• Tidak ada hasil yang ditemukan

Irfan Ridwan Maksum Professor of Administrative Science-University of Indonesia Chairman of Democracy and Local Governance Research Cluster, FIA-UI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Irfan Ridwan Maksum Professor of Administrative Science-University of Indonesia Chairman of Democracy and Local Governance Research Cluster, FIA-UI"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Irfan Ridwan Maksum

Professor of Administrative Science-University of Indonesia

Chairman of Democracy and Local Governance Research Cluster, FIA-UI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

A. Tidak dimaksudkan apa yang dinamakan DESENTRALISASI DAN OTONOMI itu terjadi dalam Market (pasar) dan tidak dimaksudkan pula di dalam keluarga.

Dimaksudkan untuk meraih berbagai tujuan-tujuan Negara Bangsa (bukan perorangan)

Eksistensi Negara bangsa lahir terlebih dahulu sebagai perwujudan Kedaulatan Negara Bangsa, baru kemudian terjadi desentralisasi dan otonomi daerah sesuai kebutuhan dan dalam rangka meraih tujuan-tujuan Negara Bangsa.

Desentralisasi dan daerah otonom tunduk terhadap kedaulatan Negara bangsanya B. Didasari oleh Konstitusi Negara

Ciri Negara Modern

Adanya Pemerintahan sub nasional (di daerah) sebagai sebuah lembaga formal bersifat otonom dalam Negara Bangsa

Menyangkut Pembagian Kekuasan berbasis Wilayah/ Teritori dalam Sebuah negara Bangsa

(8)

▪ Daerah otonom tunduk dengan peraturan perundangan nasional

▪ Daerah otonom sebagai bagian dari negara bangsa

▪ Sentralisasi dan desentralisasi itu membentuk

kontinum, keduanya dibutuhkan dalam negara bangsa untuk meraih tujuan-tujuan yang diinginkan. Harus

sinkron dan harmonis.

(9)

SENTRALISASI Desentralisasi

Delegasi:

BUMN, OTORITA

Privatisasi di TINGKAT NASIONAL

dekonsentrasi TUGAS PEMBANTUAN

PRIVATISASI DI DAERAH

DARI DERAJAT PENGAWASAN

TERDAPAT KONTINUM SENTRALISASI-DESENTRALISASI BERIKUT

BUMD, Otorita di bawah daerah otonom

(10)

Di luar bidang Eksekutif tidak menjadi sumber desentralisasi.

Badan Legislatif tidak menyerahkan wewenang apapun ke daerah

otonom, begitupun Yudikatif. Dalam hal ini hanya Eksekutif yang menjadi sumber pancaran wewenang penyelenggaraan desentralisasi dan

otonomi daerah.

Pemerintah mengelola implementasi DESENTRALISASI dan OTONOMI DAERAH dengan dibantu Kementerian yang mengurusi urusan dalam negeri

Dapat menjadikan daerah otonom sebagai instrumen pusat jika dianut prefektur sistem, tetapi juga dapat menempatkan orang pusat di daerah dengan dekonsentrasi dari kementerian (sektoral)

(11)

Hubungan pemerintah dengan daerah otonom adalah inter organisasi, sedangkan hubungan pemerintah pusat dengan instrumen

dekonsentrasinya adalah hubungan intra organisasi

Aspek sumberdaya keuangan, melalui desentralisasi menimbulkan adanya pendapatan asli daerah dan anggaran daerah sendiri,

sedangkan dekonsentrasi bersumber dari Pemerintah pusat

Daerah otonom menerima Tugas Pembantuan (medebewind) atas perintah atau permintaan Pemerintah.

(12)

PASAL 1 UU No. 23/ 2014

(13)

HENRY MADDICK

“The delegation of authority adequate for the discharge of specified functions to staff of central department who are situated

outside the headquarter.”

Hoessein:

“Pelimpahan wewenang tertentu dari

Pemerintah (pusat) kepada aparaturnya di

Daerah (yang berada di daerah).”

(14)
(15)

Terdapatnya wewenang mengatur dan mengurus dari Penerima Otonomi

Terdapatnya lembaga di dalam daerah otonom untuk menjalankan wewenang Mengatur, yakni lembaga politik terdiri dari DPRD dan Kepala daerah/ beserta wakil Kepala daerah karena dipilih bersama satu paket

Terdapat lemabaga di dalam daerah otonom yang menjalankan wewenang Mengurus, yakni lembaga administratif, terdiri dari Kepala daerah dan Birokrasi Lokal (perangkat daerah).

Penerima Otonomi adalah masyarakat dalam teritori (yurisdiksi tertentu) yang disebut di Indonesia dengan istilah DAERAH OTONOM

Timbul pemerintahan daerah

Terdapatnya manajemen kebijakan publik di daerah

Adanya kebutuhan akan Risorsis untuk menjalankan roda pemerintahan: Keuangan dan ASN

Menampung identitas lokal, indigeneous knowledge and value, dan Local Wisdom

(16)

UU 23/ 2014 Pasal 1 ayat 8

(17)

UU No. 23/ 2014 Pasal 1 ayat 12

(18)

UU No 23/2014 Pasal 1 ayat 6

(19)

DESENTRALISASI

DEKONSENTRASI

TERCIPTA LOCAL SELF GOVERNMENT

(DAERAH OTONOM/ PEMERINTAHAN DAERAH)

PENYERAHAN URUSAN DAPAT MELALUI METODE SISA (GENERAL COMPETENCE), RINCIAN (SPESIFIK/ ULTRA- VIRES DOCTRINE, ATAU HYBRID.

TERCIPTA LOCAL STATE GOVERNMENT

(PEMERINTAHAN WILAYAH/ INSTANSI VERTIKAL/

FIELD ADMINISYTRATION)

METODE PENDELEGASIAN/ PELIMPAHAN WEWENANG SELALU DENGAN RINCIAN DALAM CAKUPAN BIDANG TERTENTU

PEMERINTAHAN UMUM ATAU SEKTORAL MAGNETIC FIELD

ELECTRIC FIELD

(HOESSEIN: 2011)

(20)

DESENTRALISASI 1. Transfer of authority

2. policy making and policy executing yang sering disebut sebagai otonomi.

3. yang diserahi adalah satuan politik atas dasar wilayah—

masyarakat hukum yang disebut sebagai daerah otonom.

4. munculnya lembaga representative di tingkat lokal dengan pemilihan (election system)

5. wilayahnya dibentuk dalam jangkauan yurisdiksi tertentu .

6. Keputusan pejabat dalam pemerintahan daerah tidak dapat langsung dibatalkan oleh Pemerintah Pusat.

7. Hubungan yang terjadi antara Pemerintah Pusat dan daerah otonom adalah hubungan antar Organisasi

DEKONSENTRASI

1. delegation of authority

2. policy executing authority only

3. yang diserahi adalah pejabat pusat ditempatkan di pelosok tanah air.

4. munculnya aparat pusat di pelosok tanah air yang dilakukan dengan penunjukan

(appointment system)

5. aparat pusat tersebut memiliki wilayah kerja dengan jangkauan yurisdiksi tertentu

dengan wilayahnya disebut wilayah administrasi

6. Keputusan pejabat lokal dapat ditiadakan atau dibatalkan oleh pejabat atasannya.

7. Hubungan yang terjadi antara Pejabat yang tersebar di pelosok tanah air dengan

atasannya adalah hubungan intra organisasi

(21)

Negara kesatuan yang tersusun atas Pemerintah Pusat-Daerah otonom, lebih sederhana

daripada negara federal yang tersusun atas Pemerintah Federal-Pemerintah Negara Bagian- Daerah otonom

Dinamika tata kelolanya ditentukan oleh keadaan lingkungan masing-masing negara penytelenggara desentralisasi

Di dunia ini hampir semua Negara bangsa menyelenggarakan desentralisasi, kecuali Singapura dan Timor Leste.

DENGAN DEMIKIAN, NEGARA BANGSA MENJALANKAN PEMERINTAHAN BERDASARKAM ASAS SENTRALISASI, DEKONSENTRASI, DESENTRALISASI DAN TUGAS PEMBANTUAN

SECARA SIMULTAN.

MINIMAL SENTRALISASI DAN DEKONSENTRASI BAGI YANG TIDAK MENYELENGGARAKAN DESENTRALISASI DAN TUGAS PEMBANTUAN. TERDAPAT PULA PELIBATAN MASYARAKAT DENGAN SWASTANISASI DAN DELEGASI.

(22)
(23)

Desentralisasi adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi (PASAL 1, ayat 8 UU No

23/2014)

“The legal conferring of powers to discharge specified or residual functions upon formally constituted local authorities” (Henry Maddick)

“In devolution (poltical decentralization), independent local self-governments are established, with responsibility for the delivery of a set of public services and the authority to impose taxes and fees to finance them.” (Catherine Farvacque-

Vitkovic and Mihaly Kopanyi, World Bank: 2014).

•“The creation or strengthening - financially or legally - of sub-national units of government, the activities of which are substantially outside the direct control of central government” (Pembentukan dan penguatan unit-unit pemerintahan

subnasional dengan aktivitas yang secara substansial di luar kontrol

langsung pemerintah pusat) (Dennis A. Rondinelli, John R. Nellis dan G. Shabbir Cheema: 1983)

(24)

“. . . Decentralization, or decentralizing governance, refers to the restructuring or reorganization of authority so that there is a system of co-responsibility between institutions of governance at the central, regional and local levels

according to the principle of subsidiarity, thus increasing the overall quality and effectiveness of the system of

governance, while increasing the authority and capacities

of sub-national levels. (UNDP: 1999)

(25)

Hulme merujuk Smith: Ada dua kelompok manfaat:

(1) secara politik memiliki manfaat antara lain: (a) pendidikan politik bagi masyarakat; (b) pelatihan kader pemimpin politik untuk sampai

pada level nasional; © membaiknya stabilitas politik; (d) adanya keadilan politik karena distribusi kekuasaan; (e) tingginya akuntabilitas karena

akses bagi masyarakat luas semakin tinggi; (f) daya-tanggap pemerintah semakin baik karena keterwakilan dan partisipasi semakin tinggi

(26)

(2) dari sisi administrasi dan manajemen: (a)

perencanaan lokal dapat dibangun semakin baik;

(b) koordinasi antar organisasi di tingkat lokal dapat terwujud semakin nyata; © tumbuhnya

inovasi; (d) meningkatnya motivasi kerja pegawai daerah; (e) beban kerja pemerintah pusat

berkurang

(27)

MR. KHAIRUL MULUK

(28)

LANJUTAN

(29)

Dari urusan pemerintahan yang didesentralisasikan, sejumlah pakar

menempatkannya sebagai alat ukur otonomi. Semakin besar ruang diskresi dan jumlah urusan yang didesentralisasikan, semakin besar otonomi yang dikembangkan.

Desentralisasi berakibat munculnya otonomi daerah.

Dalam konsep otonomi terkandung kebebasan untuk berprakarsa untuk

mengambil keputusan atas dasar aspirasi masyarakat setempat, tanpa kontrol langsung oleh Pemerintah Pusat.

Oleh karena itu kaitannya dengan demokrasi sangat erat.

(30)

OTONOMI DAERAH MERUPAKAN :

AN INTEGRAL PART OF MAN’S ASPIRATION FOR FREEDOM, BASIC IN HIS QUEST FOR DEMOCRACY, ESSENTIAL FOR

INTERNAL STABILITY, AND A STRONG DEFENCE AGAINST OUTSIDE ENEMIES.

LOCAL AUTONOMY, IN ONE FORM OR ANOTHER, IN SOME RELATIVE DEGREE, IS A FUNDAMENTAL INGREDIENT OF A SUCCESSFUL NATION.

HAROLD ALDERFER

(31)

Conceptually, local autonomy tends to become a synonym of the freedom of locality for self-determination or local democracy.

No single body but the local people and then the representatives enjoy supreme power in regard to the local sphere of action. Government

intervention can be justified when the larger interest is involved.

Therefore, the people at large and their representatives alone can override the local people and their representatives.

M.A. Muthalib dan Mohd. Akbar Ali Khan

menyamakan otonomi dengan demokrasi lokal:

(32)

Yang dimaksud “otonom” adalah dimilikinya hak mengatur dan mengurus kepentingan diri sendiri. Otonomi daerah dimiliki oleh daerah otonom.

Otonomi daerah tunduk pada ketentuan yang berlaku dalam negara Bangsa dimana daerah otonom itu berada.

Karena itu membentuk sistem yang dapat berupa hubungan antara berbagai komponen dan lingkungannya. Tidak berdiri bebas,

bahkan dalam sistem hukum tersendiri.

(33)

UU No 23/2014 Pasal 1 ayat 6

(34)
(35)
(36)
(37)

Dibentuk Dengan UU/ Dasar Hukum Yang Jelas, didasari UUD Negara Bangsa.

Memiliki Batas Wilayah Yang Jelas

Terdapatnya Warga Masyarakat Domisili

Dibentuknya Organ-organ Pemerintahan: Organ Politik Dan Administrasi

Memiliki Sumberdaya: Keuangan Dan SDM

Terdapatnya Institusi Lokal Dengan Nilai-nilai Yang Berkembang

Di dalam negara federal, keberadaannya di bawah negara bagian, sedangkan di negara kesatuan berada di bawah pemerintah Pusat.

(38)
(39)

Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia telah

diselenggarakan sejak Pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa

kerajaan-kerajaan sebelum Belanda masuk, praktik hubungan antara Raja dan penguasa lokal ditandai dengan hubungan yang terkadang lemah terkadang kuat tergantung Kepemimpinan Raja-raja pada

masa tersebut. Tetapi terdapat studi yang menyatakan bahwa untuk kerajaan-kerajaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya sebetulnya telah ditetapkan pola-pola struktur pusat dan daerah. Tetapi kurang dipelajari dalam pusat-pusat studi pemerintahan di berbagai

Universitas. yang muncul dalam catatan studi lebih banyak dimulai sejak pada masa Hindia Belanda karena dikenalnya pemerintahan modern.

(40)

Telah berlaku UU yang mengatur desentralisasi di Indonesia sejak Hindia Belanda bertutur-turut: UU 1903, UU 1920, Berbagai

Peraturan Perundangan Pemerintahan Pendudukan Jepang, UU No. 1 tahun 1945, UU No. 22 tahun 1948, UU No. 1 tahun 1957, UU No. 18

tahun 1965, UU No. 5 Tahun 1974, UU No. 22 Tahun 1999, UU No. 32 tahun 2004, dan terakhir yang positif berlaku UU No. 23 tahun 2014.

(41)

Dari sejak pemerintah Hindia Belanda dianut adanya sistem wakil

pemerintah yang mengawasi jalannya otonomi daerah. Daerah otonom dijalankan diawasi oleh pihak pemerintah Hindia Belanda melalui kaki tangannya berupa wakil pemerintah (controller). Di masa pendudukan Jepang Otonomi Daerah dicabut. Pada masa Kemerdekaan sistem

tersebut tetap digunakan, adanya wakil pemerintah, kecuali pada masa UU No.1 tahun 1957. Diganti kemudian oleh UU berikutnya hingga kini dianut adanya wakil Pemerintah.

Kini wakil pemerintah berada di pundak Gubernur. Wakil pemerintah ini ditugasi sekaligus sebagai kepala daerah (dual role). Dalam bahasa akademik dikenal sebagai sistem prefektur terintegrasi

(42)

Dalam persoalan Bobot otonomi, terjadi pasang surut. Di tengah gejolak kemerdekaan,

pemberontakan, dan di tengah rejim otoriter Soeharto, akhirnya pada masa Reformasi hingga kini. Penguatan Otonomi bisa dinilai timbul-tenggelam, menguat-melemah dan juga terjadi penyesuaian-penyesuaian, termasuk kini diselenggarakannya PILKADA LANSGUNG.

Implementasi Otonomi Daerah, memiliki sejumlah harapan besar sampai saat ini dan

sejalan dengan pashion bangsa Indonesia yang lebih menyukai gegap gempita yakni ajang mencari pemimpin bangsa. Tetapi patut diakui juga sebagai ajang memberikan ide dan solusi berbagai persoalan bangsa, sampaihal teknis terkait pelayanan publik yang bisa jadi

terkait dengan kesejahteraan bangsa dantujuan-tujuan bangsa lainnya.

Dari sini, artinya otda adalah cara berbagi kuasa dan berbagi nilai dalam sebuah negara bangsa. Di sini terdapat effek negative yang bisa jadi muncul karena masih kuatnya

budaya“silo” antar-kelompok masyarakat kita yang memiliki ciri fragmentasi tinggi (John D.

Legge).

Otda adalah ajang perebutan kekuasaan bahkan dikaitkan dengan pemimpin nasional. Jadi antar-partai amat bangga banyak-banyak-an kepala daerah dari partainya, terlebih jika

partai tersebut juga berkuasa di tingkat nasional. Harus dibunyikan sampai berimbas pada kesejahteraan masyarakat dan tujuan bangsa lainnya. Jikapihak-pihak terkait

lupa sehingga tergeser “alat menjadi nilai”, maka dapat dipastikan Otda menjadi buruk implementasinya.

(43)

Penyelenggaraan Desentralisasi dan Otonomi daerah di Indonesia juga ditandai oleh tarik-menarik sejumlah urusan pemerintahan, tarik

menarik perimbangan keuangan pusat dan daerah, dan juga masih adanya carut marut dalam mengarahkan jalannya ASN dan Birokrasi Lokal. Birokrasi Pusat terkadang terlalu campur tangan dan di saat tertentu tidak hadir di tengah-tengah masyarakat di pelosok yang seharusnya kehadirannya diharapkan.

Muncul otonomi Desa dengan ditetapkannya UU no 6 Tahun 2014 yang menambah kompkeks Otonomi Daerah di Indonesia.

(44)

Dinamis dengan landasan: Skala Ekonomi,, eksternalitas,

Catchment Area, dan Lokalitas.

Urusan Sektoral Pemerintah an -RI

Urusan Luar Negeri, Hankam, Moneter, PERADILAN , dan Agama

Dapat didesentralisasikan

Tidak Dapat didesentralisasikan

didesentralisasikan

Diwajibkan Prakarsa Sendiri

KABUPATEN/KOTA PROPINSI

medebewind Sentralisasi Murni

Dekonsentrasi

medebewind Sentralisasi Murni

Dekonsentrasi Local Needs

Tidak didesentralisasikan

Instansi Vertikal Instansi Vertikal

(45)

15/12/2021

KEPALA PEMERINTAHAN (NASIONAL/ PUSAT)

DEKONSENTRASI

WAKIL PEMERINTAH

(46)

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh dari pengujian ini, ekstrak air umbi bawang tiwai memiliki efek antiinflamasi karena bawang tiwai memiliki kandungan flavonoid terbukti dari hasil skrining

Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa Word of Mouth (X1) dan Brand Image (X2) yang dilakukan oleh Running Korean Street Food Samarinda

Pelaksanaan (implementing) Hasil proses observasi dan wawancara terhadap subjek penelitian mengenai pelaksanan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini di PIAUD-RA Ibnu

Pada tahun 2004, jumlah pekerja migran perempuan di Malaysia sebanyak 49%, dan di Arab Saudi sebanyak 94% dari total pekerja migran Indonesia yang tercatat.. • Malaysia merupakan

Level air yang dipelihara pada titik diantara 1 dan 2 yang terlihat pada indikator secara visual dan parameter kontrol masih diperkenankan yaitu berada sedikit diatas dasar

As for implication for Civic Education is there is realization of civic virtue which is owned by PT Timah in implementing corporate social responsibility to make

Penambahan Na-CMC sebesar 0,50% pada pembuatan cookies reduced fat menghasilkan cookies yang memiliki mouthfeel masih berpasir dengan skor 4,81 (netral) dan kurang

 Dukung pasien dan orang lain yang signifikan untuk mengevaluasi hasil dari interaksi sosial, memberikan reward pada diri sendiri untuk hasil yang positif dan penyelesaian masalah