• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. saing global, dan memperbaiki iklim investasi secara keseluruhan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. saing global, dan memperbaiki iklim investasi secara keseluruhan."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Umum

Infrastruktur berperan penting, tidak hanya sebagai penunjang ekonomi, tetapi juga merupakan bagian dari penyediaan pelayanan dasar yang diperlukan dalam rangka mencapai standar minimum hidup masyarakat, meningkatkan daya saing global, dan memperbaiki iklim investasi secara keseluruhan.

Sasarannya adalah membaiknya infrastruktur yang ditunjukkan dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai sarana penunjang pembangunan.

Upaya ini dilakukan terutama pada perbaikan infrastruktur dengan titik berat pada pertanian dan perdesaan, ekonomi strategis yang menghubungkan antar daerah.

Infrastruktur konservasi ditujukan untuk mewujudkan keberlanjutan kapasitas persediaan sumber daya air, penyediaan air irigasi. Dalam pembangunan transportasi meliputi memperbaiki kondisi kualitas sarana dan prasarana terutama pemeliharaan dan rehabilitasi seperti prasarana dan angkutan jalan, prasarana dan sarana kereta api, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, angkutan laut dan udara, memperbaiki pelayanan sesuai dengan standar pelayanan yang memenuhi standar internasional, mendukung pemerataan dan keadilan pelayanan transportasi baik antar wilayah maupun antar golongan masyarakat. Sasaran pembangunan perumahan diprioritaskan pada upaya untuk meningkatkan jumlah penduduk yang memiliki dan mendiami rumah layak huni, mengembangkan pembangunan rumah susun, sederhana, sewa bagi masyarakat berpendapatan rendah baik yang dibiayai oleh pemerintah maupun swasta serta mengurangi luasan kawasan kumuh di

(2)

kawasan perkotaan. Untuk kelancaran pembangunan tersebut, perlu juga dilakukan pembangunan telematika. Sasaran pembangunan telematika adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dan industri dalam negeri dalam pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi beserta aplikasinya. Mengembangkan sistem informasi statistik, sistem informasi geografis, diseminasi informasi statistik dan sistem informasi manajemen guna mendukung kelancaran penyelenggaraan statistik dasar dan memenuhi kebutuhan informasi dan data statistik bagi pemerintah maupun masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.

Untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan dengan 5 (lima) prioritas utama dan arah kebijakan sebagai berikut :

1. Peningkatan dan percepatan pembangunan prasarana dan sarana transportasi darat, laut dan udara.

2. Peningkatan dan percepatan pembangunan sumber daya air dan energi.

3. Percepatan pembangunan kawasan tertinggal dan perbatasan.

4. Pengendalian dan pemanfaatan tata ruang.

5. Penyempurnaan dan pengembangan statistik secara relatif.(8)

Kondisi infrastruktur Indonesia sebenarnya tidak terlalu buruk. Sebelum krisis finansial tahun 1997/1998, Indonesia bahkan oleh Bank Dunia dinilai lebih bagus dibandingkan Thailand, Taiwan, China, dan Sri Lanka. Dari 12 negara di Asia, Indonesia urutan 11 untuk tingkat elektrifikasi, terbawah untuk sambungan akses telepon tetap, urutan 9 untuk akses telepon seluler, ke-7 untuk akses sanitasi dan air bersih dan urutan 8 untuk jaringan jalan. Pada 2002, semua negara itu

(3)

telah menyalip Indonesia (2). Krisis tersebut membuat pembangunan infrastruktur menjadi terbengkalai. Pada 2002, perhatian pada pembangunan infrastruktur mulai meningkat, ditandai dengan meningkatnya anggaran secara nominal untuk infrastruktur setiap tahun. Namun masih sangat jauh dari memadai.

Secara umum, perkembangan infrastruktur kita, dinilai jalan di tempat dan tidak mampu mengejar pertumbuhan ekonomi serta kemajuan di negara lain.

Dalam Global Competitiveness Report 2008-2009, Indonesia berada di urutan ke- 86 dari 134 negara. Tertinggal dibandingkan Malaysia (23), Thailand (29), China (47), India (72), Sri Lanka (65) dan Pakistan (85) (2). Kondisi infrastruktur secara umum diperkirakan belum akan banyak berubah, kendati beberapa langkah terobosan sudah ditempuh. Diperkirakan listrik merupakan infrastruktur yang akan lebih dulu pulih disusul dengan jalan raya, terutama jalan tol, tetapi yang lain masih jauh tertinggal dengan negara lain. Telekomunikasi mungkin yang paling mapan karena ditolong oleh teknologi seluler. Gambaran lebih buruk terlihat pada infrastruktur yang terkait pada masyarakat, seperti pengairan, sanitasi, air bersih, dan angkutan umum massal, yang semestinya menjadi prioritas.

Pembangunan fasilitas infrastruktur dalam negara-negara industri pada permulaan abad keduapuluh, sebagian besar didanai oleh modal pemerintah.

Namun demikian, pada masa ini berubah dan selama abad keduapuluh, dana-dana dari swasta telah mendominasi keuangan infrastruktur. Ketentuan fasilitas infrastruktur di dunia yang sedang berkembang pada saat itu masih belum sempurna. Kebanyakan dari negara-negara ini merupakan beberapa bentuk ataupun dominansi kolonial lainnya. Pemerintah kolonial telah mengembangkan fasilitas intrastruktur yang terbatas terutama untuk memenuhi ketentuan-ketentuan

(4)

administrasinya. Tidak ada usaha yang dibuat untuk mengembangkan fasilitas infrastruktur sosial dimana tujuan primernya memenuhi kebutuhan masyarakat.

Setelah akhir perang dunia kedua, banyak negara ini memperoleh kemerdekaan, terjadi peningkatan dalam permintaan untuk fasilitas infrastruktur. Maka metode yang sering digunakan dalam melakukan pendanaan publik untuk infrastruktur pada saat itu untuk mengantisipasi tingginya biaya pengembangan fasilitas infrastruktur, adalah membentuk organisasi yang baru untuk bertanggung-jawab dalam pengembangan infrastruktur.

Tidak baiknya kondisi pasar modal di negara-negara ini juga mengartikan bahwa pendanaan swasta bukan sebuah pilihan. Pemerintah di negara-negara yang sedang membangun bertumpu pada ukuran fiskal (pajak dan non pajak) dan pendanaan eksternal, melalui bantuan pembangunan resmi, untuk mendanai proyek ini. (1).

I.2 Latar Belakang

Untuk memajukan tingkat ekonomi, maka harus diiringi dengan kemajuan infrastruktur. Karena setiap faktor yang berfungsi memajukan ekonomi itu sendiri sangat bergantung kepada berbagai infrastruktur itu sendiri. Sebagai contoh, listrik merupakan infrastruktur yang memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai kegiatan ekonomi. Bagaimana ekonomi dapat meningkat apabila kegiatan ekonomi itu sendiri selalu terganggu karena kurang baiknya kondisi listrik sebagai fasilitas infrastruktur.

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur, dibutuhkan dana yang sangat besar. Bahkan negara tidak bisa menutupi besarnya biaya yang harus

(5)

dikeluarkan. Sehingga negara harus melakukan pinjaman-pinjaman yang menyebabkan hutang negara bertambah. Sejak awal tahun 1980-an telah ada realisasi yang makin bertumbuh dari batasan pendanaan publik untuk pembangunan infrastruktur, dalam negara industri dan negara yang sedang membangun. Disamping masalah keuangan dan efisiensi yang selalu mengarah pada tingginya kebutuhan konsumen, pendanaan publik yang berhubungan secara politik yang mengarah ke pelaksanaan pendanaan yang buruk dan harga yang tidak ekonomis, yang menyebabkan tekanan yang hebat pada anggaran pemerintah.

Dengan dibangunnya bandara Kuala Namu yang merupakan bandara Internasional maka sudah semestinya didukung oleh prasarana yang baik. Dengan itu dilaksanakan pembangunan-pembangunan infrastruktur. Salah satunya adalah rencana proyek yang menjadi studi kasus tugas akhir ini yaitu jalan tol Tg.Morawa-Tebing Tinggi, yang termasuk dalam Proyek Jalan Tol Medan – Kuala Namu – Tebing Tinggi.

Pembangunan infrastrukutur merupakan tanggung jawab pemerintah namun dalam pelaksanaannya banyak mengalami penundaan pembangunan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan anggaran belanja pemerintah. Pascakrisis (2002) belanja pemerintah menjadi US$ 4,5 miliar, dan hanya 30% yang ditujukan untuk pembangunan infrastruktur. Hal ini juga dikarenakan oleh kurangnya peran swasta (7). Telah banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi pembiayaan pembangunan infrastruktur di negara ini. Salah satunya adalah metode public private partnership.

(6)

Oleh karena itu dicari metode lain untuk membiayai pembangunan infrastruktur tersebut. Dalam tugas akhir ini dibahas metode pembiayaan Public Private Partnership. Menurut William J. Parente dari USAID Environmental Services Program, definisi PPP adalah ”an agreement or contract, between a public entity and a private party, under which : (a) private party undertakes government function for specified period of time, (b) the private party receives compensation for performing the function, directly or indirectly, (c) the private party is liable for the risks arising from performing the function and, (d) the public facilities, land or other resources may be transferred or made available to the private party” (3) atau persetujuan atau kontrak, antara suatu kesatuan publik dan perusahaan swasta, dimana perusahaan swasta menganbil alih fungsi pemerintah untuk jangka waktu tertentu dan pihak swasta diberikan dukungan untuk melakukan fungsi tersebut, secara langsung ataupun tidak langsung, pihak swasta bertanggung-jawab atas resiko melakukan fungsi tersebut dan fasilitas publik, tanah dan fasilitas lainnya dapat dipindahkan atau dibuat menjadi berfungsi untuk perusahaan swasta tersebut. Hal itu menguntungkan karena konsepnya secara bertahap berkembang sebagai teknik pendanaan yang spesifik dimana pinjaman proyek hanya melihat arus kas dan pendapatan proyek sebagai sumber dana untuk pembayaran investasinya, dan bukan pinjaman kredit dari badan sponsor. Hal ini membuka sejumlah peluang untuk mendanai proyek- proyek dengan kebutuhan dana yang sangat besar.

Logika dalam pembiayaan proyek infrastruktur pihak swasta itu sederhana.

Dalam kebanyakan kasus, proyek demikian akan terhambat atau mungkin tidak pernah dilaksanakan karena menunggu dana publik dari penerimaan pajak.

(7)

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, ekonomi dan non ekonomi, iklim investasi di Indonesia haruslah diakui sangat potensial, namun juga rentan.

Beberapa faktor penunjang, seperti penyediaan infrastruktur melalui model public private partnership, mencari sumber pembiayaan selain pinjaman, kebijakan stabilisasi yang konsisten dan menumbuhkan kepercayaan, baik dari masyarakat maupun investor swasta asing dan domestik sangat dibutuhkan. (6).

Langkah pertama yang dilakukan dalam proyek pembiayaan ini adalah dengan mendirikan Special Purpose Vehicle (SPV), yaitu sebuah badan atau entitas yang berbeda, terpisah dari penyelenggara, dan mendapat konsesi dari pemerintah. (5). Dengan demikian proyek tidak berpengaruh terhadap keseimbangan penyelenggara atau pinjaman kredit dari sponsor. Hubungan antara beberapa pihak dalam pendanaan proyek dibentuk melalui berbagai rangkaian kontraktual.

Public Private Partnership bukanlah metode baru. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas menerima usulan 60 proyek infrastruktur baru yang akan dimasukkan dalam buku Public Private Partnership (PPP) atau buku tentang proyek-proyek infrastruktur yang didukung oleh pemerintah pusat dan dikerjasamakan dengan swasta. Pada edisi perdana buku PPP tersebut, pemerintah menawarkan 87 proyek senilai 34,139 miliar dollar Amerika Serikat atau setara Rp 375,529 triliun, yang sebagian di antaranya merupakan proyek yang benar-benar siap dijalankan. Bandingkan dengan proyek yang ditawarkan dalam Indonesia Infrastructure Summit, ada 99 proyek yang ditawarkan, tetapi hanya satu yang dijalankan. Proyek lainnya banyak diminati, tetapi tidak berjalan karena masih banyak masalah.

(8)

Berbeda dengan daftar proyek yang diusulkan dalam Indonesia Infrastructure Summit 2006 dan 2007, proyek yang ditawarkan melalui buku PPP dibagi atas tiga kategori. Pertama, proyek yang siap ditawarkan. Kedua, proyek prioritas. Ketiga proyek potensial. Jenis pertama merupakan proyek yang paling matang persiapannya. Proyek kategori prioritas merupakan proyek yang sudah punya studi kelayakan, tergolong layak secara hukum, teknis, maupun keuangannya. Sementara proyek yang tergolong potensial antara lain proyek yang sudah terkonfirmasi kebutuhannya, baik di tingkat lokal maupun nasional dan lokasi diketahui. (4).

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui potensi penerapan Public Private Partnership (PPP) atau Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam proyek jalan tol.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor kendala yang mempengaruhi pembiayaan infrastruktur model Public Private Partnership.

3. Untuk berupaya mendapatkan penyelesaian atas kendala-kendala yang ada dalam pelaksanaan pembiayaan infrastruktur model Public Private Partnership

I.4 Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini mengamati Publik Private Partnership sebagai metode pembiayaan proyek jalan tol.

(9)

2. Pembahasan dikhususkan pada pembiayaan infrastruktur pada proyek tersebut.

I.5 Tinjauan Pustaka

Terminologi ”Public-Private Partnerships” sendiri dalam dua tahun terakhir ini memang terasa cukup akrab bagi kita yang memang berhubungan dalam dunia fiskal. Istilah ini mengemuka saat kapasitas fiskal pemerintah dalam penyediaan infrastruktur bagi publik sangat terbatas jumlahnya. Di sisi lain kuantitas dan kualitas tingkat kerusakan infrastruktur yang ada terus meningkat.

Tulisan ini akan mencoba membahas sekitar definisi dan gambaran umum pelaksanaan PPP.

Di Indonesia, konsep PPP ini dipilih sebagai alternatif oleh pemerintah semenjak pembangunan infrastruktur mulai agak tersendat karena datangnya krisis moneter. Begitu kondisi Indonesia semakin terpuruk karena krisis, saat itu Presiden Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1998 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam Pembangunan dan/atau Pengelolaan Infrastruktur: “Bahwa dengan memperhatikan keterbatasan kemampuan keuangan negara, dan sebagai upaya untuk terus meningkatkan pelaksanaan pembangunan nasional, diperlukan langkah-langkah guna mendorong keikutsertaan badan usaha swasta dalam pembangunan dan atau pengelolaan infrastruktur, dalam suatu kerjasama yang erat antara Pemerintah dan badan usaha swasta”. Namun, upaya ini tidak membuahkan hasil. Apalagi, kondisi moneter dalam negeri saat itu belum stabil sehingga terjadi capital flight yang cukup besar.

(10)

I.6 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Studi literatur yakni pengumpulan data-data yang berhubungan dengan tugas akhir ini yang bersumberkan buku-buku serta referensi lainnya sebagai pendekatan teori maupun sebagai perbandingan untuk mengkaji penelitian ini.

2. Pengambilan data diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum, Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)

I.7 Sistematika Penulisan

Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang dianggap perlu. Metode dan prosedur pelaksanaannya secara garis besar adalah sebagai berikut.

BAB.I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian ini, ruang lingkup pembahasan dan sistematika penulisan.

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini meliputi pengambilan teori dari beberapa sumber bacaan yang mendukung analisa permasalahan yang berkaitan dengan Tugas Akhir ini.

(11)

BAB.III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang pendiskripsian dan langkah – langkah kerja yang akan dilakukan dengan cara memperoleh data – data yang relevan dengan penelitian ini.

BAB.IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang penerapan pendanaan jalan tol di Indonesia, yang menguraikan tentang peraturan dan kebijakan pendanaan jalan tol dengan metode Public Private Partnership dan kebijakan investasi berdasarkan Undang-undang

Nomor 38 Tahun 2004 dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010.

BAB.V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan logis berdasarkan analisa data dan bukti yang disajikan sebelumnya yang menjadi dasar untuk menyusun suatu saran sebagai suatu usulan.

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan LKS berbasis problem based learning PBL pada tema lingkungan sahabat kita subtema Upaya Pelestarian lingkungan merupakan salah satu sarana guna meningkatkan berpikir

 Jika sampel ditarik dari populasi yang terdistribusi normal, maka distribusi sampling dapat didekati dengan distribusi...(14).  Jika standar deviasi populasi tidak diketahui,

Proses mediasi dilakukan di kantor Bank Indonesia yang terdekat dengan domisili nasabah, pelaksanaan fungsi mediasi perbankan oleh Bank Indonesia dilakukan sampai

Indikasi imunosupresi yang dapat memicu CRD pada kelompok ayam broiler ini adalah infeksi virus Gumboro, CAV, avian retrovirus dan disertai pula oleh adanya kekurangan nutrisi

Areago, -ra- arrizkiaren bidez sortutako aditz oin erazle askok eta askok balio berezi hau galdu egin dute eta, ondorioz, -ra-dun aditz oin horiek beste OOozein aditz oinen

20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26, ayat (6):bahwa hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan formal setelah

Penurunan minat wisatawan baik asing maupun lokal ini tak lepas dari tidak adanya perkembangan infrastruktur yang signifikan sehingga kesan wisatawan terhadap Danau Toba adalah

Pangunahing 3ayunin8 piliin ang katutubong wika na gagamiting batayan ng pagpapalaganap at pagpapatibay ng wikang pambansa ng *ilipinas. 2ga $ahirang