• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS DATUK BANDAR TAHUN 2018

1DADY HIDAYAH, 2MUTIA SALEHA

ABSTRACT

When viewed kegawatannya, generally assume that diarrhea is an ordinary disease saja.Pada our society generally underestimate this disease, so it is often fatal in terms of handling patients, this is caused due to the application of the principles of rehydration as early as possible has not been implemented by society resulting in late action that may aggravate the pain rehydration, can even lead to death.

This research is a descriptive correlation with cross sectional design of the study is the relationship of disease and exposure (factors research) by observing the status of exposure and disease, simultaneously in individuals of a single population, at some time or period. The location was chosen as a place of research is in the, the reason is because the choice of location in the village Aek Tampang Lk. III there is the incidence of diarrhea in children under five is high enough. The population in this study are all mothers who have young children (aged 0-5 years).

The results in this study the distribution characteristics of mothers who have children involved in this study were as many as 61 people and is divided into 3 age groups ie 18-24 years as many as 12 people (36.3), 25-31 years and 32-38 years. From the above table it can be seen the majority of respondents aged 25-31 years as many as 16 people (48.6). Based on the types of jobs are grouped mother on 3 categories: farmers, civil servants and self- employed. Of the 61 respondents majority of farmers mothers work as many as 28 people (45.9) education levels are grouped into 4 categories namely graduates of elementary, junior high, high school and university. Of the 61 respondents majority of respondents had high school as many as 13 people (39.4). majority knowledgeable enough 33 (54.0%). Answer mothers who have children with the majority of who are not with the incidence of diarrhea by 41 people (67.2%).

Keywords : Knowledge mother, Genesis Diarrhea

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima tahun) terbesar di dunia. Bila ditinjau kegawatannya, pada umumnya menganggap bahwa diare merupakan penyakit biasa-biasa saja.Pada umumnya masyarakat kita menganggap remeh penyakit ini, sehingga sering kali berakibat fatal dalam hal penangangan penderita, hal ini diakibatkan oleh karena penerapan prinsip-prinsip rehidrasi seawal mungkin belum dilaksanakan oleh masyarakat sehingga terjadi keterlambatan tindakan rehidrasi yang dapat memperparah kesakitan, bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Menurut Unicef, setiap detik satu balita meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap penyakit sepele, padahal ditingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Di Negara berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3 sampai 4 kali pertahun dan sampai saat ini kasus diare di Indonesia masih cukup tinggi dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita.

(2)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

2

Diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Angka kematian balita Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan Negara-negara anggota ASEAN, yakni 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia, selanjutnya 1,3 kali lebih tinggi dari Filifina. Indonesia menduduki rangking ke-6 tertinggi setelah singapura 93 per 1.000), Brunai Darussalam (8 per 1.000), Malaysia (10 per 1.000), Vietnam (18 per 1.000) dan Thailand (20 per 1.000) (Azwar, 2010).

Period prevalen diare pada Riskesdas 2013 (3,5%) lebih kecil dari Riskesdas 2007 (9,0%). Penurunan period prevalen yang tinggi ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel yang tidak sama antara 2007 dan 2013.

Pada Riskesdas 2013 sampel diambil dalam rentang waktu yang lebih singkat.Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3.5 persen.

Lima provinsi dengan insiden dan period prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare.Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%) (tabel 3.4.5). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (6,2%)(Riskesdas, 2013).

Pada tahun 2012, dari 559.011 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 216.175 atau 38,67%, sehingga angka kesakitan (IR) diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Capaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (underreportingcases).Dari 33 kabupaten/kota yang ada, penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi di 3 (tiga) Kabupaten yang melebihi perkiraan kasus yaitu Samosir (118,33%), Nias Utara (117,66%) dan Karo (112,73). Penemuan dan penanganan kasus diare terendah di Kabupaten Sergei yaitu 0,52% dan Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu 7,61%. (Dinkes Sumut, 2012).

Diare pada balita merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan ditangani. Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman, terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal.faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatnya resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan pertama kehidupan, tidak mencuci botol susu anak, penyimpanan makanan yang salah, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, sebelum menyuapi anak, sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, dan tidak membuang tinja dengan benar. Faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Balita yang sangat rentan kondisi kesehatannya membutuhkan pengawasan dan perawatan sebaik mungkin.Untuk bisa memberikan penanganan yang tepat pada anak, ada baiknya bila ibu mengenali organisasi-organisasi awal pembawa bermacam penyakit yang mungkin bisa menyerang. Seperti: kuman, bakteri, virus, parasit dan lai sebagainya (Soemirat, 2010).

Berdasarkan pendapat Betz tahun (2005) Diare menyebabkan kehilangan garam (natrium) dan air secara cepat, yang sangat penting untuk hidup. Jika air dan garam tidak digantikan cepat, tubuh akan mengalami dehidrasi. Bila pendirita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini menyebabkan kematian terutama pada bayi dan balita.Kematian terjadi jika kehilangan 10% cairan dalam tubuh.Maka dari itu ibu harus segera memberikan terapi rehidrasi oral.Rehidrasi oral adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dan cairan yang memadai.

Berdasarkan survei di atas maka saya tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul“Pengetahuan Ibu Balita Tentang Diare.

(3)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:Bagaimana Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Balita Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018.

Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Balita Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018.

b. Untuk mengetahui kejadian Diare Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018.

Manfaat Penelitian Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam upaya promosi dan upaya menanggulangi diare pada balita dan pengalaman awal dalam penyusunan skripsi.

Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan diperpustakaan dan dapat dijadikan masukan dan bahan perbandingan bagi mahasiswi yang termotivasi melaksanakan penelitian lingkup diare.

Bagi Petugas Kesehatan

Sumber informasi perencanaan promosi pengetahuan ibu balita tentang diare dan bahan masukan dalam memberikan bimbingan konseling kepada ibu balita untuk mencegah timbulnya kasus diare berulang pada anak.

Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu balita dalam upaya pencegahan dan penanggulangan diare cepat dan akurat pada balita.

TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan

Defenisi

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu”, dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusianya, yakni, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour).

Diare Pengertian

Menurut WHO, Diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali disertai feses yang cair, atau lebih sering dari normal untuk individu. Ini biasanya merupakan gejala infeksi saluran pencernaan, yang dapat disebabkan oleh

(4)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

4

berbagai bakteri, virus, dan parasit.Infeksi menyebar melalui makanan yang terkontaminasi atau air minum, atau dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. Menurut Depkes RI (2005), diare adalah salah penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal ini sangat relative terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan.

Diare adalah apabila buang air mengalami perubahan bentuk dan konsistensi tinja lembek sampai cair, dengan frekwensi BAB lebih dari biasanya (3 kali lebih dalam 24 jam).Disentri adalah diare yang disertai dengan darah ataupun lendir.Dihidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan yang dapat berakibat kematian, utamanya pada anak/bayi bila tidak segera diatasi. (IDI, 2005).

Penyebab Diare

Menurut Anik Maryunani (Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan) Terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya :

a. Faktor Infeksi

Faktor ini dapat diawali adanya mikro organisme (kuman) yang masuk dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.

Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

b. Faktor Malabsorbsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan ostomik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.

c. Faktor Makanan

Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.Sehingga terjadi peningkatan peristatik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.

d. Faktor Psikologis

Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan pristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.

Tanda dan Gejala

Secara umum gejala yang ditunjukkan penderita diare antara lain : 1. Buang Air Besar

- Frekwensi, > 3 kali/hari - Warna

- Bau

2. Muntah bila makan atau minum 3. Badan lemas akibat kehilangan cairan

4. Tinja Cair kadang-kadang warna hijau bercampur empedu, lama kelamaan tinja asam karena banyak asam lakiat yang keluar.

5. Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh virus.

6. Buang Air Besar

(5)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

5

Bila keadaan semakin berat akan terjadi dehidrasi dengan gejala : 1. Rasa haus

2. Mulut kering 3. Mata cekung

4. Pada anak kehilangan berat badan normal 5. Bibir kering dan kebiruan

6. Nadi cepat dan lemah (Sastromoro, 2011) Pencegahan Promosi Kesehatan Diare

Untuk menurunkan angka kesakitan dilakukan upaya pencegahan yang benar-benar efektif dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.Salah satu metode yang digunakan adalah penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

Pendidikan adalah merubah perilaku individu dari yang tidak tahu menjadi tahu, namun rangsangan yang diterima seseorang melalui panca indra kadang ditafsirkan berbeda. Setiap perubahan atau hal yang baru dikenal tidak selalu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena perubahan tersebut akan melalui tahapan mulai dari mengenal, mengadopsi, mencoba dan mempengaruhi penerimaan terhadap hal yang baru, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima informasi dan senang mengadopsi perubahan yang menguntungkan.

Penatalaksanaan (Penanggulangan) Menangani Dehidrasi

Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif diare akut. (Kliegman, Marchdante, Jenson, dan Behrman, 2007) Gula dapat digunakan sebagai sumber kalori dan juga sebagai bagian dari cairan rehidrasi.Akan tetapi ukuran gula yang digunakan haruslah tepat, yaitu 5 gram per 200 ml air. Jika terlalu banyak gula diberikan akan terjadi diare osmosis. Glukosa diperlukan dengan absorbsi 1 molekul NaCi memerlukan 1 mol glukosa, sehingga perbandingan antara gula dan garam adalah 1 gram garam dan 5 gram gula dalam 200 cc air masak (Suharyono, 2008).

Pengobatan Diare Pada Anak

Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan untuk mencegah terjadinya dehidrasi, pengobatan dietetik dan pemberian obat-obatan untuk menggantikan cairan yang hilang.

a. Pemberian Cairan

Hal yang penting diketahui ketika memberikan cairan pada anak yang diare adalah jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya. Ada 2 jenis cairan yang dapat diberikan pada anak, yaitu :

(1) Cairan per oral dan (2) Cairan parenteral - Cairan Per Oral

Pada anak diare dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan per oral berupa cairan yang bersifat NaCI dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/I. pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/I. formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin tersebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCI dan sukrosa.

- Cairan Parenteral

Diberikan pada anak diare yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut : Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

(6)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

6

 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit=3 tts/kg/BB/mnt (infus set berukuran 1 ml-15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tts).

 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit=3 (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kg/BB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/oralit

Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/menit (1 ml=15 tts atau 10 tts/kg/BB/menit (1 ml=20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/menit (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/Menit (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

 Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4 : 1(4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 ½ %.

 Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kg/BB/jam atau 6 tts/kg/BB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan : 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHO3

1½%) (Soemirat, J, 2010).

Pengobatan

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :

 Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.

 Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.

Obat-obatan

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (Soemirat, J, 2010).

Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti. Berdasarkan uraian teori dalam perumusan masalah penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut :

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Diare

pada balita

(7)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

7

Dari bagan diatas dapat dilihat variabel dependen dan independen, dalam penelitian ini seperti yang dijelaskan dibawah ini :

1 Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi yaitu : Pengetahuan ibu tentang Diare.

2 Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi yaitu Diare pada Balita.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ho : tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian Diare pada Anak

2. Ha : ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian Diare pada Anak

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit, secara serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada suatu saat atau periode.

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih menjadi tempat penelitian adalah Di Wilayah Kerja puskesmas Datuk Bandar Tahun 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu balita yang mempunyai anak balita (berumur 0-5 tahun) Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018 sebanyak 61 orang.

Metode Pengumpulan Data Data Primer

Data primer yang diperlukan selama penelitian ini diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan.

Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari pencatatan data ibu yang mempunyai balita di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018

Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan komputer dengan bantuan SPSS dan dilakukan secara analitik dengan melihat presentase data yang disajikan dalam tabel distribusi, kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.

Analisa univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel bebas, maupun variabel terikat. Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekwensi karakteristik demografi dan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan uji chi-square dengan menggunakan program SPSS dengan ketentuan jika a < 0,05 maka H0 ditolak berarti Ha diterima.

(8)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

8 HASIL PENELITIAN

Analisa Univariat

Karakteristik Responden

Tabel 4.1.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018

Karakteristik Responden F %

Umur 18-24 25-31 32-38

12 16 33

36,3 48,6 54,0

Total 61 100%

Berdasarkan distribusi karakteristik ibu yang mempunyai balita yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 61 orang dan dibagi menjadi 3 kelompok umur yaitu 18-24 tahun sebanyak 12 orang (36,3), 25-31 tahun dan 32-38 tahun. Dari tabel diatas dapat diketahui mayoritas responden berumur 25-31 tahun sebanyak 16 orang (48,6) dan minoritas berumur 32-38 tahun sebanyak 33 orang (54,0).

Tabel 4.2.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018

Karakteristik Responden F %

Pekerjaan Petani PNS Wiraswasta

28 20 13

45,9 32,8 21,3

Total 61 100%

Berdasarkan jenis pekerjaan ibu dikelompokkan atas 3 kategori yaitu petani, PNS dan wiraswasta. Dari 61 responden mayoritas pekerjaan ibu petani sebanyak 28 orang(45,9) dan minoritas pekerjaan ibu PNS sebanyak 20 orang (32,8).

Tabel 4.2.3 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018

Karakteristik Responden F %

Pendidikan SD

SMP

SMA Perguruan Tinggi

28 10 13 10

45,9 16,4 21,3 16,4

Total 61 100%

Berdasarkan tingkat pendidikan dikelompokkan atas 4 kategori yaitu lulusan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Dari 61 responden mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 13 orang (39,4) dan minoritas responden berpendidikan SD sebanyak 28 orang (45,9).

(9)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Balita

Tabel 4.2.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Balita Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018.

No Pengetahuan Jumlah

F %

1 2 3

Kurang Cukup Baik

14 33 14

23,0 54,0 23,0

Total 61 100

Berdasarkan data tabel 2 dapat dilihat bahwa hubungan pengetahuan ibu yang mempunyai balita, Dengan

Kejadian Diare mayoritas berpengetahuan cukup 33 orang (54,0%).

Distribusi Kejadian Diare

Tabel 4.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018

No Kejadian Diare Jumlah

F %

1 2 Ya

Tidak 20

41 32,8

67,2

Total 61 100

Berdasarkan data tabel 3 dapat dilihat bahwa jawaban ibu yang mempunyai balita dengan kejadian diare mayoritas yang mengalami tidak dengan kejadian diare sebanyak 41 orang (67,2%).

Analisa Bivariat

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Dengan Kejadian Diare

Tabel 4.3.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018

Pengetahuan

Kejadian Diare

Total

P (Value)

Ya Tidak

F % F % F %

Kurang Cukup Baik

0 6 14

0 30,0 70,0

14 27 0

34,1 65,9 0

14 33 14

23,0 54,0

23,0 0,000

Total 20 100 41 100 61 100

Berdasarkan data table 4 Menunjukkan bahwa tabulasi silang antara hubungan pengetahuan ibu yang mempunyai balita dengan kejadian Diare, dari 61 responden yang diteliti diperoleh bahwa yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14 (23,0%) responden, 0 ( 0%) responden ya dengan kejadian Diare, 14 (34,1%) responden tidak dengan kejadian diare. Pada responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 33 (54,0%) responden, 6 (30,0%) responden ya dengan kejadian diare, 27 (65,9%) responden tidak dengan kejadian diare.

(10)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

10

Pada responden yang berpengetahuan baik sebanyak 14 (23,0%) responden, 14 (23,0%) responden ya dengan kejadian diare, 0 (0%) responden tidak dengan kejadian diare.

Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji chi-square pada tabel diatas di peroleh nilai p < 0,05 (0,000) artinya, ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita. (Ho ditolak).

PEMBAHASAN

Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Diare

Berdasarkan data tabel 1 dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu yang mempunyai balita dengan mayoritas berpengetahuan cukup 33 orang (54,1%).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hubungan pengetahuan ibu yang mempunyai balita dengan kejadian diare di kelurahan aek tampang lingkungan III kecamatan padangsidimpuan selatan masih banyak ibu yang mempunyai pengetahuan cukup, ini disebabkan karena ibu malas mencari informasi dengan kejadian diare dan keuntungan mengetahui dengan kejadian diare tersebut. Ini menunjukkan bahwa ibu tidak peduli dengan kejadian diare.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadinya kejadian diare pada balita akan semakin tinggi bila pengetahuan tentang penyakit diare kurang , dan dengan kejadian penyakit diare akan semakin rendah bila pengetahuan responden tentang penyakit tersebut baik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut, dengan pengetahuan kesehatan lingkungan yang baik di harapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mencapai kondisi lingkungan yang sehat dan memilih makanan yang sehat juga kaya akan kalori dan protein, sehingga menjadikan anak tumbuh sehat dengan gizi yang cukup. (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan teori diatas dapat diketahui bahwa teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian.

Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Diare

Berdasarkan data table 4. Menunjukkan bahwa tabulasi silang antara hubungan pengetahuan ibu yang mempunyai balita dengan kejadian diare, dari 61 responden yang diteliti diperoleh bahwa yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14 (23,0%) responden, 0 ( 0%) responden ya dengan kejadian Diare, 14 (34,1%) responden tidak dengan kejadian diare. Pada responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 33 (54,0%) responden, 6 (30,0%) responden ya dengan kejadian diare, 27 (65,9%) responden tidak dengan kejadian diare.

Pada responden yang berpengetahuan baik sebanyak 14 (23,0%) responden, 14 (23,0%) responden ya dengan kejadian diare, 0 (0%) responden penyakit dengan kejadian diare.

Penyebab utama terjadinya kejadian diare adalah minimnya pengetahuan ibu dengan kejadian diare. Akibat kurangnya informasi, banyak ibu yang sepele dengan kejadian diare tersebut.

Dengan demikian responden yang memiliki pengetahuan tinggi adalah responden yang benar tahu dengan kejadian diare. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup dan kurang kebanyakan tidak tahu dengan kejadian diare. Mengenai hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita, didapatkan hasil adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita.

Berdasarkan teori diatas dapat diketahui bahwa teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian.

(11)

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 3 No. 4 Oktober 2019

11 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018., maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita Diare Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018.

2. Hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan probabilitas pengetahuan p < 0,05 (0,000) artinya, ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadia diare pada balita Diare Di Wilayah Kerjapuskesmas Datuk Bandar Tahun 2018.,

DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryuni, 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media, Jakarta.

Azwar, 2010, Kesehatan Masyarakat Tentang Diare, Jakarta.

Betz C.L,. Sowden L.A, 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik. Jakarta EGC.

Dinkes Sumut, 2012.

Depkes RI, 2005, Pengetahuan Tentang Diare, Jakarta.

IDI, 2005, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta.

Ikatan Dokter Anak Indonesia,. 2005. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. World Health Organization, Jakarta.

Juffrie, 2010, Pengetahuan Tentang Kesehatan.

Notoatmodjo, S,. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta.

Profil Kesehatan Indonesia. 2012, Jakarta.

Sastromoro, S & Ismael, S,. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Sagung Seto. Jakarta.

Riskesdas (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

________, 2005,. Metode Penelitian, Rineka Cipta. Jakarta.

Soemirat, 2010, Pengetahuan Tentang Diare, Jakarta.

_______, 2010, Penilaian Status Gizi. Edisi Revisi III EGC: Jakarta.

Soegijanto S,2006, Kesehatan dan Gizi. PT Asdi Mahasatya, Jakarta.

Suharyono, 2008, Pengetahuan Tentang Kesehatan, Jakarta.

Gambar

Tabel 4.2.3   Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Kejadian  Diare  Di  Wilayah  Kerjapuskesmas  Datuk Bandar Tahun 2018

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jumlah lalu lintas harian rata-rata yang melalui jalan perkerasan lentur Simpang Fajar – Lintas Bono Kabupaten

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ardyati (2010). Meskipun hasil analisis menunjukkan tidak ada interaksi, siswa pada kelas SSCS baik dengan kemampuan

Selain itu adalah dengan metode situasional yang secara spesifik dasar pendidikan karakter dengan metode ini sebagai bagian integral dari implementasi pendidikan karakter,

Hasil penelitian Anisa (2013) memberikan bukti bahwa hanya kesulitan keuangan perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergantian KAP. Alasan penulis

Keseluruhan progres penyelesaian pengerjaan proyek yang diambil pada bulan Desember 2012 adalah sebesar 75%, 48,62%, adalah dengan mengontrol aktivitas

Penekanan dari pentingnya prestasi dalam meningkatkan rasa percaya diri remaja memiliki banyak kesamaan dengan konsep teori belajar sosial kognitif Bandura mengenai kualitas

1) Series cable 1x6 Sqmm 3/6 KV yang digunakan untuk memberikan catu daya listrik kepada seluruh Runway Light ditarik dari 2 (dua) CCR (Constant Current Regulator)

Responden sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik tentang terapi infus, responden sebagian besar tidak mengalami flebitis, tidak ada hubungan antara