• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teori Dualitas dan Penerapannya (Duality Theory and Its Application)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

TI2231 Penelitian Operasional I 1

Teori Dualitas dan Penerapannya

(Duality Theory and Its Application)

(2)

Materi Bahasan

① Teori dualitas

(3)

TI2231 Penelitian Operasional I 3

(4)

Teori dualitas

• Dari sudut pandang teoritis dan praktis, teori dualitas

merupakan salah satu konsep penting dan menarik

dalam pemrograman linier.

• Ide dasar dibalik teori dualitas adalah bahwa setiap

masalah pemrograman linier mempunyai satu

pemrograman linier yang terkait yang disebut dual.

• Solusi pada masalah pemrograman liniear originalnya

juga memberikan solusi bagi dualnya.

• Jika suatu solusi masalah pemrograman linier

dipecahkan dengan simplex method, pada dasarnya

diperoleh solusi untuk dua masalah pemrograman

(5)

TI2231 Penelitian Operasional I 5

Pemrograman linier dual simetris

• Suatu pemrograman linier dikatakan dalam

bentuk simetris jika

– semua variabel dibatasi tak negatif

– semua pembatas dalam bentuk pertidaksamaan

• untuk masalah maksimisasi, bentuk pertidaksamaan adalah “lebih kecil atau sama dengan”

• untuk masalah minimisasi, bentuk pertidaksamaan adalah “lebih besar atau sama dengan”

(6)

Masalah primal

Z = c

1

x

1

+ c

2

x

2

+ … + c

n

x

n

a

11

x

1

+ a

12

x

2

+ … + a

1n

x

n

≤ b

1

a

21

x

1

+ a

22

x

2

+ … + a

2n

x

n

≤ b

2 . . .

a

m1

x

1

+ a

m2

x

2

+ … + a

mn

x

n

≤ b

m

x

≥0, x

≥0,…, x

≥0

dengan pembatas

Memaksimumkan

(7)

TI2231 Penelitian Operasional I 7

Masalah dual

W = b

1

y

1

+ b

2

y

2

+ … + b

m

y

m

a

11

y

1

+ a

21

y

2

+ … + a

m1

y

m

≥ c

1

a

12

y

1

+ a

22

y

2

+ … + a

m2

y

n

≥ c

2 . . .

a

1n

y

1

+ a

2n

y

2

+ … + a

mn

y

m

≥ c

n

y

1

≥0, y

2

≥0,…, y

m

≥0

dengan pembatas

Meminimumkan

(8)

Notasi matrix

Primal: Memaksimumkan Z = cx dengan pembatas Ax ≤ b x ≥ 0 Dual: Meminimumkan W = yb dengan pembatas yA ≥ c y ≥ 0 A : matriks (m x n) b : vektor kolom (m x 1) c : vektor baris (1 x n)

(9)

TI2231 Penelitian Operasional I 9

Masalah primal-dual

Primal Max Z = 3x1 + 2x2 dengan pembatas-pembatas: x1 + 2x2 ≤ 6 2x1 + x2 ≤ 8 – x1 + x2 ≤ 1 x2

2 x1, x2 ≥ 0 Dual Min W = 6y1 + 8x2 + y3 + 2y4 dengan pembatas-pembatas: y1 + 2y2 – y3 ≥ 3 2y1 + y2 + y3 + y4 ≥ 2 y1, y2, y3, y4 ≥ 0

(10)

Hubungan primal-dual

• Koefisien fungsi tujuan untuk masalah primal menjadi konstanta ruas kanan bagi dual.

• Konstanta ruas kanan dari primal menjadi koefisien fungsi tujuan bagi dual.

• Pertidaksamaan untuk pembatas dibalik untuk kedua masalah. • Tujuan diubah dari maksimisasi untuk primal menjadi

minimisasi untuk dual.

• Tiap kolom dalam primal menjadi (baris) pembatas pada dual; sehingga jumlah pembatas dual sama dengan jumlah variabel primal.

• Tiap (baris) pembatas dalam primal berkaitan dengan kolom pada dual; sehingga satu variabel dual berkaitan dengan satu

(11)

TI2231 Penelitian Operasional I 11

Beberapa teorema dalam teori dualitas

• Weak duality theorem

• Optimality criterion theorem

• Main duality theorem

(12)

Teorema 1:

Weak duality theorem (1)

Misalkan diberikan program linier primal-dual simetris:

P: max Z = cx, Ax ≤ b, x ≥ 0

D: min W = yb, yA ≥ c, y ≥ 0

Nilai fungsi tujuan dari masalah minimimasi (dual)

untuk sebarang solusi layak selalu lebih besar atau sama

dengan nilai fungsi tujuan masalah maksimisasi (primal).

(13)

TI2231 Penelitian Operasional I 13

Teorema 1:

Weak duality theorem (2)

Bukti

Misalkan:

x0 : vektor solusi layak untuk primal y0 : vektor solusi layak untuk dual

Akan dibuktikan bahwa: y0b ≥ cx0

Karena x0 adalah layak untuk primal, maka Ax0 ≤ b, x0 ≥ 0 (1)

Karena y0 adalah layak untuk dual, maka y0A ≥ c, y0 ≥ 0 (2) Perkalian kedua sisi pertidaksamaan (1) dengan y0 Æ y0Ax0 ≤ y0b Perkalian kedua sisi pertidaksamaan (2) dengan x0 : y0Ax0 ≤ cx0 Implikasi : y0b ≥ y0Ax0 ≥ cx0

(14)

Teorema 1:

Weak duality theorem (3)

• Konsekuensi 1:

– Nilai fungsi tujuan dari masalah maksimisasi (primal) untuk sebarang solusi layak merupakan batas bawah dari nilai minimum fungsi tujuan dual.

• Konsekuensi 2:

– Nilai fungsi tujuan dari masalah minimisasi (dual) untuk sebarang solusi layak (dual) merupakan batas atas dari nilai maksimum fungsi tujuan primal.

• Konsekuensi 3:

– Jika masalah primal adalah layak dan nilai fungsi tujuannya tak terbatas (dalam hal ini, max Z →+∞), maka masalah

(15)

TI2231 Penelitian Operasional I 15

Teorema 1:

Weak duality theorem (4)

• Konsekuensi 4:

– Jika masalah dual adalah layak dan nilai fungsi tujuannya tak terbatas (dalam hal ini, min W →-∞), maka masalah primal adalah tak layak.

• Konsekuensi 5:

– Jika masalah primal adalah layak dan dualnya tak layak maka masalah primal tersebut adalah tak terbatas.

• Konsekuensi 6:

– Jika masalah dual adalah layak dan primalnya adalah tak layak maka masalah dual tersebut adalah tak terbatas.

(16)

Teorema 1: Weak duality theorem (4)

- Ilustrasi #1

Primal Max Z = 3x1 + 2x2 dengan pembatas-pembatas: x1 + 2x2 ≤ 6 2x1 + x2 ≤ 8 – x1 + x2 ≤ 1 x2

2 x1, x2 ≥ 0 Dual Min W = 6y1 + 8x2 + y3 + 2y4 dengan pembatas-pembatas: y1 + 2y2 – y3 ≥ 3 2y1 + y2 + y3 + y4 ≥ 2 y1, y2, y3, v4 ≥ 0

(17)

TI2231 Penelitian Operasional I 17

Teorema 1: Weak duality theorem (4)

- Ilustrasi #1

0 , 4 20 0 1 = x =

x adalah solusi layak untuk primal.

Nilai fungsi tujuan primal Z = cx0 = 12

0

,

0

,

5

,

0

20 30 40 0 1

=

y

=

y

=

y

=

y

adalah solusi layak untuk dual

Nilai fungsi tujuan dual W = y0b = 40

Disini Z = cx0 ≤ y0b = W dan memenuhi weak duality

theorem.

Berdasarkan Konsekuensi (1), nilai minimum W untuk dual tidak dapat lebih kecil dari 12.

Berdasarkan Konsekuensi (2), nilai minimum Z untuk primal tidak dapat melebihi 40.

(18)

Teorema 1: Weak duality theorem (4)

- Ilustrasi #2

Memaksimumkan Z = 4x1 + x2 dengan pembatas-pembatas: x1 – x2 ≤ 2 -3x1 + x2 ≤ 3 x1 ≥ 0, x2 ≥ 0 Meminimumkan W = 2y1 + 3y2 dengan pembatas-pembatas: y1 – 3y2 ≥ 4 - y1 + y2 ≥ 1 y1 ≥ 0, y2 ≥ 0

Primal:

Dual

(19)

TI2231 Penelitian Operasional I 19

Teorema 1: Weak duality theorem (4)

- Ilustrasi #2

x

1

x

2

Solusi primal

Æ tak terbatas

(20)

Teorema 1: Weak duality theorem (4)

- Ilustrasi #2

y

2

Solusi dual

Æ tak layak

(21)

TI2231 Penelitian Operasional I 21

Teorema 2:

Optimality criterion theorem (1)

Jika terdapat solusi layak x

0

dan y

0

untuk masalah

pemrograman linier dual simetris sedemikian hingga

nilai fungsi tujuannya adalah sama,

maka solusi layak ini adalah solusi optimal bagi

masing-masing masalah.

(22)

Teorema 2:

Optimality criterion theorem (2)

Bukti

Misalkan x adalah sebarang solusi layak bagi masalah primal. Maka berdasarkan Teorema 1,

cx ≤ y0b

Tetapi ini diberikan bahwa cx0 = y0b.

Oleh karena itu cx ≤ cx0 untuk semua solusi layak bagi masalah primal.

Per definisi, x0 adalah optimal bagi primal.

(23)

TI2231 Penelitian Operasional I 23

Teorema 3:

Main duality theorem

Jika baik masalah primal maupun dual adalah layak,

maka keduanya mempunyai solusi optimal sedemikian

hingga nilai optimalnya adalah sama.

(24)

Teorema 4:

Complemantary slackness theorem (1)

Misalkan diberikan program linier primal-dual simetris:

P: max Z = cx, Ax ≤ b, x ≥ 0

D: min W = yb, yA ≥ c, y ≥ 0

dimana

A : matriks (m x n)

b : vektor kolom (m x 1)

c : vektor baris (1 x n)

x : vektor kolom (n x 1)

y : vektor baris (1 x m)

(25)

TI2231 Penelitian Operasional I 25

Teorema 4:

Complemantary slackness theorem (2)

Misalkan:

x

0

: vektor solusi layak untuk primal

y

0

: vektor solusi layak untuk dual

Maka x

0

dan y

0

adalah optimal untuk masalah

masing jika dan hanya jika

(26)

Teorema 4:

Complemantary slackness theorem (3)

Bukti: Misalkan ⎟⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ = × m m u u u # 2 1 ) 1

( u adalah vektor slack untuk primal

(

n

)

n) v1,v2, ,v 1

( ×v = "

adalah vektor slack untuk dual Karena x0 dan y0 adalah solusi layak, maka

0 u x b u Ax0 + 0 = 0 0 ≥ , ; 0 v y c v A y0 − 0 = 0 0 ≥ , ; (1) (2)

(27)

TI2231 Penelitian Operasional I 27

Teorema 4:

Complemantary slackness theorem (4)

Perkalian (1) dengan y0 Æ y0Ax0 + y0u0 = y0b (3) Perkalian (2) dengan x0 Æ y0Ax0 – v0x0 = cx0 (4) Pengurangan (3) dengan (4) Æ y0u0 + v0x0 = y0b – cx0 (5)

Untuk membuktikan Teorema 4, harus diperlihatkan bahwa

x0 dan y0 adalah solusi optimal bagi masing-masing masalah

primal dan dual jika dan hanya jika

(28)

Teorema 4:

Complemantary slackness theorem (5)

Bagian 1

Diasumsikan bahwa x0 dan y0 adalah solusi optimal dan harus dibuktikan bahwa Persamaan (6) adalah benar.

Karena x0 dan y0 adalah optimal, berdasarkan Teorema 3 maka

cx0 = y0b.

Oleh karena itu, Persamaan (5) menjadi Persamaan (6)

(29)

TI2231 Penelitian Operasional I 29

Teorema 4:

Complemantary slackness theorem (6)

Bagian 2

Diasumsikan bahwa Persamaan (6) adalah benar dan

akan dibuktikan bahwa x0 dan y0 adalah solusi optimal bagi masing-masing masalah primal dan dual

Karena Persamaan (6) benar, maka Persamaan (5) menjadi

y0b – cx0.

y0u0 + v0x0 = y0b – cx0 Æ y0b = cx0

(30)

Complementary slackness condition

Persamaan (6) : v0x0 + y0u0 = 0 dari complementary slackness

theorem dapat disederhanakan sebagai berikut:

vj0x

j0 = 0 untuk semua j = 1, 2, …, n

yi0u

i0 = 0 untuk semua i = 1, 2, …, m

dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. x0, u0, v0, y0 ≥ 0 dan oleh karena itu v0x0 ≥ 0 dan y0u0 ≥ 0.

(31)

TI2231 Penelitian Operasional I 31

Complementary slackness condition

① Jika suatu variabel primal (x

j0

) adalah positif, maka

pembatas dual yang bersesuaian memenuhi

persamaan pada titik optimalnya (yaitu, v

j0

= 0)

② Jika suatu pembatas primal adalah strick inequality

pada titik optimal (yaitu, u

j0

> 0), maka variabel

dual yang bersesuaian (y

i0

) harus nol.

③ Jika suatu variabel dual (y

i0

) adalah positif maka

pembatas primal yang bersesuaian memenuhi

persamaan pada titik optimalnya (yaitu, u

i0

= 0)

④ Jika suatu pembatas dual adalah strick inequality

pada titik optimal (yaitu v

i0

> 0), maka variabel

primal yang bersesuaian harus nol

(32)

Ilustrasi (1)

Primal Max Z = 3x1 + 2x2 dengan pembatas-pembatas: x1 + 2x2 ≤ 6 2x1 + x2 ≤ 8 – x1 + x2 ≤ 1 x2

2 x1, x2 ≥ 0 Dual Min W = 6y1 + 8x2 + y3 + 2y4 dengan pembatas-pembatas: y1 + 2y2 – y3 ≥ 3 2y1 + y2 + y3 + y4 ≥ 2 y1, y2, v1, v2 ≥ 0

(33)

TI2231 Penelitian Operasional I 33

Ilustrasi (2)

Primal

(Penambahan slack variable)

Max Z = 3x1 + 2x2 dengan pembatas-pembatas: x1 + 2x2 + u1 = 6 2x1 + x2 + u2 = 8 – x1 + x2 + u3 = 1 x2 + u4 = 2 x1, x2, u1, u2, u3, u4 ≥ 0 Dual

(Penambahan slack variable)

Min W = 6y1 + 8x2 + y3 + 2y4 dengan pembatas-pembatas:

y1 + 2y2 – y3 – v1 = 3 2y1 + y2 + y3 + y4 – v2 = 2

(34)

Ilustrasi (3)

Complementary slackness condition mengimplikasikan

pada kondisi optimal:

0

0 1 0 1

y

=

u

0

0 2 0 2

y

=

u

0

0 3 0 3

y

=

u

0

0 4 0 4

y

=

u

0

0 1 0 1

v

=

x

(35)

TI2231 Penelitian Operasional I 35

Ilustrasi (4)

Dengan metode simplex diperoleh solusi optimal

untuk masalah primal sebagai berikut:

3

/

10

0 1

=

x

3

/

4

0 2

=

x

Z = 38/3

(36)

Ilustrasi (5)

Dengan penerapan complementary slackness condition,

solusi optimal bagi dual ditentukan sebagai berikut

0

0

3

/

10

10 0 1

=

>

v

=

x

0

0

3

/

4

20 0 2

=

>

v

=

x

( )

4

/

3

6

0

,

0

2

3

/

10

2

20 10 10 0 1

+

x

=

+

=

u

=

y

x

(

10

/

3

)

4

/

3

8

0

,

0

2

2

x

10

+

x

20

=

+

=

u

20

=

y

20

(

10

/

3

)

4

/

3

2

1

30

0

,

30

0

0 2 0 1

+

=

+

=

<

>

=

x

x

u

y

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(37)

TI2231 Penelitian Operasional I 37

Ilustrasi (6)

Kondisi (1), (2), (5) dan (6) mengimplikasikan:

3

2

20 0 1

+ y

=

y

2

2

y

10

+ y

20

=

3

/

1

0 1

=

y

3

/

4

0 2

=

y

W = 38/3

0

0 3

=

y

0

0 4

=

y

(38)

Penerapan complementary slackness condition

• Digunakan untuk mencari solusi primal optimal dari

suatu solusi dual optimal, dan sebaliknya.

• Digunakan untuk memverifikasi apakah suatu solusi

layak adalah optimal untuk masalah primal.

• Digunakan untuk menginvestigasi ciri-ciri umum dari

solusi optimal pada masalah primal dan dual dengan

menguji hipotesis-hipotesis yang berbeda.

• Kuhn-Tucker optimality condition untuk

pemrograman non linier merupakan pengembangan

lebih lanjut dari complementary slackness condition

dan sangat berguna dalam pemrograman matematis

(39)

TI2231 Penelitian Operasional I 39

Karakteristik pokok

hubungan primal-dual

y ≥ 0 x ≥ 0 Variabel keputusan yA ≥ c Ax ≤ b Pertidaksamaan pembatas Min W = yb Max Z = cx Fungsi tujuan

Konstanta ruas kanan Vektor biaya

c

Vektor biaya Konstanta ruas kanan

b

Transpos dari matriks pembatas

Matriks pembatas

A

Dual Primal

(40)

Interpretasi ekonomi dari

solusi dual (1)

• Dalam pandangan ekonomi, solusi dual

optimal dapat diinterpretasikan sebagai harga

yang dibayarkan untuk sumberdaya pembatas.

• Berdasarkan Teorema 3 (main duality), nilai

optimal bagi primal dan dual adalah sama.

• Jika x

0

dan y

0

masing-masing adalah solusi

(41)

TI2231 Penelitian Operasional I 41

Interpretasi ekonomi dari

solusi dual (2)

• Dengan kata lain, nilai optimal dari masalah

pemrograman linier (primal atau dual) diberikan oleh

dimana

b

1

, b

2

, …, b

m

adalah jumlah yang terbatas dari

sumberdaya 1, 2, .., m;

y

10

, y

10

, …, y

10

adalah nilai optimal dari variabel dual.

m m

b

y

b

y

b

y

Z

0

=

10 1

+

20 2

+

"

+

0

(42)

Interpretasi ekonomis dari

solusi dual (3)

• Misalkan diasumsikan bahwa level sumberdaya 1 (yaitu, b1) diubah.

• Maka, untuk variasi kecil dalam perubahan nilai b1, katakan Δb1, perubahan dalam nilai optimal dari pemrograman linier Z0

diberikan oleh y10(Δb 1).

• Dengan kata lain, nilai optimal dari variabel dual untuk tiap pembatas primal memberikan perubahan bersih (net change) dalam nilai optimal dari fungsi tujuan untuk peningkatan satu satuan dalam konstanta ruas kanan.

• Oleh karena itu, nilai optimal dari variabel dual disebut

(43)

TI2231 Penelitian Operasional I 43

Contoh interpretasi solusi dual (1)

Memaksimumkan Z = 3x1 + 2x2

dengan pembatas-pembatas:

x1 + 2x2 ≤ 6 (Bahan A)

2x1 + x2 ≤ 8 (Bahan B)

– x1 + x2 ≤ 1 (Selisih permintaan cat interior dan eksterior)

x2 ≤ 2 (Permintaan cat interior) x1 ≥ 0

x2 ≥ 0

(44)

Contoh interpretasi solusi dual (2)

Dual:

Meminimumkan W = 6y1 + 8x2 + y3 + 2y4 dengan pembatas-pembatas: y1 + 2y2 – y3 ≥ 3 2y1 + y2 + y3 + y4 ≥ 2 y1, y2, y3, y4 ≥ 0

(45)

TI2231 Penelitian Operasional I 45

Contoh interpretasi solusi dual (3)

Solusi optimal dual:

y1 = 10/3 Æ shadow price untuk pembatas bahan A, yaitu perubahan dari nilai Z (profit total) per satu satuan peningkatan bahan A.

y2 = 4/3 Æ shadow price untuk pembatas Bahan B, yaitu perubahan dari nilai Z (profit total) per satu satuan peningkatan bahan B.

y3 = 0 Æ shadow price untuk selisih permintaan cat interior

dan exterior, yaitu perubahan dari nilai Z (profit total) per satu satuan peningkatan selisih permintaan cat interior dan exterior.

y4 = 0 Æ shadow price untuk pembatas permintaan cat interior, yaitu perubahan dari nilai Z (profit total) per satu

(46)

Masalah primal-dual tak simetris (1)

Memaksimumkan Z = 4x1 + 5x2 dengan pembatas 3x1 + 2x2 ≤ 20 4x1 – 3x2 ≥ 10 x1 + x2 = 5 x1 ≥ 0

x tak dibatas tanda

(47)

TI2231 Penelitian Operasional I 47

Masalah primal-dual tak simetris (2)

Memaksimumkan Z = 4x1 + 5x3 – 5x4 dengan pembatas 3x1 + 2x3 – 2x4 ≤ 20 – 4x1 + 3x3 – 3x4 ≤ – 10 x1 + x3 – x4 ≤ 5 – x1 – x3 + x4 ≤ – 5 x1, x3, x4 ≥ 0

(48)

Masalah primal-dual tak simetris (2)

Meminimumkan W = 20w1 – 10w2 +5w3 – 5w4 dengan pembatas 3w1 – 4w2 + w3 – w4 ≥ 4 2w1 + 3w2 + w3 – w4 ≥ 5 – 2w1 – 3w2 – w3 + w4 ≥ – 5 w1, w2, w3, w4 ≥ 0

(49)

TI2231 Penelitian Operasional I 49

Masalah primal-dual tak simetris (2)

Meminimumkan W = 20y1 + 10y2 +5y3

dengan pembatas

3y1 + 4y2 + y3 ≥ 4 2y1 – 3y2 + y3 = 5

y1 ≥ 0 y2 ≤ 0

y3 tak dibatasi tanda

Masalah Dual

y1 = w1

y2 = – w2

(50)

Tabel primal-dual secara umum

Pembatas dual ke-j bertipe ≥

x ≥ 0

Pembatas dual ke-j adalah persamaan

xj tak dibatasi tanda

Varibel dual yi ≤ 0 Pembatas ke-i bertipe ≥

Varibel dual yi ≥ 0 Pembatas ke-i bertipe

Variabel dual yi tak dibatasi tanda Pembatas ke-i adalah persamaan

Vektor ruas kanan Vektor harga c

Vektor biaya Vektor ruas kanan

Transpos matriks koefisien Matriks koefisien A

Dual (minimisasi) Primal (maksimisasi)

(51)

TI2231 Penelitian Operasional I 51

Catatan (1)

• Teorema (1), (2), (3), dan (4) dari teori dualitas

berlaku juga bagi primal-dual tak simetris.

• Complementary slackness condition juga

berlaku untuk solusi optimal primal-dual tak

simetris..

(52)

Catatan (2)

Misalkan diberikan masalah pemrograman linier dalam bentuk standar

Memaksimumkan Z = cx dengan pembatas Ax = b x ≥ 0 Masalah dual Meminimumkan W = yb dengan pembatas yA ≥ c

(53)

TI2231 Penelitian Operasional I 53

Menentukan solusi dual optimal (1)

• Solusi dual optimal dapat ditentukan dengan

complementary slackness condition

• Solusi dual optimal dapat juga diperoleh secara

langsung dari tabel simplex optimal dari

(54)

Menentukan solusi dual optimal (2)

Meminimumkan Z = cx

dengan pembatas

Ax = b

x ≥ 0

(55)

TI2231 Penelitian Operasional I 55

Menentukan solusi dual optimal (3)

Misalkan :

P

j

: kolom ke-j dari matrix A

B : matrix basis optimal

⎟⎟

⎜⎜

=

⎟⎟

⎜⎜

=

0

b

B

x

x

x

1 * N B

Solusi primal optimal :

dimana

x

B

: varabel basis

(56)

Menentukan solusi dual optimal (4)

Nilai minimum Z = cx

*

= c

B

x

B

= c

B

B

-1

b

Karena B menunjukkan basis optimal, maka koefisien

biaya relatif ( ) yang berkaitan dengan variabel basis

harus tak negatif

j

c

0

=

j j j

c

c

π

P

untuk semua j

dimana

(57)

TI2231 Penelitian Operasional I 57

Menentukan solusi dual optimal (5)

Dalam notasi matrix:

c -

π

A ≥ 0 atau

π

A

≤ c

yang merupakan pembatas pemrograman linier dual.

Sehingga, pengali simplex optimal harus memenuhi

pembatas dual.

(58)

Menentukan solusi dual optimal (6)

Nilai fungsi tujuan dual yang berkaitan dengan solusi

layak adalah

W = yb =

π

b = c

B

B

-1

b

yang sama dengan nilai minimum Z.

(59)

TI2231 Penelitian Operasional I 59

Ilustrasi menentukan

solusi dual optimal (1)

Primal (Dalam bentuk standar)

Max Z = 3x1 + 2x2 dengan pembatas-pembatas: x1 + 2x2 + x3 = 6 2x1 + x2 + x4 = 8 – x1 + x2 + x5 = 1 x2 + x6 = 2 x1, x2, x3, x4, x5, x6 ≥ 0 Dual: Min W = 6y1 + 8x2 + y3 + 2y4 dengan pembatas-pembatas: y1 + 2y2 – y3 = 3 2y1 + y2 + y3 + y4 = 2 y1 ≥ 0 y2 ≥ 0 y3 ≥ 0 y4 ≥ 0 y1, y2, y3, y4 tak dibatasi tanda

(60)

Ilustrasi menentukan

solusi dual optimal (2)

Dengan metode revised simplex, solusi optimal untuk primal:

x = (x

2

, x

1

, x

5

, x

6

) = (4/3, 10/3, 3, 2/3)

Z = 38/3

Matrix basis optimal:

[

]

⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎡ − = = 0 1 1 1 0 0 2 1 0 0 1 2 6 5 1 2 P P P P B

(61)

TI2231 Penelitian Operasional I 61

Ilustrasi menentukan

solusi dual optimal (3)

Simplex multiplier optimal :

(

)

(

1/3,4/3,0,0

)

1 0 3 / 1 3 / 2 0 1 1 1 0 0 3 / 2 3 / 1 0 0 3 / 1 3 / 2 0 , 0 , 3 , 2 1 = ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − − = =c Bπ B

π memenuhi pembatas dual, dan nilai fungsi tujuannya:

W = 6(1/3) + 8(4/3) + 1(0) + 2(0) = 38/3

yang bersesuaian dengan nilai optimal untuk masalah primal. Oleh karena itu,

y1 = 1/3, y2 = 3/4, y3 = 0, y4 = 0 Æ optimal untuk dual.

Simplex multiplier yang bersesuaian dengan tabel (primal) optimal

(62)
(63)

TI2231 Penelitian Operasional I 63

Masalah Pemrograman Linier (Primal) dalam

Bentuk Standar

minimisasi

Z = cx

dengan pembatas

Ax = b

x ≥ 0

A : matrix (m x n)

P : vektor kolom dari matrix A

B : matrix basis untuk masalah primal

(64)

Basis Layak Primal

Basis B : basis layak primal (primal feasible basis) ⇔

B

-1

b ≥ 0

B : basis layak primal

→ nilai variabel basis: B

-1

b

solusi layak basis x

B

= B

-1

b

nilai fungsi tujuan Z = c

B

B

-1

b

(65)

TI2231 Penelitian Operasional I 65

Kondisi Optimalitas (1)

Untuk memeriksa apakah basis layak B adalah optimal Æ

hitung koefisien fungsi tujuan relatif

(

c

j

)

j j

j

c

c

=

πP

j = 1, …, n

π = c

B

B

-1

: simplex multiplier

Basis layak primal B adalah optimal ⇒

c

j

0

(66)

Kondisi Optimalitas (2)

maksimisasi

W = yb

dengan pembatas

yA

≤ c

y tak dibatas tanda

(67)

TI2231 Penelitian Operasional I 67

Kondisi Optimalitas (3)

Pembatas dual yA

≤ c dapat ditulis:

(

P

1

,

P

2

,

"

,

P

n

) (

c

1

,

c

2

,

"

,

c

n

)

y

j j

c

yP

0

j j

c

yP

j = 1, …, n

(68)

Kondisi Optimalitas (4)

Jika basis layak primal B : basis optimal bagi masalah primal

Æ simplex multiplier π = c

B

B

-1

memenuhi

0

j

j

c

yP

j = 1, …, n

Implikasi Æ

π : layak bagi masalah dual

Nilai fungsi tujuan dual W = πb = c

B

B

-1

b sama dengan

nilai fungsi tujuan primal

(69)

TI2231 Penelitian Operasional I 69

Basis Dual Layak (1)

Basis B untuk masalah primal

minimisasi

Z = cx

dengan pembatas

Ax = b

x ≥ 0

layak dual (dual feasible) ⇔ c – c

B

B

-1

A ≥ 0

(70)

Basis Dual Layak (2)

Basis B untuk masalah primal : layak primal dan layak dual

ÆBasis B : basis optimal

Solusi optimal untuk primal : x

B

= B

-1

b, x

N

= 0

Solusi optimal untuk dual : y = c

B

B

-1

Nilai optimal primal = Nilai optimal dual

(71)

TI2231 Penelitian Operasional I 71

Catatan

• Akar dari pemecahan masalah pemrograman linier Æ

mendapatkan solusi basis B yang layak primal dan

layak dual

• Metode simplex Æ bergerak dari satu basis layak

primal ke basis yang lain hingga basis tersebut

menjadi layak dual

– Metode simplex primal (primal simplex method)

• Metode simplex dual (dual simplex method) Æ

(72)

Rincian Metode Simplex Dual (1)

Pemrograman linier bentuk standar:

minimisasi

Z = cx

dengan pembatas

Ax = b

x ≥ 0

(73)

TI2231 Penelitian Operasional I 73

Rincian Metode Simplex Dual (2)

• Metode simplex dual menggunakan tabel yang

sama dengan metode simplex primal.

• Dalam semua tabel, koefisien fungsi tujuan

relatif

dipertahankan tak negatif (Untuk

maksimisasi, dipertahankan tak positif)

• Konstanta ruas kanan tidak perlu tak negatif.

)

(

c

j

j

(74)

Rincian Metode Simplex Dual (3)

• Algoritma mulai dengan membuat elemen ruas

kanan menjadi tak negatif, dengan pada saat

yang sama menjaga koefisien

tak negatif.

• Algoritma berhenti jika semua konstanta ruas

kanan telah tak negatif.

j

(75)

TI2231 Penelitian Operasional I 75

Rincian Metode Simplex Dual (4)

ymn ymsym,m+1 1 … 0 … 0 xm yrnyrsyr,m+1 0 … 1 … xr … … 0 … 0 … 0 … … … … y1ny1sy1,m+1 0 … 0 … 1 x1 Konstanta xnxsxm+1 xmxrx1 Basis c cm+1 cs cn 1 b r b m b

(76)

Pemilihan Variabel Basis

yang Keluar Basis

Pilih variabel basis yang membuat solusi saat ini menjadi

tidak layak

dengan kata lain

Pilih variabel basis yang nilai solusinya negatif

Aturan Æ Pilih variabel basis yang nilai

paling negatif

( )

0

min

<

=

i i r

b

b

i

b

Misal:

(77)

TI2231 Penelitian Operasional I 77

Pemilihan Variabel Non Basis yang Masuk

Basis (1)

Kolom pivot dipilih sedemikian rupa sehingga memenuhi

dua kondisi sebagai berikut:

1. Ketidaklayakan primal berkurang (atau paling sedikit,

tidak bertambah jelek).

Atau, paling sedikit konstanta ruas kanan pada baris r

menjadi positif pada tabel berikutnya

Æ Variabel non basis (x

j

) dengan koefisien negatif

dalam baris r (y

rj

< 0) yang memenuhi syarat untuk

masuk basis

(78)

Pemilihan Variabel Non Basis yang Masuk

Basis (2)

2. Tabel berikutnya setelah operasi pivot harus tetap

layak dual.

Dapat dijamin jika variabel non basis yang masuk

basis dipilih dengan aturan rasio sebagai berikut:

< rj j y

y

c

rj 0

max

j = m+1, …, n

(79)

TI2231 Penelitian Operasional I 79

Ilustrasi Metode Simplex Dual

Meminimumkan Z = x1 + 4x2 + 3x4 dengan pembatas x1 + 2x2 – x3 + x4 ≥ 3 – 2x1 – x2 + 4x3 + x4 ≥ 2 x1, x3, x3, x4 ≥ 0 Meminimumkan Z = x1 + 4x2 + 3x4 dengan pembatas x1 + 2x2 – x3 + x4 – x5 = 3 – 2x1 – x2 + 4x3 + x4 – x6 = 2 x1, x3, x3, x4, x5, x6 ≥ 0

Bentuk standar :

(80)

Tabel 1

0 1 0 x6 0 4 1 -2 x2 4 0 3 0 1 -2 0 -1 -4 2 x6 0 -3 1 -1 1 -1 x5 0 x5 x4 x3 x1 Konstanta 0 3 0 1 cB c Baris Basis cj

(81)

TI2231 Penelitian Operasional I 81

Tabel 2

0 1 0 x6 0 2 -3 2 x2 4 1 2 1 0 -8 2 -3 -2 0 x6 0 3 -1 1 -1 1 x1 1 x5 x4 x3 x1 Konstanta 0 3 0 1 cB c Baris Basis cj

Tidak layak primal

Layak dual

(82)

Tabel 3

1/2 -1/2 -1/2 x6 0 1/2 3/2 7/2 x2 4 Z = 7 2 1/2 0 0 4 -1 3/2 1 0 x3 0 7 -2 5/2 0 1 x1 1 x5 x4 x3 x1 Konstanta 0 3 0 1 cB c Baris Basis cj

(83)

TI2231 Penelitian Operasional I 83

Mengidentifikasi Ketidaklayakan Primal dalam

Metode Simplex Dual

• Dalam metode simplex dual Æ selalu terdapat

solusi layak bagi dual.

• Metode simplex dual mengenali

ketidaklayakan primal jika aturan rasio gagal

mengidentifikasi variabel non basis yang

masuk basis

(84)

Memecahkan Masalah Maksimisasi

dengan Metode Simplex Dual

Dalam masalah maksimisasi Æ Kondisi optimalitas:

Koefisien fungsi tujuan

(

c

j

)

0

Misal,

b

r

<

0

dan x

r

: variabel keluar basis

Variabel non basis yang masuk basis Æ dipilih sedemikian

rupa sehingga elemen baris

tetap tak positif pada

iterasi berikutnya.

c

Aturan rasio:

c

j

(85)

TI2231 Penelitian Operasional I 85

Penerapan metode simplex dual

• Secara umum adalah tidak selalu mudah mendapatkan suatu basis layak dual.

• Dalam banyak praktek, masalah tidak mempunyai tabel kanonik baik yang layak primal maupun layak dual.

• Metode simpleks primal lebih disukai daripada metode simpleks dual.

• Beberapa aplikasi dari metode simpleks dual:

– Analisis sensitivitas (sensitivity analysis) dan pemrograman parametrik (parametric programming)

– Algoritma pemrograman bilangan bulat (integer programming

algorithms)

– Algoritma pemrograman non linier (nonlinear programming algorithm) – Varian dari metode simplex: primal-dual algorithm, self-dual

Gambar

Tabel primal-dual secara umum
Ilustrasi menentukan solusi dual optimal (1)
Ilustrasi menentukan solusi dual optimal (2)
Ilustrasi menentukan solusi dual optimal (3)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat FNS yang dikembangkan oleh Pliner dan Hobden pada tahun 1992 menjadi versi bahasa Indonesia secara sahih dan memiliki keterandalan

Untuk masalah maksimisasi, solusi optimal suatu PL adalah suatu titik dalam daerah fisibel yang menyebabkan nilai fungsi objektif terbesar.. (Winston

Gambar 5 Pdf Curah Hujan Bulan Juni 2018 dengan Metode BMA (Lead 1), dengan menggunakan m = 5 Pada Gambar 5 menunjukkan hasil peramalan untuk bulan Agustus dengan nilai

Sehingga bisa diartikan sebagai jumlah sub problem yang aktif untuk dipertimbangkan sebagai sub problem yang memiliki perkiraan nilai fungsi objektif yang optimal dan nilai x