PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA TERINTEGRASI AL-QUR’AN DENGAN MODEL CTL PADA MATERI ALAT OPTIK
KELAS XI SMA/MA/SMK
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Serjana (S-1) Jurusan Tadris Fisika
Oleh :
CHINTIA SEPTRI NINGSIH NIM 1630107006
JURUSAN TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR 2020
i ABSTRAK
Chintia Septri Ningsih, NIM. 16 30 107 006, Judul Skripsi:
“PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA TERINTEGRASI AL-QUR’AN DENGAN MODEL CTL PADA MATERI ALAT OPTIK KELAS XI SMA/MA/SMK”. Jurusan Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
Salah satu yang menjadi faktor keberhasilan dalam pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional adalah tercukupinya bahan pendukung pembelajaran yaitu berupa bahan ajar. Berdasarkan hasil wawancara dari kegiatan observasi yang dilakukan di SMAN 2 Batusangkar diperoleh informasi bahwa bahan ajar yang digunakan guru berupa buku paket dan LKS yang hanya terfokus pada materi pembelajaran dan rumus saja. Kedua bahan ajar tersebut cenderung monoton untuk dijadikan sumber belajar. Di samping itu proses pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru sehingga menyebabkan peserta didik tidak terbiasa menemukan konsep sendiri dalam memahami materi.
Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini hadir dalam bentuk pengembangan modul pembelajaran sebagai bagian dari bahan ajar agar peserta didik lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran. Ditambah lagi hal ini dilakukan dalam upaya menyahuti peraturan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat tentang pendidikan karakter sehingga dituntut bahan ajar yang digunakan oleh guru-guru di sekolah sudah terintegrasi dengan nilai-nilai Al-Qur’an. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan modul pembelajaran fisika terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL yang valid dan praktis sehingga dapat membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sekaligus keterkaitannya dengan nilai-nilai Al-Qur’an khususnya pada materi alat optik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model penelitian 4-D yang meliputi empat tahap yaitu: tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Akan tetapi pada penelitian ini tidak dilakukan tahap penyebaran karena keterbatasan waktu dan biaya. Modul ini selain terintegrasi sepenuhnya dengan Al-Qur’an juga dilengkapi dengan tujuh komponen CTL. Berdasarkan hasil pengolahan data hasil validasi modul pembelajaran fisika terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL pada materi alat optik sudah memenuhi kriteria sangat valid dengan persentase 97,5%
sedangkan persentase pada tahap praktikalitas hasil angket respon guru dan siswa berturut-turut 96,87% dan 93,1% dengan kriteria sangat praktis.
Kata Kunci: Pengembangan Modul, CTL, Terintegrasi Al-Qur’an, Alat Optik
KATA PENGANTAR Assalamualaikum. Wr. Wb
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al- Qur’an dengan Model CTL pada Materi Alat Optik kelas XI SMA/MA/SMK”.
Tak lupa pula peneliti mengucapkan shalawat beserta salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang begitu sangat mencintai umatnya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata Satu (S-1) Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti telah banyak mendapat bantuan, dorongan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini peneliti sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua, ayahanda Edimar dan ibunda Rupina serta saudara/i peneliti yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada peneliti. Ucapan terima kasih yang mendalam juga peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc, selaku Pembimbing sekaligus dosen Penasehat Akademik yang telah meluangkan waktu, membimbing, mengarahkan, memberi masukan, dan memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skipsi ini.
2. Ketua Jurusan Tadris Fisika Ibu Venny Haris, M.Si, yang telah membina, mengarahkan, membantu dan memberikan dukungan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Artha Nesa Chandra, M. Pd, selaku Penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. H. Kasmuri, M. A selaku rektor IAIN Batusangkar
5. Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd selaku Ketua Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar.
6. Ibu Hadiyati Idrus, M. Sc, Dr. Elda Herlina, M.Pd, dan Ibu Dra. Delvia Rasna, sebagai validator yang telah memberikan masukan yang konstruktif.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Tadris Fisika, Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc, Bapak Fransrizal Agustianto, M.Si, Ibu Venny Haris, M.Si, Bapak Dr.
Amali Putra, M.Pd, Ibu Novia Lizelwati, M.Pfis, Ibu Sri Maiyena, M.Sc, Ibu Artha Nesa Chandra, M.Pd, Ibu Hardiyati Idrus, M.Sc, serta kepada Bapak/Ibu dosen Luar Biasa yang selalu dan tak pernah bosan berbagi ilmu pengetahuan kepada kami
8. Keluarga besar SMAN 2 Batusangkar, khususnya Ibu Nursisilta, S.Pd. M.Si selaku Kepala Sekolah, Guru mata pelajaran fisika Ibu Dra. Delvia Rasna dan siswa siswi SMAN 2 Batusangkar khususnya kelas XII MIA 2
9. Teristimewa untuk keluarga besar peneliti senantiasa mendukung langkah ini dengan iringan doa dan kasih sayang serta dukungan secara moril atau materil. Terimakasih atas nasehat yang tiada hentinya.
10. Rekan-rekan Mahasiswa/i Tadris Fisika serta keluarga besar Tadris Fisika yang telah memberikan motivasi, serta dukungan.
11. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, motivasi serta bantuan baik moril maupun materil yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala pengalaman, motivasi dan dukungan yang telah diberikan dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kelemahan-kelemahan, oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dalam upaya menyelenggarakan proses pembelajaran yang sebaik-baiknya. Amiin.
Batusangkar, 10 Januari 2020
CHINTIA SEPTRI NINGSIH NIM. 1630107006
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... .iv
DAFTAR TABEL ... .vi
DAFTAR GAMBAR ... .vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan ... 6
E. Pentingnya Pengembangan ... 7
F. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan ... 8
G. Definisi Operasional ... 8
BAB II TEORI DASAR A. Modul ... 10
1. Pengertian Modul ... 10
2. Karakteristik Modul ... 11
3. Tujuan Modul Pembelajaran ... 11
4. Prinsip-Prinsip Modul ... 12
5. Komponen-Komponen Modul ... 13
6. Langkah-Langkah Penyusunan Modul ... 15
B. Model CTL ... 16
1. Pengertian Model CTL ... 16
2. Komponen Pembelajaran Model CTL ... 18
3. Prinsip Pembelajaran Model CTL ... 20
4. Langkah - langkah pembelajaran Model CTL ... 21
C. Modul Pembelajaran Fisika dengan Model CTL Terintegrasi Al Qur’an ... 21
D. Modul Alat Optik dengan Model CTL Terintegrasi Al Qur'an ... 25
E. Penelitian yang relevan ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Rancangan Penelitian ... 29
C. Prosedur Penelitian ... 31
D. Teknik Analisis Dan Pengolahan Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36
B. Pembahasan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Implikasi… ... 68
C. Saran…….. ... 69 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Validasi Modul Fisika dengan Model CTL Terintegrasi Al-Qur’an ... 32
Tabel 3.2 Validasi RPP ... 33
Tabel 3.3 Validsi Angket Respon ... 33
Tabel 3.4 Aspek Praktikalitas Modul Fisika Dengan Model CTL Terintegrasi Al-Qur’an ... 34
Tabel 3.5 Kategori Valid Modul... 34
Tabel 3.6 Kategori Praktis Modul ... 35
Tabel 4.1 Data Hasil Validasi RPP ... 49
Tabel 4.2 Data Hasil Analisis Validasi Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi AlQur’an Dengan Model CTL ... 50
Tabel 4.3 Hasil analisis validasi angket respon peserta didik ... 51
Tabel 4.4 Hasil analisis validasi angket respon guru ... 52
Tabel 4.5 Hasil analisis validasi Lembar Observasi ... 53
Tabel 4.6 Hasil Praktikalitas dari Angket Respon Peserta Didik ... 55
Tabel 4.7 Hasil Praktikalitas dari Angket Respon Guru ... 56
Tabel 4.8 Hasil wawancara dengan guru fisika di SMAN 2 Batusangkar ... 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Prosedur Penelitian ... 30 Gambar 4.1(a) Cover Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-Qur’an dengan
Model CTL sebelum di validasi ... 41 Gambar 4.1 (b) Cover modul setelah di validasi ... 41 Gambar 4.2 Kata Pengantar Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-Qur’an
dengan Model CTL ... 42 Gambar 4.3 Daftar Isi Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-Qur’an dengan Model CTL ... 43 Gambar 4.4 Pendahuluan Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-Qur’an
dengan Model CTL ... 43 Gambar 4.5 Petunjuk Belajar Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-Qur’an dengan Model CTL ... 44 Gambar 4.6 KI, KD, Indikator Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-
Qur’an dengan Model CTL ... 45 Gambar 4.7 Tujuan Pembelajaran Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-
Qur’an dengan Model CTL ... 45 Gambar 4.8 Peta Konsep Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-Qur’an
dengan Model CTL ... 46 Gambar 4.9 Evaluasi Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-Qur’an dengan
Model CTL ... 47 Gambar 4.10 Glosarium Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-Qur’an
dengan Model CTL ... 48 Gambar 4.11 Grafik Hasil Praktikalitas dari Angket Respon Peserta Didik ... 56 Gambar 4.12 Grafik Hasil Praktikalitas dari Angket Respon Guru ... 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Nama Validator ... 70
Lampiran 2 Lembar Validasi Modul ... 71
Lampiran 3 Lembar Validasi RPP ... 72
Lampiran 4 Lembar Validasi Angket Respon Peserta Didik ... 73
Lampiran 5 Lembar Angket Respon Praktikalitas Peserta Didik ... 74
Lampiran 6 Lembar Validasi Angket Respon Guru ... 75
Lampiran 7 Lembar Angket Respon Praktikalitas Guru ... 76
Lampiran 8 Lembar Validasi Pedoman Wawancara ... 77
Lampiran 9 Lembar Pedoman Wawancara ... 78
Lampiran 10 Hasil Analisis Validitas modul ... 79
Lampiran 11 Hasil Analisis Validitas RPP ... 80
Lampiran 12 Hasil Analisis Validitas Angket Respon Peserta Didik ... 81
Lampiran 13 Hasil Analisis Validitas Angket Respon Guru ... 82
Lampiran 14 Hasil Analisis Validasi Lembar Pedoman Wawancara ... 83
Lampiran 15 Hasil Analisis Praktikalitas Peserta Didik ... 84
Lampiran 16 Hasil Analisis Praktikalitas Guru ... 85
Lampiran 17 Surat Izin Penelitian LP2M ... 86
Lampiran 18 Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan ... 87
Lampiran 19 Surat Balasan Sudah Melaksanakan Penelitian ... 88
Lampiran 20 Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-Qur’an dengan Model CTL ... 89
Lampiran 21 RPP... 90
Lampiran 22 Daftar Hadir Peserta Didik Kelas XII MIA 2 ... 91
Lampiran 23 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 92
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Saat ini kecanggihan revolusi industri 4.0 menyebabkan semua sektor mengalami perubahan secara cepat baik itu sektor pertanian, perdagangan, perindustrian maupun pendidikan. Namun demikian di tengah perkembangan teknologi terkini serta arus globalisasi dan modernisasi yang semakin kuat memiliki sisi positif namun juga banyak sisi negatif. Berkembangnya paham neoliberalisme dan sekularisme telah membuka akses bagi generasi muda untuk bebas menganut aliran apapun, bebas berekspresi, berkomunikasi dan mengutarakan pendapat dengan siapapun. Hal ini memungkinkan terjadinya pergeseran nilai dalam tatanan masyarakat, sehingga generasi muda dapat kehilangan jati dirinya akibat tergerus oleh perkembangan zaman tersebut.
Novia Lizelwati dan Artha Nesa Chandra dalam jurnalnya yang berjudul
“Developing instructional device of general physics practicum integrated with Al-Qur’an for department of physics education IAIN Batusangkar” juga menjelaskan bahwa semakin kuat dominasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam kehidupan manusia, hal itu bisa mengubah apa kebutuhan manusia untuk kepentingan hidup mereka. Jadi dominasi Sains dan Teknologi perlahan menggeser nilai-nilai kemanusiaan, budaya, dan agama (Novia Lizelwati dan Artha Nesa Chandra, 2018: 1). Untuk itu perlu adanya penanaman karakter yang kuat layaknya pondasi yang dapat membentengi generasi muda. Belakangan ini pendidikan karakter diberbagai tingkat pendidikan telah diterapkan dan terus dikembangkan untuk membentuk akhlak atau kepribadian anak bangsa. Pemerintah telah menggariskan bahwa di samping mengembangkan potensi peserta didik, pendidik juga harus ikut membentuk SDM yang berilmu, berakhlak mulia, kreatif dan mandiri serta bertanggung jawab (Sisdiknas, No 20 Tahun 2003).
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut dipahami bahwa pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan potensi peserta didik saja, namun juga mewujudkan peserta didik yang memiliki nilai karakter dan berkepribadian yang diperlukan bagi dirinya agar lahir generasi bangsa yang berbudi luhur. Melalui pendidikan juga diharapkan mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri peserta didik memproduksi generasi yang memenuhi tujuan hidup efektif dan efisien (Bagus, 2005: 392).
Persoalan pembentukan manusia yang berkarakter/berakhlak mulia merupakan hal yang tidak sederhana dan sulit diwujudkan. Hal ini disebabkan karena akhlak itu lahir dari pribadi yang sudah memiliki sikap-sikap yang baik dan terbiasa dipraktekkan sehingga terpatri dalam kehidupannya. Peserta didik yang memiliki akhlak mulia dalam tindakan baik dalam berpikir, bersikap, dan berprilaku dalam interaksinya dengan sesama. Menurut Bagus (2005) akhlak memiliki indikator yaitu sikap, prilaku, motivasi dan memiliki keterampilan. Karakter juga merupakan nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan.
Mengingat pentingnya penanaman nilai karakter terhadap generasi muda tersebut pemerintah sudah memasukkan pendidikan karakter dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sebagai tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK atau (Competency Based Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah (Mulyasa E. , 2013:
66). Kurikulum 2013 diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini khususnya karakter anak bangsa. Dalam penerapan kurikulum 2013 ini agar dapat mencapai
tujuan secara maksimal, maka pendidik harus mengaitkan pelajaran dengan sikap-sikap mulia kepada peserta didik baik dalam RPP maupun silabus pembelajaran (Zubaedi, 2011: 269). Hal ini disambut baik oleh pemerintah provinsi sumatera barat dimana untuk menyahuti pentingnya pendidikan karakter yang diusung oleh kurikulum 2013 tersebut Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat membuat peraturan mengenai keharusan untuk mengintegrasikan semua mata pelajaran di sekolah dengan nilai-nilai akhlak mulia yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Pada penerapan kurikulum itu juga setiap guru diharapkan dapat menjadi role model dalam mendidik karakter peserta didiknya dengan mengintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran.
Pendapat ini diperkuat oleh Zubaedi:
“pada prinsipnya mendidik karakter bukan hanya menjadi tugas sebagian guru tertentu saja seperti guru PPKn, guru akidah akhlak, guru bimbingan konseling ataupun guru agama. Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab kita bersama termasuk di dalamnya seluruh guru mata pelajaran ” (Zubaedi, 2011: 270).
Untuk mewujudkan pengintegrasian nilai-nilai karakter di setiap mata pelajaran diperlukan bahan pendukung berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan sumber-sumber yang memiliki nilai-nilai akhlak yang mulia seperti Al-Qur’an. Al-Qur’an yang mengandung perihal akidah, ibadah dan muamalah, hukum, sejarah atau kisah umat terdahulu, dan dasar-dasar ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi. Al-Qur’an dapat diintegrasikan pada semua mata pelajaran di tingkat SMA diantaranya pendidikan agama, bahasa Indonesia, matematika, bahasa inggris, fisika, biologi, PPkn, sejarah, ekonomi, sosiologi, geografi, PKWU/PKK, Pendidikan jasmani dan olahraga dan kesehatan, serta seni dan budaya. Pengintegrasian Al-Qur’an pada setiap mata pelajaran tidak akan mempengaruhi beban belajar peserta didik, dan diyakini dapat melakukan penguatan pendidikan karakter (PPK) dan implementasi pada kurikulum 2013. Pengintegrasian Al-Qur’an di dalam
bahan ajar berperan penting dalam pembentukan karakter peserta didik yang seluruhnya mampu mengembangkan nilai religi dari peserta didik.
Pengintegrasian Al-Qur’an pada pembelajaran juga sangat sesuai dengan pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching And Learning).
CTL menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari peserta didik secara nyata. CTL dipandang mampu menghubungkan dan mengetahui keterkaitan kompetensi hasil belajar dengan situasi yang sering di alami dalam kehidupan sehari-sehari. Langkah tersebut membuat peserta didik dapat merasakan pentingnya belajar, dan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya ( E. Mulyasa, 2017:
110).
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibu Dra. Delvia Rasna yang mengajar mata pelajaran Fisika di SMAN 2 Batusangkar diketahui bahwa dia mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan Al-Qur’an dalam mata pelajaran fisika sesuai dengan peraturan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat tentang penguatan pendidikan karakter melalui pengintegrasian nilai- nilai Al-Qur’an pada semua mata pelajaran di tingkat SMA/MA/SMK. Untuk mendukung program ini agar dapat berjalan dengan baik, pemerintah provinsi membekali guru bidang studi dengan buku pedoman yang berisikan Silabus dan RPP yang sudah terintegrasi Al-Qur’an sehingga guru mata pelajaran tinggal menyesuaikan bentuk pengajaran sesuai dengan yang ada di silabus.
Akan tetapi pemberian buku pedoman tidak dilengkapi dengan bahan ajar yang sudah terintegrasi dengan Al-Qur’an sehingga guru dituntut membuat bahan ajar yang terintegrasi dengan Al-Qur’an sesuai dengan Silabus dan RPP yang sudah diberikan dalam buku pedoman.
Namun karena tidak adanya pelatihan kepada guru bidang studi fisika mengenai bagaimana bentuk bahan ajar yang terintegrasi Al-Qur’an ini membuat guru kebingungan dalam pembuatan bahan ajar sehingga dia memutuskan untuk tetap menggunakan bahan ajar biasa yang hanya
menjelaskan materi Fisika. Pengintegrasian nilai-nilai Al-Qur’an dengan materi fisika selama ini hanya secara lisan saja dijelaskan oleh guru. Disisi lain pengintegrasian mata pelajaran dengan nilai-nilai Al-Qur’an selama ini masih dipahami berbeda oleh pendidik dan cenderung dijelaskan secara terpisah antara materi fisika dan nilai-nilai Al-Qur’annya. Kondisi ini membuat peserta didik kesulitan dalam memahami hubungan keduanya, sehingga tujuan dari program pemerintah provinsi tidak tercapai sebagaimana mestinya. Dikemukakan oleh penelitian Daud Ismail, Wan Mohd Khairul Firdaus Wan Khairuldin, Mahadi Mohammad (2014) bahwa perkembangan pembelajaran Al Qur’an di Malaysia pun mengalami hambatan. Di sekolah- sekolah negeri yang mayoritas warganya Malaysia beragama Islam dan pendidikannya yang bernuansa Islam mengalami hambatan yaitu dengan tidak begitu mengenaknya Al Qur’an sebagai kitab suci mereka (Deky Yudha Saksono, 2015: 8-9).
Agar nilai-nilai Al-Qur’an dapat terintegrasi secara menyeluruh dalam mata pelajaran fisika, maka peneliti berencana mengembangkan modul pembelajaran fisika yang terintegrasi Al-Qur’an dengan materi fisika secara menyeluruh. Menyeluruh disini maksudnya tidak hanya sekedar mencantumkan ayat Al-Qur’an yang terkait dengan pembelajaran namun bahasa yang digunakan dalam pembuatan modul juga menggunakan bahasa yang memiliki nilai-nilai Al-Qur’an. Modul ini juga dilengkapi dengan ensiklopedia islam yang terkait dengan pelajaran fisika yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan umum peserta didik seputar fisika, adapun materi yang dipilih dalam pembuatan modul ini adalah alat optik, pemilihan materi alat optik dalam pembuatan modul ini dikarenakan materi tersebut sangat cocok dengan model CTL, dimana materi alat optik sangat banyak kita temui aplikasi ataupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari kemudian materi ini memiliki lebih banyak teori dibandingkan rumus sehingga contoh soal yang ada dapat dengan mudah dimodifikasi dengan menambahkan nilai
karakter akhlak mulia di dalamnya sehingga materi ini dipandang sangat cocok untuk dijadikan sebagai materi dalam pembuatan modul tersebut, dari uraian di atas maka peneliti mengangkat sebuah penelitian yaitu mengembangkan sebuah modul yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai Al- Qur’an secara menyeluruh dengan judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Terintegrasi Al-Qur’an Dengan Model CTL Pada Materi Alat Optik Kelas XI SMA/MA/SMK”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan bahwa modul pembelajaran fisika terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL saat ini masih belum ada. Permasalahan ini dapat dirinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana validitas dari modul terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL pada materi alat optik untuk kelas XI SMA/MA/SMK?
2. Bagaimana praktikalitas dari modul fisika terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL pada materi alat optik untuk kelas XI SMA/MA/SMK?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang di kemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui validitas dari modul pembelajaran fisika terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL pada materi alat optik untuk kelas XI SMA/MA/SMK.
2. Untuk mengetahui praktikalitas dari modul pembelajaran fisika terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL pada materi alat optik untuk kelas XI SMA/MA/SMK.
D. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan
Penelitian ini menghasilkan produk yaitu modul terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL pada materi alat optik untuk kelas XI SMA/MA/SMK
yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Modul disajikan dengan urutan yaitu: cover, kata pengantar, daftar isi, deskripsi, petunjuk belajar, KI, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, peta konsep, uraian materi pembelajaran, contoh dan latihan soal, daftar pustaka, Glosarium, kunci jawaban.
2. Modul pembelajaran fisika disusun sesuai dengan model CTL dimana setiap fokus pembelajarannya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari serta terintegrasi dengan nilai-nilai Al-Qur’an.
3. Pada setiap fokus dalam modul terdiri dari:
a. Nilai karakter islami yang dikemas dengan nama MEKANIKA (Makanan Pengisi Jiwa)
b. Telusuri Al-Qur’an sebagai kajian yang terintegrasi dengan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari peserta didik
c. Materi yang terintegrasi dengan nilai-nilai Al-Qur’an.
d. Menggunakan 7 sintak CTL dimana 4 diantaranya dapat diintegrasikan dengan Al-Qur’an, yaitu pada sintak modeling, questioning, constructivism, dan reflection.
e. Ensiklopedia Islam yang berisikan Informasi seputar dunia islam yang berhubungan dengan ilmu fisika yang dikemas dengan nama FYI (for your information).
f. Setiap soal pada modul dirancang dan disajikan sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik yang terintegrasi dengan nilai-nilai Al-Qur’an.
4. Modul dirancang secara simple dengan bahasa yang mudah dipahami.
5. Modul ditulis dengan huruf Arial 11-16.
E. Pentingnya Pengembangan
Pengembangan modul fisika terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL ini untuk menyahut tuntutan pembinaan karakter dari peserta didik.
Karakter yang dimaksud adalah karakter keislaman atau akhlak mulia peserta didik yang dilakukan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran dengan Al-Qur’an yang merupakan petunjuk bagi umat manusia, yang di dalamnya mengandung nilai-nilai karakter seperti nilai akidah dan akhlak mulia. Dengan adanya pengembangan modul terintegrasi Al-Qur’an diharapkan peserta didik dapat memahami nilai karakter yang terkandung dalam materi yang disajikan serta dapat mengaplikasikannya dalam kesehariannya untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional.
F. Asumsi Dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi
Beberapa asumsi yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran fisika menjadi lebih bernuansa keislaman dengan nilai- nilai karakter yang terintegrasikan dengan Al-Qur’an.
b. Aktivitas belajar peserta didik akan lebih terarah dengan menggunakan modul fisika terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL.
c. Pembelajaran fisika pada materi alat optik akan menjadi lebih baik dan menarik serta dapat meningkatkan nilai karakter menggunakan modul fisika terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL.
2. Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan modul pembelajaran fisika yang terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL ini dibatasi pada materi alat optik di kelas XI SMA/MA/SMK dan pengembangan produk ini hingga tahap praktikalitas.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penegasan makna untuk beberapa istilah operasional sebagai landasan penelitian ini dilakukan. Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini yaitu:
1. Modul
Modul sebagai salah satu bahan ajar yang disusun dan dicetak guru secara berkesinambungan untuk materi alat optik sehingga dapat membantu peserta didik belajar dengan atau tanpa adanya guru.
2. Modul Terintegrasi Al-Qur’an
Modul terintegrasi Al-Qur’an adalah modul yang disusun guru untuk membantu peserta didik belajar, dimana isi materi fisika khususnya alat optik yang ada di integrasikan secara menyeluruh dengan Al-Qur’an dan nilai karakter mulia yang ada didalamnya.
3. Contextual Teaching Learning
Contextual Teaching Learning atau CTL adalah salah satu model dalam pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan keseharian atau dengan kehidupan nyata peserta didik.
4. Modul terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL
Modul yang keseluruhan materinya membaur dengan Al-Qur’an yang dirancang menggunakan model CTL.
5. Alat Optik
Alat Optik merupakan salah satu materi pelajaran fisika yang diajarkan pada kelas XI yang berisikan materi mata dan kacamata, kaca pembesar (Lup), mikroskop, teropong, dan kamera.
10 BAB II TEORI DASAR
A. Modul
1. Pengertian Modul
Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004) yang diterbitkan oleh Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tampa atau dengan bimbingan guru ( Andi Prastowo, 2012: 104) Sebuah modul adalah suatu pembelajaran yang berisi tujuan-tujuan, pretes, aktivitas belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh kompetensi- kompetensi yang belum dikuasai, dan mengevaluasi kompetensinya untuk mengukur keberhasilan belajar. Tujuan utama modul adalah untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal (Mulyasa, 2009: 231 ). Modul juga merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi atau substansi belajar dan evaluasi. Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing (Daryanto, 2013: 9). Dari ketiga definisi modul diatas dapat disimpulkan bahwa Modul sebagai salah satu bahan ajar yang disusun dan dicetak guru secara berkesinambungan sehingga dapat membantu peserta didik belajar dengan atau tanpa adanya guru.
2. Karakteristik Modul
Secara umum modul memiliki beberapa karakteristik, diantaranya yaitu:
a. Memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas kepada peserta didik tentang apa yang harus dilakukan kemudian bagaimana melakukannya dan sumber belajar yang digunakan.
b. Memungkinkan peserta didik dapat mengalami kemajuan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c. Memungkinkan peserta didik untuk mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh.
d. Memfokuskan peserta didik pada tujuan yang spesifik dalam pembelajaran dan dapat diukur.
e. Membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran serta melakukan pembelajaran secara aktif, tidak hanya sebatas membaca dan mendengar.
f. Materi disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat mengetahui kapan mereka harus memulai atau mengakhiri modul, dan tidak menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
g. Modul selalu dilengkapi dengan mekanisme yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama dalam memberi umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar (Mulyasa, 2009:232-233).
3. Tujuan Modul Pembelajaran
Dengan menggunakan modul dipandang lebih efektif karena merupakan salah satu bentuk pembelajaran mandiri yang dapat membimbing peserta didik untuk belajar sendiri mengenai materi tanpa adanya campur tangan guru. Adapun tujuan dari modul pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Agar peserta didik dapat belajar dengan mandiri tampa adanya bimbingan guru.
b. Agar peran guru tidak terlalu dominan dan dianggap otoriter dalam pembelajaran.
c. Melatih sikap jujur peserta didik.
d. Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik yang berbeda-beda.
e. Agar peserta didik dapat mengukur kemampuan yang dimilikinya masing-masing ( Andi Prastowo, 2012: 108-109).
Hal senada juga dikemukakan oleh Wina Sanjaya (Sanjaya, 2010:
332-333). Menurutnya beberapa tujuan pengajaran dengan menggunakan modul adalah sebagaia berikut:
a. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pencapaian tujuan pendidikan.
b. Mendorong peserta didik untuk lebih aktif belajar secara mandiri.
c. Agar proses pembelajaran tidak terlalu menggantungkan kepada guru, artinya ada atau tidaknya guru peserta didik dapat belajar.
d. Peserta didik dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing.
e. Peserta didik dapat mengetahui hasil belajarnya sendiri secara maju dan berkelanjutan, serta akan tahu letak kelemahannya sendiri.
4. Prinsip-Prinsip Modul
Menurut Ahmad Sabri dalam (Sanjaya, 2010:145) pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakaan modul didasarkan pada prinsip- prinsip sebagai berikut :
a. Prinsip fleksibelitas, yakni dapat disesuaikan dengan perbedaan kemampuan peserta didik yang menyangkut dalam kecepatan belajar mereka, gaya belajar dan sumber belajar.
b. Prinsip balikan (feedback), yakni memberi balikan sehingga peserta didik dapat mengetahui kesalahannya dan segera memperbaikinya.
c. Prinsip penguasaan tuntas (mastery learning), yakni peserta didik belajar secara tuntas dan mendapat kesempatan untuk mendapat nilai setinggi-tingginya.
d. Prinsip remedial, artinya peserta didik diberi kesempatan untuk segera memperbaiki kesalahannya berdasarkan evaluasi secara kontinu.
e. Prinsip motivasi dan kerjasama, yakni pengajaran dengan modul dapat membimbing peserta didik secara teratur dengan langkah-langkah tertentu dan dapat pula menimbulkan motivasi yang kuat.
f. Prinsip pengayaan, yakni peserta didik dapat menyelesaikan dengan cepat belajarnya maka akan mendapatkan kesempatan pengajaran tambahan dari guru.
5. Komponen-Komponen Modul
Secara umum modul memiliki beberapa komponen-komponen, diantaranya yaitu: a. lembar petunjuk guru untuk persiapannya; b. lembar kegiatan peserta didik sebagai teks bacaan modul; c. lembar kegiatan peserta didik sebagai tempat mengerjakan tugas-tugas, dan menjawab pertanyaan; d. kunci lembar kerja sebagai alat untuk mencocokkan hasil pekerjaan siswa; e. lembar soal/tes berisi pertanyaan; f. lembar jawaban; g.
kunci jawaban. (Syah, 2009:229) a. Petunjuk guru
Petunjuk guru yang ada pada modul terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Umum, berisi tentang:
a) Penjelasan fungsi modul serta kedudukannya dalam kesatuan program pembelajaran. Disamping itu juga berisi silabus dan sistem penilaian serta rencana pelaksanaan pembelajaran.
b) Kemampuan khusus/indikator pembelajaran yang perlu dikuasai terlebih dahulu sebagai prasyarat.
c) Penjelasan singkat tentang istilah.
2. Khusus, berisi tentang:
a) Topik yang dikembangkan dalam modul tersebut.
b) Satuan atau jenjang kelas yang bersangkutan.
c) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan modul tersebut.
d) Tujuan pembelajaran
e) Pokok-pokok materi yang dibahas.
f) Prosedur mengerjakan modul, pengalaman belajar peserta didik, pengembangan kecakapan hidup.
b. Lembar kegiatan peserta didik
Lembar kegiatan peserta didik berisi tentang:
1. Petunjuk umum bagi peserta didik mengenai topik yang dibahas, pengarahan umum, dan waktu yang tersedia untuk mengerjakannya.
2. Kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran.
3. Materi pokok dan uraian materi pokok.
4. Alat-alat pelajaran yang digunakan.
5. Petunjuk khusus tentang langkah-langkah kegiatan yang ditempuh oleh peserta didik secara terperinci dan berkelanjutan diselingi dengan pelaksanaan kegiatan.
c. Lembar Kegiatan peserta didik
Berisi tugas-tugas atau persoalan-persoalan yang harus dikerjakan dan diselesaikan setelah mempelajari kegiatan peserta didik.
d. Kunci lembar kerja peserta didik
Berisi jawaban dari tugas-tugas yang dikerjakan oleh peserta didik pada waktu melaksanakan kegiatan belajar. Dengan menggunakan lembaran kerja dengan kunci jawaban ini peserta didik dapat mengoreksi sendiri apakah pekerjaannya telah terlaksana dengan baik.
e. Lembar soal
Bagian ini memuat soal untuk mengetahui pemahaman peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan modul ini.
f. Lembar jawaban soal
Lembar jawaban yang disediakan secara khusus untuk menjawab soal-soal test dalam bentuk isian singkat/melengkapi, pilihan ganda atau uraian.
g. Kunci jawaban soal
Berisi jawaban yang benar untuk setiap soal yang ada dalam lembaran penilaian, digunakan sebagai alat koreksi sendiri bagi peserta didik terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.
6. Langkah-Langkah Penyusunan Modul
Suatu modul yang digunakan disekolah, disusun dan dikembangkan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan secara jelas dan spesifik dalam bentuk mengamati kelakuan peserta didik.
b. Urutan tujuan-tujuan yang menentukan langkah-langkah diikuti dalam modul.
c. Tes diagnostic untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan serta latar belakang mereka sebagai prasyarat untuk menempuh modul.
d. Menyusun alasan pentingnya modul ini bagi peserta didik.
e. Kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing peserta didik dalam mencapai kompetensi-kompetensi dan merumuskan dalam tujuan.
f. Menyusun post-tes untuk mengukur hasil belajar peserta didik.
g. Menyiapkan sumber-sumber berupa bacaan yang dibutuhkan peserta didik (Syah, 2009:144).
B. Model CTL
1. Pengertian Model CTL
CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh, CTL terdiri dari bagian- bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah, yang ketika digunakan secara bersama- sama, memampukan para siswa membuat hubungan yang menghasilkan makna (Johnson, 2002: 65).
Ada beberapa pengertian pembelajaran CTL yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut:
a. Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan pembelajaran kontekstual sebagai konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment) (Depdiknas, 2003: 5).
b. Elaine B. Johnson (Riwayat, 2008) mengatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah system yang merancang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu system pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari peserta didik (Rusman, 2011: 187).
c. Sementara itu, (Howey R, Keneth, 2001) mendefinisikan CTL sebagai: “Contextual teaching is teaching that enables learning in
wich student aploy their academic understanding and abilities in a variety of in and out of school context to solve simulated or real world problems, both alone and with others” (CTL adalah pelajaran yang memungkin terjadinya proses belajar dimana peserta didik menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama (Rusman, 2011: 190).
d. Menurut center on education and work at the university of Wisconsin Madison mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu peserta didik untuk menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi peserta didik untuk menghubungkan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan peserta didik sebagai anggota masyarakat, dan pekerjaan serta diharapkan ketekunan belajar (Ramayulis, 2010:255).
e. Hal senada juga dikemukakan oleh Nurhadi dimana beliau beranggapan bahwa CTL dapat memudahkan guru mengintegrasikan pembelajaran dengan menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari (Hoanan, 2014: 268).
Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi peserta didik, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan tidak hanya sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penelima terhadap semua informasi yang disampaikan guru (Idrus Hasibuan, 2014: 3). Dari definisi CTL yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa CTL adalah salah satu model dalam pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan keseharian atau dengan kehidupan nyata peserta didik.
2. Komponen Pembelajaran Model CTL
Ada tujuh komponen modul CTL yang harus dikembangkan oleh guru.
Ketujuh komponen terebut adalah sebagai berikut:
a. Konstruktivisme (contructivism)
Kostruktivisme menekankan pada pembelajaran yang dapat membantu peserta didik membangun pengetahuan sendiri. Menurut Sardiman, teori atau aliran ini merupakan landasan berfikir bagi pendekatan kontekstual (CTL). Pengetahuan riil bagi peserta didik adalah sesuatu yang dibangun atau ditemukan oleh peserta didik itu sendiri. Jadi pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat peserta didik, tetapi peserta didik harus merekonstruksi pengetahuan itu kemudian memberi makna melalui pengalam nyata (Sardiman, 2009: 223).
b. Menemukan (inquiry)
Komponen kedua dalam kontekstual adalah inquiry. Inquiry adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Menurut Lukmanul Hakiim, guru haruus merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga para peserta didik bekerja menggunakan prosedur mengenali masalah, menjawab pertanyaan, menggunakan prosedur penelitian/investigasi, dan menyiapkan kerangka berfikir, hipotesis, dan penjelasan yang relevan dengan pengalaman pada dunia nyata (Lukmanul Hakiim, 2009: 59).
c. Bertanya (questioning)
Bertanya merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran kontekstual. Kegiatan bertanya dapat mendorong, membimbing serta menilai kemampuan berpikir peserta didik.
d. Masyarakat belajar (learning community)
Didasarkan pada pendapat vygotsky, bahwa pengetahuan dan pemahaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.
Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Dalam praktiknya “masyarakat belajar” terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja sama dengan kelas paralel, bekerja kelompok denga kela di atasnya, bekrja sama dengan masyarakat (Agus Suprijono, 2013: 87).
e. Pemodelan (modeling)
CTL memiliki ciri dimana aspek pengetahuan dan psikomotor maupun sikap menggunakan cara atau kiat yang mudah diterapkan peserta didik.
f. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
g. Penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Penilaian digunakan untuk melihat sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi. Melalui penilaian guru dapat mengetahui perkembangan belajar peserta didik (Hoanan, 2014: 270-273).
Pencapaian peserta didik tidak cukup hanya diukur dengan tes saja, hasil belajar hendaknya diukur dengan assesmen autentik yang bisa menyediakan informasi yang benar dan akurat mengenai apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh peserta didik atau tentang kualitas program pendidikan (Eveline Siregar dan Hertini Nara, 2011: 119).
Dari komponen CTL yang di kemukakan diatas dapat disimpulkan bahwasanya CTL memiliki tujuh komponen atau sintak dimana ketujuh komponen tersebut diantaranya konstruktivisme dimana peserta didik diharapkan dapat membangun pengetahuan mereka sendiri, kemudian inkuiry dimana peserta didik melakukan pencarian serta penemuan melalui
proses berfikir, questioning yaitu bertanya kemudian masyarakat belajar dimana peserta didik berada dalam kelompok diskusi untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama, pemodelan yang berarti memberikan contoh-contoh nyata kepada peserta didik, refleksi berupa pengulasan materi kembali dan terakhir penilaian autentik yaitu penilaian yang dilakukan secara langsung.
3. Prinsip Pembelajaran Model CTL
Prinsip pada pembelajaran kontekstual bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan cara belajarnya sendiri dan dapat mengaitkannya dengan yang diketahui di masyarakat, berupa aplikasi dan konsep yang dipelajari. Secara terperinci, prinsip pembelajaran kontekstual dapat dilihat sebagai berikut:
a. Menekankan pada problem solving
b. terjadi pada berbagai konteks, seperti rumah, masyarakat, dan tempat kerja
c. Mengajarkan peserta didik untuk memantau dan mengarahkan belajarnya hingga menjadi pembelajaran yang aktif dan terkendali d. Menekankan pada pembelajaran berkonteks kehidupan peserta didik e. Mendorong peserta didik untuk saling memberi pelajaran dengan cara
belajar bersama-sama (Hoanan, 2014: 273 )
Dari lima prinsip pembelajaran kontekstual yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan secara umum prinsip pembelajaran kontekstual yaitu menekankan pada proses pemecahan masalah yang berada di lingkungan sekitar peserta didik, yang dapat mengajarkan kepada peserta didik untuk memantau dan mengarahkan belajarnya untuk menjadi pembelajaran yang aktif dengan cara belajar bersama-sama.
4. Langkah-Langkah Pembelajaran Model CTL
Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah, secara garis besar langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkostruksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya.
d. Menciptakan masyarakat belajar.
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Mulyono, 2011: 42).
Tujuh langkah pembelajaran dengan model CTL yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menggunakan CTL langkah pertama yaitu Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri kemudian melakukan sejauh mungkin proses inkuiri lalu merangsang peserta didik dengan pertanyaan- pertanyaan yang menimbulkan sikap ingin tahu peserta didik lalu kemudian membuat kelompok-kelompok diskusi dan menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran lalu terakhir lakukan refleksi atau pengulangan materi kembali dan penilaian autentik atau penilaian sebenarnya.
C. Modul Pembelajaran Fisika menggunakan Model CTL Terintegrasi Al Qur’an
Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah ensiklopedi sains dan teknologi apalagi Al-Qur’an tidak menyatakan hal itu
secara gamblang. Akan tetapi, dalam kapasitasnya sebagai huda li al-nas, Al- Qur’an memberikan informasi stimulan mengenai fenomena alam dalam porsi yang cukup banyak, sekitar tujuh ratus lima puluh ayat. Bahkan, pesan (wahyu) paling awal yang diterima Nabi SAW mengandung indikasi pentingnya proses investigasi (penyelidikan) (Fakhri, 2010).
Fisika merupakan mata pelajaran yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Mata pelajaran Fisika tidak hanya membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan seputar fisika saja namun juga dapat menciptakan peserta didik yang mengagungkan kebesaran Allah SWT. Teori Fisika telah terlebih dahulu dijelaskan kemudian kebenaran ayat-ayat Al-Quran tersebut dapat dibuktikan kembali dengan teori Fisika. Keterkaitan antara keduannya dapat dibuktikan melalui ayat-ayat kauniyah. Ayat kauniyah merupakan ayat Al- Quran yang memuat tentang alam semesta dan segala isinya. Salah satu ayat kauniyah yaitu surat Ali Imran ayat 190.
◆❑☺
◆
◼◆
◆
⧫
⧫
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Ayat di atas memberikan makna tersirat tentang gejala alam yang dapat dikaji melalui teori Fisika. Ayat tersebut dalam teori Fisika menjelaskan bahwa matahari selalu terbit dari Timur dan tenggelam di Barat, dan terus seperti itu, hal ini dapat mengindikasikan bahwa bumi yang kita tempati ini bulat dengan radius atau ukuran tertentu. Benda bulat mempunyai dua macam gerak, yaitu gerak translasi berupa perpindahan posisi dalam ruang, dan gerak rotasi yang dapat terjadi di tempat sama tanpa perubahan posisi dalam ruang.
Adapun malam dan siang terkait dengan gerak rotasi bumi yaitu perputaran bumi pada porosnya dari arah Barat ke Timur (Purwanto, 2008). Membahas hubungan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi lebih utama adalah melihat, adakah Al-Qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang diberikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan sosial yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau negatif) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan (Eva Iryani, 2017: 66).
Dalam Al-Quran sendiri ada begitu banyak nilai-nilai yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan lagi dengan ilmu Al-Qur’an karena semua ilmu bersumber dari Al-Qur’an. Ditambah lagi kebutuhan akan nilai-nilai agama di era globalisasi seperti sekarang ini sangat dibutuhkan untuk mengokohkan karakter Qur’ani para generasi muda sehingga mereka dapat membentengi diri melawan dampak negatif globalisasi. Disamping itu, diharapkan dengan mengintegrasikan Al-Qur’an ke dalam pembelajaran para generasi muda tidak hanya berilmu pengetahuan yang tinggi namun juga berakhlak dan berprilaku yang baik serta mampu mengendalikan diri sebaik mungkin sehingga terciptalah generasi muda yang mempunyai keseimbangan antara pengetahuan, emosional dan nilai spiritual. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan penanaman nilai karakter Qur’ani sejak awal kepada generasi muda, salah satunya dengan mengintegrasikan Al-Qur’an dalam pembelajaran.
Pendidikan nilai harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh dengan mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam proses pembelajaran, salah satunya pengintegrasian nilai-nilai Al-Quran yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Quran.
Dalam hal ini, ayat Al-Quran tersebut akan menjadi basis terhadap suatu ilmu sehingga peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga memperoleh keberkahan dari ilmu itu sendiri (Suparni, 2012). Kata Al-Qur’an menurut bahasa mempunyai arti yang bermacam-macam, salah satunya adalah bacaan atau sesuatu yang harus dibaca, dipelajari (Aminudin, 2005: 45).
Adapun menurut istilah para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisi terhadap Al-Qur’an. Ada yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas (Shihab, 2008: 13).
Al-Qur’an adalah pembelajaran yang mendorong manusia menggunakan akal untuk berpikir. Pembelajaran efektif yang Islami adalah pembelajaran yang mendasarkan konsepsinya pada ajaran tauhid, dengan berorientasi pada tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu mewujudkan manusia bertaqwa sebagai khalifatullah dan „abdullah di bumi. Dengan dasar ini, maka orientasi pembelajaran efektif berbasis Al-Qur‟an diarahkan pada upaya mensucikan diri dan memberikan penerangan jiwa, sehingga setiap diri manusia mampu meningkatkan dirinya dari tingkatan iman ke tingkat ihsan (Sihabudin Afroni dan Rumba Triana, 2018: 171).
Ada juga yang mengatakan Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sehingga dapat kita pahami bahwa sesungguhnya di turunkan Allah SWT sebagai petunjuk bagi umat manusia, sebagai dasar dari segala macam pemikiran dan ilmu pengetahuan, yang memungkinkan manusia untuk mampu menjalankan kehidupan yang layak dan bermartabat di permukaan bumi, Al-Qur’an juga memberikan arahan dan tuntunan dalam interaksi manusia dengan sesama manusia dan dengan Tuhannya. Al-Qur’an juga terpelihara hingga akhir zaman, berfungsi layaknya kitab yang berisikan perintah dan larangan namun Al-Qur’an selayaknya
buku pedoman perjalanan manusia menuju alam akhirat. Untuk mengoptimalkan fungsinya sebagai petunjuk bagi umat manusia Al-Qur’an memiliki tiga tujuan pokok, diantarannya:
1. Petunjuk dalam akidah dan kepercayaan terwujud dalam keimanan akan keesaan Tuhan.
2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni sebagai penuntun dalam menjalankan norma dalam masyarakat.
3. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar- dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan sesama dan dengan Tuhannya (Quraish, 1994: 40).
D. Modul Alat Optik dengan Model CTL Terintegrasi Al Qur’an
Modul Alat Optik dengan model CTL terintegrasi Al-Qur’an adalah modul yang dikembangkan sesuai dengan model CTL dan materi yang disajikan terintegrasi secara menyeluruh dengan Al-Qur’an. Pengintegrasian yang dimaksud disini yaitu semua komponen modul membaur secara menyeluruh dengan Al-Qur’an mulai dari ayat yang berhubungan dengan materi alat optik, yaitu QS Al-Mu’minun: 78, QS Ali-Imran: 13, QS Al- An’am: 103, QS Al-A’raf: 179, QS An-Nahl: 78 ke semua ayat ini menjelaskan tentang alat optik, kemudian bahasa yang digunakan menggunakan bahasa islami dan dilengkapi dengan contoh soal yang juga telah terintegrasi dengan Al-Qur’an. Modul ini juga dilengkapi dengan ensiklopedia islam yang memuat pengetahuan umum seputar dunia fisika dan nilai karakter islami yang dikemas dengan nama Mekanika (Makanan Pengisi Jiwa).
Pada modul memuat materi alat optik yang terdapat pada semester genap kelas XI dengan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) yang ada di silabus pembelajaran fisika, dengan rincian sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti
a) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
b) Menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, disiplin, peduli (gotong royong, toleran, kerjasama, dan damai), santun, proaktif, responsive serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas permasalahan dalam interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta mampu menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
c) Memahami kemudian menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan keingintahuan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kenegaraan, kebangsaan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
d) Mengelola, menalar serta menyaji dengan ranah kongkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, maupun menggunakan metode sesuai bidang keilmuan.
2. Kompetensi Dasar
Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa, alokasi waktu untuk materi ini adalah 2 x 45 menit.
E. Penelitian Yang Relevan
Adapun Penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah yang dilakukan oleh:
1. Derma Yulita, Jurusan Tadris Fisika IAIN Batusangkar, dengan judul skripsi: “Pengembangan Modul Fisika Berbasis REACT Berintegrasi Qur’an Pada Materi Suhu Dan Kalor Siswa Kelas VII MTsN Talawi.”
Penelitian pengembangan ini memiliki kesimpulan hasil validasi terhadap
perangkat pembelajaran fisika berbasis REACT berintegrasi Qur’an pada materi suhu dan kalor menunjukkan valid dari segi isi dan konstruk. Hasil uji coba yang dilakukan di VII MTsN Talawi menunjukkan bahwa perangkat pembalajaran fisika berbasis REACT berintegrasi Qur’an telah memenuhi kriteria praktikalisasi yaitu dapat dipakai dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran (Derma, 2015).
2. Sri Mardayani, Jurusan Fisika FMIPA UNP, dengan judul penelitian:
“Pengembangan bahan ajar fisika yang terintegrasi nilai-nilai ayat Al- Qur’an untuk pembelajaran siswa kelas X SMA” Penelitian pengembangan ini memiliki kesimpulan bahwa berdasarkan hasil validasi dapat dikemukakan bahwa empat indikator bahan ajar berada pada kategori sangat valid dan satu indikator bahan ajar berada pada kategori valid. Hasil analisis validasi oleh dosen diperoleh nilai validitas bahan ajar adalah 82,3%. Berdasarkan hasil validasi tersebut dapat diungkapkan bahwa bahan ajar adalah sangat valid dan juga sangat praktis dengan nilai 91,5% untuk angket tanggapan guru, dan 93,7% untuk angket tanggapan siswa dan sangat efektif berdasarkan angket keefektifan siswa dengan nilai 90,4%
serta meningkatnya hasil belajar siswa (Sri Mardayani, 2013: 39-47).
3. Ranti Surya, Jurusan Tadris Fisika IAIN Batusangkar, dengan judul skripsi:
“Pengembangan modul fisika berwawasan Al-Qur’an pada materi tata surya SMP 1 Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota” Penelitian pengembangan ini memiliki kesimpulan hasil validasi terhadap perangkat pembelajaran fisika berwawasan Qur’an pada materi tata surya menunjukkan valid dari segi isi dan konstruk. Hasil uji coba yang dilakukan di kelas 1 SMP Lareh Sago Halaban menunjukkan bahwa perangkat pembalajaran fisika berwawasan Al-Qur’an telah memenuhi kriteria praktikalisasi yaitu dapat dipakai dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran (Surya, 2012).
4. Aep Saefullah, Jurusan pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah, dengan judul skripsi: “Pengaruh penggunaan media Al-Qur’an dalam pembelajaran matematika terhadap pembentukan sikap keberagamaan siswa” pada penelitian ini Aep Saefullah menggunakan media Al-Qur’an dalam pembelajaran matematika untuk melihat pengaruhnya terhadap sikap keberagaman siswa (Aep, 2010).
5. Yeni Suryaningsih, Jurusan pendidikan Biologi Universitas Majalengka, dengan judul skripsi: “Penerapan pembelajaran biologi berbasis Al-Qur’an sebagai metode untuk pembentukan karakter siswa” pada penelitian ini Yeni Suryaningsih menerapkan Al-Qur’an dalam pembelajaran biologi sebagai metode untuk membentuk karakter pada peserta didik (Yeni Suryaningsih, 2018: 22-23).
6. Novia Lizelwati dan Artha Nesa Chandra, Department of Physics Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training IAIN Batusangkar, dengan judul penelitian: “Developing instructional devices of general physics practicum integrated with Al-Qur’an for department of physics education IAIN Batusangkar” pada penelitian ini Novia Lizelwati dan Artha Nesa Chandra mengembangkan modul praktikum fisika dasar terintegrasi Al-Qur’an. Penelitian pengembangan ini memiliki kesimpulan bahwa berdasarkan hasil validasi berada pada kategori sangat valid yaitu 85% dan juga sangat praktis dengan nilai 84,37% dengan kategori sangat praktis (Novia Lizelwati dan Artha Nesa Chandra, 2018: 8-9).
Perbedaan dari ke-6 penelitian di atas dengan penelitian peneliti adalah peneliti mengembangkan modul fisika dengan model CTL pada materi alat optik yang terintegrasi secara menyeluruh dengan Al-Qur’an.
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Mengacu kepada tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka penelitian ini digolongkan pada penelitian pengembangan R&D (Research And Development). Metode pengembangan R&D adalah merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sehingga menghasilkan produk baru (Sugiyono, 2017: 427). Dalam hal ini peneliti mengembangkan modul pembelajaran fisika terintegrasi Al-Qur’an dengan model CTL pada materi alat optik kelas XI SMA/MA/SMK.
B. Rancangan Penelitian
Pengembangan ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yang disebut 4-D yang terdiri dari: define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan) dan disseminate (penyebaran). Berikut ini diuraikan tahap- tahap pengembangan, yaitu:
1. Tahap define (pendefinisian)
Pada tahap ini, dilakukan observasi tentang materi yang akan dikembangkan.
2. Tahap design (perancangan)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menyiapkan prototype bahan ajar berupa modul dalam pembelajaran. Pada tahap ini peneliti membuat rancangan awal prototype modul yang menarik.
3. Tahap develop (pengembangan)
Tahap ini adalah tahap dimana menghasilkan bahan ajar berupa modul pembelajaran yang sudah di revisi berdasarkan arahan dari ahli.
4. Tahap disseminate (penyebaran)
Tahap ini merupakan tahap menggunakan bahan ajar berupa modul pembelajaran yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas.
Adapun rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Diagram Prosedur Penelitian Tahap pendefinisian:
a. Wawancara dengan guru SMA/MA/SMK b. Analisis kelemahan dan kebutuhan siswa
dalam pembelajaran di SMA/MA/SMK c. Review literature bahan pendukung
pembelajaran
Tahap perancangan:Merancang modul fisika dengan model CTL terintegrasi Al-
Qur’an
Tahap pengembangan: validasi modul pembelajaran fisika dengan model CTL
terintegrasi Al-Qur’an
Praktis
Revisi
Uji coba terbatas di SMA/MA/SMK Valid
Revisi
Modul pembelajaran fisika dengan model CTL terintegrasi Al-Qur’an yang valid dan praktis
Tidak
Iya
Tidak
Iya
C. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap dengan uraian sebagai berikut:
1. Tahap pendefinisian (define)
Tahap ini bertujuan untuk melihat gambaran kondisi lapangan. Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Wawancara dengan guru fisika SMA/MA/SMK
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang terdapat dalam pembelajaran baik dari model maupun sumber belajar.
b. Menganalisis kelemahan yang terdapat dalam pembelajaran fisika.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kendala yang berarti dalam proses pembelajaran serta mengetahui pelaksanaan kurikulum 2013 serta bahan pendukung pembelajaan yang sesuai dengan kurikulum.
c. Meriview literature bahan ajar yang digunakan di SMA/MA/SMK sebelum merancang modul, buku teks yang digunakan telah di telaah terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk melihat isi buku, cara penyajian dan soal-soal latihan apakah sudah sesuai dengan aturan.
2. Tahap perancangan (design)
Sebagai lanjutan dari tahap define, tahap ini adalah merancang modul pembelajaran fisika dengan model CTL terintegrasi Al-Qur’an pada materi alat optik kelas XI SMA/MA/SMK.
3. Tahap pengembangan (Develop)
Hasil tahap pengembangan produk merupakan hasil terjemahan dari tahap perancangan. Bagian-bagian yang sudah dirancang dalam tahap perancangan akan di susun dan di desain sedemikian rupa sehingga menjadi draf produk. Modul yang di rancang di validasi oleh para pakar dan di uji coba untuk mengetahui keabsahan dari modul tersebut, dimana tahap dari validasi praktikalitas modul.
a. Tahap validasi
Ada dua macam validasi yang digunakan pada modul, yaitu:
1) Validasi isi yang digunakan pada modul adalah yang terintegrasi Al-Qur’an yang dirancang sesuai dengan silabus pembelajaran pada kurikulum 2013
2) Validasi konstruk, yaitu kesesuaian komponen-komponen modul dengan indikator yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan validasi dibimbing langsung oleh seorang pakar dan validator ahli baik itu mengenai perbaikan yang harus dilakukan pada prototipe. Adapun bentuk validasi yang dilakukan adalah dengan mengisi lembar validasi modul. Hingga diperoleh modul pembelajaran dengan model CTL terintegrasi Al-Qur’an yang mendapat validasi dari ahli pendidikan fisika baik dari IAIN Batusangkar maupun guru fisika di SMAN 2 Batusangkar.
1) Validasi modul fisika dengan model CTL terintegrasi Al-Qur’an Aspek yang akan divalidasi ditunjukkan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Validasi Modul Fisika dengan Model CTL Terintegrasi Al-Qur’an
sumber: Azar Arsyad, 2011: 175-176
No. Aspek Validasi Metode Pengumpulan
Data
Instrument Penelitian 1. Kesesuaian tujuan
pembelajaran dengan KI dan KD
Diskusi dengan ahli pendidikan fisika
Lembar validasi 2. Kesesuaian materi dengan
KI dan KD
3. Karakteristik modul fisika dengan model CTL terintegrasi Al-Qur’an 4. Kesesuaian bahasa 5. Bentuk fisik
2) Validasi RPP
Adapun rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu panduan langkah- langkah yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran disusun dalam skenario kegiatan ( lihat Tabel 3.2).
Tabel 3.2 Validasi RPP
No. Aspek Validasi Metode Pengumpulan
Data
Instrument Penelitian
1. Format RPP Diskusi dengan
ahli pendidikan fisika
Lembar validasi 2. Isi RPP
3. Bahasa RPP Sumber: Trianto, 2011: 98
3) Validasi angket respon
Berikut aspek-aspek yang divalidasi ditunjukkan pada Tabel 3.3 Tabel 3.3 Validsi Angket Respon
No. Aspek Validasi Metode Pengumpulan
Data
Instrument Penelitian 1. Format angket Diskusi dengan
ahli pendidikan fisika
Lembar validasi 2. Bahasa angket
3. Butir pertanyaan angket sumber: Sugiyono, 2013: 67 b. Tahap praktikalisasi
Pada tahap ini dilakukan uji coba pada satu kelas yaitu kelas XII MIA 2 SMAN 2 Batusangkar. Uji coba dilakukan untuk melihat keterpakaian modul fisika dengan model CTL terintegrasi Al-Qur’an.
Aspek yang akan dilihat pada tahap praktikalitas adalah seperti yang terlihat pada Tabel 3.4