mengatur pola makan, olahraga secara teratur, hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung seperti cokelat, keju, dan

(11)

lain-lain. Kemudian hindari mengkonsumsi makanan yang menimbulkan gas dilambung antara lain kubis, kentang, melon, semangka. Hindari mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas dan berminyak, Hindari minuman yang mengandung kafein dan alkohol seperti kopi, teh hijau, dan soft drink, Hindari obat yang dapat mengiritasi dinding lambung, Kelola stress psikis sebaik mungkin (Anies, 2016).

B. Gastritis Menurut Kedokteran Timur 1. Pengertian

Gastritis dalam TCM (Theory Chinise Medicine) disebut sebagai Wei Tong (nyeri lambung) dan Pi Zhong (sensasi kepenuhan di epigastrium).

Nyeri ulu hati ditandai dengan nyeri bagian tengah atas perut. Nyerinya dapat timbul secara mendadak, juga dapat secara perlahan. Nyeri dapat menjalar ke perut daerah samping ulu hati (hypokondrium) dan punggung.

Rasa nyeri dapat disertai adanya rasa penuh dan tertekan didaerah dada, mual, muntah, bersendawa, muntah berupa cairan asam dan lain-lain.

Gangguan tersebut disertai tidak nafsu makan. Pada penyakit kronis apabila sudah melukai Luo didalam Wei / lambung dapat menyebabkan timbulnya hematemesis (muntah darah), hematochezea (berak darah) (Sim Kie Jie,

2008).

2. Etiologi dan Patogenesis

Gastritis dapat disebabkan oleh serangan pathogen luar, makan tidak teratur, gangguan emosi, dan Pi/limpa dan Wei/lambung lemah (Sim Kie Jie, 2008)

(12)

a. Pathogen dingin menyerang Wei/lambung

Terlalu banyak makanan bersifat dingin, hal tersebut menyebabkan Wei/lambung mengerut, hingga Wei Qi tidak lancar, dan menyebabkan nyeri ulu hati (Sim Kie Jie, 2008).

b. Pola makan tidak teratur hingga melukai Wei/lambung

Fungsi Wei/lambung adalah menampung dan mencerna makanan.

Apabila makan tidak teratur, terlalu kenyang atau terlalu lapar, terlalu banyak makan makanan asam, berlemak, pedas, minuman keras atau terlalu banyak minum obat-obatan yang dapat mengganggu Wei/lambung, maka hal-hal tersebut akan melemahkan atau melukai Wei Qi dan menyebabkan nyeri ulu hati (Sim Kie Jie 2008).

c. Qi dari hati menyerang Lambung

Apabila terdapat berbagai macam emosi, misalnya khawatir, merenung, jengkel, dan marah dapat menyebabkan Qi dalam hati menjadi tidak lancar. Kemudian Qi hati yang tidak lancar menyebabkan fungsi aliran darah terganggu dan menyerang ke lambung (Sim Kie Jie, 2008).

d. Limpa dan lambung lemah

Fungsi limpa dan lambung ialah menampung, mencerna, transportasi dan transformasi makanan dan minuman. Apabila terlalu banyak atau terlalu kurang makan dan minum, terlalu lelah, terlalu lama menderita penyakit, maka hal tersebut dapat menyebabkan Yang dalam limpa dan lambung lemah, hingga pathogen dingin yang timbul dari kekurangan Yang menyerang limpa dan lambung dan menyebabkan timbulnya nyeri ulu hati (Liu Gongwan, dkk, 1999).

(13)

3. Pathway Gastritis Menurut Kedokteran Timur

Invasi dingin akibat cuaca Atau makanan dan minuman

retensi cairan dilambung

Defisiensi Yang lambung Berhubungan dengan defisiensi Yang ginjal dan limpa

Makanan berlebih retensi makanan

dilambung Retensi panas lambung

Karena panas dalam yang serangan panas

Lama, invasi lambung oleh api lambung Api hati.

Akibat penyakit kronis, dimana defisiensi Yin lambung Api merusak Yin dan Jin Ye

Tabel 2.2 Pathway Gastritis Menurut Medis Timur (Liu, 1996)

(14)

4. Diferensiasi Sindrom

Gastritis terbagi menjadi beberapa sindrom yaitu : a. Gastritis karena pathogen dingin

Manifestasi klinis meliputi nyeri perut secara mendadak dan berangsur – angsur menjadi parah, senang hangat, tidak menyukai dingin, memuntahkan cairan bening, tidak terasa haus, lidah pucat, nadi tenggelam dan tegang (Sim Kie Jie, 2008).

b. Gastritis karena retensi makanan dilambung

Manifestasi klinis meliputi tidak nafsu makan, rasa penuh dan nyeri diepigastrium, sendawa, regurgitasi asam lambung, feses cair atau konstipasi, selaput lidah tebal dan lengket, nadi licin (Sim Kie Jie, 2008).

c. Gastritis karena hiperaktivitas qi hati menyerang lambung

Manifestasi klinis meliputi nyeri ulu hati menjalar sampai perut daerah samping ulu hati (hypokondrium) disertai kembung, bersendawa terus- menerus, buang air besar tidak lancar, selaput lidah putih tipis, nadi tegang dan cepat. Rasa nyeri timbul berhubungan erat dengan emosi.

(Sim Kie Jie, 2008).

d. Defisiensi Yin lambung

Manifestasi klinis meliputi kurang nafsu makan, lelah, demam sore atau sensasi panas, haus tapi enggan untuk minum, rasa nyeri diepigastrium, mulut dan bibir kering, mual, konstipasi, lidah merah, kering tanpa selaput, nadi kecil dan cepat (Liu Gongwan, dkk, 1999).

e. Api lambung berkobar

(15)

Manifestasi klinis meliputi Rasa panas atau terbakar dilambung, rasa haus tanpa ingin minum, muntah makanan yang belum dicerna atau cairan asam, timbul oedem, ada perdarahan digusi, nafas bau, konstipasi.

Lidah merah, selaput lidah kuning tebal, nadi mengambang, cepat dan licin (Liu Gongwan, dkk, 1999).

f. Gastritis karena defisiensi Yang limpa dan lambung

Manifestasi klinis meliputi nyeri di epigastrium, nafsu makan buruk, lesu, kekurusan, kulit pucat, sensasi dingin pada tangan dan kaki, feses loose stools, lidah pucat dengan lapisan putih berlendir, nadi lemah seperti benang (Liu Gongwan, dkk, 1999).

g. Lembab panas di lambung

Manifestasi klinis meliputi muntah disertai gelisah, suhu badan naik, agak haus, dada terasa pengap, selaput lidah putih, nadi mengambang dan cepat (Xinghua, 1996 ; Xuemin, 2007).

5. Terapi Akupunktur

a. Gastritis karena pathogen dingin

Prinsip terapinya yaitu dengan menghangatkan lambung dan menghilangkan pathogen dingin. Titik utama yang digunakan adalah BL 21 (Weishu), CV 13 (Shangwan), dan ST 21 (Liangmen) berfungsi menghilangkan nyeri lambung. Kemudian untuk titik tambahan yang digunakan yaitu PC 6 (Neiguan), dan ST 36 (Zusanli) berfungsi menguatkan limpa dan lambung (Sim kie jie, 2008).

b. Gastritis karena retensi makanan dilambung

(16)

Prinsip terapinya yaitu dengan memperbaiki dan memperkuat jiao tengah agar fungsi pencernaan dan retensi menjadi hilang. Titik utama yang digunakan adalah CV 10 (Xiawan) yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri lambung. Titik tambahan yang digunakan adalah LV 13 (Zhangmen) dan ST 36 (Zusanli) berfungsi menguatkan limpa dan lambung (Liu, 2000).

c. Gastritis karena hiperaktivitas qi hati menyerang lambung

Prinsip terapinya adalah melancarkan Qi hati dan memperbaiki fungsi lambung. Titik utama yang digunakan adalah BL 21 (Weishu) dan CV 12 (Zhongwan), dan ST 36 (Zusanli) berfungsi menguatkan limpa dan lambung. Titik tambahan yang digunakan yaitu LV 3 berfungsi melancarkan qi hati, menguatkan lambung, dan nyeri ulu hati yang berkaitan dengan emosi (Sim kie jie, 2008).

d. Defisiensi Yin lambung

Prinsip terapinya yaitu dengan menguatkan Yin lambung dan tanpa menggunakan moksa. Titik utama yang digunakan adalah CV 12 (Zhongwan), ST 36 (Zusanli), BL 20 (Pishu), BL 21 (Weishu) yang berfungsi untuk menguatkan limpa dan lambung. Titik tambahan yang digunakan yaitu SP 3 (Taibai), SP 6 (Sanyinjiao), KI 3 (Taixi) berfungsi untuk menutrisi Yin lambung (Liu, 2000).

e. Api lambung

Prinsip terapinya yaitu dengan mendinginkan dan menghilangkan panas lambung, serta tanpa menggunakan moksa. Titik utama yang digunakan adalah ST 44 (Neiting), ST 45 (Lidui), dan CV 12 (Zhongwan)

(17)

berfungsi untuk mendinginkan dan menghilangkan panas lambung. Titik tambahan yang digunakan yaitu PC 6 (Neiguan), CV 10 (Xiawan), CV 13 (Shangwan) berfungsi untuk menurunkan Qi lambung (Liu, 2000).

f. Gastritis karena defisiensi Yang limpa dan lambung

Prinsip terapi yang digunakan yaitu dengan menghangatkan dan menguatkan limpa dan lambung serta dapat digunakan moksa. Titik utama yang digunakan yaitu CV 12 (Zhongwan), BL 20 (Pishu), BL 21 (Weishu) berfungsi untuk menguatkan limpa dan lambung. Titik tambahannya yaitu PC 6 (Neiguan), SP 6 (Sanyinjiao) berfungsi untuk memperbaiki fungsi limpa (Liu, 2000).

g. Lembab panas di lambung

Prinsip terapinya yaitu dengan menghilangkan lembab dilambung. Titik utama yang digunakan yaitu CV 12 (Zhongwan), ST 36 (Zusanli) berfungsi untuk menurunkan Qi lambung. Titik tambahan yang digunakan yaitu PC 6 (Neiguan) untuk menghentikan muntah, PC 3 (Quchi), dan DU 14 (Dazhui) berfungsi untuk mengeluarkan pathogen panas (Sim Kie Jie, 2008).

6. Persiapan Peralatan dan Posisi Pasien a. Alat dan bahan

1) Jarum akupunktur yang digunakan berukuran 1 cun atau berkisar 1 inci atau 2,5 cm dan jarum berukuran 0,5 cun atau berkisar 1,5 cm.

jarum akupunktur berfungsi untuk merangsang area titik akupunktur.

2) Kapas berfungsi untuk membersihkan area kulit yang akan dilakukan penusukan.

(18)

3) Alkohol digunakan untuk mensterilkan area kulit yang akan dilakukan penusukan.

4) Bengkok digunakan untuk tempat bekas jarum dan kapas yang habis dipakai.

5) Bantal untuk mendukung posisi pasien yang benar dan memberikan rasa nyaman

6) Tensi meter digunakan untuk mengukur tekanan darah (Xiaorong, 2011).

b. Posisi pasien

Terdapat 5 posisi standart pasien pada saat ditusuk yaitu posisi telentang atau supinasi, posisi tengkurap atau pronasi, posisi miring atau sim, dan posisi telungkup (Kiswojo, 2013)

7. Pemeriksaan Menurut TCM

Dalam pengobatan tradisional china dilakukan 4 cara pemeriksaan fisik yang dikenal dengan istilah Wang (Penglihatan), Wen (Pendengaran/penciuman), Wun (Anamnesis), dan Cie (Perabaan/Palpasi).

Tujuan dari 4 cara pemeriksaan tersebut adalah untuk mendeteksi gejala dan tanda yang diekspresikan ke luar tubuh, sehingga dapat ditemukan data mengenai faktor penyebab penyakit, lokasi penyakit, asal mula terjadinya penyakit serta perkembangan penyakit (Sim, 2012).

a. Wang (Penglihatan)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ini adalah Shen atau semangat, Se atau kompleksi, Singtay atau kondisi tubuh. Bila keadaan penderita baik maka shen terlihat semangat, kompleksi wajah bercahaya,

(19)

lidah berwarna merah muda. Jika penderita dalam keadaan defisiensi maka shen tampak tidak bersemangat, kompleksi wajah pucat, tubuh kurus, lidah putih pucat. Sedangkan dalam keadaan ekses maka shen tampak gelisah, kompleksi wajah kemerahan, lidah berwarna merah yang menunjukkan adanya panas dalam tubuh. Dari kondisi se warna wajah kuning, putih pucat dan hitam. Kuning menunjukkan adanya defisiensi limpa, putih menunjukkan adanya defisiensi Yang dan Xue dan hitam menunjukkan adanya defisiensi ginjal. Singtay atau bentuk tubuh terlihat kurus menunjukkan adanya defisiensi xue dan Yin yang menahun, kondisi tubuh lemah dan tidak bertenaga, dalam akupunktur termasuk dalam tipe kayu (Saputra dan Idayanti, 2005 ; Sim, 2008).

b. Wen (Pendengaran/penciuman)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Wen adalah pendengaran yang meliputi suara bicara, suara napas, dan batuk. Suara bicara yang tiba – tiba hilang disebabkan karena adanya serangan pathogen angin panas dan menyebabkan defisiensi. Keengganan berbicara dihubungkan dengan sindrom dingin, sedangkan penderita yang berbicara terus menerus menunjukkan adanya kelainan yang bersifat panas. Suara napas yang keras menunjukkan adanya ekses sedangkan suara napas yang halus menunjukkan adanya defisiensi.

Suara batuk yang keras dan meledak merupakan tanda adanya ekses, batuk yang halus dan lemah tanda adanya defisiensi. Batuk yang kering merupakan tanda defisisensi Yin paru (Saputra dan Idayanti, 2005).

c. Wun (Anamnesis)

(20)

Anamnesis adalah teknik bertanya kepada pasien tentang penyakit untuk mengerti proses patologi yang sedang terjadi. Anamnesis dilakukan secara sistematis yang ditujukan pada keluhan utama, disesuaikan dengan pengetahuan dasar diferensiasi sindrom. Anamnesis mencakup pertanyaan yang cukup luas seperti menanyakan keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit dahulu, bagaimana awal mula terjadinya keluhan, status diet makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil serta menanyakan kondisi emosinya (Saputra dan Idayanti, 2005).

Pada kondisi defisiensi buang air besar dengan feses cair dan diare, urin berwarna jernih dan banyak, buang air kecil yang menetes atau retensi urin. Karakterisktik nyeri pada pasien defisiensi adalah nyeri dingin, nyeri tumpul dan nyeri dalam. Karakteristik nyeri pada pasien dalam kondisi ekses adalah nyeri terasa terbakar, tidur gelisah, tidak nyenyak dan mudah terbangun (Sim, 2002 ; Sim, 2012)

d. Cie (Palpasi/perabaan)

Pada pemeriksaan ini digunakan teknik palpasi nadi, palpasi pada area tubuh seperti palpasi abdomen, palpasi epigastrium dan palpasi titik akupunktur. Area nadi tersebut dibagi menjadi 3 bagian yaitu cun, guan, chi. Nadi yang normal halus, tetapi cukup bertenaga, Nadi yang abnormal yaitu nadi yang mengambang dan menunjukkan sindrom eksterior, nadi yang tenggelam menunjukkan sindrom interior, nadi yang cepat menunjukkan sindrom panas tipe ekses. Palpasi pada area tubuh seperti epigastrium bila terasa keras dan nyeri diperberat oleh tekanan pada palpasi dianggap sindrom ekses, sebaliknya jika nyeri berkurang

(21)

dengan tekanan palpasi dan teras lembut menunjukkan sindrom defisien.

Palpasi abdomen tekanan yang mengurangi rasa nyeri bersifat defisien, sebaliknya bila bertambah sakit termasuk ekses. Palpasi titik akupunktur penekanan pada titik shu belakang dan titik yuan membantu untuk mengetahui organ mana yang terganggu (Saputra dan Idayanti, 2005).

8. Modalitas Terapi

Dalam memberikan terapi akupunktur dapat dikombinasikan dengan penggunaan alat elektrostimulator. Elektrostimulator adalah peralatan terapi menggunakan listrik frekuensi rendah untuk meregenerasi saraf yang mengalami kerusakan agar menjadi normal kembali. Dalam penggunaanya harus dengan memperhatikan bentuk gelombang, intensitas tegangan, frekuensi dan waktu rangsangan (Utari, dkk. 2017). Elektrostimulator digunakan untuk menciptakan keseimbangan energi Qi dalam tubuh. Pemilihan jenis gelombang dan frekuensi disesuaikan dengan kondisi pasien. Beberapa jenis gelombang yang terdapat dalam elektroakupunktur yaitu (Xinghua, 1996 ; Saputra, 2017) :

a. Dense wave (Gelombang kerap)

Berfrekuensi diatas 30 Hz, digunakan untuk mengurangi ekstabilitas dari sistem saraf. Gelombang ini dapat meminimalisir nyeri dan meringankan pikiran.

b. Dispered wave (Gelombang jarang)

Berfrekuensi dibawah 30 Hz, gelombang ini digunakan untuk mengurangi kontraksi otot dan ligamen serta dapat melancarkan dan

(22)

memperbaiki sirkulasi darah seperti pada kasus syok dan hipertensi.

Selain itu dapat juga digunakan untuk terapi pada sindrom Wei.

c. Kombinasi Dense wave dan Dispered wave

Dibentuk oleh gelombang kerap dan jarang. Gelombang ini digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, melancarkan sirkulasi darah, dan otot lumpuh tidak bertenaga.

d. Intermitten wave

Merupakan modifikasi dari gelombang kontinu dan biasanya berfrekuensi rendah, terputus – putus namun teratur. Gelombang ini dapat meningkatkan iritabilitas jaringan otot dan dapat digunakan terapi pada sindrom Wei.

Pada penggunaan frekuensi rendah berkisar antara 1-10 Hz bertujuan untuk meningkatkan energi (tonifikasi) dengan waktu 10-15 menit.

Penggunaan frekuensi tinggi berkisar antara 80-120 Hz bertujuan untuk melemahkan (sedasi) dengan waktu 15-20 menit. Frekuensi rangsang rendah dapat memicu pertumbuhan, dan frekuensi rangsang tinggi dapat menekan nyeri, meniadakan kejang otot, dan memperbaiki sirkulasi darah (Suhariningsih, 2004).

9. Mekanisme Kerja Akupunktur

Berdasarkan penelitian yang didapat dari jurnal Hesti Wira Sakti (2016) bahwa ketika dilakukan penusukan menggunakan jarum akupunktur dapat memberikan efek melalui mekanisme lokal, segmental, dan mekanisme general.

(23)

Mekanisme lokal akupunktur setelah dilakukan penusukan jarum akan terlihat area kemerahan pada kulit. Hal ini disebabkan oleh reflek aksonal yang merangsang pelepasan neuropeptida vasoaktif seperti substansi P dan Calcitonin Gene Related Peptides (CGRP). Substansi ini dilepaskan akibat

rangsangan pada serabut saraf A dan C yang akan diikuti oleh peningkatan perfusi dilokasi sekitar jarum. Substansi tersebut berfungsi sebagai mediator terbentuknya faktor pemicu. Pertumbuhan Growth Promoting Factor (GPF) dapat mempercepat proses penyembuhan karena mampu melepas hormone Opioid Endogen Perifer (Filshie, 2008).

Mekanisme segmental akupunktur yaitu adanya segmentasi pada jaringan kulit, otot, dan organ vicera. Saat dilakukan penusukan jarum akupunktur maka rangsangan akupunktur tersebut dapat langsung menembus organ vicera yaitu lambung (Filshie, 2008).

Mekanisme general akupunktur yaitu pada saat serabut sekunder naik dari kornu posterior ke supraspinal, terdapat kolateral yaitu masing – masing (1) dilevel medulla spinalis menuju substansia gelatinosa sebagai serabut interneuron melepaskan met enkefalin dan menghambat hantaran rangsang noksius, (2) dilevel batang otak, kolateral menuju ke nucleus raphe magnus (nRm), nucleus retikularis paragigantoselularis dan menuju

ke lokus seruleus. Dari nucleus raphe magnus (nRm) kemudian masuk ke lamina II medulla spinalis melepas hormone serotonin, kemudian dari nucleus retikularis paragigantoselularis dan lokus seruleus menuju ke lamina II medulla spinalis melepaskan hormone noradrenalin. (3) dilevel hipotalamus, kolateral ke sel hipotalamus dan nucleus arkuatus melepas

(24)

hormone Beta Endorphine yang langsung masuk ke sirkulasi , beredar ke seluruh tubuh memberi efek analgesia secara general (Filshie, 2008).

Gambar

Tabel 2.2 Pathway Gastritis Menurut Medis Timur (Liu, 1996)

Referensi

Dokumen terkait

Hylocereus undarus yang lebih popular dengan sebutan white pitaya adalah buah naga yang kulitnya berwarna merah dan daging berwarna putih.. Warna merah buah ini sangat kontras

Karakteristik dari keradangan gingiva atau gingivitis adalah adanya perubahan warna dari merah muda ( coral pink ) menjadi merah, dan lama kelamaan bisa menjadi merah kebiruan,

COX-2 yang Selektif efek samping yang terjadi pada mukosa lambung sangat menurun akan tetapi efek samping pada kardiovaskuler malahan meningkat, sehingga beberapa

Peningkatan faktor produksi yang digunakan ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan output atau produksi suatu perusahaan, demikian juga sebaliknya, jika modal kerja yang digunakan

(Emergency department factsheet,2008). Gastritis adalah suatu kondisi di mana mukosa lambung meradang. Lapisan perut mengandung sel-sel khusus yang menghasilkan asam dan enzim yang

Prostaglandin dalam lambung merupakan sitoprotektor, akibat sintesisnya yang berkurang karena hambatan aspirin maka ketahanan mukosa (faktor defensif) lambung

Tekanan tinggi pada otot bahu akan menyebabkan meningkatnya aktifitas kontraksi otot dimana dapat mendorong terjadinya peningkatan pada keduanya yaitu kelelahan

Pada akhir fase luteal terutama saat-saat menjelang terjadinya perdarahan haid terjadi peningkatan hormon estrogen yang dapat kembali menyebabkan perubahan sekretorik pada