BAB II
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM MATERI HUKUM
ARCHIMEDES
A. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Kontekstual (Contextual) berasal dari kata Context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan”. Sehingga Contextual Teaching
and Learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang
berhubungan dengan suasana tertentu. Secara umum Contekstual mengandung arti: yang berkenaan, relevan, yang membawa maksud, makna dan kepentingan. Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Sanjaya (2006) “Contextual Teaching and Learning (CTL), adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan situasi dan kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”.
Menurut Depdiknas (2003:5) ”Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari”.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan isi pelajaran dengan lingkungan sekitar siswa atau dunia nyata siswa, sehingga akan membuat pembelajaran lebih bermakna (meaningful learning), karena siswa mengetahui pelajaran yang diperoleh di kelas akan bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan berbagai kegiatannya menyebabkan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, juga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar (Nur M. 2003 ).
Pendekatan CTL bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan meteri tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi dan sosial) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara mudah dapat diterapkan dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya (Kunandar, 2007).
Menurut Jhonson (2006), pembelajaran CTL dikembangkan dengan memperhatikan lima unsur pokok yang disingkat dengan REACT yakni: 1. Relating, yaitu belajar dikaikan dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata
2. Experiencing, yakni pembelajaran dikaitkan dengan penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery) dan penciptaan (invention).
3. Appliying, yaitu presentasi pengetahuan dalam konteks pemanfaatannya. 4. Cooperating, yaitu belajar dalam bentuk kontak interpersonal dan
kerjasama.
5. Transfering, yaitu belajar melalui pemanfaatan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melibatkan tujuh komponen utama dalam pembelajaran yang efektif, yakni: konstruktivisme, penemuan (Inquiri), bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian otentik (Dikdasmen, 2006).
B. METODE EKSPERIMEN
metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Sudirman, 1991:193)
Metode eksperimen atau percobaan dapat diartikan juga sebagai suatu metode pemberian kesempatan kepada siswa perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Syaiful dalam Mastin, 2013).
Metode eksperimen ini siswa mencoba mempraktekkan suatu proses guru hanya sebagai pengarah atau pembimbing bagi siswa. Tujuan utama metode ini bukan hanya hasil belajar, namun juga proses pembelajaran dan pemahaman konsep materi pelajaran.
Dari pengertian metode eksperimen di atas dapat disimpulkan secara umum bahwa metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar siswa untuk berlatih melakukan pengamatan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati obyek, mengalisa hasil pengamatan, kemudian menyampaikan hasil pengamatan di kelas dan dievaluasi oleh guru serta dapat menarik kesimpulan sendiri.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode eksperimen adalah:
a. Persiapan/perencanaan eksperimen
1) Tujuan eksperimen harus jelas, agar pelaksanaan eksperimen dapat berjalan dengan baik.
2) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk eksperimen.
3) Mempersiapkan tempat duduk siswa untuk melakukan eksperimen.
4) Mempertimbangkan jumlah siswa sesuai dengan alat yang tersedia.
5) Memperhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan, agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan eksperimen.
6) Memberikan penjelasan tentang tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa dalam eksperimen.
b. Pelaksanaan eksperimen
1) Membuat struktur kelompok (ketua dan anggota).
3) Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi dalam melakukan eksperimen.
4) Mencatat ide-ide / saran-saran yang penting.
5) Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta.
6) Menciptakan situasi yang menyenangkan.
c. Tindak lanjut eksperimen
1) Membuat hasil-hasil / kesimpulan dari eksperimen.
2) Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya.
3) Membuat penilaian terhadap pelaksanaan eksperimen tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada eksperimen yang akan datang.
Menurut Mufarrokah (2009:97-98) metode eksperimen mempunyai kebaikan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan Metode Eksperimen
Metode eksperimen mengandung beberapa kebaikan antara lain:
1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan sendiri dari pada hanya menerima penjelasan dari guru/buku.
2) Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian.
3) Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan realistis.
4) Mengembangkan sikap berpikir ilmiah.
5) Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi. b. Kekurangan Metode Eksperimen
Metode eksperimen mengandung beberapa kekurangan, antara lain: 1) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit.
2) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama.
3) Menimbulkan kesulitan guru dan siswa, apabila kurang berpengalaman dalam penelitian.
4) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen berakibat pada kesalahan dalam menyimpulkan.
C. Hasil Belajar
Jihad dan Haris (2013: 14) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu”. Selanjutnya hasil belajar dapat dikelompokan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Zuldafrial (2014:166) “Evaluasi hasil belajar di sekolah meliputi tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor”. Domain kognitif adalah kemampuan dalam berfikir, domain afektif adalah
kemampuan dalam bersikap, dan domain psikomotor adalah kemampuan motorik. Bentuk perilaku yang diukur berdasarkan tingkat kemampuan domain masing-masing sesuai dengan ranah tujuan pembelajaran sebagai berikut.
a) Cognitive domain 1) Pengetahuan
Merupakan kemampuan siswa mengenal atau mengingat materi energi yang telah mereka pelajari.
2) Pemahaman
Aspek ini mengacu pada kemampuan siswa untuk memahami makna materi energi.
3) Penerapan
Mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki pada situasi yang baru.
4) Analisis
Mengacu pada kemampuan menguraikan atau mengkaji komponen-komponen materi energi lebih spesifik.
5) Sintesis
Mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
6) Evaluasi
Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap proses belajar. Misalnya mengomentari ketika teman kelompok lain presentasi di depan kelas.
b) Affective domain
1) Kemauan menerima atau penerimaan
2) Kemampuan menanggapi atau pemberian respon 3) Berkeyakinan atau penghargaan
4) Penerapan karya atau pengorganisasian
5) Ketekunan / ketelitian / karakterisasi
c) Psychomotor domain 1) Persepsi
Aspek ini untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan mengalihkannya dalam kegiatan atau perbuatan.
2) Kesiapan
Merupakan kesiapan memberikan respon secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan pembelajaran.
3) Respon terbimbing
Respon yang sesuai dengan contoh perilaku yang di demonstrasikan oleh guru.
4) Mekanisme
5) Respon yang kompleks
Merupakan pemberian respon atau penampilan perilaku yang cukup rumit dengan kata lain demontrasi tentang materi energi.
6) Adaptasi
Kemampuan menyesuaikan respon, perilaku, gerakan dengan situasi baru.
7) Organisasi
Kemampuan untuk menampilkan gerakan atau respon baru.
D. Hukum Archimedes Buku SMA
Gaya ke atas disebut juga sebagai gaya apung, yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada benda. Munculnya gaya apung adalah akibat adri tekana zat cair yang meningkat dengan kedalaman. Dengan demikian berlaku:
Gaya apung = berat benda di udara – berat benda dalam zat cair atau
Fa =Wu - Wa ...(2.1A)
Keterangan:
Fa = Gaya apung
Wu = Berat benda di udara
Hukum Archimedes menyatakan Gaya apung yang bekerja pada suatu
yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.
Jadi gaya apung dapat dirumuskan sebagai Fa = Mf . g , dengan Fa
adalah gaya apung Mf = massa fluida dipindahkan dan g = berat benda. Atau,
Fa=
f . Vbf .g ,
dengan
f adalah massa jenis fluida dan Vbf volume bendayang tercelup dalam fluida.
1. Mengapung, Tenggelam dan Melayang
Suatu benda mengapung, tenggelam atau melayang hanya ditentukan oleh massa jenis benda dan massa jenis zat cair. Jika massa jenis benda lebih kecil dari pada massa jenis zat cair benda akan mengapung . jika massa jenis benda lebih besar dari pada mass jenis zat cair benda akan tenggelam. Dan jika massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair maka benda akan melayang. Jadi, syarat mengapung
benda<
fluida, syarat tenggelam
benda>
fluida dan syarat melayang
benda=
fluida.Peristiwa mengapung, tenggelam dan melayang juga dapat dijelaskan berdasarkan konsep gaya apung dan berat benda. Pada suatu benda yang tercelup seluruh atau sebagian atau seluruhnya dalam zat cair, bekerja gaya apung (Fa). Dengan demikian, pada yang tercelup
dalam zat cair bekerja dua buah gaya: gaya berat w dan gaya apung Fa
seperti pada (Gambar 2.1)
Gambar 2.1 Dua buah gaya yang bekerja pada benda yang tercelup dalam zat cair
Pada benda yang mengapung dan melayang terjadi keseimbangan antara berat benda w dan gaya apung Fa, sehingga berlaku:
∑F = 0 ...(2.2A)
Fa – w = 0 atau w = Fa ...(2.3A)
Keterangan:
∑F = jumlah gaya yang bekerja
Fa = gaya apung
w = gaya berat benda
Pada benda yang tenggelam , berat benda w lebih besar dari pada gaya apung Fa. Jadi, syarat mengapung atau melayang w = Fa dan syarat
tenggelam w > Fa. Syarat benda mengapung dan syarat melayang, yaitu
berat benda sama dengan gaya apung (w = Fa ). Perbedaannya terletak
mengapung, hanya sebagian yang tercelup dalam zat cait, sehingga Vbf <
Vb dan peristiwa melayang, seluruh benda tercelup dalam zat cair,
sehingga Vbf = Vb seperti pada (Gambar 2.2).
Gambar 2.2 (a) mengapung, (b) melayang
2. Penerapan Hukum Archimedes Dalam Kehidupan Sehari-hari a) Hidrometer
Hidrometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur massa jenis cairan. Nilai massa jenis cairan dapat diketahui dengan membaca pada skala pada hidrometer yang ditempatkan mengapung pada zat cairan.
Hidrometer terbuat dari tabung kaca. Supaya tabung kaca terapung tegak di dalam zat cair, bagian bawah tabung debebani dengan butiran timbal. Tangki tabung kaca didesain mungkin
supaya perubahan kecil dalam berat benda yang
dipindahkan(berkaitkandengan perubahan kecil dalam massa jenis cairan) menghasilkan perubahan besar pada kedalaman tangki yang tercelup didalam cairan. Ini berakti perbedaan bacaan pada skala untuk berbagai jenis cairan menjadi lebih jelas.
Gambar 2.3 Hidrometer
Rums Hidrometer terapung di dalam cairan, sebagai berikut :
Gaya ke tas = berat hidrometer
Vbf .
f.g
= w, dengan berat hidrometer w tetap ...(2.4A)(Ahbf)
fg
= mg, sebab Vbf = Ahbf ...(2.5A)Persamaan hidrometer f bf A m h
...(2.6A) Keterangan:hbf = Tinggi hidrometer yang tercelup
m = Massa hidrometer
A = Luas tangkai hidrometer
f =massa jenis cairanMassa hidrometer dan luas tangkai adalah tetap, sehingga tinggi tangkai yang tercelup di dalam cairan hbf berbanding terbalik
tinggi hidrometer yang tercelup di dalam cairan besar (hbf besar).
Akan didapat bacaan skala yang menunjikan angka yang lebih kecil.
Jika massa jenis cairan besar (Vf besar), tinggi hidrometer
yang tercelup didalam cairan kecil (hbf kecil). Akan didapat bacaan
skala yang menunjukan angka yang lebih besar.
b) Kapal Laut
Massa jenis besi lebih besar dari pada massa jenis air laut, jadi badan kapal yang terbuat dari besi dibuat berongga. Ini menyebabkan volume air laut yang dipindahkan oleh badan kapal menjadi sangat besar. Gaya apung sebanding dengan volume air yang dipindahkan, sehingga gaya apung menjadi sangat besar. Gaya apung mengatasi gaya total kapal sehingga kapal laut mengapung dipermukaan laut. Jika dijelaskan bedasarkan konsep massa jenis, massa jenis rata-rata besi berongga dan udara yang menempati rongga masih lebih kecil dari pada massa jenis air laut itulah sebabnya kapal mengapung, seperti pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Gaya apung yang dialami kapal laut Gaya apung
Gaya berat
Rongga berisi udara
c) Kapal Selam
Sebuah kapal selam memiliki tangki pemberat yang terletak di antara lambung sebelah dalam dan lambung sebelah luar. Tangki ini dapat di isi udara atau air. Tentu saja udara lebih ringan dari pada air. Mengatur isi tangki pemberat berarti mengatur berat total kapal. Sesuai dengan konsep gaya apung, berat total kapal selam akan menetukan apakah kapal akan mengapung atau menyelam, seperti pada Gambar 2.5
Gambar 2.5 Sistem kerja lambung kapal Selam saat menyelam
d) Balon Udara
Seperti halnya zat cair, udara (termasuk fluida) juga melakukan gaya apung pada benda. Gaya apung yang dilakukan udara pada benda sama dengan berat udara yang dipindahkan oleh benda. Rumus gaya apung yang dilakukan udara sama seperti rumus terapung atau melayang w = Fa. Hanya saja disini
f adalahmassa jenis udara.prinsip gaya apung inilah yang dimanfaatkan pada balon udara, seperti pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Gaya apung pada balon udara
(Kanginan, 2010:100-119)
E. Hukum Archimedes Buku Universitas
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan fenomena-fenomena hukum Archimedes. Misalnya sebuah benda yang dimasukkan ke dalam fluida tampaknya mempunyai berat yang lebih kecil daripada saat berada di luar fluida tersebut. Akibatnya benda yang berada di dalam air akan lebih mudah diangkat daripada benda yang di darat. Hal tersebut dikarenakan adanya gaya apung ke atas yang dilakukan oleh air tersebut. Gaya apung yang terjadi karena tekanan pada fluida bertambah terhadap kedalaman. Dengan demikian tekanan ke atas pada permukaan bawah benda yang dibenamkan lebih besar dari tekanan ke bawah pada permukaan atasnya.
Penemuan Archimedes tersebut kemudian dinyatakan sebagai berikut; Pertama, benda yang tercelup sebagian atau keseluruhan di dalam zat cair mengalami gaya apung yang besarnya sebanding dengan volume zat yang dipindahkan oleh benda itu; Kedua, Hukum Archimedes yaitu “gaya apung
yang bekerja pada suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.
Dalam materi pokok ini, akan dibahas beberapa materi pokok yang meliputi peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam suatu benda pada zat cair atau fluida.
1. Mengapung
Suatu benda dikatakan mengapung apabila ada bagian benda yang muncul di atas permukaan fluida. Pada saat mengapung, besarnya gaya apung sama dengan berat benda,
w
benda < Fa ...(2.1B)ρ
bv
b g< ρ
cv
bc g ...(2.2B)Oleh karena hanya sebagian benda yang tercelup di dalam fluida, maka volume fluida yang dipindahkan lebih kecil dari volume total benda. Berdasarkan hasil ini diperoleh hubungan antara masa jenis benda dengan masa jenis fluida yaitu :
ρ
f >ρ
b2. Melayang
Suatu benda dikatakan melayang jika benda tersebut tidak terletak di dasar bejana dan tidak ada bagian yang muncul di atas permukaan fluida. Dalam keadaan ini berat benda sama dengan gaya tekan ke atas dan volume benda tercelup sama dengan volume zat cair yang dipindahkan,
ρ
bv
b g =ρ
cv
bc g ...(2.4B)sehingga diperoleh,
ρ
b =ρ
c3. Tenggelam
Benda dikatakan tenggelam jika benda turun sampai ke dasar. Hal ini terjadi karena berat benda lebih besar dari gaya tekan ke atas, atau dapat dituliskan:
w
benda > Fa ...(2.5B)ρ
bv
b g >ρ
cv
bc g ;ρ
c <ρ
b ...(2.6B)Sehingga diperoleh,