• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PRINSIP MULTIPLE INTELLIGENCES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PRINSIP MULTIPLE INTELLIGENCES"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

223

IMPLEMENTASI PRINSIP MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IIIPADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIADI MADRASAH

IBTIDAIYAH NAJAHIYAHPALEMBANG

Rahma Si Fitri dan Elhefni

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang ImplementasiPrinsip Multiple

Intelligences Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang. Adapun prinsip Multiple Intelligences pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan.

Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan prinsip Multiple Intelligences pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang? 2) Apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan prinsip Multiple Intelligences pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang?

Metodologi pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Sehingga dengan teknik analisis data kuantitatif yaitu menguraikan data-data yang dapat dihitung dengan angka-angka menggunakan rumus tes “t”, yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajr siswa kelas III pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa siswa di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang sebelum digunakan prinsip Multiple

Intelligences yaitu tergolong tinggi (baik) sebanyak 3 orang siswa (12%)

kategori tinggi (nilai di atas 76,74), tergolong sedang sebanyak 15 Orang siswa (60%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai antara 37,6 sampai 76,74), dan yang tergolong rendah sebanyak 7 Orang siswa (28%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai dibawah 37,6). Sedangkan hasil belajar siswa sesudah digunakan prinsip Multiple Intelligences yaitu yang tergolong tinggi (baik) sebanyak 7 orang siswa (28%), siswa kategori tinggi (nilai di atas 94), tergolong sedang sebanyak 16 Orang siswa (64%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai antara 74 sampai 94), dan yang tergolong rendah sebanyak 2 Orang siswa (8%), dalam kategori rendah (nilai dibawah 74). Hipotesa alternatif diterima dengan rincian to lebih besar dari tt baik pada taraf signifikan 1% maupun 5% dengan perincian 2.79<-10,64>2.06. berarti adanya perbedaan hasil belajar antara sebelum dan sesudah digunakan prinsip Multiple

Intelligences dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah. Kata Kunci: Bahasa Indonesia, Multiple Intelligences, Hasil Belajar

(2)

224 A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai dan sikap. Sebagai upaya yang bukan saja menumbuhkan manfaat yang besar, pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Oleh karena itu, Pendidikan diperlukan oleh semua orang karena pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan jasmani dan rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.(Fuad, 2005: 1)

Sekolah itu adalah pendidikan. Maka sekolah adalah salah satu tempat siswa menuntut ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat salah satu peranan guru yang bertujuan untuk mengembangkan bakat atau kecerdasan, kemampuan, keterampilan yang dimiliki oleh siswa.(Rusmaini, 2013: 6)

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan aktif dan berkreativitas dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga dalam proses pembelajaran prinsip yang tepat dalam mengajar agar perannya sebagai pembimbing dan motivator dapat berjalan searah, tujuan yang akan dicapai (Djamarah, 2000:1).

Menurut ajaran agama Islam, siapapun guru yang mampu mendidik seorang manusia dan mempersembahkan kepada masyarakat, ganjaran/nilainya melebihi jihad. Inilah kebenaran perkataan, “Tinta ulama akan ditimbang dengan darah syuhada”. Dijelaskan didalam (QS. Al-Maidah: 32). (Alwi, 2014:70)







Artinya:“Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,Maka

(3)

225

Dengan demikian peran guru dalam memaksimalkan hasil belajar siswa haruslah mampu menciptakan suasana kelas semenarik mungkin sehingga diharapkan dalam belajar bahasa Indonesia tidak hanya siswa-siswa yang tertentu saja yang mendapatkan nilai-nilai yang tinggi. Maka dari itu selaku seorang guru harus menyadari betapa pentingnya prinsip dalam pembelajaran dalam rangka menuju proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk itu, salah satu alternatifnya dengan menerapkan prinsip pembelajaran Multiple Intelligences.

Secara umum Prinsip pembelajaran dapat diartikan sebagai kebenaran yang jadi pokok dasar seseorang untuk bertindak dalam melakukan sesuatu untuk dapat dijadikan salah satu tolak ukur dalam menentukan sesuatu (Gunawan, 2001:305).

Multiple Intelligences menjadi sebuah prinsip pembelajaran untuk materi

apapun dalam semua bidang studi. Inti prinsip pembelajaran ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. (Chatib, 2011:108)

Hasil belajar menurut Dymiati dan Mudjiono adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata, atau simbol (Ismail, 2014:38).

Maka, semakin jelaslah bahwa hasil belajar siswa merupakan hasil dari sesuatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi keberhasilannya. Faktor sebagian penyebabnya salah satunya adalah guru. Selain dari pada itu faktor keberhasilan siswa dalam belajar terlihat dari dalam maupun luar lingkungannya.

Dari hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 18 Januari 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang. beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa mengantuk saat mendengarkan penjelasan guru, siswa bermain dengan teman sebangkunya tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. Selain dari pada itu siswa kurang mengerti pada saat diminta mengerjakan soal-soal latihan sehingga nilainya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan kurang maksimal terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

(4)

226

Pada kondisi kelas yang tidak kondusif dan pasif menyebabkan pemahaman siswa pada materi yang disampaikan tidak dapat maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar bahasa Indonesia khususnya tergantung bagaimana guru menguasai kelas dengan menggunakan prinsip dalam mengajar, suasana yang sangat aktif agar tidak membosankan, menarik, berpengaruh yang sangat positif dalam keberhasilan belajar siswa.

B. KERANGKA TEORI

Prinsip pembelajaran dapat diartikan sebagai kebenaran yang jadi pokok dasar seseorang untuk bertindak dalam melakukan sesuatu untuk dapat dijadikan salah satu tolak ukur dalam menentukan sesuatu (Gunawan,2001:305). Agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik maka komponen dalam prinsip pembelajaran harus disusun dan direncanakan sebelumnya sesuai dengan pembelajaran yang akan dilakukan, melalui prinsip yang tepat dan baik maka tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam telah memerintahkan untuk memilih prinsip yang tepat dalam proses pembelajaran. Dalam surat An-Nahl ayat 125.





Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Secara umum prinsip mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan belajar mengajar, prinsip bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar

(5)

227

untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Jadi, prinsip pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.

Sedangkan Prinsip Multple Intelligences adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk dapat mengelolah kecerdasan yang mereka miliki. Guru diharapkan mengembangkan atau mencari alternatif yang digunakan untuk membimbing belajar siswa. Pada dasarnya tidak ada metode pembelajaran yang paling ideal. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. Hal ini sangat tergantung sekali pada tujuan yang hendak dicapai, penggunaan metode (guru), ketersedian fasilitas dan kondisi siswa.

Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengkondisikan siswa agar setiap siswa terlihat secara aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antar siswa satu dengan siswa yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pembangunan manusia bersumber pada pendidikan baik dari kehidupan keluarga di rumah, maupun pengalaman belajarnya di sekolah dapat memupuk bakat dan kreatifitas para peserta didik dalam mengembangkan sumber daya manusia (Semiawan, dkk 1984:8).

Guru perlu memiliki pengetahuan mengenai siapa siswa tersebut dan bagaimana karakteristiknya ketika memasuki suatu proses belajar dan mengajar di sekolah. Siswa mempunyai latar belakang tertentu, yang menentukan keberhasilannya dalam mengikuti proses belajar. Tugas guru adalah mengakomodasi keragaman antar siswa tersebut sehingga semua siswa dapat mencapai tujuan pengajaran (Supriadi, 2005:79). Agar pelayanan pendidikan yang selama ini diberikan peserta didik mencapai sasaran optimal, maka pembelajaran harus diselaraskan dengan potensi peserta didik (Uno dan Masri, 2009:3).

Pembelajaran akan efektif ketika memperhatikan perbedaan-perbedaan individual. Setiap anak dilahirkan dengan kondisi yang terbaik (cerdas) dan membawa potensi serta keunikan masing-masing yang memungkinkan untuk menjadi yang terbaik (cerdas). Hal ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam surat At-Tiin: 4. (Tim SYAAMIL,2007:597)

(6)

228



Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik-baiknya.

Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk sebaik-baiknya.

Setiapmanusia memiliki keunikan tersendiri. Tidak seorangpun manusia di dunia iniyang diciptakan sama. Hal inilah yang sejak lama dalam ilmu pendidikan dikenal dengan konsep perbedaan individual. Pola pendidikan yang terjadi saat ini masih banyak yang mengedepankan keseragaman dan pengukuran siswa yang cerdas hanya terbatas pada IQ saja. Penggalian kecerdasan peserta didik masih sangat jarang dilakukan sebagai sandaran utama untuk mengawali setiap rancangan pembelajaran, prinsip dan pendekatan yang digunakan, serta evaluasi yang ditetapkan. Kecenderungan minat, bakat, talenta, dan ketrampilan dasar belum menjadi bagian yang integral.

Multiple Intelligences merupakan teori kecerdasan yang dikemukakan oleh

Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard University pada tahun 1983 (Chatib, 2014:87). Ketika menemukan teori tersebut pada 1983 Gadner mengenalkan enam teori kecerdasan yakni linguistik, matematis logis, spasial-visual, music, intrapersonal, dan interpersonal. Namun, dalam perkembangannya sampai 2002, gadner sudah mengenalkan Sembilan kecerdasan, dengan penambahan kecerdasan kinestesis, naturalis, dan eksistensial bermula dari sebuah penemuan Multiple Intelligences yang awalnya merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi(Chatib,2014:138). Ketika ditarik ke dunia pendidikan maka

Multiple Intelligences menjadi sebuah prinsip pembelajaran yang bisa digunakan

untuk materi apapun dalam semua bidang studi pembelajaran (Chatib,2014:108). Prinsip Multiple Intelligences termasuk bagian dari salah satu prinsip yang dapat digunakan untuk menggali beberapa kecerdasan yang dimiliki setiap (siswa). Maka Prinsip Multiple Intelligences merupakan seluruh rangkaian aktivitas belajar (Chatib,2014:109). Seorang guru harus mampu menyesuaikan

(7)

229

serta menemukan dan harus menyadari bahwa setiap anak mempunyai keberagaman serta perbedaan kecerdasan setiap masing-masing siswa.

Adapun Multiple Intelligences yang terdiri dari beberapa jenis kecerdasan antara lain: kecerdasan berbahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan memainkan musik, cerdas kinestesis, interpersonal, intrapersonal, cerdas alam dan eksistensial (Chatib,2014: 109). Maka dari itu, pada pembahasan kali ini Prinsip Multiple Intelligences pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Menurut Horward Gadner, peneliti dari Hardvard sekaligus pencetus teori Multiple Intelligences, terdapat Sembilan jenis kecerdasan manusia yaitu: kecerdasan matematika, bahasa, gambar, musical, tubuh, sosial, diri, alam, spiritual (Surya, 2007:3). Pemahaman yang benar harus bermula dari pengertian sejarah penemu Multiple Intelligences yang memang pada awalnya merupakan sebuah teori kecerdasan dalam ranah psikologi, ketika ditarik kedunia pendidikan maka Multiple Intelligences menjadi sebuah prinsip pembelajaran (Chatib, 2011:108).

Keberhasilan pembelajaran prinsip Multiple Intelligences dilihat dari bagaimana guru dapat mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Prinsip Multiple Intelligences merupakan salah satu prinsip yang dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan ataupun memunculkan kecerdasan siswa sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat maksimal. Adapun prosedur prinsip ini sebagai berikut (Maksum,2014:119):

1. Memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap anak.

2. Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan

yang menonjol pada masing-masing siswa.

Adapun langkah-langkah yang saya gunakan dalam proses pembelajaran yaitu(Chatib, 2011:136-144):

1. Guru mengadakan apersepsi serta memotivasi siswa agar tertarik untuk

belajar.

2. Guru telah menetapkan materi yang akan dipelajari yakni tentang menulis karangan.

(8)

230

3. Guru memberikan respon visual kepada peserta didik yakni dengan akses

informasi melihat, mengucapkan, dan melakukan.

4. Guru menjelaskan materi serta mengaitkan materi pembelajaran yang akan

diajarkan dalam kehidupan sehari-hari yakni materi tentang menulis karangan.

5. Guru memberikan klarifikasi tentang materi menulis karangan serta

melibatkan partisipasi siswa.

6. Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran.

Pada proses pembelajarannya sendiri guru dituntut untuk mampu mengemas gaya mengajarnya agar materi yang disampaikan mudah ditangkap dan mudah dimengerti serta mudah dipahami oleh siswanya. Yang disebut Gardner sangat berkaitan dengan dunia pendidikan, setiap area otak yang disebut Lobus Of Brain ternyata punya komponen inti yang berupa potensi kepekaan yang akan muncul dari setiap area otak apabila diberi stimulus yang tepat. Akibat adanya stimulus yang tepat, kepekaan inilah yang akan menghasilkan kompetensi. Dan apabila kompetensi tersebut dilatih terus menerus dalam jenjang silabus yang tepat, dari kompetensi akan muncul kondisi akhir yang baik. (Chatib,2014:135)

Sedangkan prinsip Multiple Intelligences pada hakikatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap individu (siswa) untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum (Maksum, 2014:117).Multiple Intelligences adalah prinsip pembelajaran yang berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus (Chatib, 2014: 135).

Jadi, prinsip Multiple Intelligences merupakan salah satu prinsip yang dapat digunakan oleh para pendidik untuk mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki setiap anak didiknya, sehingga pada proses pembelajaran tidak membosankan, menjadi menarik, dan menyenangkan. Pada pembahasan kali ini Prinsip Multiple Intelligences yang digunakan adalah pada kecerdasan berbahasa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan.

(9)

231

Belajar dapat diartikan sebagai upaya mendapat pengetahuan,

keterampilan, pengalaman dan sikap yang dilakukan dengan cara mendayakan seluruh potensi fisiologis dan psikologis, jasmani dan rohani manusia dengan bersumber kepada berbagai bahan informasi, alam jagat raya, dan lain sebagainya (Nata, 2009: 206).

Keberhasilan belajar mengajar pada dasarnya merupakan perubahan positif selama dan sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Keberhasilan ini dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dan perubahan posotif yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses belajar mengajar tersebut. Keberhasilan belajar mengajar merupakan bagian integral dari tujuan pendidikan. Hasil kegiatan belajar mengajar yang dicapai pada setiap kali jam pelajaran akan menjadi hasil kegiatan belajar mengajar dan hasil kegiatan belajar mengajar persemester merupakan bagian dari hasil kegiatan pendidikan perjenjangan menjadi bagian dari tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Hasil adalah suatu yang menjadi akibat dari usaha, pendapatan, sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebaga hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003:20).

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya (Sudjana, 2013:22). Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar (Kunandar, 2013:62). Pada dasarnya Hasil belajar adalah penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka-angka atau nilai. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu (Hamalik, 2001: 79).

Hasil yang ingin dicapai melalui aktivitas belajar merupakan tujuan dari proses pmbelajaran, mengingat bahwa tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan secara operasional hasilnya dapat diukur. Maka dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan hasil belajar merupakan pengukuran yang

(10)

232

dilakukan untuk mengtahui penguasaan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.

Nawawi mengemukakan pengertian hasil belajar adalah keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu. Berdasarkan tujuannya hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 macam (Slameto,2003:60):

1. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecakapan di dalam

melakukan atau mengerjakan suatau tugas, termasuk didalamnya

keterampilan menggunakan alat.

2. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

3. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang

apa yang dikerjakan.

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah jika dilihat dari proses belajar mengajar bukan hanya pemupukan ilmu saja, melainkan merupakan proses interaksi yang kompleks yang bertalian dengan sikap, nilai, dan keterampilan, serta juga pemahaman. Anak yang sedang belajar pada dasarnya tidak bereaksi terhadap lingkungan secara intelektual, tetapi juga emosional dan sering juga secara fisik. Rangkaian perubahan dan pertumbuhan fungsi-fungsi jasmani, pertumbuhan watak, pertumbuhan intelektual, dan pertumbuhan sosial, itu sesuai tercakup didalam peristiwa yang disebut proses belajar mengajar dan berintikan interaksi belajar mengajar. Dalam ranah inilah sebagai tujuan dari pendidikan didalam pendidikan dikenal menjadi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga tujuan ranah penilaian ini merupakan Taksonomi yang dikembangkan oleh Benyamin S Bloom akan tetapi, Bloom lebih mengkonsentrasikan kepada ranah kognitif. (Ismail, 2014:43-44)

Maka dari itu, hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang dengan materi menulis karangan dengan kalimat sederhana. Indikator yang hendak dicapai adalah: menulis karangan dengan kalimat sederhana berdasarkan ejaan yang tepat dan benar. Hasil belajar belajar disini lebih menonjol kepada ranah kognitifnya.

(11)

233

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia(Chairanidkk,2014:85).

Bahasa adalah keterampilan khusus yang kompleks berkembang dalam diri anak-anak secara spontan, tanpa usaha sadar atau intruksi formal dipakai tanpa memahami logika yang mendasarinya secara kualitatif sama dalam dari setiap orang, berbeda dari kecakapan-kecakapan lain yang sifatnya lebih untuk dalam hal memproses informasi/berperilaku secara cerdas (Brow,2008:6).

Menurut Tarigan, beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol(Tarigan, 1986:22). Menurut Rahmat melihat bahasa dari dua sisi yaitu sisi formal dan fungsional. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yaitu dibuat menurut tatabahasa. Sedangkan secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.(Tarigan, 1986:22)

Maka bahasa Indonesia adalah bahasa resmi republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa indonesia. Dan keterampilan khusus yang kompleks berkembang dalam diri anak-anak secara spontan, tanpa usaha sadar atau intruksi formal dipakai tanpa memahami logika. Mata pelajaran bahasa Indonesia

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut

(12)

234

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun secara tulisan.

2. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

3. Memahami bahasa indonsia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan.

4. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa Negara.

5. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial.

6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia.

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (Chairanidkk,2014:87)

1. Mendengarkan

2. Berbicara

3. Membaca

4. Menulis

Bahasa Indonesia sendiri merupakan pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan kesimpulan mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang berupaya meningkatkan kemampuan siswa, pengetahuan siswa, seta memperluas wawasan mereka.

(13)

235

C. MADRASAH IBTIDAIYAH NAJAHIYAH PALEMBANG

1. Nama Madrasah : M.I.NAJAHIYAH

2. Alamat : Jln.KHM.Asyik ¾ Ulu No.57 RT.30

Palembang. 4. 5. Status Madrasah NSSS : : Swasta 111216710059

6. Nomor & Tgl.SK/Piagam : A.KW/06/04/M.I/035/2007.

7. Tahun berdiri : 14 Januari 1965

8. Nama Badan yang mengelola : Yayasan Najahiyah.

9. Waktu Belajar : Pagi : Pukul 07.30 – 12.00 1 JPL

Siang : Pukul ……….. Menit

10. Kurikulum yang digunakan : KTSP 2007

11. Nama Kepala Madrasah : A.Junaidi,S.Pd.I

- Status : Guru Negeri

- Pendidikan Terakhir : S.1. IAIN

Sumber: Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang tahun 2014-2015

Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah merupakan salah satu dari sekian banyaknya madrasah yang berada di kota Palembang. Madrasah ini berlokasi di Jalan K.H. M Asyik ¾ Ulu No.57 RT.30 Kelurahan ¾ Ulu Kecamatan Seberang

ulu 1 Provinsi Sumatera Selatan dengan luas sekolah 925 M2 yang memiliki status

madrasah swasta akreditas B (Baik).

Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah awal mulanya berdiri Ketika pemimpin bangsa pada periode tahun 1960-an mencanangkan pembangunan nasional semesta, sementara dalam bidang Pendidikan, Pemerintah mulai menghapuskan mata pelajaran membaca dan menulis bahasa dan sastra Melayu pada semua Sekolah Tingkat Dasar Negeri atau lebih dikenal sebagai Sekolah Rakyat (SR) maka bukan mustahil kebijaksanaan ini telah dapat mengkhawatirkan sebagian para ulama’ karena dapat menghilangkan jati diri sebagian besar kaumnya.

(14)

236

Dalam perkembangannya Madrasah ini juga telah mengalami beberapa pergantian pemimpin sebagai kepala madrasah, yaitu: (Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang tahun 2014-2015)

1. Ustadz Kms. Abd. Aziz yang memimpin dari tahun 1964 -1974

2. H.N.A. Muhammad yang memimpin dari tahun 1975

3. Ustadz K.A. Hamid bin K.Hasan yang memimpin dari tahun 1976 – 1985

4. K. Hasanuddin Nur, BA yang memimpin dari tahun 1986 sampai

sekarang.

Pada saat ini Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah berlokasi di tempat yang prinsips yaitu di Jalan K.H. M Asyik ¾ Ulu No.57 RT.30 Kelurahan ¾ Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1. Adapun kegiatan sehari-hari disekolah ini dimulai pada jam 07.30 WIB dan berakhir 12.10 WIB.

Visi : Menjadikan Yayasan Madrasah Najahiyah sebagai pusat

pendidikan dan dakwah Islam khusunya tingkat dasar dengan mengoptimalkan sarana, prasarana, dan usaha dana yang sah dan halal.

Misi : Pertama, melaksanakan kegiatan pendidikan dan dakwah Islam

yang bermutu. Kedua, meningkatkan kinerja profesional guru dan pegawai, khusunya guru honorer/ tenaga tiga tetap. Ketiga, mengaktualisasikan falsafah “adat bersendi agamo, dan agamo

bersendi kitab Al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW”.

Tujuannya: Terbinanya lulusan madrasah yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia sehingga dapat meneruskan kejenjang pendidikan tingkat selanjutnya sebagai calon generasi/tunas muda kaum Muslimin yang berjati diri khas yang sanggup membantu peran para seniornya di tengah lingkungan kehidupannya menuju terbinanya masyarakat madani.

(15)

237 D. HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini merupakan analisis data yang berisikan beberapa masalah yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia sebelum dan sesudah digunakan prinsip Multiple

Intelligences. Implementasi Prinsip Multiple Intelligences dalam Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang dilaksanakan praktek langsung dikelas III pada tanggal 15,16, 21, 22, 23, dan 28 Mei 2015 Selama 6 kali pertemuan dengan materi menulis karangan.

Dalam penelitian ini peneliti menerapkan prinsip Multiple Intelligences sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah peniliti buat. Adapun yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran dalam menerapkan Prinsip

Multiple Intelligences yaitu peneliti memberikan soal pre-test serta memberikan

soal tes post-test. Guna untuk mengetahui hasil implementasi Prinsip Multiple

Intelligences dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata

pelajaran bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang.

1. Hasil Pre-test: Hasil Belajar Siswa Sebelum Digunakan Prinsip Multiple Intelligences

Tabel 1

Skor Hasil Pembelajaran Siswa Dari 25 Orang Siswa MI Najahiyah Palembang Pada Pre-Test

NO Nama Siswa

Skor Hasil Belajar Pre-Test (X) 1 Anisa 75 2 Amanda Audinda 45 3 Akbar Saputra 35 4 Astina Wulandari 45 5 Bayu 30 6 Duta Wijaya 30 7 Imam Samudra 30

8 Mela Mayang Sari 75

9 M. Cahya Daffa 80

10 M. Ilham 30

11 M. Jimmy Isba 65

(16)

238

13 Msy. Latifah Aini 70

14 M. Teguh 40 15 Nadra Aulia 60 16 Nurul 75 17 Nuriana 70 18 Rahmat Hidayat 80 19 Risma Asinia 75 20 Robiatul Hidayah 75 21 Siti Nabila 75 22 Susanti 60 23 Sri Aulia 80 24 Waldi 30 25 Wulandari 70

2. Hasil Post-test: Hasil Belajar Siswa Sesudah Digunakan Prinsip Multiple Intelligences

Tabel II

Skor Hasil Pembelajaran Siswa Dari 25 Orang Siswa MI Najahiyah Palembang Pada Post-Test

NO Nama Siswa

Skor Hasil Belajar Post-Test (Y) 1 Anisa 90 2 Amanda Audinda 70 3 Akbar Saputra 75 4 Astina Wulandari 75 5 Bayu 75 6 Duta Wijaya 75 7 Imam Samudra 75

8 Mela Mayang Sari 95

9 M. Cahya Daffa 100

10 M. Ilham 80

11 M. Jimmy Isba 75

12 M. Ridho Anugrah 70

13 Msy. Latifah Aini 95

14 M. Teguh 75 15 Nadra Aulia 75 16 Nurul 90 17 Nuriana 85 18 Rahmat Hidayat 95 19 Risma Asinia 85 20 Robiatul Hidayah 100

(17)

239 21 Siti Nabila 90 22 Susanti 85 23 Sri Aulia 100 24 Waldi 75 25 Wulandari 90 Tabel III

Perhitungan untuk memperoleh “t” dalam rangka menguji

kebenaran/kepalsuan hipotesa tentang adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan di kalangan siswa MI antara sebelum dan sesudah hasil belajar

digunakan prinsip Multiple Intelligences

NO Nama Siswa

Skor Hasil Belajar D D2

Pre-Test (X) Post-Tes (Y) (X-Y) (X-Y)2 1 Anisa 75 90 -15 225 2 Amanda Audinda 45 70 -25 625 3 Akbar Saputra 35 75 -40 1600 4 Astina Wulandari 45 75 -30 900 5 Bayu 30 75 -45 2025 6 Duta Wijaya 30 75 -45 2025 7 Imam Samudra 30 75 -45 2025

8 Mela Mayang Sari 75 95 -20 400

9 M. Cahya Daffa 80 100 -20 400

10 M. Ilham 30 80 -50 2500

11 M. Jimmy Isba 65 75 -10 100

12 M. Ridho Anugrah 30 70 -40 1600

13 Msy. Latifah Aini 70 95 -25 625

14 M. Teguh 40 75 -35 1225 15 Nadra Aulia 60 75 -15 225 16 Nurul 75 90 -15 225 17 Nuriana 70 85 -15 225 18 Rahmat Hidayat 80 95 -15 225 19 Risma Asinia 75 85 -10 100 20 Robiatul Hidayah 75 100 -25 625 21 Siti Nabila 75 9 -20 400 22 Susanti 60 85 -25 625 23 Sri Aulia 80 100 -20 400 24 Waldi 30 75 -45 2025 25 Wulandari 70 90 -20 400 N= 25 1430 -670 2175 0

(18)

240

Menentukan hipotesa dalam penelitian ini sebagai berikut:

Ha : Ada perbedaan sebelum dan sesudah implementasi prinsip Multiple

Intelligences dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah.

Ho : Tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah implementasi prinsip

Multiple Intelligences dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah. Untuk mengetes mana yang benar diantara kedua hipotesis terebut, maka kita lakukan perhitungan langkah-langkah sebagai berikut:

Sebelumnya telah didapat hasil perhitungan -670 = 21750

Dengan diperolehnya angka tersebut. Maka, didapat besarnya Standar Deviasi perbedaan nilai antara variabel X dan variabel Y maka:

SDD= - SDD= - SDD= SDD= SDD= SDD= 12,31

Dengan diperoleh SDD sebesar 12,31 untuk lebih lanjut dapat kita hitung Standar Error dari mean perbedaan nilai atara variabel X dan variabel Y sebagai berikut: SEMD= SDD √N-1 SEMD= 12,31 √25-1 SEMD= 12,31

(19)

241 √24

SEMD= 12,31

4.89 SEMD= 2,517

Selanjutnya mencari harga to dengan mengitung mean terlebih dahulu

MD= N

MD= ∑-670

25 MD= -26,8

Maka, didapat harga to sebagai berikut:

to= MD SEMD

to= = to= -10,64

langkah berikutnya, Menentukan tingkat signifikansi:

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi baik pada taraf 5% sebesar 2.06 maupun pada taraf signifikansi 1% tt diperoleh 2.79 mencari signifikansi 5% dan 1% adalah pada excel =tinv(0.05,24) dan =tinv(0.01,24). Ternyata dengan df (n-1) atau (25-1) = 24. Dengan membandingkan besarnya “t”

yang kita peroleh dalam perhitungan (to= -10,64) dan besarnya “t” yang tercantum

pada t tabel 5% = 2.06 dan t tabel 1% = 2.79. maka dapat diketahui bahwa to adalah lebih besar dari pada tt, yaitu:

2.79< -10,64 >2.06

Nilai to= -10,64 artinya ada selisih derajat perbedaan sebesar 10,64. Tanda (-) merupakan tanda yang dibaca selisih dalam perhitungan statistika.

Karena to lebih besar dari pada tt, maka hipotesis nihil yang diajukan ditolak, ini berarti bahwa adanya perbedaan signifikan nilai hasil belajar antara sebelum dan sesudah diterapkannya prinsip Multiple Intelligences.

(20)

242

Berdasarkan hasil uji coba tersebut, secara meyakinkan dapat dikatakan bahwa prinsip Multiple Intelligences telah menunjukkan hasil, penggunaan prinsip

Multiple Intelligences dapat dikatakan meningkat dalam artian prinsip ini bisa

digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah, seorang guru harus menyadari betapa pentingnya menyadari akan perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa berdasarkan penelitian siswa yang mendapatkan nilai yang kecil itu bukan berarti mereka bodoh akan tetapi mungkin tidak menonjol pada pelajaran yang sedang dipelajari berdasarkan kecerdasan yang dijelaskan oleh Gadner bahwa kecerdasan setiap masing-masing siswa ada sembilan kecerdasan yang ada pada diri masing-masing siswa.

Siswa yang mendapatkan nilai kecil itu disetiap meraka pasti ada kecerdasan disalah satunya. Disinilah letak peran seorang guru dalam mengajar harus memiliki prinsip dalam mengajar karena faktor dari keberagaman kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa dan letak pentingnya peranan seorang guru dalam mengembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga bukan hal yang terlalu berlebihan jika penilaian bahwa berhasil atau tidaknya proses pendidikan tergantung pada gurunya. ( Ngainun Naim,2009:4-5)

Untuk itu sebagai seorang pendidik harus mampu menjadi seseorang yang dapat menimbulkan salah satu bagian dari kecerdasan yang dimiliki siswa karena memang setiap anak itu memiliki kecerdasan, keterampilan, serta kemampuan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

E. KESIMPULAN

Dari hasil data penelitian yang telah dijelaskan pada Bab terdahulu diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang sebelum digunakan Prinsip Multiple Intelligences yaitu tergolong tinggi (baik) sebanyak 3 orang siswa (12%) kategori tinggi (nilai di atas 76,74), tergolong sedang sebanyak 15 Orang siswa (60%), siswa termasuk dalam

(21)

243

kategori sedang (nilai antara 37,6 sampai 76,74), dan yang tergolong rendah sebanyak 7 Orang siswa (28%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai dibawah 37,6)

2. Hasil belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang sesudah digunakan Prinsip Multiple Intelligences yaitu yang tergolong tinggi (baik) sebanyak 7 orang siswa (28%), siswa kategori tinggi (nilai di atas 94), tergolong sedang sebanyak 16 Orang siswa (64%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai antara 74 sampai 94), dan yang tergolong rendah sebanyak 2 Orang siswa (8%), dalam kategori rendah (nilai dibawah 74). 3. Dari hasil Tes “t” dengan implementasi Prinsip Multiple Intelligences dalam

meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang didapat df sebesar 24 itu diperoleh harga kritik t atau tabel signifikansi sebesar pada taraf 5% sebesar 2.06. maupun pada taraf signifikansi 1% tt diperoleh 2.79 Dengan

membandingkan besarnya “t” yang kita peroleh dalam perhitungan (to=) dan

besarnya “t” yang tercantum pada t tabel 5% = 2.06. dan t tabel 1% = 2.79. maka dapat diketahui bahwa to adalah lebih besar dari pada tt, yaitu: 2.79<-10,64>2.06. Maka hipotesa Ha dierima karena adanya perbedaan nilai hasil belajar antara sebelum dan sesudah digunakan prinsip Multiple

Intelligences dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah. Sedangkan Ho tidak diterima karena tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah digunakan prinsip Multiple Intelligences dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah.

F. SARAN

1. Kepada seluruh guru hendaknya menyiapkan diri dengan kompetensi keguruan salah satunya adalah keterampilan dan kemampua dalam memilih dan menggunakan prinsip dan metode pembelajaran untuk penunjang

(22)

244

keberhasilan dalam belajar sebagai salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Kepada guru khususnya guru bahasa Indonesia hendaknya dalam kegiatan belajar mengajar selalu menggunakan prinsip ataupun metode yang dapat membangun kreatifitas siswa, dapat memberikan motivasi dalam diri siswa, dapat membuat siswa aktif dalam belajar sesuai dengan kecerdasan yang mereka miliki. Dari sekian banyaknya prinsip yang dapat digunakan oleh guru salah satunya adalah Prinsip Multiple Intelligences.

3. Kepada siswa di MI Najahiyah Palembang diharapkan dapat selalu berperan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran agar terjadinya interaksi yang positif antara guru dan siswa

G. DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Muhammad. 2014.Anak Cerdas Bahagia Dengan Pendidikan Postif. Jakarta: Naoura Book.

Brow, Douglas. 2008.Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Kedutaan Besar AS.

Chatib,Munif. 2014. Orangtuanya Manusia. Bandung: Kaifa. Chatib,Munif. 2014. Gurunya Manusia. Bandung:Kaifa. Chatib,Munif.. 2011.Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa.

Chairani, Eny dkk. 2014.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Palembang: MI Najahiyah.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fuad, Ihsan. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunawan, Rony. 2001.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Terbit

Terang.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ismail, Fajri. 2014. Evaluasi Pendidikan. Palembang: Tunas Gemilang Press.

(23)

245

Kunandar. 2013.Penilain Autentik. Jakarta:Rajawali Press.

Maksum, Muhammad. 2014.Manjadi Guru Idola. Klaten:Cable Book.

Munandar, Conny A.S. S.C.U. Munandar. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas

Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.

Naim, Ngainun.2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nata, Abuddin. 2009.Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.

Jakarta:Kencana.

Rusmaini. 2013.Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Felicha.

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Surya, Sutan. 2006. Melejitkan Multiple Intelligence. Yogyakarta: ANDI.

Supriadi, Dedi. 2005. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tarigan, Djago. 1986. Teknik Pengajaran Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim SYAAMIL. 2007. Al-Qur’anulkarim. Bandung: Sygma.

Uno, H. Hamzah B. dan Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam

Gambar

Tabel II

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman yang digunakan pada unit adalah Cyperus alternifolius dengan kerapatan penanaman dalam 1 m 2 terdapat 1 rumpun ( 10-20 stems ). Media yang digunakan pada unit

Pada Tabel 7.2 tersebut memperlihatkan tidak adanya homologi DNA di.. antara organisme yang berbeda. Homologi DNA tidak akan melebihi tingkat genus atau famili. Di lain

Oleh karena itu, kajian secara ilmiah menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki kekuatan dari segi variabel bebas atau independent yaitu komunikasi guru dengan

Sebagai seorang kepala madrasah, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, kepala sekolah berperan sebagai pendidik, yaitu memberi contoh yang baik kepada

Percubaandiharap dapat menghasilkannisbah media yang sesuai untuk rumput yang cantik dan sihat serta selamatdigunakanoleh semua lapisanmasyarakat.Jika sesebuah kawasansukar

menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN METODE GUIDED NOTE TAKING TERHADAP HASIL BELAJAR MEKANIKA TEKNIK PADA SISWA KELAS X

Semua kelompok perlakuan yang diberi getah buah pepaya (Carica papaya L.) menunjukkan hasil berbeda bemakna dalam menyebabkan jumlah kumulatif kematian larva Aedes

Industri pengolahan cokelat di Belgia sebagian besar menggunakan bahan baku biji kakao campuran (bulk) yang diimpor dari berbagai negara di Afrika, Amerika Latin dan