SKRIPSI
Diajukan Oleh : Ana Fitriyatul Bilgies
0712010252/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH SELEBRITI ENDORSER TERHADAP
CITRA MEREK PADA IKLAN PRODUK SABUN MANDI
NUVO DI SURABAYA SELATAN
Yang diajukan
Ana Fitriyatul Bilgies 0712010252/FE/EM
Disetujui untuk ujian skripsi oleh :
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Dwi Widajati, MM. Tanggal : ...
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan terima kasih kepada junjungan tertinggi, ALLAH S.W.T. atas kemampuan dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: “ANALISIS PENGARUH SELEBRITI ENDORSER TERHADAP CITRA MEREK PADA IKLAN PRODUK SABUN MANDI NUVO DI SURABAYA SELATAN”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Segenap Staff Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Untuk kedua orang tuaku, terima kasih atas segala doa yang dipanjatkan siang dan malam kepada Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih atas dukungan materiil, pengertian, dan kasih sayang yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang tersusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran tetap peneliti butuhkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Surabaya, Agustus 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 9
2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 11
2.2.3. Perilaku Konsumen ... 11
2.2.4. Komunikasi Pemasaran... 12
2.2.5.1. Definisi Periklanan... 13
2.2.5.2. Tujuan Iklan ... 14
2.2.5.3. Keuntungan Media Periklanan Televisi ... 16
2.2.5.7. Efek Periklanan ... 18
2.2.6. Selebriti Endorser ... 18
2.2.6.1. Definisi Selebriti Endorser ... 18
2.2.6.2. Keunggulan Penggunaan Selebriti Endorser 20 2.2.7. Citra Merek ... 22
2.2.8. Pengaruh Selebriti Endorser Terhadap Brand Image 25 2.3. Kerangka Konseptual ... 26
2.4. Hipotesis... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28
3.1.1. Definisi Operasional... 28
3.1.2. Pengukuran Variabel... 31
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 32
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.3.1. Jenis Data ... 33
3.3.2. Sumber Data... 33
3.3.3. Pengumpulan Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Karakteristik Responden... 39
4.2. Deskripsi Hasil Jawaban Responden ... 41
4.2.1. Deskripsi Variabel Selebriti Endorser (X) ... 41
4.2.2. Deskripsi Variabel Citra Merek (Y)... 46
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 48
4.3.1. Uji Outlier Multivariate ... 48
4.3.2. Uji Reliabilitas ... 49
4.3.3. Uji Validitas ... 51
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Ectracted ... 51
4.3.5. Uji Normalitas... 53
4.3.6. Evaluasi Model One Step Approach to SEM ... 54
4.3.7. Analisis Unidimensi First Order... 57
4.3.8. Analisis Unidimensi Second Order... 57
4.3.9. Uji Kausalitas ... 57
4.4. Pembahasan... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 60
5.2. Saran ... 60
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 26 Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural One Step Approach Base
Model ... 55
Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural One Step Approach –
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Hasil Penyebaran Kuesioner Lampiran 3. Hasil Olahan Data
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Top Brand Index Produk Sabun Mandi Padat Tahun 2008-2010 .. 4
Tabel 1.2. Top of Mind Advertising Produk Sabun Mandi Padat Tahun 2008-2010 ... 5
Tabel 1.3. Market Share Sabun Mandi Padat Tahun 2009 (%) ... 5
Tabel 1.4. Market Share Sabun Mandi Padat Tahun 2010 (%) ... 6
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices... 38
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 39
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 40
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 41
Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Credibility (X1) ... 42
Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Likeability (X2) ... 43
Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Attractiveness (X3).. 44
Tabel 4.8. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Meaningfulness (X4) 45 Tabel 4.9. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Citra Merek (Y) ... 47
Tabel 4.10. Hasil Uji Outlier Multivariate... 49
Tabel 4.11. Reliabilitas Data ... 50
Tabel 4.12. Validitas Data ... 51
Tabel 4.13. Construct Reliability & Variance Extracted ... 52
Tabel 4.14. Normalitas Data ... 53
Tabel 4.16. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Modifikasi... 56
Tabel 4.17. Unidimensi First Order... 57
Tabel 4.18. Unidimensi Second Order Selebriti Endorser... 57
ANALISIS PENGARUH SELEBRITI ENDORSER TERHADAP
CITRA MEREK PADA IKLAN PRODUK SABUN MANDI
NUVO DI SURABAYA SELATAN
Oleh :
Ana Fitriyatul Bilgies
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong timbulnya laju persaingan di dalam dunia usaha. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa, yang menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Iklan merupakan salah satu alat bauran promosi yang digunakan sebagai alat pengantar pesan untuk membentuk sikap konsumen. Agar penyampaian pesan dapat diterima oleh konsumen dengan baik maka dibutuhkan media yang tepat. Sosok endorser dapat berasal dari kalangan selebriti. Endorser sebagai opinion leader yang menyampaikan pesan hingga sampai ke konsumen mengenai merek produk. Nuvo merupakan salah satu merek produk sabun mandi dari PT. Wings yang diasosiasikan sebagai sabun kesehatan bagi keluarga. Nuvo mengalami masalah penurunan top brand index dari tahun 2008-2010. Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Selebriti Endorser Terhadap Citra Merek Pada Iklan Produk Sabun Mandi Nuvo Di Surabaya Selatan.
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu yaitu konsumen di wilayah Surabaya Selatan yang pernah melihat iklan produk sabun mandi padat Nuvo. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 105 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : selebriti endorser berpengaruh signifikan positif terhadap citra merek
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong timbulnya laju persaingan di dalam dunia usaha. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa, yang menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Di dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat ini, perusahaan dituntut untuk lebih kreatif dalam menetapkan strategi yang tepat bagi perusahaan sehingga dapat menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk mereka (Hapsari dkk, 2008:1).
2
dengan melakukan bauran promosi yang mampu memberikan informasi kepada konsumen yaitu iklan (Hapsari dkk, 2008:1).
Iklan merupakan salah satu alat bauran promosi yang digunakan sebagai alat pengantar pesan untuk membentuk sikap konsumen. Agar penyampaian pesan dapat diterima oleh konsumen dengan baik maka dibutuhkan media yang tepat. Berkembangnya media informasi di Indonesia menyebabkan banyaknya iklan yang membanjiri media. Media yang digunakan adalah televisi, radio, majalah atau surat kabar, dan lain lain. Pengiklanan di media televisi hingga kini masih dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia yang masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang pernah muncul di iklan ditelevisi lebih digemari daripada yang tidak diiklankan di televisi. Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik perhatian konsumen dan menciptakan preferensi terhadap merek. Salah satu cara kreatif dalam beriklan adalah dengan menggunakan endorser (Hapsari dkk, 2008:2).
Sosok endorser dapat berasal dari kalangan selebriti dan orang biasa/non-selebriti. Endorser sebagai opinion leader yang menyampaikan pesan hingga sampai ke konsumen mengenai merek produk. Opinion
Leader berperan dalam memberikan informasi pada orang lain, pelaku
persuasi, dan pemberi informasi. Perusahaan harus memilih endorser yang cocok dan untuk menyampaikan pesan iklan yang diinginkan kepada
dapat membentuk opini, dan mereka akan meneruskan opini tersebut sesuai persepsi masing-masing, dengan demikian diharapkan akan bertambahnya kesadaran terhadap produk (Hapsari dkk, 2008:2).
Penggunaan endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi
positif antara produk dengan endorser. Asosiasi tersebut secara sederhana
dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan
pada suatu merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila
dilandasi pada banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya.
Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga
membentuk citra tentang merek di dalam benak konsumen. Citra yang baik
merupakan salah satu cara yang efektif di dalam menjaring konsumen,
karena konsumen dengan sadar atau tidak sadar akan memilih suatu
produk yang memiliki citra merek yang positif, sehingga tercipta persepsi
yang baik di mata konsumen, dan akan mempengaruhi konsumen dalam
proses keputusan pembelian yang pada akhirnya dapat menciptakan
loyalitas terhadap suatu merek produk tertentu (Hapsari dkk, 2008:2).
Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling
dikenal, karena daya jangkaunya yang luas. Iklan yang disenangi
konsumen terlihat menciptakan sikap merek yang positif dan keinginan
untuk membeli yang lebih ketimbang iklan yang tidak mereka sukai.
4
untuk menyampaikan pesan (Kotler dan Keller, 2006:506). Pesan yang
disampaikan oleh nara sumber yang menarik akan lebih mudah dan
menarik perhatian konsumen.
Pemasar rela membayar tinggi selebriti yang banyak disukai oleh
masyarakat. Selebriti digunakan untuk menarik perhatian khalayak dan
meningkatkan awareness produk. Pemasar mengharapkan persepsi
konsumen terhadap produk tersebut akan berubah. Penggunaan selebriti
menimbulkan kesan bahwa konsumen selektif dalam memilih dan
meningkatkan status dengan memiliki apa yang digunakan oleh selebriti.
Nuvo merupakan salah satu merek produk sabun mandi dari PT. Wings yang diasosiasikan sebagai sabun kesehatan bagi keluarga. Berikut ini merupakan data beberapa merek produk sabun mandi padat yang beredar di Indonesia dalam kurun waktu 2008-2010 :
Tabel 1.1. Top Brand Index Produk Sabun Mandi Padat Tahun 2008-2010
Merek 2008 2009 2010
Lifebuoy 43,0% 38,0% 38,8%
Lux 23,2% 26,9% 30,0%
Nuvo 8,2% 6,7% 3,3% Giv 8,0% 7,4% 5,7% Shinzui 2,9% 3,6% 2,8% Dettol 2,6% 3,0% 4,7% Harmony 2,5% 2,3% 2,2%
Medicare 1,5% - -
Sumber : Majalah Marketing (2008-2010)
advertising sabun mandi padat Nuvo, di mana top of mind advertising
menunjukkan posisi suatu merek yang paling diingat konsumen melalui media advertising yang juga menurun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, yang berada di peringkat ke tiga setelah Lifebuoy dan Lux yang berada di peringkat pertama dan kedua, pada tabel berikut ini :
Tabel 1.2. Top of Mind Advertising Produk Sabun Mandi Padat Tahun 2008-2010
Merek 2008 2009 2010
Lifebuoy 44,9% 39,9% 48,0%
Lux 33,0% 32,7% 24,7%
Nuvo 8,1% 7,4% 5,3% Giv 5,6% 6,0% 5,0% Shinzui 2,4% 2,8% - Sumber : www.SWA.co.id (2010)
Fenomena penurunan top brand index dan top of mind advertising dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 yang diindikasikan bahwa iklan Nuvo saat ini yang menampilkan selebriti jarang ditayangkan di televisi, iklan Nuvo yang mempunyai durasi tayangan sebentar, efektifitas dan daya tarik iklan Nuvo mulai mengalami penurunan.
Untuk maket share sabun mandi padat tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.3. Market Share Sabun Mandi Padat Tahun 2009 (%)
Brand Total Jakarta Bandung Semarang Surabaya Medan
Lux 37,84 39,25 36,08 48,19 31,53 52,21 Lifebouy 30,62 32,71 24,15 15,17 34,24 23,36 Biore 10,11 7,62 19,32 18,33 12,37 6,36
Dove 2,75 3,01 5,19 1,5 1,3 1,8
Nuvo 2,69 1,1 3,32 0 6,46 2,94
6
Tabel 1.4. Market Share Sabun Mandi Padat Tahun 2010 (%)
Brand Total Jakarta Bandung Semarang Surabaya Medan
Lux 39,66 40,25 35,08 51,17 33,96 54,45 Lifebouy 31,57 33,61 26,42 17,03 35,88 25,36 Biore 10,23 6,72 20,35 20,63 11,13 5,02
Dove 2,88 3,14 5,59 0 0 2,6
Gatsby 2,86 2,82 5 4,45 1,38 0
Nuvo 2,44 1,3 3,61 0 5,45 3,56
Cussons 1,83 1,68 2,84 0 2,42 0 Sumber : www.SWA.co.id (2010)
Dapat diketahui dari tabel market share tersebut untuk wilayah Surabaya posisi sabun mandi padat Nuvo berada di posisi keempat turun dari 6,46 % menjadi 5,45 % setelah Lifebouy, Lux dan Biore.
Keberhasilan upaya membangun citra merek salah satunya ditentukan oleh persepsi konsumen terhadap selebriti yang menjadi ikon produk tersebut. Dengan dipersepsikannya seorang selebriti endorser secara positif oleh masyarakat, diharapkan positif pula citra merek yang terbentuk di benak konsumen. Boyd, Walker, Orville dan Larreche, Claude (2000:65) dalam Wiryawan dan Pratiwi (2009:237) mengatakan bahwa perusahaan mengembangkan program pemasarannya melalui penggunaan iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat yang dimana semuanya merupakan komponen komponen bauran promosi.
Apabila selebriti memiliki nilai lebih dari keempat karateristik (celebrity endorser) itu, maka akan menimbulkan rumor positif tentang produk sehingga terbentuk citra merek yang positif juga (Wiryawan dan Pratiwi, 2009:241).
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut di atas celebrity
Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “ANALISIS PENGARUH SELEBRITI ENDORSER TERHADAP CITRA MEREK PADA IKLAN PRODUK SABUN MANDI NUVO DI SURABAYA TIMUR”.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut :
Apakah terdapat pengaruh selebriti endorser terhadap citra merek pada iklan produk sabun mandi Nuvo di Surabaya Timur?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
Untuk menganalisis pengaruh selebriti endorser terhadap citra merek pada iklan produk sabun mandi Nuvo di Surabaya Timur.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat-manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Bermanfaat bagi peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan celebrity endorser dan citra merek sebagai berikut :
1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wiryawan dan Pratiwi (2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh Selebriti Endorser Terhadap
Brand Image Pada Iklan Produk Kartu Prabayar XL Bebas Di Bandar
Lampung”. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan selebriti endorser pada iklan XL bebas terhadap brand image.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling, di mana kuesioner sebagai alat utama dalam
pengumpulan data dengan menyebarkan kepada 100 responden di Bandar Lampung. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriminant. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel selebriti endorser mempunyai pengaruh yang positif di dalam terbentuknya brand image.
2. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Hapsari dkk (2008) yang berjudul “Analisis Perbandingan Penggunaan Celebrity Endorser Dan
Typical-Person Endorser Iklan Televisi Dan Hubungannya Dengan
Brand Image Produk”. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tanggapan
endorser pada iklan Pond’s Age Miracle di televisi, dan untuk
mengetahui perbedaan penggunaan celebrity endorser dan typical-person
endorser pada iklan Pond’s Age Miracle di televisi, serta untuk
mengetahui besarnya hubungan penggunaan celebrity endorser dan
typical-person endorser pada iklan Pond’s Age Miracle di televisi
terhadap brand image.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini convenience
sampling, menggunakan data primer di mana kuesioner sebagai alat
utama dalam pengumpulan data dengan menyebarkan kepada 99 sampel
wanita di Kebayoran Lama utara. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis descriptive, comparative, and verificative. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa celebrity endorser mempunyai hubungan positif
terhadap brand image, typical person endorser mempunyai hubungan
yang positif terhadap brand image.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Pemasaran
10
seperti pengembangan produk, penelitian komunikasi, distribusi, penetapan harga, dan pelayanan. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Menurut Kotler (2005:10), pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut Stanton (1984:7), pemasaran adalah sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, memproduksi, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memenuhi keinginan baik konsumen saat ini maupun konsumen potensial.
2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler (1997:13), manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Agar tujuan organisasi tercapai maka tergantung penawaran organisasi dalam memenuhi kebutuhan pasar dengan menentukan harga, mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberi tahu, mendorong serta melayani pasar. Jadi manajemen pemasaran dirumuskan sebagai suatu proses manajemen yang meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.
Kegiatan ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang diinginkan, baik yang menyangkut barang maupun jasa. Proses pertukaran baik yang ditimbulkan oleh penjual maupun pembeli akan menguntungkan kedua belah pihak, maka penentuan produk, harga, promosi dan tempat disesuaikan dengan sikap dan perilaku konsumen. Sebaliknya sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi sehingga menjadi sesuai dengan produk-produk perusahaan.
2.2.3. Perilaku Konsumen
12
pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.
Definisi yang lain menurut Louden dan Bitta (dalam Angipora, 2002:119), perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu dalam upaya memperoleh dan menggunakan barang dan jasa (evaluasi, memperoleh, menggunakan atau menentukan barang atau jasa).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dengan mempelajari Perilaku Konsumen maka pemasar dapat mengetahui secara jelas proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen dan kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa serta pengaruh-pengaruh yang dihadapi dalam usaha memperoleh barang dan jasa tersebut.
2.2.4 Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran adalah proses menginformasikan, mempengaruhi, mengingatkan, dan menjelaskan suatu produk atau jasa,dan dimana komunikasi pemasaran mengandung elemen yaitu :
advertising, sales promotion, public relation, personal selling (Fill,
Aktifitas komunikasi pemasaran dapat memberikan kontribusi pada ekuitas merek melalui beberapa cara yaitu menciptakan brand awareness, menghubungkan asosiasi yang tepat pada citra merek dalam ingatan seseorang, memperoleh brand judgement atau feeling yang positif, dan memudahkan sebuah brand connection pelanggan dengan lebih kuat (Kotler dan Keller, 2006) dalam Kurniawati (2005:11). Fungsi komunikasi pemasaran lebih kepada merangsang pembelian dan kepuasan konsumen serta memberikan informasi yang dapat di percaya melalui citra.
Jadi penekanan kegiatan komunikasi pemasaran di sini bukan pada penjualan tetapi pada pemberian informasi pendidikan, dan upaya peningkatan pengertian melalui pengetahuan mengenai suatu produk atau jasa dari suatu perusahaan agar lebih lama diingat oleh konsumennya (Harris, 1991:12).
2.2.5 Periklanan (Advertising) 2.2.5.1.Definisi Periklanan
Menurut Guinn, Allen, dan Semenik (2003:13) dalam buku yang berjudul “Advertising dan Integrated Brand Promotion” mengemukakan bahwa periklanan merupakan sebuah proses komunikasi. Ketiga tokoh tersebut menyatakan bahwa “Communication is a fundamental aspect of
human existence, and advertising is communication”. Pertanyaan tersebut
14
dasarnya adalah proses komunikasi yang menjembatani kepentingan industri dan konsumen. Sebagai proses komunkasi, periklanan menekankan pada pengolahan pesan (Putranto, 2003:27).
Periklanan adalah cara penyajiaan dengan cetakan, tulisan, kata-kata, gambar-gambar atau menggunakan orang, produk atau jasa yang dilakukan oleh satu lembaga atau perusahaan dengan maksud untuk mempengaruhi dan meningkatkan penjualan, meningkatkan pemakaian atau untuk memperoleh suara, dukungan atau pendapat (Soehardi, 1992:55).
Menurut Wells dan Prensky (1996:437), “ Advertising is defined as
paid marketing communication delivered through mass media from
marketers to consumers”. Artinya, periklanan didefinisikan sebagai
komunikasi pemasarn yang di sampaikan melalui media massa dari pemasar kepada konsumen (terdapat proses pembayaran). Definisi lain dari periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non personal yang dilakukan oleh suatu perusahaan sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler, 2003:658).
2.2.5.2.Tujuan Iklan
1. Informative Advertising : iklan dibuat untuk memperkenalkan produk
baru, menginformasikan cara pemakaiannya, menciptakan citra baik dari merek sehingga masyarakat tahu keberadaannya. Informasi yang cukup dan mengena dapat menimbulkan pembentukan sikap dan menjadi salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk memilih produk.
2. Persuasive Advertising : setelah konsumen mengetahui keberadaan
produk tersebut, iklan dibuat sedemikian rupa agar menarik perhatian masyarakat untuk membeli, dengan harapan dapat memberi kesan yang baik terhadap produk sehingga berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen.
3. Comparison Advertising : iklan yang membandingkan antara merek
produk milik perusahaan dengan merek lain. Iklan semacam ini secara tidak langsung akan menimbulkan superioritas merek terhadap merek lain.
4. Reminder Advertising : iklan ini biasanya digunakan oleh produk yang
sudah mantap dikenal oleh masyarakat. Iklan ini bertujuan untuk mengingatkan agar konsumen tidak melupakan keberadaannya.
5. Reinforcement Advertising : iklan ini mempunyai tujuan agar
16
Untuk mencapai kelima tujuan di atas disusun menurut suatu struktur tertentu. Struktur iklan mempunyai beberapa unsur pokok dengan fungsi masing-masing, yaitu :
1. Illustration : biasanya berupa gambar model atau pemandangan.
2. Headline : berupa kata-kata yang mencoba menyampaikan inti pesan
terpenting kepada masyarakat.
3. Body copy : dalam body copy ini biasanya terdapat informasi tentang
ciri-ciri dan kegunaan produk yang diiklankan.
4. Signature line : menerangkan nama/merek paten produk yang
diiklankan.
5. Slogan : mengetengahkan kasiat/kegunaan unik dan khas dari produk
yang diiklankan.
2.2.5.3.Keuntungan Media Periklanan Televisi
Televisi merupakan media yang menguntungkan sebab televisi melakukan komunikasi secara audio visual. Dari segi komunikasi, dalam arti pengaruhnya, televisi memiliki keuntungan atas pesan yang disampaikannya karena bisa dilihat serta di dengar dalam waktu yang bersamaan (Suhandang, 2005:88-89).
Sedangkan menurut pendapat Wells, Moriarty, dan Burnett (2006:225), dalam bukunya berjudul “Advertising: Principles and
Practice”. Televisi digunakan untuk media periklanan karena televisi
menciptakan fantasi dan dapat menghasilkan dampak visual yang hebat. Televisi membawa citra merek untuk menghidupkan dan menambahkan
personality pada sebuah merek. Menurut Rhenald Kasali (1993) dalam
Kurniawati (2005:15), televisi mempunyai 3 kekuatan sebagai berikut : a. Efisiensi Biaya.
Telivisi merupakan media paling efektif untuk menyampaikan pesan, informasi dan sebagainya. Salah satu keunggulannya adalah kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Televisi mampu menjangkau halayak yang tidak terjangkau oleh media cetak, oleh karena itu jangkauan massal televisi menimbulkan effisensi biaya untuk menjangkau tiap kepala.
b. Dampak Yang Kuat
Televisi mampu menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan pada dua indra sekaligus yaitu pengelihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu menciptakan kelenturan bagi pekerja-pekerjaan kreatif dengan mengkombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, drama, dan humor.
c. Pengaruh Yang Kuat
18
percaya pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada tidak sama sekali (Sumartono, 2002:6-7).
2.2.5.4.Efek Periklanan
Periklanan dapat memberikan efek pada khalayaknya. Pelsmacker, Geuens & Bergh, (2004) dalam Kurniawati (2005:16) konsumen akan melewati 3 tahapan di dalam menanggapi periklanan yaitu :
a. Cognitive Stage (Tahap Kognitif)
Pada tahap kognitif, konsumen melakukan proses berpikir yang dapat menimbulkan kesadaran dan pengetahuan atas merek yang diiklankan. b. Affective Stage (Tahap Afektif)
Pada tahap afektif, terjadi respon perasaan dan emosional atas merek yang diiklankan dan juga terjadi sikap atas konsumen atas suatu merek. c. Conative Stage (Tahap Konatif)
Pada tahap konatif/behavioural, konsumen mengambil tindakan atas suatu merek yang diiklankan seperti melakukan pembelian
2.2.6. Selebriti Endorser
2.2.6.1.Definisi Selebriti Endorser
(actor, entertainer, or athlete) whos is known to the public for his or her
accomplishments in areas other than product class endorsed”. Artinya
seorang selebritis adalah seorang pribadi (aktor, penghidur, atau atlet) yang dikenal di masyarakat luas atas prestasi atau kepandaiannya pada bidangnya melebihi kelas produk yang mereka dukung.
Menurut Belch dan Belch (2004:168), definisi endorser adalah seorang pendukung yang mengantarkan sebuah pesan dan atau memperagakan sebuah produk atau jasa. Jadi, definisi selebriti endorser dapat disimpulkan sebagai seorang actor/entertainer/atlet yang terkenal dimata masyarakat yang dilibatkan dalam komunikasi penyampaian pesan pemasaran sebuah produk atau jasa. Selebriti Endorser adalah orang-orang terkenal yang dapat mempengaruhi karena prestasinya. Menurut Shimp (1997:455) selebriti endorser adalah memanfaatkan seorang artis,
entertainer, dan public figur yang man dapat diketahui oleh orang banyak
untuk keberhasilan di bidangna masing-masing dari bidang yang di dukung.
20
yang berbeda menarik sekmen (khalayak sasaran) dengan demografis yang beraneka ragam pula meliputi, usia, jenis pekerjaan, dan lain-lain.
2.2.6.2.Keunggulan Penggunaan Selebriti Endorser
Sebuah penelitian membuktikan bahwa konsumen lebih menyukai memilih barang atau jasa yang di iklankan oleh selebritis dari pada tanpa menggunakan selebritis (Rhasid, Nallamuthu, & Sidin, 2002:536). Menurut Jewler & Drewniany (2005:10) terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan selebritis sebagai endorser :
a. Selebriti Endorser mempunyai kekuatan “menghentikan”.
Selebritis sebagai endorser dapat digunakan untuk menarik perhatian dan membantu memecahkan/ kekacauan yang dibuat iklan-iklan lainnya
b. Selebriti Endorser merupakan figur yang disukai dan dipuja.
Perusahaan-perusahaan mengharapkan kebanggan/kekaguman audiens terhadap selebritis sebagai endorser akan berpengaruh pula pada produk atau perusahaan merek sendiri. Sebelum memutuskan memilih seorang selebritis sebagai endorser, perusahaan diharuskan memeriksa dan mengukur popularitas dan daya tarik selebritis tersebut sebagai orang terkenal.
karakteristik dengan produk yang diiklankan akan lebih membantu dalam menyampaikan pesan berupa ide, ukuran, dll dalam sebuah cara yang dramatis.
d. Selebriti Endorser dianggap sebagai ahli yang berpengalaman dibidangnya. Maksudnya adalah untuk mengadakan sebuah hubungan yang bersifat relefan antara keahlian yang dimiliki selebritis dengan merek yang diiklankan.
Dimensi dari Selebriti Endorser menurut Wiryawan dan Pratiwi (2009:246) antara lain yang diambil adalah :
1. Dimensi Credibility
Segala hal yang berkaitan dengan kredibilitas selebriti untuk meyakinkan khalayak sasaran atas pesan iklan yang disampaikan. Indikatornya meliputi keahlian, berpengetahuan, keterampilan.
2. Dimensi Likeability
Tingkat disukainya selebriti oleh khalayak sasaran dalam mengiklankan produk. Indikatornya meliputi humoris, berjiwa muda, banyak dikenal.
3. Dimensi Attractiveness
Daya tarik yang dimiliki selebriti dalam menjalankan perannya sebagai
endorser. Indikatornya meliputi tampan/cantik, elegan, moderen.
4. Dimensi Meaningfulness
22
konsumen yang membeli produk, disukai konsumen saat menonton iklan, sukses dan sedang naik daun.
2.2.7. Citra Merek
Dolak (2004) dalam Hapsari dkk (2008:5) mengatakan “a brand is
an identifiable entity that makes specific promises of value”. Merek
merupakan hal yang sangat penting bagi produsen maupun konsumen. Merek bukan hanya simbol yang dipakai untuk mengidentifikasi produk atau perusahaan. Saat ini peranan atau fungsi dari suatu merek (brand) bukan hanya sebagai pembeda dari produk yang dihasilkan oleh produsen yang satu dengan produsen yang lainnya, namun merek merupakan penentu dalam menghasilkan suatu competitive advantages. Konsumen saat ini memandang merek atau brand sebagai salah satu hal yang sangat penting dalam melakukan keputusan pembelian, merek merupakan suatu nilai tambah (value) bagi suatu produk.
Merek mengidentifikasi dan merepresentasikan produk, merek bukan hanya sekedar nama. Merek merupakan persepsi yang direfleksikan di dalam benak konsumen ketika mereka berpikir mengenai suatu produk. Persepsi yang positif dari kepercayaan konsumen terhadap merek akan menciptakan citra merek yang baik pula. Definisi citra merek menurut beberapa ahli pemasaran, seperti Kotler dan Keller (2006:268) dalam Hapsari dkk (2008:5), yaitu ” Perceptions and beliefs held by consumer.
dalam Hapsari dkk (2008:5), yaitu “Brand image is defined as consumer’s
perception as reflected by the association they hold in their minds when
they think of your brand”. Wells, Burnett, dan Moriarty (2000:163) dalam
Hapsari dkk (2008:5), yaitu ” A brand image is a mental image that
reflects the way consumers perceive the brand, including all the
identification elements, the product personality, and the emotions and
associations evoked in the mind consumers”. Aaker (1996:69) dalam
Hapsari dkk (2008:5), yaitu “Brand image is how customers and others
perceive the brand”.
Citra merek adalah segala sesuatu yang ada di benak seseorang, yang secara total meliputi keseluruhan dari informasi yang mereka terima mengenai merek produk tersebut baik itu dari pengalaman, percakapan orang-orang (word of mouth), iklan (advertising), kemasan (packaging), pelayanan (service), dan lain sebagainya. Informasi-informasi tersebut kemudian diolah dan dimodifikasi berdasarkan pendapat atau persepsi selektif, kepercayaan-kepercayaan yang dianut, norma-norma sosial, dan lain-lain (Randall, 2001:7) dalam Hapsari dkk (2008).
24
Serangkaian pencitraan merek bargantung kepada tipe personal atau organisasi yang menjadi khalayak sasaran. Tipe personal atau organisasi yang menjadi khalayak sasaran tersebut dapat diketahui pada faktor demografi mereka, salah satunya adalah usia mereka (Keller, 2003:84) dalam Kurniawati (2005:22). Citra merek (brand image) juga akan menentukan segmen pasar. Identifikasi audiens sasaran dengan segmen yang sempit berdasarkan salah satu faktor demografis yaitu usia target sasaran (Roman, Mass & Nisenholtz, 2005) dalam Kurniawati (2005:22)
Indikator citra merek menurut Aaker dan Keller (1990) dalam Diab (2009) antara lain :
1. Selalu ingat
Merupakan keseluruhan kesan yang terbentuk dibenak konsumen atau pelanggan tentang suatu produk.
2. Terkenal
Merupakan persepsi konsumen atau pelanggan terhadap popularitas yang dimiliki suatu produk.
3. Ciri khas
2.2.8 Pengaruh Selebriti Endorser Terhadap Citra merek
Menurut Wiryawan dan Pratiwi (2009:241) mengatakan apabila selebriti memiliki nilai lebih dari keempat karateristik (selebriti endorser) itu, maka akan menimbulkan rumor positif tentang produk sehingga terbentuk citra merek yang positif juga. Hasil penelitian Wiryawan dan Pratiwi (2009) menunjukkan bahwa selebriti endorser mempunyai pengaruh positif terhadap citra merek pada iklan produk XL bebas. Dan juga hasil penelitian Hapsari dkk (2008) menunjukkan bahwa selebriti
endorser mempunyai pengaruh positif terhadap citra merek pada iklan
produk Pond’s Age Miracle.
Dari uraian teori di atas dapat dismpulkan bahwa selebriti endorser yang ditampilkan baik maka dapat meningkatkan citra merek pada produk yang diiklankan. Sehingga selebriti endorser berpengaruh positif terhadap
26
2.3 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan model kerangka konseptual dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Selebriti endorser berpengaruh positif terhadap citra merek pada iklan produk Sabun Mandi Nuvo di Surabaya Timur.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional
Agar variabel yang digunakan dapat diukur serta-menghilangkan
dan menghindari penafsiran makna, maka perlu adanya definisi yang jelas
mengenai variabel yang akan diteliti, variabel tersebut sebagai berikut :
1. Selebriti Endorser (X)
Selebriti endorser adalah seorang actor/entertainer/atlet yang
terkenal dimata masyarakat yang dilibatkan dalam komunikasi
penyampaian pesan pemasaran sebuah produk atau jasa. Menurut
Wiryawan dan Pratiwi (2009:246), mengemukakan bahwa Selebriti
endorser diidentifikasikan oleh beberapa dimensi dan indikator antara
lain :
a. Credibility (X1)
Segala hal yang berkaitan dengan kredibilitas selebriti untuk
meyakinkan khalayak sasaran atas pesan iklan yang disampaikan.
Indikator dalam penelitian ini adalah :
1. Keahlian (X1.1)
Merupakan keahlian yang dimiliki oleh selebriti iklan produk
2. Berpengetahuan (X1.1.2)
Merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh selebriti iklan produk
sabun mandi padat Nuvo.
3. Keterampilan (X1.1.3)
Merupakan keterampilan yang dimiliki oleh selebriti iklan produk
sabun mandi padat Nuvo.
b. Likeability (X2)
Tingkat disukainya selebriti oleh konsumen dalam mengiklankan
produk. Indikator dalam penelitian ini adalah :
1. Humoris (X2.1)
Merupakan selera humor yang diberikan selebriti pada iklan
produk sabun mandi padat Nuvo.
2. Berjiwa Muda (X2.2)
Merupakan ekspresi yang ditampilkan selebriti pada iklan sabun
mandi padat Nuvo.
3. Banyak Dikenal (X2.3)
Merupakan popularitas yang dimiliki selebriti pada iklan produk
sabun mandi padat Nuvo.
c. Attractiveness (X3)
Daya tarik yang dimiliki selebriti dalam menjalankan perannya sebagai
endorser. Indikator dalam penelitian ini adalah :
30
Merupakan paras wajah yang dimiliki selebriti pada iklan produk
sabun mandi padat Nuvo.
2. Elegan (X3.2)
Merupakan ke eleganan tampilan selebriti pada iklan produk sabun
mandi padat Nuvo.
3. Moderen (X3.3)
Merupakan tampilan pakaian yang dikenakan selebriti pada iklan
produk sabun mandi padat Nuvo.
d. Meaningfulness (X4)
Seberapa kuat pengaruh selebriti dalam mempengaruhi khalayak
sasaran agar membeli produk. Indikator dalam penelitian ini adalah :
1. Menjadi Inspirasi Konsumen Yang Membeli Produk (X4.1)
Merupakan inspirasi yang diberikan oleh selebriti pada iklan
produk sabun mandi padat Nuvo kepada konsumen.
2. Disukai Konsumen Saat Menonton Iklan (X4.2)
Merupakan ketertarikan konsumen untuk menonton iklan produk
sabun mandi padat Nuvo yang menampilkan selebriti sebagai
bintangnya.
3. Sukses Dan Sedang Naik Daun (X4.3)
Merupakan kesuksesan selebriti yang membintangi iklan produk
2. Citra Merek (Y)
Citra merek adalah persepsi atau kesan tentang suatu merek yang
direfleksikan oleh sekumpulan asosiasi yang menghubungkan
seseorang dengan merek dalam ingatannya. Menurut Aaker dan Keller
(1990) dalam Diab (2009), indikator dari citra merek adalah :
1. Selalu ingat (Y1)
Merupakan keseluruhan kesan yang terbentuk dibenak konsumen
mengenai tampilan kemasan produk sabun mandi padat Nuvo.
2. Terkenal (Y2)
Merupakan persepsi konsumen terhadap popularitas yang dimiliki
produk sabun mandi padat Nuvo.
3. Ciri khas (Y3)
Merupakan persepsi konsumen mengenai ciri atau karakteristik
yang dimiliki produk sabun mandi padat Nuvo seperti aroma wangi
yang khas yang memberikan kesan kepada pemakainya.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel menggunakan skala interval yaitu skala
yang mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut (Umar, 2000:134).
Adapun teknik pengukuran sikap menggunakan skala likert yaitu metode
pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian tujuh butir yang
berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 1-7 dalam penelitian ini
32
1 7
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Skala tersebut disusun dalam suatu garis kontinu dengan jawaban
sangat positifnya terletak di sebelah kanan, jawaban sangat negatifnya
terletak di sebelah kiri, atau sebaliknya.
3.2. Teknik Penentuan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh konsumen di wilayah Surabaya Timur yang pernah
melihat iklan produk sabun mandi padat Nuvo.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999:73). Dalam penelitian ini
teknik pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling
(non probabililty sampling), yaitu pengambilan sampel didasarkan atas
pertimbangan tertentu seperti kriteria yang dimiliki sampel (Sugiyono,
1999:78). Dan mengenai kriteria yang akan dijadikan sampel adalah :
a) Konsumen di wilayah Surabaya Timur yang mengerti tentang apa
yang ditanyakan peneliti dengan usia minimal 17 tahun.
b) Konsumen di wilayah Surabaya Timur yang pernah melihat iklan
sabun mandi padat Nuvo yang menampilkan selebriti Nugie
sebagai bintangnya.
Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan
pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48) Structural
Equation Modeling (SEM), adalah sebagai berikut:
a. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum like hood estimation
b. Tergantung pada jumlah parameter yang estimasi pedomannya adalah
5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi
c. Tergantung pada jumlah indikator dikali 5 – 10. Bila terdapat 15
indikator, maka besarnya sampel adalah 75-150 yaitu 7 x 15 indikator
= 105 responden.
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data
Data Primer : Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang disebarkan kepada konsumen di wilayah Surabaya Timur yang pernah melihat iklan
sabun mandi padat Nuvo yang menampilkan selebriti Nugie sebagai
bintangnya.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :
34
3.3.3 Pengumpulan Data
1. Wawancara :
Yaitu melakukan wawancara atau tanya jawab dengan pelanggan
kepada konsumen di wilayah Surabaya Timur yang pernah melihat
iklan sabun mandi padat Nuvo yang menampilkan selebriti Nugie
sebagai bintangnya untuk memperoleh informasi.
2. Kuesioner :
Merupakan teknik pengambilan data dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada konsumen di wilayah Surabaya Timur yang pernah
melihat iklan sabun mandi padat Nuvo yang menampilkan selebriti
Nugie sebagai bintangnya.
3.4 Teknik Analisis SEM dan Pengujian Hipotesis
Structural Equation Modeling (SEM) adalah sekumpulan teknik – teknik
statistical yang memungkinkan pengukuran sebuah rangkaian hubungan
yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit tersebut
dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau
beberapa variabel independen. Metode ini bukan untuk menghasilkan teori
melainkan “mengkonfirmasi” teori.
1. Asumsi Model [Structural Equation Modeling]
a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data
2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi
koefisien sampel dengan standard errornya dan skewness value
yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai
statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value.
Pada tingkat signifikansi 1% jika nilai Z lebih besar dari nilai
kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tindak
normal.
3) Normal Probability plot
4) Linieritas denagn mengamati scatterplots dari data yaitu
dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya
untuk menduga ada tidaknya Linieritas.
b. Evaluasi atas Outlier
1) Mengamati Z-score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier.
2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis
pada tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [χ] pada
df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila
Mahalanobis > dari nilai χ adalah multivariate outlier.
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik
unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi- observasi
lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah
variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair et. al., 1998)
36
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
Dengan mengamati Determinant Matriks Covarians. Dengan
ketentuan apabila determinant sample matrix mendekati angka 0
[kecil], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick
& Fidell, 1998) dalam Ferdinand (2002).
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah
indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas
apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran
mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah
konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing
indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent
variable construct akan diuji dengan melihat loading factor dari
hubungan antara setiap observed variable dan latent variable.
Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan
variance-extracted. Construct reliability dan variance-extracted
dihitung dengan rumus berikut:
Construct Reliability = [ ∑Standardize Loading ]²
[ ∑Standartdize Loading ]² + ∑Єj ]
Variance Extracted = ∑ [ Standartdize Loading² ]
Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj=1 – [Standardize
Loading]. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat
diterima adalah ≥ 0.7 dan Variance Extracted ≥ 0.5 (Hair et.al,
1998) dalam Ferdinand (2002). Standardize Loading dapat
diperoleh dari output AMOS 4.01, dengan melihat nilai estimasi
setiap Construct Standardize Regression weighty terhadap setiap
butir sebagai indikatornya.
2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi
terstandar dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR/Critical
Ratio/ p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung
lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.
3. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 dalam Ferdinand (2002) menjelaskan bahwa pola
“confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk
mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara
model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan
“good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai model yang
diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori
tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji
apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang
38
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai
kriteria Goodness of Fit yakni Chi-square, Probability, RMSEA, GFI,
TLI, CFI, AGFI, CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan
data maka model dikembangkan dengan pendekatan two step approach
to SEM.
Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices
GOODNESS OF FIT INDEX
KETERANGAN CUT-OFF
VALUE
X2 – Chi-square
Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan covariance sample
[apakah model sesuai dengan data].
Diharapakan
Kecil, 1 s.d 5, atau paling baik diantara 1 dan 2.
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance data dan matriks
covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square
pada Sampel.
≤ 0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang varians
dalam matriks sample yang dijelasakan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2 dalam regresi berganda]
≥ 0,90
AGFI GFI yang disesuaikan dalam DF. ≥ 0,90
CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model. ≤ 2,00
TLI Pembandingan antara model yang diuji
terhadap baseline model.
≥ 0.95
CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitif tehadap besarnya sample dan kerumitan model
≥ 0,94
Sumber : Hair. et. al. (1998)
4.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban
responden dari pernyataan-pernyataan yang diajukan di dalam kuesioner
yang telah diberikan kepada seluruh konsumen di wilayah Surabaya Timur
yang pernah melihat iklan produk sabun mandi padat Nuvo yang
berjumlah 105 orang di wilayah Surabaya Selatan. Dari jawaban-jawaban
tersebut diketahui hal-hal seperti di bawah ini.
a. Umur : dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah
diberikan dapat diketahui umur dari para responden yakni :
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Prosentase (%)
1 17-25 tahun 50 47,6
2 26-35 tahun 36 34,3
3 > 35 tahun 19 18,1
Total 105 100
Sumber: Hasil Penyebaran Kuisoner
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah mereka yang berumur antara 17
sampai 25 tahun yaitu sebanyak 50 orang atau 47,6 %, responden
berumur antara 26 sampai 35 tahun sebanyak 36 orang atau 34,3 % dan
sisa responden berumur lebih dari 35 tahun sebanyak 19 orang atau
40
b. Jenis Kelamin : dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang
telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni :
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
1 Laki-laki 32 30,5
2 Perempuan 73 69,5
Total 105 100
Sumber: Hasil Penyebaran Kuisoner
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan
sebanyak 73 orang atau 69,5 %, sedangkan yang berjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 32 orang atau 30,5 %.
c. Pendidikan Terakhir : dari 105 responden yang menjawab kuesioner
yang telah diberikan dapat diketahui pendidikan terakhir dari para
responden yakni :
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
1 SLTA 69 65,7
2 D3 16 15,2
3 S1 12 11,5
4 Lainnya 8 7,6
Total 105 100,00
Sumber : Hasil Penyebaran Kuisoner
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini berpendidikan akhir SLTA yaitu
sebanyak 69 orang atau 65,7 %, sedangkan yang berpendidikan akhir
D3 sebanyak 16 orang atau sebanyak 15,2 %, responden yang
berpendidikan akhir S1 sebanyak 12 orang atau 11,5 %, dan sisanya
d. Pekerjaan : dari 105 responden yang menjawab kuesioner yang telah
diberikan dapat diketahui pekerjaan para responden yakni :
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)
1 Pelajar 10 9,5
2 Mahasiswa 23 21,9
3 Pegawai Swasta 15 14,3
4 Wiraswasta 14 13,4
5 Ibu Rumah Tangga 37 35,2
6 Lainnya 6 5,7
Total 105 100,00
Sumber : Hasil Penyebaran Kuisoner
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga
sebanyak 37 orang atau 35,2 %, responden berprofesi sebagai
mahasiswa sebanyak 23 orang atau 21,9 % sedangkan yang berprofesi
sebagai pegawai swasta sebanyak 15 orang atau sebanyak 14,3 %,
responden berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 14 orang atau 13,4
%, pelajar sebanyak 10 orang atau 9,5 % dan sisanya berprofesi
lain-lain (pegawai negeri) sebanyak 6 orang atau 5,7 %.
4.2. Deskripsi Hasil Jawaban Responden 4.2.1. Deskripsi Variabel Selebriti Endorser (X)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
responden/konsumen di wilayah Surabaya Timur yang pernah melihat
iklan produk sabun mandi padat Nuvo yang berjumlah 105 orang
42
Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Credibility (X1)
Skor Jawaban No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 Total
1
Selebritis (Nugie) iklan produk sabun mandi padat Nuvo mempunyai keahlian di dalam membawakan perannya sebagai model iklan tersebut.
Selebriti (Nugie) iklan produk sabun mandi padat
Nuvo mempunyai pengetahuan mengenai pesan iklan yang akan disampaikan.
Selebritis (Nugie) iklan produk sabun mandi padat
Nuvo mempunyai keterampilan mengenai gerak tubuh di dalam penyampaian pesan iklan.
0
1. Indikator pertama dari Credibility, yaitu keahlian, mendapat respon
terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 37
responden atau 35,2% menjawab agak setuju. Kemudian terbanyak
kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden 30 atau 28,6%
menjawab setuju, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
yang menjawab netral sebanyak 16 responden atau 15,2%.
2. Indikator kedua dari Credibility, yaitu pengetahuan, mendapat respon
terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 53
responden atau 50,5% menjawab agak setuju. Kemudian terbanyak
kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden 25 atau 23,8%
menjawab setuju, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
yang menjawab netral sebanyak 21 responden atau 20%.
3. Indikator kedua dari Credibility, yaitu keterampilan, mendapat respon
responden atau 39% menjawab agak setuju. Kemudian terbanyak
kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden 31 atau 29,5%
menjawab setuju, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
yang menjawab netral sebanyak 21 responden atau 20%.
Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Likeability (X2)
Skor Jawaban No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 Total
1
Selebritis (Nugie) iklan produk sabun mandi padat Nuvo mempunyai selera humor yang baik di dalam penyampaian pesan iklan.
0
Selebritis (Nugie) iklan produk sabun mandi padat Nuvo mempunyai ekspresi jiwa muda di dalam penyampaian pesan iklan.
0
Selebritis (Nugie) iklan produk sabun mandi padat
Nuvo mempunyai popularitas yang dikenal oleh masyarakat.
Sumber : Data diolah
1. Indikator pertama dari Likeability, yaitu humoris, mendapat respon
terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 32
responden atau 30,5% menjawab setuju. Kemudian terbanyak kedua
terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden 30 atau 28,6%
menjawab agak setuju, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
yang menjawab netral sebanyak 25 responden atau 23,8%.
2. Indikator kedua dari Likeability, yaitu berjiwa muda, mendapat respon
terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 38
responden atau 36,2% menjawab agak setuju. Kemudian terbanyak
44
menjawab setuju sebanyak 23 responden atau 21,9%
3. Indikator ketiga dari Likeability, yaitu banyak dikenal, mendapat
respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 46
responden atau 43,8% menjawab agak setuju. Kemudian terbanyak
kedua terdapat pada skor 4 dengan jumlah responden 29 atau 27,6%
menjawab netral, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 6 yang
menjawab setuju sebanyak 20 responden atau 19%
Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Attractiveness (X3)
Skor Jawaban No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 Total
1
Selebritis (Nugie) iklan produk sabun mandi padat Nuvo mempunyai paras wajah yang tampan.
0
Selebritis (Nugie) iklan produk sabun mandi padat Nuvo mempunyai tampilan yang elegan di dalam menyampaikan pesan iklan.
0
Selebritis (Nugie) iklan produk sabun mandi padat Nuvo mempunyai tampilan pakaian yang menarik.
0
1. Indikator pertama dari Attractiveness, yaitu tampan, mendapat respon
terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 49
responden atau 46,7% menjawab agak setuju. Kemudian terbanyak
kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden 23 atau 21,9%
menjawab setuju, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
yang menjawab netral sebanyak 21 responden atau 20%.
2. Indikator kedua dari Attractiveness, yaitu elegan, mendapat respon
responden atau 37,1% menjawab agak setuju. Kemudian terbanyak
kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden 29 atau 27,6%
menjawab setuju, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
yang menjawab netral sebanyak 25 responden atau 23,8%
3. Indikator ketiga dari Attractiveness, yaitu moderen, mendapat respon
terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 56
responden atau 53,3% menjawab agak setuju. Kemudian terbanyak
kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden 31 atau 29,5%
menjawab setuju, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
yang menjawab netral sebanyak 18 responden atau 17,1%
Tabel 4.8. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk
Meaningfulness (X4)
Skor Jawaban No Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 Total
1
Selebritis (Nugie) iklan produk sabun mandi padat Nuvo memberikan inspirasi yang baik pada konsumen.
0
Iklan produk sabun mandi padat Nuvo yang menampilkan selebritis (Nugie) sebagai bintangnya disukai oleh konsumen.
0
Selebritis (Nugie) yang membintangi iklan produk sabun mandi padat Nuvo sukses dan sedang naik daun.
1. Indikator pertama dari Meaningfulness, yaitu menjadi inspirasi
konsumen yang membeli produk, mendapat respon terbanyak pada
skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 54 responden atau 51,4%
46
terbanyak ketiga terdapat pada skor 4 yang menjawab netral sebanyak
22 responden atau 21%.
2. Indikator kedua dari Meaningfulness, yaitu disukai konsumen saat
menonton iklan, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan
jumlah responden sebanyak 43 responden atau 41% menjawab agak
setuju. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah
responden 28 atau 26,7% menjawab setuju, kemudian terbanyak ketiga
terdapat pada skor 4 yang menjawab netral sebanyak 21 responden
atau 20%
3. Indikator ketiga dari Meaningfulness, yaitu sukses dan sedang naik
daun, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah
responden sebanyak 46 responden atau 43,8% menjawab agak setuju.
Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah
responden 30 atau 28,6% menjawab setuju, kemudian terbanyak ketiga
terdapat pada skor 4 yang menjawab netral sebanyak 21 responden
atau 20%
4.2.2. Deskripsi Variabel Citra Merek (Y)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
responden/ konsumen di wilayah Surabaya Timur yang pernah melihat
iklan produk sabun mandi padat Nuvo yang berjumlah 105 orang
Tabel 4.9. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Citra
Citra perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk yang baik sebagai produsen produk sabun mandi padat Nuvo di mata konsumen.
0
Dengan memakai produk sabun mandi padat Nuvo membuat citra pada diri anda semakin baik dan meningkat.
Citra produk sabun mandi padat Nuvo yang baik di
Sumber : Data diolah
1. Indikator pertama dari Citra Merek, yaitu selalu ingat, mendapat
respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 46
responden atau 43,8% menjawab setuju. Kemudian terbanyak kedua
terdapat pada skor 5 dengan jumlah responden 40 atau 38,1%
menjawab agak setuju, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
yang menjawab netral sebanyak 14 responden atau 13,3%.
2. Indikator kedua dari Citra Merek, yaitu terkenal, mendapat respon
terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 49
responden atau 46,7% menjawab setuju. Kemudian terbanyak kedua
terdapat pada skor 5 dengan jumlah responden 33 atau 31,4%
menjawab agak setuju, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
yang menjawab netral sebanyak 18 responden atau 17,1%.
3. Indikator ketiga dari Citra Merek, yaitu ciri khas, mendapat respon
48
responden atau 45,7% menjawab agak setuju. Kemudian terbanyak
kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden 31 atau 29,5%.
Artinya, responden menjawab setuju yaitu sebanyak 36 responden atau
31,6%, kemudian terbanyak ketiga terdapat pada skor 4 yang
menjawab netral sebanyak 13 responden atau 12,4%.
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1. Uji Outlier Multivariate
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik
unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya
dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi [Hair,1998]. Multivariate outlier diuji dengan kriteria
jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square
[2] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya (df = 1 ). Ketentuan : bila
Mahalanobis > dari nilai 2 adalah multivariate outlier. Pada penelitian
ini terdapat outlier apabila nilai Mahalanobis distancenya > 37,697
Untuk lebih memperjelas uraian mengenai evaluasi outlier
Tabel 4.10. Hasil Uji Outlier Multivariate
Minimum Maximum Mean Std.
Deviation N
Predicted Value 11,135 97,799 53,000 18,384 105
Std. Predicted Value - 2,277 2,437 0,000 1,000 105
Stand. Error of Predicted V. 6,388 15,192 10,103 1,711 105
Adjusted Predicted Value 12,143 99,044 53,419 19,154 105
Residual - 65,126 56,182 0,000 24,280 105
Std. Residual - 2,481 2,141 0,000 0,925 105
Stud. Residual - 2,934 2,391 - 0,007 1,022 105
Deleted Residual - 91,075 70,100 - 0,419 29,718 105
Stud. Deleted Residual - 3,070 2,458 - 0,006 1,036 105
Mahal. Distance 5,169 33,854 14,857 5,473 105
Cook's Distance 0,000 0,214 0,015 0,031 105
Centered Leverage Value 0,050 0,326 0,143 0,053 105
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan tabel diatas setelah dilakukan pengujian ditemukan
tidak terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum
lebih kecil dari nilai chi square 2 (0,001.15) sebesar 37,697 dimana dalam
penelitian ini MD Maksimum 33,854 < 37,697. Oleh karena itu diputuskan
dalam penelitian tidak terdapat outlier multivariate (antar variabel).
4.3.2. Uji Reliabilitas
Koefisien cronbach’s alpha dihitung untuk mengestimasi
reliabilitas setiap skala. Sementara itu item to total correlation digunakan
untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi item-item yang
kehadirannya memperkecil koefisien cronbach’s alpha yang dihasilkan.
50
Tabel 4.11. Reliabilitas Data
Konst r ak I ndik at or Item to Total
Koefisien Cronbach’s Alpha dihitung untuk mengestimasi
reliabilitas setiap skala [variabel atau indikator observasian]. Sementara itu
item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan
mengeliminasi item-item yang kehadirannya akan memperkecil koefisien
Cronbach’s Alpha yang dihasilkan.
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada
indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi
karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5 yaitu pada indikator X231 dimensi power. Indikator yang tereliminasi tidak
disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's
dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil uji reliabilitas konsistensi
internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil cukup baik
dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya