• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pengertian Penelitian dan Pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2008:407). Sedangkan pengertian penelitian dan pengembangan menurut Sukmadinata 2009:164 merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan, penelitia dan pengembangan merupakan metode penghubung antara penelitian dasar dan terapan.

2. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan secara umum berlaku secara luas pada istilah- istilah tujuan, personal, dan waktu sebagai pelengkap. Produk-produk dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan tertentu dengan spesifikasi yang detail.

Ketika menyelesaikan, produk di tes dilapangan dan direvisi sampai satu tingkat efektifitas tertentu dapat tercapai. Walaupun siklus penelitian dan pengembangan sesuatu yang mahal, tetapi menghasilkan produk berkualitas yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan bidang pendidikan (Sukmadinata, N. 2015:163)

3. Penilaian Autentik

Penilaian merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dengan menggunakan bermacam-macam prosedur, seperti tes formal, inventori, checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya.

Penilaian khas yang dilaksanakan pada Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik.

Penilaian autentik meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan apa yang dipahami baik pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi apapun yang mereka miliki sehingga lebih aplikatif. Penilaian autentik mengajarkan kepada peserta didik tentang pembelajaran yang bermakna (Bhakti et al., 2014). Prinsip penilaian ini sangat tepat digunakan dalam pembelajaran yang menuntut peserta didik tidak sekedar memahai pengetahuan tetapi diharapkan dapat memecahkan masalah kehidupan sehari-hari seperti halnya karakter pembelajaran Biologi.

Biologi merupakan salah satu dari cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungannya. Mempelajari biologi tidak sekedar

11

(2)

mendapatkan pengetahuan tentang makhluk hidup, namun juga mendapat pengetahuan tentang metode mempraktekkan ilmu pengetahuan tersebut.

Pembelajaran yang digunakan dalam Biologi menggunakan pendekatan keterampilan proses, sehingga peserta didik tidak cukup dinilai pengetahuannya saja yaitu dari domain kognitif.

Guru membutuhkan asesmen autentik yang dapat melakukan penilaian secara holistik meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor (Pantiwati, 2013). Burton sebagaimana dikemukakan oleh Bhakti et al., (2014) mengungkapkan penilaian autentik merupakan sekumpulan penilaian yang menghubungkan pengetahuan dengan praktik langsung. Penilaian autentik memiliki beberapa teknik penilaian yang dapat dilakukan di antaranya, penilaian keterampilan, penilaian produk, penilaian proyek, penilaian portofolio, penilaian diri, penilaian teman sejawat, ujian tertulis, dan observasi. Penilaian autentik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan tugas-tugas autentik yang menarik, bermanfaat, dan relevan dengan kehidupan peserta didik. Tugas ini dapat menjadikan peserta didik inovatif dan kreatif karena memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri, menumbuhkan sikap yang lebih positif terhadap sekolah, kegiatan belajar dan dirinya sendiri.

Sikap positif akan mempengaruhi pada pola berpikir peserta didik, sehingga dapat meningkatkan prestasi yang positif. Hal ini sesuai pendapat Marzano et al., disampaikan Pantiwati (2013) bahwa penilaian autentik mengandung tiga unsur inovasi dalam bidang penilaian. Pertama tidak mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang tradisional, tetapi lebih menekankan pada kemampuan nyata subyek belajar. Kedua bersifat menyeluruh, mengembangkan seluruh kemampuan subyek belajar melalui kegiatan pembelajaran menurut paham konstruktivisme.

Ketiga tidak menggunakan sistem tes tradisional tetapi menggunakan berbagai cara.

Penilaian autentik memiliki banyak definisi, berikut ini dikemukakan beberapa definisi. Menurut American Librabry Association asesmen atau penilaian autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran.

Sedangkan menurut Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Abdul Majid (2015:58), mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas

(3)

dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama melalui debat, dan sebagainya. Menurut Gulikers (dalam Bhakti et al., 2014) penilaian autentik merangsang peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi yang relevan untuk dunia kerja. Peserta didik kesempatan untuk menunjukkan pemahaman mereka tentang topik dan konteks di dunia nyata. Lebih lanjut peserta didik dapat membuat metode mereka sendiri serta menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, penilaian autentik dapat juga digunakan untuk mengasah keterampilan peserta didik.

Pelaksanan asesmen autentik perlu memperhatikan tahapan berikut: (1) identifikasi hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran itu diperoleh dari tujuan pembelajaran. (2) kembangkan tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari tujuan pembelajaran. Setelah mengidentifikasi hasil belajar, pertanyaan berikutnya adalah apakah yang akan dilakukan oleh peserta didik dalam mempelajari tujuan pembelajaran. Peserta didik belajar dan mendemonstrasikan tujuan pembelajaran dengan berbagai cara misalnya dengan cara membaca, berbicara, berdiskusi, bermain peran, menulis, pembuatan keputusan atau pemecahan masalah. (3) identifikasi hasil belajar tambahan yang didukung oleh tugas. Tugas yang kompleks adalah lebih dari sekedar mendemonstrasikan dan menerapkan pengetahuan. (4) rumuskan kriteria dan tingkat kinerja untuk mengevaluasi kinerja peserta didik. Salah satu cara untuk mengases kinerja peserta didik adalah mengembangkan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai dan mendiskripsikan tingkat kinerja (Rifa’i & Anni, 2011). Penilaian ini memiliki kemampuan untuk mengetahui minat peserta didik, memperbaiki prestasi, meningkatkan standar akademik dan meningkatkan pengembangan kurikulum yang lebih terpadu.

4. Ciri-ciri Penilaian Autentik

Menurut Wdoyoko (2009) ciri-ciri penilaian autentik diantaranya:

a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.

b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses embelajaran berlangsung.

c. Menggunakan berbagai cara dan sumber (teknik penilaian).

d. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian- bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat

(4)

menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari. Penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasannya (kualitas).

5. Kelebihan dan Kekurangan Asesmen Autentik

Beberapa kelebihan dari asesmen autentik diantaranya yaitu:

a. Asesmen autentik berorientasi pada penilaian proses pembelajaran, dengan demikian melalui penilaian autentik guru akan dapat mengetahui dimana kelemahan dan kelebihan dari siswa.

b. Asesmen autentik dapat menggambarka1n pencapaian seorang siswa dalam pembelajaran berupa gain atau kemajuan belajar, tidak sekedar ditunjukan dengan angka-angka yang dinyatakan dalam buku rapor.

c. Penilaian dan hasil yang lebih autentik akan meningkatkan proses belajar mengajar, siswa lebih jelas mengetahui kewajiban-kewajiban mereka untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan, dan guru yakin bahwa hasil-hasil asesmen itu bermakna dan berguna untuk meningkatkan pengajaran.

Selain terdapat kelebihan tentu asesmen autentik memiliki kelemahan, kelemahan dari asesmen autentik diantaranya:

a. Dibandingkan dengan tes-tes standar yang telah biasa dilakukan di sekolah, asesmen autentik lebih membutuhkan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan asesmen tradisional.

b. Asesmen autentik mungkin kurang reliebel dan valid dibandingkan dengan bentuk-bentuk asesmen lain.

c. Asesmen autentik lebih menekankan kepada guru untuk lebih mengembangkan metode pembelajaran dan profesionalitas.

d. Asesmen autentik memiliki bias di pihak penilaian.

e. Asesmen autentik tidak dapat memperlihatkan trend-trend jangka panjang seperti tes-tes standar atau tradisional yang telah biasa digunakan.

6. Jenis-Jenis Penilaian Autentik

Penilaian autentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk (Hargreaves et al dalam Muchtar, 2010), antara lain melalui penilaian proyek atau kegiatan peserta didik, penggunaan portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk 15 observasi. Beberapa jenis asesmen autentik menurut Zainal Arifin (2014:55), disajikan sebagai berikut ini.

(5)

a. Penilaian Kinerja

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi atau deklamasi (Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2012).

Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek atau tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.

Guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

a) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur- unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

b) Catatan anekdot atau narasi (anecdotal atau narative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Sehingga gru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.

c) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.

d) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.

Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Mengamati kinerja peserta didik dapat digunakan alat atau

(6)

instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.

b. Penilaian Diri

Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja.

Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

a) Penilaian ranah sikap. Misalnya peserta didik diminta mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

b) Penilaian ranah keterampilan. Misalnya peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

c) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.

Teknik penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.

c. Penilaian proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode waktu tertentu.

Kunandar (2015:279), mengemukakan bahwa “penilaian terhadap suatu tugas meliputi pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data”. Tugas tersebut dapat berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.

Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan.

d. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, dan dievaluasi berdasarkan beberapa

(7)

dimensi. Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolio peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya.

b) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan orang lain bisa sama bisa berbeda.

c) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu map atau folder di rumah atau loker masing-masing di sekolah.

d) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.

e) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta diclik.

f) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara rnemperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.

g) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat "kontrak" atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.

e. Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,memahami, mengorganisasikan,menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Tes tertulis berbentuk esai menuntut dua jenis pola jawaban,

a) Jawaban terbuka (extended-response) b) Jawaban terbatas (restricted-response)

(8)

Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

f. Penilaian Sikap

Menurut Kunandar (2015:105), membagi lima jenjang proses berpikir ranah sikap, yaitu menerima atau me merhatikan, merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola, dan berkarakter. Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:

a) Sikap terhadap mata pelajaran.

b) Sikap terhadap guru atau pengajar.

c) Sikap terhadap proses pembelajaran.

Cara atau teknik, yaitu teknik observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.

a) Observasi perilaku b) Pertanyaan langsung c) Laporan pribadi g. Penilaian Produk

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan Kunandar (2015 : 299).

7. Penilaian Autentik Dan Tuntutan Kurikulum 2013

Menurut Mulyasa (2013) mengungkapkan bahwa implementasi Kurikulum 2013 yang sarat dengan karakter dan kompetensi, hendaknya disertai dengan penilaian secara utuh, terus menerus, dan berkesinambungan agar dapat mengungkap berbagai aspek yang diperlukan dalam mengambil suatu keputusan. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.

Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik (Kemendikbud, 2013). Menurut Soedijarto (2004) evaluasi pendidikan yang berupa evaluasi hasil belajar yang dilakukan pada akhir jenjang satuan

(9)

pendidikan seperti UAN (Ujian Akhir Nasional) tidak dapat diharapkan dapat berdampak terhadap efektifitas tercapainya tujuan pendidikan nasional.

8. Hakekat Asesmen Autentik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Biologi

Penilaian secara autentik dalam pembelajaran sebagai upaya untuk mendapatkan hasil belajar secara akurat. Menurut Muchtar (2010), menyatakan bahwa asesmen autentik merupakan suatu penilaian yang dilakukan melalui penyajian atau penampilan yang dilakukan oleh siswa dalam bentuk pengerjaan tugas-tugas atau berbagai aktivitas tertentu yang langsung mempunyai makna pendidikan.

Perbandingan antara asesmen tradisional dan asesmen autentik secara rinci perbedaannya disajikan pada tabel 2.1. Uraian ini memberikan pemahaman bahwa asesmen autentik harus melibatkan siswa dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Selain itu asesmen autentik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran di dalam kelas, terintegrasi dalam setiap jenis pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Tabel 2.1 Perbandingan Asesmen Autentik Dan Asesmen Tradisional Asesmen Tradisional Asesmen Autentik Periode waktu tertentu Waktu ditentukan oleh guru dan siswa Mengukur kecapan tingkat rendah Mengukur kecakapan tingkat tinggi

Menerapkan drill dan latihan Menerapkan strategi-strategi kritis dan kreatif Memiliki prespektif sempit Memiliki prespektif menyeluruh

Mengungkapkan fakta Mengungkap konsep

Menggunakan standar kelompok Menggunakan standar individu Bertumpu pada ingatan (memorisasi) Bertumpu pada internalisasi Hanya satu solusi yang benar Solusi yang benar banyak Mengungkap kecakapan Mengungkap proses Mengajar untuk ujian Mengajar demi kebutuhan

9. Pengembangan Isntrumen Penilaian Autentik

Pada pengembangan instrument asessmen autentik terdapat prinsip-prinsip umum, antara lain sebagai berikut: (1) proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. (2) penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan hanya masalah dunia sekolah, (3) penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda, dan berbagai kriteria yang sesusai dengan karakteristik dan esensi

(10)

pengalaman belajar, (4) penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotorik (Muchtar, 2010, dalam Rachmawati Dzakiyatul A, 2015).

10. Literasi Biologi

Kesadaran untuk belajar biologi dan pemahaman biologi dimasyarakat terhadap biologi telah dibina dikalangan masyarakat luas melalui pengembangan ilmu pengetahuan kerjasama penelitian antara ilmuan dan penelitian relevan yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, terutama berkat penggunaan teknologi digital jauh meningkat.

Pembelajaran literasi biologi didasarkan pada pengembangan kemampuan sains dalam berbagai sisi kehidupan, mencari solusi permasalahan, membuat keputusan, dan meningkatkan kualitas hidup. Adapun langkah- langkah dalam pembelajaran literasi biologi yaitu kontrak, tahap kuriositi, tahap elaborasi, tahap pengambilan keputusan, tahap nexus, dan tahap penilaian.

a. Tahap kontrak dimulai dari isu atau permasalahan yang muncul di masyarakat kemudian permasalahan tersebut dirumuskan dengan sumber berita, artikel, atau jurnal ilmiah. Selanjutnya siswa memilih topik yang sesuai dengan permasalahan yang ada di masyarakat tersebut dan dikaitkan dengan materi pembelajaran yang tujuanya untuk meningkatkan pemahaman siswa.

b. Tahap kurositi yaitu suatu tahapan yang berisi pertanyaan- pertanyaan yang mengundang rasa keingin tahuan siswa. Pertanyaan ini sesuai dengan isu atau permasalahan yang sedang di gagas. Agar siswa mampu menjawab pertanyaan tersebut, siswa harus memahami pengetahuan dari topik yang sedang dipelajari.

c. Tahap elaborasi yaitu suatu tahapan yang berisi sebuah experimen dan kematangan konsep dengan syarat pertanyaan pada tahap kuriositi telah menjawab secara tuntas.

Kegiatan pada tahap ini dapat diisi dengan pembelajaran metode ceramahbermakna, diskusi, kegiatan praktikum. Tujuanya agar kemampuan siswa lebih berkembang berdasarkan aspek pengetahuan, keterampilan proses, nilai dan sikap.

d. Tahap pengambilan keputusan yaitu tahapan yang melatih siswa agar menyelasikan permasalahan tanpa ada keraguan, jelas, dan benar-benar dipahami. Tahap nexus melakukan pengambilan konsep dasar dari materi yang telah dipelajari dan penerapannya. Tahap ini dilakukan agar pembelajaran lebih aplikatif dan bermakna.

Tahap penilaian dilakukan secara keseluruhan yang tujuanya untuk menilai

(11)

keberhasilan proses pembelajaran yang mencangkup konteks aplikasi dan aspek sains.

Literasi biologi merupakan bagian dari literasi sains, literasi sains Literasi sains berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, partisipasi, dan produktivitas ekonomi. Hal ini sangat penting mempersiapkan bekal keterampilan yang harus dimiliki abad ke 21 ini bagi siswa dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Pentingnya literasi sains karena permasalahan berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi. Selain itu literasi sains memberdayakan masyarakat untuk membuat keputusan pribadi dan berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka. Literasi sains dalam pengukurannya terdiri dari 3 dimensi yaitu konten sains, proses sains dan konteks aplikasi sains. Literasi informasi dan teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat memberi pengaruh pada peluang baru dalam strategi dan metode pembelajaran, termasuk pembelajaran sains, dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan Alam, untuk memahami dan berkomunikasi dan meningkatkan hubungan antara sains, teknologi dan masyarakat (Astuti Kusuma, 2016:1).

Menurut Bybee dan Uno (1994), bahwa literasi biologi adalah bagian dari literasi sains, hal ini bukanlah titik akhir yang dapat dicapai dalam waktu singkat, tetapi merupakan kontinum dimana pemahaman seseorang berkembang sepanjang hidup.

Bybee dan Uno (1994) menguraikan empat tingkat yaitu nominal, fungsional, structural, dan multidimensi literasi biologi untuk SMA dan mahasiswa kemudian menggambarkan karakteristik siswa pada setiap tingkat, lalu menyarankan mengajar strategi untuk terus mempromosikan mengembangkan literasi biologi melampaui tingkat nominal dan fungsional.

Esensi dari literasi biologi adalah memahami sejumlah kecil prinsip-prinsip biologi dan menerapkannya dengan cara yang tepat dalam kegiatan pribadi maupun social. Para penulis direkomendasikan memodifikasi program perguruan tinggi untuk membuat biologi lebih relevan dengan siswa. Siswa yang meningkatkan pengetahuan literasi biologi mereka, siswa tersebut akan lebih memahami prinsip-prinsip, standar, atau nilai- nilai yang mengatur karya ilmiah dan yang memandu penerimaan informasi kedalam struktur biologi. Meskipun pemahaman konsep biologi adalah salah satu tujuan pendidikan biologi, tujuan lain harus mengembangkan kecenderungan pada siswa untuk

(12)

menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dangan alam dan ilmu teknologi (Bybee dan Uno, 1994).

Berikut ini adalah tabel karakteristik empat level literasi biologi:

Tabel 2.2 Karakteristik Empat Level Literasi Biologi

Level Karakteristik

Nominal

Dapat mengidentifikasi persyaratan dan pertanyaan biologi di alam Memiliki kesalah pahaman

Memberikan penjelasan naïf konsep biologi

Fungsional

Menggunakan kosakata biologi Mendefinisikan istilah dengan benar Tanggapan hafalan

Structural

Memahami skema konseptual biologi

Memiliki pengetahuan dan keterampilan procedural

Dapat menjelaskan konsep-konsep biologi dengan kata-kata sendiri

Multidimensi

Memahami tempat biologi antara disiplin ilmu lainnya Mengetahui sejarah dan sifat bilogi

Memahami interaksi antara biologi dan mayarakat

(Sumber Bybee dan Uno ,1994) B. Penelitian Relevan

Penelitian Andi Jatmiko (2014), Pengembangan Instrument Asessmen Autentik Kurikulum 2013 Aspek Afektif Dalam Mata Pelajaran PAI Kelas Vii Di SMP N 3 Kalasan, dalam penelitian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambara kemampuan profil peserta didik. Yang lebih ditekankan dalam penelitian adalah instrument penilaian yang digunakan untuk menilai peserta didik khususnya aspek afektif.

Hasil penelitian menunjukan: 1) proses pengembangan instrument autentik kurikulum 2013 tersebut dimulai dari menganalisis potensi masalah dan pengumpulan data yang selanjutnya dilakukan desain produk, validasi dan revisi desain sehingga produk dapat diuji cobakan serta dianalisis dan direvisi untuk dapat dijadikan produk akhir yang siap untuk diproduksi dan digunakan. 2) hasil analisis uji validitas menunjukan 97,5% butir pernyataan valid atau 39 pernyataan dari total 40 dapat dinyatakan layak, sedangkan untuk hasil releabilitas diperoleh koefisien releabilitas sebesar 0,89 dengan begitu, instrument penilaian yang telah dibuat sudah reliable

(13)

karena nilai koefisien releabilitas lebih besar dari rtable taraf 5% (0,195) atau 1%

(0,256). Menurut tabel interpretasi releabilitas, kriteria releabilitasnya dapat dikatakan layak.

Selanjutnya, penelitian Syifa Mustika (2016). Pengembangan Instrument Asessmen Autentik Berbasis Scientific Approach Pada Pokok Bahasan Vertebrata Di SMA/MA Cirebon, penelitian ini termasuk dalam penelitian dan pengembangan research and development kuantitatif, karena datanya berbentuk angka yang diangkakan (scoring), misalnya terdapat dalam skala pengukuran, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, lembar observasi dan angket. Sedangkan data yang didapat selama penelitian dianalisis dengan menggunakan excel dan anates.

Hasil penelitian menunukan bahwa asessmen autentik berbasis scientific approach yang digunakan pada kedua uji coba, diantaranya: (1) penilaian kinerja yang digunakan pada aspek mengamati, mencoba, dan mengasosiasi menunjukan tingkat releabilitas ynag tinggi yaitu > 0,70. (2) penilaian tes yang digunakan pada aspek menalar memiliki tingkat korelasi lebih dari 0,489 artinya signifikan. (3) aktifitas siswa pada aspek menyanya, yang teramati sangat baik dengan rata-rata 84%. (4) respon siswa terhadapa pengembangan instrument asessmen autentik pada aspek pengetahuan dengan rata-rata 3.39%, pada aspek afektif rata-rata 3,41% dan pada aspek psikomotor rata-rata 3,38%. Hal ini menunjikan kriteria yang baik sedangkan hasil tanggapan observer mengenai penilaian yang digunakan menunjukan rata-rata 80%.

C. Materi Sistem Ekskresi Manusia

Proses pengeluaran bahan-bahan sisa metabolisme ini disebut ekskresi. Ekskresi membantu menjaga homeostasis dengan mempertahankan lingkungan dalam tubuh agar tetap stabil dan bebas dari materi-materi yang membahayakan. Bahan-bahan hasil metabolisme yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh di antaranya adalah karbon dioksida, kelebihan air, dan urea. Karbon dioksida dihasilkan di antaranya dari proses respirasi seluler, sedangkan urea adalah zat kimia yang berasal dari hasil pemecahan protein. Alat-alat ekskresi yang ada pada manusia adalah kulit, paru-paru, hati, dan ginjal.

1. Kulit

Sebagai alat ekskresi, kulit mengeluarkan keringat. Keringat terdiri atas air dan garam-garam mineral (terutama NaCl, itu sebabnya keringat terasa asin), serta sedikit sampah buangan, seperti urea, asam urat, dan amonia. Keringat dikeluarkan

(14)

tubuh dalam jumlah besar ketika melakukan kegiatan berat dan berada di lingkungan yang panas. Pengeluaran keringat juga dipengaruhi oleh makanan, keadaan kesehatan, dan emosi.Kulit dibagi menjadi dua lapisan utama, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan lapisan kulit paling luar dan lebih tipis dibandingkan lapisan dermis. Epidermis terdiri atas beberapa lapisan, yaitu stratum korneum (lapisan tanduk), stratum lusidum, stratum granulosum, dan stratum germinativum (Kurnadi, 1995 : 234).

Stratum korneum adalah lapisan sel-sel epidermis (sel epitel selapis pipih) yang mati dan menumpuk menjadi berlapis-lapis. Stratum lusidum merupakan lapisan bening di bawah stratum korneum. Stratum granulosum adalah lapisan sel yang mengandung pigmen melanin yang berpengaruh terhadap warna kulit. Stratum germinativum adalah lapisan yang membelah terus-menerus dan mendesak lapisan sel lama ke atas, serta menggantikan sel-sel di lapisan stratum korneum.

Lapisan kulit bagian bawah adalah dermis. Di lapisan dermis terdapat serabut saraf dan pembuluh darah. Selain itu, di lapisan dermis terdapat struktur lain, seperti kelenjar keringat, rambut, dan kelenjar minyak. Minyak yang dihasilkan oleh kelenjar di sekitar folikel rambut berfungsi menjaga permukaan kulit agar tetap lembap.

Kelenjar keringat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pangkal berbentuk gulungan anyaman yang terletak di dermis, dan bagian saluran yang berujung di permukaan kulit (epidermis). Bagian pangkal yang bergulung tersebut dikelilingi oleh kapiler darah. Melalui kapiler darah tersebut kelenjar keringat menyerap cairan di jaringan. Cairan tersebut kemudian dikeluarkan sebagai keringat.

Ekskresi keringat berkaitan juga dengan upaya tubuh dalam menjaga kestabilan suhu tubuh. Ketika suhu tubuh naik, suhu darah akan meningkat dan merangsang kelenjar hipotalamus di otak. Hormon yang disekresikan kelenjar ini masuk ke darah dan merangsang pembuluh darah untuk melebar sehingga kecepatan aliran darah menurun dan kelenjar keringat memproduksi keringat. Dengan demikian, suhu tubuh akan menurun.

2. Paru-Paru

Paru-paru berperan dalam proses ekskresi karena paru-paru mengeluarkan gas karbon dioksida dan air melalui proses respirasi. Dalam paru-paru, terdapat alveoli tempat terjadinya pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida. Dinding alveoli dan kapiler sangat tipis dan basah sehingga memudahkan pertukaran gas.

(15)

Setelah udara masuk ke alveolus, oksigen masuk melalui dinding alveolus dan segera memasuki dinding kapiler darah. Sebaliknya, karbon dioksida dan air terlepas dari darah dan masuk ke alveoli untuk selanjutnya dikeluarkan dari dalam tubuh.

3. Hati

Hati termasuk dalam sistem ekskresi karena hati mengeluarkan empedu. Setiap hari, hati menyekresi sekitar 600–1.000 mL cairan empedu. Cairan empedu terdiri atas kolesterol, lemak, hormon pelarut lemak, dan lesitin. Fungsi cairan empedu, di antaranya mengemulsi lemak dalam usus halus. Cairan empedu tersebut disimpan dalam kantung empedu untuk disalurkan ke dalam usus halus.Sebagai bagian dari sistem ekskresi, hati menghasilkan produk ekskretori, seperti zat pewarna cairan empedu (bile pigmen), yaitu bilirubin. Bilirubin berasal dari pemecahan hemoglobin darah yang berlangsung dalam hati.

Sel darah merah yang telah rusak dan mati dirombak oleh hati melalui sel-sel khusus yang disebut histiosit. Hemoglobin dalam sel darah merah dipecah menjadi hemin, globin, dan zat besi. Globin dan zat besi disimpan kembali di hati untuk selanjutnya dikembalikan ke limfa dan sumsum tulang belakang dan digunakan dalam pembentukan hemoglobin baru. Hemin digunakan sebagai zat warna empedu yang disebut bilirubin. Bilirubin berwarna hijau biru. Zat tersebut selanjutnya disalurkan ke usus dua belas jari dan dioksidasi menjadi urobilin yang berwarna kuning kecokelatan. Zat warna inilah yang memberi warna pada urine dan feses.

1. Ginjal

Ginjal adalah organ utama dalam sistem ekskresi. Ginjal mengeluarkan urea, kelebihan air, dan material sampah lainnya dalam bentuk urine. Urine dialirkan melalui ureter menuju kantung urine. Keinginan untuk mengeluarkan urine muncul ketika kantung urine terisi penuh. Urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

Ginjal manusia berbentuk seperti kacang dengan panjang kira-kira 13 cm, lebar 8 cm, dan tebal 2,5 cm. Ginjal berukuran lebih kurang seukuran dengan kepalan tangan Anda. Ukuran organ tersebut memang kecil, tetapi mempunyai fungsi dan efektivitas kerja yang sangat mengagumkan. Manusia mempunyai dua buah ginjal yang terletak di sebelah kanan dan kiri tubuhnya. Dari bagian luar ke dalam, ginjal terdiri atas tiga lapisan, yaitu korteks renalis (korteks), medula renalis (medula) dan pelvis renalis. Unit fungsional terkecil dari ginjal disebut nefron. Nefron terletak di korteks renalis dan medula renalis. Nefron terdiri atas tiga bagian utama, yaitu

(16)

glomerulus (tempat darah disaring), kapsula Bowman, dua buah tubulus panjang.

Tubulus tersebut dibagi menjadi tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal, dan yang terakhir adalah tubulus pengumpul.

Glomerulus adalah untaian pembuluh kapiler yang dinding-dindingnya bertautan dengan dinding kapsula bowman. Kapiler yang membentuk glomerulus adalah percabangan dari arteriol aferen. Kapsula Bowman sendiri berhubungan dengan tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal hingga tubulus pengumpul.

Urine dibentuk dengan serangkaian proses yang rumit dan sangat efektif.

Secara umum, terdapat tiga peristiwa penting dalam pembentukan urine, yaitu penyaringan(filtrasi), penyerapan (reabsorpsi), dan pengumpulan (augmentasi).

a. Penyaringan Darah (Filtrasi)

Proses filtrasi terjadi di antara glomerulus dan kapsula Bowman. Ketika darah dari arteriol aferen memasuki glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi.

Hal tersebut menyebabkan air dan molekul-molekul yang tidak larut dalam darah melewati dinding kapiler pada glomerulus. Kemudian, air dan molekul- molekul memasuki lempeng filtrasi dari kapsula Bowman. Hasil filtrasi ini disebut filtrat glomerulus atau urine primer. Filtrat ini akan dipindahkan melalui tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal, kemudian menuju tubulus pengumpul.

b. Penyerapan Kembali (Reabsorpsi)

Ketika filtrat dipindahkan, darah di arteriol eferen glomerulus menjadi sangat pekat. Hal tersebut terjadi karena hilangnya begitu banyak air. Selain itu, filtrasi mengandung substansi-substansi besar yang tidak dapat melewati dinding kapiler glomerulus, seperti sel darah, protein-protein besar, dan kepingan- kepingan lemak. Sementara itu, urine primer yang dihasilkan dari kapsula Bowman, memasuki tubulus kontortus proksimal. Di titik pertautan antara kapilerkapiler yang melingkupi tubulus, diserap glukosa dan asam amino serta ion Na+. Urine primer yang memasuki lengkung Henle telah lebih isotonik dengan darah di kapiler. Pada lengkung Henle terjadi penyerapan garam NaCl dan air. Penyerapan berlanjut di tubulus kontortus distal. Di sini terjadi penyerapan urea, kreatinin, bahan obat-obatan, H+, dan NH4–. Sementara itu, garam NaCl dan air serta ion HCO3– kembali diserap. Urine yang dihasilkan dari tubulus kontortus distal, disebut urine sekunder. Hasil reabsorpsi ini

(17)

mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu yang memberikan bau dan warna pada urine.

c. Pengumpulan (Augmentasi)

Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan memasuki tubulus pengumpul. Di tubulus ini, masih terjadi penyerapan kembali air, garam NaCl, dan urea sehingga terbentuk urine yang harus dibuang dari tubuh. Dari tubulus pengumpul, urine memasuki pelvis renalis, lalu mengalir menuju ureter menuju kandung kemih (vesika urinaria). Ketika kandung kemih penuh, orang akan merasakan keinginan untuk buang air kecil. Beberapa hal yang memengaruhi volume urine, di antaranya zat-zat diuretik, suhu, konsentrasi darah, dan emosi.

Jika sering mengonsumsi kopi dan teh, zat diuretik (kafein) yang dikandungnya akan menghambat reabsorpsi air sehingga volume urine meningkat. Pada saat terjadi peningkatan suhu, kapiler di kulit melebar dan air berdifusi keluar serta kelenjar keringat menjadi aktif. Saat volume air turun, penyerapan air di ginjal berkurang sehingga volume urine menurun. Begitu pula halnya ketika konsentrasi darah meningkat, atau ketika darah menjadi lebih cair karena banyak mengonsumsi cairan. Emosi tertentu merangsang peningkatan atau pengurangan volume urine, contohnya orang menjadi lebih sering buang air kecil pada saat gugup, tegang, atau takut.

Gangguan pada sistem ekskresi yang umum terjadi antara lain sebagai berikut:

1. Sistitis (Cystitis) adalah peradangan yang terjadi di kantung urinaria.

Biasanya, terjadi karena infeksi oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh 2. Hematuria, terjadi ketika ditemukan eritrosit dalam urine. Penyebabnya

bermacam-macam, seperti adanya batu dalam ginjal, tumor di renal pelvis, ureter, kandung kemih, kelenjar prostat atau uretra.

3. Glomerulonefritis adalah peradangan yang terjadi di glomerulus sehingga proses filtrasi darah terganggu.

4. Batu ginjal adalah adanya objek keras yang ditemukan di pelvis renalis ginjal.

Komposisi batu ginjal adalah asam urat, kalsium oksalat, dan kalsium fosfat.

Batu ginjal terjadi karena terlalu banyak mengonsumsi garam mineral, tetapi sedikit mengonsumsi air. Batu ginjal tersebut sering mengakibatkan iritasi dan pendarahan pada bagian ginjal yang kontak dengannya.

(18)

5. Gagal ginjal, terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk melakukan fungsinya secara normal. Hal ini dapat terjadi karena senyawa toksik, seperti merkuri, arsenik, karbon tetraklorida, insektisida, antibiotik, dan obat penghilang sakit pada tingkat yang tinggi. Gagal ginjal dapat diatasi dengan dialisis. Kita lebih mengenalnya sebagai proses cuci darah. Jika kerusakan ginjal sangat parah, dapat dilakukan transplantasi ginjal yang baru.

6. Dermatitis adalah suatu peradangan yang terjadi di kulit, yang berulang-ulang dan sering kambuh. Contoh dermatitis yang umum adalah eksim.

7. Prostatis adalah peradangan di prostat. Akibat peradangan tersebut, penderitanya sulit buang air seni.

8. Impetigo adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini terjadi pada anak-anak, terutama pada mereka yangkekurangan gizi.

Impetigo ditandai dengan kulit yang berbintik-bintik berisi nanah yang biasanya timbul di wajah dan tangan.

9. Penyakit kuning yang disebabkan oleh tersumbatnya saluran empedu karena adanya penumpukan kolesterol dan membentuk batu empedu. Feses penderita akan berwarna cokelat abu-abu, sedangkan darahnya kekuningan karena cairan empedu masuk ke aliran darah.

Referensi

Dokumen terkait

Attaumate di Sanrobone Takalar, yakni sebuah upacara adat kematian. Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana Unsur-unsur Islam dalam pelaksanaan adat

[r]

Segala puji bagi Allah SWT, yang jikalau seluruh pohon di atas muka bumi ini dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta untuk menuliskan ilmu Allah, maka tiada habis

Apakah petugas kesehatan selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada saudara untuk minum obat sampai selesai Apakah petugas kesehatan selalu mengingatkan saudara untuk

[r]

Namun demikian diketahui bahwa keluarga inti, yang merupakan keluarga dengan hubungan darah meliputi ayah, ibu dan anak memiliki keintiman lebih tinggi dibanding keintiman individu

Dari hasil penelitian Turbin Aliran Silang dengan busur sudu 90 0 ini, dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain bahwa pada variasi tinggi nozzle 4 mm daya keluaran paling

[r]