• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RUANG LINGKUP PEMBAHASAN"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

1. HUBUNGAN KERJA

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) / Kontrak

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu / Tetap

Perjanjian Masa Percobaan

Outsorcing

2. HAK & KEWAJIBAN KARYAWAN

Pengupahan

Tunjangan

BPJS

Waktu Kerja & Istirahat

Cuti & Istirahat

3. DISIPLIN & SANKSI (PUNISHMENT)

Jenis Temuan & Sanksi Tertulis

PHK & Hak / Kompensasi PHK

Penyelesaian Perselisihan PHK

4. PENGAWASAN DAN WAJIB LAPOR KETENAGAKERJAAN 5. BUDAYA PERUSAHAAN

Visi Misi

Nilai ADIRATOP

Program Culture

(3)

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

ISTILAH LAIN : KARYAWAN KONTRAK

• PKWT 1

: Max 2 tahun

• PKWT 2

: Max 1 tahun

• Pembaharuan : Max 2 tahun (jeda 30 hari)

 Boleh dilakukan perpanjangan (hanya 1 kali perpanjangan)

 Total masa berlaku pkwt (termasuk dengan

perpanjangannya, paling lama 3 (tiga) tahun)

 Masing-masing pihak (perusahaan dan karyawan)

menandatangani dan menyimpan dokumen asli perjanjian

 Setelah selesai masa PKWT , maka status karyawan berubah

menjadi karyawan tetap (bila dinyatakan memenuhi syarat),

atau tidak menjadi karyawan / diputuskan hubungan

kerjanya (bila dinyatakan tidak memenuhi syarat)

(4)

KARYAWAN MASA PERCOBAAN

• Masa percobaan berlangsung selama 3 (tiga)

bulan

• Setelah masa percobaan, status karyawan

berubah menjadi karyawan tetap (bila

dinyatakan memenuhi syarat), atau tidak

menjadi karyawan / diputuskan hubungan

kerjanya (bila dinyatakan tidak memenuhi

syarat)

(5)

PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU /

TETAP

Pengangkatan karyawan dilakukan bila karyawan

telah memenuhi syarat:

• Lulus Masa Percobaan

• Telah melewati masa PKWT / Kontrak 2x

• Memenuhi kualifikasi tertentu yang

ditetapkan oleh Perusahaan

(6)

OUTSORCING

• Dasar Hukum : Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 Tentang

Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan

Kepada Perusahaan Lain (Outsourcing)

• Definisi Umum : menyerahkan sebagian pelaksanaan

pekerjaannya kepada perusahaan penerima

pemborongan atau perusahaan penyedia jasa

pekerja/buruh.

• Hubungan Hukum : Perusahaan dengan Perusahaan

penyedia jasa pekerja atau pemborong.

(7)

7

PENGUPAHAN – Definisi Upah

 Menurut Buku Peraturan Perusahaan adalah

imbalan berupa uang yang diterima

karyawan dari perusahaan yang terdiri dari

upah pokok dan tunjangan-tunjangan lain

yang diberikan secara tetap

 Pada prinsipnya, upah tidak diberikan bila

karyawan tidak melakukan pekerjaan

(8)

8

PENGECUALIAN PRINSIP NO WORK NO PAY

Upah tetap wajib dibayaran dalam hal : 1. Karyawan sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan (berdasarkan surat keterangan dokter , mengacu kepada PP) ;

2. Karyawan tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah,

menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia; (Jumlah harinya ditentukan oleh PP)

3. Karyawan tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang

menjalankan kewajiban terhadap negara; (misalnya : wajib militer , dll) 4. Karyawan tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan

ibadah yang diperintahkan agamanya; (yang dimaksud dalam hal ini adalah ibadah yang bersifat wajib, yaitu melaksanakan ibadah haji) 5. Karyawan melaksanakan hak istirahat (cuti pribadi);

6. Karyawan melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan (mengikuti pelatihan / training)

(9)

9

Upah Selama Sakit

Karyawan yang sakit dalam jangka waktu lama

atau 1 (satu) tahun dan dapat dibuktikan dengan

surat keterangan dokter, upahnya dapat

dibayarkan dengan ketentuan sebagai berikut :

• 4 (empat) bulan pertama dibayar 100%

• 4 (empat) bulan kedua dibayar 75%

• 4 (empat) bulan ketiga dibayar 50%

• selanjutnya dibayar 25% dari upah sebelum PHK

dilakukan oleh perusahaan

(10)

10

Tunjangan Transport

Tunjangan transport adalah

Tunjangan yang diberikan kepada

karyawan sebagai pengganti biaya

perjalanan pulang pergi dari dan ke

tempat kerja.

(11)

11

Tunjangan Jabatan

• Tunjangan jabatan adalah

Tunjangan yang diberikan kepada

karyawan karena jabatannya

• Karyawan yang mendapatkan

tunjangan jabatan adalah karyawan

dengan jabatan tertentu

(12)

12

Tunjangan Hari Raya (THR)

• Tunjangan Hari Raya (THR) adalah tunjangan yang

diberikan oleh perusahaan kepada karyawan sebesar

1 (satu) kali upah bagi karyawan yang telah bekerja1

(satu) tahun atau lebih.

• Perhitungan THR bagi karyawan yang bekerja kurang

dari 1 (satu) tahun diberikan secara prorate

• THR diberikan kepada karyawan yang telah

mempunyai masa kerja minimal 1 (satu) bulan secara

terus menerus atau lebih

• Pembayaran THR selambat-lambatnya 10 (sepuluh)

hari sebelum hari raya keagamaan.

(13)

13

WAKTU KERJA

• Hari kerja di perusahaan adalah 5 (lima) hari kerja atau 6

(enam) hari kerja dalam seminggu

• Jam kerja di perusahaan adalah :

 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam satu

minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu

atau

 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam

satu minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam seminggu

Hari / Jam Kerja HO Regional Branch

Senin – Jumat 08.30 – 17.30 08.30 – 16.30 08.30 – 16.30 Sabtu Libur 08.30 – 12.30 08.30 – 12.30

(14)

14

Cuti / Istirahat Panjang

• Karyawan yang telah memiliki masa

kerja 6 (enam) tahun berturut-turut

pada perusahaan atau kelipatan 6

(enam) tahun masa kerja,

memperoleh hak atas istirahat

panjang

(15)

15

Cuti / Istirahat Melahirkan/Keguguran

• Karyawan wanita hamil diberikan istirahat melahirkan selama

1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya menurut

perhitungan akan melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan

sesudah melahirkan dengan mendapat upah penuh

• Karyawan wanita yang sudah berhak untuk mengambil hari

istirahat melahirkan, atas keinginannya sendiri akan

mengambil hari istirahatnya mendekati hari saat akan

melahirkan, maka karyawan wanita tersebut harus membuat

surat pernyataan yang menerangkan mengenai hal tersebut.

• Karyawan wanita yang mengalami keguguran/gugur

kandungan diberikan istirahat maksimal 1,5 (satu setengah)

bulan sejak keguguran kandungannya atau sesuai dengan surat

keterangan dokter atau bidan dengan mendapat upah penuh

(16)

16

Cuti / Istirahat Karena Haid

• Karyawan wanita yang mengalami sakit

pada saat haid diberikan istirahat haid

selama 2 (dua) hari kerja dengan

mendapat upah

• Istirahat haid harus memberikan

keterangan kepda atasannya dengan

disertai surat keterangan dokter/bidan

dan tidak mengurangi hak cuti tahunan

(17)

17

Ijin meninggalkan pekerjaan

dengan tetap mendapat upah

Ijin meninggalkan pekerjaan karena alasan penting tidak

dengan mengurangi upah dan hak cutinya ditetapkan

sebagai berikut :

• Pernikahan karyawan sendiri

: 3 hari kerja

• Pernikahan anak kandung

: 2 hari kerja

• Mengkhitankan/membaptiskan anak : 2 hari kerja

• Istri/suami/anak meninggal dunia : 3 hari kerja

• Orang tua kandung/mertua meninggal dunia : 2 hari

(18)

18

Ijin meninggalkan pekerjaan

dengan tetap mendapat upah

• Istri melahirkan/keguguran kandungan

: 2 hari kerja

• Saudara kandung meninggal dunia

: 1 hari kerja

• menjaga suami/istri/anak sakit dirawat di RS

: 2 hari kerja

• menjaga orang tua kandung sakit dirawat di RS : 1 hari kerja

• Korban banjir/kebakaran/penggusuran

: 1 hari kerja

• Hari ujian kesarjanaan atau wisuda yang mengambil waktu

(19)

19

Ijin meninggalkan pekerjaan

dengan tetap mendapat upah

• Menjalankan atau menunaikan ibadah haji untuk yang

pertama kali diberikan ijin sesuai PP No. 8/1981 dan

UU No. 13/2003

• Memenuhi panggilan pengadilan atau pihak yang berwajib,

diberikan waktu sesuai dengan waktu yang dibutuhkan

Apabila keperluan tersebut diatas terjadi diluar kota, dengan

radius lebih dari 60 (enam puluh) kilometer, maka tiap keperluan

tersebut mendapat ijin tambahan sebanyak 2 (dua) hari dengan

seijin atasan.

(20)

DISIPLIN DAN SANKSI

Pemberian sanksi didasarkan pada:

Macam pelanggaran (pelanggaran tata tertib dan

productivity/target)

Frekuensi (pengulangan atau keseringan

pelanggaran)

Berat atau ringannya pelanggaran

Tata Tertib yang ada pada Peraturan Perusahaan

Unsur-unsur kesengajaan

Kerugian yang diderita perusahaan

(21)

JENIS SANKSI

Sumber Sanksi Keterangan

Sanksi Reguler Diberikan karena adanya pelanggaran yang ditemukan oleh Cabang sendiri

Sanksi

Productivity

Diberikan karena karyawan tidak mencapai target tertentu yang telah ditentukan oleh perusahaan Sanksi QPC

(Quality &

Process Control)

Diberikan karena adanya temuan pelanggaran oleh Tim Retention/ Investigasi atas rekomendasi Dept HRR

Sanksi Audit (termasuk Investigasi Khusus)

Diberikan karena adanya temuan pelanggaran oleh Tim Audit atas rekomendasi Dept HRR

(22)

MASA BERLAKU SANKSI

Jenis

Sanksi

Masa

Berlaku

Masa Tunggu

(Promosi)

Potongan

Insentif

Teguran

Tertulis

1 bulan

-

-

SP 1

1 s/d 6 bulan

1 Bulan

10%

SP 2

1 s/d 6 bulan

6 bulan

15%

SP 3

6 bulan

12 bulan

20%

Skorsing

1 bulan

-

25%

PHK

-

-

-

22

(23)

SKORSING

1.

Skorsing dapat dikenakan kepada setiap karyawan yang

melakukan pelanggaran terhadap tata tertib kerja atau yang

tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya atau

melakukan tindakan yang merugikan perusahaan.

2.

Karyawan diskorsing dari pekerjaannya karena hal - hal

sebagai berikut:

 Untuk kepentingan pengusutan karena adanya dugaan

pelanggaran yang di lakukan oleh pelanggaran.

 Hukuman atas pelanggaran yang terbukti dilakukan oleh

karyawan.

 Menunggu proses penyelesaian PHK

3.

Selama karyawan yang bersangkutan menjalani masa

skorsing, Perusahaan akan tetap membayarkan upah

kepada karyawan yang bersangkutan.

(24)

1.

Tidak Lulus masa percobaan.

2.

Mengundurkan diri

3.

Berakhirnya Masa Perjanjian Kerja

4.

Masa sakit yang berkepanjangan/ ketidakmampuan bekerja

berdasarkan kesehatan (medical unfit).

5.

Karyawan meninggal dunia

6.

Mencapai batas usia pensiun

7.

Karyawan ditahan lebih dari 6 bulan atau dinyatakan bersalah

oleh pengadilan

8.

Program reorganisasi atau Rasionalisasi Perusahaan

9.

Tidak cakap bekerja

10. Pelanggaran Perjanjian Kerja atau Peraturan Perusahaan

11. Perusahaan tutup

12. Karyawan dikualifikasikan mengundurkan diri karena mangkir 5

(lima) hari berturut-turut setelah dipanggil secara patut

13. Perusahaan pailit

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

(25)

KARYAWAN TIDAK LULUS MASA PERCOBAAN

1. Selama masa percobaan, baik perusahaan maupun

Karyawan dapat mengakhiri hubungan kerja setiap saat

tanpa ada kewajiban untuk menjelaskan alasannya.

2. Dalam hal ini Perusahaan

tidak berkewajiban untuk

membayar kompensasi PHK atau ganti rugi apapun

kecuali upah atas hari-hari kerja yang telah dijalani oleh

Karyawan yang bersangkutan

.

(26)

1. Bagi karyawan yang ingin mengundurkan diri atas kemauan sendiri dari pekerjaannya, wajib terlebih dahulu

memberitahukan minimal 1 (satu) bulan sebelumnya dan dilakukan secara tertulis kepada perusahaan (Pengunduran diri baik-baik).

2. Karyawan yang dianggap mengundurkan diri secara baik-baik, berhak atas uang penggantian hak dan uang pisah.

3. Karyawan yang pengunduran dirinya pengunduran dirinya tidak sesuai ketentuan di atas (dikategorikan sebagai pengunduran diri secara tidak baik-baik), tidak berhak atas ketentuan uang pisah. 4. Bagi karyawan yang berstatus karyawan tetap atau karyawan tidak

tetap yang memiliki masa kerja minimal 6 (enam) bulan berhak memperoleh Surat Referensi Kerja, apabila pengunduran dirinya telah sesuai dengan ketentuan PP dan SOP yang berlaku.

KARYAWAN MENGUNDURKAN DIRI

(27)

BERAKHIRNYA MASA PERJANJIAN

KERJA WAKTU TERTENTU

1. Hubungan kerja berakhir tanpa syarat pada tanggal

berakhirnya masa kerja atau selesainya pekerjaan yang

telah ditetapkan dan disetujui bersama dalam

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

2. Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja karena

alasan di atas,

Perusahaan tidak berkewajiban untuk

membayar pesangon atau ganti rugi apapun

kecuali

upah atas hari-hari kerja yang telah dijalani oleh

Karyawan yang bersangkutan atau yang telah tercantum

dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tersebut.

(28)

SAKIT BERKEPANJANGAN/KETIDAKMAMPUAN

BEKERJA BERDASARKAN KESEHATAN

1. Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan karyawan yang menderita sakit selama 12 (dua belas) bulan terus menerus atau berdasarkan surat keterangan dokter dianggap tidak mampu bekerja karena masalah kesehatannya.

2. Yang dimaksud dengan sakit terus menerus adalah seseorang yang menderita sakit cukup lama dan terus menerus yang menahun atau berkepanjangan yang setelah sakit terus menerus atau terputus-putus maupun bekerja kembali tetapi dalam tenggang waktu 4 (empat) minggu sakit kembali.

3. Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan diatas, maka Perusahaan akan membayarkan hak-hak karyawan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(29)

KARYAWAN MENINGGAL DUNIA

1. Dalam hal Karyawan meninggal dunia, maka

hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan

segera berakhir secara langsung

terhitung mulai

waktu yang tercantum dalam surat keterangan/

visum et repertum yang dikeluarkan oleh instansi

yang berwenang

2. Perusahaan akan memberikan uang kompensasi PHK

kepada ahli waris yang sah dari karyawan

bersangkutan yang besar perhitungannya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(30)

MENCAPAI BATAS USIA KERJA (PENSIUN)

1. Batas usia kerja karyawan adalah pada

usia 55 (lima puluh lima)

tahun.

2. Karyawan yang telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun,

diminta untuk melepaskan jabatannya dan diberhentikan dengan

hormat dari perusahaan.

3. Apabila diperlukan,

perusahaan dapat memperpanjang masa

kerja karyawan

yang telah mencapai usia 55 (lima puluh lima)

tahun atas persetujuan karyawan bersangkutan, dan dilaksanakan

mengacu peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Karyawan akan menerima haknya dari BPJS dan dari

hak-haknya yang timbul karena adanya ketentuan-ketentuan

perusahaan dan atau karena adanya peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003).

(31)

1.

Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja

terhadap karyawan yang setelah 6 (enam) bulan tidak dapat

melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses

perkara pidana.

2.

Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa

6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud di atas berakhir dan

karyawan dinyatakan tidak bersalah, maka perusahaan wajib

mempekerjakan karyawan kembali.

3.

Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa

6 (enam) bulan berakhir dan karyawan dinyatakan bersalah, maka

perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja kepada

karyawan yang bersangkutan.

4.

Karyawan yang bersangkutan berhak atas kompensasi PHK sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003).

KARYAWAN DITAHAN < 6 BULAN ATAU

DINYATAKAN BERSALAH OLEH PENGADILAN

(32)

1. Rasionalisasi atau Reorganisasi adalah keadaan memaksa

yang tidak dapat dihindarkan akibat keadaan usaha atau

perubahan sistem kerja sehingga perusahaan harus

melakukan PHK terhadap karyawan.

2. PHK yang disebabkan oleh rasionalisasi atau reorganisasi

merupakan pilihan terakhir yang akan dilakukan oleh

perusahaan.

3. Prosedur pelaksanaan, administrasi dan jumlah

kompensasi PHK kepada karyawan yang diPHK karena

alasan rasionalisasi atau reorganisasi dilaksanakan dengan

berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

RASIONALISASI ATAU REORGANISASI

(33)

• Tidak cakap bekerja (unperformed) dibuktikan dengan adanya

Surat Peringatan.

• Surat Peringatan diberikan secara berurutan maupun tidak

berurutan disesuaikan dengan derajat kesalahan, mulai SP 1,

SP 2 SP 3 hingga sanksi PHK.

• Tidak cakap bekerja di dasarkan atas performance karyawan

baik dari segi pencapaian PA, kecakapan dalam melakukan

pekerjaan rutin maupun pengulangan kesalahan.

TIDAK CAKAP BEKERJA (UNPERFORMANCE)

(34)

PELANGGARAN PP / PK

• Dalam hal karyawan melakukan pelanggaran

ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja atau

peraturan perusahaan, perusahaan dapat

melakukan pemutusan hubungan kerja

• Sanksi PHK yang diberikan dikategorikan sebagai

pelanggaran fatal dan diatur pada psal 43 ayat 3

butir e.1-e.26

• Hanya berhak atas uang pisah.

(35)

MANGKIR

• Kategori Karyawan Mangkir

1. Tidak masuk kerja

selama 5 (lima) hari kerja atau lebih

berturut-turut

dari pekerjaan

2. Tanpa adanya keterangan secara tertulis

yang

dilengkapi dengan bukti yang sah , dan

3. Telah dipanggil secara patut

melalui surat panggilan

tertulis sebanyak 2 (dua) kali,

• Dokumen Yang Wajib Ada :

1. Surat Panggilan masuk kerja 1 dan 2

2. Pemberitahuan PHK Mangkir

(36)

hari senin selasa rabu kamis jumat sabtu minggu senin selasa

tgl 1 2 3 4 5 6 7 8 9

kehadiran karyawan x x x x x x x x surat panggilan dikirim 1 (v) 2(v) perkiraan surat diterima

karyawan v v surat pemberitahuan

bahwa karyawan telah dianggap mengundurkan diri karena mangkir > 5 hari kerja berturut-turut

v

x = karyawan tidak hadir 1(v) = surat panggilan pertama 2(v) = surat panggilan kedua

Contoh karyawan mangkir (tidak masuk > 5 hari berturut-turut

(37)

PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

• Pengawasan Ketenagakerjaan

adalah kegiatan

mengawasi dan menegakkan pelaksanaan peraturan

perundang-undangan di bidang ketenagakerjaa yang

dilakukan oleh pejabat instansi ketenagakerjaan.

• Pengawasan dilakukan oleh unit kerja khusus pada

instansi ketenagakerjaan dalam hal ini adalah

pegawai

pengawas.

• Dalam pelaksanaannya, pegawai pengawas biasanya

dilengkapi dengan

surat tugas khusus

yang

menerangkan kewenangan pegawai ybs dan ruang

lingkup perusahaan mana saja yang diawasi.

(38)

OBJEK PENGAWASAN

• Wajib Lapor Ketenagakerjaan (WLTK)

& Wajib Lapor Perusahaan :

UU No 7 Tahun 1981

• Peraturan Perusahaan (PP)

atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) :

UU 13 Tahun 2003 Jo. Kepmen No. 48 Tahun 2004

• Bukti Pembayaran Iuran Program Jamsostek

Bulan Terakhir : UU

No 3 Tahun 1992 jo PP No 14 Tahun 1993

• Pendaftaran Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

• Akta Pendirian Perusahaan/SIUP

(Surat Keterangan Domisili) &

Struktur Organisasi Perusahaan

• Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit

(UU 13 Tahun 2003 Jo. Permen

No. 32 Tahun 2008)

• Daftar Upah/Gaji

Karyawan Untuk 3 (tiga) Bulan Terakhir

• Buku Akte Pengawasan Ketenagakerjaan

• Lain-lain

: Daftar absensi, cuti, lembur, SK Pembentukan SP/SB

(39)

WAJIB LAPOR TENAGA KERJA (WLTK)

• WLTK adalah kewajiban perusahaan untuk melaporkan hal-hal

yang terkait dengan ketenagakerjaan kepada instansi yang

berwenang (Dinas Tenaga Kerja Kab/ Kota dimana perusahaan tersebut ada).

• Data pada WLTK diantaranya : jumlah dan komposisi status (tetap, kontrak, probation) tenaga kerja di kantor setempat, jumlah tenaga kerja yang masuk dan keluar,dll

• Kapan : Pada saat mendirikan, menghentikan, menjalankan kembali, memindahkan atau membubarkan perusahaan.

• Perusahaan wajib melaporkan rutin secara tertulis setiap tahun

kepada instansi yang berwenang.

• Kantor RO , cabang, regional maupun kantor pusat wajib untuk melaporkan WLTK sendiri-sendiri.

(40)

Perselisihan PHK: terjadi karena tidak ada

kesesuaian pendapat tentang Pengakhiran

Hubungan Kerja

Tidak sepakat dengan Alasan PHK

Tidak sepakat dengan jumlah Kompensasi

(Pesangon)

PERSELISIHAN PHK

(41)

Pasal 43 ayat 3 butir e.28

melakukan

kesalahan yang bobotnya sama setelah mendapatkan Surat Peringatan yg Terakhir

yg masih berlaku

Pasal ini digunakan untuk melakukan PHK terhadap karyawan yang memang sudah tidak dapat dibina dan sebelumnya telah dikenakan Surat Peingatan baik SP 1, SP 2 sampai dengan

SP 3.

PHK karena pelanggaran terhadap PP Tidak harus melalui tahapan SP 1 hingga

SP 3, asal SP terakhir yang dijatuhkan sebelumnya adalah SP 3 dan masih berlaku.

(42)

Pasal 43 ayat 3 butir e.29

Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun

sudah dicoba

dibidang tugas yang ada dan telah mendapatkan

surat peringatan sebelumnya.

Penegasan bahwa PHK karena “Unperform”, harus melalui mekanisme SP terlebih dahulu

Dalam hal ini tidak terdapat indikasi tindakan “fraud” oleh karywan. Bila karyawan terbukti melakukan “fraud” , maka sanksinya adalah

PHK tanpa pesangon

(43)

Pasal 43 ayat 3 butir f.1.

Ditawarkan kpd Karyawan agar mengundurkan diri secara baik-baik

Karyawan setuju  uang pisah dan Berita acara PHK Kondisi :

1. Kerugian perusahaan relativ kecil, bila dibandingkan dengan biaya perkara 2. Alat bukti yang dimiliki perusahaan kurang kuat dari sudut hukum pidana

3. Butuh biaya yang relativ lebih besar untuk memperoleh alat bukti yg kuat

Karyawan tdk setuju uang pisah

 negosiasi uang

pisah dan berita acara PHK Karyawan tdk setuju negosiasi  terbitkan sK PHK Sebelum negosiasi dengan karyawan, harap koordinasi dgn HRR HO terlebih dahulu

Kesalahan Fatal Psl 43 ayat 3 butir e.1.-e.26

(ada unsur Pidana) Dpt di PHK dg hanya uang pisah Kecuali ditentukan lain oleh LPPHI

(44)

Pasal 43 ayat 3 butir f.1.

Karyawan setuju  uang pisah dan atau kebijakan

Kondisi :

1. Kerugian perusahaan relativ besar, bila dibandingkan dengan biaya perkara 2. Alat bukti yang dimiliki perusahaan kuat dari sudut hukum pidana

Karyawan tdk setuju 

Proses hukum pidana

Harap koordinasi sejak awal dengan HRR HO dan Legal Div.

Diupayakan pelaporan kepada kepolisian

Ditawarkan mundur dengan perjanjian bersama PHK

Jika upaya tsb tidak berhasil

Kesalahan Fatal Psl 43 ayat 3 butir e.1.-e.26

(ada unsur Pidana) Dpt di PHK dg hanya uang pisah Kecuali ditentukan lain oleh LPPHI

(45)

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HI MELALUI

BIPARTIT - MEDIASI

Bipartit Sepakat Tidak Sepakat Perjanjian Bersama Disnaker Setempat Mediasi / Konsiliasi / Arbitrase Eksekusi Didaftarkan Perselisihan PHK 45

(46)

46

 Penyelesaian perselisihan PHK antara

Karyawan

dengan

Pengusaha

dengan

melibatkan /perantara pihak ketiga yang

berwenang (instansi Disnaker)

 Penyelesaian: Musyawarah untuk mufakat

(47)

KELENGKAPAN DI MEDIASI

1. Risalah Perundingan

2. Daftar hadir saat perundingan dilakukan

3. Surat Kuasa dari BM (kalo yang maju adalah

PIC

HRDGA

)

4. Bukti-Bukti kesalahan karyawan

5. Buku PP & MI terkait

6. Data karyawan

a. Master data Karyawan

b. SPK karyawan

c. Track Record SP karyawan

d. PB PHK, Surat Pengunduran Diri, Surat Panggilan

(48)

PENYELESAIAN PERSELISIHAN MELALUI

MEDIASI & KONSILIASI

Mediasi (Mediator) Perselisihan : Hak, Kepentingan, PHK, Antar SP Konsiliasi (Konsiliator) Perselisihan : Kepentingan, PHK, Antar SP Sepakat Tidak Sepakat Perjanjian Bersama Anjuran Setuju Tidak Setuju Eksekusi Gugatan Di PPHI 1. Tertulis

2. 10 hari sejak mediasi pertama s.d diterima para pihak

3. 10 hari sejak diterima para pihak menjawab 4. Tidak menjawab = menolak

- 30 hari waktu penyelesaian - dalam 7 hari harus sudah ada sidang I

Catatan :

Proses penyelesaian melalui Mediasi atau Konsiliasi adalah sama

Didaftarkan

(49)

BUDAYA / CULTURE

PERUSAHAAN

(50)

Penjabaran ADIRATOP

Advance

Discipline

Integrity

Reliable

Accountable

Teamwork

Obssessed

Professional

Satu langkah lebih baik ; mempunyai visi ; mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat Perbaikan yang berkesinambungan ; berfikir dan bertindak secara bijaksana ; bertindak tepat waktu Memenuhi komitmen secara baik ; dapat dipercaya ;

bersikap jujur

Berkata dan bertindak berdasarkan data ; beratnggung jawab terhadap perbuatan

Memberikan informasi secara transparan dan bijaksana sesuai kebutuhan organisasi

Membangun sinergi ; mencari solusi bersama ; sharing ideas

Motivasi tinggi dengan proses yang benar ; terus meningkatkan kompetensi

Jiwa pemimpin ; inovatif dan kreatif ; mengkalkulasi resiko ; orientasi pelanggan

(51)

7 pagar pengamanan

Adira Finance

1 2 3 4

Values

Pengawasan Atasan langsung

Quality Assurance

Peran Internal Auditor

Investigasi khusus

Aspek Legal 5 6

Aktivitas Preventive antisipasi pencegah pelanggaran Execution thd Pelanggaran

Quality Process & Control

7

(52)

WORKLIFE BALANCE

• ADVAGANZA

 Olahraga : futsal, badminton, renang, bowling, billiyard

 Music / band

 Fotografi

• ADIRA SPIRITUAL

• COFFEE MORNING

• EMPLOYEE GATHERING

• BUKA PUASA / NATAL BERSAMA

• KOMPETISI OLAHRAGA NASIONAL

(53)

Referensi

Dokumen terkait

Rekomendasi dari aksi mitigasi dalam menanggulangi agen-agen risiko prioritas antara lain, peningkatan informasi sistem, evaluasi kinerja dengan pelanggan, melakukan

Untuk menyederhanakan proses pada metode Angoff, Impara dan Plake (1997) mengusulkan agar panelis memutuskan apakah peserta ujian secara individual mampu atau

Titik didih Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat,

1. Melibatkan lebih dari satu orang. Setiap perbuatan korupsi tidak mungkin dilakukan sendiri, pasti melibatkan lebih dari satu orang. Bahkan, pada perkembangannya acapkali

Bab III berisi pembahasan mengenai pemahaman pelatih/dirigen terhadap kepemimpinan koor lingkungan dalam tugas ibadat liturgi mingguan, pemahaman anggota koor Stephanie

Keputusan untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja Wanita (TKW) dibeberapa daerah khususnya di Kabupaten Semarang secara umum bertujuan untuk

Berdasarkan penjelasan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4, maka dapat dikatakan bahwa di antara ke dua variabel bebas tersebut yang mempunyai pengaruh dominan

Individu memiliki cara pandang/ penalaran yang berbeda dengan orang lain, objek yang sama akan mendapat penalaran dan cara pandang yang berbeda.. Afektif /