• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. geografis seperti iklim, sumber alam dan juga perbatasan yang dapat menjadi salah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. geografis seperti iklim, sumber alam dan juga perbatasan yang dapat menjadi salah"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu negara yang memiliki wilayah yang luas, tentunya menghadapi berbagai macam masalah. Faktor yang mendasari hal tersebut mencakup faktor geografis seperti iklim, sumber alam dan juga perbatasan yang dapat menjadi salah satu faktor masalah. Perbatasan yang mengalami permasalahan, tentunya akan mempengaruhi keamanan nasional negara tersebut. Keamanan tersebut bisa dalam bentuk tradisional dan non-tradisional.

1

Perbatasan menjadi salah satu peranan penting dalam suatu negara karena merupakan penentu dari batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, serta keamanan dan keutuhan suatu wilayah. Hal ini yang menyebabkan wilayah perbatasan memiliki permasalahan yang terbilang kompleks karena terdapat sejumlah faktor krusial yang terkait didalamnya seperti yuridiksi dan kedaulatan negara, politik, sosial ekonomi dan pertahanan keamanan.

2

Dalam dimensi hukum internasional, terdapat bagian-bagian dari wilayah negara yang meliputi 3 bagian besar yaitu, wilayah darat, laut dan udara. Wilayah darat menjadi bagian yang terpenting karena penduduk negara menetap di wilayah tersebut. Perbatasan wilayah darat antara dua negara dapat berupa perbatasan secara buatan ataupun secara alami. Perbatasan wilayah darat secara buatan dilakukan

1 Miriam Budiardjo, 2010, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 51-54.

2 Budi Hermawan Bangun, Konsepsi dan Pengelolaan Wilayah Perbatasan Negara: Perspektif Hukum Internasional, Tanjungpura Law Journal, Vol. 1, Pontianak: Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura, hal. 53, diakses dalam http://jurnal.untan.ac.id/index.php/tlj/article/view/18331 (09/03/2020 14:13).

(2)

2

dengan membuat pembatas yang dapat berupa pembangunan tembok, tonggak atau kawat berduri dan juga garis imaginer. Salah satu contoh negara yang menerapkan perbatasan secara buatan adalah Jerman Barat dan Jerman Timur, dimana media pembatas yang digunakan adalah tembok yang dikenal dengan sebutan Tembok Berlin.

3

Adapun yang dimaksud dengan perbatasan secara alami adalah pembatas antar negara tersebut berupa gunung, sungai atau laut. Provinsi Kalimantan Utara merupakan salah satu contoh dari wilayah Indonesia yang termasuk dalam perbatasan secara alami. Sungai Simatipal, Sungai Sinapad, Pulau Sebatik, B2700- B3-100 dan C500-C600 yang berada di wilayah Kabupaten Nunukan, menjadi pembatas alami di wilayah Kalimantan Utara dengan negara bagian Sabah.

Perbatasan antara 2 negara ini kemudian disepakati dengan mentandatangani perjanjian perbatasan yang disebut dengan Memorandum of Understanding (MoU) tentang Demarkasi dan Survei Batas Internasional antara Malaysia (Sabah dan Serawak) dan Indonesia (Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat).

4

Kalimantan Utara menjadi wilayah yang termasuk dalam kawasan perbatasan dan menjadi Daerah Otonom Baru (DOB) karena dilakukannya pemekaran otonomi sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan sebelumnya, yaitu di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kebijakan yang dikeluarkan berupa Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012

3 FX Adji Samekto, 2009, Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hal. 7.

4 Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia Teken MoU tentang Demarkasi dan Survei Batas Internasional, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, diakses dalam https://www.kemendagri.go.id/berita/baca/25096/pemerintah-indonesia-dan-pemerintah-malaysia- teken-mou-tentang-demarkasi-dan-survei-batas-internasional (09/03/2020 12:07).

(3)

3

Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa alasan dilakukannya pemekaran otonomi ini adalah: (a) Secara geostartegis, Kalimantan Utara dapat mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, (b) Secara geopolitik, Kalimantan Utara yang berbatasan dengan Sabah-Malaysia, sangat berpotensi untuk menjaga kedaulatan dan martabat NKRI, (c) Mengurangi beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan pada Provinsi Kalimantan Timur, (d) Mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung, (e) Mengembangkan potensi ekonomi yang ada baik itu potensi sumber daya alam maupun potensi di bidang jasa, perdagangan dan wisata, (f) Mendorong terjadinya hubungan regional maupun bilateral antara Provinsi Kalimantan Utara dan Sabah yang lebih berkelanjutan.

5

Pada pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, daerah perbatasan juga mendapatkan perlakuan khusus sesuai dengan poin ke-2 Visi-Misi Nawacita dari Jokowi-JK yang berbunyi “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka kesatuan”. Salah satu sub-

5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, diakses dalam http://www.bphn.go.id/data/documents/12uu020.pdf (17/02/2020 16:33).

(4)

4

poin dari poin ke-2 tersebut adalah “Pemerataan pembangunan antar wilayah terutama desa, kawasan timur Indonesia dan kawasan perbatasan.”

6

Hal yang paling mendasari dikeluarkannya kebijakan pemekaran daerah ini selain dilihat dari beberapa aspek diatas adalah agar permasalahan dan potensi yang ada di perbatasan wilayah Kalimantan bagian Utara lebih mudah diselesaikan dan dikembangkan melalui pemerintah daerah yang tentunya lebih mengetahui kondisi daerahnya tersebut.

Kawasan perbatasan Kalimantan Utara memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar serta menjadi wilayah yang strategis bagi pertahanan dan keamanan negara, akan tetapi secara umum pembangunan wilayah perbatasan masih jauh tertinggal dengan pembangunan di wilayah negara tetangga.

7

Kalimantan Utara yang masih tergolong provinsi muda, menghadapi permasalahan- permasalahan sebagai provinsi yang baru terbentuk. Posisi yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, mengakibatkan Kalimantan Utara tidak bisa lepas dari permasalahan perbatasan. Permasalahan yang sering dialami pada wilayah perbatasan umumnya dari aspek sosial ekonomi.

Aspek sosial ekonomi menjadi salah satu aspek yang seringkali bermasalah di wilayah perbatasan. Pemicu dari munculnya permasalahan ini adalah karena masih adanya kegiatan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah tersebut.

Dalam beberapa kasus, daerah perbatasan seringkali dijadikan pintu masuk bagi

6 Jadikan Indonesia Mandiri, Berkepribadian, dan Berdaulat, Kementerian Komunikasi dan

Informatika Republik Indonesia, diakses dalam

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5629/NAWACITA%3A+9+Program+Perubahan+U ntuk+Indonesia/0/infografis (17/02/2020 16:33).

7 Abdul Wahid Hasyim dan Aris Subagiyo, 2017, Pengelolaan Wilayah Perbatasan, Malang:

Universitas Brawijaya Press, hal. 80.

(5)

5

barang-barang impor yang ingin masuk ke pasaran Indonesia tanpa mengikuti proses yang telah ditetapkan.

Kalimantan Utara memiliki posisi yang strategis karena berada dalam jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) yang merupakan lintasan laut perdagangan internasional. Tarakan sebagai satu-satunya kota yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, juga memiliki posisi yang strategis bagi provinsi karena menjadi pintu gerbang untuk memasuki wilayah Kalimantan Utara. Dengan berada di posisi yang strategis ini, menjadikan Kota Tarakan sebagai penggerak pertumbuhan di wilayah utara Kalimantan dan juga sebagai pusat transit perdagangan antara Indonesia-Malaysia-Filipina.

8

Selain berada di posisi yang strategis, terdapat pula dampak negatif dari kondisi geografis tersebut, yaitu mengakibatkan banyaknya komoditas yang masuk dan diperdagangkan secara ilegal, khususnya barang dari Malaysia.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan maraknya barang ilegal mudah masuk melalui daerah perbatasan selain dilihat dari kondisi geografisnya.

Seperti ungkapan Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf dalam dialog Primetime News Metro TV dengan tema Ancaman Impor Ilegal mengatakan “… tingginya bea masuk suatu barang ke Indonesia, menyebabkan keinginan importer memasukkan barang secara ilegal akan semakin tinggi. Terlalu banyaknya pintu masuk barang-barang impor di Indonesia ditambah lemahnya

8 Cici Dwi Kusuma Pasaribu dan Rakhmad Kavin, Community Assistance in Tarakan The Urban City of North Borneo Province, International Journal of Kybernology, Vol, 3, No, 1, Juli 2016, Jakarta: Agency of Community Service Governance Institute of Home Affairs, hal. 72, diakses dalam http://upm.pps.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/COMMUNITY-ASSISTANCE-IN- TARAKAN-THE-URBAN-CITY-OF-NORTH-BORNEO-PROVINCE.pdf, (07/04/2018 17:52).

(6)

6

pengawasan menjadi salah satu penyebab mudahnya barang impor membanjiri pasar Indonesia.”

9

.

Dalam kasus yang terjadi di Kota Tarakan, faktor dari segi geografis dan kepabeanan menjadi penyebab beredarnya produk-produk dari Malaysia secara ilegal. Beberapa pedagang khususnya para pedagang kecil lebih memilih jalur ilegal karena tidak perlu melakukan proses kepabeanan yang dirasa akan menyulitkan mereka. Kondisi Kota Tarakan yang dikelilingi oleh laut, juga memberikan kemudahan bagi para pedagang untuk menyeludupkan barang ilegal melalui pelabuhan-pelabuhan kecil yang tidak memiliki izin yang kemudian dijual ke para pedagang lainnya untuk dipasarkan. Kualitas produk Malaysia yang diperdagangkan seperti milo, makanan ringan, dan varian berbagai produk coklat banyak diminati oleh masyarakat, bahkan menjadi oleh-oleh khas jika berkunjung ke Kota Tarakan. Harga yang lebih murah dan kemudahan untuk mendapatkan produk luar dibandingkan produk lokal mempengaruhi minat masyarakat pada produk Malaysia.

10

Sarana dan prasarana transportasi yang jumlahnya masih sedikit, Pos Lintas Batas (PLB) yang masih terbatas dan belum mampu beroperasional sebagaimana mestinya, juga menjadi pemicu mudahnya barang luar masuk secara ilegal melalui jalur yang tidak bisa dideteksi akibat dari pengawasan dan pengamanan yang tidak

9 Anggitondi Martaon, 2015, Penyebab Barang Impor Ilegal Masuk Indonesia, diakses dalam http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/12/24/463406/penyebab-barang-impor-ilegal-

gampang-masuk-indonesia (05/01/2018 12:40).

10 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Borneo Tarakan, Laporan Akhir Evaluasi Permasalahan dan Perumusan Kebijakan Perdagangan Lintas Batas Kota Tarakan, hal.

52, diakses dalam https://core.ac.uk/download/pdf/77621323.pdf (07/04/2018 15:32).

(7)

7

bisa dilakukan dengan maksimal.

11

Selain itu, kurang tegasnya pemerintah dalam menangani pedagang kecil yang melakukan impor ilegal di pelabuhan-pelabuhan tikus dan memperdagangkannya melalui usaha kecil yang tidak terdata, membuat nilai impor ilegal masih terbilang cukup tinggi. Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Borneo Tarakan, total nilai barang yang diperdagangkan di Kota Tarakan melalui pelabuhan tidak berizin mencapai 24,32 Miliar berdasarkan data pada tahun 2012.

12

Banyaknya kerugian tersebut tentunya tidak hanya merugikan pelaku usaha lokal yang memproduksi produk khas negeri saja, tetapi juga merugikan negara dari aspek ekonomi. Masuknya produk ilegal tanpa proses kepabeanan menyebabkan kurangnya pemasukan pajak ke kas negara. Produk lokal dari para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang kurang bersaing juga akan mempengaruhi perekonomian Kota Tarakan karena melemahnya pendapatan dari produsen yang dapat berujung pada kebangkrutan sehingga mengurangi pemasukan pendapatan daerah. Melemahnya minat terhadap produk dalam negeri tentu akan mempengaruhi persaingan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah berlangsung saat ini.

Dalam aspek lain seperti kesehatan misalnya, hal yang ditakutkan dari produk ilegal adalah apabila produk tersebut berisi zat yang tidak diketahui kandungannya karena tidak melalui proses izin dari Badan Pengawas Obat dan

11 Juni Suburi, 2010, Kebijakan Pengelolaan Batas Antar Negara di Kalimantan dalam Konteks Menjaga Kedaulatan Wilayah NKRI dalam (ed.) Ludiro Madu, dkk, Mengelola Perbatasan Indonesia di Dunia Tanpa Batas: Isu, Permasalahan dan Pilihan Kebijakan, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 121.

12 Ibid., hal. 50.

(8)

8

Makanan (BPOM) setempat sehingga dapat membahayakan masyarakat selaku konsumen.

Permasalahan impor ilegal ini tentunya memerlukan perhatian lebih dari pemerintah daerah, agar peluang tersebarnya produk impor ilegal Malaysia di pasaran semakin menurun. Pemerintah Kota Tarakan tentunya lebih mengetahui bagaimana kondisi di daerahnya, sehingga seharusnya mampu mengatasi persoalan impor ilegal yang terjadi di wilayah tersebut.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peran Pemerintah Daerah Dalam Mengatasi Perdagangan Ilegal di Perbatasan Kalimantan Utara (Studi Kasus: Kota Tarakan)” dengan penelitian ini juga diharapkan peneliti mengetahui sejauh mana peran pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana peran pemerintah daerah dalam mengatasi perdagangan ilegal di perbatasan Kalimantan Utara di Kota Tarakan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Menggambarkan peran pemerintah daerah Kota Tarakan sebagai daerah perbatasan di Kalimantan Utara dalam mengatasi salah satu masalah perbatasan yaitu beredarnya produk impor ilegal Malaysia di Tarakan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi yaitu:

(9)

9 1.3.2.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis, sekurang- kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan mengenai kajian perbatasan dan isu-isu yang terkait. Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, sekurang- kurangnya dapat dijadikan rujukan sebagai gambaran mengenai peran pemerintah dalam mengatasi masalah perbatasan bagi pengambil kebijakan, pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya.

1.4 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 5 penelitian terdahulu sebagai penentu posisi penulis dan pernyataan akan kebaruan atau orisinilitas dengan cara menelaah hasil penelitian-penilitian sebelumnya yang kemudian diformat dalam bentuk review penelitian terdahulu.

Penelitian pertama yaitu oleh M. Yogie S yang berjudul “Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan dan Lintas Batas Antarnegara di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat”.

13

Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa letak geografis dan administrasi yang berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Serawak-Malaysia, membuat Kabupaten Kapuas Hulu menjadi strategis secara nasional terutama dibidang pertahanan dan

13 M. Yogie S, 2015, Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan dan Lintas Batas Antarnegara di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Thesis, Bogor: Jurusan Ilmu Perencanaan Wilayah Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, diakses dalam http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80036/1/2015mys.pdf (12/10/2017 13:19).

(10)

10

keamanan. Kabupaten Kapuas Hulu tergolong sebagai daerah yang tingkat perkembangannya rendah, terdapat beberapa faktor penyebab dari hal tersebut, yaitu lemahnya pelayanan dalam sarana dan prasarana dasar, akses transportasi, sumber daya manusia serta pemanfaatan pada sumber daya alam dan ekonomi. Pada masa pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla saat ini yang memasukkan perlakuan khusus terhadap kawasan perbatasan kedalam visi-misi nawacitanya, memberikan udara segar bagi masyarakat perbatasan. Arah pengembangan kawasan perbatasan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking kini menjadi outward looking, pendekatan keamanan menjadi pendekatan kesejahteraan. Pendekatan melalui kesejahteraan ini diharapkan dapat menumbuhkan tingkat ekonomi kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu.

Dalam mengembangkan kawasan perbatasan lintas batas dengan strategi

utama pembangunan kawasan perbatasan, dirumuskan beberapa strategi

diantaranya: (a) pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan interaksi dan

konektifitas antar negara untuk mendukung pergerakan orang dan barang, (b)

meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah produksi komoditas unggulan yang

berdaya saing dan berpeluang ekspor, (c) menyusun regulasi-regulasi terkait

pengelolaan lintas batas sebagai respon terhadap ASEAN dan AEC, (d) melakukan

kerjasama pengawasan dan keamanan yang lebih intensif di kawasan perbatasan,

(e) meningkatkan kualitas SDM dan daya saing masyarakat lokal perbatasan, (f)

meningkatkan kualitas pelayanan pos lintas batas antara lain custom, immigration,

quarantine dan security.

(11)

11

Dalam pengembangan kawasan perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu, disarankan untuk meningkatkan perekonomian dengan mengoptimalkan potensi lahan dan nilai tambah produksi komoditas unggulan pertanian dan perkebunan untuk pasar lokal, regional dan ekspor. Berdasarkan struktur perekonomian kabupaten Kapuas Hulu selama periode 5 tahun terakhir (2011-2015), memperlihatkan bahwa sektor pertanian masih menjadi leading sector, terutama karena didukung oleh sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor kehutanan. Kemudian dilanjutkan dengan sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor lainnya dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), selain itu perlunya peningkatan dalam pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana dasar yang ada, seperti pasar sebagai salah satu bagian dari sarana dasar.

Dalam hal prasarana dasar, seperti pelayanan saran air bersih, kualitas air

produksi PDAM yang disalurkan ke rumah-rumah warga tidak melewati standar

proses penyaringan yang memadai. Kualitas air yang dihasilkan bergantung pada

kondisi air di sungai Kapuas, yang apabila terjadi banjir/air pasang ketika musim

hujan maka air yang dialirkan tidak akan jernih karena banyak mengandung

endapan lumpur. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan pelanggan

PDAM, karena sebagian warga lebih memilih menggunakan air yang diambil dari

perairan danau dan air tanah selain bergantung pada air hujan. Sedangkan dalam

penyelenggaraan kegiatan bidang komunikasi di wilayah perbatasan tersebut

seperti pos, giro telepon, faksmili, dan telegram yang dikelola oleh Perum Pos-Giro,

(12)

12

fasilitas-fasilitas yang ada masih sangat terbatas dan tersebar tidak merata di seluruh kecamatan perbatasan.

Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana yang ada serta aspek lainnya perlu ditingkatkan agar dapat mendorong pengembangan kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu. Sehingga hal ini dapat mengoptimalisasi hubungan kedua negara dalam memanfaatkan peluang pembangunan kawasan perbatasan dan lintas batas antar negara.

Penelitian kedua oleh Samuel Karya Mali Pirade yang berjudul “Legalitas Perdagangan Produk Makanan Malaysia dalam Perspektif Hukum Internasional (Studi Kasus Wilayah Kota Samarinda)”.

14

Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa legalitas suatu produk makanan Malaysia di Kota Samarinda ditandai dengan adanya izin dari perusahaan atau badan usaha dalam melakukan kegiatan usaha perdagangan yang telah terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda. Pada realitanya, masih banyak pelaku usaha yang mengimpor maupun memperdagangkan produk Malaysia tanpa adanya legalitas dari dinas terkait.

Beberapa produk makanan Malaysia yang beredar di Samarinda, dikatakan tidak legal dikarenakan produk makanan yang memiliki izin edar dikemasannya tersebut tidak melalui pelabuhan yang ditentukan dalam Permendag Nomor 36 Tahun 2014 tetapi melalui sungai-sungai kecil di Nunukan yang berbatasan

14 Samuel Karya Mali Pirade, 2014, Legalitas Perdagangan Produk Makanan Malaysia dalam Perspektif Hukum Internasional (Studi Kasus Wilayah Kota Samarinda), Skripsi, Makassar: Jurusan

Ilmu Hukum, Universitas Hasanuddin, diakses dalam

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/13780/SKRIPSI%20LENGKAP-HI- SAMUEL%20KARYA%20MALI%20PIRADE.pdf (05/01/2018 23:44)

(13)

13

langsung dengan Malaysia yaitu Sabah. Permendag yang kurang bermanfaat bagi pedagang-pedagang kecil, mengakibatkan mereka mencari jalan lain agar lebih mudah mendapatkan produk-produk dari Malaysia, salah satunya dengan mempergunakan fasilitas Border Trade Agreement (BTA) atau menggunakan konsep perdagangan lintas batas tradisional.

Fasilitas BTA yang diberikan khusus untuk warga perbatasan, justru disalahgunakan oleh para pedagang yang ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Sehingga diperlukan pengawasan yang lebih ketat, tidak hanya dari pemerintah Kota Samarinda saja, tetapi juga dari pihak pengawas perbatasan agar barang-barang yang dikonsumsi di perbatasan tidak keluar dari daerah perbatasan.

Selain itu, diperlukan pula sosialisasi untuk masyarakat mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), agar produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk luar, sehingga hal ini dapat mengurangi jumlah impor yang dapat mematikan usaha-usaha atau industri kecil.

Penelitian ketiga oleh Muhammad Aulia Pratama yang berjudul “Maraknya Penyeludupan Barang Ilegal di Wilayah Perbatasan dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia”.

15

Dalam penelitian tersebut meyimpulkan bahwa wilayah perbatasan yang menjadi garda terdepan sebuah negara perlu mendapatkan perhatian yang serius. Di Indonesia, masyarakat lokal perbatasan cenderung masuk dalam kategori tertinggal dari berbagai aspek pembangunan. Hal ini menjadi salah satu permasalahan utama daerah perbatasan Indonesia-Singapura. Selain itu,

15 Muhammad Aulia Pratama, 2017, Maraknya Penyeludupan Barang Ilegal di Wilayah Perbatasan dan Pengaruhnya terhadap Perekonomian Indonesia, Skripsi, Bandung: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Pasundan Bandung, diakses dalam http://repository.unpas.ac.id/27949/

(05/01/2018 16:21).

(14)

14

dinamika kehidupan ekonomi di daerah perbatasan Indonesia-Singapura diwarnai dengan transaksi illegal dan penyeludupan yang menjamur dengan praktik menyimpang. Praktik-praktik semacam ini tidak hanya merusak sistem dan regulasi yang telah berjalan saja, tetapi juga sangat berpotensi merugikan negara dari sisi ekonomi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana penyeludupan di Indonesia yaitu faktor geografis, kondisi industri dalam negeri, Sumber Daya Alam (SDA), kelebihan produksi, transportasi, mentalitas dan masyarakat. Hadirnya black market juga menjadi pemicu utama mudahnya penyeludupan barang-barang illegal. Penyeludupan barang impor yang dilakukan tentu saja sangat merugikan pemerintah dari segi pendapatan negara. Selain pemerintah, masyarakat juga ikut terkena dampaknya, yaitu dari segi stabilitas ekonomi yang tentunya meresahkan masyarakat.

Dalam menghadapi permasalahan dan tatangan yang mempengaruhi keamanan kedua negara khususnya di wilayah perbatasan ekonomi khusus, Pemerintah Indonesia dan Singapura menandatangani perjanjian tentang Kerangka Kerjasama Keamanan (Agreement between the Republic of Indonesia and Singapore on the Framework for Security Cooperation) pada tanggal 13 November

2006 di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Cakupan dalam perjanjian ini

meliputi kerjasama dalam bidang: pertahanan, penegakan hukum, pemberantasan

terorisme, intelijen, keamanan maritime, keselamatan dan keamanan penerbangan,

proliferasi senjata pemusnah masal, tanggap darurat, peningkatan saling pengertian

antarperseorangan dan antar masyarakat. Dengan dilakukannya kerjasama bilateral

(15)

15

antar kedua negara, meningkatkan pengamanan dan kinerja instansi terkait serta menerapkan program-program guna meningkatkan daerah perbatasan, diharapkan dapat meminimalisir tindak pidana penyeludupan khususnya di daerah perbatasan.

Penelitian keempat oleh Ariel Rakhmadan yang berjudul “Peran Provinsi Kalimantan Utara sebagai Penanganan Permasalahan Perbatasan Indonesia- Malaysia”.

16

Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa perbatasan Indonesia- Malaysia seringkali mengalami permasalahan meskipun telah ada pos penjagaan di antar kedua negara. Akibatnya hubungan kedua negara dari tingkat pemerintah sampai tingkatan masyarakat antar keduanya sering tidak harmonis. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam menangani permasalahan perbatasan khususnya di Kalimantan Timur. Masalah perbatasan menjadi isu yang sangat sensitif karena dianggap sangat mengancam keamanan nasional terutama untuk keutuhan NKRI.

Dalam mengatasi permasalahan perbatasan tersebut, dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, pemekaran dari wilayah Kalimantan Timur bagian utara. Dibentuknya provinsi baru tersebut diharapkan berperan lebih baik daripada Provinsi Kalimantan Timur sebelum pemekaran, yang masih kurang fokus terhadap permasalahan perbatasan yang ada. Peranan yang dirasa kurang ini karena pemerintah masih memiliki permasalahan di ibu kota provinsinya yang masih penting, sehingga mengesampingkan permasalahan perbatasan.

16 Ariel Rakhmadan, 2014, Peran Provinsi Kalimantan Utara sebagai Penanganan Permasalahan Perbatasan Indonesia-Malaysia, Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(16)

16

Beberapa alasan mengapa pemekaran ini dilakukan adalah pertama, provinsi Kalimantan Utara diharapkan memiliki peranan sebagai salah satu solusi dalam rangka mengoptimalkan pelayanan publik yang sangat minim di perbatasan.

Pemerintahan di perbatasan yang berbentuk provinsi ini dapat memperpendek rentang kendali (span of control) pemerintahan, sehingga lebih efektif dan efisien dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, memperkuat daya saing daerah dan memperkokoh keutuhan NKRI di wilayah perbatasan dengan negara tetangga.

Kedua, secara geostrategi Kalimantan Utara berada diposisi yang strategis dimana merupakan pintu gerbangke Malaysia (Sabah), Philipina Selatan dan Brunei Darussalam, sehingga dapat mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala hambatan dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, langsung maupun tidak langsung yang membahayakan intergritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintah untuk kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat terutama di daerah perbatasan dan pedalaman.

Ketiga, wilayah perbatasan mempunyai potensi yang besar untuk

dikembangkan, baik potensi sumber daya alam maupun potensi di bidang jasa,

perdagangan dan wisata. Dengan adanya Kalimantan Utara, pengoptimalan bisa

dilakukan agar dapat dikembangkan menjadi penghasilan daerah yang dapat

menjadi modal pembangunan daerah lebih baik lagi. Selain itu, untuk mendorong

terjadinya hubungan regional maupun bilateral antara Provinsi Kalimanta Utara dan

(17)

17

daerah perbatasan Malaysia yang lebih berkelanjutan, sehingga dapat mengatasi berbagai persoalan antara Indonesia-Malaysia dengan formulasi win-win solution.

Peran provinsi baru Kalimantan Utara di perbatasan secara tidak langsung akan menciptakan ibu kota daerah di perbatasan, yang selanjutnya akan menciptakan sebuah provinsi yang fokus pada penanganan mengenai masalah perbatasan.

Penelitian terakhir oleh Rossa Pratiwi yang berjudul “Pasar Gelap di Batam:

Kapasitas Pengawasan Pemerintah dalam Menangani Kasus Penyeludupan dan Perdagangan Ilegal Barang Elektronik di Kota Batam”.

17

Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa pendukung awal terjadinya praktek-praktek penyeludupan barang elektronik ke dalam Batam adalah karena kondisi fisik geografis yang sangat luas disertai banyaknya titik pelabuhan tikus atau liar di kota Batam. Selain itu, terdapat pula pasar maling yang merupakan tempat tujuan selanjutnya setelah barang diseludupkan. Adanya kerjasama antara oknum penyeludup dengan aparat di lapangan membuat pasar maling yang berstatus illegal tersebut tidak dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah. Beberapa alasan yang memicu hal tersebut adalah karena untuk memenuhi hasrat masyarakat akan barang impor murah dan adanya praktek suap-menyuap.

Sejak diberlakukannya Free Trade Zone (FTZ) dimana Batam menjadi daerah transitor produk-produk luar, banyak ditemukan barang-barang impor dari luar di Batam. Hal ini mempengaruhi tipe konsumsi masyarakat Batam, dimana

17 Rossa Pratiwi, 2016, Pasar Gelap di Batam: Kapasitas Pengawasan Pemerintah dalam Menangani Kasus Penyeludupan dan Perdagangan Ilegal Barang Elektronik di Kota Batam, Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Politik dan Pemerintahan, Univeristas Gadjah Mada, diakses dalam http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=248 (05/01/2018 21:32).

(18)

18

mereka lebih cenderung untuk mengkonsumsi produk luar yang rasa maupun kualitasnya lebih bagus daripada produk lokal dengan harga yang murah dan mudah didapatkan. Kondisi ini menjadi faktor tingginya permintaan masyarakat akan barang-barang impor. Tingginya permintaan membuat para pengusaha menggunakan cara yang illegal untuk menghindari pungutan cukai.

Pemerintah pusat dan daerah tentunya tidak tinggal diam dalam menanggapi maraknya praktek ilgeal yang merugikan negara tersebut. Berbagai macam upaya sudah dilakukan oleh pemerintah Pusat dan Daerah (kota Batam) dalam melakukan fungsi pengawasan dengan kapasitas regulative yang dimilikinya. Akan tetapi, pengawasan tersebut masih belum bisa memenuhi prinsip-prinsip pengawasan yang efektif, salah satunya karena masih ada praktek suap-menyuap yang dilakukan penyeludup dengan aparat. Perlunya dilakukan perbaikan dengan diperketatnya pengawasan terhadap kinerja aparatur sehingga pengawasan bukan hanya terhadap kegiatan ekonomi illegal saja.

Adapun perbedaan dan persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pada penelitian terdahulu milik M. Yogie S memiliki persamaan yaitu membahas mengenai kawasan perbatasan di Kalimantan tetapi M. Yogie S lebih menjelaskan mengenai strategi pengembangan kawasan perbatasan dan lintas batas antarnegara. Sedangkan penelitian penulis mengenai peran pemerintah dalam mengatasi perdagangan illegal di kawasan perbatasan.

Pada penelitian kedua milik Samuel Karya M.P memiliki persamaan dimana

membahas mengenai impor illegal yang terjadi di Kalimantan, tetapi Samuel Karya

(19)

19

M.P meneliti bagaimana proses hukum terhadap legalitas barang impor tersebut menurut prespektif hukum internasional.

Pada penelitian ketiga milik M. Aulia Pratama, juga memiliki persamaan dalam membahas impor illegal di wilayah perbatasan. Perbedaan penulisan terdapat dari aspek yang diambil, dimana milik M. Aulia Pratama lebih berfokus pada aspek ekonomi akibat dari impor illegal. Selanjutnya, pada penelitian keempat dan kelima menjadi penelitian yang menginspirasi penulis untuk menjadikannya penelitian.

Persamaan pada penelitian keempat milik Ariel R membahas mengenai provinsi

Kalimantan Utara, yang menjadi pembeda, penelitian penulis lebih berfokus pada

salah satu permasalahan yang terjadi di perbatasan utara Kalimantan yaitu impor

illegal. Sedangkan persamaan pada penelitian kelima, membahas mengenai peran

pemerintah dalam mengatasi impor illegal. Jika penelitian milik Rossa Pratiwi lebih

membahas adanya kontribusi beberapa oknum pemerintah Batam dalam impor

illegal khususnya barang elektronik, pembahasan penulis lebih kepada bagaimana

pemerintah mengatasi permasalahan impor illegal khususnya produk Malaysia di

Kota Tarakan.

(20)

20 Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No Judul dan Nama Peneliti

Jenis Penelitian

dan Alat Analisa Hasil 1. Thesis:

Strategi

Pengembangan Kawasan Perbatasan dan Lintas Batas Antarnegara di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.

Oleh:

M. Yogie S

Deskriptif Pendekatan:

Konsepsi Pengembangan Wilayah dan Konsep

Perbatasan

- Letak geografis dan administratif yang berbatasan langsung dengan Serawak-Malaysia, membuat posisi Kabupaten Kapuas Hulu strategis secara nasional khususnya dalam pertahanan dan keamanan.

Akan tetapi, Kabupaten Kapuas Hulu termasuk dalam daerah yang tingkat perkembangannya rendah.

- Terdapat beberapa trategi yang digunakan untuk mengembangkan kawasan perbatasan yang tertinggal ini, salah satunya pendekatan melalui kesejahteraan yang nantinya dapat meningkatkan perekonomian melalui pengoptimalan sumber daya yang ada di daerah perbatasan.

2. Skripsi:

Legalitas

Perdagangan Produk Makanan Malaysia dalam Perspektif Hukum

Internasional.

Oleh:

Samuel Karya Mali Pirade.

Deskriptif Pendekatan:

Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Perjanjian Internasional.

- Kurang bermanfaatnya

Permendag 36/M-

DAG/PER/7/2014 kepada pedagang-pedagang kecil, mengakibatkan mereka mencari jalan lain agar lebih mudah mendapatkan produk- produk dari Malaysia.

- Penyalahgunaan fasilitas

Border Trade Agreement

(BTA) dan masih ada yang

menggunakan konsep

perdagangan lintas batas

tradisional, menjadi pemicu

utama masuknya produk

Malaysia secara illegal. Salah

(21)

21

satunya melalui sungai- sungai kecil di Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia yaitu sabah.

- Mengatasi permasalahan ini, pemerintah kota Samarinda bekerja sama dengan pihak pengawas perbatasan untuk lebih mengetatkan penjagaan agar barang tidak keluar dari daerah perbatasan.

- Sosialisasi mengenai MEA 2015 juga perlu diterapkan untuk mengurangi nilai impor dan agar lebih membantu usaha atau industri kecil yang memproduksi produk lokal.

3. Skripsi:

Maraknya Penyeludupan

Barang Ilegal di Wilayah Perbatasan dan Pengaruhnya terhadap

Perekonomian Indonesia.

Oleh:

Muhammad Aulia Pratama.

Deskriptif.

Pendekatan:

Kerjasama Internasional.

- Wilayah perbatasan yang tertinggal dan terisolir menjadi salah satu tempat yang rawan terjadinya aksi tindak pidana, salah satunya penyeludupan.

- Perbatasan Indonesia- Singapura yang masih sering diwarnai dengan transaksi illegal dan penyeludupan, membuat kedua negara membuat kerjasama bilateral pada aspek keamanan. Salah satunya Perjanjian tentang Kerangka Kerjasama Keamanan (Agreement between the Republic of Indonesia and Singapore on the Framework for Security Cooperation).

- Dengan dilakukannya

kerjasama bilateral antar

kedua negara, meningkatkan

pengamanan dan kinerja

instansi terkait serta

menerapkan program-

program guna meningkatkan

(22)

22

daerah perbatasan,

diharapkan dapat

meminimalisir tindak pidana penyeludupan khususnya di daerah perbatasan.

4. Skripsi:

Peran Provinsi Kalimantan Utara sebagai Solusi Penanganan

Permasalahan Perbatasan

Indonesia-Malaysia.

Oleh:

Ariel Rakhmadan.

Deskriptif.

Pendekatan:

Konsep

Kewenangan dan Konsep Diplomasi Total.

- Pemerintah telah melakukan berbagai cara dalam mengatasi masalah perbatasan antara Indonesia- Malaysia, dan salah satu yang terbaru adalah dengan dibentuknya provinsi baru yaitu Kalimantan Utara.

- Peran provinsi Kalimantan Utara diperbatasan secara tidak langsung akan menciptakan ibu kota daerah di perbatasan, sehingga rentang kendali (span of control) dengan pemerintah pusat sangat dekat. Hal ini lebih efisien dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, memperkuat daya saing daerah dan memperkokoh keutuhan NKRI di wilayah perbatasan dengan negara tetangga.

5. Skripsi:

Pasar Gelap di Batam: Kapasitas Pengawasan

Pemerintah dalam menangani Kasus Penyeludupan dan Perdagangan Ilegal Barang Elektronik di Kota Batam.

Oleh:

Rossa Pratiwi.

Deskriptif.

Pendekatan:

Illicit Trade (Perdagangan Ilegal), dan Kapasitas

Pengawasan Pemerintah.

- Sejak diberlakukannya Free Trade Zone (FTZ) dimana Batam menjadi daerah transitor produk-produk luar, banyak ditemukan barang- barang impor dari luar di Batam.

- Selain faktor geografis, adanya pasar maling, pelabuhan liar, kondisi penyeludupan illegal diperparah dengan adanya praktek suap-menyuap antara penyeludup dengan aparat.

- Perlunya dilakukan

perbaikan dengan

(23)

23

diperketatnya pengawasan terhadap kinerja aparatur sehingga pengawasan bukan hanya terhadap kegiatan ekonomi illegal saja guna meminimalisir transaksi illegal di kota Batam.

6. Skripsi:

Peran Pemerintah Daerah dalam Mengatasi

Perdagangan Ilegal di Perbatasan Kalimantan Utara (Studi Kasus: Kota Tarakan).

Oleh:

Nungki

Kusumawardani Syahputri.

Deskriptif.

Pendekatan:

Keamanan Non- Tradisional dan Otonomi Daerah.

- Daerah perbatasan merupakan kawasan yang rawan akan permasalahan.

Salah satu permasalahan yang sering terjadi di perbatasan adalah perdagangan ilegal.

- Kota Tarakan berada di posisi strategis karena berada di ALKI II sehingga menjadikannya pusat transit perdagangan antara Indonesia-Malaysia-Filipina.

Dampak negatifnya, produk luar khususnya dari negara Malaysia banyak beredar dan dipasarkan secara illegal di Kota Tarakan.

- Peran pemerintah selaku

pihak yang memiliki

kewenangan melakukan

penindakan, pengawasan

serta kerjasama. Kegiatan

tersebut tidak hanya

melibatkan instansi-instansi

terkait tetapi juga

menggandeng masyarakat

agar permasalahan

perdagangan ilegal dapat

diminimalisir.

(24)

24 1.5 Kerangka Teori dan Konsep

1.5.1 Konsep Keamanan Non-tradisional

Sebelum perang dingin, kajian keamanan internasional hanya sebatas mengenai keamanan kedaulatan dari kontestasi militer antar negara. Tradisi realisme dan neorealisme berkaitan erat dengan keamanan tradisional, dimana mereka beranggapan bahwa objek acuan dari keamanan adalah negara dan struktur sistem internasional yang bersifat anarkis.

18

Kewenangan tertinggi dipegang oleh negara, sehingga negara berdaulat penuh dalam kepentingan keamanan. Hal ini menyebabkan kecurigaan antar negara yang berujung pada peningkatan kemampuan militer untuk mengamankan daerah kedaulatannya. Keamanan tradisional lebih memfokuskan pada aspek-aspek geopolitik seperti strategi penangkalan, keseimbangan kekuatan dan strategi militer. Pemahaman keamanan yang dilihat dari ancaman militer, menghasilkan security dilemma antar negara karena hubungan antar negara bersifat zero-sum game, dimana upaya dalam meningkatkan keamanan akan berdampak negatif terhadap keamanan negara lain karena mengganggu keseimbangan kekuatan.

19

Pasca perang dingin, isu keamanan tidak lagi mengenai konflik ideologis antara blok Barat dan blok Timur. Kajian keamanan internasional mulai berkembang dengan ditandai adanya perluasan dan pendalaman pada kajian tersebut. Konsep keamanan tidak lagi berfokus pada kedaulatan nasional saja karena menurunnya ancaman militer terhadap suatu wilayah negara. Perkembangan

18 Aleksius Jemadu, 2008, Politik Global dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal.

141.

19 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochammad Yani, 2006, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 126-127.

(25)

25

yang terjadi baik di dunia internasional dan juga nasional, telah membuat sifat ancaman semakin rumit.

20

Para penstudi keamanan internasional kemudian mulai memberikan perhatian lebih terhadap isu-isu keamanan non-tradisional. Jika keamanan tradisional lebih menekankan pada aspek-aspek geopolitik, keamanan non- tradisional berfokus pada aspek-aspek lain seperti, ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup dan isu-isu lainnya yang menyangkut demokratisasi dan Hak Asasi Manusia (HAM). Persoalan keamanan yang semakin meluas membuat negara tidak hanya menghadapi tekanan dari lingkungan domestik, tetapi juga dari lingkungan internasional. Lingkungan internasional memberikan tekanan melalui transaksi-transaksi dan isu-isu yang melewati batas-batas nasional negara, misalnya transaksi ekonomi, penyebaran informasi, migrasi, masalah lingkungan hidup, kejahatan internasional dan lain sebagainya.

21

Dalam penelitian ini lebih berfokus pada aspek keamanan ekonomi.

Keamanan ekonomi yang dimaksud adalah bagaimana menjaga akses terhadap sumber-sumber ekonomi, modal dan pasar untuk menciptakan kesejahteraan.

22

Aspek ekonomi diambil karena terjadinya ketidakamanan ekonomi di Kota Tarakan yang merupakan satu-satunya kota di perbatasan Kalimantan Utara. Ketidakamanan ekonomi tersebut terjadi akibat dari tekanan lingkungan internasional yaitu adanya transaksi ekonomi dari negara Malaysia seperti perdagangan yang melewati batas- batas nasional negara secara ilegal.

20 Ibid., hal. 124.

21 Ibid., hal. 128.

22 Bob Sugeng Hadiwinata, 2017, Studi dan Teori Hubungan Internasional: Arus Utama, Alternatif, dan Reflektivis, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hal. 184.

(26)

26

Impor ilegal yang beredar tentunya akan menimbulkan kerugian, khususnya pada aspek ekonomi, baik itu bagi kota Tarakan maupun negara. Berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Borneo Tarakan, total kerugian yang diakibatkan dari adanya perdagangan barang yang tidak berizin pada tahun 2012 mencapai 24,32 Miliar Rupiah.

Konsep keamanan non-tradisional ini juga memberikan perubahan dalam tanggung jawab terhadap keamanan. Dimana negara bukan lagi satu-satunya aktor, pemerintah daerah sebagai sub-state actor karena bagian kecil dari negara serta keberadaan aktor non-negara seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan juga masyarakat Kota Tarakan dapat berkontribusi dalam mewujudkan keamanan.

Dalam hal ini, guna membantu pemerintah dalam menjaga keamanan, diperlukan juga kesadaran masyarakat Kota Tarakan untuk mengurangi perdagangan maupun pembelian produk ilegal Malaysia yang telah banyak beredar di pasaran.

Dengan berkembangnya isu keamanan tersebut membuat negara yang awalnya sebagai penyedia keamanan perlu meningkatkan keamanannya dengan bekerjasama antar semua individu. Sehingga tercapainya keamanan tidak lagi bergantung pada negara, tetapi dapat ditentukan oleh kerjasama transnasional antara aktor non-negara.

23

Salah satu kerjasama transnasional yang dilakukan adalah bekerjasama dalam membentuk Maritime Command Center (MCC).

Pembentukan MCC ini merupakan kerjasama berbagi informasi dan intelijen dalam mendukung hubungan bilateral untuk meredam dan meminimalisir kejahatan lintas

23 Ibid., hal. 126.

(27)

27

batas yang terjadi di kawasan perairan. Kerjasama ini dilakukan oleh TNI Angkatan Laut Kota Tarakan dengan 2 negara ASEAN yaitu Malaysia dan Philipina.

24

Dalam keamanan non-tradisional, rasa aman tidak lagi dilihat dari jumlah senjata ataupun militer yang dimiliki, melainkan kemampuan negara dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar warganya seperti pangan, pendidikan, pekerjaan dan hak lainnya. Dalam penelitian ini, pemerintah daerah maupun masyarakat kota Tarakan perlu saling bantu dengan melakukan perannya masing- masing untuk mengatasi masalah impor ilegal di perbatasan Kalimantan Utara ini.

Pentingnya mengatasi permasalahan perbatasan ini, karena hal tersebut masuk ke dalam keamanan nasional. Dimana pemerintah melakukan cara untuk melindungi integritas teritorialnya dari ancaman yang datang baik itu dari luar ataupun dari dalam.

1.5.2 Otonomi Daerah

Pembangunan kawasan perbatasan menjadi agenda wajib bagi pemerintah pusat agar kondisi kawasan perbatasan Indonesia tidak tertinggal dengan negara tetangga. Dalam mewujudkan hal tersebut, pemerintah pusat menjadikan pemerintah daerah sebagai koordinator dalam melaksanakan pembangunan kawasan perbatasan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui otonomi daerah.

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan dalam menyelenggarakan otonomi. Penyelenggaraan otonomi tersebut tertuang dalam Undang-Undang

24 Bisma Alief Laksana, Panglima TNI Resmikan Pusat Komando Militer di Tarakan, diakses dalam https://news.detik.com/berita/d-3534971/panglima-tni-resmikan-pusat-komando-militer-di-tarakan (23/04/2021 23:20).

(28)

28

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah yang berbunyi:

“Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.”

25

Pemekaran dilakukan karena adanya perbedaan antara daerah yang dekat pusat pemerintahan dengan daerah yang jauh dari pusat pemerintahan misalnya perbatasan. Perbedaan antara keduanya bisa terlihat dari sarana dan prasana penunjang yang ada di daerah tersebut. Dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa:

“Penyelenggaraan pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

26

Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah juga menjelaskan mengenai kewenangan pemerintah daerah yang meliputi: (a) pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya sesusai dalam sistem Negara

25 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, diakses dalam https://pih.kemlu.go.id/files/UU0232014.pdf (07/05/2017 16:34).

26 Ibid.

(29)

29

Kesatuan Republik Indonesia; (b) pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan oleh pemerintah pusat menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah dengan berdasar atas asas tugas pembantuan; dan (c) pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum yang menjadi kewenangan presiden dan pelaksanaannya dilimpahkan kepada gubernur dan bupati/walikota, dibiayai oleh APBN.

27

Dalam menyelenggarakan otonomi daerah tersebut, pemerintah daerah juga memiliki kewajiban yang harus mereka laksanakan, diantaranya adalah (a) melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (b) mengembangkan kehidupan demokrasi; (c) mewujudkan keadilan dan pemerataan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dengan meningkatkan pelayanan dasar pendidikan dan fasilitas pelayanan kesehatan, sosial serta fasilitas umum yang layak; (d) mengembangkan sumber daya produktif di daerah dan sistem jaminan sosial; (e) menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; (f) melestarikan lingkugan hidup dan nilai sosial budaya; (g) mengelola administrasi kependudukan hingga;

(h) membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya.

28

Pemerintah kemudian melakukan pemekaran salah satunya wilayah di Pulau Kalimantan yaitu provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia tepatnya negara Sabah dan Serawak. Alasan terkait pemekaran

27 Ibid.

28 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 22, diakses dalam https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/33.pdf (23/04/2021 15:41).

(30)

30

tersebut adalah agar permasalahan perbatasan yang ada dapat diselesaikan langsung dengan pemerintah daerah yang lebih mengetahui kondisi daerah tersebut.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah juga menyatakan bahwa daerah berhak menetapkan kebijakan daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

29

Peraturan ini memberikan keluasan bagi pemerintah daerah untuk memberlakukan kebijakan daerah berupa regulasi-regulasi yang nantinya dapat memajukan daerah sehingga kesejahteraan masyarakatnya meningkat.

Kota Tarakan yang tergabung dalam provinsi baru yaitu Kalimantan Utara dan rentan terhadap permasalahan perbatasan, membuat pemerintah daerah perlu melakukan otonomi yang seluas-luasnya untuk meningkatkan pembangunan daerah. Pada kasus permasalahan impor ilegal yang terjadi di kota Tarakan, salah satu hal yang dilakukan oleh pemerintah daerah ialah dengan mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam peraturan daerah. Salah satu kebijakan yang masuk ke dalam peraturan daerah guna meminimalisir permasalahan perbatasan adalah peraturan mengenai kegiatan ekspor dan impor. Peraturan tersebut tertuang dalam peraturan daerah kota Tarakan Nomor 15 Tahun 2001, dimana segala bentuk kegiatan ekspor dan impor kota Tarakan berpusat di Pelabuhan Malundung, Lingkas Ujung. Penguatan pertahanan dan keamanan laut juga dilakukan untuk menghindari perdagangan ilegal ataupun penyeludupan.

30

29 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Op.

Cit. (07/05/2017 16:34).

30 Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 15 Tahun 2001, diakses dalam http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KOTA_TARAKAN_15_2001.pdf (07/05/2018 11:37).

(31)

31

Otonomi daerah yang memberikan hak, wewenang dan kewajiban kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan juga kepentingan masyarakat setempatnya, dapat mempermudah pemekaran atau pembentukan wilayah yang dilakukan untuk memajukan suatu daerah agar kesejahteraan masyarakatnya meningkat.

Sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah diberikan kewengan dan hak untuk berperan serta dalam mengatasi masalah tersebut. Pemekaran wilayah melalui otonomi daerah ini dilakukan guna mengembangkan wilayah ke arah perbaikan yang hasilnya nanti dapat mensejahterahkan penduduk di daerah tersebut.

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif yaitu

memberikan gambaran dan penjelasan mengenai peran pemerintah daerah dalam

menyelesaikan masalah perbatasan yaitu perdagangan ilegal yang dihadapi di Kota

Tarakan, Kalimantan Utara.

(32)

32 1.6.2 Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data secara deskriptif kualitatif, dimana data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara mengenai fenomena yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan fakta-fakta dilapangan yang digunakan untuk menghasilkan argumen yang tepat dalam penelitian ini.

1.6.3 Ruang Lingkup Penelitian A. Batasan Waktu

Dalam penelitian ini akan membatasi penelitian pada saat terbentuknya provinsi Kalimantan Utara yaitu pada tahun 2012 hingga 2018 pada saat penelitian ini dilakukan.

B. Batasan Materi

Batasan materi dalam penelitian ini dibatasi hanya mengenai peran pemerintah daerah dalam mengatasi produk impor ilegal Malaysia di Kota Tarakan sebagai salah satu dari masalah perbatasan.

1.6.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Sumber data dibedakan atas sumber data primer (primary data) dan sumber sekunder (secondary data). Data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi dinamakan data primer. Data atau sumber primer antara lain meliputi hasil wawancara, hasil data dari terjun ke lapangan.

31

Sedangkan data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber- sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Bahan sumber

31 Ulber Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama, hal. 289.

(33)

33

sekunder dapat berupa artikel dalam surat kabar atau majalah popular, buku, jurnal ilmiah, laporan, publikasi pemerintah, dan catatan-catatan perpustakaan.

32

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data primer. Teknik pengumpulan data primer yang dilakukan adalah melalui wawancara atau turun lapang ke instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian guna melengkapi materi-materi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis.

1.7 Hipotesa / Argumen Pokok

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dijabarkan, dalam mengatasi permasalahan perdagangan ilegal di perbatasan Kalimantan Utara khususnya di Kota Tarakan, pemerintah daerah yang memiliki kewenangan untuk mengatasi permasalahan yang ada di daerahnya melakukan beberapa tahapan yaitu pengawasan, penindakan dan juga kerjasama.

Tahapan-tahapan tersebut dilakukan oleh pemerintah daerah bersama dengan instansi-instansi terkait seperti Bea dan Cukai, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM, TNI Angkatan Laut serta Polisi Perairan Kota Tarakan.

32 Ibid, hal. 291.

(34)

34 1.8 Sistematika Penulisan

1.2

Tabel Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis b. Manfaat Praktis 1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Kerangka Teori dan Konsep 1.5.1 Keamanan Nasional 1.5.2 Otonomi Daerah 1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian 1.6.2 Teknik Analisa Data 1.6.3 Ruang Lingkup Penelitian

a. Batasan Waktu b. Batasan Materi

1.6.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1.7 Hipotesa / Argumen Pokok

1.8 Tabel Sistematika Penulisan BAB II

PEMEKARAN PROVINSI KALIMANTAN

UTARA DAN PANGSA PASAR

IMPOR ILEGAL MALAYSIA DI KOTA TARAKAN

2.1 Peran Provinsi Kalimantan Utara sebagai Provinsi Pemekaran

2.2 Kota Tarakan sebagai Pintu Masuk Produk Impor Ilegal Malaysia

BAB III KOLABORASI PEMERINTAH DAERAH DALAM

MENGATASI PERDAGANGAN ILEGAL DI KOTA

TARAKAN

3.1 Pengawasan oleh Pihak Keamanan dalam Perdagangan di Kota Tarakan

3.1.1 Bea dan Cukai Kota Tarakan

3.1.2 Badan Pengawas Obat dan Makanan Kota Tarakan

3.1.3 Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Tarakan

3.1.4 TNI Angkatan Laut dan Polisi Perairan (Polair) Kota Tarakan

3.2 Penindakan terhadap Perdagangan Ilegal di Kota Tarakan

3.2.1 Bea dan Cukai Kota Tarakan

(35)

35

3.2.2 Badan Pengawas Obat dan Makanan Kota Tarakan

3.2.3 Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Tarakan

3.2.4 TNI Angkatan Laut dan Polisi Perairan (Polair) Kota Tarakan

3.3 Kerjasama Instansi Pemerintah dengan Masyarakat dalam Mengatasi Perdagangan Ilegal di Kota Tarakan

3.3.1 Bea dan Cukai Kota Tarakan

3.3.2 Badan Pengawas Obat dan Makanan Kota Tarakan

3.3.3 Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Tarakan

3.3.4 TNI Angkatan Laut Kota Tarakan BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Gambar

Tabel Sistematika Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

Keseluruhan aspek dalam self-regulated learning yaitu metakognisi, motivasi, berpikir kritis, manajemen waktu pelaksanaan proses pembelajaran memiliki hubungan positif

Penelitian merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan keterampilan menulis teks eksposisi te ntang seni pertunjukan Jawa dengan menggunakan

Kepala Bagian Bantuan Hukum, Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timurn. Kepala Bagian Kelembagaan, Biro Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi

Beberapa rumpun kambing/domba yang telah ditetapkan Pemerintah sebagai rumpun ternak berdasarkan wilayah sebaran asli geografis kambing/domba antara lain kambing

Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan pembangunan terutama yang berbasis pada program Rencana Strategis Pembangunan Kampung (RESPEK),

Setiap peserta wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah dijadwalkan dalam pelaksanaan PPDH Bagian Reproduksi Veteriner dan datang tepat pada waktu yang telah ditentukan3. Setiap

Berdasarkan pengolahan hasil dan pembahasan, secara umum disimpulkan bahwa penggunaan strategi inquiring minds what to know pada mata kuliah Sejarah Indonesia Masa

Untuk memproduksi propolis dengan spesifikasi tersebut jumlah alat yang diperlukan lebih sedikit (investasi juga lebih terjangkau), tidak membutuhkan ruangan khusus