i
HALAMAN JUDUL
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X TEKNIK
LABORATORIUM MEDIS SMK THERESIANA SEMARANG TAHUN AJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Alexandreia Mega Aryati 151414028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2020
ii
HALAMAN PE
RSETUJUAN PEMBIMBING
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” – Filipi 4:13
“Mau jalan mana yang kamu pilih, pasti ada kesulitan di sana. Cepat atau lambat pasti kamu bisa melewatinya. Just enjoy the process baby, you are
bigger than you think” – Agnesia PS
Dengan penuh syukur, skripsi ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus, Bunda Maria dan Santo Yusuf, Ibu Anastasia dan Adikku Vinsensius Guruh Alan Wibowo, Yoseba Rose Malinda dan Rio Oktavianus yang kukasihi, serta seluruh keluarga dan sahabat-sahabatku yang senantiasa selalu mendukung dan memberikan semangat.
Almamater kebanggaanku, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Januari 2020 Penulis,
(Alexandreia Mega Aryati)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Alexandreia Mega Aryati
Nomor Induk Mahasiswa : 151414028
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X TEKNIK LABORATORIUM MEDIS SMK THERESIANA SEMARANG TAHUN AJARAN 2019/2020”
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalti pada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 30 Januari 2020 Yang menyatakan,
(Alexandreia Mega Aryati)
vii ABSTRAK
Alexandreia Mega Aryati (NIM: 151414028). 2020. Penerapan Model Pembelajaran Flipped Classroom Pada Pembelajaran Matematika di Kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang Tahun Ajaran 2019/2020 . Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) keterlaksanaan penerapan pembelajaran dengan model Flipped Classroom untuk peserta didik di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang; (2) dampak penerapan pembelajaran dengan model Flipped Classroom pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang terhadap hasil belajar peserta didik; (3) dampak penerapan pembelajaran dengan model Flipped Classroom pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang terhadap motivasi belajar peserta didik.
Jenis penelitian ini merupakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang yang berjumlah 27 Orang. Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan September 2019. Data yang dikumpulkan berupa observasi keterlaksanaan pembelajaran, tes tertulis, dan angket.
Dari penelitian yang dilaksanakan, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) pelaksanaan model pembelajaran Flipped Classroom pada materi SPLDV di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang tahun ajaran 2019/2020 terlaksana dengan sangat baik dengan persentase keterlaksanaan sebesar 96%
(pertemuan pertama) dan 100% (pertemuan kedua); (2) Berdasarkan hasil post – test yang diikuti oleh 26 peserta didik diperoleh hasil baik dengan persentase ketuntasan peserta didik sebanyak 77% dan kategori keseluruhan baik; (3) berdasarkan hasil analisis angket motivasi peserta didik secara keseluruhan diperoleh hasil sangat tinggi pada kedua pertemuannya. Terdapat kenaikan persentase kategori sangat tinggi dan tinggi pada pertemuan kedua, yaitu persentase kategori sangat tinggi dari 9% menjadi 23% serta kategori sangat tinggi dan tinggi dari 96% menjadi 100%.
Kata Kunci: Flipped classroom, hasil belajar, motivasi belajar.
viii ABSTRACT
Alexandreia Mega Aryati (Student Number: 151414028). 2020. Application of the Flipped Classroom Learning Model in Class X of the Medical Laboratory Engineering Theresiana Vocational School Semarang Academic Year 2019/2020. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This study aims to determine: (1) the implementation of using Flipped Classroom learning model for students in class X of the Medical Laboratory Engineering at Theresiana Vocational School Semarang; (2) the impact of the application of Flipped Classroom learning model on the subject of the Two Variable Linear Equation System in class X of the Medical Laboratory Engineering at Theresiana Vocational School Semarang on the students's learning outcomes; (3) the impact of the application of Flipped Classroom learning model on the subject of the Two Variable Linear Equation System in class X of Medical Laboratory Engineering at Theresiana Vocational School Semarang on the students's learning motivation.
This type of research is descriptive with a qualitative approach. The subjects of this study were 27 students of Class X Medical Laboratory Engineering at Theresiana Vocational School Semarang. The research data were collected in September 2019.
Data collected in the form of observations of the implementation of learning, written tests, and questionnaires.
From the research conducted, the following results were obtained: (1) the implementation of the Flipped Classroom learning model on Two Variable Linear Equation System material in class X of the Medical Laboratory Engineering Theresiana Vocational School Semarang academic year 2019/2020 was implemented very well with a percentage of implementation is 96% (first meeting) and 100% (second meeting); (2) Based on the results of the post-test followed by 26 students, the results obtained were good with a percentage of students completeness 77% and the overall category was good; (3) based on the results of a questionnaire analysis the overall motivation of students obtained very high results at both meetings. There was an increase in the percentage of very high and high categories at the second meeting, namely the percentage of very high categories from 9% to 23% and very high and high categories from 96% to 100%.
Keywords: Flipped classroom, learning outcomes, learning motivation.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya selama pelaksanaan penelitian hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X TEKNIK LABORATORIUM MEDIS SMK THERESIANA SEMARANG TAHUN AJARAN 2019/2020”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika. Proses penyusunan skripsi ini tidak luput dari hambatan. Namun, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik atas bantuan, dukungan, semangat, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma,
2) Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini,
3) Bapak Febi Sanjaya, M.Sc. dan Ibu Cyrenia Novella Krisnamurti, M.Sc.
selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan dukungan dan bimbingan untuk penulis dari awal masa kuliah hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi,
4) Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma,
x
5) Bapak Drs. Y. Dwi Winarto, M.Kom. selaku Kepala SMK Theresiana Semarang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian,
6) Ibu Elisabeth Melati Utami, S.Pd selaku guru matematika SMK Theresiana Semarang serta Ibu Maria Aresthinata, S.Pd. yang telah membantu dan membimbing penulis selama melakukan penelitian,
7) Seluruh peserta didik kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang yang telah membantu menjadi subjek dalam penelitian,
8) Ibuku tercinta, Ibu Anastasia yang selalu mendukung, mendoakan dan percaya dengan jalan yang penulis pilih, serta selalu menguatkan penulis, 9) Teman – teman seperjuangan Martteisya, Yuliastuti, Widya, Veronica, Cecil,
Yunita, Agnesia, Gisela, Priska, Monica dan Gita yang selalu memberikan semangat , mendukung, meluangkan waktu, serta menawarkan kebersamaan selama masa perkuliahan,
10) Rio Oktavianus, Yoseba Rose Malinda, Era Realita, dan Ajeng Setyo Rini yang tak henti-hentinya mendoakan dan mendukung dari kejauhan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai bentuk kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya.
Yogyakarta, 30 Januari 2020
Penulis
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... I HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... II HALAMAN PENGESAHAN ... II HALAMAN PERSEMBAHAN ... III PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... V LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... VI ABSTRAK ... VII ABSTRACT ... VIII KATA PENGANTAR ... IX DAFTAR ISI ... XI DAFTAR TABEL ... XIV DAFTAR GAMBAR ... XV
BAB I ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
E. Pembatasan Masalah ... 9
F. Penjelasan Istilah ... 9
G. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II ... 12
A. Kajian Teori ... 12
B. Materi Pembelajaran ... 35
C. Penelitian yang Relevan ... 44
D. Kerangka Berpikir ... 46
BAB III ... 48
A. Jenis Penelitian ... 48
xii
B. Subjek Penelitian ... 48
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ... 49
D. Bentuk Data ... 49
E. Metode Pengumpulan Data ... 49
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 51
G. Teknik Analisis Data ... 54
E. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 59
BAB IV ... 61
A. Pelaksanaan Penelitian ... 61
B. Analisis Data Penelitian ... 71
C. Pembahasan ... 82
D. Keterbatasan Penelitian ... 86
BAB V ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN A ... L1 Lampiran A. 1 Surat Ijin Melakukan Penelitian ... L2 Lampiran A. 2 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... L3 LAMPIRAN B ... L4 Lampiran B. 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... L5 Lampiran B. 2 Validasi Soal Post – Test Menggunakan Anbuso ... L40 LAMPIRAN C ... L41 Lampiran C.1 : Validasi RPP Penelitian ... L42 Lampiran C.2 : Validasi Video Media Pembelajaran ... L44 Lampiran C.3 : Validasi Soal Post – test ... L46 Lampiran C.4 : Validasi Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... L48 Lampiran C.5 : Validasi Angket Motivasi Belajar Peserta Didik ... L50 LAMPIRAN D ... L52 Lampiran D.1 : Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 1 ... L53 Lampiran D.2 : Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran 2 ... L59
xiii
Lampiran D.3 : Hasil Lembar Kerja Kelompok... L65 Lampiran D.4 : Hasil Tes Belajar Peserta Didik ... L72 Lampiran D.5 : Hasil Angket Motivasi Belajar Peserta Didik ... L78 Lampiran D.6 : Foto – foto Penelitian ... L84
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Kisi - kisi Soal Post - test ... 52
Tabel 3. 2 Kisi - kisi Angket Motivasi Belajar ... 54
Tabel 3. 3 Kriteria Hasil Belajar Peserta Didik... 55
Tabel 3. 4 Kriteria Hasil Belajar Seluruh Peserta Didik ... 56
Tabel 3. 5 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran ... 57
Tabel 3. 6 Tabel Pedoman Penilaian Angket Motivasi ... 58
Tabel 3. 7 Klasifikasi Kategori Tiap Peserta Didik ... 59
Tabel 3. 8 Klasifikasi Kategori Keseluruhan ... 59
Tabel 4. 1 Jadwal Pengambilan Data Penelitian ... 62
Tabel 4. 2 Data Hasil Observasi Pertemuan 1... 72
Tabel 4. 3 Data Hasil Observasi Pertemuan 2... 74
Tabel 4. 4 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Peserta Didik ... 77
Tabel 4. 5 Data Motivasi Belajar Peserta Didik ... 77
Tabel 4. 6 Data Kategori Motivasi Belajar Peserta Didik ... 78
Tabel 4. 7 Kategori Motivasi Belajar Keseluruhan Peserta Didik ... 79
Tabel 4. 8 Data Hasil Post – test ... 80
Tabel 4. 9 Kategori Hasil Belajar Keseluruhan Peserta Didik ... 81
Tabel 4. 10 Kategori Ketuntasan Kelas... 81
Tabel 4. 11 Persentase Ketuntasan Tahun 2017 dan 2018 ... 82
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Halaman Awal LMS Kelase ... 30
Gambar 2. 2 Formulir Pendaftaran Lembaga Baru dan Pengguna Baru... 30
Gambar 2. 3 Tampilan Awal Institusi ... 31
Gambar 2. 4 Tampilan untuk Membuat Kelas Baru ... 31
Gambar 2. 5 Formulir Pembuatan Kelas Baru ... 32
Gambar 2. 6 Tampilan Awal Kelas yang Sudah Dibuat ... 32
Gambar 2. 7 Formulir Pembuatan Sesi ... 33
Gambar 2. 8 Tampilan Kelas pada Akun Peserta Didik ... 34
Gambar 2. 9 Tampilan Permintaan Masuk Peserta Didik ... 34
Gambar 4. 1 Tampilan Kelase yang Digunakan ... 68
Gambar 4. 2 Video Pembelajaran dan Latihan Soal pada Kelase ... 69
Gambar 4. 3 Tampilan Latihan Soal pada Kelase ... 69
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada abad 21 ini terjadi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang cukup pesat. Teknologi telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia sehingga kita dituntut untuk tanggap terhadap teknologi masa kini, salah satu contohnya adalah penggunaan internet dan gawai yang melekat dalam aktivitas sehari - hari. Salah satu dampak berkembang pesatnya teknologi saat ini adalah dipermudahnya akses peserta didik untuk belajar. Jaman dahulu, orang – orang harus sampai ke luar negeri agar bisa memperoleh suatu buku bacaan, namun saat ini dengan adanya buku bacaan dari luar negeri tersebut bisa diperoleh dengan mudah melalui internet. Adanya internet yang dapat diakses oleh semua orang di manapun dan kapanpun, memungkinkan penggunanya untuk berbagi informasi terkait dengan pendidikan, contohnya hasil penelitian, teori pembelajaran, berbagai latihan soal, dan metode-metode pembelajaran yang diimplemetasikan di berbagai negara lain.
Pada pembelajaran abad 21, teknologi bukanlah sesuatu yang bersifat additional, bahkan wajib (Sujiranto, 2018). Namun, pada kenyataannya model pembelajaran yang diterapkan di kelas masih menggunakan cara konvensional melalui metode ceramah, yaitu guru membagikan pengetahuan melalui ceramah dan mendominasi kegiatan pembelajaran di
kelas. Pembelajaran konvensional dicirikan dengan adanya pertemuan secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Pembelajaran konvensional menekankan pada hafalan dan penerapan prosedur-prosedur sederhana yang berakibat pada kurang berkembangnya kemampuan berpikir kritis dan kemandirian peserta didik. Dalam pembelajaran konvensional, keseluruhan pembelajaran berpusat pada guru dan peserta didik berperan sebagai objek dari pendidikan.
Penggunaan metode ceramah membuat peserta didik memperoleh banyak informasi, namun tidak memiliki kesempatan untuk menerapkan pengetahuan, mengkomunikasikan dengan lebih kompleks, menggunakan informasi untuk menyelesaikan permasalahan, atau bahkan mengembangkan kreativitas mereka. Dengan demikian, pembelajaran konvensional kurang atau bahkan tidak lagi relevan jika diterapkan pada zaman sekarang. Peserta didik harus belajar berinteraksi dengan pendidik dan teman sebaya, berlatih menerapkan keterampilan yang diperoleh, mencari bahan belajar secara mandiri dari berbagai sumber, dan melakukan diskusi dengan teman untuk beradaptasi terhadap masalah-masalah baru.
Pembelajaran pada abad 21 menuntut peserta didik maupun guru untuk mengoptimalkan teknologi. Efek positif globalisasi memudahkan peserta didik dalam mengakses berbagai materi dan informasi yang diperlukan dalam pembelajaran, terutama melalui internet. Dengan mudahnya akses internet dan banyaknya sumber pelajaran dari internet, peserta didik bisa mendapatkan sumber – sumber belajar yang tidak
terbatas. Namun demikian, guru dituntut untuk bisa memahami bagaimana cara mendidik dengan memanfaatkan teknologi agar mampu membekali peserta didik dengan keterampilan berbasis teknologi.
SMK Theresiana merupakan salah satu sekolah menegah kejuruan di Kota Semarang. Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari sebagai syarat kelulusan pada Ujian Nasional. Namun, terdapat permasalahan yang dapat menghambat berjalannya pembelajaran yaitu peserta didik di sekolah cenderung kurang suka terhadap pelajaran matematika karena dianggap menjemukan dan terlalu sulit. Terlebih lagi ketika peserta didik sudah lelah dengan segala macam kegiatan praktikum di laboratorium. Selain kurangnya motivasi belajar, peserta didik juga kurang bisa menguasai materi dengan cepat, terlebih ketika pembelajaran disampaikan dengan cara yang konvensional. Dalam kondisi yang lelah, metode ceramah yang disampaikan oleh guru tidak akan mampu diolah dengan baik oleh peserta didik. Menurut penuturan guru pengampu pelajaran matematika di SMK Theresiana, beliau mengatakan bahwa setiap kali diadakan ulangan hampir 80% peserta didik mendapatkan nilai di bawah KKM dan harus mengikuti remidiasi. Selain itu, ketika guru memberikan pertanyaan terkait materi yang sudah pernah dipelajari, peserta didik juga cenderung diam saja karena lupa.
Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan adanya inovasi dalam pembelajaran matematika sehingga diperoleh proses dan hasil yang optimal.
Sejalan dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat dirasa
dapat membantu pengoptimalan pembelajaran. Dengan menggunakan bantuan teknologi, khususnya internet kebutuhan belajar peserta didik tidak hanya terpenuhi di kelas saja.
Irna Septiani dkk mengatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran dengan bantuan teknologi adalah dengan menerapkan model pembelajaran flipped classroom. Pada pembelajaran flipped classroom yang interaktif menghasilkan suatu perubahan tingkah laku, dari awalnya tidak bisa menjadi bisa dan tadinya tidak tahu menjadi tahu (Edutechnologia: 2017). Menurut Johnson (2013), flipped classroom merupakan strategi yang dapat diberikan oleh pendidik dengan cara meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam praktek mengajar mereka sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain. Dengan kata lain flipped classroom menawarkan pembelajaran yang tidak hanya terjadi di dalam kelas saja, namun di luar kelas siswa tetap dapat mengakses informasi yang diberikan guru secara berulang-ulang dengan bantuan internet. Melalui penerapan flipped classroom diharapkan terjadi peningkatan keaktifan diri siswa, dalam pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Salah satu ciri dari model pembelajaran abad 21 adalah flipped classroom, yaitu gabungan antara metode tatap muka tradisional dan penggunaan media digital dan online. Pada model pembelajaran flipped classroom, pembelajaran bisa dikemas dalam bentuk video sehingga peserta didik dapat memutar ulang sewaktu-waktu sehingga apabila peserta didik belum paham, diharapkan peserta didik tersebut tidak langsung berputus asa
dan mencoba memahami kembali materi yang diberikan melalui media video. Media pembelajaran dapat mempermudah dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar, tetapi fungsinya harus dapat memotivasi belajar (Rusman dkk, 2015:170). Husamah (2004) menyampaikan bahwa video merupakan suatu media yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran karena video bersifat non cetak dan kaya akan informasi.
Dengan pemberian materi dalam bentuk video, peserta didik diharapkan sudah siap belajar dan guru dan peserta didik mempunyai waktu lebih banyak untuk melakukan diskusi dan latihan soal sehingga proses belajar dan hasil yang didapatkan akan lebih optimal.
Keberhasilan pembelajaran juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dibawakan oleh guru. Keberhasilan pembelajaran dapat dinilai salah satunya dengan melihat hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya motivasi belajar. Tanpa adanya motivasi tinggi untuk belajar dari dalam diri peserta didik sendiri, pembelajaran akan sulit untuk dilakukan. Dengan penerapan model flipped classroom dan pemberian materi melalui video pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan belajar peserta didik.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti akan menggunakan model pembelajaran flipped classroom pada topik bahasan di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang. Pada penelitian ini, materi pelajaran disesuaikan dengan program semester yang telah disusun oleh guru mata pelajaran. Oleh karena itu, peneliti akan
melakukan penelitian dengan mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Flipped Classroom pada Pembelajaran Matematika di Kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang Tahun Ajaran 2019/2020".
Pada penelitian ini akan digunakan model pembelajaran traditional flipped karena model flipped classroom belum pernah diberikan oleh guru sebelumnya. Pada model pembelajaran traditional flipped siswa diminta untuk menonton video pembelajaran yang diberikan melalui media Kelase di rumah. Selanjutnya, siswa datang ke kelas untuk melakukan kegiatan diskusi dan mengerjakan tugas yang berkaitan. Kegiatan yang berlangsung di kelas dipandu menggunakan lembar kerja siswa. Kegiatan selanjutnya adalah mengukur pemahaman siswa dengan mengadakan post - test di akhir pertemuan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan terdapat masalah yang dapat diidentifikasi, antara lain:
1. Ilmu teknologi belum dipakai secara maksimal dalam pembelajaran 2. Guru belum secara penuh memanfaatkan perkembangan teknologi
dalam pembelajaran sehingga perlu upaya pemanfaatan ilmu teknologi dalam pembelajaran.
3. Model pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga kurang menarik perhatian peserta didik dan membuat peserta didik bosan.
4. Penerapan model flipped classroom sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik dalam belajar matematika.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran dengan model Flipped Classroom untuk peserta didik di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang?
2. Bagaimana dampak penerapan pembelajaran dengan model Flipped Classroom pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang terhadap motivasi belajar peserta didik?
3. Bagaimana dampak penerapan pembelajaran dengan model Flipped Classroom pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang terhadap hasil belajar peserta didik?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui keterlaksanaan penerapan pembelajaran dengan model Flipped Classroom untuk peserta didik di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang.
2. Mengetahui dampak penerapan pembelajaran dengan model Flipped Classroom pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang terhadap motivasi belajar peserta didik.
3. Mengetahui dampak penerapan pembelajaran dengan model Flipped Classroom pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang terhadap hasil belajar peserta didik.
E. Manfaat Penelitian
Berikut ini adalah beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain:
1. Bagi peneliti.
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam pembelajaran matematika sebagai bekal bagi peneliti saat memasuki dunia kerja sebagai pendidik.
2. Bagi guru matematika.
Dapat menambah wawasan guru dan menjadi referensi dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan teknologi serta mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.
3. Bagi peserta didik.
Dapat membantu siswa dalam mempelajari materi yang diberikan serta dapat merasakan pengalaman belajar yang baru.
E. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah serta agar pembahasan fokus, maka penelitian ini diberikan batasan, yaitu:
1. Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah peserta didik di kelas X Teknik Laboratorium Medis SMK Theresiana Semarang.
2. Kompetensi dasar pada penelitian ini terbatas pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
3. Pembelajaran tatap muka di kelas dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan.
4. Pembelajaran tanpa tatap muka dilakukan selama 3 kali di luar jam sekolah melalui media Kelase.
5. Penelitian hanya membahas keterlaksanaan pembelajaran dengan model Flipped Classroom pada materi SPLDV dengan menggunakan media video pembelajaran yang disajikan melalui Kelase.
F. Penjelasan Istilah
Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Flipped Classroom
Model pembelajaran flipped classroom adalah model pembelajaran yang membalik aktivitas belajar peserta didik. Di mana kegiatan belajar yang dilakukan di kelas menjadi dilakukan di rumah. Sebaliknya,
kegiatan belajar yang dilakukan di rumah menjadi dilakukan di kelas.
Model flipped classroom dirancang untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah suatu dorongan, baik bersifat internal maupun eksternal yang membuat siswa bergerak, bersemangat dan senang belajar secara serius dan terus-menerus selama proses belajar.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari 5 bab dengan garis besar pada masing-masing bab sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, penjelasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini memuat pembahasan mengenai teori-teori yang melandasi penelitian.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memuat tentang penjelasan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, bentuk data, waktu dan tempat penelitian, metode dan instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur pelaksanaan penelitian.
4. BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat tentang pelaksanaan penelitian, analisis data dan pembahasan penelitian.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat kesimpulan penelitian dan saran.
12 BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar menurut Nana Sudjana (1987: 28) merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan, dan aspek lain yang ada pada diri individu. Menurut Winkel (2004: 36) belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Perubahan tersebut secara relatif konstan dan berbekas. Menurut Wina Sanjaya (2006: 110) belajar bukan hanya mengumpulkan pengetahuan.
Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Perubahan dalam tingkah laku menurut Ngalim Purwanto (2002: 84) dapat mengarah ke tingkah laku yang lebih baik atau malah tingkah laku yang lebih buruk.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan pada diri individu tersebut yang berbentuk pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku yang relatif menetap,
baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung yang terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.
Menurut Moh. Uzer Usman (2002: 4) pembelajaran adalah serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar interaksi atau hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Erman Suherman dkk (2003: 8) menyatakan bahwa peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial masyarakat. Fontana (dalam Erman Suherman, 2001: 8) menjelaskan perbedaan proses belajar dengan proses pembelajaran bahwa proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.
Belajar dengan proses pembelajaran meliputi peran guru, bahan ajar, dan lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan.
2. Motivasi Belajar
a) Pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan melalui tingkah laku. Winkel (1984), mengatakan bahwa motivasi adalah
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Uno (2007), motivasi merupakan dorongan yang terdapat dari dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Wena (2009), motivasi belajar adalah suatu dorongan, baik bersifat internal maupun eksternal yang membuat siswa bergerak, bersemangat dan senang belajar secara serius dan terus-menerus selama proses belajar. Winkel (1984), mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa akan tercapai. Hakikat motivasi belajar menurut Uno (2007) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.
Berdasarkan uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan yang terdapat dari dalam diri seseorang untuk melibatkan diri dalam belajar dan mencapai tujuan belajar.
b) Jenis-jenis Motivasi
Wena (2009) mengklasifikasikan motivasi belajar menjadi dua jenis, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri individu. Siswa yang termotivasi secara intrinsik dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Anak yang suka menulis akan menulis tanpa disuruh merupakah salah satu contoh dari motivasi intrinsik.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya ada karena pengaruh dari luar diri individu. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan keinginan siswa yang sebenarnya. Tujuan siswa melakukan kegiatan belajar adalah mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat di dalam aktivitas belajar. Pujian dari guru ketika seorang siswa memperoleh nilai yang baik merupakan salah satu contoh motivasi ekstrinsik.
c) Fungsi Motivasi dalam Kegiatan Belajar
Motivasi merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual dalam kegiatan belajar. Abdulah (1991), mengatakan bahwa motivasi dapat menentukan pencapaian tujuan belajar seseoramg.
Semakin besar motivasinya akan semakin giat berusaha, tampak gigih dan tidak mudah menyerah. Pada proses belajar, haruslah
diperhatikan apa yang mendorong siswa untuk dapat belajar dengan baik.
Djamarah (2011) menguraikan beberapa fungsi motivasi dalam kegiatan belajar sebagai berikut:
1) Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan
Pada mulanya, siswa tidak memiliki minat untuk belajar, tetapi karena adanya sesuatu yang ingin diketahui, maka muncullah minat untuk belajar. Akhirnya siswa terdorong untuk belajar dalam rangka mencari tahu sesuatu. Jadi, motivasi berfungsi sebagai pendorong ini berpengaruh terhadap sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar
2) Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan
Motivasi yang timbul merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung yang kemudian menjadi penggerak dalam melakukan kegitan belajar.
3) Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan
Siswa yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi perbuatan apa yang harus dilakukan dan perbuatan apa yang harus diabaikan dalam kegiatan belajarnya.
3. Hasil Belajar
Susanto (2013), mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010).
a) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Aktivitas belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri peserta didik maupun dari luar individu itu sendiri. Slameto (2015) merangkum faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
(1) Faktor Intern
Faktor internal yang mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
(a) Faktor Jasmaniah
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan menyebabkan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan ngantuk. Sehat berarti seseorang tersebut dalam keadaan baik segenap badan serta bebas penyakit. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah menjaga agar kesehatan tubuhnya terjamin. Berbeda lagi dengan kondisi tubuh yang tidak sempurna (cacat). Keadaan cacat tubuh seperti bisu, tuli, buta, dan kehilangan anggota tubuh dapat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Untuk
mendukung kegiatan belajar individu yang mempunyai cacat tubuh disediakan lembaga pendidikan khusus dan beberapa alat bantu agar kegiatan pembelajaran individu tersebut tetap maksimal.
(b) Faktor Psikologis
Kegiatan belajar seseorang dipengaruhi juga oleh faktor psikologis dari individu. Faktor-faktor tersebut adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan.
i) Intelegensi
Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru secara cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, serta mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Peserta didik yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih cepat menguasai suatu materi disbanding peserta didik dengan tingkat intelegensi yang rendah. Namun begitu, belum tentu siswa yang tingkat intelegensinya tinggi selalu berhasil dalam belajarnya.
ii) Perhatian
Perhatian merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, peserta didik harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menari perhatian peserta didik, maka timbullah rasa bosan.
Untuk itu guru harus selalu mengusahakan memberikan bahan belajar dan metode belajar yang menarik perhatian peserta didik.
iii) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang bebrapa kegiatan.
Berbeda dengan perhatian yang bersifat sementara, minat bersifat jangka panjang dan selalu diikuti dengan perasaan senang dan kepuasan terhadap hal yang dipelajari.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila peserta didik mempunyai minat terhadap suatu bahan belajar, peserta didik tersebut akan mengikuti proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Bahan belajar yang memou menarik minat peserta didik juga akan lebih mudah dipelajari, dipahami dan disimpan.
iv) Bakat
Bakat berarti suatu kemampuan untuk belajar, kemampuan tersebut akan terealisasikan menjadi kecakapan yang nyata jika peserta didik sudah belajar atau berlatih. Bakat mempengaruhi belajar, jika bahan belajar sesuai dengan bakat peserta didik, maka hasilnya akan lebih baik karena ia senang dan pasti akan lebih giat dalam belajar. Contohnya peserta didik yang mempunyai bakat berhitung pasti akan lebih cepat menyelesaikan soal-soal matematika.
v) Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan dari dalam individu yang menyebabkan individu tersebut betindak atau berbuat. Jadi, motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan belajar yang akan dicapai. Dalam proses belajar harus dipastikan secara sungguh-sungguh apakah peserta didik mempunyai motivasi atau tidak. Motivasi belajar bisa juga ditanamkan dan dibentuk melalui latihan dan pemberian kebiasaan-kebiasaan dalam belajar.
vi) Kematangan
Kematangan disebut juga sebagai kedewasaan individu.
Kedewasaan yang dimaksud adalah kedewasaan secara fisik dan kedewasaan berfikir.
vii) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan individu untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan ini timbul dari dalam individu dan berpengaruh terhadap hasil belajar. Peserta didik yang mempunyai kesiapan belajar akan bersedia menerima bahan belajar yang diberikan dan hasil belajarnya akan lebih baik.
(c) Faktor Kelelahan
Kelelahan seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani ditandai dengan lunglainya tubuh dan adanya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani dipengaruhi oleh kekacauan substansi sisa pembakaran dalam tubuh.
Kelelahan Rohani dapat dilihat dari kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan rohani menyebabkan peserta didik sulit berkonsentrasi. Kelelahan dapat mempengaruhi kegiatan belajar individu, sehingga harus dipastikan agar peserta didik jauh dari kelelahan belajar.
(2) Faktor Ekstern (a) Faktor Keluarga
Dikutip oleh Slameto (2015), Sutjipto Wirowidjojo menyakatan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga berperan penting dalam pendidikan anak-anaknya. Cara orang tua mendidik akan berpengaruh pula terhadap belajarnya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap kebutuhan belajar anaknya, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anak, tidak peduli terhadap kesulitan-kesulitan yang dialami anak dalam belajar, dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar.
Namun, mendidik anak terlalu keras, memaksa dan selalu mengejar anaknya untuk belajar adalah cara mendidik yang juga salah. Hal itu dapat membuat anak diliputi ketakutan dan benci terhadap belajar, hal ini juga lambat laun dapat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan si anak. Maka dari itu, keterlibatan orang tua secara tepat akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anaknya. Relasi antar anggota keluarga dan suasana rumah yang baik juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak.
Dengan adanya relasi yang baik, maka anak akan mendapatkan cukup perhatian, khususnya dalam belajarnya.
(b) Faktor Sekolah
Sekolah merupakan tempat peserta didik dapat mengenyam pendidikan formal. Proses belajar peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh banyak hal. Metode mengajar merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi proses belajar peserta didik. Metode mengajar yang kurang baik akan menyebabkan peserta didik belajar dengan kurang baik pula. Penggunaan metode mengajar yang salah dapat menyebabkan peserta didik malas untuk belajar. Guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah saja akan berdampak pada peserta didik menjadi bosan, mengantuk, dan pasif. Guru yang progresif berani mencoba metode- metode baru yang meningkatkan kegiatan belajar mengajar, akan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar.
Agar peserta didik dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan setepat, seefisien, dan seefektif mungkin.
Selain metode mengajar, relasi peserta didik juga berpengaruh terhadap kegiatan belajar peserta didik, baik relasi peserta didik dengan guru ataupun relasi antar siswa.
Ketika peserta didik menyukai guru pengampu mata pelajaran, maka juga akan menyukai pelajaran yang diberikan, sehingga peserta didik tersebut juga akan belajar
dengan sebaik-baiknya. Namun, jika peserta didik membenci gurunya, maka ia akan enggan mengikuti pelajaran tersebut.
Guru yang kurang akrab dengan Peserta didik juga menyebabkan peserta didik merasa jauh sehingga segan untuk bertanya maupun berpartisipasi secara aktif dalam belajar. Begitu juga dengan relasi antar siswa. Bila di dalam suatu kelas terdapat beberapa grup dan ada peserta didik yang merasa dikucilkan, peserta didik terse but akan merasa rendah diri dan mengalami tekanan batin. Jika semakin parah masalahnya maka proses belajarnya akan terganggu. Lebih lagi jika pada akhirnya ia malas berangkat sekolah dengan alasan mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Untuk itu, guru juga perlu menciptakan dan mengawasi relasi antar siswa, agar dapat tercipta suasana belajar yang saling mendukung dan tercipta hubungan positif dalam pembelajaran.
Selain itu, waktu pembelajaran, alat pengajaran, dan kondisi gedung sekolah yang memadai juga turut berpengaruh terhadap proses belajar anak. Bila peserta didik belajar di pagi hari, maka pikiran masih segar, jasmani dan kondisi badannya juga masih baik. Lain halnya jika pembelajaran dilakukan di sore hari, dimana peserta didik sudah mulai kelelahan dan harus istirahat, maka kegiatan
belajar mereka akan kurang efektif. Demikian juga dengan alat pengajaran, alat pengajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan belajar yang diberikan kepada peserta didik. Mengusahakan alat pengajaran yang baik, lengkap dan tepat perlu dilakukan agar peserta didik lebih mudah menerima pelajaran, lebih giat dan kegiatan belajarnya semakin maju.
(c) Faktor Lingkungan/ Masyarakat
Selain faktor yang berasal dari keluarga dan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa.
Kegiatan peserta didik di dalam masyarakat dapat berdampak baik pada hubungan sosialnya, namun jika peserta didik mengambil bagian terlalu banyak di kegiatan lingkungannya kegiatan belajarnya akan terganggu. Peserta didik berdalih dapat membagi waktu dengan baik tetapi pada akhirnya terbengkalai juga.
Selain itu, pengaruh dari teman-teman di lingkungannya juga lebih cepat masuk ke dalam jiwanya tanpa diduga.
Teman bergaul yang baik akan berpengaruh terhadap dirinya, begitu juga sebaliknya, teman yang buruk juga akan berpengaruh buruk untuknya. Begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang buruk pasti akan menawa sifat buruk juga.
Agar peserta didik bisa belajar dengan baik, maka perlu diusahakan untuk membatasi kegiatan dan pergaulannya di lingkungan.
b) Ranah Hasil Belajar
Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotoris.
i) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, simtesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat berikutnya termasuk dalam kognitif tingkat tinggi.
ii) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
iii) Ranah Psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Penilaian belajar dalam penelitian ini hanya difokuskan pada ranah kognitif dengan alat evaluasi pembelajaran berupa tes hasil belajar yang menguji kemampuan siswa dalam materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
4. Flipped Classroom
a) Pengertian Flipped Classroom
Bergman & Sams (2012), menyatakan bahwa flipped classroom memiliki konsep dasar bahwa semua kegiatan yang dilakukan di kelas pada pembelajaran tradisional menjadi dilakukan di rumah, dan semua yang dilakukan di rumah sebagai tugas rumah akan dilakukan di kelas.
Flipped classroom merupakan model pembelajaran yang meminimalkan pengajaran langsung dari guru, tetapi memakmisalkan pengajaran tidak langsung dengan dukungan materi yang dapat diakses secara daring oleh siswa (Johnson, 2013). Menurut Walsh (2016), flipped classroom adalah bentuk pembelajaran campuran di mana siswa belajar materi baru di rumah dan yang dulunya pekerjaan rumah sekarang dilakukan di kelas dengan bimbingan guru dan interaksi dengan siswa, bukannya mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa flipped classroom adalah model pembelajaran yang membalik aktivitas belajar yang biasanya dilakukan di kelas dengan yang biasa dilakukan di rumah.
b) Tipe-tipe Pembelajaran Flipped Classroom
Menurut Steele (2003), terdapat empat tipe model pembelajaran flipped classroom, yaitu sebagai berikut:
1) Traditional Flipped
Traditional flipped merupakan model pembelajaran flipped classroom yang paling sederhana. Langkah pembelajarannya adalah siswa menonton video pembelajaran di rumah, lalu ketika di kelas melakukan kegiatan dan mengerjakan tugas yang diberikan secara kelompok. Kemudian di akhir pembelajaran diadakan kuis secara individu atau berpasangan.
2) Mastery Flipped
Mastery flipped merupakan pengembangan dari traditional flipped.
Langkah pembelajarannya hampir serupa dengan traditional flipped, hanya saja pada awal pembelajaran diberikan pengulangan materi pada pertemuan sebelumnya.
3) Peer Instruction Flipped
Peer instruction flipped adalah model pembelajaran di mana siswa mempelajari materi dasar sebelum kelas dimulai melalui video.
Ketika di kelas siswa menjawab pertanyaan konseptual secara individu dan siswa diberikan kesempatan untuk saling beradu terhadap soal yang diberikan untuk meyakinkan jawaban kepada temannya. Di akhir pembelajaran diberikan tes pemahaman secara individu.
4) Problem Based Learning Flipped
Problem based learning flipped adalah model pembelajaran di mana siswa diberikan video yang memberikn petunjuk untuk menyelesaikan masalah yang akan muncul ketika di kelas. Pada model ini siswa bekerja dengan bantuan guru. Ketika di kelas, siswa melakukan eksperimen dan evaluasi.
Pada penelitian ini akan digunakan model pembelajaran traditional flipped karena model flipped classroom belum pernah diberikan oleh guru sebelumnya. Pada model pembelajaran traditional flipped siswa diminta untuk menonton video pembelajaran yang diberikan melalui media Kelase di rumah. Selanjutnya, siswa datang ke kelas untuk melakukan kegiatan diskusi dan mengerjakan tugas yang berkaitan.
Kegiatan yang berlangsung di kelas dipandu menggunakan lembar kerja siswa. Kegiatan selanjutnya adalah mengukur pemahaman siswa dengan mengadakan post - test di akhir pembelajaran.
5. Learning Management System (LMS) Kelase
Pada bagian ini dijelaskan mengenai langkah – langkah dalam mengelola LMS Kelase.
a. Pendaftaran Institusi Pendidikan
Langkah pertama yang dilakukan sebelum menggunakan layanan Kelase adalah mendaftarkan institusi anda dengan cara:
1) Membuka Kelase melalui alamat web http://www.kelase.com/.
Kemudian klik “DAFTAR (GRATIS)”.
Gambar 2. 1 Halaman Awal LMS Kelase
2) Setelah muncul tampilan formulir pendaftaran lembaga baru dan pengguna baru, isi dan lengkapi formulir pada bagian “Daftarkan Lembaga Baru”, kemudian klik “Buat Lembaga Baru”
Gambar 2. 2 Formulir Pendaftaran Lembaga Baru dan Pengguna Baru
b. Membuat Kelas Baru
Setelah mendaftarkan institusi, langkah selanjutnya adalah membuat kelas dengan cara:
1) Klik menu “KELAS” pada Gambar 2.3, tunggu hingga muncul tampilan pada Gambar 2.4 kemudian klik “Buat Kelas”
Gambar 2. 3 Tampilan Awal Institusi
Gambar 2. 4 Tampilan untuk Membuat Kelas Baru
2) Isi formulir kemudian klik “Tambah”.
Gambar 2. 5 Formulir Pembuatan Kelas Baru
3) Setelah kelas berhasil dibuat, klik “Masuk” untuk masuk ke dalam kelas, kemudian akan muncul tampilan seperti pada Gambar 2.6.
Gambar 2. 6 Tampilan Awal Kelas yang Sudah Dibuat
c. Menambahkan Sesi
Setelah berhasil membuat kelas, langkah berikutnya adalah menambahkan sesi. Langkah – langkah dalam menambahkan sesi adalah sebagai berikut:
1) Klik “Tambah Sesi” pada Gambar 2.6, kemudian akan muncul tampilan seperti pada Gambar 2.7.
Gambar 2. 7 Formulir Pembuatan Sesi
2) Isi formulir kemudian klik “Tambah”.
d. Mengundang Pengguna Lain Bergabung
Terdapat dua cara yang bisa digunakan untuk mengundang pengguna lain untuk bergabung ke dalam institusi yang telah dibuat, yaitu dengan menggunakan kode akses atau menggunakan undangan melalui e-mail. Terdapat 3 pilihan kode akses untuk guru, siswa dan orang tua. Untuk mengundang peserta didik masuk ke dalam kelas, berikan kode akses siswa agar dimasukkan ke dalam formulir pendaftaran pengguna baru ketika peserta didik mendaftar. Untuk mengundang pengguna lain menggunakan e-mail, masukkan alamat e- mail pengguna yang ingin dituju serta pilih peran pengguna tersebut.
e. Memasukkan Peserta Didik ke dalam Kelas
Setelah peserta didik berhasil masuk ke dalam institusi yang telah dibuat, peserta didik diminta masuk ke halaman kelas yang telah dibuat dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1) Klik “Masuk” pada kelas yang telah dibuat. Setelah tombol tersebut ditekan, maka akan muncul keterangan “Menunggu Persetujuan”.
Gambar 2. 8 Tampilan Kelas pada Akun Peserta Didik
2) Untuk menyetujui permintaan masuk peserta didik ke dalam kelas, guru perlu masuk ke halaman kelas. Pada kolom “Informasi”
terdapat permintaan masuk dari peserta didik.
Gambar 2. 9 Tampilan Permintaan Masuk Peserta Didik
3) Klik “Terima” agar peserta didik dapat masuk ke dalam kelas.
B. Materi Pembelajaran
Pembahasan dalam bagian ini merujuk pada “Buku Siswa Matematika SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi” yang disusun oleh Kemendikbud.
1. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, yang selanjutnya disebut SPLDV adalah himpunan beberapa persamaan linear dua variabel yang saling terkait.
Bentuk umum Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah sebagai berikut:
{𝒂𝟏𝒙 + 𝒃𝟏𝒚 = 𝒄𝟏
𝒂𝟐𝒙 + 𝒃𝟐𝒚 = 𝒄𝟐, dengan 𝒂𝟏, 𝒂𝟐, 𝒃𝟏, 𝒃𝟐, 𝒄𝟏, 𝒄𝟐∈ 𝑹 dan 𝒂𝟏, 𝒂𝟐, 𝒃𝟏,𝒃𝟐 ≠ 𝟎
Di mana x,y : variabel a : koefisien x b : koefisien y c : konstanta
2. Memodelkan Masalah dalam Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel biasanya digunakan untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang membutuhkan penggunaan matematika. Seperti menentukan harga suatu barang, mencari keuntungan penjualan, sampai menentukan ukuran suatu benda. Langkah
pertama dalam menyelesaikan suatu permasalahan sehari-hari adalah memodelkan ke dalam bentuk sistem persamaan linear dua variabel.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Membaca dan memahami masalah dengan baik serta menentukan identitas dua besaran yang akan dicari.
b. Mengganti setiap besaran yang ada di dalam masalah tersebut dengan variabel, misalnya x dan y.
c. Nyatakan besaran lainnya yang terdapat pada permasalahan tersebut ke dalam variabel x dan y.
Contoh 1:
Budi membeli 2kg mangga dan 1kg apel dan ia harus membayar Rp.
15.000,00. Sedangkan Ani membeli 1 kg mangga dan 2kg apel dengan harga Rp.18.000,00. Ubahlah permasalahan tersebut ke dalam model matematikanya!
Penyelesaian:
Misalkan harga 1 kg mangga = x harga 1kg apel = y
Maka kalimat matematika dari soal tersebut adalah {2𝑥 + 𝑦 = 15.000
𝑥 + 2𝑦 = 18.000
3. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Setelah memodelkan permasalahan kedalam bentuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, maka dapat diselesaikan dengan menggunakan metode substitusi, eliminasi dan campuran.
a. Metode Grafik
Metode grafik adalah cara menyelesaikan SPLDV dengan menentukan koordinat titik potong dari kedua garis yang mewakili kedua persamaan linear. Langkah-langkah menyelesaikan SPLDV dengan metode grafik adalah:
1) Menggambar garis yang mewakili persamaan 1 dalam bidang kartesius.
2) Menggambar garis yang mewakili persamaan lainnya dalam bidang kartesius yang sama.
3) Menentukan titik potong kedua garis tersebut (x,y).
Contoh 2:
Melalui ilustrasi yang telah diubah ke kalimat matematika (Contoh 1), maka dapat ditentukan harga 1 kg mangga dan harga 1 kg apel dengan metode grafik.
{2𝑥 + 𝑦 = 15.000 𝑥 + 2𝑦 = 18.000
- Langkah pertama yang dilakukan adalah menggambar persamaan 2𝑥 + 𝑦 = 15.000 ke dalam koordinat kartesius
Saat 𝑥 = 0 maka 𝑦 = 15.000, sehingga diperoleh titik (0,15.000)
Saat 𝑦 = 0 maka 𝑥 = 7.500, sehingga diperoleh titik (7.500,0)
- Langkah selanjutnya adalah menggambar persamaan 𝑥 + 2𝑦 = 18.000 ke dalam bidang kartesius yang sama
Saat 𝑥 = 0 maka 𝑦 = 9.000, sehingga diperoleh titik (0,9.000)
Saat 𝑦 = 0 maka 𝑥 = 18.000, sehingga diperoleh titik (18.000,0)
- Langkah terakhir adalah mencari perpotongan kedua garis untuk mendapatkan nilai x dan y.Kedua garis berpotongan di titik (4.000,7.000) maka nilai 𝑥 = 4000 dan 𝑦 = 7000 - Jadi, harga 1kg mangga adalah Rp.4.000,00 dan harga 1kg apel
adalah Rp. 7.000,00 b. Metode Substitusi
Metode substitusi adalah cara menyelesaikan SPLDV dengan mengganti nilai suatu variabel di suatu persamaan dari persamaan laiannya. Langkah-langkah menyelesaikan SPLDV dengan metode substitusi adalah:
1) Mengubah salah satu persamaan menjadi bentuk 𝒚 = 𝒂𝒙 + 𝒃 atau 𝒙 = 𝒃𝒚 + 𝒂
2) Substitusikan nilai x atau y yang diperoleh dari langkah pertama ke persamaan yang lainnya.
3) Menyelesaikan persamaan untuk mendapatkan nilai x atau y.
4) Mensubstitusikan nilai x atua y yang diperoleh pada langkah ketiga pada salah satu persamaan untuk memperoleh nilai variabel yang belum diketahui.
Contoh 3:
Melalui ilustrasi yang telah diubah ke kalimat matematika (Contoh 1), maka dapat ditentukan harga 1 kg mangga dan harga 1 kg apel dengan metode substitusi.
{2𝑥 + 𝑦 = 15.000 … … … (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 1) 𝑥 + 2𝑦 = 18.000 … … … (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 2)
- Langkah pertama yang dilakukan adalah mengubah salah satu persamaan menjadi bentuk 𝒚 = 𝒂𝒙 + 𝒃 atau 𝒙 = 𝒃𝒚 + 𝒂
2𝑥 + 𝑦 = 15.000 𝑦 = 15.000 − 2𝑥
- Selanjutnya mensubstitusikan 𝑦 = 15.000 − 2𝑥 ke dalam persamaan yang lainnya, pada contoh ini berarti persamaan 2
𝑥 + 2𝑦 = 18.000
𝑥 + 2(15.000 − 2𝑥) = 18.000 𝑥 + 30.000 − 4𝑥 = 18.000 𝑥 − 4𝑥 = 18.000 − 30.000
−3𝑥 = −12.000
𝑥 = 4.000
- Setelah diperoleh nilai x, maka substitusikan nilai x tersebut ke salah satu persamaan untuk memperoleh nilai y
2𝑥 + 𝑦 = 15.000 2(4.000) + 𝑦 = 15.000
8.000 + 𝑦 = 15.000 𝑦 = 15.000 − 8.000
𝑦 = 7.000
- Jadi, harga 1kg mangga adalah Rp.4.000,00 dan harga 1kg apel adalah Rp. 7.000,00
c. Metode Eliminasi
Metode eliminasi adalah metode atau cara untuk menyelesaikan SPLDVdengan cara mengeliminasi atau menghilangkan salah satu variabel dengan menyamakan koefisien variabel dari dua persamaan tersebut.
Langkah-langkah menyelesaikan SPLDV dengan metode eliminasi adalah sebagai berikut:
1) Menyamakan salah satu koefisien salah satu variabel dari dua persamaan dengan cara mengalikan konstanta yang sesuai.
2) Menghilangkan variabel yang memiliki koefisien sama dengan cara menambahkan atau mengurangkan kedua persamaan.
3) Mengulangi kedua langkah untuk mendapatkan variabel yang belum diketahui.
Contoh 4:
Melalui ilustrasi yang telah diubah ke kalimat matematika (Contoh 1), maka dapat ditentukan harga 1 kg mangga dan harga 1 kg apel dengan metode substitusi.
{2𝑥 + 𝑦 = 15.000 … … … (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 1) 𝑥 + 2𝑦 = 18.000 … … … (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 2)
- Karena dua persamaan di atas memiliki koefisien variabel yang berbeda, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyamakan koefisien salah satu variabel
2𝑥 + 𝑦 = 15.000 𝑥 + 2𝑦 = 18.000|
× 2|2𝑥 + 𝑦 = 15.000 2𝑥 + 4𝑦 = 36.000
- Langkah selanjutnya adalah menghilangkan variabel yang memiliki koefisien sama dengan cara menambahkan atau mengurangkan kedua persamaan
2𝑥 + 𝑦 = 15.000 2𝑥 + 4𝑦 = 36.000 −3𝑦 = 21.000 𝑦 = 7.000
−
- Setelah diperoleh nilai y, maka selanjutnya akan dicari nilai x.
Langkah yang dilakukan adalah menyamakan koefisien pada variabel y.
2𝑥 + 𝑦 = 15.000 𝑥 + 2𝑦 = 18.000|× 2
|4𝑥 + 2𝑦 = 30.000 𝑥 + 2𝑦 = 18.000
- Langkah selanjutnya adalah menghilangkan variabel yang memiliki koefisien sama dengan cara menambahkan atau mengurangkan kedua persamaan
4𝑥 + 2𝑦 = 30.000 𝑥 + 2𝑦 = 18.000 3𝑥 = 12.000 𝑥 = 4.000
−
- Jadi, harga 1kg mangga adalah Rp.4.000,00 dan harga 1kg apel adalah Rp. 7.000,00
d. Metode Campuran
Metode campuran adalah metode penyelesaian SPLDV yang merupakan gabungan dari metode eliminasi dan metode substitusi.
Metode eliminasi mempunyai langkah awal yang cukup mudah, sedangkan metode substitusi mempunyai penyelesaian akhir yang baik. Kedua metode ini degabungkan untuk mempermudah pengerjaan. Langkah-langkah penyelesaian SPLDV metode campuran adalah sebagai berikut:
1) Mencari nilai salah satu variabel x atau y dengan metode eliminasi.
2) Mensubstitusikan nilai variabel yang telah dicari pada langkah pertama ke dalam salah satu persamaan untuk mendapatkan nilai variabel yang lain.
Contoh 5 :
Melalui ilustrasi yang telah diubah ke kalimat matematika (Contoh 1), maka dapat ditentukan harga 1 kg mangga dan harga 1 kg apel dengan metode substitusi.
{2𝑥 + 𝑦 = 15.000 … … … (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 1) 𝑥 + 2𝑦 = 18.000 … … … (𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 2)
- Langkah pertama yang dilakukan adalah mengeliminasi salah satu variabel sehingga diperoleh nilai dari variabel yang lainnya
2𝑥 + 𝑦 = 15.000
𝑥 + 2𝑦 = 18.000|× 2|4𝑥 + 2𝑦 = 30.000 𝑥 + 2𝑦 = 18.000 4𝑥 + 2𝑦 = 30.000
𝑥 + 2𝑦 = 18.000 3𝑥 = 12.000 𝑥 = 4.000
−
- Selanjutnya, substitusikan nilai x = 4.000 ke dalam salah satu persamaan
2𝑥 + 𝑦 = 15.000 2(4.000) + 𝑦 = 15.000 8.000 + 𝑦 = 15.000
𝑦 = 15.000 − 8.000 𝑦 = 7.000
- Jadi, harga 1kg mangga adalah Rp.4.000,00 dan harga 1kg apel adalah Rp. 7.000,00
C. Penelitian yang Relevan
Pada penyusunan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa penelitian yang relevan yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran Flipped Classroom dalam pembelajaran matematika.
Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Angela Lira Perwitasari (2018), yang meneliti tentang Implementasi Pembelajaran Flipped Classroom pada Materi Statistika untuk Mengembangkan Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar Siswa di SMP Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan pemahaman konsep dari hasil pretes dengan hasil postes. Pada hasil pretes pemahaman konsep diperoleh rata-rata sebesar 61 dengan kategori cukup.
Sedangkan pada hasil postes pemahaman konsep diperoleh rata-rata sebesar 82 dengan kategori baik.
Gabriella Elsa Surya Citra (2018) meneliti tentang Efektivitas Penerapan Flipped Classroom di Kelas X MIPA SMA Negeri 1 Karanganom Tahun Ajaran 2017/2018 pada Materi Vektor. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil (1) bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan model Flipped Classroom lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil belajar siswa yang didak menggunakan model Flipped Classroom.
(2)Dengan melakukan analisis secara statistic dengan menggunakan uji selisih dua proporsi yang dilakukan pada data motivasi belajar siswa, diperoleh hasil bahwa motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan
model Flipped Classroom lebih tinggi dibandingkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran tanpa model Flipped Classroom.
Eko Arif Saputra dan Mujib (2018) meneliti tentang Efektivitas Model Flipped Classroom Menggunakan Video Pembelajaran Matematika terhadap Pemahaman Konsep. Penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Experiment Design dan teknik sampling yang digunakan adalah metode Probability Sampling dengan teknik Random Sampling. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa kemampuan pemahaman konsep dengan model Flipped Classroom menggunakan video pembelajaran lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep menggunakan metode ceramah.
Hal ini disebabkan karena penggunaan video pembelajaran lebih banyak memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar di manapun dan kapanpun.
Dari ketiga penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran flipped classroom berdampak baik terhadap peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik. Dengan penggunaan video pembelajaran, peserta didik juga mempunyai kesempatan lebih banyak untuk belajar di manapun dan kapanpun sehingga kemampuan pemahaman konsep peserta didik lebih mendalam. Motivasi belajar peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan model flipped classroom juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan metode ceramah.