• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE TEAM GROUP TUORNAMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE TEAM GROUP TUORNAMENT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Dinamika

Vol. 3, No. 2, Oktober 2012

ISSN 0854-2172

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING

TIPE TEAM GROUP TUORNAMENT Iriyanti

SD Negeri Sindang 03 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah pembelajaran kooperatif Learning model Team Group Tournament dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada kompetensi dasar permasalahan sosial di daerah pada siswa Kelas IV SD Negeri Sindang 03 tahun ajaran 2010/2011?. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa Kelas IV sebanyak 20 siswa. Analisis data menggunakan teknik analisis diskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapai pada setiap siklus, dan analisis deskriptif kualitatif hasil observasidengan membandingkan hasil observasi dan re eksi pada siklus I dan siklus II. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif learning model team group tournament (TGT) pada kompetensi dasar permasalahan sosial di daerah. Pada akhir siklus II diketahui telah terjadi peningkatan rata-rata kelas 78,25, yaitu dari rata- rata tes kondisi awal 59,25 menjadi 73,25. Sedangkan ketuntasan belajar siswa ada peningkatan sebesar 325%, dari kondisi awal yang sudah tuntas hanya 4 siswa menjadi 17 siswa.

© 2012 Dinamika Kata Kunci: Hasil Belajar; Kooperatif Learning; Team Gruop Tournament

PENDAHULUAN

Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelajaran di sekolah- sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan akan didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.

Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan- muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.

Adapun salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan e sien dengan ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan pengusaan materi yang memadai.

Tolok ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi belajar. Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IV SD Negeri Sindang 03 untuk beberapa

(2)

kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Hal ini standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas memang sarat akan materi, di samping cakupannya luas dan perlu hafalan. Jika dilihat dari hasil ulangan harian tahun 2010/2011 sebagian besar masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 80% (16 siswa dari 20 siswa), hanya 20 % siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan minimal. Dengan rata –rata kelas sebesar 59,25.

Penerapan Pembelajaran kooperatif learning model Team Group Tournament, merupakan tindakan pemecahan masalah yang ditetapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS khususnya kompetensi dasar permasalahan sosial di daerah , bagi siswa kelas IV semester II SD Negeri Sindang 03 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal tahun Pelajaran 2010/2011. Sehingga diharapkan dapat membantu para guru untuk mengembangkan gagasan tentang strategi kegiatan pembelajaran yang efektif dan inovatif serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini pertama apakah metode pembelajaran kooperatif tipe Team Group Tournament dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang permasalahan sosial di daerah dalam pembelajaran IPS?. Kedua apakah metode pembelajaran kooperatif tipe Team Group Tournament dapat meningkatkan proses pembelajaran IPS?. Ketiga apakah metode pembelajaran kooperatif tipe Team Group Tournament dapat meningkatkan kompetensi diri menuju profesionalitas guru?

Hasil belajar siswa dalam hal ini meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif,aspek afektif dan aspek psikomotorik.(1) aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman,penerapan,analisis, sintesis, dan evaluasi.(2) Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian,dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.(3)Aspek psikomotorik, kemampuan psikomorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakanterbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,gerakan penyesuaian dan kreativitas.

Hasil belajar IPS adalah hasil penilaian belajar siswa mengenai yang telah dicapai dan dinyatakan dalam bentuk nilai angka yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam priode tertentu atau dalam satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran IPS.

Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain( Anitah.2008:37). Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

Pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang bermanfaat, dengan mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda ke dalam kelompok- kelompok kecil. Menurut Viotsky (Pahyono dkk strategi Pembelajaran Efektif oleh team Widya Iswara, 2005), pada pembelajaran ini penekanannya pada hakikat sosiokultural dan dikembangkan berdasakan teori belajar kognitif-konstruktivis. Penerapan pembelajaran ini juga sesuai dengan prinsip-prinsip CTL( Contectual Teaching dan Learning) yaitu pada masyarakat belajar ( learning comunity).

Pembelajaran Kooperative Learning model Team Group Tournament dikemas dalam bentuk permainan karena bermain merupakan pemenuhan suatu kebutuhan mendasar bagi anak-anak serta sesuatu yang sangat menarik (Russel Tyler,1999). Akti tas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran Kooperatif Learning model Team Group Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Sindang 03 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten

(3)

Tegal. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2012. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, 19 April 2011, siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 3 Mei 2011. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas IV SD Negeri Sindang 03 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 20 siswa.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, sebagai subyek penelitian. Data yang dikumpulkan dari siswa meliputi data hasil tes tertulis. Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang terdiri atas materi permasalahan sosial di daerah. Selain siswa sebagai sumber data, penulis juga menggunakan teman sejawat sesama guru kelas sebagai sumber data. Dari teman sejawat diperoleh lembar pengamatan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dekskriptif, yang meliputi pertama analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar dengan indikator pada siklus I dan siklus II. Kedua analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil observasi dan re eksi pada siklus I dan siklus II.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Tahap pertama perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), penyiapan skenario pembelajaran. Tahap kedua pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal, proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajran kooperatif learning pada kompetensi dasar permasalahan sosial di daerah, secara klasikal menjelaskan strategi dalam pembelajaran kooperatif learning model team group tournamentdilenkapi lembar kerja siswa, memodelkan strategi dan langkah- langkah pembelajaran kooperatif learning model team group tournament, mengadakan observasi tentang proses pembelajaran, mengadakan tes tertulis, penilaian hasil tes tertulis. Tahap ketiga pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya. Atas dasar hasil tersebut digunakan untuk merencanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya. Tahap Keempat re eksi (re ecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 2 siswa (10 %), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 9 siswa atau (45 %), sedangkan dari jumlah 20 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 7 siswa (35

%) , sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 2 siswa (10 %), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat kurang) tidak ada atau 0 % .

Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I

No Ketuntasan Jumlah Siswa Jumlah Persen

1. Tuntas 11 55 %

2. Belum Tuntas 9 45 %

Jumlah 18 100 %

(4)

Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes kemampuan siklus I dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria ketuntasan Minimal. Pada pra siklus jumlah siswa yang di bawah KKM sebanyak 16 anak dan pada akhir siklus I berkurang menjadi 9 anak. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 59,25 menjadi 73,25.

Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II No Hasil

(Angka)

Hasil

(Huruf) Arti Lambang Jumlah

Siswa Persen

1 85-100 A Sangat Baik 5 25 %

2 75-84 B Baik 12 60 %

3 65-74 C Cukup 3 15 %

4 55-64 D Kurang - -

5 <54 E Sangat Kurang - -

Jumlah 20 100%

Dari table di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah 25 % atau 5 siswa, sedangkan yang terbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B) adalah 60 % atau 12 siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup) adalah 15 % atau sebanyak 3 siswa. Sedangkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas 78,25.

Ketuntasan belajar pada siklus II dapat ditabulasikan seperti pada tabel 12 di bawah ini Tabel 3. Ketuntasan Belajar Siklus II

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persen

1. Tuntas 17 85 %

2. Belum Tuntas 3 15 %

Jumlah 20 100 %

Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 17 siswa ( 85%) yang berarti sudah ada peningkatan . Rata-rata kelas pun menjadi meningkat.

Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif learning model team group tournament dapat meningkatkan hasil belajar IPS, khususnya kompetensi dasar permasalahan sosial di daerah. Untuk lebih jelasnya pada tabel 14 berikut dipaparkan hasil re eksi pada siklus II.

(5)

Tabel 4. Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II Hasil Tes Jumlah Siswa yang Berhasil

Siklus I Siklus II

A (85 -100) 2 5

B (75-84) 9 12

C (65-74) 7 3

D (55-64) 2 -

E (< 54) - -

Jumlah 20 20

Pada awalnya siswa Kelas IV, nilai rata- rata pelajaran IPS rendah khususnya pada kompetensi permasalahan sosial di daerah. Yang jelas salah satunya disebabkan karena luasnya kompetensi yang harus dikuasainya dan perlu daya ingat yang setia sehingga mampu menghafal dalam jangka waktu lama. Sebelum dilakukan tindakan guru memberi tes. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 20 siswa terdapat 4 siswa atau 20 % yang baru mencapai ketuntasan belajar dengan skor standar Kriteria Ketuntasan Minimal. Sedangkan 16 siswa atau 80% belum mencapai kriteria ketuntasan minimal untuk kompetensi dasar permasalahan sosial di daerah yang telah ditentukan yaitu sebesar 75. Sedangkan hasil nilai pra siklus I terdapat nilai tertinggi adalah 85, nilai terendah 35, dengan rata-rata kelas sebesar 59,25.

Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 2 siswa (10 %), sedangkan yang mendapat nilai B (baik) adalah 9 siswa atau (45 %), sedangkan dari jumlah 20 siswa yang masih mendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 7 siswa (35

%) , sedangkan yang mendapat nilai D (kurang) ada 2 siswa ( 10 %), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat kurang) tidak ada atau 0 % .

Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 20 siswa terdapat 11 atau 55 % yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 9 siswa atau 45% belum mencapai ketuntasan.

Adapun dari Hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 90 , nilai terendah 55, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 73,25.

Hasil tes siklus I dan siklus II ada peningkatan yang cukup signi kan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata- rata kelas. Dari sejumlah 20 siswa masih ada 3 siswa yang belum mencapai ketuntasan, hal ini memang ketiga siswa tersebut harus mendapatkan pelayanan khusus, namun sekalipun 3 siswa ini belum mencapai ketuntasan, di sisi lain tetap bergairah dalam belajar. Sedangkan ketuntasan ada peningkatan sebesar 54,55%

dibandingkan pada siklus I.

Sedangkan nilai tertinggi pada siklus I sudah ada peningkatan dengan mendapat nilai 95 sebanyak 1 siswa, hal ini karena anak tersebut disamping mempunyai kemampuan cukup , didukung rasa senang dan dalam belajar, sehingga mereka dapat nilai yang optimal. Dari nilai rata- rata kelas yang dicapai pada siklus II ada peningkatan sebesar 6,83 % dibandingkan nilai rata- rata kelas pada siklus I. Secara umum dari hasil pengamatan dan tes sebelum pra siklus, hingga siklus II, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran kooperatif learning model TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPS kompetensi dasar permasalahan sosial di daerah.

PENUTUP

Simpulan pada penelitian ini bahwa penerapan Pembelajaran Kooperatif Learning model Team Group Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS khususnya kompetensi dasar permasalahan sosial di daerah bagi siswa kelas IV Semester 1 SD Negeri Sindang

(6)

03 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 55% (11 anak), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 45% (9 anak), sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 85% (17 anak) dan sebanyak 15% (3 anak) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata- rata kelas siklus I 73,25 dan rata- rata kelas siklus II 78,25. Adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir siklus II hasil menunjukkan peningkatan yang signi kan.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah,2008. Strategi Pembelajaran di SD . Jakarata. Universitas Terbuka Anita, Lie. 2002. Coorperative Learning. Jakarta Grasindo.

Arikunto, Suharsini, 1991. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta Budimansyah Dasim. 2002 Model Pembelajaran dan Penilaian. Siliwangi. HDB

Dimyati dan Mudjiono, 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Depdikbud.

Hadari, Nawawi. 2001. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada University Press Iriyanti. 2011.Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Materi Masalah Sosial Melalui Penerapan Pembe-

lajaran Kooperatif Learning Tipe Team Group Tuornament Pada Siswa Kelas IV. Tegal

Gambar

Tabel 4.  Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II Hasil Tes Jumlah Siswa yang Berhasil

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini merupakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang memfokuskan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ( Team Games Tournament ) sebagai

Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

Perbandingan skor dasar, ulangan siklus I dan ulangan harian siklus II setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada materi pokok

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) Teknik TGT (Team Games Tournament) dalam

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI TGB SMK GANESHA TAMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN.. PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk menjelaskan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation pada mata pelajaran IPS pokok bahasan jual

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) Teknik TGT (Team Games Tournament) dalam