• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran PKn

2.1.1.1 Hakikat Mata Pelajaran PKn

R.Gultom (dalam Mawardi, 2011:4) menyatakan bahwa PKn merupakan pendidikan yang bertujuan untuk membina warga negara memahami hak dan kewajibannya. Dalam PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa mata pelajaran kewarganegaraan dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.

Pendapat lain diungkapkan oleh Zamroni sebagaimana dikutip oleh Dodi Sugandi (2010) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah: pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak masyarakat.

Pendapat lain dikemukakan oleh Nu’man Soemantri (Cholisin, 2007:9-10) yaitu Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, positive influence pendidikan sekolah, masyarakat, orangtua, yang kesemuanya itu diproses untuk melatih pelajar-pelajar berpikir kritis, analitis, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis dengan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan pendapat-pendapat para pakar PKn dapat disimpulkan bahwa PKn merupakan pendidikan yang memberikan pemahaman mengenai hak dan kewajiban warga negara dan penerapannya dalam menjalani kehidupan bermasyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945.

(2)

2.1.1.2 Struktur Keilmuan PKn

PKn merupakan mata pelajaran yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu.

Sebagaimana tertulis dalam Mawardi (2011:9) struktur keilmuan PKn ada tiga dimensi, yakni : (1) civics knowledge yaitu pengetahuan kewarganegaraan, (2) Civics Skills (Ketrampilan Kewarganegaraan) (3) Civics Virtues (Kebajikan Kewarganegaraan).

a. Civics Knowledge (Pengetahuan Kewarganegaraan)

Dimensi pengetahuan kewarganegaraan substansi materi mencakup: (1).

Konsep-konsep tentang substansi demokrasi; (2). Ketegangan-ketegangan abadi yang memunculkan isu-isu publik; (3). Konstitusi dan lembaga-lembaga pemerintahan demokrasi.(4); Fungsi-fungsi lembaga-lembaga demokrasi; (5).

Praktik-praktik kewarganegaraan demokratis dan peran peran warganegara; (6).

Konteks demokrasi: budaya, sosial, politik, dan ekonomi.

b. Civics Skills (Ketrampilan Kewarganegaraan)

Dimensi keterampilan sebagai Upaya peningkatan keterampilan kewarganegaraan yakni: (1). Keterampilan-keterampilan partisipatoris kewarganegaraan. (2). Berinteraksi dengan sesama warganegara untuk meningkatkan kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. (3). Memonitor isu- isu dan peristiwa publik. (4). Mempengaruhi pengambilan keputusan tentang isu- isu publik. (5). Melaksanakan keputusan kebijakan tentang isu-isu publik. (6).

Keterampilan-keterampilan kognitif kewarganegaraan demokratis. (7). Mengenali dan mendeskripsikan gejala-gejala atau kejadian-kejadian dalam kehidupan politik dan kenegaraan. (8). Menganalisa dan menjelaskan gejala atau kejadian dalam kehidupan politik dan kenegaraan. (9). Menilai, mengambil, dan mempertahankan posisi terhadap peristiwa dan isu publik. (10). Membuat keputusan tentang isu publik. (11). Berpikir kritis tentang kondisi kehidupan politik dan kenegaraan.(12). Berpikir konstruktif tentang bagaimana memperbaiki kehidupan politik dan kenegaraan.

c. Civics Virtues (Kebajikan Kewarganegaraan)

Aspek kebajikan kewarganegaraan mencakup hal-hal berikut ini, yakni:

(1) Memajukan kesejahteraan atau kebaikan bersama; (2) Mengakui kesamaan

(3)

dan derajat manusia; (3) Menghargai dan melindungi hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang; (4) Berpartisipasi secara efektif dan bertanggungjawab dalam kehidupan politik dan kenegaraan; (5) Mengambil tanggungjawab untuk mewujudkan pemerintahan demokrasi; (6) Menjadi pribadi yang mampu memerintah diri sendiri dengan menerapkan kebajikan-kebajikan kewarganegaraan; (7) Mendukung dan memelihara prinsip-prinsip dan praktik demokrasi.

2.1.1.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Winataputra (2012:118-119) menjelaskan bahwa Ruang lingkup PKn dalam standar isi mencakup aspek-aspek: Persatuan dan kesatuan bangsa, Norma hukum dan peraturan, Hak asasi manusia, Kebutuhan warga negara, Konstitusi negara, Kekuasaan dan politik, Pancasila, serta Globalisasi. Ruang lingkup ini kemudian dijabarkan sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan negara kesatuan republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap negara kesatuan republik Indonesia, ketrbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tatatertib disekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong-royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kenerdekaan engeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

(4)

5. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasaan dan politik meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai- nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

8. Globalisasi meliputi: globalisasi dilingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture

Kegiatan belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan tidak lepas dari model pembelajaran. Menurut Rusman (2010:139) menjelaskan bahwa model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan belajar. Joyce dan Weil (dalam Rusman 2010:139) mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan untuk merancang kurikulum berdasarkan rencana pembelajaran jangka panjang.

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Diungkapkan oleh Baharudin dan Nur Wahyuni (2008:128) bahwa cooperative learning adalah strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi. Didasarkan pengertian jelas bahwa diperlukan adanya kegiatan diskusi saat menyelesaikan masalah. Masalah yang dihadapkan untuk siswa adalah materi ajar, siswa diharuskan untuk bisa memahami materi ajar dengan baik.

(5)

Etin Solihatin (2011:4) juga memiliki argumen dalam mendefinisikan model pembelajaran kooperatif. Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan disetiap anggota kelompok itu sendiri. Secara ringkas dapat dimaknai sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok. Pengertian yang diungkapkan memberikan gambaran bahwa pelaksanaan pembelajaraan kooperatif menekankan aspek kebersamaan atau sosial sebagaimana dibutuhkan saat menjalani kehidupan.

Sementara itu, Isjoni (2012:15) mengungkapkan pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Pendapat Isjoni lebih menekankan pada aspek keberagaman anggota kelompok. Keberagaman anggota kelompok dapat dikondisikan untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dengan maksud siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dengan teman dalam kelompok sehingga tujuan bersama dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran kooperatif melatih kerjasama siswa untuk menemukan kebermaknaan dalam kegiatan pembelajaran.

proses bekerjasama dengan siswa lain dinilai penting karena manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupan tidak akan lepas dari orang lain.

2.1.2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture

Model pembelajaran picture and picture menurut pemahaman Budi (2006) adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa gambar adalah media utama dalam model pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan dengan mengurutkan gambar sesuai urutan logis.

Pemahaman tersebut diperkuat oleh pendapat Aprudin (2012) model pembelajaran picture and picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media gambar. Dalam operasionalnya gambar-gambar dipasangkan

(6)

satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Penggunaan media gambar menjadi ciri utama model pembelajaran picture and picture.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa picture and picture adalah suatu tipe belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau disusun sehingga menjadi urutan logis. Sehingga siswa yang cepat mengurutkan gambar jawaban atau soal yang benar, sebelum waktu yang ditentukan habis maka kelompok itu yang mendapat poin.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe picture and picture dalam Suprijono (2011,125): (1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Kompetensi yang disampaikan oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Hal ini berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Dengan adanya penyampaian tujuan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. (2) Menyajikan materi sebagai pengantar. Sebelum siswa aktif dalam kegiatan belajar dalam kelompoknya, guru terlebih dahulu menyampaikan materi sebagai pengantar. Materi tersebut digunakan sebagai dasar siswa untuk mengurutkan gambar secara logis. (3) Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang kegiatan yang berkaitan dengan materi. Setelah menyampaikkan materi sebagai pengantar, guru juga menunjukkan contoh-contoh gambar yang berkaitan dengan materi ajar yang disampaikan. (4) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Dalam model pembelajaran kooperatif siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok yang digunakan bisa kelompok belajar yang sudah ada dikelas. Namun, bisa juga ditentukan oleh guru maupun siswa sendiri yang memilih kelompok. (5) Siswa secara berkelompok mengurutkan gambar sebelum waktu yang ditentukan habis maka kelompok tersebut akan mendapat poin.

Dalam tahap ini siswa berlatih bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah.

Kemampuan berkomunikasi dan kekompakkan kelompok akan menentukan hasil kerja yang dicapai. (6) Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut. Setelah siswa selesai mengerjakan tugasnya siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada tahap inilah guru harus menggali informasi dari siswa. Bagaimana pola pikir mereka dalam mengurutkan

(7)

gambar secara logis. (7) Dari alasan pengurutan gambar yang dikemukakan oleh siswa guru mulai menanamkan konsep materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Seusai siswa menyampaikan alasan mereka, guru kambali memegang peranan. Apabila pola pikir yang ditangkap oleh siswa ada yang keliru, guru mendiskusikan bersama dan membimbing untuk menemukan pola pikir yang benar. Setelah itu guru mulai menanamkan konsep materi ajar. (8) Kesimpulan atau rangkuman. Kesimpulan materi ajar ataupun rangkuman memiliki peran yang penting. Dengan mencatat rangkuman, siswa dapat menggunakan catatan tersebut untuk belajar.

Tabel 1

Sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture

FASE-FASE PERILAKU GURU

1. Penyampaian kompetensi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Menyajikan materi pembelajaran Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan cara bertanya jawab secara klasikal.

3. Menunjukkan gambar berkaitan dengan materi pembelajaran

Pada saat menyampaikan materi pengantar, guru menunjukkan gambar yang berkaitan atau memperjelas materi pelajaran.

4. Pembagian kelompok belajar Pembagian kelompok dilaksanakan oleh guru berdasarkan kelompok belajar yang sudah dibentuk di kelas.

Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa.

5. Diskusi kelompok belajar Seluruh siswa dibimbing untuk mengurutkan gambar secara logis melalui diskusi dengan teman dalam satu kelompok belajar.

6. Menanyakan alasan pengurutan gambar

Setelah siswa melakukan presentasi, guru menanyakan alasan siswa dalam melakukan pengurutan gambar.

7. Menanamkan konsep materi Jika alasan siswa telah diketahui, guru dapat melakukan penanaman konsep materi agar siswa lebih memahami materi pelajaran.

8. Kesimpulan Kesimpulan dilakukan guru melalui tanya jawab secara klasikal, terhadap materi pelajaran.

(8)

2.1.3 Hasil Belajar Siswa 2.1.3.1 Pengertian Belajar

Pengertian menurut Rahyubi (2012:1), belajar merupakan proses hidup yang sadar atau tidak harus dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan menurut Morgan dalam bukunya Rahyubi (2012:5), belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Slameto (2010:2), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman pribadi dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang diharapkan mampu mengarahkan pada terbentuknya kemandirian dan perubahan pendewasaan tingkat emosional serta tingkah laku siswa.

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar yakni adanya perubahan dalam tingkahlaku secara kontinue. Jika individu menjalani proses belajar sebagai hasilnya akan mengalami perubahan dalam sikap, keterampilan hidup dan pengetahuan secara umum. Perubahan tingkahlaku dalam pengertian belajar yang diharapkan yakni:

Perubahan belajar yang diharapkan yakni:(1) Perubahan terjadi secara sadar. (2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

(3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. (4)Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. (5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. (6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (Slameto, 2010:3-4).

Perubahan tingakahlaku sebagai akibat dari belajar berkaitan dengan prinsip belajar. Prinsip belajar yang relatif berlaku umum yang dapat dijadikan dasar atau acuan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Seperti yang dikutip oleh Wirasta (2008:64) dalam buku.

(9)

Prinsip-prinsip belajar yang mendidik itu berkaitan dengan: (1) perhatian dan motivasi belajar peserta didik (2) keaktifan belajar dan keterlibatan langsung/ pengalaman dalam belajar (3) pengulangan belajar (4) tantangan semangat belajar (5) pemberian balikan dan penguatan belajar, serta (6) adanya pebedaan individual dalam perilaku belajar (Dimyati & Mudjiono 2002).

Menurut seorang cendekiawan Indonesia, Sumadi Suryabrata, dalam buku Rahyubi (2012:4), belajar merupakan upaya yang sengaja untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan maupun keterampilan. Dalam konteks ini seorang menjalani aktifitas belajar untuk meningkatkan kualitas hidupnya agar semakin baik, berguna, dan bermakna.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah serangkaian kegiatan terencana untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga terjadi perubahandalam diri pembelajar.

2.1.3.2 Pengertian Pembelajaran

Rahyubi (2012:6) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai upaya membelajarkan siswa.

Pembelajaran merupakan pekerjaan yang kompleks, oleh karena itu perencanaannya maupun pelaksanaanya memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana.

Warsita (2008:265) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau intruere yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui pembelajaran.

Pendapat Warsita kemudian dilengkapi oleh Sugandi, dkk, dengan mengemukakan ciri–ciri dari pembelajaran untuk memperoleh kebermaknaan dalam pembelajaran. Pembelajaran dapat menjadi bermakna ketika berpedoman pada instruksional pembelajaran.

(10)

Sugandi, dkk. (2000:25) mengemukakan ciri pembelajaran mencakup: (1) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

(2) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar. (3) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa. (4) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. (5) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa. (6) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.

Tujuan pembelajaran menurut Robert F.Mager 1992 yang terdapat dalam Hamzah (2006:35) adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses melibatkan guru dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian.

2.1.3.3 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pemahaman, pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.

Suprijono (2012:5) mengungkapkan bahwa, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Pengertian Suprijono menunjukkan bahwa dalam proses belajar hasil dilihat dalam aspek penerapan. Materi pelajaran yang disampaikan harus dapat diterapkan dalam kehidupan.

Menurut Gagne (Suprijono 2012:5-6), hasil belajar berupa: (1) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. (2) keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. (3) strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan

(11)

kaidah dalam memecahkan masalah. (4) keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai- nilai sebagai standar perilaku.

Sudjana (2010:22), menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Pernyataan Sudjana mengandung makna bahwa pengalaman diperlukan untuk membangun kemampuan siswa. Semakin siswa terlibat dalam memperoleh pengalaman maka kemampuan siswa akan lebih baik.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil belajar perolehan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, ditunjukkan dengan hasil evaluasi yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yaitu informasi verbal, keerampilan intelektual, strategi kogntif, sikap dan keterampilan motoris. Sedangkan secara garis besar Bloom membaginya kedalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Menurut Slameto (2010:54-72) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:

1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (Intern), yang meliputi :

a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar.

b. Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir.

c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.

2) Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor Ekstern, yang meliputi:

(12)

a. Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.

b. Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.

c. Faktor Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar diatas dapat dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas belajar individu memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit mencerna mata pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut belajar.

2.1.4 Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture dan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan uraian pada sub bab sebelum ini, telah dijabarkan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture serta hasil belajar siswa.

Dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dan terdapat hubungan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dengan hasil belajar siswa.

Hal ini dikarenakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture siswa mengalami pembelajaran yang lebih bermakna, yakni siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan konsep pribadi melalui diskusi bersama dengan teman satu kelompok. Selain itu, siswa juga dilatih untuk mengemukakan hasil diskusi mereka kepada teman yang lain. Siswa dalam bekerja sama dengan kelompoknya berusaha untuk menyelesaikan masalah, mengembangkan kreatifitas, dan berkomunikasi dengan siswa yang lain dalam kelompok belajar.

Proses kerjasama membantu siswa membiasakan diri hidup dengan lingkungan sosial.

(13)

Pengalaman belajar yang dialami siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, secara bertahap dapat membantu siswa secara kognitif dalam menguasai materi bahan ajar yang disampaikan guru. Jika pengalaman belajar lebih bermakna maka hasil belajar yang mereka dapatkan juga akan meningkat. Secara afektif melalui pembelajaran kooperatif tipe picture and picture siswa mampu membedakan membedakan dampak positif dan dampak negatif dari globalisasi terhadap lingkungan. Pengaruh model pembelajaran pada aspek psikomotorik siswa dapat menerapkan sikap selektif ditengah globalisasi.

Hasil belajar tersebut akan tampak dalam tes yang dilakukan pada pertemuan ketiga atau akhir setiap siklus.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas mengenai model pembelajaran picture and picture sudah ada beberapa peneliti yang melakukan penelitian serupa. Berikut akan beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebagai bahan kajian yang relevan:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hakim Daulay (2012) dengan judul ‘’Penerapan Model Picture and Picture Dalam Pembelajaran Lingkungan Hidup Di Sekolah Dasar Sumatera Utara’’. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model pembelajaran yang tepat pada pelajaran lingkungan hidup di Sekolah Dasar (SD) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penelitian ini dilakukan di daerah Provinsi Sumatra Utara, dengan mengambil sampel siswa SD pada 4 daerah tingkat II yang terdiri dari 2 Kota (Medan dan Binjai) dan 2 daerah Kabupaten (Deli Serdang dan Langkat).

Pengambilan sampel secara pusposive sampling, Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil belajar siswa sekolah dasar (SD) pada pendidikan lingkungan hidup bermuatan lokal Sumatera Utara yang diajarkan dengan model konvensional hanya mencapai nilai rata-rata 46,13 Hasil ini tentu jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Sumatera Utara dengan nilai 70,00. Setelah dilakukan pembelajaran dengan model picture and picture maka diperoleh nilai rata-rata sekitar 80,975. Hasil ini tentu jauh melebihi dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Sumatera Utara dengan nilai 70,00.

(14)

Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Ela Susilawati ada tahun 2012 dengan judul‘’Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Picture And Picture Pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa’’. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan secara kolaboratif dan dua siklus. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada siswa kelas III melalui penerapan model pembelajaran kooperatif picture and picture. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III B Sekolah Dasar Negeri Ciangsana 01 yang terdiri dari 40 siswa, dengan komposisi perempuan 21 siswa dan laki-laki 19 siswa. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siklus pertama memperoleh nilai 51,25 dengan persentase 25% sedangkan siklus kedua memperoleh nilai 91,25 dengan persentase 95% begitu pula dengan hasil observasi perilaku siswa menunjukkan adanya peningkatan pada keaktifan, kerjasama, dan motivasi dengan memperoleh nilai pada siklus pertama yaitu 82,2, sedangkan siklus kedua memperoleh nilai 88,7. Penelitian ini berkesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam pada siswa kelas III B di Sekolah Dasar Negeri Ciangsana 01 Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Selain itu, penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas serta meningkatkan keaktifan, kerjasama, dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

Penelitian ketiga adalah PTK dengan judul peningkatan hasil belajar melalui model picture and picture dalam pembelajaran IPS kelas V SDN Kandangan II Kabupaten Blitar oleh Rahajeng Kismaningsih. Penelitian ini berlatar belakang adanya kualitas pembelajaran di kelas V SDN Kandangan II Kabupaten Blitar yang masih rendah. Karena proses pembelajaran guru sangat tergantung pada penggunaan buku paket, terpusat pada guru, disamping itu keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga masih rendah. Hal tersebut ditunjukkan dari sikap siswa yang pasif, kurang bersemangat, karena siswa hanya

(15)

duduk, dengar dan catat sehingga timbul kejenuhan siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa. Dari 23 siswa yang mencapai ketuntasan hanya 7 siswa (30%).

Penerapan model picture and picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peningkatanaktivitas siswa pada pratindakan adalah 50% naik sebesar 21% pada siklus I dan 14% pada siklus II. Pada hasil belajar siswa peningkatan keberhasilan pratindakan sebesar 31% pada siklus I dan 30% pada siklus II. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari 23 siswa yang tuntas sebesar 21 siswa atau 91% dan 2 siswa atau 9% tidak tuntas karena kelainan berfikir yang dialami.

Penerapan model picture and picture untuk meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Gampingan 01 Pagak. Penelitian telah dilaksanakan sesuai rancangan penelitian. Dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN Gampingan 01 Pagak, guru telah menggunakan model picture and picture. Hasil observasi guru dalam pembelajaran melalui model picture and picture juga semakin meningkat dari tiap pertemuan pada masing-masing siklus. Pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata aktivitas belajar siswa yaitu 54,65 meningkat menjadi 75,8 pada siklus II. Pembelajaran dengan menggunakan model picture and picture juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I diperoleh rata-rata nilai evaluasi siswa yaitu 69,1 meningkat menjadi 85,8 pada siklus II.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan model pembelajaran picture and picture telah dibuktikan dan hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara kognitif. Mata pelajaran yang telah diujicoba meliputi pendidikan muatan lokal Sumatera Utara mengenai lingkungan hidup, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam. Kelas yang sudah dilakukan penelitian adalah seluruh siswa Sekolah Dasar, kelas II Sekolah Dasar, kelas III Sekolah Dasar. Dalam penelitian ini Peneliti berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Peneliti melakukan penelitian di kelas IV Sekolah

(16)

Dasar pada mata pelajaran PKn. Selain itu hasil belajar dalam penelitian berupa aspek kognitif dan aspek afektif.

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran PKn tidak hanya belajar secara kognitif. Pencapaian hasil belajar yang diharapkan lebih diutamakan pada aspek sikap. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture diharapkan dapat memaksimalkan pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn mengenai globalisasi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara berkelompok diharapkan dapat melatih siswa untuk menentukan sikap dalam kehidupan sosial serta dapat memaknai materi ajar yang disampaikan.

Berdasarkan hasil kajian teori dan hasil penelitian relevan, diketahui bahwa belajar merupakan proses yang dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, ditunjukkan dengan nilai evaluasi yang diberikan oleh guru seusai materi pelajaran disampaikan. Hasil belajar siswa ditentukan oleh keberhasilan pengelolaan proses belajar mengajar oleh guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dibutuhkan agar terjadi proses pembelajaran yang bermakna.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture diharapkan dapat membantu masalah rendahnya hasil belajar PKn siswa. model picture and picture memiliki keunggulan melibatkan siswa untuk menemukan konsep materi melalui pengurutan gambar secara logis. Pengurutan gambar dilakukan melalui proses bekerjasama dalam kelompok belajar. Setiap kelompok belajar dituntut untuk bekerjasama dengan baik demi hasil maksimal. Proses bekerjasama dapat membuat siswa lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan. Berdasarkan kelebihan tersebut diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil belajar dalam penelitian diukur melalui hasil belajar kognitif dan afektif. Hasil belajar kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari melalui tes pilihan ganda.

(17)

Penilaian afektif berkenaan dengan sikap siswa terhadap pernyataan dalam skala sikap berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarkan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dirumuskan suatu hipotesis.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas 4 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 SDN Sumogawe 03 Kab. Semarang.

Gambar

gambar secara logis.  (7)  Dari alasan pengurutan  gambar  yang dikemukakan oleh  siswa  guru  mulai  menanamkan  konsep  materi  sesuai  dengan  kompetensi  yang  ingin  dicapai

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa. Alternatif solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan

Yang dimaksud dengan pertanggungjawaban kepada Presiden mengenai pelaksanaan fungsi, wewe?nang, tugas, dan kewajiban disampaikan secara berkala sesuai dengan peraturan yang

a) Setelah memahami isi materi dalam bacaan berlatihlah untuk berfikir tinggi melalui tugas-tugas yang terdapat pada UKB ini baik bekerja sendiri maupun bersama

2). Indeks keanekaragaman mesofauna tanah pada lokasi penelitian berkisar antara 0,9166 – 1,368. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 1,368. Dari

[r]

Hasil hasil uji perbedaan rata-rata untuk gain kemampuan komunikasi dan koneksi matematis siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol disimpulkan bahwa kemampuan

1) Pemilihan purging gas antara gas argon (Ar) dan nitrogen (N2) pada pengelasan pipa austenitic stainless steel tidak terdapat perbedaan yang signifikan

Nilai-nilai pendidikan karakter bangsa pada pembelajaran matematika adalah nilai-nilai yang mencitrakan karakter yang dimiliki warga Negara Indonesia berdasarkan