• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres

1. Definisi stres

Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak terhadap keseimbangan atau ekuilibrium dinamis seseorang.

(Smeltzer & Bare, 2002). Sedangkan menurut WHO (2003) dalam Sriati (2008) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).

Stres adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntunan kebutuhan yang ada dalam dirinya (Pusdikakes Depkes. RI dalam Sunaryo 2004). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian utuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku dan subjektif terhadap stres.

Konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres sebagai sistem.

2. Sumber stres atau stressor

Menurut Warner stresor dapat didefinisikan sebagai kejadian, kondisi, situasi dan atau kunci internal atau eksternal yang berpotensi untuk membawa atau sebenarnya untuk mengaktifkan reaksi fisik dan psikososial yang bermakna. (Smeltzer & Bare, 2002) . Adapun sumber dasar pemicu stres :

a. Lingkungan

Lingkungan dapat mempengaruhi dan menuntut kita untuk menyesuaikan diri. Contoh stres lingkungan termasuk cuaca, kebisingan, polusi udara, lalu lintas, perumahan yang tidak aman dan lancar, serta kejahatan.

7

(2)

b. Stresor sosial

Stres bisa timbul dari beberapa tuntutan sosial yang kita tempati, seperti orangtua, pasangan, pengasuh, dan karyawan. Beberapa contoh stres sosial termasuk masalah keuangan, wawancara kerja, presentasi, perbedaan pendapat, tuntutan waktu dan perhatian atu kehilangann orang yang dicintai.

c. Fisiologis

Situasi dan kondisi yang mempengaruhi tubuh kita dapat dialami sebagai stres fisiologis. Contoh stres fisiologis termasuk pertumbuhan yang cepat, menopause, sakit, penuan, melahirkan, kecelakaan, kurang olahraga, gizi buruk, dan gangguan tidur.

d. Pikiran

Otak dapat menafsirkan dan merasakan situsai seperti stres, kesulitan, sakit, atau menyenangkan. Beberapa situasi dalam hidup stres sebagi pemicu tetapi pikiran yang menentukan masalah yang muncul. (Klinic Community Health Centre, 2010)

3. Penggolongan stres

Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Kusmiati dan Desminiarti (1990) dalam Sunaryo (2004) dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.

b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon, atau gas.

c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.

d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

e. Stres proses pertumbuhan da perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua

(3)

f. Stres psikis/emisional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.

Adapun menurut Grand (2000) dalam Sunaryo (2004), stres ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :

a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.

b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

4. Faktor yang mempengaruhi stres

a. Faktor biologis atau herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofisiologik, dan neurohormonal.

b. Faktor psikoedukatif atau sosiokultural, perkembangan kepribadian, pengalaman, dan kondisi lai yang mempengaruhi. (Sunaryo,2004)

5. Tahapan stres

Menurut Amberg (1979) seperti yang dikemukakan Hawari (2008) bahwa tahapan stres sebagai berikut :

a. Sres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan berikut :

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasannya.

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya ; namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

(4)

b. Stres tahap II

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar 2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang

3) Lekas merasa capai menjelang sore hari

4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort)

5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar) 6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

7) Tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

Pada tahap III keluhan semakin meningkat dan mengganggu yaitu : 1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan

maag (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).

2) Ketegangan otot-otot semakin terasa.

3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.

4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early imsomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle imsomnia), atau bangun terlau pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late imsomnia).

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa mau pingsan).

Kesempatan untuk beristrirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.

d. Stres tahapan IV

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate).

(5)

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.

5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan

6) Seringkali menolak ajakan (negativesm) kerena tidak semangat dan kegairahan.

7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

8) Timbul perasaan ketakuatan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut :

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological ex-haution).

2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sahari-hari yang ringan dan sederhana.

3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder)

4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

f. Stres tahap VI

1) Debaran jantung teramat keras

2) Susah bernafas (sesak dan megap-megap)

3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran 4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

5) Pingsan dan kolaps (collapse)

Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

(6)

6. Reaksi tubuh (sistem pencernaan) terhadap stres

Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem pencernaan. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih, hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hyperacidity).

Dalam istilah kedokteran tersebut sebagai gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag.

7. Upaya peningkatan kekebalan stres a. Makanan

Makan dan minum hendaknya yang halus dan yang baik serta tidak berlebihan. Jadwal makan hendaknya teratur pagi, siang dan malam dan diusahakan jangan sampai telat.

b. Tidur

Tidur adalah alamiah yang dapat memulihkan segala keletihan fisik dan mental. Tidur adalah kebutuhan mutlak bagi kehidupan makhluk hidup, terutama manusia; oleh karena itu jadwal tidur hendaknya teratur.

Lamanya tidur yang baik adalah antara 7-8 jam dalam semalam.

c. Olah raga

Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan baik fisik maupun mental, olah raga adalah salah satu caranya.

d. Menghindari merokok

Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan serta kekebalan tubuh.

e. Menghindari minuman keras

Tidak meminum keras (minuman yang mengandung alcohol) adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan serta kekebalan tubuh (Hawari, 2008).

(7)

B. Gastritis

1. Pengertian gastritis

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut atau lambung dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Dengan demikian gastritis adalah inflamasi atau peradangan pada mukosa lambung (Price & Wilson,2003:Setiawan 2008; Bethesda 2004; dalam Asminarsih Prio 2009). Gastritis adalah suatu kondisi medis dimana lapisan perut meradang, biasanya terjadi secara singkat dan mendadak. (Emergency department factsheet,2008).

Gastritis adalah suatu kondisi di mana mukosa lambung meradang. Lapisan perut mengandung sel-sel khusus yang menghasilkan asam dan enzim yang membantu memecah makanan untuk pencernaan dan lendir yang melindungi lapisan perut dari asam. Ketika lapisan perut meradang menghasilkan lebih sedikit asam enzim dan lendir. (NIH publication,2010). Gastritis atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat sebagai maag atau penyakit lambung adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman. (Misnadiarly, 2009).

2. Klasifikasi

Gastritis dapat bersifat akut atau kronis : a. Gastritis akut

1) Pengertian

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial.

(Mutaqin,2011).Gastritis akut yaitu peradangan akut pada dindig lambung dan pada umumnya dibagian antrum (Misnadiarly,2009).

Sedangkan menurut Deden, 2010 Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambug yang akut dengan kerusakan- kerusakan erosi.

(8)

2) Etiologi gastritis akut

Menurut Mutaqin (2011) banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti beberapa jenis obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksikasi dari bahan makanan dan minuman, garam empedu, iskemia, dan trauma langsung.

b. Gastritis kronis 1) Pengertian

Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun (Mutaqin,2011). Gastritis kronis adalah peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berlangsung lama disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylory. (Smeltzer & Bare, 2002).

2) Etiologi gastritis kronis

Menurut Smeltzer & Bare (2002) penyebab penyakit gastritis antara lain yaitu :

a) Obat analgetik anti inflamasi b) Bahan-bahan kimia

c) Alkohol d) Merokok e) Endotoksin

f) Refluks usus ke lambung

g) Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.

3. Gejala klinis

Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, dan muntah merupakn salah satu keluhan yag sering muncul. Ditemukan juga

(9)

perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya jika dilakukan anamnesa lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat- obatan atau bahan kimia tertentu. Pasien dengan gastritis juga disertai dengan pusing, kelemahan dan rasa tidak nyaman pada abdomen.

(Mansjoer, 1999).

4. Patofisiologi gastritis

Mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses auto digesti acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa barier ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamine dan stimulasi saraf cholinergic. Kemudian asam lambung dapat berdifusi balik ke dalam mukus dan meyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.

Alkohol, aspirin, dan refluk isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier.

Perubahan-perubahan patologi yang terjadi pada gastritis temasuk kongesti vaskuler, edema, peradangan sel supervisial. Manifestasi patologi awal dari gastritis adalah penebalan, kemerahan pada membran mukosa dengan adanya tonjolan / terlipat, Sejalan dengan perkembangan penyakit dinding dan saluran lambung menipis dan mengecil, atropi gastric progresif karena perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama dan parietal memburuk. Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor intrinsik hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan penumpukan vitamin B12 dalam badan menipis secara merata yang mengakibatkan anemi berat. Degenerasi mungkin ditemukan pada sel utama dan parietal sekresi lambung menurun secara berangsur, baik jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai hanya tinggal mukus dengan

(10)

air. Resiko teradinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat setelah 10 tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis kronis (Deden,2010).

5. Komplikasi

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis; terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.

b. Ulkus, jika prosesnya hebat

c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat (Iin Inayah,2004).

6. Kekambuhan Gastritis

Kekambuhan gastritis merupakan timbul kembali gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman. Pada umumnya ada beberapa hal yang berpengaruh pada timbulnya kekambuhan gastritis antara lain :

a. Infeksi Helicobacter pylori

Helicobacter pylori sejenis bakteri yang hidup di dalam lambung, dalam jumlah kecil. Ketika asam lambung yang dihasilkan lebih banyak kemudian pertahanan dinding lambung menjadi lemah, bakteri ini bisa bertambah banyak jumlahnya, apalagi disertai kebersihan makanan yang kurang. (Misnadiarly,2009)

b. Konsumsi Obat-obatan Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs (NSAIDs) Obat-obatan yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit gastritis antara lain adalah pemakaian obat Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs (NSAIDs) antara lain seperti Aspirin Ibuprofen, Naproxen dan Piroxicam dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.

(11)

Jika pemakaianya sekali kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaiannya berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.

c. Pola makan

Perubahan pola makan meliputi tidak teraturnya waktu makan, frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi kekambuhan gastritis. (Misnadiarly,2009)

d. Minuman beralkohol dan merokok

Gaya hidup seperti konsumsi alkohol, merokok dan konsumsi kafein mempengaruhi terjadinya gastritis. Alkohol dan zat nikotin dalam rokok dapat mengiritasi mukosa lambung. Alkohol dapat mengganggu absorbsi vitamin B kompleks dan vitamin C sehingga dapat menyebabkan gangguan pemenuhan nutrisi sehingga dapat meyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan menyebabkan individu rentan untuk mengalami infeksi, termasuk infeksi kuman helicobacter pylori yang dapat menyebabkan gastritis (Smeltzer & Bare, 2002).

e. Stres

Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga berisiko untuk mengalami gastritis. Efek stres pada saluran pencernaan menyebabkan penurunan aliran darah pada sel epitel lambung dan mempengaruhi fungsi sel epitel dalam melindungi mukosa lambung (Greenberg (2002) dalam Prio (2009) ).

7. Penatalaksanaan

a. Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mangandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis

(12)

diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisiran agen penyebab.

b. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stres, dan memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylori dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin dan amoksilin) dan garam bismut (Pepto-Bismol). (Smeltzer & Bare, 2002).

C. Hubungan antara stres dan kekambuhan gastritis

Respon mual dan muntah yang dirasakan pada saat individu mengalami stres menunjukan bahwa stres berefek pada saluran pecernaan. Wolf (1965) dalam Greenberg (2002) melakukan penelitian mengenai efek stres pada saluran pencernaan antara lain menurunkan saliva sehingga mulut menjadi kering, menyebabkan kontraksi yang tidak terkontrol pada otot esophagus sehingga menyebabkan sulit untuk menelan. Peningkatan asam lambung, kontriksi pembuluh darah di saluran pencernaan dan penurunan produksi mukus yang melindungi dinding saluran pencernaan sehingga menyebabkan sulit untuk menelan, peningkatan asam lambung. Kontriksi pembuluh darah di saluran pencernaan dan penurunan produksi mucus yang melindungi dinding saluran pencernaan sehingga menyebabkan iritasi luka pada dinding lambung dan perubahan motilitas usus yang dapat meningkat sehingga menyebabkan konstipasi. Konstipasi biasanya teradi pada individu yang mengalami depresi sedangkan diare biasanya terjadi pada individu yang berada pada kondisi panik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa stres memiliki pengaruh yang negative terhadap saluran pencernaan antara lain dapat menyebkan individu mengalami luka (ulcer) pada saluran pencernaan termasuk pada lambung yang disebut dengan peyakit gastritis.

Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat stres adalah melalui penurunan produksi mukus pada dinding lambung. Mukus yang diproduksi di dindig lambung merupakan lapisan pelindung dinding lambung dari faktor yang dapat merusak dinding lambung antara lain asam lambung,

(13)

pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi helicobacter pylori, obat anti inflamasi non steroid (OAINS), alkohol, dan radikal bebas. (Greenberg, 2002 dalam Prio, 2009).

D. Kerangka teori

Skema 2.1 hubungan antara stres dengan kekambuhan gastritis (Sumber : Clinic Community Health Centre ( 2010), Grenberg (2002)

dalam Prio (2009)

Stres Kekambuhan gastritis

Faktor Kekambuhan gastritis : a. Stres

b. Pola makan

c. Minuman beralkohol d. Merokok

e. Infeksi Helicobacter pylori f. Obat-obatan Nonsteroidal

Antiinflammatory Drugs Sumber stres atau stresor :

a. Lingkungan b. Stres sosial c. Fisiologis d. Pikiran

Penggolongan stres : a. Stres fisik b. Stres kimiawi c. Stres mikrobiologik d. Stres fisiologik

e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan

f. Stres psikis

(14)

E. Kerangka konsep

Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian (Sugiyono,2011)

F. Variabel penelitian

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah veriabel bebas dan variabel terikat yaitu :

1. Variabel independen atau variabel bebas

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Variabel independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya veriabel dependen (terikat). Variabel independen dari penelitian ini adalah stres. (Sugiyono, 2011).

2. Variabel dependen atau veraiabel terikat

Varibel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.

Variabel dependen merupakan variabel yang dipegaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam peneltian ini adalah kekambuhan penyakit gastritis. (Sugiyono, 2011)

G. Hipotesis

Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, maka rumusan penelitian ini adalah Ada hubungan antara stres dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis pada pasien gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang.

Variabel independen Stres

Variabel dependen Kekambuhan Penyakit Gastritis

Referensi

Dokumen terkait

Asam lambung cukup pekat untuk menyebabkan kerusakan jaringan, tetapi pada orang normal mukosa lambung tidak mengalami iritasi atau tercerna karena sebagian cairan lambung

 Mukosa lambung juga mengandung banyak kelenjar yg mensekresi enzim-enzim pencernaan (getah lambung, yg m’buat mknn lebih cair & asam).  Kandungan getah lambung : air,

Pencernaan yang dimulai dari mulut dan lambung, diselesaikan di lumen dan sel-sel mukosa usus tempat produk pencernaan diserap, bersamaan dengan sebagian besar

Ulkus peptikum dapat disebabkan oleh (1) sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung, atau (2) berkurangnya kemampuan sawar mukosa gastroduodenalis untuk

Prostaglandin yang banyak ditemukan pada mukosa lambung, dihasilkan dari metabolisme asam arakidonat memegang peran penting pada pertahanan dan perbaikan sel epitel

Stratum Korneum (lapisan tanduk), yang terdiri dari sel gepeng yang mati tidak berinti, mengandung keratin (sel tanduk). b) Stratum Lusidum, merupakan sel gepeng tanpa

Namun jika terjadi kerusakan sel- sel parenkim hati atau permeabilitas membran akan mengakibatkan enzim SGPT bebas keluar sel, sehingga enzim masuk ke pembuluh darah melebihi

Trichiuris, Candida. 3) Kekurangan kalori protein (KKP) pada penderita KKP terdapat atrofi semua organ termasuk atrofi mukosa usus halus, mukosa lambung, hepar