• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS. dengan kematangan karir (career maturity) yang merupakan tema sentral dalam teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS. dengan kematangan karir (career maturity) yang merupakan tema sentral dalam teori"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Konsep Kematangan Karir 2.1.1 Pengertian Kematangan Karir

Dalam teori rentang hidup (life span) dari Super terdapat suatu konsep yang disebut dengan kematangan karir (career maturity) yang merupakan tema sentral dalam teori perkembangan karir rentang hidup. Terdapat beberapa ahli yang juga turut mendefinisikan tentang kematangan karir.

Super (dalam Greenhaus dan Callanan, 2006:125) menyatakan bahwa “individuals are mature or ready to make appropriate choices when they have engaged in planful exploration and have appropriate occupational knowledge, self-knowledge and decision-making knowledge”.

Definisi ini menyatakan bahwa individu yang matang/ dewasa atau siap untuk membuat pilihan yang sesuai adalah ketika individu telah terlibat dalam melakukan perencanaan, eksplorasi, memiliki pengetahuan diri, dan memiliki pengetahuan pekerjaan yang sesuai dan pengetahuan dalam pengambilan keputusan.

Alvarez (2008: 753) mengungkapkan “career maturity (CM) as behaviors that a person manifest in the intent to carry out different career developmental task, appropriate to each stage of maturity”. Definisi ini menyatakan bahwa kematangan karir sebagai perilaku yang menunjukan bahwa seseorang menyelesaikan tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap kematangannya.

Dillard (dalam Syamsiah, 2012:13) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan sikap individu dalam membuat keputusan karir yang ditampakan oleh tingkat konsistensi pilihan karir dalam suatu periode tertentu.

7

(2)

Gribbons dan Lohnes (dalam Susanti, 2008:19) menjelaskan bahwa kematangan karir lebih luas dari sekedar pemilihan pekerjaan karena akan melibatkan kemampuan individu dalam membuat keputusan maupun aktivitas perencanaan. .

Kematangan karir adalah kesiapan siswa untuk membuat keputusan – keputusan karir dengan tepat (Supriatna, 2009: 45).

Merujuk pada beberapa pendapat di atas, dapat diartikan bahwa kematangan karir adalah kesiapan dan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tahap – tahap perkembangan karir dimana individu telah memiliki pengetahuan mendalam tentang dirinya yang mencakup minat dan bakat serta potensi diri, mampu memilih karir yang sesuai dan memiliki pengetahuan tentang pekerjaan yang telah dipilih, dan dapat membuat keputusan karir dengan baik serta bertanggung jawab terhadap hidup dan pekerjaannya.

2.1.2 Dimensi Kematangan Karir

Beberapa ahli berpendapat berbeda mengenai dimensi-dimensi kematangan karir.

Diantaranya adalah dimensi kematangan karir yang dikemukakan oleh Super yakni mencakup dimensi sikap dan kognitif yang terdiri dari enam sub dimensi. Sementara Crites membagi kematangan karir kedalam dua dimensi yaitu dimensi sikap dan kompetensi. Instrument yang dikembangkan oleh Super dan Crites merupakan instrument utama yang digunakan untuk mendiagnosa kematangan karir. Instrument tersebut dikenal dengan Career Development Inventory (CDI) dari Super dan Career Maturity Inventory (CMI) dari Crites.

Tabel 1

Dimensi, subdimensi dan variabel dalam instrumen utama untuk mendiagnosa dan menilai kematangan karir (Alvarez, 2008: 759)

CDI (Super) CMI (Crites)

Attitudinal · Career planfulness: · Attitudes:

(3)

Dimension - Application specificity - Concern with the decision - Definition of plans

- Information specialization

· Career exploration:

- Quality of potential sources - Quality of sources used

- Involvement - Guidance - Independence - Preference - Commitmen

Cognitive Dimension

· Career planfulness:

- Application specificity - Concern with the decision - Definition of plans

- Information specialization

· Career exploration:

- Quality of potential sources - Quality of sources used

· Competence:

-Problem solving -Planning

-Goal-selection -Self-appraisal -Occupational information

Dimensi kematangan karir yang dikemukakan dalam buku “Layanan Bimbingan Karir Di Sekolah Menengah” oleh Mamat Supriatna (2009: 45) adalah sebagai berikut.

“Ada dua dimensi yang perlu dikembangkan untuk membangun kematangan karir siswa, yakni dimensi kematangan karir yang bersifat kognitif dan non kognitif .dimensi kognitif kematangan karir siswa terdiri atas aspek (1) pengetahuan tentang informasi dunia kerja (worl of work information) (2) pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group), dan (3) pengetahuan tentang membuat keputusan (decision making). Dimensi non kognitif kematangan karir siswa terdiri atas (1) perencanaan karir (career planning), (2) eksplorasi karir (career eksploration), dan (3) realisme keputusan karir (realism)”.

Dimensi kematangan karir dalam penelitian ini mencakup dimensi kematangan karir yang bersifat kognitif dan non kognitif.

a. Perencanaan karir (Career planning)

Perencanaan karir yang diungkapkan oleh Dillard (dalam Oktaviani, 2010:23) dijabarkan sebagai berikut, diantaranya: 1) meningkatkan kesadaran diri (self awarness) dan pemahaman diri (self-understanding); 2) mencapai kepuasan pribadi (personal statisfication);

3) mempersiapkan diri pada penempatan yang memadai (adevate placement) dalam berkarir;

dan 4) mengefisiensikan waktu dan usaha yang dilakukan dalam berkarir.

(4)

Dimensi ini mengukur tingkat perencanaan melalui sikap terhadap masa depan. Individu memiliki kepercayaan diri, kemampuan untuk dapat belajar dari pengalaman, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut. Nilai rendah pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu tidak merencanakan masa depan di dunia kerja dan merasa tidak perlu untuk memperkenalkan diri atau berhubungan dengan pekerjaan. Nilai tinggi pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu ikut berpartisipasi dalam aktivitas perencanaan karir yaitu belajar tentang informasi karir, berbicara dengan orang dewasa tentang rencana karir, mengikuti kursus dan pelatihan yang akan membantu dalam menentukan karir, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler dan bekerja paruh waktu.

Pada dimensi ini berarti bahwa individu dikatakan matang karirnya ketika ia bisa melakukan perencanaan karir secara baik yang berarti juga individu memiliki harapan untuk kebahagiaannya dikemudian hari.

b. Eksplorasi Karir ( Career exploration )

Dimensi ini mengukur sikap terhadap sumber informasi. Individu berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor. Nilai rendah pada dimensi career exploration menunjukkan bahwa individu tidak perduli dengan informasi tentang bidang dan tingkat pekerjaan.

Adapun tugas perkembangan karir pada masa eksplorasi adalah sebagai berikut (Nuryanto, 2010:24).

a. Mengenal keterampilan membuat keputusan karir dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karir.

b. Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan kesempatan kerja.

(5)

c. Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuan.

d. Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat dan kemampuannya

Pada dimensi ini diharapkan individu memiliki keinginan yang tinggi untuk melakukan pencarian informasi guna mendukung karirnya yang terkait dengan pekerjaan, pilihan karir dan mulai bekerja.

c. Membuat Keputusan Karir (Career decision making)

Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang prinsip dan cara pengambilan keputusan.

Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan. Nilai rendah pada dimensi career decision making menunjukkan bahwa individu tidak tahu apa yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan. Hal ini berarti individu tidak siap untuk menggunakan informasi pekerjaan yang telah diperoleh untuk merencanakan karir. Nilai tinggi pada dimensi career decision making menunjukkan bahwa individu siap mengambil keputusan.

Menurut Krumboltz dan Baker (dalam Munandir, 1996:101), hal yang penting dalam pengambilan keputusan kerja adalah kemampuan untuk:

a. Mengenal situasi keputusan yang penting.

b. Menentukan keputusan atau tugas yang dapat dikelola dan yang realistis.

c. Memeriksa dan menilai secara cermat dan tepat generalisasi pandangan atas dunia.

d. Menyusun alternatif – alternatif yang luas dan beragam.

e. Mengumpulkan informasi yang diperlukan tentang alternatif – alternatif itu.

f. Menentukan sumber informasi mana yang paling cermat dan relevan.

g. Merencanakan dan melaksanakan urutan langkah – langkah pengambilan keputusan yang disebut diatas.

d. Informasi Dunia Kerja (World of work information)

(6)

Informasi dunia kerja merupakan segala jenis informasi yang berhubungan dengan dunia kerja. Oleh karena itu, dimensi ini mengukur pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan, cara untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran-peran dalam dunia pekerjaan.

Nilai rendah pada dimensi world of work information menunjukkan bahwa individu perlu untuk belajar tentang jenis-jenis pekerjaan dan tugas perkembangan karir. Individu kurang mengetahui tentang pekerjaan yang sesuai dengannya. Nilai tinggi pada dimensi world of work information menunjukkan bahwa individu dengan wawasan yang luas dapat menggunakan informasi pekerjaan untuk diri sendiri dan mulai menetapkan bidang serta tingkat pekerjaan.

e. Pengetahuan Tentang Kelompok Pekerjaan yang Disukai

Individu pada masa remaja sudah mulai memikirkan masa depannya dengan sungguh- sungguh dan memiliki keinginan yang tinggi untuk sukses dalam pekerjaannya dimasa mendatang. Oleh karena itu, remaja seharusnya memiliki pengetahuan yang dalam dan jelas tentang beberapa pekerjaan yang disukai beserta pengetahuan tentang berbagai resiko yang akan muncul dalam pekerjaan tersebut.

Super mengatakan bahwa aspek pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai merupakan salah satu aspek kematangan karir (dalam Oktaviani, 2010: 29).

Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang tugas dari pekerjaan yang diminati, pengetahuan tentang peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan dari pekerjaan yang diminati, pengetahuan tentang persyaratan baik fisik maupun kompetensi dari pekerjaan yang diinginkan, pengetahuan tentang alasan dalam memilih pekerjaan yang diminati, dan pengetahuan tentang resiko –resiko yang muncul dari pekerjaan yang diminati.

f. Realisme Keputusan Karir

(7)

Realism adalah komitmen untuk memilih karir yang realistis, yakni pemilihan karir yang mempertimbangkan kondisi objektif karakteristik diri sendiri, kesempatan, dan tuntutan lingkungan (Supriatna, 2009: 50).

Dimensi realisme dalam penelitian ini mengukur realistis (masuk akal) tidaknya keputusan karir individu melihat kesesuaian antara pilihan karirnya dengan kondisi objektif kapasitas personal diri (kelebihan dan kekurangan diri), serta kesempatan-kesempatan karir yang dimilikinya. Siswa yang memiliki unsur realisme yang baik ditandai dengan adanya 1) pemahaman yang baik tentang kelebihan dan kekurangan diri berhubungan dengan pilihan karir yang diinginkan; dan 2) mampu mengetahui hambatan yang akan mempengaruhi pilihan karir.

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir

Perkembangan karir remaja dalam pencapaian kematangan karir dipengaruhi oleh banyak faktor. Manrehu dan Winkel (dalam Herawati, 2010:28) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir remaja menjadi dua kelompok, yaitu: (a) faktor lingkungan (eksternal) seperti keluarga, ras, taraf sosial-ekonomi, teknologi, dan pasar kerja; dan (b) faktor pribadi (internal) seperti bakat, minat, inteligensi, kepribadian (konsep diri, kebutuhan- kebutuhan, dan cara berhubungan dengan orang lain), hasil belajar (penguasaan materi pelajaran, keterampilan kerja, dan bidang-bidang lainnya), serta kelemahan-kelemahan (fisik, psikologis, dan sosial).

Pendapat lain dikemukakan oleh Super (dalam Nuryanto, 2010:27) mengklasifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir ke dalam lima kelompok. Berikut ringkasan

kelima faktor yang dimaksud tersebut.

(8)

a. Faktor bio-sosial, yaitu informasi yang lebih spesifik, perencanaan, penerimaan, tanggung jawab dalam perencanaan karir, orientasi pilihan karir berhubungan dengan faktor bio-sosial seperti umur dan kecerdasan.

b. Faktor lingkungan, yaitu indeks kematangan karir individu berkorelasi dengan tingkat pekerjaan orang tua, kurikulum sekolah, stimulus budaya dan kohesivitas keluarga.

c. Kepribadian, meliputi konsep diri, fokus kendali, bakat khusus, nilai/norma dan tujuan hidup.

d. Faktor vokasional, kematangan karir individu berkorelasi positif dengan aspirasi vokasional, tingkat kesesuaian aspirasi dan ekspektasi karir.

e. Prestasi individu, meliputi prestasi akademik, kebebasan, partisipasi di sekolah dan luar sekolah.

2.1.4 Pengertian Karir

Istilah karir sering diartikan sebagai pekerjaan dan jabatan. Individu yang memiliki status tinggi atau yang mendapat kemajuan cepat dalam pekerjaannya dikatakan sukses dalam karirnya. Namun, karir mempunyai makna yang lebih luas dari istilah-istilah tersebut. Karir dapat dicapai melaui pekerjaan yang kita rencanakan dengan cermat dan selalu dikembangkan agar lebih maju. Akan tetapi, pekerjaan bukan satu-satunya dan tidak selamanya yang dapat menunjang pencapaian karir, terutama apa bila pekerjaan yang kita lakukan tidak seimbang, serasi dan selaras dengan kehidupan.

Menurut Murray (dalam Supriatna, 2009:8) karir dapat dikatakan sebagai suatu rentangan

aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan; dalam hal ini seseorang memajukan kehidupannya

dengan melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi dan cita – cita

sebagai satu rentang hidupnya sendiri (the span of one’s life).

(9)

Pengertian karir yang dikemukakan oleh Hornby (dalam Walgito, 2010:201) bahwa karir adalah pekerjaan, profesi. Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan apabila apa yang dikerjakan itu sesuai dengan keadaan dirinya, kemampuannya, dan minatnya.

Tolbert (dalam Herawati, 2010:17) menyatakan bahwa “karir adalah sekuensi okupasi- okupasi dimana seseorang ikut serta di dalamnya; beberapa orang mungkin tetap dalam okupasi yang sama sepanjang tahap-tahap kehidupannya, sedang yang lainnya mungkin memiliki rangkaian okupasi-okupasi yang begitu berbeda”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Arthur, Hall dan Lawrence (dalam Patton dan McMahon, 2006:4) bahwa karir digambarkan sebagai "the evolving sequence of a person's work experiences over time", again emphasising the centrality of the themes of work and time.

Sementara itu, Patton dan McMahon (2006:5) mendefinisikan bahwa karir sebagai "the pattern of influences that coexist in an individual's life over time”. Pendapat yang dikemukakan oleh Arthur dkk tentang karir lebih menekankan pada pekerjaan seseorang yang terus berkembang.

Sementara itu Patton dan McMohan lebih menekankan pada kehidupan individu itu sendiri.

Dari pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dalam penelitian ini karir didefenisikan sebagai suatu rentang aktivitas individu dalam menjalani peristiwa-peristiwa dan peran – peran kehidupan yang keseluruhannya menyangkut tanggung jawab seseorang terhadap pekerjaannya.

2.1.5 Tahap Perkembangan Karir

Terdapat tiga teori utama yang mendeskripsikan cara yang ditempuh remaja ketika

membuat pilihan dalam proses perkembangan karirnya (Santrock, 2007:171) yaitu : teori

perkembangan dari Ginzberg, teori konsep diri dari Super dan teori tipe kepribadian dari

Holland.

(10)

a. Teori Perkembangan Menurut Ginzberg

Teori pilihan perkembangan karir (developmental career choice) adalah teori dari Eli Ginzberg yang menyatakan bahwa anak – anak dan remaja melalui tiga tahapan karir, yaitu : fantasi, tentative dan realistis (dalam Santrock, 2007:171).

1. Tahap Fantasi

Fantasi merupakan daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan baru atas bantuan tanggapan-tanggapan yang telah ada atau lama (Ahmadi dan Munawar, 2005:100). Tahap fantasi juga dapat dikatakan sebagai masa anak-anak dimana mereka memandang masa depan mengandung berbagai kemungkinan yang tidak terbatas dan sangat menyenangkan. Sehingga ketika mereka ditanya ingin menjadi apa setelah besar nanti, maka jawaban mereka berkisar menjadi seorang dokter, polisi, artis, pilot dan lain sebagainya.

Charlotte Buhler (dalam Ahmadi dan Munawar, 2005:100-101) mengungkapkan bahwa perkembangan fantasi anak dibagi menjadi tiga fase perkembangan.

a) Usia 0,0 – 4,0 tahun masa cerita struwelpeter. Yaitu pada masa ini anak – anak senang terhadap cerita-cerita anak nakal, rambut panjang dan kuku panjang. Pada masa ini anak tidak menghiraukan kondisi lingkungan, ia senang mementingkan dirinya sendiri.

b) Usia 4,0 – 8,0 tahun masa cerita khayal. Pada masa ini anak banyak dipengaruhi oleh daya khayalnya. Jadi pada masa ini ia sangat senang pada cerita dongeng. Meskipun hampir setiap malam ia mendengar cerita tersebut namun, ia tidak akan bosan mendengarnya.

c) Usia 8,0 – 12,0 tahun masa cerita realistis. Pada masa ini anak sudah mulai senang terhadap cerita – cerita nyata seperti pahlawan dan sejarah. Pada masa ini anak sudah mulai dapat membedakan antara yang khayal dan yang realistis.

2. Tahap Tentatif

Tahap tentatif merupakan suatu masa transisi dari tahap fantasi masa kanak – kanak

menuju tahap pengambilan keputusan yang realistis dimasa dewasa muda. Ginzberg

(11)

(Patton dan McMahon, 2006:50) berpendapat bahwa remaja mengalami kemajuan dalam proses pemilihan karir yaitu dari tahap mengevaluasi minat dan bakat ke tahap mengevaluasi kapasitas.

Pada tahap ini individu mulai menyadari bahwa minatnya selalu berubah-ubah dan mulai memikirkan karir yang cocok untuk dirinya. Oleh karena itu, dalam mempertimbangkan pilihan karir, individu tidak hanya berdasarkan ketertarikan saja namun mempertimbangkan hal lainnya seperti keterampilan dan potensi yang ada dalam dirinya.

3. Tahap Realistik

Pada tahap realistik anak melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atas pengalaman-pengalaman kerjanya dalam kaitan dengan tuntutan sebenarnya, sebagai syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan, atau kalau tidak bekerja, untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (Munandir, 1996:91).

Individu yang berada dalam tahap ini mengalami perkembangan dengan memberikan penilaian terhadap karier yang akan dipilihnya. Penilaian tersebut berasal dari pengalaman atau pengetahuannya tentang karier yang dipilihnya. Penilaian tersebut dijadikan pertimbangan untuk memasuki pekerjaan atau untuk menentukan jurusan yang dipilihnya di perguruan tinggi apabila individu tersebut memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya.

Berdasarkan tahap – tahap perkembangan karir yang dikemukakan oleh Ginzberg di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMK berada pada tahap tentatif . Remaja akan memperhitungkan kebutuhan, minat dan kapasitas dalam dirinya.

b. Teori Konsep Diri Menurut Super

(12)

Teori konsep diri karir adalah teori Donal Super yang menyatakan bahwa konsep diri individu berperan penting dalam pemilihan karir seseorang. Menurut Super (dalam Santrock, 2007:172) pemilihan karir pekerjaan dibagi menjadi lima tahap, yaitu: masa kristalisasi (crystallization); spesifikasi (specification); implementasi (implementation); stablisasi (stabilization); dan konsolidasi (consolidation).

1. Tahap Kristalisasi (crystallization)

Tahap ini merupakan masa individu mencari berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal maupun nonformal, untuk persiapan masa hidupnya. Upaya ini ditempuh pada usia sekitar 14-18 tahun.

2. Tahap Spesifikasi (specification)

Ketika individu berada ditahap ini berarti bahwa individu tersebut sudah menyelesaikan studi di Sekolah Menengah Atas, kemudian akan melanjutkan pada perguruan tinggi sesuai minat dan potensi yang dimilikinya untuk memperoleh keahlian dan profesionalisme. Dengan kata lain individu mempersempit pilihan karir dan perilaku inisiatifnya yang memungkinkan mereka memasuki sejumlah tipe karir tertentu Hal ini tampak ketika individu melih dan memasuki program studi di perguruan tinggi tertentu.

Tahap ini ditempuh sejak usia 18 hingga 22 tahun.

3. Tahap Implementasi (implementation)

Tahap dimana individu telah menyalesaikan pendidikan atau pelatihannya dan memasuki

dunia kerja untuk mulai mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh pada masa sebelumnya. Misalnya, setelah menyelesaikan pendidikan pada

program studi Bimbingan dan Konseling di perguruan tinggi, ia akan menjadi guru BK di

sekolah. Masa ini terjadi antara usia 22 hingga 25 tahun.

(13)

4. Tahap Stablisasi (stabilization)

Pada tahap ini individu menekuni bidang profesinya hingga benar-benar ahli agar dapat mencapai prestasi puncak. Taraf ini ditandai dengan individu berhasil menduduki posisi penting. Misalnya, kepala sekolah, dekan fakultas dan direktur.

5. Tahap Konsolidasi (consolidation)

Keputusan mengenai karir yang sesuai dan spesifik dibuat diusia antara 25 hingga 35 tahun, individu berusaha meningkatkan karirnya dan mencapai posisi status yang lebih tinggi. Fase ini disebut konsolidasi (consolidation). Rentang usia tersebut sebaiknya diperhitungkan dengan perkiraan dan bukan ditetapkan dengan kaku. Super berpendapat bahwa eksplorasi karir dimasa remaja merupakan suatu unsure penting yang terkandung di dalam konsep diri karir remaja.

c. Teori Tipe Kepribadian Menurut Holland

Teori tipe kepribadian (personality type theory) adalah teori dari John Holland yang menyatakan perlunya mencocokkan antara pilihan karir individu dengan kepribadian yang dimiliki. Menurut Holland, ketika individu menemukan suatu karir yang sesuai dengan tipe kepribadiannya, mereka lebih cenderung menikmati karir khusus tersebut dan bertahan pada pekerjaan tersebut dibandingkan dengan individu yang menekuni pekerjaan yang tidak sesuai dengan kepribadiannya.

Menurut Holland terdapat enam tipe kepribadian dasar yang perlu dipertimbangkan ketika mencocokkan bangunan psikologis individu dengan suatu karir (dalam Santrock, 2007:172-173).

1. Realistis. Individu ini biasanya memiliki fisik yang kuat, mampu bersikap praktis dalam

menangani suatu masalah, dan kurang memiliki pengetahuan sosial. Mereka paling

sesuai apabila menekuni karir yang bersifat praktis, seperti bekerja sebagai buruh,

petani, sopir truk, dan pekerja konstruksi.

(14)

2. Investigatif. Individu ini berorientasi pada konsep dan teori. Umumnya mereka lebih cocok menjadi pemikir alih-alih pelaku. Mereka sering kali menghindari relasi interpersonal dan paling sesuai menekuni karir dibidang matematika dan ilmu pengetahuan.

3. Sosial. Individu ini seringkali memiliki keterampilan verbal dan relasi interpersonal yang baik. Biasanya mereka paling sesuai apabila mereka berkecimpung dalam profesi yang berhubungan dengan oranglain, seperti mengajar, pekerja sosial, konseling, dan semacamnya.

4. Konvensional. Individu ini tidak menyukai aktivitas yang tidak terstruktur. Mereka paling sesuai untuk menangani pekerjaan sebagai bawahan, seperti kasir bank, sekretaris, dan petugas administrasi.

5. Pengusaha. Individu ini menggunakan kemampuan verbalnya untuk mengarahkan orang lain, mendominasi individu, dan menjual isu-isu, atau produk-produk pada orang-orang.

Mereka paling sesuai disarankan menekuni karir dibidang penjualan, politik, dan manajemen.

6. Artistic. Individu ini memilih berinteraksi dengan dunianya melalui ekspresi artistic, cenderung menghindari berbagai situasi konvensional dan interpersonal. Mereka sebaiknya mengarahkan dirinya pada karir dibidang seni dan tulis menulis.

2.2 Bimbingan Karir

2.2.1 Pengertian Bimbingan Karir

Salah satu bidang yang perlu dikembangkan dalam pelayanan konseling di sekolah adalah bimbingan dan konseling karir yang dapat dijadikan sebagai fasilitas dalam mengembangkan karir sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Oleh karena itu, penyelenggaraan bimbingan karir secara tepat sangat penting untuk dilakukan dengan tidak meninggalkan bidang pelayanan konseling yang lain seperti bidang pengembangan pribadi, sosial, belajar, kehidupan berkeluarga, dan kehidupan keberagamaan.

Menurut Surya (dalam Supriatna, 2009: 11) bahwa “bimbingan karir merupakan salah

satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu untuk memecahkan masalah karir,

memperoleh penyesuaian diri yang sebaik – baiknya antara kemampuan dan lingkungan

hidupnya, memperoleh keberhasilan dan perwujudan diri dalam perjalanan hidupnya”.

(15)

“Bimbingan karir atau bimbingan jabatan merupakan salah satu wujud upaya pendidikan karir atau pendidikan jabatan, dan harus sama – sama berorientasi pada pendampingan proses perkembangan karir manusia muda”(Winkel dan Hastuti, 2007: 673).

“bimbingan karir merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugastugas kerja, lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi” (Yusuf dan Nurihsan 2006: 11).

Sementara itu, bimbingan karir adalah kegiatan dan layanan bantuan kepada para siswa dengan tujuan agar mereka memperoleh pemahaman dunia kerja dan akhirnya mereka mampu menentukan pilihan kerja dan perencanaan karir (Munandir, 1996: 71).

Berdasarkan beberapa pendapat, dapat dikatakan bahwa bimbingan karir adalah salah satu jenis bimbingan yang diberikan kepada siswa yang bertujuan untuk membantu siswa agar mereka memperoleh pemahaman dunia kerja serta mereka dapat menentukan pilihan kerja dan perencanaan karir.

2.2.2 Tujuan Bimbingan Karir

Supriatna (2009:2) mengungkapkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling secara umum sama dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang- undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut.

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”.

(16)

Selain itu, Reinhart (dalam Winkel dan Hastuti, 2007: 670) mendeskripsikan bahwa career education sebagai usaha dalam lingkungan pendidikan sekolah dan masyarakat luas untuk membantu semua individu selama seluruh kehidupannya untuk mencapai tujuan – tujuan sebagai berikut:

a. Mengenal berbagai jenis jabatan yang terbuka baginya dan sekaligus bermakna serta memuaskan, dan menghayati semua nilai yang diamali oleh masyarakat yang berorientasi pada kerja.

b. Menjadi mampu untuk mengambil keputusan rasional sehubungan dengan tujuan – tujuan yang ingin diperjuangkan dalam bidang kegiatan/ aktivitas vokasional.

c. Melaksanakan keputusan tadi secara nyata dalam bentuk mengintegrasikan semua nilai yang terkandung dalam bekerja (vocational values) serta semua sikap yang dituntut dalam bekerja (vocational attitudes) dalam keseluruhan hidupnya.

Dari berbagai penjelasan tentang tujuan bimbingan karir dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan karir adalah layanan yang diberikan untuk membantu siswa dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas – tugas perkembangan karir siswa serta berbagai bantuan yang menyangkut kesuksesan karir siswa dimasa depan.

2.2.3 Penyelenggaraan Bimbingan Karir

Persoalan yang kadang muncul adalah bagaimana pelaksanaan bimbingan karir agar dapat mencapai tujuan bimbingan karir itu sendiri. Walgito (2010: 204) tujuan bimbingan karir dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain

a. Bimbingan karir dilaksanakan dengan cara yang disusun dalam suatu paket tertentu, yaitu

paket bimbingan karir. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan 5 paket

yang dikenal dengan istilah paket bimbingan karir. Paket 1 mengenai pemahaman diri yang

terdiri dari: pengantar pemahaman diri; bakat, potensi, dan kemampuan; cita – cita/ gaya

hidup; dan sikap. Paket II mengenai nilai – nilai yang mencakup: nilai kehidupan; saling

mengenal dengan nilai orang lain; pertentangan nilai – nilai sendiri dengan orang lain; nilai –

nilai yang bertentangan dengan kelompok atau masyarakat; dan bertindak atas nilai-nilai

(17)

sendiri. Paket III mengenai pemahaman lingkungan yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan: informasi pendidikan; kekayaan daerah dan pengembangannya; dan informasi jabatan. Paket IV mengenai hambatan dan mengatasi hambatan, paket ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan: faktor pribadi; faktor lingkungan; manusia dan hambatan; dan cara- cara mengatasi hambatan. Paket V mengenai merencanakan masa depan. Paket ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan: meenyusun informasi diri; mengelola informasi diri;

mempertimbangkan alternative; keputusan dan rencana; dan merencanakan masa depan.

b. Bimbingan karir dilaksanakan secara instruksional. Bimbingan karir tidak dilaksanakan secara khusus, tetapi dipadukan dengan kegiatan belajar mengajar (Walgito, 2010: 205). Dari pernyataan tersebut berarti bahwa bimbingan karir dapat diberikan oleh setiap guru pada saat menyampaikan pelajaran yang berhubungan dengan karir tertentu.

c. Bimbingan karir dilaksanakan dalam bentuk pengajaran unit. Jika cara ini dilakukan, maka bimbingan karir direncanakan dan diprogramkan oleh sekolah. Namun dalam pemberian bimbingan tidak dibebankan kepada guru – guru lain melainkan guru BK yang akan memberikan bimbingan karir tersebut dan sudah semestinya ada jam yang disediakan untuk melakukan kegiatan tersebut.

d. Menyelenggarakan career day (hari karir). Hari karier atau yang lebih dikenal dengan

career days merupakan salah satu kegiatan pemberian informasi tentang peluang karir

(Supriatna, 2009: 52). Pada kegiatan ini perlu didatangkan orang-orang yang dianggap

berhasil dalam karirnya seperti pengusaha, akuntan, dan polisi serta profesi lain yang dapat

dijadikan sumber informasi bagi para siswa untuk mengetahui berbagai profesi, peluang dan

seluk beluknya.

(18)

e. Kunjungan Karir. Siswa SMK seyogyanya tidak terlepas dari yang dinamakan kunjungan karir ke lembaga tertentu yang sesuai dengan bidang yang ditekuni atau yang diharapkan siswa. Contohnya siswa SMK jurusan Pemasaran mengadakan kunjungan ke perusahaan ternama di Gorontalo. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai peluang kerja yang diperoleh melalui Tanya jawab atau wawancara dengan beberapa pekerja diperusahaan tersebut.

2.2.4 Bentuk Layanan Bimbingan Karir a. Layanan Pengembangan Kematangan Karier

Layanan pengembangan kematangan karier adalah layanan bimbingan yang berupaya memfasilitasi terjadinya perkembangan kematangan karier siswa (Supriatna, 2009: 46).

Layanan ini perlu dilakukan untuk membantu siswa mencapai kematangan karir sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mengembangkan kematangan karir adalah memfasilitasi perkembangan pengetahuan dunia kerja, memfasilitasi pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang disukai, memfasilitasi keputusan karir, memfasilitasi perencanaan karir, memfasilitasi eksplorasi karir, dan memfasilitasi realism keputusan karir.

b. Layanan Pengembangan Analisis Peluang Karier

Berbagai kebutuhan dan kesempatan yang dapat dijadikan sebagai jalan untuk berkarir disebut dengan peluang karir. Beberapa peluang karir yang ada perlu dianalisis lebih mendalam agar individu dapat memanfaatkan peluang karir yang sesuai dengan dirinya.

Layanan pengembangan analisis karier perlu dilakukan untuk membantu siswa agar mereka

mengembangkan kemampuan menganalisis peluang untuk berkarier. Ada empat aspek yang

mendasari siswa memiliki kemampuan menganalisis peluang karier (Supriatna, 2009: 51)

(19)

yakni pengembangan (1) kesadaran karier, (2) sikap karier, (3) motif karier, dan (4) komitmen karier.

c. Layanan Pengembangan Kemampuan Membuat Keputusan Karir

Membuat keputusan merupakan hal yang selalu dilakukan oleh setiap individu dari keputusan kecil hingga keputusan besar yang membutuhkan pemikiran yang sistematis.

Begitu juga siswa SMK diharapkan mampu membuat keputusan karir dengan tepat.

Keputusan karir merupakan penentuan pilihan - pilihan kegiatan yang mendukung karir masa depan siswa. Kemampuan siswa dalam mengambil keputusan karir harus didasari oleh pengetahuan, kesiapan dan keteram pilan siswa.

2.2.5 Posisi Layanan Bimbingan Karier di SMK

Posisi layanan bimbingan karier di SMK adalah membantu siswa mencari dan menemukan bidang karier yang cocok dengan dirinya (Supriatna dan Budiman, TT: 24). Selain itu, posisi layanan bimbingan karier di SMK hendaknya mampu membantu siswa menyelesaikan tugas perkembangan karir. Tugas perkembangan siswa SMK berada pada tahap eksplorasi.

Tugas yang harus diselesaikan pada tahap eksplorasi adalah sebagai berikut.

a. Mengenal dan menerima kebutuhan untuk membuat keputusan karier dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karier.

b. Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan kesempatan kerja.

c. Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuan.

d. Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat dan kemampuannya.(Supriatna dan Budiman, TT: 24-25).

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, perlindungan hukum bagi perwakilan diplomatik di wilayah perang telah diatur oleh hukum internasional khususnya dalam Konvensi Wina 1961

Probabilitas terbesar seseorang untuk memilih dan membeli ponsel merek China adalah 86.07% yaitu mahasiswa berusia lebih dari 20 tahun dan menganggap faktor nama

Dukungan informasi seperti diskusi-diskusi dan pemberian saran atau nasihat yang mungkin dapat membantu dalam memecahkan masalah dalam pengambilan keputusan siswa

Kematangan vokasional adalah kematangan karir kemampuan siswa dalam memilih, memasuki, tahap pendidikan yang dicapai yaitu: kesesuaian antar individu dengan

Hasil penelitian tentang kematangan karir menunjukkan sebanyak 28 (43,1%) siswa memiliki tingkat kematangan karir dalam kategori tinggi, siswa tingkat kematangan karir sedang

judul : Resiko Kejang Berulang Pada An .D dengan Kejang Demam di Ruang.. Kanthil RSUD Banyumas adalah hasil karya sendiri dan bukan

6.5.1 Pengurusan perniagaan merupakan salah satu faktor yang menyumbang kepada kejayaan sesebuah perniagaan. Pengurusan yang sistematik dan dinamik dapat memastikan

Berdasarkan analisis bioarkeologi pada rangka manusia dari Situs Caruban menunjukkan bahwa terdapat tiga individu dengan Rangka I memiliki jenis kelamin perempuan