• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENETAPAN PARAMETER NON SPESIFIK DAN SPESIFIK EKSTRAK DAUN SALAM (Syzgium polyanthum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENETAPAN PARAMETER NON SPESIFIK DAN SPESIFIK EKSTRAK DAUN SALAM (Syzgium polyanthum)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN PARAMETER NON SPESIFIK DAN SPESIFIK EKSTRAK DAUN SALAM (Syzgium polyanthum)

Lina Widiyastuti*, Widyasari Putranti

Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Email : widyasari@pharm.uad.ac.id

Artikel diterima: 6 November 2018; Disetujui: 4 Maret 2019

ABSTRAK

Ekstrak daun salam merupakan salah satu bahan obat tradisional yang berkhasiat sebagai antihiperlipida. Kualitas ekstrak merupakan parameter terjaminnya efek terapi yang optimal. Penetapan parameter non spesifik dan spesifik ekstrak daun salam (EDS) diperlukan untuk menjamin mutu bahan baku yang digunakan dalam terapi hipelipida. Ekstrak kental daun salam didapatkan dari Bantul, Yogyakarta dan dimaserasi menggunakan etanol 70% . EDS dilakukan uji penetapan parameter kadar abu, kadar air, kadar sari larut etanol, kadar sari larut air, kadar abu tidak larut asam, analisa kualitatif kuantitatif, analisis uji angka lempeng total, analisis uji angka kapang khamir, bobot jenis, analisa kualitatif. Penelitian ini diperoleh EHS memenuhi standardisasi parameter non spesifik dan spesifik menurut Farmakope Herbal Indonesia.

Kata kunci: ekstrak daun salam, parameter non spesifik dan spesifik, ekstrak etanol

ABSTRACT

Bay leaf extract is one of the traditional medicinal ingredients which is efficacious as an antihyperlipid. The quality of the extract is a parameter to guarantee the optimal therapeutic effect. Determination of non-specific and specific parameters of bay leaf extract (EDS) is needed to ensure the quality of raw materials used in hyperlipid therapy. The bay leaf extract was obtained from Bantul, Yogyakarta and macerated using 70% ethanol. EDS tested the parameters of ash content, water content, soluble ethanol extract content, water soluble extract content, acid insoluble ash content, quantitative qualitative analysis, total plate number analysis, analysis of yeast mold number, specific gravity, qualitative analysis. This study was obtained by EDS meeting the standardization of non-specific and specific parameters according to Indonesian Herbal Pharmacopoeia.

Keywords: Bay leaf Extract, non-specific and specific parameters, ethanolic extract

(2)

PENDAHULUAN

Daun salam merupakan obat tradisional yang berkhasiat sebagai antihiperlipida. EDS terbukti dapat mengurangi kolesterol serum, trigliserida, LDL, dan meningkatkan kadar HDL secara signifikan dalam hiperkolesterolemia tikus jantan galur Wistar(Sutrisna, Nuswantoro and Said, 2018). Skrining fitokimia dari EDS memberikan info terkait kandungan dari EDS antara lain, karbohidrat, tannin, alkaloid, steroid, triterpenoid, flavonoid (Kusuma et al., 2011). Analisis GC-MS tentang n-heksana, etil asetat, dan metanol daun S. polyanthum diekstraksi menggunakan bantuan ultrasound metode telah mengungkapkan adanya beberapa senyawa utama seperti phytol, squalene dan senyawa tidak dikenal yang membutuhkan karakterisasi lebih lanjut. Beberapa senyawa yang diidentifikasi dalam ekstrak daun S. Polyanthum dalam penelitian ini diketahui senyawa bioaktif dengan kepentingan terapeutik termasuk sebagai antioksidan yang berfungsi dalam reduksi asam lemak trigliserida dan LDL(Abd Rahim et al., 2017).

Dari beberapa penelitian diatas, EDS merupakan zat aktif yang digunakan untuk efek antihiperlipida, sehingga perlu dilakukan standardisasi agar diperoleh ekstrak yang terjamin mutu dan kualitas secara konsisten. Standardisasi dilakukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang dapat menjamin aktivitas farmakologi tanaman tersebut. Standardisasi merupakan proses penjaminan produk akhir (simplisia, ekstrak, produk atau produk herbal) agar mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan (Putranti, Dewi and Widiyastuti, 2018). Standardisasi parameter non spesifik dan spesifik mengacu pada Farmakope Herbal Indonesia (FHI) seperti kadar abu, kadar air, kadar sari larut etanol, kadar sari larut air, kadar abu tidak larut asam, analisa kualitatif kuantitatif, analisis uji angka lempeng total, analisis uji angka kapang khamir, bobot jenis, analisa kualitatif (Depkes RI, 2009).

(3)

METODE PENELITIAN Bahan

Bahan kimia yang digunakan meliputi, etanol teknis 70 %, etanol p.a (E-Merck), toluen p.a (EMerck), aquadest, asam klorida pekat (EMerck), asam nitrat pekat (E- Merck), asam klorida encer LP.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksikator, oven, alat maserasi, stirrer IKA Laboratory, benchtop muffle Ney Vulcan D- 130, waterbath Memmert, rotary evaporator Heidolph, Halogen Moisture Analyzer HB 3, hotplate, alat destilasi Dean-Stark Apparatus, piknometer Duran

Prosedur penelitian Identifikasi tanaman

Identifikasi Daun Salam dilakukan di Laboratorium Ilmu Alam Fakultas MIPA Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Pembuatan serbuk simplisia

Daun salam diperoleh dari Bambanglipuro,Kabupaten Bantul Yogyakarta kemudian disortasi basah, dicuci bersih, dipotong sebesar 5 cm, dikeringkan menggunakan oven

dengan suhu 40oC sampai kering, disortasi kering, kemudian diserbuk.

Pembuatan ekstrak daun salam (EDS)

Simplisia dimaserasi dengan pelarut alkohol 70% dengan perbandingan 1: 10 selama 24 jam dilakukan remaserasi sebanyak 2x, kemudian disaring untuk mendapatkan maserat, lalu dievaporasi dan diuapkan menggunakan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental(Depkes RI, 2009).

Penetapan kadar abu total serbuk dan ekstrak

Timbang saksama 2 sampai 3 g bahan uji yang telah dihaluskan dan masukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, aduk, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan dalam krus yang sarna. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan dan pijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji,

(4)

dinyatakan dalam % b/b (Depkes RI, 2009).

Penetapan kadar abu tidak larut asam serbuk dan ekstrak

Didihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dengan 25 mL asam klorida encer LP selama 5 menit. Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b(Depkes RI, 2009).

Penetapan kadar sari larut etanol Timbang saksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah dikeringkan di udara. Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 mL etanol P, kocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Saring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol, uapkan 20 mLfiltrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan l05° dan ditara, panaskan sisa pada suhu l05°

hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut etanol.(Depkes RI, 2009)

Penetapan kadar sari larut air Timbang saksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah dikeringkan di udara. Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 mL air jenuh kloroform, kocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105° dan ditara, panaskan sisa pada suhu 105°

hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut air.(Depkes RI, 2009)

Penetapan kadar air

Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci, bilas dengan air, kemudian keringkan dalam lemari pengering. Timbang saksama sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung I sampai 4 mL air, masukkan ke dalam labu kering. Jika zat berupa pasta timbang dalam sehelai lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan Ie her labu. Untuk zat yang dapat menyebabkan gejolak mend adak saat mendidih, tambahkan batu didih secukupnya. Masukkan lebih kurang 200 mL toluen jenuh air ke dalam

(5)

labu, pasang rangkaian alat.

Masukkan toluen jenuh air ke dalam tabung penerima (E) melalui pendingin sampai leher alat penampung (B). Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.(Depkes RI, 2009)

Penetapan bobot jenis

Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikaliberasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25°C. Atur hingga suhu ekstrak cair lebih kurang 20°C, masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25°C, buang kelebihan ekstrak cair dan ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25°C (Depkes RI, 2009)

Penetapan kadar Flavonoid secara kualitatif dan kuantitatif

Kualitatif dengan marker Kuersitin (Depkes RI, 2010)

Lakukan Kromatografi Lapis Tipis dengan parameter dengan fase

gerak etil asetat P-asam format P-asam asetat P-air(10:0,5:0,5:1).

Fase diam silica gel 60 F254. Larutan uji 10% dalam etanol, pembanding kuersitin 0,1% dalam etanol dideteksi padaUV366.

Kuantitatif (Depkes RI, 2009)

Menimbang secara seksama 20 gram ekstrak daun salam lalu dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 50 ml etanol 96%. Lalu divortex selama 5 menit dan disaring. Filtrat dituang ke dalam cawan porselin, dipanaskan diatas penangas air hingga tinggal kira-kira 1/10 bagian.

Disaring melewati serbuk poliamida dan ditampung dalam labu takar 10 ml. Lalu di-ad hingga 10 ml dengan etanol 96% hasil bilasan cawan. Filtrat ditotolkan sebanyak 1 µl pada plat silika gel 60F254 dan dikembangkan secara assending dengan bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan etil asetat P-asam format P-asam asetat P-air(10:0,5:0,5:1) fase atas diambil.

Setela pengembangan selesai dilakukan scanning dengan densitometer pada λ366 nm kemudian dihitung persamaan garis

(6)

linear untuk digunakan sebagai kurva standar.

Penetapan angka lempeng total Disiapkan 5 buah tabung atau lebih yang masing-mnsing telah diisi dengan 9 ml pengencer PDF. Dari hasil homogenisasi pada penyiapan contoh dipipet pengenceran 10·1 sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang berisi pengencer PDF pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan dikocok hingga homogen.

Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai dengan yang diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan dibuat duplo. Ke dalam tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA (45 ± 1°). Segera cawan petri digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji kontrol (blangko). Pada satu cawan hanya diisi 1 ml pengencer dan media agar, dan pada cawan yang lain diisi pengencer dan media.

Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 24-48 jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh

diamati dan dihitung.(Depkes RI, 2009)

Penetapan angka kapang khamir Disiapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml ASA.

Dari hasil homogenisasi pada penyiapan contoh dipipet 1 ml pengenceran 10-1 ke dalam tabung ASA pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2, dan dikocok sampai homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4.

Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5 ml, dituangkan pada permukaan PDA, segera digoyang sambil diputar agar suspensi tersebar merata dan dibuat duplo. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer, dilakukan uji blangko. Ke dalam satu cawan petri dituangkan media dan dibiarkan memadat. Ke dalam cawan petri lainnya dituangkan media dan pengencer, kemudian dibiarkan memadat.

Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20- 250C selama 5-7 hari.

Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang tumbuh, pengamatan terakhir pada inkubasi 7 hari. Koloni ragi dibedakan karena bentuknya bulat kecil-kecil putih

(7)

hampir menyerupai bakteri.

Lempeng Agar yang diamati adalah lempeng dimana terdapat 40 - 60 koloni Kapang/Khamir(Depkes RI, 2009).

Analisis data

Data dibandingkan dengan data standarisasi penetapan parameter spesifik dan no spesifik Farmakope Herbal Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi daun salam

Tanaman Daun Salam diidentifikasi makroskopis mikroskopis dilaboratorium MIPA Universitas Ahmad Dahlan.

Identifikasi dilakukan untuk menjamin kebenaran daun salam yang digunakan telah sesuai.

Tanaman daun salam merupakan suku Myrtaceae dengan identitas simplisia berupa daun warna kecokelatan, bau aromatic lemah, rasa kelat. Daun tunggal bertangkai pendek. Helai daun berbentuk jorong memanjang. Sedangkan identitas mikroskopik dengan fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan stomata tipe parasitis. Untuk hasil penetapan parameter spesifik

dan non spesifik serbuk simplisia daun salam tersaji pada tabel 1.

Pada pembuatan ekstrak daun salam menggunakan etanol 70%

dengan perbandingan 1:10 secara maserasi sesuai dengan standar pembuatan ekstrak daun salam(Kementrian Kesehatan RI, 2011). Metode maserasi merupakan metode dimana prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga bahan

alam tidak menjadi

terurai(Nurhasnawati, Handayani and Samarinda, 2017).

Hasil ekstraksi yang didapatkan memiliki organoleptis kental, hijau kehitaman, bau khas, rasa agak pahit dan kelat dengan kadar air < 10%, dimaksudkan agar mencegah pertumbuhan jamur dengan adanya media air yang melebihi 10%. Hasil uji pengukuran penetapan parameter non spesifik dan spesifik didapatkan dari 3 kali replikasi. Hasil uji kualitatif EDS menggunakan marker kuersitin menunjukkan positif pada panjang gelombang 425nm terlihat pada gambar 1.

(8)

Tabel 1. Hasil Uji penetapan parameter spesifik Serbuk Simplisia Daun Salam No Parameter Uji Rata-Rata (%) Standar Penerimaan Acuan

1 Kadar Abu 4.20±0.12 <5.5% Supp. I FHI

2 Kadar Abu Tidak Larut Asam 1.20±0.12 <1.8% Supp. I FHI

3 Susut pengeringan 0.52±0.04 <10% Supp. I FHI

4 Kadar Sari Larut Etanol 8.16±0.72 >7.8% Supp. I FHI

5 Kadar Sari Larut Air 8.10±0.11 >7.4% Supp. I FHI

6 Uji Angka Lempeng Total < 2.4 x 107 - -

7 Uji Angka Kapang Khamir 4.6 x 103 - -

8 Analisa Kuantitatif 1.76±0.08 >0.40% Supp. I FHI

Tabel 2. Hasil uji penetapan parameter spesifik EDS

No Parameter Uji Rata-Rata (%) Standar Penerimaan Acuan

1 Kadar Abu 5.48±0.15 <10.1% Supp. II FHI

2 Kadar Abu Tidak Larut Asam 0.36±0.51 <0.8% Supp. II FHI

3 Kadar Air 0.48±0.01 <10% Supp. II FHI

4 Kadar Sari Larut Etanol 2.57±0.08 5 Kadar Sari Larut Air 2.47 ± 0.30 6 Uji Angka Lempeng Total <1 x101 7 Uji Angka Kapang Khamir <1 x101

8 Bobot Jenis 1.02

9 Analisa Kuantitatif 26.12±0.59 >1.14% Supp. II FHI

10 rendemen 15.50% >12.2% Supp. II FHI

Gambar 1. Analisa Kualitatif EDS

(9)

Proses ekstraksi daun salam menggunakan metode maserasi dapat mengurangi kadar abu total serbuk, cemaran lempeng total dan khamir yang menjadi cemaran pada simplisia.

Analisis parameter non spesifik ekstrak daun salam

Berdasarkan hasil tabel 1 dan 2, maka dapat EDS dapat disimpulkan telah memenuhi persyaratan FHI baik pada serbuk maupun ekstrak.

Pengambilan simplisia daun salam berpengaruh terhadap hasil ekstrak yang diddapatkan. Tempat tumbuh serta kondisi alam mempengaruhi kualitas dari EDS. Simplisia daun salam didapatkan dari daerah Bambanglipuro Kabupaten Bantul yang merupakan dataran rendah dekat dengan pantai dengan suhu panas (37 derajat Celcius).

KESIMPULAN

EDS memenuhi persyaratan standardisasi parameter non spesifik dan spesifik menurut Farmakope herbal Indonesia.

UCAPAN TERIMAKASIH

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sesuai dengan kontrak penelitian nomor : 109/SP2H/LT/DRPM/2018

DAFTAR PUSTAKA

Abd Rahim, E. N. A. et al. (2017)

‘GC-MS Analysis of Phytochemical Compounds in Syzygium polyanthum Leaves

Extracted using

Ultrasound-Assisted Method’, Pharmacognosy Journal, 10(1),

pp. 110–119. doi:

10.5530/pj.2018.1.20.

Depkes RI (2009) Farmakope Herbal Indonesia. Pertama.

Jakarta Indonesia.

Depkes RI (2010) Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia Jilid I. Jakarta Indonesia:

Departemen Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI (2011) Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1.

Kusuma, I. W. et al. (2011)

‘Biological Activity and Phytochemical Analysis of Three Indonesian Medicinal Plants, Murraya koenigii, Syzygium polyanthum and Zingiber purpurea’, Journal of Acupuncture and Meridian Studies, 4(1), pp. 75–79. doi:

10.1016/S2005-2901(11)60010

(10)

-1.

Nurhasnawati, H., Handayani, F. and Samarinda, A. F. (2017)

‘SOKLETASI TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BOL ( Syzygium malaccense L .)’, Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(1), pp. 91–95.

Putranti, W., Dewi, N. A. and Widiyastuti, L. (2018)

‘STANDARDIZATION OF

EXTRACT AND

CHARACTERIZATION OF EMULGEL FORMULA OF

LENGKUAS (Alpinia galanga (L.) Willd) RHIZOME EXTRACT’, Journal of Pharmaceutical Sciences and Community, 15(2), pp. 81–91.

doi: 10.24071/jpsc.1521612.

Sutrisna, E., Nuswantoro, Y. and Said, R. F. (2018)

‘Hypolipidemic of ethanolic extract of Salam bark ( Syzygium polyanthum ( Wight ) Walp .) from Indonesia ( Preclinical study )’, Journal of Pharmacy Research, 10(1), pp. 55–59.

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji penetapan parameter spesifik Serbuk Simplisia Daun Salam  No  Parameter Uji  Rata-Rata (%)  Standar Penerimaan  Acuan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun binara diperoleh kadar air 4,6%, kadar sari yang larut dalam air 13,5%, kadar sari yang larut dalam etanol 13,5%, kadar abu total

Hasil karakterisasi simplisia daun jambu bol diperoleh kadar air sebesar 7,93%, kadar sari larut air 13,28%, kadar sari larut etanol 15,61%, kadar abu total 10% dan kadar abu

Penetapan parameter kualitas simplisia maupun ekstrak yaitu parameter spesifik meliputi identitas, makroskopis, mikroskopis, penetapan kadar sari larut, skrining

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun binara diperoleh kadar air 4,6%, kadar sari yang larut dalam air 13,5%, kadar sari yang larut dalam etanol 13,5%, kadar abu total

Telah dilakukan penelitian untuk menentukan parameter spesifik dan non spesifik dari ekstrak etanol 96% ranting tikèn (Fraxinus griffithii Clarke) hasil maserasi kinetik.

Hasil karakterisasi simplisia daun jambu bol diperoleh kadar air sebesar 7,93%, kadar sari larut air 13,28%, kadar sari larut etanol 15,61%, kadar abu total 10% dan kadar abu

Hasil karakterisasi simplisia daun jambu bol diperoleh kadar air sebesar 7,93%, kadar sari larut air 13,28%, kadar sari larut etanol 15,61%, kadar abu total 10% dan kadar abu

Ekstrak etanol rimpang lengkuas merah telah memenuhi syarat standar kadar abu tidak larut asam yaitu sebesar 0,15% (Tabel 2) dan menurut para- meter standar yang