• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN EFISIENSI ANTENA HORN PIRAMIDAL DENGAN BERBAGAI BAHAN UNTUK APLIKASI WIRELESS LAN 2,4GHz

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN EFISIENSI ANTENA HORN PIRAMIDAL DENGAN BERBAGAI BAHAN UNTUK APLIKASI WIRELESS LAN 2,4GHz"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBANDINGAN EFISIENSI ANTENA HORN PIRAMIDAL DENGAN BERBAGAI BAHAN UNTUK APLIKASI

WIRELESS LAN 2,4GHz

Koen Hanifah Maisarah1, Budi Aswoyo2

1Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi

2Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya 60111

email : nying_uniku@yahoo.co.id

Abstrak

Antena Horn Piramidal merupakan antena celah (aperture antenna) berbasis saluran pandu gelombang persegi (rectangular waveguide), dimana mulutnya melebar ke arah bidang medan listrik (E) dan bidang medan magnet (H), sehingga bentuk akhir antena ini menyerupai piramida. Pada Proyek Akhir ini telah dibuat antena Horn Piramidal yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz untuk jaringan wireless LAN. Antena Horn Piramidal dibuat dengan 3 bahan yang berbeda yaitu alumunium, tembaga dan seng. Selain itu antena Horn Piramidal dibuat dengan dimensi yang sama yaitu pelebaran ke arah bidang-E sebesar 24,65 cm dan pelebaran ke arah bidang-H sebesar 31,17 cm. Ketiga antena tersebut akan dibandingkan efisiensi antena dengan cara pengukuran direktivitas dan gain dari masing-masing antena. Ketiga antena tersebut diimplementasikan pada jaringan wireless LAN 2,4 GHz dengan aplikasi video conference. Pencatu (driver) antena ini menggunakan USB Adapter Wifi.

Dari hasil pengukran didapatkan untuk antena bahan tembaga menghasilkan direktivitas sebesar 17,06 dB dan gain sebesar 14,15 dB sehingga didapatkan efisiensi sebesar 51,17 %. Untuk antena bahan alumunium menghasilkan direktivitas sebesar 17,36 dB dan gain sebesar 13,15 dB sehingga didapatkan efisiensi sebesar 37,92 %. Untuk antena bahan seng menghasilkan direktivitas sebesar 17,06 dB dan gain sebesar 11,15 dBsehingga didapatkan efisiensi sebesar 25,64 %. Dari hasil pengukuran parameter QoS pada implementasi WLAN 2,4GHz, peningkatan nilai delay terjadi pada saat siang hari.

Kualitas layanan yang paling baik adalah saat menggunakan antena dengan bahan tembaga.

Kata kunci – Antena Horn Piramidal, rectangular waveguide, Efisiensi, Wireless LAN, USB Adapter Wifi

1. PENDAHULUAN

Saat ini kebutuhan komunikasi sangatlah tinggi. Untuk itulah perkembangan teknologi komunikasi sangat diperlukan. Di antaranya adalah penggunaan teknologi wireless sebagai penunjang kelancaran komunikasi. Teknologi ini banyak dipakai karena selain murah juga dirasa lebih efisien karena tidak memerlukan kabel dalam konfigurasinya.Pada sistem

komunikasi wireless dibutuhkan peranan antena dalam proses transmisi data. Karena dengan antena, gelombang elektromagnet dapat diterima dan ditransmisikan. Dalam pembuatan antena diperlukan pemilihan bahan berdasarkan parameter tertentu. Parameter bahan tersebut meliputi konduktivitas, permeabilitas, dan permitivitas. Konduktivitas adalah parameter bahan yang sangat berpengaruh dalam pembuatan antena sehingga diperlukan konduktivitas yang maksimal untuk mengoptimalkan efisiensi antena.

Pada proyek akhir ini akan dibuat antena Horn Piramidal dengan ukuran yang sama dan bahan yang berbeda. Ketiga bahan tersebut adalah tembaga, alumunium dan seng. Dari ketiga antena tersebut akan dibandingkan efisiensi antena dengan cara pengukuran direktivitas dan gain dari masing-masing antena tersebut dan pendekatan teori yang ada. Ketiga antena diimplementasikan pada jaringan wireless LAN dengan aplikasi video conference. Parameter QoS yang diamati pada aplikasi ini meliputi delay, jitter dan throughput. Pencatu (driver) antena ini menggunakan USB Adapter WiFi.

2. LANDASAN TEORI

2.1 Antena Horn Piramidal

Dalam perancangan antena Horn Piramidal, untuk menghasilkan pengarahan radiasi (directivity) yang optimum, dibutuhkan dimensi dari bentuk geometri antena yang tepat.

Secara umum geometri antena Horn Piramidal ditunjukkan pada Gambar 2.1[1].

Gambar 1. Bentuk geometri antena horn piramidal

(2)

2

Gambar 2. Sektoral bidang-E dimana :

= pelebaran ke arah medan magnet = pelebaran ke arah medan listrik

= dimensi penampang pandu gelombang(waveguide)

Dari gambar (bidang-E) secara geometris dimensi antena horn bisa dinyatakan sebagai berikut [3]:

………

(1)

……….

(2)

1 2 2 2 …………...(3)

………….(4)

………(5)

Gambar 3. Sektoral bidang-H

Untuk bidang-H dimensinya dapat dinyatakan dengan [3] :

………

(6)

3 3

………...(7)

………...(8)

………(9) dimana :

, = ukuran mulut antena horn , = ukuran dari waveguide

Direktivitas dari antena Horn Piramidal berdasarkan dimensinya dapat ditunjukkan pada Gambar 4 [3],

   

(a)

(b) Gambar 4. Direktivitas (a)sektoral bidang-H (b)sektoral bidang-E

(3)

3

Ketika sudut pelebaran semakin meningkat, direktivitas antena Horn Piramidal juga semakin meningkat hingga mencapai nilai maksimum. Dan ketika melewati nilai maksimum maka nilai direktivitas akan menurun.

Pada analisa ke arah sektoral bidang medan listrik yang menghasilkan antena Horn Sektoral Bidang-E, besarnya pengarahan radiasi dapat dihitung dengan menggunakan prosedur berikut [3] :

……… (10)

………..……(11)

……….(

12)

dimana :

= pelebaran dimensi pandu gelombang ke arah medan listrik (E)

= panjang gelombang dimensi panjang waveguide

Sedangkan untuk kearah sektoral bidang medan magnet, yang menghasilkan antena Horn Sektoral Bidang-H besarnya pengarahan radiasi dapat dihitung dengan menggunakan prosedur berikut [3] :

………...(13)

………...(14)

………...(15)

dimana:

= pelebaran dimensi pandu gelombang ke arah medan magnet (H)

= panjang gelombang dimensi panjang waveguide

Antena Horn Piramidal dapat dibentuk dari dua buah antena horn sektoralnya dinyatakan dengan persamaan [3] :

………....

(16) Dengan DE dan DH berturut-turut

direktivitas antena Horn Sektoral Bidang-E dan direktivitas antena Horn Sektoral Bidang –H.

2.2 Rectangular Waveguide

Pada dasarnya dalam sebuah waveguide ada tiga karakteristik yang penting, yaitu :

• Frekuensi cut-off.

• Panjang gelombang cut-off.

• Mode propagasi.

Mode paling sederhana yang seringkali digunakan dalam bekerja dengan waveguide persegi adalah mode TE10. Mode ini mempunyai frekuensi cut off yang paling rendah dari mode yang dapat terjadi dari suatu transmisi dengan waveguide persegi. Frekuensi cut-off dapat dinyatakan dengan persamaan berikut [4] :

………..(17)

dimana :

= dimensi panjang waveguide.

= adalah permeabilitas.

=adalah permitivitas, dimana permeabilitas dan permitivitas tergantung dari bahan yang mengisi dalam waveguide persegi yaitu udara.

Sedangkan panjang gelombang cut-off dapat dinyatakan sebagai berikut [4] :

2 ………..(18) Panjang gelombang di dalam waveguide dapat dinyatakan dengan persamaan berikut [4]:

……….(19)

dimana :

λ = panjang gelombang di udara

0 = panjang gelombang cut off 2.3 Teori Efisiensi Antena

Ketika antena di catu oleh suatu daya masukkan Pin di terminal input, maka daya tersebut tidak akan seluruhnya untuk dipancarkan oleh antenna ke udara. Faktor rugi- rugi antena yang disebabkan oleh material, sangat berpengaruh terhadap efisiensi antena [6]. Hal ini dapat digambarkan pada Gambar 5.

Dengan teori saluran transmisi, daya masukkan Pin yang masuk terminal akan terbagi menjadi dua bagian, yaitu Prad dan Pohmic [6],

………(20) dimana :

Prad = daya radiasi yang dipancarkan oleh antena

(4)

4

Pohmic = daya akibat rugi-rugi oleh material.

Gambar 5. Teori efisiensi antena

Sedangkan Pohmic dapat dinyatakan sebagai [6]:

...(21) Definisi efisiensi antena dapat dinyatakan dengan persamaan [ 5] :

...(22)

Besar efisiensi antena antara 0 sampai dengan 100 %. Untuk mencari pendekatan efisiensi antena berbasis waveguide, maka harus dicari dari asumsi rugi-rugi (losses) yang terjadi pada waveguide [7]. Jika konduktivitas bahan dieletrik pengisi waveguide sangat kecil (mendekati nol) dan/atau konduktivitas konduktor dinding waveguide tidak tak berhingga (nonifinite), maka gelombang akan teredam secara eksponensial selama perambatan dalam waveguide.

Untuk mode TE10, pendekatan rugi-rugi dielektrik (dielectric loss) dan rugi-rugi dinding waveguide dinyatakan sebagai berikut. Rugi- rugi dielektrik yang diisikan pada waveguide pada frekuensi operasi f tertentu dinyatakan dengan [7],

......(23)

dimana :

d = permeabilitas dielektrik pengisi waveguide

d = permitivitas dielektrik pengisi waveguide

d = konduktivitas dielektrik pengisi waveguide

fc1o = frekuensi cut off mode TE10 TE10 = impedansi waveguide mode TE10

Jika waveguide berisi udara ( d = udara 0), maka rugi-rugi dielektrik d 0). Sehingga rugi-rugi waveguide terjadi hanya karena bahan dinding.

Rugi-rugi dinding waveguide, berkaitan dengan jenis material dinding waveguide dan frekuensi kerja f, dinyatakan dengan [7],

⁄ ………..(24)

dimana :

w = permeabilitas material dinding waveguide.

w = konduktivitas material dinding waveguide.

Sedangkan berdasarkan persamaan (24), maka Pohmic dinyatakan dengan :

/ ………...(25) Sehingga rumusan efisiensi antenna dinyatakan dengan :

………...…(26) Bagaimanapun juga, efisiensi ini sulit untuk dihitung secara tepat, karena daya radiasi total Prad dan arus antena I sulit dihitung secara tepat.

Sehingga pepentuan efisiensi antena, pada umumnya dilakukan dengan cara pengukuran eksperimental [7] .

Persamaan (26), dapat dijadikan pendekatan untuk menentukan efisiensi antena berbasis waveguide yang dindingnya dari material tertentu. Berdasarkan persamaan tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai konduktivitas material dinding suatu antenna, maka semakin tinggi nilai efisiensi suatu antena. Permitivitas dalam hal ini tidak berpengaruh karena permitivitas logam adalah 1 [5]. Sebagai ilustrasi, jika antena tersebut terbuat dari bahan dielektrik sempurna ( w≈0), maka nilai efisiensi e ≈ 0. Artinya antena tersebut sama sekali tidak dapat meradiasikan gelombang radio sesuai dengan yang diharapkan. Sebaliknya, jika dinding antenna terbuat dari bahan super konduktor ( w ∞), maka nilai efisiensi e ≈ 100%. Artinya antena tersebut akan meradiasikan gelombag radio dengan sempurna, tanpa rugi-rugi ohmik.

2.4 PARAMETER QOS

Parameter QOS (Quality Of Service) merupakan parameter-parameter yang digunakan untuk mengetahui dan menilai suatu kemampuan jaringan tersebut. Oleh karenanya buruk dan baiknya kualitas dan kemampuan suatu jaringan dapat diukur melalui QOS tersebut [10]. Parameter QOS yang diterapkan Antena

Terminal input

(5)

5

pada suatu jaringan yang menjadi ukuran kualitas layanan antara lain :

1. Delay adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Oleh karenanya delay dalam suatu jaringan juga merupakan unjuk kerja yang dapat dijadikan acuan dalam menilai kemampuan dan kualitas pentransmisian data.

2. Jitter (ms), atau variasi dalam latency, variasi delay yang terjadi akibat adanya selisih waktu atau interval antar kedatangan paket di penerima, variasi- variasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dalam waktu yang dibutuhkan untuk retransmisi data (karena jalur yang digunakan juga berbeda), dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan.

3. Throughput merupakan besaran yang menunjukkan laju bit informasi data sebenarnya dari laju bit pada suatu jaringan telekomunikasi. Throughput adalah bandwidth aktual yang terukur pada suatu ukuran waktu tertentu dalam suatu hari menggunakan rute internet yang spesifik ketika sedang melakukan download suatu file.

3. METODOLOGI

3.1 Perencanaan Suatu Antena Horn

Dari rumus-rumus yang telah dibahas diatas, dapat direncanakan suatu antena horn yang dapat bekerja secara optimum. Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam perencanaan antena tersebut :

1. Antena Horn ini dicatu dengan rectangular waveguide (pandu gelombang yang berbentuk persegi) tipe WR340 dengan ukuran a=8,636 cm dan b=7 cm.

2. Antena Horn ini akan direncanakan dalam keadaan optimum, artinya ukuran dari antena ini mampu menghasilkan gain yang maksimum.

3. Antena ini direncanakan mempunyai Direktivitas tertentu.

3.2 Perancangan Antena Horn Piramidal Untuk merencanakan suatu antena horn piramidal pada umumnya hanya diinginkan mempunyai direktivitas tertentu. Antena ini dicatu dengan memakai pandu gelombang persegi (rectangular waveguide) tipe WR340 yang mempunyai ukuran =8,636 cm dan =7 cm. Sedangkan obyek lain dari perencanaan ini adalah untuk mendapatkan ukuran yang lainnya seperti 1,1, e, h,Pe,Ph.

Prosedur Perencanaan Antena Piramidal :

• Menentukan frekuensi kerja antena sehingga didapatkan panjang gelombang (λ), dan menentukan ukuran waveguide.

• Menentukan besarnya nilai direktivitas yang diinginkan.

• Mendapatkan nilai 1,1, e, h,Pe,Ph.

3.3 Pembuatan Antena Horn Piramidal Dalam pembuatan antena beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bahan antena dan teknik pembuatan antena.

Bahan yang diperlukan untuk membuat suatu antena Horn Piramidal ini diharapkan dapat memberikan daya pancar radiasi gelombang elektromagnetik yang cukup besar, sehingga dibutuhkan pemilihan bahan yang cukup memadai.

Pada pembentukan antena Horn Piramidal ini dipilih dari 3 bahan yang bebeda yaitu seng, alumunium dan tembaga. Ada beberapa hal yang memungkinkan bahan tersebut digunakan : mudah didapat, mudah untuk konstruksi dan penyambungannya.

3.4 Hasil Rancangan Antena Horn Piramidal

Antena Horn Piramidal yang telah dibuat merupakan hasil dari perencanaan yang ada, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

(a)

(b)

(c)

Gambar 6. Antena Horn Piramidal (a) Bahan tembaga

(b) Bahan alumuium (c) Bahan seng 4. PENGUJIAN DAN ANALISA

Sebelum dilakukan pengujian antena, terlebih dahulu dilakukan pengukuran pada antena Horn Piramidal yang telah jadi untuk mengetahui karakteristik dari antena tersebut

(6)

6

meliputi pola radiasi, penguatan (gain), dan direktivitas (directivity) sehingga di dapatkan efisiensi dari masing-masing antena. Kemudian akan dibandingkan efisiensi masing-masing antena berdasar hasil perhitungan dan pendekatan teori yang ada.

4.1 Pengukuran Pola Radiasi

Dalam pengukuran pola radiasi untuk masing-masing antena dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pola radiasi pada bidang-E dan pada bidang-H.

Setelah pengukuran pola radiasi antena Horn Piramidal 2,4 GHz pada bidang-E dan bidang-H dilakukan, maka dapat diketahui bentuk pola radiasi yang diperoleh dari pengukuran level sinyal antena dan normalisasinya.

Hasil dari pola radiasi antena Horn Piramidal dapat dilihat pada Gambar [7] dan Gambar [8] berikut :

• Pola radiasi bidang -H (Vertikal)

(a)

(b)

(c)

Gambar 7. Plot pola radiasi Antena Horn Piramidal bidang-H

(a) Bahan tembaga (b) Bahan alumunium

(c) Bahan seng

• Pola radiasi bidang-E (Horizontal)

(a)

(b)

(7)

7

(c)

Gambar 8. Plot pola radiasi Antena Horn Piramidal bidang-E

(a) Bahan tembaga (b) Bahan alumunium

(c) Bahan seng

Dari gambar hasil pengukuran pola radiasi antena Horn Piramidal hasil rancangan pada dua kondisi, yaitu pola radiasi bidang E dan bidang H dapat diketahui bahwa radiasi maksimum antena Horn Piramidal terjadi pada saat posisi 0°. Hal ini disebabkan karena level sinyal terbesar berada pada saat posisi antena 0°

dimana pada posisi ini antena Horn Piramidal meghadap lurus sejajar dengan antena pemancar dalam hal ini adalah Acccess Point. Kemudian ketika antena diputar searah jarum jam sebesar tiap 10°, level sinyal yang ditangkap antena mengalami penurunan. Ini karena posisi antena yang tidak lagi tepat mengarah pada antena pemancar dalam hal ini adalah Access Point.

Pada saat posisi antena 180°, level sinyal yang ditangkap sangatlah minim, karena antena Horn Piramidal sebagai antena penerima membelakangi Access Point yang memancarkan sinyal. Dari percobaan yang telah dilakukan, antena Horn Piramida masih menangkap sinyal yang dipancarkan oleh Access Point. Hanya saja sinyal yang ditangkap levelnya sangatlah rendah.

4.2 Pengukuran Gain

Untuk menyatakan gain maksimum antena Horn Piramidal ini yaitu dengan cara membandingkan dengan antena lain dari Access Point (dengan metode pengukuran). Dalam posisi ini antena penerima harus mempunyai polarisasi yang sama dengan antena pada Access Point dan selanjutnya ia diarahkan sedemikian rupa agar diperoleh daya output maksimum.

Apabila pada USB Adapter Wifi sudah diketahui gain maksimumnya, yaitu sebesar 2,15 dBi, maka dari pengukuran diatas gain

antena Horn Piramidal dapat dihitung dengan persamaan [8]:

...(27)

Gambar 9.Pengukuran level daya pada USB Adapter

Tabel 1. Hasil Pengukuran Gain

No

Bahan Antena Horn Piramida

Level Penerimaan Gain Antena

Horn Piramida

(Pt) (-dBm)

USB Adapter

WiFi (Ps) (-dBm)

Horn Piramidal

(dB)

1 Tembaga -32 -44 14,15

2 Alumunium -33 -44 13,15

3 Seng -35 -44 11,15

4.3 Pengukuran Direktivitas

Direktivitas suatu antena dapat diperkirakan dengan menggunakan pola radiasi yang dihasilkan pada pengukuran pola radiasi bidang E dan bidang H. Persamaan untuk menghitung direktivitas dapat menggunakan rumus [9] :

……….(28)

dimana :

° =sudut pada titik setengah daya bidang H (derajat)

° = sudut pada titik setengah daya bidang E (derajat)

Sudut tersebut dapat dicari dengan menggunakan gambar pola radiasi. Dengan menandai titik -3 dB pada pola radiasi kemudian menarik sudut pada titik tersebut. Ini dilakukan untuk bidang E dan H. Sehingga dari sudut yang didapat kita dapat menghitung direktivitas.

Tabel 2. Direktivitas pada antena Horn Piramidal No. Bahan Antena Horn

Piramidal

Nilai Directivity

(dB)

1. Tembaga 17,06 2. Alumunium 17,36 3. Seng 17,06

(8)

8

4.4 Perhitungan Efisiensi Antena

Efisiensi antena dapat dihitung dengan menggunakan hasil pengukuran directivity dan gain. Persamaan untuk menghitung efisiensi dapat menggunakan rumus [9] :

100%...…………...……..(2-24)

Tabel 3. Efisiensi pada antena Horn Piramidal

No Bahan

Antena Gain

(dB) Directivity (dB)

Efisiensi 1. Tembaga 14,15 17,06 51,17 % 2. Alumunium 13,15 17,36 37,92%

3. Seng 11,15 17,06 25,64 %

4.5 Pengujian Video Conference

Setelah dilakukan pengukuran beberapa parameter pada antena Horn Piramidal, selanjutnya antena digunakan untuk aplikasi video conference pada jaringan wireless 2,4 GHz dengan menggunakan software NetMeeting. Antena Horn Piramidal dipasang sebagai antena penerima, sedangkan Access Point sebagai pemancarnya. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keoptimalan dari antena Horn Piramidal yang telah dibuat dalam aplikasi video conference. Parameter yang diukur adalah delay, jitter dan throughput dengan menggunakan software Wireshark. Pada pengukuran video conference ini dilakukan pengukuran selama 14 hari, dan dalam sehari dilakukan pengambilan data sebanyak 3 kali, yaitu pagi, siang, dan sore (masing-masing selama 2-5 menit). Hasil rata-rata pengujian video conference dapat di lihat pada Tabel [4]

dan Tabel [5] berikut :

Tabel 4. Hasil rata-rata pengujian video conference bidang-H

Bahan

Antena Waktu Delay (ms) Jitter

(ms) Throughput (kbps) Tembaga

Pagi 202,15 27,99 37,87 Siang 229,65 29,10 36,64

Sore 198,84 26,83 38,02 Alumunium Pagi 217,49 29,46 37,36 Siang 243,63 31,28 36,01

Sore 210,25 30,74 37,93 Seng

Pagi 223,48 30,58 37,42 Siang 261,94 32,82 36,13

Sore 219,03 29,94 37,31

Tabel 5. Hasil rata-rata pengujian video conference bidang-E

Bahan Antena

Waktu Delay (ms)

Jitter (ms)

Throughput (kbps) Tembaga

Pagi 204,07 28,24 37,57 Siang 230,67 29,05 36,57

Sore 201,51 28,41 38,03 Alumunium

Pagi 207,22 30,37 37,43 Siang 244,96 32,02 36,93

Sore 209,15 30,24 37,86 Seng Pagi 221,11 27,27 37,29 Siang 264,42 31,36 36,71

Sore 219,35 32,10 36,93

4.6 Analisa

Sesuai dengan gambar pola radiasi antena Horn Piramidal yang dibuat pada Gambar [7]

dan Gambar [8] berdasarkan hasil pengukuran, dapat dilihat bahwa ketiganya telah sesuai dengan yang diinginkan yaitu antena tersebut mempunyai pancaran daya yang terarah. Antena yang dihasilkan memilki ukuran dan bentuk yang sama sehingga pola daya pancar yang dihasilkan juga hampir sama.

Pada pengukuran gain, dapat dilhat pada Tabel [1] harga faktor penguatan pada antena bahan tembaga sebesar 14,15 dB, alumunium sebesar 13,15 dB sedangkan pada antena bahan seng sebesar 11,15 dB. Hal ini disebabkan karena konduktivitas tembaga memiliki nilai tertinggi di antara ketiganya, sedangkan konduktivitas seng adalah yang terendah.

Karena pada antena horn gelombang dipantulkan sepanjang dinding antena maka semakin tinggi nilai konduktivitas suatu bahan, semakin baik bahan tersebut memantulkan gelombang sehingga semakin rendah attenuasi yang dihasilkan.

Pada pengukuran directivity, dapat dilihat pada Tabel [2] bahwa harga directivity yang dihasilkan memiliki nilai yang hampir sama yaitu 17,06 dB untuk antena dari bahan tembaga, 17,36dB untuk antena dari bahan alumunium dan 17,06 dB untuk antena dari bahan seng. Nilai directivity suatu antena bergantung pada pola daya pancar antena tersebut. Pada antena hasil rancangan, antena tersebut memiliki ukuran dan bentuk yang sama sehingga daya pancar yang di hasilkan juga hampir sama, oleh karena itu nilai directivity yang dihasilkan hampir sama.

Berdasarkan pada Tabel [3], pada perhitungan efisiensi antena yang didapatkan dari hasil pengukuran gain dan direktivitas menunjukkan nilai efisiensi antena dari bahan tembaga bernilai 51,17 %, dari bahan alumunium bernilai 37,92 % sedangkan dari bahan seng bernilai 25,64 %. Sesuai dengan pendekatan pada Persamaan (26), dimana semakin semakin tinggi nilai konduktivitas material dinding suatu antenna, maka semakin tinggi nilai efisiensi suatu antena antena tersebut.

Berdasarkan hasil pengukuran parameter QoS, dapat dilihat bahwa peningkatan nilai delay terjadi pada saat siang hari. Hal ini dikarenakan pada saat tersebut adalah jam sibuk orang melakukan kegiatan, dengan kata lain throughput yang bisa digunakan semakin kecil.

Sehingga penyampaian data video conference dari transmitter ke receiver, atau sebaliknya mengalami delay. Delay yang besar mengakibatkan gambar dan suara terlambat diterima. Sehingga kualitas layanan (gambar

(9)

9

dan suara) menurun. Selain hal tersebut, dapat dilihat bahwa antena Horn Piramidal yang dibuat masih layak digunakan dalam aplikasi video conference. Sesuai dengan standar ITU-T G.1010, untuk delay yang diijinkan dalam pelaksanaan video conference adalah <150 ms dengan hasil yang sangat baik, delay dengan 150 ms – 400 ms masih dapat diterima dengan baik, dan >400 ms dengan hasil yang sangat buruk dan tidak layak untuk diadakan video conference. Untuk standar jitter yang diijinkan adalah tidak ada standar nilai tertentu. Untuk standar throughput yang diijinkan adalah 16 kbps - 384 kbps. Maka antena Horn Piramidal yang telah dibuat dapat digunakan untuk aplikasi video conference.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil pengujian dan analisa terhadap hasil yang didapatkan, dapat diambil suatu kesimpulan yaitu :

1) Proyek Akhir ini mempunyai bentuk pola radiasi untuk bahan tembaga memiliki nilai HPBW sebesar 29° pada bidang-H, dan 28° pada bidang-E. Untuk bahan alumunium memiliki nilai HPBW sebesar 28° dan pada bidang-E sebesar 27°.

Untuk bahan alumunium memiliki nilai HPBW sebesar 29° dan pada bidang-E sebesar 28°.

2) Proyek akhir ini menghasilkan direktivitas sebesar 17,06 dB untuk antena bahan tembaga, 17,36 dB untuk antena bahan alumunium dan 17,06 dB untuk antena bahan seng

3) Proyek akhir ini menghasilkan penguatan (gain) sebesar 14,15 dB untuk antena bahan tembaga, 13,15 dB untuk antena bahan alumunium dan 11,15 dB untuk antena bahan seng.

4) Proyek akhir ini menghasilkan efisiensi untuk bahan tembaga sebesar 51,17%, bahan alumunium sebesar 37,92 % sedangkan dari bahan seng bernilai 25,64%.

5) Berdasarkan hasil pengukuran parameter QoS, peningkatan delay terjadi pada siang hari.

6) Pada aplikasi video conference menggunakan antena Horn Piramidal hasil rancangan, nilai delay, jitter dan throughput yang terjadi sesuai dengan standar ITU-T yang telah ditetapkan, sehingga ketiga antena tersebut masih layak digunakan untuk melalukan video conference.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Benjamin Dubois, Hiruy Gebremariam, Ozair Amin dan Vishal Ohri, Microwave Horn Antenna Design and Test System, San Jose University

[2] Rizqi, P., Desain dan Implementasi Antena Horn Piramidal untuk Link Line of Sight Wireless LAN 2,4 GHz, PENS-ITS, Surabaya, 2008.

[3] Balanis, C. A., Antenna Theory: Analysis and Design, Third Edition, John Willey and sons, New York, 2005.

[4] Muhammad Milchan, Mr Mura, Transmisi Gelombang Radio & Mikro 1, Surabaya, 2000.

[5] John D.Krous, Antenas,McGraw-Hill Book Company, 1998.

[6] Harry Ramza, Buku Antena dan Propagasi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.

[7] Joseph A. Edminster, Schaum’s Outline Of Theory And Problems Of Electromagnetics Second Edition.

[8] Budi Aswoyo, Antena dan Propagasi, Surabaya, 2006.

[9] Hidayanto Djamal, Sistem Komunikasi I Modul 14, Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB Universitas Mercubuana.

[10] http://firmansyah2308.wordpress.com/tag/

manajemen-jaringan/

[11] Bruce .Blevis President, Ph.D., Small Spacecraft Antenna Selection Tutorial, Utah State University, Logon, Utah, 1999.

[12] Fawwaz T.Ulaby, Fundamental Of Applied Electromagnetics, International Edition, 2001.

Gambar

Gambar 3. Sektoral bidang-H
Gambar 6.  Antena Horn Piramidal              (a) Bahan tembaga
Gambar 7. Plot pola radiasi Antena Horn     Piramidal bidang-H
Gambar 8. Plot pola radiasi Antena Horn     Piramidal bidang-E

Referensi

Dokumen terkait

The act of running the Program is not restricted, and the output from the Program is covered only if its contents constitute a work based on the Program (independent of having

Berdasarkan kondisi hasil penilaian tingkat efisiensi teknis di atas yang belum tercapai dan kondisi efisiensi harga yang juga menunjukkan kondisi belum efisien, maka

Banyaknya pelaku UKM yang belum bankable sehingga menimbulkan pihak- pihak tertentu mau melayani sektor UKM dalam hal pemenuhan kebutuhan modal kerja atau modal

Sementara menurut Sukardi 2003: 53, populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam suatu tempat

Respon jawaban untuk subkategori juga menunjukkan bahwa orang-orang yang penting di dalam kehidupan individu (signifi -.. cant persons), terutama keluarga dan teman,

Hasil pada gambar 1 menunjukkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi konsep pendidikan vokasional yang dinilai dari 4 butir pertanyaan, kategori cukup menguasi

Ia tidak saja mempunyai makna yang erat dengan esensi kekhalifahan manusia, iman dan akhlak, tetapi juga sarat dengan nilainilai etik yang dapat diterapkan dalam kehidupan

(3) Ketentuan dan pengaturan lebih lanjut mengenai Rapat Anggota Luar Biasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan atau peraturan