• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar

Gangguan EliminasiFekal (Resiko Konstipasi) di Ruangan Tanjung II

RSUD.dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

DONNA FEBRI ROTUA 132500114

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Juni 2016

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadidrat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi Fekal (Resiko Konstipasi) di Ruangan Tanjung II RSUD. Dr. Pirngadi Medan” yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari semua pihak yang besifat membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis dikemudian hari.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.Dselaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kepselaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, Sp.KMB Wakil selaku Wakil Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

7. Ibu Erniyati, S.Kp, Ns, MNS selaku Dosen Penguji yang memberikan saran dan

(5)

8. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khusunya Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahandan staf non akademik yang telah banyak membantu penulis di bidang administrasi.

9. Teristimewa buat Ayah Tumpal Siburian dan Ibu Helena Manurung yang telah membesarkan serta mendidik saya sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan saya begitu juga adik-adik saya, Sandro, Rilo, dan Dinda yang telah banyak memberikan dukungan dan doa.

10. Sahabat-sahabat tercinta Maya, Maria, Metro, Kiki, Ida, Estina, dan Hemia yang selalu memberidukungan, doa, dan motivasi.

11. Teman seperjuangan saya dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah, Mika, Astina, dan Dina.

12. Seluruh teman-teman DIII terkhusus stambuk 2013 yang telah banyak memberi semangat, doa, dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, Juni 2016

Penulis

(6)

DAFTAR ISI Sampul

Halaman Pernyataan Orisinalitas

Lembar Pengesahan ...i

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi...iv

BAB I PENDAHULUAN ... 3

A. Latar Belakang ... 3

B. Tujuan Penulisan ... 3

C. Manfaat Penulisan ... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 5

A. Konsep Dasar Post Partum Sectio Caesarea ... 5

B. Konsep Dasar Eliminasi Fekal...6

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan eliminasi Fekal ...12

1. Pengkajian Keperawatan ... 12

2. Analisa Data ... 14

3 Rumusan Masalah ... 14

4. Diagnosa Keperawatan ... 18

5. Perencanaan Keperawatan ... 18

6. Implementasi Keperawatan ... 19

7. Evaluasi Keperawatan ... 19

D.Asuhan Keperawatan Kasus Pasien di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan ... 20

1. Pengkajian Keperawatan ... 20

2. Analisa Data ... 21

3. Rumusan Masalah ... 22

4. Diagnosa Keperawatan (Prioritas) ... 23

5. Perencanaan dan Rasional Keperawatan ... 23

6. Implementasi Keperawatan ... 25

7. Evaluasi Keperawatan ... 27

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

A. Kesimpulan ... 28

(7)

DAFTAR PUSTAKA ... 30 Lampiran 1 ... 31 Lampiran 2 ... 35

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Walaupun setiap individu mempunyai karakteristik yang unit, kebutuhan dasarnya sama. Perbedaannya hanya dalam cara pemenuhan kebutuhan dasar tersebut (Asmadi, 2008).

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Alimul, 2006).

Di kalangan profesi keperawatan, teori kebutuhan dasar yang sering dijadikan acuan adalah hierarki kebutuhan dasar manusia yang dipublikasikan Abraham Maslow pada tahun 1970. Menurut Maslow, pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan (motivasi) yakni motivasi kekurangan (defiency motivation) dan motivasi pertumbuhan/perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Misalnya lapar mendorong seseorang untuk memenuhi nutrisi;

haus untuk memenuhi kekurangan cairan dan elektrolit; sesak napas, untuk memenuhi kekurangan oksigen di tubuh; takut cemas merupakan kebutuhan untuk memenuhi kekurangan rasa aman; dan sebagainya (Asmadi, 2008).

Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan dasar yaitu: kebutuhan oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks (Potter &

Perry, 2005).

Eliminasi merupakan kebutuhan yang esensial dan berperan penting dalam menentukan kelangsungan hidup dalam homeostatis melalui pembuangan sisa sisa metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feses

(9)

(nondigestible waste) serta sampah metabolisme berasal dari saluran kemih berupa urine (Asmadi, 2008).

Gangguan eliminasi fekal dapat dialami oleh ibu post persalinan dengan Sectio Caesarea. Setelah persalinan terjadi adaptasi pada sistem pencernaan, berupa penurunan tonus otot dan motilitas ususmenetap dalam beberapa waktu setelah bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 1 hari sampai 2 hari setelah melahirkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan. Biasanya bising usus akan terdengar pada hari kedua dan ketiga. Pada hari pertama post sectio caesaria bising usus masih lemah akibat efek anestesi, biasanya sampai 24-48 jam setelah pembedahan, tentu saja menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi. Jika hal ini tidak dilakukan penatalaksanaan dengan tepat memungkinkan dapat terjadi konstipasi (Bobak, 2004).

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari Ke-2 di Ruangan Tanjung II yang menjadi prioritas masalah terkait dengan kebutuhan dasar manusia adalah eliminasi fekal. Dari pengkajian terhadap pola buang air besar (BAB)Ny. D ditemukan data bahwa Ny. D tidak dapat buang air besar selama 3 hari, terhitung dari sehari sebelum dilakukan operasi Sectio Caesarea.

Resiko konstipasi yang dialami ibu disebabkan kurangnya asupan makanan yang berserat dan asupan cairan, serta kurangnya pergerakan ibu berhubungan dengan nyeri luka jahitan sehingga mortilitas usus menurun. Penulis memprioritaskan masalah kebutuhan dasar eliminasi fekal (resiko konstipasi) pada klien Ny. D, sebab resiko konstipasi yang dialami ibu membuat ibu menjadi tidak nyaman, dan khawatir akan keadaannya karena perut ibu terasa sudah penuh atau begah. Untuk itu perlu adanya penanganan terhadap resiko konstipasi yang dialami ibuNy. D terlebih dahulu untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan dasar lainnya.

Untuk itu penulis mengangkat masalah kebutuhan dasar eliminasi fekal dalam Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.D Post Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi Fekal (Resiko Konstipasi) di Ruangan Tanjung II RSUD.dr. Pirngadi Medan”.

(10)

B. Tujuan Penulisan 1.Tujuan Umum

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran Asuhan Keperawatan pada Ny. DPost Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi Fekal (Resiko Konstipasi) di Ruangan Tanjung II RSUD.dr. Pirngadi Medan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

a. Mampu mendeskripsikan pengkajian pada Ny. D dengan masalah kebutuhan dasar gangguan eliminasi fekal.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. D berdasarkan analisa masalah kebutuhan dasar gangguan eliminasi fekal.

c. Mampu mendeskripsikan perencanaan pada Ny. D dengan masalah kebutuhan dasar gangguan eliminasi fekal.

d. Mampu mendeskripsikan implementasi sesuai rencana yang telah ditetapkan pada Ny. D dengan masalah kebutuhan dasar gangguan eliminasi fekal.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar eliminasi fekal.

C. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari Karya Tulis Ilmiah ini adalah : 1. Bagi Instansi Pendidikan

Digunakan sebagai informasi dan laporan bagi institusi pendidikan bahwa penulis telah melaksanakan dan menyelesaikan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studinya.

2. Bagi praktek keperawatan

Dapat menambah wawasan bagi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi

(11)

3. Bagi Penulis

Dapat menambah pengalaman bagi penulis dalam proses belajar mengajar mengenai Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguan Eliminasi Fekal (Resiko Konstipasi) pada Ibu Post Sectio Caesarea.

4. Bagi Ibu dan keluarga

Ibu dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang cara mencegah konstipasi pada ibu Post Sectio Caesarea.

(12)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Post Partum Sectio Caesarea

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Hidayat, 2010).

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2005).

Akan tetapi, persalinan melalui Sectio Caesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi Sectio Caesarea maupun perawatan ibu setelah tindakan Sectio Caesarea, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu (Wiknjosastro, 2005).

1. Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi dilakukan Sectio Casarea terdiri dari tiga indikasi, yaitu: indikasi mutlak, indikasi relatif, dan indikasi sosial (Rasjidi, 2009).

Pertama, indikasi mutlak terbagi menjadi dua indikasi, yaitu indikasi ibu dan indikasi janin. Pada indikasi ibu yang terjadi seperti, panggul sempit, kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuat stimulasi, tumor-tumor jalan lahir, yang menyebabkan obstruksi, stenosis serviks atau vagina, plasenta previa, disproporsi sefalpelvik, ruptur uteri membakat. Sedangkan indikasi janin seperti, kelainan letak, gawat janin, prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang terhambat, dan mencegah hipoksia janin misalnya karena preeklamsia.

Kedua, indikasi relatif seperti, riwayat Sectio Caesarea sebelumnya, presentasi bokong, distosia, fetal distress, preeklampsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes, ibu dengan HIV positif sebelum inpartu, dan gameli.

(13)

Ketiga, indikasi sosial seperti, wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman sebelumnya, wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena takut bayinya mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi resiko kerusakan dasar panggul, dan wanita yang takut terjadinya perubahan pada tubuhnya atau sexuality image setelah melahirkan (Rasjidi, 2009).

Permintaan ibu untuk melakukan Sectio Caesarea sebenarnya bukanlah suatu indikasi untuk dilakukan Sectio Caesarea. Alasan yang spesifikdan rasionalharus dieksplorasidan diskusikan (Rasjidi, 2009).

2. Perubahan Fisiologi Sistem Pencernaan pada Periode Pascapartum

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan. Kebanyakan ibu merasa sangat lapar.Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan yang sering ditemukan. Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktuscerna menetap selama waktuyang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesi biasa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini biasa disebabkan karena otot tonus usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pasca partum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di abdomen akibat pembedahan sectio caesarea. Kebiasaan buang yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal (Bobak, 2004).

B. Konsep Dasar Eliminasi Fekal

Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi fekal adalah sistem gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas doudenum, jejunum, dan ileum dengan panjang kurang lebih 6 meter dan diameter

(14)

2,5 cm, serta berfungsi sebagai tempat absorpsi elektrolit Na, Cl, K, Mg, HCO3, dan kalsium (Hidayat, 2006).

Gerakan peristaltik yang kuat dapat mendorong feses ke depan. Gerakan ini terjadi 1-4 kali dalam waktu 24 jam. Peristaltik sering terjadi sesudah makan.

Biasanya, 1/1-2/3 dari produk buangan hasil makanan dicernakan dalam waktu 24 jam, dibuang dalam feses, dan sisanya sesudah 24-48 jam berikutnya (Hidayat, 2006).

Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya.Karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola dan kebiasaan eliminasi bervariasi diantara individu. Namun, telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah yang besar, dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal (Robinson dan Weigley, 1989 dalam Potter & Perry, 2005).

Dengan mengetahui eliminasi normal serta faktor-faktor yang meningkatkan, menghambat, menyebabkan gangguan eliminasi dapat membantu mengatasi masalah eliminasi klien. Asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati privasi dan kebutuhan emosional klien tindakan yang dirancang untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa ketidaknyamanan klien (Potter & Perry, 2010).

1. Proses Defekasi

Defekasi adalah proses pembuanganatau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus(Tarwoto, 2006).

Dalam proses defekasi terjadi dua macam reflex, yaitu Pertama, refleks defekasi intrinsik. Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi distensi rektum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada flektus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secaras sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.

Kedua, Refleks defekasi parasimpatis. Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord

(15)

kemudian dikembalikan kekolon desendens, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intensifnya peristaltik, relaksasi spinter internal, maka terjadi defekasi.

Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO2, metana, H2S, O2, dan Nitrogen (Tarwoto, 2006).

Feses terdiri dari atas 75% airdan 25% materi padat.Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri.Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk (Tarwoto, 2006).

2. Pola Defekasi

Pola defekasi sangat bersifat individual, bervariasi dari beberapa kali sehari hingga dua atau tiga kali perminggu. Jumlah feses yang dikeluarkan juga bervariasi pada setiap orang. Penundaan keinginan defekasi berulang dapat menyebabkan ekspansi rektum untuk mengakomodasi feses yang terakumulasi dan pada akhirnya akan kehilangan sensitivitas terhadap keinginan defekasi. Konstipasi pada akhirnya terjadi (Berman, 2009).

Waktu defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat individual. Orang dalam keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali dalam sehari. Tetapi, ada pula yang buang bair besar 3-4 kali seminggu.Ada yang buang air besar setelah sarapan pagi, ada pula yang malam hari. Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel training yang dilakukan pada masa kanak-kanak. Sebagian besar orang memiliki kebiasaan defekasi setelah sarapan karena adanya refleks gastrokolik yang menyebabkan ‘mass movement’ pada usus besar.

Umumnya jumlah feses bergantung pada jumlah intake makanan.Namun secara khusus, jumlah feses sangat bergantung pada kandungan serat dan cairan pada makanan yang dimakan. Pola defekasi akan berubah adanya konstipasi, fekal

(16)

infaction, diare, dan inkontensia. Kondisi ini berpengaruh terhadap konsistensi dan frekuensi buang air besar.

3. Masalah Eliminasi Fekal: Konstipasi

Menurut Wright tahun 1974, kostipasi adalah gangguan pola eliminasi akibat adanya feses kering atau keras yang melewati usus besar. Perjalanan feses yang lama karena jumlah air yang diabsorbsi sangat kurang menyebabkan feses menjadi keringdan keras. Defekasi yang normal bervariasi antara 3 kali sehari dan 3 kali seminggu. Penyebab konstipasi antara lain pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang terlalu sering, stress psikologis yang meningkat, obat- obatan, kurang aktivitas, dan usia. Untuk mengeluarkan feses, diperlukan tenaga yang besar saat mengedan dan terjadi peregangan otot (Mubarak, 2008).

Gangguan diet normal dan jadwal eliminasi, obat pengering, obat nyeri (terutama morfin atau kodein), inaktivitas, dan kelambatan peristalsis karena efek anestesi dapat menyebabkan konstipasi (penurunan frekuensi defekasi, kesulitan mengeluarkan feses atau feses kering dan keras). Segera setelah klien dapat makan atau minum dorong asupan cairan, terutama jus buah. Bantu klien ke kamar mandi.

Dorong ambulasi, untuk menstimulus peristalsis. Laksatatif juga dapat diberikan untuk mencegah konstipasi (Rosdhl, 2014).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Eliminasi

Banyak faktor yang mempengaruhi proses eliminasi fekal. Pengetahuan akan faktor-faktor tersebut akan membantu mengantisipasi cara yang dibutuhkan untuk mempertahankan pola eliminasi yang normal.

a) Usia

Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki

(17)

kemampuan mengontrol secara penuh, dan pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.

b) Diet

Asupan makanan harian yang teratur dapat membantu mempertahankan pola peristaltik pada kolon. Dengan menstimulasi gerakan peristaltik, makanan yang menbentuk bungkal akan keluar dengan cepat melalui usus, dan mempertahankan feses tetap lembek. Makanan tinggi serat dapat meningkatkan pola eliminasi yang normal jika faktor lainnya juga dalam keadaan normal.

c) Asupan Cairan

Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang dapat menyebabkan kehilangan cairan mempengaruhi karakteristik feses. Asupan cairan yang buruk dapat meningkatkan resiko konstipasi karena reabsorpsi cairan pada kolon terjadi, menyebabkan feses mengeras.

d) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat meningkatkan gerakan peristaltik, sedangkan imobilitas dapat menurunkan gerakan peristaltik. Perubahan yang terjadi pada otot abdomen dan dinding pelvis tersebut akan meningkatakan resiko konstipasi.

e) Faktor psikologi

Jika seseorang menjadi depresi, maka saraf otonom sistem pencernaan akan memperlambat penyampaian impuls dan menurunkan peristaltik, yang selamjutnya akan menyebabkan konstipasi.

f) Gaya hidup

Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet. Maka, ketika orang tersebut buang air besar yang terbuka atau tempat yang kotor, ia mengalami kesulitan dalam proses defekasi.

(18)

g) Penyakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit- penyakit yang berhubungan langsung pada sistem pencernaan, seperti gastroenteritis atau penyakit lainnya.

h) Nyeri

Umunya kegiatan buang air besar tidak menyebabkan nyeri.Namun, sejumlah keadaan dapat menyebabkan ketidaknyamanan, misalnya hemoroid, pembedahan rektum, fistula rektum, dan pembedahan abdomen. Pada keadaan tersebut, klien menekan keinginan untuk buang air besar untuk menghindari rasa nyeri, dan kemudian akan menyebabkan kostipasi.

i) Kehamilan

Pada saat kehamilan berkembang, ukuran janin bertambah dan menimbulkan tekanan pada rektum. Obstruksi yang sementara ini disebabkan karenan janin menghambat jalan keluar feses. Gerakan peristaltik yang lambat selama trimester ketiga sering menyebabkan konstipasi

j) Pembedahan dan Anestesi.

Agen anestesi general yang digunakan selama pembedahan dapat menghentikan gerakan peristaltik. Klien yang menerima anestesi lokal dan regional memiliki resiko rendah untuk mengalami gangguan eliminasi. Bebarapa pembedahan yang memanipulasi usus besar secaralangsung akan menghentikan gerakan peristaltik.

k) Obat-obatan

Obat-obatan untuk meningkatkan defekasi telah tersedia.Laksatif dan katartik melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Walaupun sama, kerja laksatif lebih ringan daripada katartik. Apabila digunakan dengan benar, laksatif dan katartik mempertahankan pola eliminasi normal dan aman.Namun, penggunaan katartik dalam jangka waktu lama menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang responsif terhadap stimulasi yang diberikan oleh laksatif (Potter & Perry, 2010).

(19)

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Fekal

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pola dan abnormalitas eliminasi fekal meliputi riwayat keperawatan, pengkajian fisik abdomen, inspeksi, karakteristik feses, dan informasi hasil pemeriksaan yang relevan.Tentukan juga riwayat perawatan medis klien dan jenis asupan cairan dan makanan, kemampuan mengunyah, medikasi, dan penyakityang baru- baru ini diderita/atau stressor.

1) Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan memberikan informasi tentang pola dan kebiasaan eliminasi biasanya dilakukan oleh klien.Hal normal dan abnormal yang dideskripsikan klien sering berbeda dari faktor atau keadaan yang mendukung eliminiasi normal.

Mengidentifikasi pola, kebiasaan normal dan abnormal, serta persepsi klien yang normal dan abnormal terhadap eliminasi fekal membantu menentukan masalah klien. Anda dapat mengorganisasi riwayat keperawatan melalui faktor yang mempengaruhi eliminasi dengan cara sebagai berikut:

a) Tentukan pola eliminasi normal klien: sertakan frekuensi dan waktunya dalam sehari. Minta klien dalam pemberian perawaatn untuk melengkapi catatan eliminasi fekal, sehingga dapat membantu melakukan pengkajian yang akurat tentang pola eliminasi fekal harian klien saat ini.

b) Deskripsikan klien terhadap karaktersirik fekal yang biasanya: tentukan apakah feses memiliki bentuk normal, lembek arau keras, warna, dan apakah mengandung darah atau tidak minta klien untuk klien untuk mendeskripsikan bentuk feses biasanya dan jumlah feses per hari.

c) Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk mendukung pola eliminasi normal:

contohnya mengonsumsi minuman hangat, memakan makanan tertentu, buang air besar pada waktu tertentu.

d) Pengkajian penggunaan alat bantu artificial dirumah: kaji apakah klien menggunakan enema, laksatif, atau makanan tambahan yang membentuk

(20)

bungkal sebelum buang air besar. Tanyakan seberapa sering klien menggunakannya.

e) Perubahan nafsu makan: termasuk perubahan pola makandan perubahan berat badan (jumlahberat badan yang berkurang atau meningkat). Jika terjadi perubahan berat badan, tanyakan apakah perubahan tersebutdirencanakan, seperti kehilangan berat badan disertai diet.

f) Riwayat diet: tentukan pilihan makanan klien dalam satu hari. Tentukan asupan buah, sayur, sereal, dan roti; dan apakah klien makan teratur atau tidak.

g) Deskripsikan asupan cairan per hari: meliputi jenis dan jumlah cairan menggunakan alat ukur yang ditemukan dirumah sakit.

h) Riwayat pembedahan dan penyakit yang mempengaruhi sistem pencernaan:

informasi ini sering membantu untuk menjelaskan tanda dan potensi untuk mempertahankan dan mengembalikan pola eliminasi fekal yang normal, dan apakah klien memiliki riwayat keluarga dengan penyakit kanker gastrointestinal.

i) Riwayat medikasi: tanyakan apakah klien menggunakan medikasi (misalnya laksatif, antasida. Suplemen zat besi, dan analgesik) yang dapat mengganggu defekasi atau karakteristik fekal.

j) Keadaan emosional: keadaan emosional klien secara signifikan dapat menggangu frekuensi buang air besar. Selama pengkajian, observasi emosi klien, nada suara, dan sikap yang mempengaruhi perilaku secara signifikan yang mengindikasikan stress.

k) Riwayat latihan: minta klien untuk mendeskripsikan jenis dan jumlah latihan per hari secara spesifik.

l) Riwayat nyeriatau ketidaknyamanan: tanyakan klien apakah terdapat riwayat nyeri abdomen atau anal. Jenis, frekuensi, dan lokasi nyeri dapat membantu mengidentifikasi sumber penyakit.

(21)

m) Riwayat sosial: klien mungkin memiliki berbagai penataan pada tempat tinggal. Dimana pasien tinggal dapat mempengaruhi kebiasaan buang air besar klien.

n) Mobilitas dan ketangkasan: mobilitas dan ketangkasan klien perlu dievaluasi sehingga dapat membantu menentukan apakah klien membutuhkan alat bantu atau bantuan dari orang lain (Potter & Perry, 2010).

2. Analisa Data

Analisa data mencakup mengenai pola atau kecenderungan, membandingkan pola ini dengan pola kesehatan yang normal, menarik konkulsi tentang respon klien.

Perawat memperhatikan pola atau kecenderungan sambil memeriksa kelompok data.

Kelompok data terdiri dari batasan karakteristik. Batasan karakteristik adalah kriteria klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik. Kategori klinis adalah tanda dan gejala objektif atau subjektif atau faktor resiko. Kategori diagnostik dan batasan karakteristik memberikan struktur untuk proses kognitif dalam mengidentifikasi kebutuhan klien dan penurunan aktual dari diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 2005).

3. Rumusan Masalah

Menurut NANDA tahun (2012). Definisi konstipasi adalah penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/atau pengeluaran feses yang keras, kering, dan banyak

Batasan Karakteristik:

1. Nyeri abdomen 2. Nyeri tekan abdomen

3. Nyeri tekan pada abdomen denganresistansi otot yang dapat dipalpasi

4. Nyeri tekan pada abdomen tanpa

5. Anoreksia

6. Penampilan tidak khas pada lansia (mis, perubahan pada status mental, inkontinensia urinarius, jatuh yang tidak penyebabnya, peningkatan suhu tubuh)

(22)

8. Darah merah pada feses 9. Perubahan pada pola defekasi 10. Penurunan frekuensi feses 11. Penurunan volume feses 12. Distensi abdomen 13. Rasa rektalpenuh 14. Rasa tekanan rektal 15. Kelelahan umum

16. Feses keras dan berbentuk 17. Sakit kepala

18. Bising usus hiperaktif 19. Bising usus hipoaktif

20. Peningkatan tekanan abdomen

21. Tidak dapat makan 22. Mual

23. Rembesan feses cair 24. Nyeri pada saat defekasi

25. Massa abdomen yang dapat diraba 26. Adanya feses lunak, seperti pasta

di dalam rektum

27. Perkusi abdomen pekak 28. Sering Flatus

29. Mengejan saat defekasi

30. Tidak daapt mengeluarkan feses 31. Muntah

Faktor yang Berhubungan:

1. Kelemahan otot abdomen

2. Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi

3. Ketidakadekuatan toiloeting (mis, batasan waku, posisi untuk defekasi, privasi)

4. Kurang aktivitas fisik

5. Kebiasaan defekasi tidak teratur 6. Perubahan lingkungan saat ini

Psikologis:

1. Depresi

2. Stress emosional 3. Konfusi mental Farmakologis:

1. Antasida yang mengandung alumunium

2. Antikolinergik 3. Antikonvulsan

5. Agens antilipemik 6. Garam bismuth 7. Kalsium karbonat 8. Penyekat

15

(23)

10. Garam besi

11. Penyalahgunaan laksatif 12. Agens antinflamasi nonsteroid 13. Opiat

14. Fenotiazid 15. Sedative

16. Simpatomimetik

Mekanis:

1. Ketidakseimbangan eletrolit 2. Hemoroid

3. Penyakit hirschsprung 4. Gangguan neurologis 5. Obesitas

6. Obstruksi pasca-bedah

7. Kehamilan pembesaran prostat

8. Abses rektal 9. Fisura anal rectal 10. Struktur anal rectal 11. Prolaps rectal 12. Ulkus rectal 13. Rektokel 14. Tumor

Menurut Wilkinson tahun (2011). Definisi Resiko konstipasi adalah berisiko mengalami penurunan frekuensi normal defekasi, disertai dengan kesulitan atau pengeluaran feses tidak tuntas, pengeluaran feses yang sangat kerasdan kering.

Faktor Resiko Fungsional :

1. Kelemahan otot abdomen

2. Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi

3. Ketidakadekuatan toiloeting (mis, batasan waku, posisi untuk defekasi, privasi)

4. Kurang aktivitas fisik

5. Kebiasaan defekasi tidak teratur 6. Perubahan lingkungan baru

Psikologis : 1. Depresi

2. Stress emosional 3. Konfusi mental

16

(24)

Fisiologis :

1. Perubahan pola makan 2. Perubahan makanan

3. Penurunan motilitas traktus gastrointestinal

4. Dehidrasi

5. Ketidakadekutan gigi geligi 6. Ketidakadekutan higiene oral 7. Asupan serat tidak cukup 8. Asupan cairan tidak cukup 9. Kebiasaan makan buruk Farmakologis:

1. Antasida yang mengandung alumunium

2. Antikolinergik 3. Antikonvulsan 4. Antidepresan 5. Agens antilipemik 6. Garam bismuth 7. Kalsium karbonat 8. Penyekat

9. Diuretik 10. Garam besi

11. Penyalahgunaan laksatif 12. Agens antiinflamasi 13. Opiat

14. Fenotiazid 15. Sedatif

16. Simpatomimetik

Mekanis :

1. Ketidakseimbangan eletrolit 2. Kemoroid

3. Penyakit hirschsprung 4. Gangguan neurologi 5. Obesitas

6. Obstruksi pasca-bedah 7. Kehamilan

8. Abses rektal

9. Pembesaran prostat 10. Fisura anal rektal 11. Struktur anal rektal 12. Prolaps rektal 13. Ulkus rektal 14. Rektoke 15. tumor

17

(25)

4. Diagnosa Keperawatan

Pengkajian keperawatan akan fungsi usus klien memberikan data yang dapat mengindikasikan masalah eliminasi yang aktula atau potensial, atau masalah yang disebabkan oleh perubahan eliminasi. Pada contoh yang didiskusikan pada rencana asuhan keperawatan. Contoh diagnosis yang diberikan pada klien dengan masalah eliminasi meliputi:

a) Inkontinensia usus b) Konstopasi

c) Resiko konstipasi

d) Konstipasi dipersepsikan e) Diare

f) Defisit perawatan diri akan kebutuhan untuk ke kamar mandi.

Kemampuan untuk mengidentifikasi diagnosis yang tepat bergantung hanya padapengkajian, tetapi juga pada kemampuan mengenal karakteristik dan faktor yang mengganggu eliminasi. Tentukan resiko dan lakukan pemeriksaan untuk memastikan fungsi usus yang normal dapat dipertahankan (Potter & Perry, 2010).

5. Perencanaan Keperawatan

Selama menyusun rencana asuhan keperawatan, dapatkan informasi dari berbagai sumber.Berpikir kritis membantu memastikan bahwa rencana perawatan mengintegrasikan semua yang Anda ketahui tentang masalah klien dan masalah klinisnya.Lakukan standard professional (Potter & Perry, 2010).

Tujuan dan hasil yang diharapkan. Anda danklien menyusun tujuan dan hasil yang diharapkan dengan menggabungkan kebiasaan eliminasi klien atau rutinitas sebanyak mungkin dan mendukung rutinitas yang dapat meningkatkan kesehatan. Pertimbangkan juga kekhawatiran pada kesehatan. Jika kebiasaan usus klien menyebabkan masalah eliminasi, bantu klien mempelajari hal yang baru (Potter

& Perry, 2010).

Tujuan secara keseluruhan dalam mengembalikan pola eliminasi normal 18

(26)

a. Klien mengusahakan kebiasaan defekasi teratur.

b. Klien mampu membuat daftar asupan makanan dan cairan yang tepat untuk meningkatkan eliminasi feses.

c. Klien melakukan program latihan secara reguler.

d. Klien melaporkan bahwa feses yang dikeluarkan lembek, berbentuk, dan berwarna coklat.

e. Klien tidak melaporkan ketidaknyamanan lainnya yang berhubungan dengan defekasi.

Prioritas masalah. Pola buang air besar bervariasi pada masing-masing individu. Oleh karena itu, perawat danklien harus berkerjasama dalam menyusun rencana intervensi yang efektif. Klien biasanya memiliki diagnosa lebih dari satu (Potter & Perry, 2010).

6. Implementasi Keperawatan

Kesuksesan pelaksanaan rencana intervensi keperawatan bergantung pada meningkatnya pemahaman klien dan anggota keluarga tentang eliminasi fekal. Di rumah, rumah sakit, atau fasilitas perawatan jangka panjang; klien mampu mempelajari kebiasaan usus yang efektif (Potter & Perry, 2010).

Ajarkan klien dan anggota keluarga tentang diet yang tepat tentang asupan cairan yang adekuat, dan faktor yang menstimulasi atau memperlambat peristaltik, seperti stress emosional. Hal yang paling baik dilakukan pada jam makan klien. Klien juga perlu memperlajari pentingnya menerapkan rutinitas usus yang reguler dan latihan yang reguler dan melakukan tindakan yang sesuai saat masalah eliminasi terjadi (Potter & Perry, 2010).

19

(27)

7. Evaluasi Keperawatan

Keefektifan perawatan bergantung pada kesuksesan mencapai hasil yang diharapkan pada perawatan yang dilakukan secara mandiri. Klien mampu melakukan defekasi feses yang lembek secara teraturdan bebas nyeri. Untuk mengevaluasi hasil yang diharapkan, tanyakan pertanyaa seperti: apakah klien mampu mendemonstrasikan informasi yang didapatkan untuk menerapkan pola eliminasi normal? Apakah klien mampu mendemonstrasikan keterampilan yang dipelajari?

Apakah klien mampu menerapakan defekasi normal dengan manipulasi alami dalam kehidupan sehari-hari seperti diet, asupan cairan, dan latihan? Apakah klien menggunakan alat bantu defekasi seperti enema dan laksatif? Klien adalah satu- satunya orang yang menentukan apakah masalah eliminasi fekal telah teratasi dan terapi apa yang paling efektif (Potter & Perry, 2010).

Jika perawat berhasil melakukan hubungan terapeutik dengan klien, klien akan merasa nyaman untuk mendiskusikan masalah yang lebih intim secara detail yang sering dihubungkan dengan masalah eliminasi fekal. Klien tidak akan malu saat perawat membantunya dalam memenuhi kebutuhan eliminasi. Klien akan menghubungkan perasaan nyaman dan bebasdari nyerisaat kebutuhan eliminasi dipenuhi dalam batas keadaan dan terapi klien (Potter & Perry, 2010).

D. Asuhan Keperawatan KasusPasien di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan 1. Pengkajian Keperawatan

a. Anamnese

Berdasarkan dari Pengkajian yang di lakukan pada identitas pasien, di dapat data yaitu Ny. D, umur 33 tahun dengan jenis kelamin perempuan, status kawin, agama Islam, pekerjaan seorang Ibu Rumah Tangga, beralamat Jalan Kiwi P.

Mandala, Kec. Percut Sei Tuan, Kota Deli. Keluhan utama, ibu mengatakan adanya luka sayatan pada abdomen disebabkan post Sectio Caesarea pada tanggal 29 mei 2016 karena kehamilan sebelumnya di lakukan operasi Sectio Saecarea dan keinginan

20

(28)

ibu itu sendiri. Saat ini ibu mengeluh tidak buang air besar sejak sehari sebelum operasi. Keadaan Umum ibu, tingkat kesadaran composmentis dengan Gaslow Coma Scale (GCS): 14 (E4V5M5), Capilary Refill Time (CRT) kurang dari 3 detik, akral hangat, tampak gelisah, tidak ada pernapasan cuping hidung. Ibu kurang melakukan aktivitas karena luka Post Sectio Caesarea. Tekanan darah: 110/80mmHg, Nadi: 80 x/menit, Pernafasan: 22 x/menit, Suhu Tubuh : 37,3oC, Tinggi Badan : 150 cm, Berat Badan: 64 kg. Ibu mengatakan makan 3 kali dalam sehari sesuai waktu diet dari rumah sakit.Ibu mengatakan kadang keluarga membawa makan dari rumah. Ibu biasanya minum 4-6 gelas sehari dan minum jika haus. Untuk pola eliminasi, ibu mengatakan selama masa kehamilan ibu BAB 1 kali dalam 2 hari. Tetapi, sejak sehari sebelum operasi Sectio Caesarea ibu tidak BAB. Klien BAK 5-7 sehari. Saat dikaji ibu tidur 7 – 8 jam sehari. Ibu mandi 1 kali sehari, menggosok gigi 1 kali sehari selama di rumah sakit.

2. Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 30 Mei 2016, dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objektif dan data subjektif. Secara lengkap terdapat pada tabel berikut :

No Analisa Data Penyebab Masalah

1. Data Subjektif :

1) Ibu mengatakan belum BAB sehari sebelum operasi Sectio Caesarea dilakukan.

2) Ibu mengatakan merasa penuh dan begah pada abdomen.

3) Ibu mengatakan selama

Post partum SC hari ke-2

Luka post SC + Penurunan tonus + Asupan rendah serat otot abdomen

Volume feses padat Nyeri

Regangan ususminimal Imobilisasi fisik

Perangsangan defekas menurun

Resiko konstipasi.

21

(29)

perawatan kurang makan makanan yang berserat dan minum air putih.

Data Objektif :

1) Ibu post Sectio Caesarea.

2) Skala nyeri ibu :3.

3) Terjadi kelemahan otot abdomen post partum.

4) Bising usus: 4x / menit.

5) Kurangnya aktivitas fisik.

Peristaltik usus menurun

Resiko Konstipasi

2. Data Subjektif :

Ibu mengatakan kurang bergerak karena luka jahitan diabdomennya masih baru dan sedikit nyeri tapi masih bisa ditahan.

Data Objektif :

1) Terdapat luka post Sectio Caesarea ± 15 cm.

2) Temperatur:37,3oC.

3) TD: 110/80 mmHg.

4) Skala nyeri ibu: 3.

Post Sactio Caesarea hari ke-2

Tindakan Prosedur invasif

Luka post operasi SC

Nyeri

Peningkatan suhu

Resiko infeksi.

22

(30)

Resiko infeksi

3. Rumusan Masalah a. Resiko konstipasi.

b. Resiko infeksi.

4. DiagnosaKeperawatan(Prioritas)

Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjektif dan data objektif yang telah dikaji.

Dari hasil perumusan diperoleh dua diagnosa yaitu:

a. Resiko konstipasi berhubungan dengankelemahan otot abdomen,asupan serat tidak cukup dan kurangnya aktivitas fisikditandai dengan luka post Sectio Caesarea dan bising usus hipoaktif.

b. Resiko infeksi berhubungan dengantindakan prosedur invasif ditandai dengan luka post Sectio Caesarea dan peningkatan suhu.

5. Perencanaandan Rasional Keperawatan

Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian

23

(31)

dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada ibu.

Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat ditabel berikut :

Hari/

Tanggal No.

Dx

Intervensi Keperawatan

Selasa/

31 Mei 2016

1. Tujuan dan Kriteria Hasil :

NOC : Resiko konstipasi menurun, setelah dilakukan perawatan selama dua hari resiko konstipasi pasien berkurang.

Rasional/Indikator :

1. Pola eliminasi setiap hari.

2. Feses lunak dan berbentuk.

3. Mengeluarkan feses tanpa bantuan.

4. Nyeri saat defekasi berkurang.

Intervensi Keperawatan (NIC) Rasional 1. Lakukan hubungan teraupetik

dengan klien dan keluarga.

2. Kaji kebiasaan defekasi klien.

3. Pantau gerakan usus, frekuensi, bentuk, volume, warna, dan konsistensi feses.

4. Pantau faktor penyebab (obat, imobilisasi, diet) konstipasi.

5. Anjurkan klien meningkatkan cairan yang adekuat.

6. Instruksikan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi serat.

1. Membina hubungan percaya antara klien dan keluarga klien terhadap perawat.

2. Memudahkan penanganan atau perawatan.

3. Untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi yang diberikan.

4. Deteksi dini penyebab konstipasi.

5. Obat, diet, imobilisasi dapat mempengaruhi gerakan usus

24

(32)

7. Anjurkan aktivitas optimal untuk merangsang eliminasi defekasi klien.

8. Ajarkan klien dan keluarga cara membuat catatan harian makanan.

yang memicu terjadinya konstipasi.

6. Membantu agar feses lebih lunak.

7. Meningkatkan pergerakan usus sehingga menurunkan konstipasi 8. Dengan membuat catatan harian

makanan seperti makanan bervariasi, nutrisi klien tetap seimbang.

Hari/

Tanggal No.

Dx

Intervensi Keperawatan

Selasa/

31 Mei 2016

2. Tujuan dan Kriteria Hasil :

NOC : Faktor resiko infeksi, setelah dilakukan perawatan selama dua hari nyeri pasien berkurang.

Rasional/ Indikator :

1. Terbebas dari tanda dan gejala infeksi.

2. Memperlihatkan higiene personal yang adekuat.

3. Tanda-tanda vital normal (36oC– 37oC).

Intervensi ( NIC) Rasional

1. Kaji tanda-tanda vital.

2. Kaji luka dan balutan pada abdomen.

3. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, teknik rawat luka dengan antiseptik.

1. Suhu yang meningkat dapat menunjukkan terjadinya infeksi.

2. Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus.

3. Mencegah kontaminasi silang atau penyebaran organisme infeksius.

25

(33)

4. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.

5. Amati penampilan praktik higiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi.

6. Jelaskan kepada pasien mengapa luka terasa sakit serta pencegahan infeksi.

4. Memudahkan penanganan atau perawatan.

5. Praktik higiene merupakan cara paling sederhana dan mudah untuk pencegahan infeksi oleh kuman dan bakteri terhadap luka.

6. Membina rasa saling percaya dan membantu klien menurunkan resiko infeksi.

6. Implementasi Keperawatan

Perawat telah menyusun tindakan keperawatan yang akan di implementasikan kepada ibu.

Hari/

Tanggal

No. Dx : 1 Waktu

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa/31 Mei 2016

09.00 Wib

09.05 Wib

09.10 Wib

09.20 Wib

09.30 Wib

1. Membina hubungan saling percaya.

2. Mengkaji kebiasaan defekasi ibu.

3. Memantau gerakan usus, frekuensi, bentuk, volume, warna dan konsistensi feses.

4. Memantau factor penyebab konstipasi (obat, imobilisasi, diet).

5. Menganjurkan ibu meningkatkan cairan yang

S:

a) Ibu mengatakan belum BAB sehari sebelum operasi Sectio Caesarea dilakukan.

b) Ibu mengatakan merasa penuh dan begah pada abdomen.

c) Ibu mengatakan selama perawatan kurang makan makanan yang berserat dan minum air

26

(34)

09.35 Wib

09.45 Wib

adekuat.

6. Menginstruksikan ibu untuk mengkonsumsi diet tinggi serat.

7. Menganjurkan aktivitas optimal untuk merangsang defekasi ibu.

putih.

O:

a) Ibu post Sectio Caesarea dengan luka ±15 cm.

b) Terjadi kelemahan otot abdomen post partum c) Bisingusus: 4x / menit.

d) Skal nyeri ibu : 3.

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Intervensidilanjutkan.

Hari/

Tanggal

No. Dx: 2 Waktu

ImplementasiKeperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa/31 Mei 2016

11.00 Wib 11.10 Wib

11.15 Wib

11.25 Wib

11.30 Wib

10.00 Wib

1. Mengkaji tanda-tanda vital.

2. Mengkaji luka dan balutan di abdomen.

3. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan ibu, teknik rawat luka dengan antiseptik.

4. Mengamati penampilan praktik higiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi

5. Menjelaskan kepada ibu mengapa luka terasa sakit serta pencegahan infeksi.

6. Mengkolaborasi pemberian antibiotik dengan tim medis.

S: Ibu kurang bergerak karena luka jahitan diabdomennya masih baru dan sedikit nyeri tapi masih bisa ditahan.

O:

a) Luka post Sectio Caesarea±15 cm.

b) Suhu:37,5oC.

c) Injeksi Ampicilin 1gr/ 8 jam.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

27

(35)

7. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukantindakan keperawatan, maka hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan pertama Resiko konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen,asupan serat tidak cukup dan kurangnya aktivitas fisik ditandai dengan ibu post Sectio Caesarea dan bising usus hipoaktif. Ibu mampu melakukan defekasi, feses keras dan belum lancar, masih nyeri ringan, ibu dan keluargapaham dan mampu menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan perawat.

Hasil evaluasi untuk diagnosa keperawatan selama perawatan, untuk diagnosa kedua, Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan prosedur invasif ditandai dengan peningkatan suhu,dihari kedua selama perawatan, masalah sebagian teratasi. Ibu mengatakan bahwa nyeri luka Sectio Caesarea mulai berkurang, luka tampak bersih dan mulai kering, suhu tubuh 36,8oC.

Oleh karena itu, perawat menganjurkan supaya ibu dapat mempertahankan dan melakukan kembali setelah pulang untuk setiap intervensi yang telah diajarkan pada klien dan keluarga pada kedua diagnosa.

28

(36)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari seluruh uraian maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

a) Hasil dari pengkajian dengan masalah eliminasi fekal: ibu post Sectio Caesarea hari ke-2 mengalami resiko konstipasi. Ditemukan ada luka post Sectio Caesarea di abdomen ±15 cm. Ibu mengeluh belum BAB sejak sehari sebelum dilakukan operasi Sectio Caesarea. Masalah yang ditemui setelah pengkajian pada ibu post Sectio Caesarea hari ke-2, yaitu: resiko konstipasi dan resiko infeksi.

b) Rencana asuhan keperawatan dengan priotas masalah gangguan eliminasi fekal (resiko konstipasi) pada ibu adalah mengkaji kebiasaan defekasi ibu, mengkaji penyebab konstipasi, memberi informasi mengenai konstipasi pada ibu post Sectio Caesarea, dan penanganannya.

c) Implementasi asuhan keperawatan dengan prioritas masalah gangguan eliminasi fekal telah dilakukan keseluruhan.

d) Evaluasi kebutuhan dasar dengan gangguan eliminasi fekal pada ibu yaitu ibu dan keluarga mengerti mengenai konstipasi, pencegahan, dan penanganannya.

Resiko konstipasi berkurang, ibu dapat BAB dengan pola 1 kali dalam sehari.

Namun, intervensi masih dilanjutkan karena ibu belum dapat BAB dengan teratur dan feses masih keras. Untuk Resiko infeksi juga berkurang dengan suhu kembali normal. Tidak ada diagnosa tambahan yang muncul dan yang ditemui penulis selain dari yang dua diagnosa diatas.

29

(37)

B. Saran

1). Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang gangguan eliminasi fekal dan penanganannya. Khususnya, bagi mata kuliah kebutuhan dasar manusia, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap masalah eliminasi fekal.

2). Bagi Praktek Keperawatan

Sebaiknya perawat mampu lebih optimal dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan dasar eliminasi fekal sehingga dapat mencegah masalah konstipasi pada ibu post Sectio Caesarea.

3). Bagi Penulis

Hasil penulisan ini di harapkan dapat memberikan dan menambah wawasan serta informasi baru bagi penulis tentang kebutuhan dasar eliminasi fekal sehingga penulis dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi terhadap masalah kebutuhan eliminasi fekal.

30

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Bobak, Lowdermik, Jensen. 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas (terjemahan), Edisi IV. Jakarta: EGC.

E. Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi (2012-2014). Jakarta: EGC

Mubarak, W. Iqbal & Chayatin, Nurul. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia:

Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Asri & Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.

M. Wilkinson, Judith. 2012. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC

Potter, P & Perry, A. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Potter, P & Perry, A. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi7. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa.

Jakarta: CV Sabung Seto

Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Edisi 3. Jakarta: SalembaMedika.

Wiknjosastro, Hanafi. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

(39)

Lampiran 1

PROGRAM D III KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN I. Biodata

Identitas Pasien

Nama : Ny. D Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 33 Tahun Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jalan Kiwi P.Mandala, Kec. Percut Sei Tuan, Kota Deli Tanggal Masuk RS : 29 Mei 2016

Golongan Darah : A positif Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2015 Tanggal Operasi : 29 Mei 2015

Diagnosa Medis : Post Sectio Caesarea Hari Ke-2 Status Obstetrik : G : 4 P :4 A: 0

No. Umur Komplikasi Kondisi

Anak

Penolong

Kehamilan Persalinan Nifas

1. 10 tahun Normal Normal Normal Meninggal Bidan

2. 8 tahun Normal Operasi SC Normal Sehat Dokter

(40)

3. 5 tahun Normal Operasi SC Normal Sehat Dokter 4 0 bulan Normal Operasi SC BBL: 3100 gram Sehat Dokter

II. Keluhan Utama

Dari hasil pengkajian ditemukan keluhan utama yang diperoleh, ibu mengatakan adanya luka sayatan pada abdomen disebabkan post Sectio Caesareapada tanggal 29 mei 2016 karena kehamilan sebelumnya di lakukan operasi Sectio Saecarea dan keinginan ibu itu sendiri. Saat ini ibu mengeluh tidak buang air besar sejak sehari sebelum operasi.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang

Dari hasil pengkajian riwayat kesehatan sekarang diperoleh data ibu mengatakan setelah dilakukan operasi Sectio Caesar, ibu mengalami kurang pergerakan karena luka post operasi masih terasa nyeri. Sekarang ibu belum BAB sudah 3 hari. Ibu merasa perutnya terasa penuh dan begah serta belum ada tindakan yang dapat memperbaiki keadaannya.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Darihasil pengkajian riwayat kesehatan masa lalu diperoleh data, ibu mengatakan bahwa ibu sudah pernah mangalami persalinan Sectio Caesarea dan ibu tidak pernah mengalami penyakit yang serius dari kecil hingga saat ini. Sebelum dirawat, ibu terbiasa buang air besar (BAB) 1 kali dalm sehari.Jika sakit ringan, ibu membeli obat generik ke warung, kalau sakit berlanjut ibu pergi berobat ke bidan terdekat atau puskesmas.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga diperoleh data ibu tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan pada pencernaan, atau penyakit

(41)

keturunan, dimasa kehamilan orangtua ibu dahulu tidak pernah mengalami gangguan seperti yang dialami ibu.Tidak ada anggota keluarga yang sakit serius dan tidak ada anggota keluarga terdekat yang meninggal karena masalah sistem pencernaan.

VI. Riwayat Keadaan Psikososial

Dari hasil pengkajian riwayat keadaan psikologis diperoleh data, ibu cukup cemas dan takut saat defekasi karena ibu takut kalau mengedan maka jahitan luka Sectio Caesarea akan rusak atau akan menimbulkan masalah seperti nyeri hebat pada luka Sectio Caesarea. Ibu memiliki persepsi bahwa ibu yakin dapat melewati masa nifas dengan baik dan ibu berharap dapat mengurus bayinya sekaligus keluarganya.

Untuk status gambaran diri, ibu mengatakan ibu menerima seluruh bagian yang ada pada tubuhnya tanpa merasa ada yang kurang. Saat ini keadaan emosi ibu stabil, mampu memecahkan masalah dengan berdiskusi pada suami atau teman dekatnya.

Dalam hubungan sosial ibu dengan keluarganya maupun dengan masyarakat lainnya baik. Orang yang paling berarti untukibu saat ini adalah keluarga intinya.Keluarga adalah penyemangat ibu untuk bekerja dan menjalani aktivitas sehari-harinya. Ibu beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya. Dalam kehidupan sehari-hari ibu meyakini Tuhan yang Maha Esa. Ibu mejalankan sholatnya sesuai waktu sholat.

VII. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum

Keadaan umum ibu tampak baik, ibu dapat berkomunikasi dengan baik. Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah 110/80 mmHg, suhu tubuh 37,3OC, denyut nadi klien 80x/menit, frekuensi pernapasan 22x/menit, tinggi badan 150 cm, dan berat badan sebelum melahirkan 64 kg.

(42)

b. Mulut dan faring

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, pada bagian mulut ibu tampak kering dan keadaan gusi dan gigi tampak bersih. Ibu mengatakan tidak ada gangguan dalam proses menelan.

c. Pemeriksaan integument

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, integumen terlihat kulit ibu bersih dengan warna kulit, dan akral hangat. Turgor kulit ibu <2 detik dan kulit teraba kurang kelembaban. Secara keseluruhan tidak ada kelainan pada kulit ibu.

d. Pemeriksaan abdomen

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, tampak luka jahitan ± 15 cm, peristaltik usus 4x/menit, dan kelemahan otot abdomen.

VIII. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Setelah dilakukan pengkajian, ibu mengatakan makan 3 kali dalam sehari sesuai waktu diet dari rumah sakit. Ibu mengatakan kadang keluarga membawa makan dari rumah.

Ibu biasanya minum 4-6 gelas sehari dan minum jika haus. Untuk pola eliminasi, ibu mengatakan selama masa kehamilan ibu BAB 1 kali dalam2 hari.

Tetapi, sejak sehari sebelum operasi Sectio Caesarea ibu tidak BAB. Klien BAK 5-7 sehari. Saat dikaji ibu tidur 7 – 8 jam sehari. Ibu mandi 1 kali sehari, menggosok gigi 1 kali sehari selama di rumah sakit.

(43)

Lampiran 2 CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/

Tanggal

No. Dx : 1 Waktu

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa/31 Mei 2016

09.00 Wib 09.05 Wib 09.10 Wib

09.20 Wib

09.30 Wib

09.35 Wib

09.45Wib

1. Membina hubungan saling percaya.

2. Mengkaji kebiasaan defekasi ibu.

3. Memantau gerakan usus, frekuensi, bentuk, volume, warna dan konsistensi feses.

4. Memantau factor penyebab konstipasi (obat, imobilisasi, diet).

5. Menganjurkan ibu meningkatkan cairan yang adekuat.

6. Menginstruksikan ibu untuk mengkonsumsi diet tinggi serat.

7. Menganjurkan aktivitas optimal untuk merangsang defekasi ibu.

S:

a) Ibu mengatakan belum BAB sehari sebelum operasi Sectio Caesarea dilakukan.

b) Ibu mengatakan merasa penuh dan begah pada abdomen.

c) Ibu mengatakan selama perawatan kurang makan makanan yang berserat dan minum air putih.

O:

a) Ibu post Sectio Caesarea dengan luka

±15 cm.

b) Terjadi kelemahan otot abdomen post partum.

c) Bising usus: 4x / menit.

d) Skal nyeri ibu : 3.

A: Masalah teratasi sebagian.

P: Intervensi dilanjutkan.

(44)

Hari/

Tanggal

No. Dx: 2 Waktu

ImplementasiKeperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa/31 Mei 2016

11.00 Wib 11.10Wib

11.15 Wib

11.25 Wib

11.30 Wib

10.00 Wib

1. Mengkaji tanda-tanda vital.

2. Mengkaji luka dan balutan di abdomen.

3. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan ibu, teknik rawat luka dengan antiseptik.

4. Mengamati penampilan praktik higiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi

5. Menjelaskan kepada ibu mengapa luka terasa sakit serta pencegahan infeksi.

6. Mengkolaborasi pemberian antibiotik dengan tim medis.

S: Ibu kurang bergerak karena luka jahitan diabdomennya masih baru dan sedikit nyeri tapi masih bisa ditahan.

O:

a) Luka post Sectio Caesarea ±15 cm.

b) Suhu: 37,5oC.

c) Injeksi Ampicilin 1gr/

8 jam.

A: Masalah belum teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

Hari/

Tanggal

No. Dx Waktu

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Rabu/01 Juni 2016

09.30 Wib

09.35 Wib 09.45 Wib

09.55Wib

10.00 Wib

1. Menanyakan ibu sudah BAB atautidak.

2. Memantau bising usus ibu.

3. Menganjurkan ibu untuk meningkatkan cairan yang adekuat.

4. Menginstruksikan ibu untuk mengkonsumsi diet tinggi serat.

5. Menganjurkan aktivitas optimal untuk merangsang defekasi ibu.

S: Ibu mengatakantadi pagi ibu buang air besar tetapi fesesnya keras.

O:

a) Peristaltik : 6 x/menit A: Masalah teratasi sebagian.

P: Intervensi dilanjutkan.

(45)

Hari/

Tanggal

No. Dx: 2 Waktu

ImplementasiKeperawatan Evaluasi (SOAP)

Rabu/31 Mei 2016

11.05 Wib 11.15 Wib

11.20 Wib

11.35 Wib

10.00Wib

1. Mengkaji tanda-tanda vital.

2. Mengkajiluka dan balutan di abdomen.

3. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan ibu, teknik rawat luka dengan antiseptik

4. Menjelaskan kembali kepada ibu mengapa luka terasa sakit serta pencegahan infeksi

5. Mengkolaborasi pemberian antibiotik dengan tim medis.

S: - O:

a) Luka post Sectio Caesarea±15 cm.

b) Suhu: 36,8oC.

c) Injeksi Ampicilin 1gr/

8 jam.

A: Masalah sebagian teratasi.

P: Intervensi dilanjutkan.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak hanya melengkapi persyaratan saja akan tetapi juga harus mengikuti prosedur yang diterapkan oleh lembaga untuk mendapatkan persetujuan dalam pemberian

Specific developments under- taken by DHS include improvements in information interopera- bility among emergency organizations, a DHS Geospatial Data Model, development of the

Penelitian ini bertujuan untuk dapat menghitung nilai kebisingan yang tepat dan benar dalam mengetahui jarak aman pengaruh kebisingan akibat suara mesin compressor sebesar

Penyulihan atau substitusi adalah salah satu jenis gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk

Pendapatan usaha ternak sapi perah merupakan jumlah rupiah yang diperoleh peternak dari hasil penjualan produk sapi perah setelah dikurangi dengan biaya sesuai

Dapatan daripada kajian ialah: bentuk kata sapaannya berbagai-bagai sesuai dengan kondisi sosial dan angkubah sosial daripada orang yang disapa; bentuk bahasa lain yang

Grafik Tingkat Kemampuan Guru PKN dalam menerapkan situasi nyata yang terjadi di lingkungan pada pembelajaran PKN.

murid memilih jasa pendidikan MTs di KKM MTsN Pamulang secara parsial.. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh promosi terhadap keputusan orang tua murid memilih jasa pendidikan