• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Universitas Sumatera Utara"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

(3)
(4)

iii

(5)
(6)

v

ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTER TOKOH UTAMA PADA FILM CRY ME A SAD RIVER KARYA LUO LUODAN FILM MY LITTLE BABY, JAYA

KARYA YOON HAK-RYUL

《哭泣吧我悲伤的河流》与《我的小宝贝》电影里人物的对比分析 (“Kūqì ba wǒ bēishāng de héliú” yǔ “wǒ de xiǎo bǎobèi” diànyǐng lǐ rénwù de duìbǐ

fēnxī)

YESIKA RUTH YUNITA SITEPU 160710039

ABSTRACK

The title of this research is "Comparative Analysis of the Main Character of Luo Luo's Cry Me A Sad River and Yoon Hak-Ryul's My Little Baby, Jaya." In this study, the authors analyzed the character of the characters using intertextuality theory. The research methodology used in this research is a qualitative descriptive method. The results showed that there were two similarities in the character of the main character from the two films, namely the pessimistic and non-open character. In addition, there are three different characters from the two films, including Yi Yao in Cry Me A Sad River, who has a morose, indifferent and courageous character. Meanwhile, the character Jaya in the film My Little Baby, Jaya has a cheerful, friendly and timid character.

Keywords: Comparative Literature, Intertextuality, Character, Cry Me A Sad River, My Little Baby Jaya

ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTER TOKOH

UTAMA PADA FILM CRY ME A SAD RIVER KARYA

(7)

LUO LUODAN FILM MY LITTLE BABY, JAYA KARYA YOON HAK-RYUL

《哭泣吧我悲伤的河流》与《我的小宝贝》电影里人物的对比分析 (“Kūqì ba wǒ bēishāng de héliú” yǔ “wǒ de xiǎo bǎobèi” diànyǐng lǐ rénwù de duìbǐ

fēnxī)

YESIKA RUTH YUNITA SITEPU 160710039

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah "Analisis Perbandingan Karakter Tokoh Utama Pada Film Cry Me A Sad River karya Luo Luo dan film My Little Baby, Jaya karya Yoon Hak-Ryul." Dalam penelitian ini penulis menganalisis karakter tokoh dengan menggunakan teori intertekstualitas. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua persamaan karakter tokoh utama dari kedua film, yaitu karakter pesimis dan tidak terbuka. Selain itu terdapat tiga perbedaan karakter dari kedua film, diantaranya Yi Yao dalam film Cry Me A Sad River memiliki karakter pemurung, cuek dan berani. Sedangkan tokoh Jaya dalam film My Little Baby, Jaya memiliki karakter periang, ramah dan penakut.

Kata kunci: Sastra Bandingan, Intertekstualitas, Karakter, Cry Me A Sad River, My Little Baby Jaya

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kekuatan, kasih, dan karunia yang telah menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Perbandingan Karakter Tokoh Utama pada Film Cry Me A Sad River Karya Luo Luo dan Film My Little Baby, Jaya Karya Yoon Hak-Ryul. Adapun penyelesaian skripsi ini merupakan syarat untuk meraih gelar sarjana S-1 pada program studi Bahasa Mandarin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan, bimbingan, pengarahan, dan dukungan baik berupa moril ataupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapakan terimakasih kepada:

1. Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Mhd. Pujiono, M.Hum, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Bahasa Mandarin, Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penasihat Akademik yang telah memberikan motivasi dan saran selama penulis melaksanakan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

3. Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL., selaku Sekretaris Program Studi Bahasa Mandarin, Universitas Sumatera Utara.

(9)

4. Prof. Ikhwanudin Nasution, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang dengan tulus dan ikhlas dalam membimbing serta mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Julina., B.A., MTCSOL., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan tulus dan ikhlas dalam membimbing serta mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya pada Program Studi Bahasa Mandarin, Universitas Sumatera Utara yang sudah mendidik, memberikan ilmu, serta bantua kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orangtua yang penulis sayangi, Ayahanda J. Sitepu dan Ibunda tercinta Y. Brahmana yang telah banyak memberikan doa, nasehat, dukungan dan pengorbanan baik moril dan materil.

8. Sahabat terbaik penulis yang selalu mendukung, memberikan semangat, kritik, dan masukan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi. Sahabat yang selalu ada dalam keadaan suka dan duka. Mereka adalah: Desi Permata Hati Malau, Liza Pamela Siregar, Septy Ryanta Ginting, dan Nelly Marianna Pasaribu.

9. Teman-teman kuliah di Program Studi Bahasa Mandarin USU, khususnya stambuk 2016 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik, saran, serta masukan yang membangun dari para pembaca dalam penulisan skripsi

(10)

ix

ini. Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan yang telah penulis perbuat. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti berikutnya.

Medan, 13 November 2020 Penulis

Yesika Ruth Yunita Sitepu NIM. 160710039

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRACT ... v

ABSTRAK……… vi

KATA PENGANTAR……….. vii

DAFTAR ISI………. x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Batasan Masalah ... 12

1.4 Tujuan Penelitian ... 12

1.5 Manfaat Penelitian ... 13

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 13

1.5.2 Manfaat Praktis ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Konsep ... 15

2.1.1 Film ... 15

2.1.2 Tokoh Utama ... 16

2.1.3 Karakter ... 18

2.2 Landasan Teori ... 20

2.3 Tinjauan Pustaka ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Metode Penelitian ... 28

3.2 Data dan Sumber Data ... 29

3.2.1 Data ... 29

(12)

xi

3.2.2 Sumber Data ... 30

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.4 Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Karakter Tokoh Utama ... 34

4.1.1 Karakter Yi Yao dalam Film Cry Me A Sad River ... 34

4.1.2 Karakter Jaya dalam Film My Little Baby, Jaya ... 61

4.2 Persamaan Karakter Tokoh Utama dalam Film Cry Me A Sad River dan Film My Little Baby, Jaya ... 81

4.3 Perbedaan Karakter Tokoh Utama dalam Film Cry Me A Sad River dan Film My Little Baby, Jaya ... 82

BAB V PENUTUP ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 87

DAFTAR LAMPIRAN ... 90

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakter Tokoh dalam Film Cry Me A Sad River dan Film My Little Baby Jaya ... 34 Tabel 2. Persamaan Karakter Tokoh Utama dalam Film Cry Me A Sad River

dan Film My Little Baby, Jaya ... 81 Tabel 3. Perbedaan Karakter Tokoh Utama dalam Film Cry Me A Sad River

dan Film My Little Baby, Jaya ... 82

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Karakter Pemurung Tokoh Yi Yao ... 35

Gambar 2 Karakter Pemurung Tokoh Yi Yao ... 36

Gambar 3 Karakter Pemurung Tokoh Yi Yao ... 37

Gambar 4 Karakter Pemurung Tokoh Yi Yao ... 38

Gambar 5 Karakter Pemurung Tokoh Yi Yao ... 38

Gambar 6 Karakter Pesimis Tokoh Yi Yao ... 40

Gambar 7 Karakter Pesimis Tokoh Yi Yao ... 42

Gambar 8 Karakter Pesimis Tokoh Yi Yao ... 44

Gambar 9 Karakter Pesimis Tokoh Yi Yao ... 44

Gambar 10 Karakter Iri Hati Tokoh Yi Yao ... 46

Gambar 11 Karakter Cuek Tokoh Yi Yao ... 49

Gambar 12 Karakter Cuek Tokoh Yi Yao ... 50

Gambar 13 Karakter Tidak Terbuka Tokoh Yi Yao ... 51

Gambar 14 Karakter Tidak Terbuka Tokoh Yi Yao ... 52

Gambar 15 Karakter Berani Tokoh Yi Yao ... 54

Gambar 16 Karakter Berani Tokoh Yi Yao ... 55

Gambar 17 Karakter Berani Tokoh Yi Yao ... 56

Gambar 18 Karakter Berani Tokoh Yi Yao ... 58

Gambar 19 Karakter Keras Kepala Tokoh Yi Yao ... 61

Gambar 20 Karakter Periang Tokoh Jaya ... 62

Gambar 21 Karakter Periang Tokoh Jaya ... 63

Gambar 22 Karakter Periang Tokoh Jaya ... 64

Gambar 23 Karakter Pembohong Tokoh Jaya ... 66

Gambar 24 Karakter Pintar Tokoh Jaya ... 67

Gambar 25 Karakter Ramah Tokoh Jaya ... 68

Gambar 26 Karakter Ramah Tokoh Jaya ... 69

Gambar 27 Karakter Mandiri Tokoh Jaya ... 71

Gambar 28 Karakter Pesimis Tokoh Jaya ... 72

(15)

Gambar 29 Karakter Pesimis Tokoh Jaya ... 73

Gambar 30 Karakter Tidak Terbuka Tokoh Jaya ... 75

Gambar 31 Karakter Tidak Terbuka Tokoh Jaya ... 76

Gambar 32 Karakter Penakut Tokoh Jaya ... 77

Gambar 33 Karakter Penakut Tokoh Jaya ... 79

Gambar 34 Karakter Penakut Tokoh Jaya ... 80

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata sas yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi, sedang tra berarti alat atau sarana (Teeuw, dalam Fananie, 2000:3). Sedangkan dalam pengertian saat ini, sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian ini kemudian ditambahkan dengan kata su yang berarti indah atau baik. Oleh sebab itu susastra dapat diartikan sebagai tulisan yang indah.

Sastra merupakan suatu karya fiksi yang berupa hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan dan mampu mengungkapkan aspek estetik, baik yang didasarkan pada aspek kebahasaan maupun aspek makna. Estetika bahasa biasanya diungkapkan melalui aspek puitik atau poetic function (surface structure) sedang estetika makna dapat terungkap melalui aspek deep structure (Fananie, 2002:6).

Esten yang dikutip Iswandari (2017:2) menyatakan, sastra atau kesusastraan dapat mengungkapkan fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia melalui bahasa sebagai mediumnya serta memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Sebagai sebuah karya fiksi, sastra mempunyai interpretasi yang lebih luas, tidak hanya sekadar cerita khayal ataupun angan-angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari

(17)

kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah setiap gagasan yang terdapat dalam pikirannya.

Karya sastra bersifat imajinatif/fiktif, yaitu suatu cerita rekaan yang berangkat dari daya khayal kreatif. Karya sastra juga bersifat intuitif yang mengutamakan faktor rasa. Imajinasi merupakan wilayah khusus, daerah otonom, yang tidak perlu dicocok-cocokkan dengan kenyataan. Walaupun sesuatu yang bersifat imajinatif tidak harus irrasional. Sesuatu yang bersifat imajinatif dapat terjadi dalam kehidupan nyata, karena bagaimanapun juga karya sastra merupakan refleksi kehidupan manusia.

Karya sastra terbagi dari dua bentuk, yaitu fiksi dan non fiksi. Sastra fiksi terdiri atas prosa, puisi, dan drama. Sedangkan sastra non-fiksi terdiri atas biografi, otobiografi, esai, dan kritik sastra. Salah satu bentuk karya sastra ialah film.

Dalam perkembangan karya sastra, film adalah gabungan dari audio dan visual yang digolongkan menjadi sebuah bagian dari karya sastra. Film merupakan sebuah gambar bergerak yang dapat disebut sebagai transformasi dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Di dalam sebuah film terdapat tokoh, perilaku, plot, dan cerita. Dengan kata lain, film melibatkan sejumlah orang untuk melakukan sesuatu dalam sebuah konteks yang diatur atau dirangkai dalam urutan logis, kronologis, sebab-akibat, dan sebagainya. Sebagai salah satu media massa paling populer dan berpengaruh, film tidak hanya memiliki nilai hiburan dan nilai komersial, tetapi juga mengandung nilai budaya.

Apabila dilihat dari realita yang ada, kebanyakan masyarakat lebih menikmati sebuah karya sastra berupa film dibandingkan dengan karya sastra

(18)

3

seperti novel. Hal tersebut disebabkan karena film lebih mudah dicerna oleh indra manusia. Selain itu durasi yang terdapat dalam sebuah film lebih singkat, berbanding terbalik dengan novel yang memerlukan waktu cukup lama untuk memahami isi atau makna yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya.

Karya sastra merupakan response (jawaban, tanggapan) terhadap karya sastra sebelumnya. Oleh karena itu, sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari rangkaian sejarah sastranya. Seringkali sebuah karya sastra baru mendapatkan makna hakikinya bila dijajarkan atau dipertentangkan dengan karya sastra sebelumnya. Seringkali karya sastra tersebut tercipta karena menanggapi, menyerap, dan mentransformasikan karya sastra sebelumnya.

Beberapa karya sastra memiliki persamaan dan perbedaan. Adanya persamaan dan perbedaan tersebut memunculkan studi untuk membandingkan sebuah karya sastra dengan karya sastra lainnya. Oleh sebab itu muncullah sastra bandingan sebagai suatu bidang yang mengkaji perbandingan dalam sastra.

Sastra bandingan adalah sebuah studi teks across cultural. Studi tersebut merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek tempat dan waktu. Melalui aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingkan dua atau lebih periode yang berbeda. Sedangkan dalam konteks tempat, sastra bandingan diikat menurut wilayah geografis sastra. Konsep ini mempresentasikan bahwa sastra bandingan memiliki kajian yang cukup luas.

Bahkan pada perkembangan selanjutnya konteks sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang yang lainnya (Endraswara, 2008:128).

(19)

Sastra bandingan merupakan kajian sastra di luar batas sebuah negara dan tentang hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu serta kepercayaan lain.

Pada dasarnya, baik studi interteks maupun sastra bandingan akan mencari dua hal, yakni: (1) affinity (pertalian, kesamaan) dan atau paralelisme serta varian teks satu dengan yang lain; (2) pengaruh karya sastra satu kepada karya sastra yang lainnya atau pengaruh sastra pada bidang lain dan sebaliknya.

Buku klasik, Theory of literature karya Renne Wellek dan Austin Warren yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia, menyebutkan berbagai versi mengenai sastra bandingan. Dalam praktiknya, istilah sastra bandingan menyangkut studi bandingan antara dua kesusastraan atau lebih.

Hakikat kajian sastra bandingan adalah mencari perbedaan atau kelainan, di samping persamaan atau pertalian antara dua atau lebih teks sastra. Studi banding ini umumnya membahas mengenai relasi di antara dua buah karya sastra yang berbeda budaya, namun memiliki kesejajaran baik dari segi maupun isi.

Tujuan sastra bandingan ialah: Pertama, untuk mengetahui pengaruh karya sastra satu dengan karya sastra yang lainnya dan atau pengaruh bidang lainnya dalam dunia sastra. Kedua, untuk mencari dan menentukan karya sastra yang benar-benar orinisinal dalam lingkup perjalanan sastra. Ketiga, untuk menghilangkan kesan bahwa karya sastra tertentu lebih baik dibandingkan dengan karya sastra nasional yang lainnya. Dalam kaitan ini karya sastra dipandang memiliki kedudukan yang setingkat. Setiap komunitas masyarakat mempunyai tradisi sastra yang memuat nilai-nilai tertentu. Keempat, untuk menemukan keragaman budaya yang terpantul dengan karya sastra satu dengan karya sastra

(20)

5

yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan buah pikiran manusia dari waktu ke waktu hingga terlihat perkembangan dan kemundurannya. Kelima, untuk memperkokoh keuniversalan konsep-konsep keindahan universal dalam sastra. Keenam, untuk menilai keindahan karya sastra dan kualitas karya-karya dari setiap negara.

Dalam perkembangannya, sastra bandingan memiliki pengertian dan ruang lingkup yang lebih luas. Hal ini terlihat pada aliran Amerika yang dipelopori oleh American School. Menurut aliran Amerika, sastra bandingan tidak hanya membandingkan karya-karya sastra maupun pengarangnya saja, tetapi juga membicarakan berbagai bidang lain, seperti kajian mengenai hubungan antara karya-karya sastra dengan ilmu pengetahuan, agama dan kepercayaan maupun dengan karya-karya seni lainnya. Sastra bandingan juga membicarakan tentang kajian mengenai teori, sejarah, dan kritik sastra yang melingkupi lebih dari satu sastra nasional. Sedangkan dalam aliran Perancis yang dipelopori oleh Jean-marie Carre, ruang lingkup sastra bandingan memiliki kajian yang lebih sempit. Karena dipandang sebagai cabang sejarah sastra, maka yang ditekankan oleh aliran ini adalah nilai historis hubungan dengan melihat adanya pengaruh mempengaruhi antara satu karya dengan karya lainnya, maupun antara seorang pengarang dengan pengarang lainnya.

Sastra bandingan tidak mempersoalkan apakah karya sastra yang dibandingkan merupakan karya sastra lisan atau tulisan. Suatu karya lisan, baik legenda, mite, ataupun saga dapat saja dibandingkan dengan karya sastra tulisan;

ataupun bisa saja karya sastra yang dibandingkan tersebut berupa karya sastra

(21)

lisan. Kasim (1996:26) menyatakan bahwa sastra bandingan merupakan suatu kajian yang mencakup perbandingan karya-karya sastra dari sastra nasional yang berbeda, hubungan antara karya-karya sastra dan ilmu pengetahuan, agama (kepercayaan), dan karya-karya seni serta pembicaraan mengenai teori, sejarah, dan kritik.

Berdasarkan pandangan Ridoean (dalam Endraswara, 2008:137), studi sastra bandingan yang menyangkut dua karya atau lebih hendaknya menekankan pada empat hal, yakni: (a) Pengaruh. Pengaruh adalah daya dukung pengarang atau karya sastra pada suatu negara kepada karya yang lain; (b) Penetrasi.

Penetrasi merupakan perembesan pengaruh satu karya sastra ke dalam karya sastra lainnya; (c) Reputasi. Reputasi lebih menekankan pada mutu seorang pengarang; (d) Popularitas. Popularitas menekankan pada aspek ketenaran karya, bukan pada mutu.

Kajian sastra bandingan tidak hanya bersifat membandingkan karya-karya sastra saja. Berdasarkan sifat kajian, Kasim (1996:28-36) membagi kajian sastra bandingan atas beberapa kelompok, di antaranya adalah:

1. Kajian bersifat komparatif. Kajian ini terutama dititikberatkan pada penelaahan teks karya-karya sastra yang dibandingkan, misalnya karya sastra A dengan karya sastra B, ataupun beberapa karya sastra seorang pengarang dengan satu atau lebih karya sastra seorang pengarang lainnya. Kajian yang bersifat komparatif dapat berbentuk kajian pengaruh (influence study) maupun kajian kesamaan (affinity study). Di samping itu, kajian yang bersifat

(22)

7

komparatif dapat mencakup kajian mengenai tema (thematic study) maupun kajian mengenai genre (generic study).

2. Kajian bersifat historis. Kajian ini lebih memusatkan perhatian pada nilai-nilai historis yang melatarbelakangi kaitan antara satu karya sastra dengan karya sastra lainnya ataupun antara satu kesusastraan dengan kesusastraan yang lain.

Aliran ini dapat berupa masuknya suatu buah pikiran, aliran, teori kritik sastra ataupun genre dari satu negara ke negara yang lain.

3. Kajian bersifat teoretis. Kajian ini menggambarkan tentang konsep, kriteria, batasan, ataupun aturan-aturan dalam berbagai bidang kesusastraan. Sebagai contoh adalah konsep-konsep mengenai berbagai aliran, kriteria genre/bentuk, teori-teori pendekatan/kritik sastra, teori kesusastraan secara umum, serta batasan-batasan yang berkaitan dengan masalah tema. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan dan membedakan antara satu istilah sastra dengan istilah lainnya serta menetapkan batasan suatu peristilahan.

4. Kajian bersifat antar-disiplin. Kajian ini tidak menelaah karya-karya sastra semata-mata, melainkan membicarakan hubungan antara isi karya sastra dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, agama/kepercayaan, dan dengan karya-karya seni. Dalam kajian ini titik tolak pembicaraan adalah karya sastra.

Materi yang bersifat non-sastra dipergunakan sebagai bantuan untuk memperjelas makna dari suatu karya sastra ataupun untuk mengetahui dasar pemikiran penulisnya.

Pada kesempatan ini, penulis menganalisis kajian yang bersifat komparatif dengan membandingkan karakter tokoh utama pada kedua film yang disutradarai

(23)

oleh orang yang berbeda dan berasal dari dua negara yang berbeda. Berdasarkan persamaan dan perbedaan karakter tokoh utama, maka film yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah dua film yang berjudul Cry Me A Sad River (2018) karya Luo-Luo dan film My Little Baby, Jaya (2017) karya Yoon Hak-Ryul.

Film yang berjudul Cry Me A Sad River karya Luo Luo, merupakan sebuah film bergenre drama yang lebih memfokuskan pada tindakan bullying di lingkungan sekolah. Film Cry Me A Sad River menceritakan tentang kehidupan gadis remaja bernama Yi Yao yang berasal dari keluarga kurang mampu. Min Ren yang berperan sebagai Yi Yao seringkali mendapatkan perlakuan buruk dari teman-teman sepermainannya. Ibu yang seharusnya menjadi tempatnya berlindung pun tidak pernah memedulikan keberadaannya. Karena berbagai konflik yang dihadapi oleh tokoh utama, ia akhirnya memilih bunuh diri untuk keluar dari setiap permasalahan yang dihadapinya.

Film Cry Me A Sad River dibintangi oleh Min Ren sebagai Yi Yao yang berperan sebagai tokoh utama, Vivian Wu sebagai Lin Huafeng yang berperan sebagai ibu dari tokoh utama, Yunlai Xin sebagai Gu Senxi, Yingbo Zhao sebagai Qi Ming yang berperan sebagai sahabat tokoh utama, Zhang Ruonan sebagai Gu Senxiang, dan Danni Zhu sebagai Tang Xiaomi, yaitu salah satu orang yang melakukan kekerasan kepada Yi Yao. Film Cry Me A Sad River memiliki banyak kesamaan dengan salah satu film Korea Selatan yang berjudul My Little Baby, Jaya karya Yoon Hak-Ryul.

Film My Little Baby, Jaya memiliki fokus permasalahan yang hampir sama dengan film Cry Me A Sad River. Film ini juga menceritakan tentang

(24)

9

tindakan bullying yang dialami oleh seorang gadis remaja bernama Jaya. Ia terlahir dari keluarga kurang mampu dan memiliki seorang ayah yang merupakan salah satu penyandang celebral palsy. Jaya dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh ayahnya. Namun kehidupannya berubah saat memasuki Sekolah Menengah Atas. Jaya kerap mendapatkan perlakuan sadis dari teman-teman sekelasnya.

Akibat dari tindakan bullying tersebut, Jaya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari atas gedung.

Film My Little Baby, Jaya diperankan oleh Oh Ye-Sul sebagai Jaya yang berperan sebagai tokoh utama, Kim Jung-Kyoon sebagai Won-Sool yang berperan sebagai ayah dari tokoh utama, Hwang Do-Won sebagai Min-Kyeong yang berperan sebagai sahabat Jaya, Park Na-Ye sebagai Bo-Ra, yaitu salah satu orang yang melakukan bullying kepada Jaya, dan Lee Cheol-Hee sebagai Yoo-Jeong.

Hal yang menarik untuk diteliti dari film Cry Me A Sad River dan film My Little Baby Jaya adalah pemaparan dan pendeskripsian sifat atau karakter yang dimiliki oleh tokoh utama dalam menghadapi tindakan bullying di lingkungan sekolah. Kedua tokoh utama dari masing-masing film memiliki kemiripan atau kesamaan karakter, diantaranya ialah sama-sama berani untuk membela diri mereka di hadapan orang-orang yang telah merendahkan mereka. Yi Yao dalam film Cry Me A Sad River dan Jaya dalam film My Little Baby, Jaya juga memiliki karakter yang mudah putus asa. Hal tersebut dapat dibuktikan dari tindakan mereka yang memilih melakukan bunuh diri untuk keluar dari setiap permasalahannya. Selain memiliki karakter yang sama, kedua tokoh utama dari masing-masing film juga mempunyai beberapa perbedaan karakter, diantaranya

(25)

ialah Yi Yao dalam film Cry Me A Sad River merupakan sosok yang pemurung, temperamental, dan pemalu. Karakter tersebut tentunya bertolak belakang dengan Jaya yang memiliki karakter ceria, tenang, dan aktif.

Melalui pendekatan sastra bandingan, maka penulis mengangkat objek penelitian mengenai perbandingan karakter tokoh utama sebagai topik masalah dalam penelitian skripsi. Kajian mengenai penokohan merupakan kajian yang luas dan memberikan banyak kemungkinan dalam menelaah karya-karya sastra.

Sebagai salah satu unsur intrinsik dalam karya sastra, penokohan didukung oleh unsur-unsur lain seperti tema, alur, dan sudut pandang dalam cerita. Untuk menilai karakter tokoh dapat dilihat dari apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan (Abrams, dalam Fananie, 2000:87).

Tokoh dalam film memiliki peran yang berbeda, yang pertama ialah tokoh yang berperan sebagai pemeran utama, dan yang kedua ialah tokoh yang berperan sebagai pemeran pembantu. Kedua peran tersebut memiliki fungsi yang berbeda, sehingga pengelompokan karakter tokoh juga memiliki standar yang berbeda (Guanghui, 2017:1).

Tokoh-tokoh dalam film tidak saja berfungsi untuk memainkan sebuah cerita, tetapi juga berperan dalam menyampaikan ide, motif, plot, dan tema.

Penokohan merupakan satu bagian yang penting dalam membangun sebuah cerita.

Konflik-konflik yang terdapat di dalam suatu cerita mendasari terjalinnya suatu plot, pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari tokoh-tokohnya, baik yang bersifat protagonis maupun antagonis. Oleh karena itu, kemampuan pengarang dalam

(26)

11

mendeskripsikan karakter tokoh cerita dapat dipakai sebagai indikator kekuatan sebuah cerita fiksi.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada film Cry Me A Sad River dan film My Little Baby, Jaya, penulis menemukan banyak kemiripan atau persamaan karakter pada tokoh utama. Alasan penulis memilih kajian bidang penokohan pada penelitian ini ialah karena penulis merasa tertarik pada karakter kedua tokoh utama yang memiliki sifat mudah putus asa. Kedua film tersebut menceritakan tentang tindakan bullying yang dilakukan di lingkungan sekolah.

Min Ren yang berperan sebagai Yi Yao pada film Cry Me A Sad River dan Oh Ye-Seol yang berperan sebagai Jaya pada film My Little Baby, Jaya memilih melakukan bunuh diri sebagai jalan keluar dari setiap permasalahannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis, maka penulis memberi judul “Analisis Perbandingan Karakter Tokoh Utama Pada Film Cry Me A Sad River Karya Luo Luo dan Film My Little Baby, Jaya Karya Yoon Hak-Ryul”.

1.2 Rumusan Masalah

Agar masalah yang dibahas tidak terlalu luas dan tetap terfokus pada satu arah maka diperlukan suatu perumusan masalah. Adapun rumusan masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakter tokoh utama dalam film Cry Me A Sad River dan film My Little Baby, Jaya?

2. Bagaimana persamaan karakter tokoh utama dalam film Cry Me A Sad River dan film My Little Baby, Jaya?

(27)

3. Bagaimana perbedaan karakter tokoh utama dalam film Cry Me A Sad River dan film My Little Baby, Jaya?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah diperlukan agar ruang lingkup masalah tidak melebar dan hanya terfokus pada tujuan yang ingin dicapai. Pada penelitian ini, fokus kajian yang ingin dibahas adalah unsur intrinsik. Salah satu unsur intrinsik yang membangun sebuah cerita dalam karya sastra adalah karakter atau penokohan.

Karakter atau penokohan merupakan cara pengarang dalam menunjukkan tokoh- tokoh dalam sebuah cerita atau film sehingga dapat diketahui karakter pada tokoh tersebut.

Agar penelitian dapat berjalan dengan sistematis dan relevan, penulis merasa perlu untuk memberikan batasan masalah. Pembatasan dalam penelitian ini adalah: Perbandingan Karakter Tokoh Utama dalam Film Cry Me A Sad River karya Luo Luo dan Film My Little Baby, Jaya karya Yoon Hak-ryul yang ditinjau dengan menggunakan pendekatan intertekstualitas.

1.4 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian memiliki sebuah alasan dan tujuan mengapa penelitian tersebut dilakukan. Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan karakter tokoh utama dalam film Cry Me A Sad River dan film My Little Baby, Jaya.

2. Mendeskripsikan persamaan karakter tokoh utama dalam film Cry Me A Sad River dan film My Little Baby, Jaya.

(28)

13

3. Mendeskripsikan perbedaan karakter tokoh utama dalam film Cry Me A Sad River dan film My Little Baby, Jaya.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1.5.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian analisis perbandingan karakter tokoh utama dalam film Cry Me A Sad River dan My Little Baby, Jaya ialah:

1. Menambah pengetahuan dan daya nalar dalam kajian sastra bandingan antara dua karya sastra yaitu film.

2. Memberi gambaran tentang perbandingan tokoh utama dalam film Cry Me A Sad River dan My Little Baby, Jaya.

3. Menjadi salah satu rujukan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai sastra bandingan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian analisis perbandingan karakter tokoh utama dalam film Cry Me A Sad River dan My Little Baby, Jaya ialah:

1. Menambah pemahaman dan wawasan mahasiswa serta masyarakat tentang kajian sastra bandingan .

(29)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah serta membantu para peneliti berikutnya dalam penelitiannya ataupun dijadikan sebagai referensi atau rujukan dalam membantu peneliti.

(30)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berfungsi untuk memaparkan konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, landasan teori yang digunakan untuk memperkuat penelitian dan penelitian terdahulu yang signifikan. Berikut penjelasan dari ketiga bagian tersebut.

2.1 Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konsep digunakan untuk menggambarkan ataupun mengungkapkan suatu topik pembahasan yang telah dipilih dari kerangka teori untuk dijadikan sebagai dasar masalah penelitian. Dalam penelitian ini akan dipaparkan beberapa konsep, yaitu film, tokoh, dan karakter.

2.1.1 Film

Film merupakan suatu bentuk komunikasi massa elektronik berupa media audio visual yang mampu menampilkan kata-kata, bunyi, citra, dan kombinasi yang berfungsi sebagai alat penyampai di era modern. Sumarno (dalam Larassati, 2017:14) menyatakan bahwa film yang baik harus penuh dengan nilai-nilai yang memperkaya batin penontonnya.

Film berperan sebagai sarana yang berfungsi untuk menyebarkan hiburan serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum (McQuail, dalam Oktavianus, 2015:3). Secara umum

(31)

film dapat dibagi berdasarkan beberapa hal. Pertama, film dibagi berdasarkan media, yaitu layar lebar dan layar kaca. Kedua, film dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu film non fiksi dan film fiksi. Film fiksi merupakan suatu tayangan audio visual yang jalan ceritanya dikarang oleh manusia, dengan kata lain film fiksi adalah film yang kisahnya tidak benar-benar terjadi atau tidak didasarkan pada kejadian nyata. Film non-fiksi merupakan film yang diilhami oleh suatu kejadian yang benar-benar terjadi atau nyata. Untuk menambah daya tarik penonton, film non-fiksi dapat didukung dengan cara memasukkan unsur-unsur sinematografis dengan penambahan efek-efek suara, musik, cahaya, komputerisasi, serta skenario yang disusun sedemikian rupa, hal tersebut berfungsi agar setiap gerakan dan perkataannya mengandung makna serta memiliki pesan moral yang sangat mendalam bagi para penikmatnya.

Sumarno yang dikutip Larassati (2017:15) menyatakan bahwa film fiksi bersifat komersial, artinya dipertunjukkan di bioskop dengan menggunakan karcis dengan harga tertentu atau diputar di televisi dengan berbagai dukungan dari sponsor iklan tertentu. Sedangkan film non-fiksi adalah film yang didasarkan pada kenyataan, yaitu merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan.

2.1.2 Tokoh Utama

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, dalam Ismawati, 2013:70).

Tokoh dapat berupa individu yang memiliki sifat yang dikenal oleh penonton atau memiliki sifat seperti yang dimiliki penonton. Tokoh dibagi menjadi dua jenis, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan. Terkait dengan tokoh adalah penokohan,

(32)

17

yakni penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh oleh pengarangnya.

Dalam hal ini tokoh dapat diklasifikasikan menjadi tokoh datar dan tokoh bulat.

Tokoh datar adalah tokoh yang bersifat dua dimensional; tokoh jenis ini biasanya sangat sederhana dan tidak banyak menampilkan perkembangan pribadi.

Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki temperamen dan motivasi yang kompleks; tokoh jenis ini biasanya memiliki keistimewaan dan mampu memberikan kejutan (surprise) kepada pembaca (Abrams, dalam Ismawati, 2013:71).

Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peranan penting dalam sebuah film. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai perilaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Dalam mengambil peranan film, kemunculan tokoh utama lebih banyak dibandingkan dengan tokoh yang lain.

Tokoh bertindak sesuai alur cerita yang tentu terjadi karena adanya sebab akibat.

Oleh sebab itu menelusuri jalannya cerita sama halnya dengan mengikuti perkembangan tokoh melalui tindakan-tindakannya.

Mochtar Lubis yang dikutip Ismawati (2013:71) melukiskan beberapa cara menampilkan tokoh dalam sebuah cerita, yakni:

1. Physical description, pengarang secara langsung melukiskan fisik atau jasmani tokoh.

2. Portrayal of thought stream or of conscious thought, pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh maupun yang melintas di dalam pikirannya.

3. Reaction to events, pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap peristiwa yang dialami.

(33)

4. Direct author analysis, pengarang secara langsung menganalisis watak tokoh. Description of environment, pengarang melukiskan situasi di sekitar tokoh. Reaction of others to character, bagaimana pandangan atau tanggapan tokoh bawahan terhadap tokoh utama. Melalui pandangan atau tanggapan tokoh bawahan tersebut pembaca dapat memperkirakan watak tokoh utama. Conversation of others about character, tokoh-tokoh bawahan membicarakan keadaan tokoh utama. Dari dialog antar tokoh tersebut penonton akan dapat menarik kesimpulan tentang karakter tokoh utama.

Tokoh-tokoh cerita dalam film hadir sebagai seseorang yang berjati diri, bukan sebagai sesuatu yang tanpa karakter. Melalui karakter tersebut kemudian dapat dibedakan antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya. Oleh sebab itu karakter seorang tokoh sangat penting untuk diketengahkan, karena melalui itulah identitas seorang tokoh akan dikenali. Kualitas jatidiri tidak semata-mata berkaitan dengan ciri fisik, melainkan terlebih berwujud kualitas non-fisik.

Berdasarkan hal tersebut tokoh cerita dapat dipahami sebagaikumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang membedakan karakter setiap tokoh (Lukens, dalam Nurgiyantoro, 2005:223).

2.1.3 Karakter

Terma karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu. Dalam sebuah cerita dapat

(34)

19

ditemukan satu karakter utama, yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Untuk menilai karakter tokoh dapat dilihat dari apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan (Abrams, dalam Fananie, 2000:87). Identifikasi tersebut didasarkan pada konsistensi atau keajegannya, dalam artian konsistensi sikap, moralitas, perilaku, dan pemikiran dalam memecahkan, memandang, dan bersikap dalam menghadapi setiap peristiwa.

Karakter pelaku cerita fiksi dapat muncul dari sejumlah peristiwa dan bagaimana reaksi tokoh tersebut pada peristiwa yang dihadapi (Daiches, dalam Fananie, 2000:87). Peristiwa yang terangkai dalam cerita pada hakikatnya merupakan sebuah rangkaian plot. Oleh sebab itu, karakter pelaku tidak dapat dilepaskan dari plot cerita. (Frye, dalam Fananie, 2000:87), menyatakan bahwa penghadiran karakter pelaku (tokoh cerita) merupakan fungsi-fungsi plot.

Kendati pemunculan karakter tokoh tidak dapat dilepaskan dari rangkaian peristiwa, model mengekspresikan karakter tokoh yang digunakan oleh pengarang dapat bermacam-macam, diantaranya ialah:

1) Tampilan fisik. Pengarang dapat mengungkapkan karakter tokoh melalui gambaran fisikalnya, termasuk uraian mengenai ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh tokoh. Dalam hal ini pengarang menguraikan secara rinci perilaku, latar belakang, keluarga, dan kehidupan tokoh pada bagian awal cerita. Dengan kata lain, watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita sudah dianalisis dan dideskripsikan oleh pengarang. Untuk menilai apakah fisik tokoh sesuai dengan karakter yang dimainkan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti tinggi badan, bentuk dahi, dagu, mulut, mata, tangan, kaki, dan sebagainya. Di

(35)

satu sisi, interpretasi fisik dapat menggambarkan perilaku, meskipun perilaku tersebut tidak dapat diungkapkan secara langsung oleh pengarang.

2) Pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan karakter tokohnya.

Karakter dibangun melalui kebiasaan berpikir, cara pengambilan keputusan dalam menghadapi setiap peristiwa, perjalanan karir, dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lain, termasuk komentar dari tokoh yang satu ke tokoh yang lainnya. Karena untuk menggambarkan karakter tokoh dalam model ini tidak dapat dilihat hanya dari satu peristiwa dalam satuan waktu tertentu, melainkan harus dilihat dari sekuen peristiwa secara keseluruhan (Daiches, dalam Fananie, 2000:90). Dalam hal ini pengarang mencoba menggambarkan tokoh utama melalui dialog antar tokoh dan kemudian membuat satu presentasi state of mind tahap demi tahap yang dihubungkan dalam satuan- satuan peristiwa. Watak tokoh yang diungkapkan pengarang mengalir seirama dengan situasi yang dihadapi para tokoh, seperti bagaimana tokoh-tokoh tersebut menghadapi persoalan-persoalan tertentu, bagaimana pola pemikiran, konsistensi sikap, arus kesadaran, perubahan emosional, serta bahasa yang digunakan dalam setiap peristiwa yang dihadapi.

2.2 Landasan Teori

Dalam menganalisis objek penelitian ini digunakan teori intertekstual.

Penelitian intertekstual merupakan bagian dari sastra bandingan. Interteks memiliki kajian yang lebih sempit daripada sastra bandingan. Interteks diartikan sebagai jaringan untuk menghubungkan satu teks dengan teks yang lain, maka

(36)

21

sastra bandingan memiliki kajian yang lebih luas. Sastra bandingan dapat melebar ke arah bandingan antara sastra dengan bidang lain di luar sastra.

Asumsi paham interteks adalah bahwa teks sastra tidak dapat berdiri sendiri. Sebuah teks dibangun berdasarkan teks yang lainnya. Ketika mengekspresikan karyanya pengarang telah meresepsi karya yang telah ada sebelumnya. Hanya saja kasus interteks dapat terjadi secara vulgar dan secara halus, hal tersebut tergantung pada keahlian pengarang dalam menyembunyikan atau bahkan ingin menampakkan karya orang lain dalam karyanya.

Pemerhati interteks dan sastra bandingan kurang lebih sama. Baik interteks maupun sastra bandingan bertujuan untuk melacak orisinalitas sebuah teks sastra.

Jika karya sastra semakin tidak memuat teks lain, berarti fungsi kreativitas sangat tinggi. Pencipta telah memanfaatkan kemampuan berkreasi sehingga seakan-akan tidak ada teks lain yang muncul di dalamnya. Namun, jika peneliti interteks dan sastra bandingan sangat jeli, maka apa yang disembunyikan oleh pencipta atau teks lain dapat terungkap.

Sebagaimana Culler yang dikutip Endraswara (2008:132) menyatakan bahwa studi intertekstualitas akan membawa peneliti memandang teks-teks pendahulu sebagai sumbangan pada suatu kode yang memungkinkan efek signification, yaitu pemaknaan yang bermacam-macam. Melalui pemaknaan yang bermacam-macam tersebut akan ditemukan sebuah makna yang asli. Namun demikian, melalui studi interteks peneliti mampu memilih dan memilahkan, mana karya sastra yang paling dekat dengan asli dan mana yang telah bergeser.

(37)

Prinsip dasar intertekstualitas (Pradopo, dalam Endraswara, 2008:133) adalah karya hanya dapat dipahami maknanya secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain yang menjadi hipogram. Hipogram adalah karya sastra terdahulu yang dijadikan sandaran berkarya. Dengan kata lain, hipogram merupakan induk yang akan menetaskan karya-karya baru. Dalam hal ini peneliti, peneliti sastra berusaha membandingkan antara karya induk dengan karya yang baru. Namun tidak ingin mencari keaslian sehingga menganggap bahwa karya induk adalah karya yang lebih hebat. Studi interteks justru ingin mengetahui seberapa jauh tingkat kreativitas pengarang.

Endraswara (2003:132) menyatakan bahwa hipogram karya sastra meliputi:

1. Ekspansi yaitu perluasan atau pengembangan karya.

2. Konversi yaitu pemodifikasian kalimat ke dalam karya baru

3. Modifikasi adalah perubahan tataran linguistic, manipulasi urutan kata dan kalimat. Pengarang dapat mengganti nama tokoh, namun tema dan alur ceritanya sama.

4. Ekserp adalah intisari dari unsur atau episode dalam hipogram yang disadap oleh pengarang.

Hubungan interteks terjadi tidak hanya terjadi pada karya yang satu bahasa.

Interteks dapat melebar atau meluas ke sastra yang lainnya. Asalkan pengarang mengetahui dan memahami bahasa karya sastra lain, maka interteks dapat terjadi.

Melalui teori intertekstualitas, akan terlihat bahwa karya berikutnya merupakan response pada karya-karya yang telah ada sebelumnya.

(38)

23

Dalam menganalisis penggambaran karakter utama dan ciri-ciri karakter pada penelitian ini, penulis menggunakan teori Robert Stanton (1965: 18) tentang bagaimana menganalisis karakter. Stanton mengategorikan beberapa cara dalam menganalisis karakter, yaitu:

a. Menurut perkataan tokoh

Melalui perkataan tokoh, kita dapat menilai karakter seseorang. Hal itu ditunjukkan ketika tokoh tersebut berbicara atau pada saat ia menyatakan pendapatnya.

b. Tingkah laku tokoh

Penulis bisa menggambarkan tingkah laku seseorang melalui kebiasaan atau keistimewaan yang sering dilakukannya umtuk memberitahu penonton bagaimana karakter tokoh utama dalam sebuah cerita.

c. Percakapan antar tokoh

Penulis dapat memberikan pembaca beberapa petunjuk tentang karakter seseorang melalui pembicaraannya dengan orang lain dan hal yang mereka katakan juga ketika orang-orang berbicara tentang orang lain, hal-hal yang mereka katakan sering memberikan petunjuk tentang karakter seseorang saat berbicara.

d. Tindakan tokoh

Penulis memberikan petunjuk pada pembaca tentang karakter seseorang

(39)

dengan cara menggambarkan kepada pembaca tentang bagaimana reaksi seseorang terhadap situasi dan kondisi tertentu.

2.3 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini peneliti memperoleh referensi dari penelitian- penelitian terkait yang sudah pernah diteliti oleh para peneliti sastra ataupun peneliti dan pembelajar ilmu sastra yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis. Tinjauan pustaka berfungsi untuk mengetahui keaslian suatu karya ilmiah karena suatu penelitian pada dasarnya berasal dari acuan yang mendasarinya untuk menghindari persamaan dari penelitian yang lainnya. Adapun penelitian-penelitian yang relevan pada penelitian ini pastinya memberikan kontribusi terhadap penelitian yang akan dilakukan. Penelitian relevan tersebut adalah:

Rizki Fara (2019) dalam penelitian skripsinya yang berjudul Perbandingan Karakter Tokoh Utama Pada Novel Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1990 Karya Pidi Baiq dan Novel Dear Nathan Karya Erisca Febriani.

Membahas tentang unsur struktural dan perbandingan karakter tokoh utama pada novel Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq dan novel Dear Nathan karya Erisca Febriani. Kedua novel tersebut bercerita tentang perjuangan laki-laki dalam meluluhkan hati perempuan yang dicintainya dengan berbagai macam keunikan yang terjadi pada zamannya. Fara menjelaskan bahwa penelitian ini berfokus pada pembahasan karakter tokoh utama, Dilan dan Nathan yang memiliki berbagai persamaan karakter, di antaranya selalu memperlakukan perempuan dengan spesial, menjunjung tinggi nilai kehormatan perempuan, serta

(40)

25

menghormati ibu dengan cara menuruti seluruh perkataannya. Dalam menganalisis unsur struktural dan perbandingan karakter tokoh utama dalam novel, penulis menggunakan teori struktural fiksi yang meliputi (1) alur (2) perwatakan (3) latar (4) sudut pandang pengarang (5) gaya bercerita dan nada atau intonasi (6) struktur dan teknik, (7) tema. Penulis juga menggunakan metode sastra bandingan untuk mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dari kedua novel tersebut.

Data yang berfungsi untuk memenuhi fakta didapatkan dari penelitian di perpustakaan. Segala referensi yang mendukung penelitian ini dikumpulkan dan diseleksi, termasuk di dalamnya biografi sang penulis novel. Penelitian ini memberikan kontribusi pada penelitian yang penulis lakukan dalam hal yang berkaitan dengan karakter tokoh, karena penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan pendekatan sastra bandingan dengan membandingkan karakter tokoh utama pada kedua film.

Alisha Tamara Putri Alisjahbana (2018) dalam penelitian skripsinya yang berjudul Analisis Karakter Tokoh Utama dalam Film Hachiko Monogatri (Kajian Psikologi Sosial) mendeskripsikan tentang karakter tokoh utama yang terdapat dalam film Hachiko Monogatri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode menyimak, yaitu dengan mencermati, mencari, dan mencatat data berupa struktur fiksi dan tahapan kepribadian yang terkandung dalam film tersebut. Penelitian ini memiliki kaitan hubungan pada objek yang dilakukan oleh penulis, dan juga memiliki kesamaan dalam hal menganalisis salah satu unsur intrinsik pada karya sastra, yaitu karakter tokoh. Penelitian ini memiliki relevansi pada penelitian yang dilakukan oleh penulis.

(41)

Nurfadilla (2018) dalam jurnalnya yang berjudul Perbandingan Karakter Tokoh Utama Novel Hujan dan Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye. Kedua novel tersebut menceritakan tentang kehidupan seorang gadis yatim piatu yang tetap semangat menjalani kehidupannya meskipun tidak memiliki orang tua. Novel Hujan dan Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye memiliki persamaan karakter pada tokoh utamanya yaitu Lail dan Tania. Persamaan karakter yang ditemukan oleh penulis Nurfadilla pada kedua tokoh tersebut ialah; religius, patuh, rajin, dan semangat.

Selain memiliki persamaan karakter, kedua tokoh utama juga memiliki perbedaan karakter, di antaranya ialah; Lail memiliki sifat yang sopan, ikhlas, mau menolong, dan selalu berpikiran positif. Sedangkan Tania memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan Lail, yakni tidak sopan, tidak ikhlas, tidak mau menolong, dan selalu berpikiran negatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini relevansi dalam metode penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitiannya.

Bayu Setyaningrum (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Karakter Tokoh Utama dalam Film Surat Cinta Untuk Kartini. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakter tokoh utama Kartini dan karakter tokoh utama rekaan Sarwadi yang dilihat dari karakter tiga dimensi, yaitu tipologi tokoh, metode langsung, dan metode tidak langsung. Masing-masing dari metode tersebut dapat membantu menganalisis karakter tokoh dengan unsur pembangun yang dilihat dari bentuk fisik tokoh, pakaian yang dikenakan tokoh, latar belakang tokoh, lingkungan tempat tinggal, pekerjaan, pergaulan tokoh, agama, serta

(42)

27

tindakan tokoh. Penelitian skripsi ini dapat memberi kontribusi penulis dalam menganalisis karakter tokoh utama pada penelitiannya.

Poni Ernis (2018) dalam jurnalnya yang berjudul Perbandingan Karakter Tokoh Utama Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis dan Belenggu Karya Armin Pane menganalisis kedua novel dengan menggunakan pendekatan sastra bandingan ataupun yang disebut dengan studi komparatif dengan cara membandingkan dua atau lebih karya sastra. Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yang berbentuk kata- kata. Penelitian ini memiliki relevansi dalam metode penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitiannya, selain itu penelitian ini memberikan kontribusi pada penulis dalam hal pendekatan kajian sastra bandingan atau analisis komparatif yang juga dipakai penulis pada penelitian yang dilakukan.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metodologi adalah ilmu tentang kerangka kerja untuk melaksanakan penelitian yang bersistem; sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu; studi atau analisis teoretis mengenai suatu cara/metode; atau cabang ilmu logika yang berkaitan dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan (knowledge).

Menurut Arief Furchan (dalam Prastowo, 2016:18), metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Hal ini merupakan rencana pemecahan bagi persoalan yang sedang diteliti. Tak satu pun metode penelitian yang ada sekarang selalu lebih baik daripada metode penelitian yang lainnya.

Metode yang digunakan dalam suatu penelitian ditentukan oleh sifat persoalan dan jenis data yang diperlukan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, dalam Prastowo, 2016:202). Maksud "pada masa sekarang" di sini merupakan sebuah gambaran bahwa perspektif waktu yang dijangkau dalam penelitian ini adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah

(44)

29

mendeskripsikan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan, bukan untuk menguji hipotesis (Arikunto, dalam Prastowo, 2016:204).

Menurut Surakhmad yang dikutip Prastowo (2016:202), penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah pada masa sekarang. Metode penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Di antaranya adalah penelitian yang menuturkan, menganalisis, dan mengklasifikasi penelitian dengan teknik survei, wawancara, angket, observasi, tes, studi kasus, studi komparasi, atau studi operasional.

Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan tersebut dilakukan. Dalam penelitian ini, tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, sebagaimana terdapat dalam penelitian eksperimen, dan tidak ada pula pengujian hipotesis. Penelitian deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya.

Langkah-langkah ini sebagai berikut: Pengumpulan data, menganalisis data, menginterprestasi data, dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data tersebut.

3.2 Data dan Sumber Data 3.2.1 Data

Data adalah keterangan yang benar dan nyata, atau keterangan yang dapat dijadikan sebagai dasar kajian yang didapatkan oleh penulis. Data yang terdapat dalam penelitian ini berupa kata, kutipan, serta kalimat yang terdapat pada film Cry Me A Sad River dan My Little Baby, Jaya.

(45)

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua buah film yang berjudul Cry Me A Sad River karya Luo Luo dan My Little Baby, Jaya karya Yoon Hak-ryul yang dijadikan sebagai sumber data primer.

Adapun kedua film tersebut akan dipaparkan secara terperinci:

1. Film Cry Me A Sad River Karya Luo Luo:

 Judul Film : Cry Me A Sad River

 Sutradara : Luo Luo

 Produser : Yonghuan Sun

 Skenario : Luo Luo, Guo Jingming

 Tanggal rilis : 21 September 2018

 Bahasa : Mandarin

 Durasi : 1 Jam 45 Menit

 Genre : Drama

(46)

31

2. Film My Little Baby, Jaya karya Yoon Hak-Ryul:

 Judul Film : My Little Baby, Jaya

 Sutradara : Yoon Hak-Ryul

 Produser : Hyang-Cheol Lee

 Skenario : Yoon Hak-Ryul, Kim Yeon-Ho

 Tanggal rilis : 20 April 2017

 Bahasa : Korean

 Durasi : 1 Jam 42 Menit

 Genre : Drama

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian. Selain data primer, terdapat sumber data sekunder pada penelitian ini. Data sekunder ialah data-data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari

(47)

sumber yang telah ada. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku- buku yang berhubungan dengan sastra bandingan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Noor (2011:138) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara mengumpulkan data dapat menggunakan teknik:

wawancara (interview), angket (questionnaire), pengamatan (observation), studi pustaka, dan Focus Group Discussion (FGD).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik penelitian kepustakaan atau studi pustaka. Teknik studi pustaka adalah penelitian atau penyelidikan terhadap semua buku, karangan, dan tulisan mengenai suatu bidang ilmu, topic, gejala, kejadian (Moeliono, dalam Iswandari, 2017:30). Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Menonton jalan cerita serta menentukan tokoh utama yang tepat pada film Cry Me A Sad River dan My Little Baby, Jaya.

2. Mengelompokkan sifat dan karakter tokoh utama pada film Cry Me A Sad River dan My Little Baby, Jaya dengan menyimak dialog pada monolog film.

3. Mencatat percakapan atau dialog dalam film yang berhubungan dengan kajian bidang penokohan.

4. Memasukkan data ke dalam kertas kerja penelitian untuk selanjutnya dianalisis berdasarkan landasan teori.

(48)

33 3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini ialah sastra bandingan, yaitu model analisis dengan cara membandingkan antara karya sastra satu dengan karya sastra yang lainnya. Hal tersebut dilakukan melalui analisis persamaan dan perbedaan karakter tokoh utama pada kedua film tersebut. Analisis data pada penelitian ini juga menggunakan pendekatan intrinsik yang merupakan salah satu bagian dari pendekatan sastra bandingan yakni pendekatan karakter tokoh dengan cara menganalisis bagaimana tingkah laku tokoh utama melalui alur atau jalan cerita yang tersuguh dari kedua karya sastra tersebut. Adapun analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengelompokkan data-data yang berhubungan dengan masalah penelitian.

2. Membaca dan mencatat keseluruhan data yang sudah diidentifikasi.

3. Menganalisis karakter tokoh yang terdapat pada film Cry Me A Sad River dan My Little Baby, Jaya dengan menggunakan teori sastra bandingan.

4. Membandingkan data-data dengan mencari persamaan dan perbedaan karakter tokoh utama pada film Cry Me A Sad River dan My Little Baby, Jaya.

5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil temuan persamaan dan perbedaan karakter tokoh utama pada film Cry Me A Sad River dan My Little Baby, Jaya

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang hasil dan pembahasan dari analisis Perbandingan Karakter Tokoh Utama Pada Film Cry Me A Sad River karya Luo Luo dan Film My Little Baby, Jaya karya Yoon Hak-Ryul yang merupakan jawaban atas permasalahan yang telah dibahas dalam bab Pendahuluan.

Dengan menggunakan pendekatan intertekstualitas yang menganalisis salah satu unsur intrinsik, yaitu karakter tokoh. Dari data yang dikumpulkan, penulis menganalisis karakter tokoh yang terdapat pada kedua film dengan melihat persamaan dan perbedaan kedua film tersebut.

Karakter Tokoh dalam Film Cry Me A Sad River dan Film My Little Baby, Jaya

Karakter Tokoh Yi Yao dalam Film Cry Me A Sad River

Karakter Tokoh Jaya dalam Film My Little Baby, Jaya

Pemurung Ceria

Pesimis Pembohong

Iri Hati Pintar

Cuek Ramah

Tidak Terbuka Mandiri

Berani Pesimis

Keras Kepala Tidak Terbuka

Penakut Tabel 1

4.1 Karakter Tokoh Utama

4.1.1 Karakter Yi Yao dalam film Cry Me A Sad River

Yi Yao adalah seorang gadis remaja yang berperan sebagai tokoh utama dalam film Cry Me A Sad River. Yi Yao merupakan siswi kurang mampu yang seringkali mendapat tindak bullying dari teman-temannya. Hal tersebut bermula

(50)

35

dari kabar tidak baik dari salah satu teman sekelas Yi Yao yang menceritakan kepada semua orang jika Yi Yao terkena penyakit seksual. Oleh karena kejadian itulah Yi Yao mulai dijauhi dan dirudung oleh teman-temannya.

Berikut karakter yang dimiliki oleh Yi Yao.

1. Pemurung

Pemurung adalah orang yang sering menampakkan wajah sedihnya kepada orang lain. Seseorang yang memiliki karakter pemurung cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya dan tidak terlalu banyak bicara.

Karakter pemurung ditunjukkan tokoh Yi Yao pada peristiwa di mana ia sedang memegang sebuuah kertas dengan wajah yang sedih, dan mata berkaca- kaca. Ia menyandarkan punggungnya sembari memikirkan suatu hal yang membebani pikirannya.

Hal ini dapat dilihat pada menit ke 17:30.

Gambar 1 Karakter Pemurung Tokoh Yi Yao

(51)

Karakter pemurung Yi Yao juga terlihat pada peristiwa ketika ia memangku dagunya di atas tangan yang dilipat di atas meja. Yi Yao menekuk wajahnya dengan sorotan mata yang lemah.

Peristiwa ini dapat dilihat pada menit ke 22:17.

Gambar 2 Karakter Pemurung Tokoh Yi Yao

Tokoh Yi Yao terlihat murung saat sedang bersama Sun Xi, teman laki- laki yang baru saja ia kenal. Yi Yao menekuk wajahnya dengan tatapan lurus ke depan sembari mengucapkan kalimat yang terdapat pada dialog berikut:

“人们看见糟糕的东西都想要躲远,只有看见美好的东西才想 要靠近。”

“Manusia melihat hal buruk, lalu menghindarinya. Manusia melihat hal yang baik, lalu mendekatinya.”

Kalimat tersebut sangat mewakili perasaan Yi Yao. Semua orang merudung dan menjauhinya karena ia terkena penyakit menular seksual. Mereka juga menyebut Yi Yao sebagai virus.

(52)

37 Hal ini dapat dilihat pada menit ke 45:13.

Gambar 3 Karakter Pemurung Tokoh Yi Yao

Tokoh Yi Yao juga tampak murung saat tengah duduk di tepi laut. Ia memandang lurus ke depan dengan wajah yang sedih. Ia baru saja terlibat perkelahian dengan Tang Xiaomi. Ia menumpahkan obat salep ke wajah Xiaomi karena gadis itu sengaja mencuri uang Yi Yao untuk membeli makanan ringan buat teman-temannya. Padahal uang tersebut akan digunakan Yi Yao untuk mengobati penyakitnya. Saat kejadian perkelahian tersebut tidak ada satupun orang yang memihak Yi Yao, bahkan sahabatnya Qi Ming juga tidak membelanya.

Ia merasa terpuruk.

(53)

Hal ini dapat dilihat pada menit ke 01:01:33.

Gambar 4 Karakter Pemurung Tokoh Yi Yao

Karakter pemurung yang ditunjukkan oleh Yi Yao dapat dilihat pada peristiwa di mana ia menekuk kedua kakinya dengan kepala yang disandarkan pada dinding. Wajahnya tampak sedih. Ia tengah dilanda sebuah masalah besar, dimana semua orang menuduhnya sebagai dalang dari kematian Sun Xi, saudara kembar Sun Xiang. Ia kelihatan depresi. Tapi yang dilakukannya hanya berdiam diri di dalam kamar sembari merenungi semua kejadian buruk yang menimpanya.

Hal ini dapat dilihat pada menit ke 01:23:08.

Gambar 5 Karakter Pemurung Tokoh Yi Yao

(54)

39

Berdasarkan teori Robert Stanton, karakter tokoh dapat dinilai melalui tingkah laku dan tindakan yang sering dilakukannya. Oleh sebab itulah penulis dapat menyimpulkan jika Yi Yao merupakan tokoh yang memiliki karakter pemurung. Sebab gadis itu selalu menunjukkan wajah sedih kepada semua orang.

Ia sangat jarang terlihat tersenyum.

2. Pesimis

Pesimis merupakan karakter atau pandangan seseorang dalam menghadapi suatu hal yang ditandai dengan ciri tidak yakin, sedih, putus asa, hilang harapan, serta merasa berada dalam situasi sulit yang tidak ada jalan keluarnya.

Karakter pesimis ditunjukkan tokoh Yi Yao ketika ia sedang bersama dengan Sun Xi. Saat itu, Yi Yao tengah berusaha mengambil tasnya yang terjatuh di tengah danau kecil. Sun Xi dengan sigap menolong gadis itu karena mengira Yi Yao akan bunuh diri dengan cara menyebur ke dalam danau. Yi Yao merasa kesal karena ia sudah menjelaskan kepada Sun Xi jika ia menyebur ke danau hanya untuk mengambil tasnya yang sengaja dijatuhkan oleh teman-temannya, namun pria itu tidak percaya. Yi Yao segera pergi meninggalkan Sun Xi. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Gadis itu memandang lurus ke depan sembari mengucapkan kalimat yang menandakan jika ia tengah putus asa dan hilang harapan.

(55)

Hal ini dapat dilihat pada kutipan film menit ke 38:55–41:08.

Gambar 6 Karakter Pesimis Tokoh Yi Yao

森西 :“年纪轻轻的你干什么呢!”

易遥 :“什么干什么?”

森西 :“有什么不能解决的,非要想不开。”

易遥 :“谁想不开?我捞个书包而已。”

森西 :“捞书包?你骗谁呢。要不是我及时出现组止你 自 杀 , 否 则 后 果 不 堪 没 想 。 不 堪 没 想 你 知 道 吗?”

易遥 :“谁会在一个这么浅的池子里自杀。”

森西 :“你可以蹲着啊。我跟你说你真想死谁也拦不 隹。除了我谁能拦得住你。”

易瑶很生气。他立即离开了森西。但是突然他的脚步停了下 来。他直向前看。

易瑶 :“我的书包已经被他们仍了好多回了。你说得也

对。死有什么可怕的活着才痛苦呢。人为什么要 选择活着?”

顾森西立即站起来,追上了易瑶。

森西 :“你这不叫选择,这叫放弃。你去哪?”

易瑶 :“你别管我了。跟我沾边的人都会倒霉的。”

森西 :“你不应该感谢我吗。我刚刚简直,妙手回春,

华佗再世。”

易瑶 :“这词不是这么用的。”

(56)

41

森西 :“不重要不重要。”

该男子握住易瑶的手,将其举起。

森西 :“重要的是我刚刚救人性命脑子一热这行为本

身,我刚脑子里什么都没有去想,我噌一下我就 跳下去了。”

易瑶 :“其实我倒挺羡慕你的。我这个人做什么事都考

虑后果。但我的人生依然很糟糕。”

Sun Xi : “Jangan lakukan itu, kau ini masih muda!”

Yi Yao : “Kau ngomong apa?”

Sun Xi : “Kita pasti bisa menemukan solusinya, tak perlu bunuh diri.”

Yi Yao : “Aku tak bunuh diri. Aku mau mengambil tasku.”

Sun Xi : “Tasmu? Jangan bohong. Untung saja aku datang dan menolongmu, kalau tidak akibatnya bisa celaka.

Bisa celaka, tahu?”

Yi Yao : “Aku tak akan bunuh diri di kolam sedangkal ini.”

Sun Xi : “Kau mau duduk di dalam air. Tidak akan ada yang menolong jika kau mau bunuh diri kecuali aku.”

Yi Yao merasa kesal. Ia segera pergi meninggalkan Sun Xi.

Namun tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia memandang lurus ke depan.

Yi Yao : “Mereka sudah berkali-kali membuang tasku. Kau benar. Kematian itu tidak menyakitkan, hiduplah yang menyakitkan. Mengapa manusia harus hidup?”

Sun Xi segera bangkit, menyusul Yi Yao.

Sun Xi : “Kau harus hidup, tapi kau menyerah. Kau mau kemana?”

Yi Yao : “Tak usah ganggu aku. Aku virus pembawa malapetaka.”

Sun Xi : “Kau belum mengucapkan terimakasih. Aku sudah menolongmu. Aku adalah sang Dewa Penyelamat.”

Yi Yao : “Istilah yang buruk.”

Sun Xi : “Bukan begitu maksudku.”

Pria itu menggenggam tangan Yi Yao dan mengangkatnya ke atas.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkembangannya untuk menuju kondisi yang lebih baik dan sebagai perusahaan yang sedang berkembang, maka perlu diadakannya suatu sistem pemesanan barang-barang pada

Optimizing detection of road furniture (pole-like objects) in mobile laser scanner data, ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial

At the LIDAR point cloud, two different methods are implemented and evaluated using initially the normals and the roughness values afterwards: (1) the proposed scan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis telah berhasil menyelesaikan Karya Tulis Akhir yang berjudul “PENGARUH

Analisis Altman (Z-Score) Sebagai Salah Satu Cara Untuk Mengukur Potensi Kebangkrutan Perusahaan Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI dan

b) Anggaran kinerja (performance budget) adalah angaran yang disusun berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam.

The next chapter, Chapter 3, investigates the effects of openness and indebtedness of the economy on the size of fiscal multiplier and analyzes the difference in the size of

Whelen (2006) menjelaskan berbagai hal penyebab kegagalan penerapan strategi yaitu: 1) komunikasi yang sulit antar staf, 2) komitemen manajemen operasional lemah, 3) gagal