• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKANAN KERJA, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN GENDER TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Kasus pada BPKP Provinsi Jawa Timur).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TEKANAN KERJA, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN GENDER TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Kasus pada BPKP Provinsi Jawa Timur)."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

MULYANI SUCI 0913010177/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J urusan Akuntansi

Diajukan oleh :

MULYANI SUCI 0913010177

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

TERHADAP AUDIT JUDGMENT

(Studi Kasus pada BPKP Provinsi J awa Timur )

yang diajukan

Mulyani Suci 0913010177

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Indr awati Yuhertiana, MM, Ak Tanggal :………….. NIP : 19661017 199303 2001

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

(4)

Disusun Oleh : Mulyani Suci 0913010177/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur pada tanggal 14 J uni 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Dr s. Ec. Eko Riadi, MAks Dr s. Ec. Eko Riadi, MAks Sekr etaris

Rina Mustika, SE, MM Anggota

Dra. Er ry Andhaniwati, MAks, Ak Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(5)

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji syukur kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH

TEKANAN KERJ A, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN GENDER

TERHADAP AUDIT JUDGMENT” (Studi Kasus pada BPKP Provinsi Jawa Timur).

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

(6)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya

4. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dr. Indrawati Yuhertiana, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Anang dan Bu Indah selaku karyawan dari BPKP Provinsi Jawa Timur yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Kedua Orang Tua dan kedua kakak dan adik yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.

8. Mas Arif Wicaksono makasih buat kasih sayang, waktu, support dan doanya. 9. Sahabat seangkatan dan seperjuangan yang selalu ada disetiap suka dan duka,

Bintang boboho, Indun, Bima, Amar kriwil, Titis, Irma, Aldino, Bagus, Riza dan lainnya yg tidak bisa di sebutkan satu-persatu.

(7)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Surabaya, Juni 2013

(8)

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Tekanan Kerja ... 13

2.2.1.1. Definisi Tekanan Kerja ... 13

2.2.1.2. Pengertian Stres Kerja ... 13

2.2.1.3. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja ... 15

2.2.1.4. Ciri-ciri Individu ... 19

2.2.1.5. Dampak Stres Kerja Pada Karyawan ... 20

2.2.2. Kompleksitas Tugas ... 21

2.2.2.1. Kompleksitas Pikir ... 21

2.2.2.2. Faktor-faktor Kompleksitas Pikiran ... 22

2.2.3. Gender... 24

2.2.3.1. Definisi Gender ... 24

2.2.3.2. Pengertian Sex dengan Gender ... 24

(9)

2.2.4.5. Jenis-jenis Auditor ... 29

2.2.4.6. Pengaruh Tekanan Kerja Terhadap Audit Judgment Yang Diambil Oleh Auditor ... 30

2.2.4.7. Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment Yang Diambil Oleh Auditor ... 31

2.2.4.8. Pengaruh Gender Terhadap Audit Judgment Yang Diambil Oleh Auditor... 32

2.3. Kerangka Pikir ... 33

2.4. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 35

3.1.1. Definisi Operasional ... 35

(10)

4.1.3. Tugas, Fungsi dan Kegiatan-kegiatan ... 51

4.1.4. Struktur Organisasi ... 56

4.1.5. Lokasi ... 57

4.1.6. Analisis Karakteristik Responden ... 58

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

4.2.1. Tekanan Kerja(X1) ... 59

4.2.2. Kompleksitas Tugas (X2) ... 63

4.2.4. Audit Judgment (Y) ... 65

4.3. Uji Kualitas Data ... 69

4.3.1. Uji Validitas ... 69

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 72

4.3.3. Uji Normalitas ... 73

4.3.4. Uji Asumsi Klasik ... 74

4.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 77

4.4.1. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ... 77

4.4.2. Uji Kecocokan Model (Uji F) ... 78

4.4.3. Uji t ... 79

4.5. Pembahasan dan Implikasi Penelitian ... 81

4.5.1. Pengaruh Tekanan Kerja terhadap Audit Judgement... 81

4.5.2. Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgement ... 82

4.5.3. Pengaruh Gender terhadap Audit Judgement ... 83

4.6. Perbedaan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu ... 84

(11)
(12)

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 58

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 59

Tabel 4.4. Data Frekuensi Variabel Tekanan Kerja (X1) ... 60

Tabel 4.5. Data Frekuensi Variabel Kompleksitas Tugas (X2) ... 63

Tabel 4.6. Data Frekuensi Variabel Audit Judgment (Y)... 66

Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Kerja (X1) ... 70

Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Variabel Kompleksitas Tugas (X2) ... 71

Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Variabel Audit Judgment (Y) ... 72

Tabel 4.10. Hasil Uji Rebilitas ... 73

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas ... 74

Tabel 4.12. Hasil Uji Multikolinieritas ... 75

Tabel 4.13. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 76

Tabel 4.14. Hasil Uji Analisis Regresi Liniear Berganda ... 77

Tabel 4.15. Hasil Analisis Uji F... 79

Tabel 4.16. Hasil Uji t ... 80

(13)
(14)

TUGAS TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Kasus pada BPKP Provinsi J awa Timur)

Oleh : Mulyani Suci

ABSTRAK

Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat auditor atas laporan keuangan suatu entitas. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam pembuatan audit judgment, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Secara teknis, faktor pengetahuan, pengalaman, perilaku auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi informasi, tekanan dari atasan maupun entitas yang diperiksa, serta kompleksitas tugas saat melakukan pemeriksaan dapat mempengaruhi judgment auditor. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh tekanan kerja, kompleksitas tugas, dan gender terhadap audit judgment. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris serta mengetahui pengaruh tekanan kerja, kompleksitas tugas, dan gender terhadap audit judgment.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan yaitu regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa Tekanan Kerja (X1) dan Kompleksitas Tugas (X2) berpengaruh nyata terhadap Audit Judgement (Y). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis untuk tekanan kerja dan kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment diterima. Sedangkan untuk variabel Gender (X3) hipotesisnya ditolak karena variabel gender tidak terdapat perbedaan pengaruh terhadap Audit Judgement (Y).

(15)

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam era reformasi ini, pengguna laporan keuangan pemerintah daerah menuntut adanya transparansi atas penggunaan dana dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pengguna laporan keuangan mengharapkan adanya laporan keuangan yang dapat dipercaya, lengkap dan benar sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Bentuk jawaban pemerintah atas tuntutan akan pentingnya pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang kini telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

(16)

Pemeriksaan laporan keuangan daerah oleh BPK bertujuan untuk menjamin kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Menurut UU No 15 Tahun 2006 salah satu tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga negara lainnya yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang (Rusliyawati dan Halim, 2008). Sebagai auditor pemerintah yang independen harus mampu menjadi auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh entitas yang diperiksanya. Auditor juga harus mempunyai prinsip tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam pemeriksaan (Indah, 2010).

(17)

Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara pandang auditor dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta pembuatan keputusan pendapat auditor atas laporan keuangan suatu entitas. Judgment juga sangat tergantung dari persepsi individu mengenai suatu situasi yang ada. Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit. Kualitas dari judgment ini akan menunjukkan seberapa baik kinerja seorang auditor dalam melakukan tugasnya (Nadhiroh, 2010).

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam pembuatan audit judgment, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Secara teknis, faktor pengetahuan, pengalaman, perilaku auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi informasi, tekanan dari atasan maupun entitas yang diperiksa, serta kompleksitas tugas saat melakukan pemeriksaan dapat mempengaruhi judgment auditor (Irwanti, 2011). Sedangkan faktor nonteknis yang mempengaruhi auditor dalam membuat judgment adalah perbedaan gender auditor (Chung dan Monroe, 2001). Beberapa hasil penelitian dalam bidang audit menunjukkan bahwa perilaku individual adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pembuatan judgment dalam melaksanakan review selama proses audit.

(18)

Dalam literatur tersebut juga dinyatakan bahwa wanita lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi pada saat ada kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan pria. Hal ini dikarenakan wanita memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan pria untuk membedakan dan mengintegrasikan kunci keputusan. Ruegger dan King (1992) menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi daripada pria. Gilligan (1982) juga menyatakan bahwa gender memiliki pengaruh terhadap perbedaan persepsi etika pada saat proses pengambilan keputusan.

Dalam melaksanakan proses audit tidak jarang auditor akan mengalami tekanan kerja, seperti adanya tekanan ketaatan dari atasan maupun entitas yang diperiksanya. Bagi auditor dalam melaksanakan tugasnya harus mematuhi dan berpegang teguh pada etika profesi dan standar auditing. Namun tidak jarang muncul potensi konflik ketika auditor berusaha untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya tetapi disisi lain dituntut pula untuk memenuhi perintah dari atasan maupun entitas yang diperiksa. Situasi konflik seperti inilah yang dapat membuat auditor mengalami kebimbangan dalam mempertahankan independensinya.

(19)

berperilaku mandiri, menjadi perilaku agen. Tekanan dari atasan atau klien juga dapat memberikan pengaruh yang buruk seperti hilangnya profesionalisme, hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial.

Selain menghadapi tekanan ketaatan, auditor juga mengalami kesulitan lain dalam pelaksanaan tugasnya yang juga dapat mempengaruhi judgment yang diambil oleh auditor. Terutama ketika auditor dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, sulit untuk dipahami dan ambigu (Puspitasari, 2010). Lebih lanjut, Restuningdiah dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa kompleksitas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas yang lain. Pengujian terhadap kompleksitas tugas dalam audit juga bersifat penting karena kecenderungan bahwa tugas melakukan audit adalah tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks (Irwanti, 2011). Kompleksitas tugas dapat membuat seorang auditor menjadi tidak konsistensi dan tidak akuntanbilitas. Adanya kompleksitas tugas yang tinggi dapat merusak judgment yang dibuat oleh auditor.

(20)

pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta memahami industri entitas yang diperiksa (Indah, 2010).

Penelitian mengenai audit judgment telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian Chung dan Monroe (2001) yang menguji pengaruh gender dan kompleksitas tugas terhadap audit judgment memberikan kesimpulan bahwa gender dan kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh secara signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Wijayatri (2010) yang juga membuktikan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh paling dominan terhadap audit judgment. Selain kompleksitas tugas, Wijayatri juga menguji variabel tekanan ketaatan dan keahlian yang memiliki pengaruh signifikan terhadap audit judgment.

Penelitian lain mengenai audit judgment juga dilakukan oleh Hartanto (2001) yang meneliti tentang pengaruh tekanan ketaatan dan gender terhadap audit judgment. Hartanto menunjukkan bahwa gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment namun tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Hasil yang berbeda ditunjukkan dari penelitian Zulaikha (2006) yang meneliti tentang pengaruh gender, pengalaman dan kompleksitas tugas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gender dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment.

(21)

BPKP, jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan. Dengan asumsi bahwa melihat dari berbagai peneliti sebelumnya tentang gender, dari wawancara karyawan BPKP, dan sumber-sumber yang dimuat pada internet menyimpulkan bahwa tidak ada kesetaraan gender, oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian Tekanan Kerja, Kompleksitas Tugas, dan Gender yang dapat mempengaruhi kinerja dan pengambilan keputusan seorang auditor di BPKP.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang digunakan adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh tekanan kerja terhadap audit judgment? 2. Apakah terdapat pengaruh kompleksitas tugas terhadap audit judgment? 3. Apakah terdapat pengaruh gender terhadap audit judgment?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris serta mengetahui :

(22)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Bagi Penulis

Dalam penelitian ini dapat menguji pengaruh gender, kompleksitas tugas dan Tekanan kerja terhadap audit judgment, Sehingga peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuannya.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk perbaikan kualitas Mahasiswa Progdi Akuntansi di UPN “Veteran” Jatim sebagai tambahan gambaran tentang dinamika yang terjadi di Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya auditor dalam membuat audit judgment.

3. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan serta menambah wawasan bagi pembaca di bidang auditing. Selain itu dapat menjadi sumber inspirasi pembaca untuk mengadakan penelitian selanjutnya. 4. Bagi BPKP

(23)

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan peneliti dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

1. Zulaikha (2006)

(24)

berinteraksi dengan pengalaman tugas sebagai auditor, maka interaksi tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap judgment, hasil analisis juga memberikan model yang lebih baik karena naiknya koefisien determinasi (R2 ) dari 0.290 (dari main effect) menjadi 0.371 (interaction effects). Pengalaman sebagai auditor mempunyai main effect dan interaction effects dengan gender secara signfikan dengan tingkat sig. = 0.05. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bagi manajemen profesi audit, bahwa dalam penugasan audit utamanya yang dalam sebuah tugas yang kompleks, perlu memperhatikan pengalamannya sebagai auditor sebelumnya.

2. Hamzah (2007)

Dalam penelitian yang di lakukan oleh Hamzah yang berjudul “Perbedaan Perilaku Etis Dan Tekanan Kerja Perspektif Gender Dalam Audit Judgment Laporan Keuangan Historis Dan Kompleksitas Tugas” diketahui bahwa terdapat perbedaan perilaku etis dan tekanan kerja diantara auditor laki-laki dan perempuan dalam audit judgment laporan keuangan historis dan kompleksitas tugas.

3. Tielman (2012)

(25)

bahwa tekanan ketaatan berpengaruh negatif terhadap audit judgment. Variabel tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap audit judgment. Variabel komplekstitas tugas berpengaruh negatif terhadap audit judgment. Sedangkan variabel pengetahuan dan pengalaman berpengaruh positif terhadap audit judgment.

4. Praditaningrum (2012)

(26)

tugas apa yang dilakukannya, tidak mengalami kesulitan dalam melakukan tugas dan dapat melakukan tugasnya dengan baik.

Tabel 2.1: Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang No Peneliti Objek Penelitian Uji Analisis Variabel 1. Zulaikha (2006) Auditor independent

yang di surrogate

(27)

2.2.1. Tekanan Kerja

2.2.1.1. Definisi Tekanan Kerja

Tekanan kerja disini sama halnya dengan stres kerja dimana kondisi seseorang mengalami tekanan yang tidak menyenangkan yang berasal luar diri seseorang. Tekanan pekerjaan (Job-Related Stress) ini timbul karena meningkatnya stres sebagai akibat dari permintaan pekerjaan secara meningkat melebihi kemampuan kinerja dari pekerja (Kiryanto, 2006: 8).

2.2.1.2. Pengertian Str es Kerja

Gibson et al (dalam Yulianti, 2000:9) mengemukakan bahwa stres kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan.

Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu.

Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan.

(28)

dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.

Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti: mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.

(29)

Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71) memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dafam Dwiyanti, 2001:75).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat rnempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan.

2.2.1.3. Faktor-Faktor Penyebab Str es Kerja

(30)

Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya. Tidak adanya kesempatan bcrpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor.

Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewcnangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya, Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai dari yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada konteksnya.

(31)

(khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kclamin cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang yang melindungmya (Baron and Greenberg dalam Margiati, 1999:72).

Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky dalam Margiati, 1999:73).

Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres (Minner dalam Margiati, 1999:73).

(32)

cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema kctika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/ sakit jantung (Minner dalam Margiati, 1999:73).

Peristiwa/ pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stress paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999:73).

Davis dan Newstrom (dalam Margiati, 1999:73) stres kerja disebabkan: Adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi karyawan.

(33)

seorang supervisor pandai dan menguasai tugas bawahan, akan membimbing dan memberi pengarahan atau instruksi secara baik dan benar. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor/ perusahaan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan bcrkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang lerbatas.

Akibatnya, karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai tepat waktu yang ditetapkan atasan. Kurang mendapat tanggungjawab yang memadai. Faktor ini berkaitan dengan hak dan kewajiban karyawan. Atasan sering memberikan tugas kepada bawahannya tanpa diikuti kewenangan (hak) yang memadai. Sehingga, jika harus mengambil keputusan harus berkonsultasi, kadang menyerahkan sepenuhnya pada atasan. Ambiguitas peran. Agar menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan serta scope dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya akan timbul ambiguitas peran.

2.2.1.4. Ciri-cir i Individu

(34)

khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana, dalam kenyataannya, individu bereaksi terhadap pembangkit stres potensial.

2.2.1.5. Dampak Str es Kerja Pada Karyawan

Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan diharapkan akan rnemacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan scbaik-baiknya. Reaksi terhadap stress dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stress akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku tcrjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stress (flight) atau freeze (berdiam diri).

(35)

menyelesaikan pekerjaan, (g) lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri, (h) kesulitan berhubungan dengan orang lain, (i) kerisauan tentang kesalahan yang dibuat, (j) Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi, radang kulit, radang pernafasan.

2.2.2. Kompleksitas Tugas

Definisi Kompleksitas tugas adalah keragaman aspek tugas dalam suatu jabatan dan persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan( Prasinta, 2010).

2.2.2.1Kompleksitas Pikiran

(36)

Berdasarkan definisi diferensiasi dan integrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa kompleksitas pikiran merupakan suatu faktor pada diri manusia yang berperan dalam menentukan kemampuan penerimaan terhadap berbagai pandangan, pendapat dan penilaian yang berbeda-beda serta kemampuan untuk memandang suatu hal dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda. Semakin tinggi kompleksitas pikiran seseorang, semakin tinggi kemampuannya menerima berbagai pandangan, pendapat dan penilaian yang berbeda-beda dan semakin tinggi pula kemampuannya untuk memandang suatu hal dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda.

2.2.2.2. Faktor-faktor Kompleksitas Pikir an

Kebiasaan bertukar peran dengan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda meningkatkan kemampuan seseorang dalam menilai suatu hal dari berbagai sudut pandang (Kohlberg, 1984). Begitu pula dengan kebiasaan diskusi dengan pihak-pihak dari berbagai latar belakang. Kedua faktor ini meningkatkan kemampuan diferensiasi yang merupakan unsur dari kompleksitas pikiran.

(37)

hubungan konseptual antara dimensi dan sudut pandang yang berbeda itu, maka derajat kompleksitas pikirannya menjadi tinggi.

Sistem nilai berperan sebagai standar bertingkah laku serta menjadi patokan evaluasi terhadap diri sendiri dan orang lain. Ketika menghadapi suatu situasi tertentu sistem nilai memberi saran-saran kepada individu untuk bertindak. Di sini sistem nilai untuk memberikan petunjuk secara umum pada kegiatan pengambilan keputusan, mengarahkan tingkah laku untuk mencapai tujuan, serta membantu memilih tingkah laku tertentu agar tujuan tertentu dapat dicapai.

(38)

2.2.3 Gender

2.2.3.1 Definisi Gender

Pemahaman gender harus dibedakan dengan jenis kelamin atau sex. Gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya perempuan dan laki-laki. Perbedaan gender banyak menimbulkan ketidakadilan gender yang termanifestasikan dalam berbagai bentuk seperti: subordinasi, marginalisasi, beban kerja yang lebih berat, dan stereotip.

Ketidakadilan gender adalah suatu system dan struktur dimana lelaki dan perempuan menjadi korban karena system tersebut. Untuk itu perlu dilakukan analisis gender yang dapat menganalisis ketidak adilan antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh bangunan dan peradaban dan budaya manusia (Simatauwdkk,2001). Dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya.

2.2.3.2 Pengertian Sex dengan Gender

(39)

SEKS, perbedaan jenis kelamin yang ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin tertentu.Perbedaan ini merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan sehingga sifatnya permanen dan universal.

2.2.3.3. Perbedaan Sex dengan Gender

Kalau gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya, maka sex secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi.

Istilah sex (dalam kamus bahasa Indonesia juga berarti "jenis kelamin") lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Sedangkan gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, psikologis, dan aspek-aspek non biologis lainnya.

(40)

gender perbedaan karena konstruksi sosial dan budaya sehingga sangat mungkin berubah.

2.2.4. Audit Judgment

2.2.4.1. Definisi Audit Judgment

Audit Judgment mengacu pada aspek kognitif dalam proses pengambilan keputusan dan mencerminkan perubahan dalam evaluasi, opini atau sikap (Bazerman dalam Suartana, 2005: 955). Auditor diharapkan memiliki judgment yang berkualitas untuk memberi keyakinan bahwa penilaian mereka terhadap laporan keuangan adalah benar.Profesi akuntan adalah sebuah profesi yang menuntut adanya kemampuan dalam memproses informasi (secara kognitif) dalam menentukan judgment dalam sebuah penugasan audit.

2.2.4.2Definisi Judgment

Hogart (1992) mengartikan judgment sebagai proses kognitif yang merupakan prilaku pemilihan keputusan. Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan informasi (termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya), pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak, penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment tergantung pada kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi cara pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan/ pilihan baru.

(41)

lebih detail dan (3) teknik keahlian. Berdasarkan proses informasi dari ketiga sumber tersebut, akuntan mungkin akan melihat sumber yang pertama, bergantung pada keadaan perlu tidaknya diperluas dengan sumber yang pertama, bergantung pada keadaan perlu tudaknya diperluas dengan sumber informasi kedua, atau dengan sumber informasi yang ketiga, tetapi jarang memakai keduanya (Gibbin, 1984).

2.2.4.3Perbedaan Audit dengan Auditor

Pengertian audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan professional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas.

Pengertian auditor adalah pemahaman mengenai akutansi, selain pemahaman auditor juga harus memiliki keahlian dalam mengumpulkan dan menafsirkan bahan bukti audit hasil akhirnya melahirkan laporan berupa opini auditor.

2.2.4.4J enis-J enis Audit

Pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga golongan, antara lain: audit laporan keuangan, audit operasional, dan audit ketaatan atau audit kesesuaian. Penjelasan tentang ketiga audit sebagai berikut.

(1) Audit Laporan Keuangan

(42)

prinsip akutansi yang berlaku umum. Asumsi dasar dari suatu audit laporan keuangan adalah laporan tersebut akan dimanfaatkan kelompok-kelompok berbeda untuk maksud berbeda. Oleh karena itu, jauh lebih efisien memperkerjakan satu auditor untuk melaksanakan audit dan membuat kesimpulan yang dapat diandalkan oleh semua pihak daripada membiarkan masing-masing pihak melakukan audit sendiri-sendiri. Apabila ada pihak yang merasa bahwa audit umum yang dilakukan tersebut tidak sanggup memberikan informasi yang memadai, tetap mempunyai kesempatan mendapatkan data tambahan.

(2) Audit Operasional

(43)

(3) Audit Ketaatan/ Kesesuaian

Audit ketaatan atau kesesuaian bertujuan mempertimbangkan apakah audit (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Suatu audit ketaatan pada perusahaan swasta, dapat termasuk penentuan apakah para pelaksana akutansi telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan perusahaan, peninjauan tingkat upah untuk menentukan kesesuaian dengan peraturan upah minimum, atau pemeriksaan surat perjanjian dengan bank atau kreditor lain untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut telah memenuhi ketentuan hukum yang berlaku.

2.2.4.5. J enis- J enis Auditor

Auditor dibedakan menjadi beberapa jenis menurut Arens dan Loebbecke Arens dan Loebbecke (1997:3) terbagi menjadi empat jenis auditor: (1) Auditor Independen

independen bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis dari seluruh perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya. Umumnya di masyarakat menyebut akuntan publik sebagai auditor atau auditor independen.

(2) Auditor Pemerintah

(44)

sering melakukan evaluasi, efisiensi dan efektivitas operasi berbagai program pemerintah dan BUMN.

(3) Auditor Pajak

Direktorat Jendral Pajak yang berada di bawah Departemen Keuangan RI, bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Pekerjaan audit ini menilai ketetapan terhadap undang-undang perpajakan.

(4) Auditor Intern

Auditor intern bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen perusahaan, seperti halnya auditor pemerintah bagi pemerintah. Bagian audit dari suatu perusahaan bisa beranggotakan lebih dari seratus orang dan biasanya bertanggung jawab langsung kepada presiden direktur, direktur eksektif, atau kepada komite audit dari dewan atau komisaris.Tugasnya bermacam-macam tergantung pada atasannya.Untuk menjalankan tugas dengan baik, auditor intern harus berada di luar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan bawahan atasan seperti lainnya.Keterbatasan indepedensi ini merupakan perbedaan utama antara auditor intern dengan akuntan publik. 2.2.4.6Pengaruh Tekanan Kerja Ter hadap Audit J udgment Yang Diambil

Oleh Auditor

(45)

mentaati perintah tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa auditor junior tidak memiliki keberanian untuk tidak mentaati perintah atasan dan keinginan klien untuk berpindah walaupun instruksi tersebut tidak tepat. Tentunya sedikit yang mau mengambil risiko untuk mencari pekerjaan lain dan kehilangan klien sebagai konsekuensi menentang perintah atasan dan keinginan klien yang tidak tepat yang menyimpang dan dari standart profesionalhasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (1999).

2.2.4.7Pengaruh Kompleksitas Tugas Ter hadap Audit J udgment Yang Diambil Oleh Auditor

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa pada situasi tugas yang kompleks tidak berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor dalam menentukan pendapat terhadap hasil auditnya.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Cheng, dkk, (2003) yang mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keputusan. Penelitian yang bertentangan dengan hasil penelitian ini antara lain, penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa interaksi antara gender dengan kompleksitas tugas berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

(46)

interaksi antara kompleksitas tugas dan struktur audit yang digunakan dalam pelaksanaan audit. Hal ini dibuktikan bahwa untuk tugas yang tidak terlalu kompleks, auditor dari perusahaan audit terstruktur dan tidak terstruktur menunjukkan kinerja yang sepadan. Sebaliknya, pada tugas yang relatif kompleks, maka auditor dari perusahaan yang tidak terstruktur jauh berada di bawah perusahaan audit terstruktur.

2.2.4.8Pengaruh Gender Ter hadap Audit J udgment Yang Diambil Oleh Auditor

(47)

Penelitian yang dilakukan Chung dan Monore (2001) mengutamakan bahwa gender berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment jika berinteraksi dengan kompleksitas tugas. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Giligan (1982) yang berhasil mengindikasikan bahwa pertimbangan moral dan alasan mendasar dalam etika pada pria dan wanita berbeda. Ruegger dan King (1992) juga mengindikasikan bahwa wanita berbeda. Ruegger dan King (1992) juga mengindikasikan bahwa wanita memiliki pertimbangan moral yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan telaah teori yang telah di kemukakan di atas, maka dapat dibuat kerangka pikir yang dapat digunakan dalam penyelesaian permasalahan ini. Sumber kerangka pemikiran adalah bahasa landasan teori yang dihubungkan dengan variabel penelitian dalam upaya untuk memecahkan masalah, dapat digambarkan pada Gb. 1 sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Analisis Regr esi Linier Berganda Tekanan Kerja

(X1)

Kompleksitas Tugas (X2)

Audit Judgment (Y) Gender

(48)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka peneliti menetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Diduga bahwa terdapat pengaruh tekanan kerja terhadap audit judgment.

H2 : Diduga bahwa terdapat pengaruh kompleksitas tugas terhadap audit judgment.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Nazir (2005 :126) adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Ter ikat (X)

Variabel terikat dalam penelitian ini antara lain : 1. TekananKerja (X1)

Tekanan Kerja adalah Tekanan Kerja (Job-Related Stress) ini timbul karena meningkatnya stres sebagai akibat dari permintaan pekerjaan secara meningkat melebih kemampuan kinerja dari pekerja.

2. KompleksitasTugas (X2)

(50)

3. Gender (X3)

Gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh social budaya, sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara social dan cultural dengan akibat terjadinya perbedaan fungsi, peran dan tanggungjawab pada kedua jenis kelamin. Perbedaan ini merupakan konstruksi masyarakat sehingga sifatnya bisa berubah dan tidak sama.

2. Variabel Bebas (Y) Audit Judgment (Y)

Audit Judgment adalah mengacu pada aspek kognitif dalam proses pengambilan keputusan dan mencerminkan perubahan dalam evaluasi, opini atau sikap.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan mengukur pengaruh tekanan kerja, kompleksitas tugas, dan gender terhadap audit judgment.

1. Tekanan Kerja (X1)

Tekanan kerja adalah Tekanan yang diterima oleh pekerja dalam menghadapi tugas yang melebihi kemampuan kinerja pekerja.Tekanan kerja merupakan variable independen yang di ukur dengan skala likert lima poin.

2. KompleksitasTugas (X2)

(51)

masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan. Kompleksitas tugas merupakan variabel independen yang diukur dengan skala likert lima poin.

3. Gender (X3)

Gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor faktor social maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran social dan budaya perempuan dan laki-laki. Gender merupakan variabel independen yang dibedekan menjadi dua kategori yaitu pria dan wanita. Gender di ukur dengan skala nominal. Gender merupakan variabel dummy dimana 1 = pria dan 0 = wanita.

4. Audit Judgment (Y)

Kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status atau jenis peristiwa lain. Audit Judgment merupakan variabel dependen yang diukur dengan skala likert lima poin.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

(52)

3.2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Objek yang digunakan adalah auditor sebagai unit analisis. Dalam penelitian obyek penelitian, penulis menggunakan data primer sebagai sumber data. Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari responden melalui kuisioner yang dibagikan kepada sampel. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan desain pengambilan sampel probabilitas dengan kategori pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

Pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Suharyadi, 2004: 326).

Untuk menentukan ukuran besarnya sampel yang akan diambil digunakan persamaan rumus SLOVIN (1960) yang dikutip Sevilla (1994) dalam Umar (1997).

Rumus Slovin: N

n =

1+ N (e)2 dimana, n= ukuran sampel

N= ukuran populasi yang diambil (257 auditor fungsional)

(53)

257 n =

1+ 257 (10%)2 n = 72 auditor fungsional

berdasarkan perhitungan diatas telah menunjukkan bahwa ukuran sampel untuk penelitian ini adalah 72 auditor fungsional yang dapat mewakili populasi yang ada. Terdiri dari 25 Perempuan dan47 laki-laki.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data

Dalam penelitian obyek penelitian, penulis menggunakan data primer sebagaisumber data.Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi (Sekaran, 2006: 60). Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari responden melalui kuisioner yang dibagikan kepada sampel dan wawancara.

3.3.2. Metode Pengumpulan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei. Tiga metode pengumpulan data dalam penelitian survei antara lain adalah wawancara, memberikan kuisioner dan mengobservasi orang dan fenomena (Sekaran, 2006: 66). Sedangkan dalam penelitian ini metode pengumpulan yang digunakan adalah dengan menggunakan kuisioner dan wawancara.

(54)

dimana jawaban pertanyaan yang diajukan kepada responden sudah disediakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang tekanan kerja, kompleksitas tugas, gender, dan audit judgment pada auditor fungsional di BPKP Jawa Timur.

3.4 Uji Kualitas Data 3.4.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur (kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan (Sumarsono,2004:31).

Apabila korelasi antara skor total dengan skor masing-masing pertanyaan ditunjukkan dengan taraf signifikan lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut mempunyai validitas (Sumarsono, 2004:31)

3.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006: 41).

Pengukuran reliabilitas penelitian ini dilakukan dengan cara OneShot atau pengukuran sekali. Uji reliabilitasnya dilakukan melalui pendekatan uji statisktik Cronbach Alpha dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

(55)

b. Jika nilai alpha < 0,60 berarti pertanyaan tidak reliabel

3.4.3 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2004: 40).

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data distribusi normal (Sumarsono, 2004: 43) adalah

1. Jika signifikan atau nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5% maka distribusi tidak normal.

2. Jika signifikan atau nilai probabilitasnya lebih besar dari 5% maka distribusi normal.

3.4.4Uji Asumsi Klasik

Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik menyatakan bahwa persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimation), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias.Untuk menghasilkan pengambilan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda, yaitu:

(56)

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimation), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias (Algifari, 2000: 83).

a. Uji Multikolinieritas

Tujuan pegujian ini adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Jika variabel independen saling korelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi dapat dilihat dari

1. Nilai tolerance dan lawannya 2. variance inflation factor

Tolerance mengukur variabilitas bebas yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai tolerance yang umum dipakai dengan nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2006: 91).

Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya multikoliliertas yaitu dengan melihat besarnya nilai variance inflation (VIF). VIF ini dapat dihitung dengan rumus:

VIF =

tolerance

(57)

b. Uji Heterokedatisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas (Ghozali, 2006: 105).

3.4.5 Teknik Analisis

Teknik mempermudah analisis data maka data – data yang terkumpul diolah dengan menggunakan program komputer SPSS, dan uji statistik yang digunakan adalah regrasi liner berganda, dengan persamaan regresi:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 +β3X3+ e (Anonim, 2008: L - 21)

Dimana :

Y = Audit Judgment β0 = Konstanta / intersep

X1 = Tekanan Kerja

X2 = Kompleksitas Tugas

X3 = Gender

β1, β2, β3 = KoefisienRegresi

e = Random error

3.4.6 Uji Hipotesis

(58)

1. Uji F

Dengan prosedur sebagai berikut:

a.Menentukan hipotesis yang dipakai, dimana:

1. H0 : β1 = β2 = …. = βj≠ 0(X1, X2 bersama Xj tidak berpengaruh

terhadap Y)

2. Ha = salah satu dari βj≠ 0(X1, X2 bersama Xj berpengaruh terhadap

Y)

a. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n – k), dimana n = jumlah pengamatan, dan k = jumlah variabel atau parameter.

b. Menentukan Fhitung dengan rumus:

(Anonim, 2008:L-22) Keterangan :

Fhit = Hasil F hitung

k = Banyaknya variabel bebas dalam model n = Banyaknya sample

R2 = Koefisien determinasi

c. Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji F adalah

• Apabila tingkat signifikan (sig) > 0,05 H0 diterima dan

H1 ditolak

• Apabila tingkat signifikan (sig) ≤ 0,05 H 0 ditolak dan H1

diterima R²/ (k-1)

(59)

2. Uji t

Dengan prosedur sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis yang dipakai, dimana:

1. Ho : βj = 0, tidak terdapat pengaruh X1, atau X2 terhadap

variabel tidak bebas (Y) secara parsial.

2. Hi : βj ≠ 0, terdapat pengaruh X 1,atau X2 terhadap variabel

tidak bebas Y secara parsial.

b. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas (n – 2), dimana n: jumlah observasi.

c. Dengan nilai thitung:

r n−2

thit = ...(Anonim, 2008:L-23)

1

Keterangan :

thit = t hasil perhitungan

bj = Koefisien regresi

se(bj) = Standart error

d. Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji t:

Apabila tingkat signifikan (sig) > 0,05 H0 diterima dan H1

ditolak

(60)

4.1. Deskr ipsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat

Sejarah berdirinya perwakilan BPKP Provinsi BPKP tidak terlepas dari

sejarah BPKP pusat. Dimulai sejak adanya Djawatan akuntan Negara (DAN) yang

pada tahun 1966 ditingkatkan menjadi Direktorat jenderal Pengawasan keuangan

Negara (DJPKN). Dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983

tanggal 30 Mei 1983, DJPKN ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga

pemerintah non departemen (LPND) yang berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada presiden. Pada tahun 2001, presiden menerbitkan keputusan

presiden No. 103 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi,

dan tata kerja lembaga pemerintah Non departemen sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan peraturan presiden No 64 tahun 2005.

Dalam pasal 52 disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintah dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan tugas perwakilan

BPKP provinsi jawa timur, sebagaimana diatur dalam SK kepala BPKP

No.KEP-06.00.00-286/K/2001 tentang organisasi dan tata kerja perwakilan BPKP, yaitu:

(61)

akuntanbilitas di daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perjalanan keberadaan perwakilan BPKP provinsi Jawa Timur mengalami beberapa

peristiwa yang terjadi pada tahun-tahun penting berikut ini.

1966: perwakiln BPKP Provinsi Jawa Timur masih bernama kantor wilayah V

DJPKN jawa timur

1983:kanwil V DJPKN jawa timur ditransformasikan menjadi perwakilan BPKP

provinsi Jawa Timur yang lokasinya berada di jl. Indrapura, Surabaya.

1997:perwakilan BPKP Provinsi jawa timur menempati gedung kantor baru di jalan

Raya Bandara juanda

2001:perwakilan BPKP kabupaten Jember dilebur menjadi satu dengan perwakilan

BPKP provinsi Jawa Timur

Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tidak

dapat dilepaskan dari sejarah panjang perkembangan lembaga pengawasan sejak

sebelum era kemerdekaan. Dengan besluit Nomor 44 tanggal 31 Oktober 1936 secara

eksplisit ditetapkan bahwa Djawatan Akuntan Negara (Regering Accountantsdienst)

bertugas melakukan penelitian terhadap pembukuan dari berbagai perusahaan negara

dan jawatan tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan aparat pengawasan pertama

di Indonesia adalah Djawatan Akuntan Negara (DAN).

Secara struktural DAN yang bertugas mengawasi pengelolaan perusahaan

negara berada di bawah Thesauri Jenderal pada Kementerian Keuangan. Dengan

(62)

Akuntan Negara (DAN), kedudukan DAN dilepas dari Thesauri Jenderal dan

ditingkatkan kedudukannya langsung di bawah Menteri Keuangan.

Djawatan Akuntan Negara (DAN) merupakan alat pemerintah yang bertugas

melakukan semua pekerjaan akuntan bagi pemerintah atas semua departemen,

jawatan, dan instansi di bawah kekuasaannya. Sementara itu fungsi pengawasan

anggaran dilaksanakan oleh Thesauri Jenderal. Selanjutnya dengan Keputusan

Presiden Nomor 239 Tahun 1966 dibentuklah Direktorat Djendral Pengawasan

Keuangan Negara (DDPKN) pada Departemen Keuangan.

Tugas DDPKN (dikenal kemudian sebagai DJPKN) meliputi pengawasan

anggaran dan pengawasan badan usaha/ jawatan, yang semula menjadi tugas DAN

dan Thesauri Jenderal. DJPKN mempunyai tugas melaksanakan pengawasan seluruh

pelaksanaan anggaran negara, anggaran daerah, dan badan usaha milik negara/

daerah. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 1971 ini, khusus pada

Departemen Keuangan, tugas Inspektorat Jendral dalam bidang pengawasan

keuangan negara dilakukan oleh DJPKN.

Dengan diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30

Mei 1983. DJPKN ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga pemerintah

non departemen (LPND) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Presiden. Salah satu pertimbangan dikeluarkannya Keputusan Presiden

Nomor 31 Tahun 1983 tentang BPKP adalah diperlukannya badan atau lembaga

(63)

kemungkinan hambatan dari unit organisasi pemerintah yang menjadi obyek

pemeriksaannya.

Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tersebut menunjukkan bahwa

Pemerintah telah meletakkan struktur organisasi BPKP sesuai dengan proporsinya

dalam konstelasi lembaga-lembaga Pemerintah yang ada. BPKP dengan

kedudukannya yang terlepas dari semua departemen atau lembaga sudah barang tentu

dapat melaksanakan fungsinya secara lebih baik dan obyektif.

Tahun 2001 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja

Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali

diubah,terakhir dengan Peraturan Presiden No 64 tahun 2005. Dalam Pasal 52

disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan yang dilakukan BPKP diarahkan

lebih bersifat preventif atau pembinaan dan tidak sepenuhnya audit atau represif.

Kegiatan sosialisasi, asistensi atau pendampingan, dan evaluasi merupakan kegiatan

yang mulai digeluti BPKP. Sedangkan audit investigatif dilakukan dalam membantu

aparat penegak hukum untuk menghitung kerugian keuangan negara.

Pada masa reformasi ini BPKP banyak mengadakan Memorandum of

Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman dengan pemda dan departemen/

lembaga sebagai mitra kerja BPKP. MoU tersebut pada umumnya membantu mitra

(64)

Sesuai arahan Presiden RI tanggal 11 Desember 2006, BPKP melakukan

reposisi dan revitalisasi fungsi yang kedua kalinya. Reposisi dan revitalisasi BPKP

diikuti dengan penajaman visi, misi, dan strategi. Visi BPKP yang baru adalah

"Auditor Intern Pemerintah yang Proaktif dan Terpercaya dalam Mentransformasikan

Manajemen Pemerintahan Menuju Pemerintahan yang Baik dan Bersih". Dengan visi

ini, BPKP menegaskan akan tugas pokoknya pada pengembangan fungsi preventif.

Hasil pengawasan preventif (pencegahan) dijadikan model sistem

manajemen dalam rangka kegiatan yang bersifat pre-emptive. Apabila setelah hasil

pengawasan preventif dianalisis terdapat indikasi perlunya audit yang mendalam,

dilakukan pengawasan represif non justisia. Pengawasan represif non justisia

digunakan sebagai dasar untuk membangun sistem manajemen pemerintah yang lebih

baik untuk mencegah moral hazard atau potensi penyimpangan (fraud). Tugas

perbantuan kepada penyidik POLRI, Kejaksaan dan KPK, sebagai amanah untuk

menuntaskan penanganan TPK guna memberikan efek deterrent represif justisia,

sehingga juga sebagai fungsi pengawalan atas kerugian keuangan negara untuk dapat

mengoptimalkan pengembalian keuangan negara.

4.1.2 Visi dan Misi

Untuk menjawab dan memenuhi semakin besarnya kepercayaan kepada

bpkp, maka pimpinan bpkp memutuskan untuk lebih meningkatkan peran dan

manfaat bpkp dengan melakukan kembali revitalisasi terhadap visi dan misi yang

(65)

a. Visi

"Auditor Presiden yang responsif, interaktif, dan terpercaya untuk

mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas."

b. Misi

1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas

keuangan negara yang mendukung tata kelola kepemerintahan yang

baik dan bebas KKN.

2. Membina penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

3. Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang

profesional dan kompeten.

4. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang

andal bagi presiden/ pemerintah.

4.1.3 Tujuan, Tugas, fungsi dan Kegiatan-kegiatan

a. Tujuan

Sesuai dengan Pasal 52, 53 dan 54 Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, BPKP

mempunyai tugas melaksanakan tugas Pemerintahan di bidang pengawasan keuangan

dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

(66)

b. Tugas dan Fungsi

§ Dalam melaksanakan tugas, BPKP menyelenggarakan fungsi :

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang

pengawasan keuangan dan pembangunan;

b. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan

keuangan dan pmbangunan;

c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP;

d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap

kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan;

e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum

dibidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan

tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum,

persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

§ Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP mempunyai

kewenangan :

a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

b. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung

pembangunan secara makro;

(67)

d. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah

yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan,

dan supervisi di bidangnya;

e. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan

sertifikasi tenaga profesional/ ahli serta persyaratan jabatan di

bidangnya;

f. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yaitu :

1. Memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan,

tempat-tempat penimbunan, dan sebagainya;

2. Meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku

perhitungan, surat-surat bukti, notulen rapat panitia dan

sejenisnya, hasil survei laporan-laporan pengelolaan, dan

surat-surat lainnya yang diperlukan dalam pengawasan;

3. Pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan dan

lain-lain;

4. Meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan,

(68)

pengawasan Badan Pemeriksa Keuangan, dan lembaga

pengawasan lainnya.

c. Kegiatan-kegiatan

Kegiatan BPKP dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:

1. Audit

Kegiatan audit mencakup:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

b. Laporan Keuangan dan Kinerja BUMN/ D/ Badan Usaha

Lainnya

c. Pemanfaatan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

d. Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kredit Ketahanan Pangan

(KKP)

e. Peningkatan Penerimaan Negara, termasuk Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP)

f. Dana Off Balance Sheet BUMN maupun Yayasan yang terkait

g. Dana Off Balance Budget pada Departemen/ LPND

h. Audit Tindak Lanjut atas Temuan-Temuan Pemeriksaan

i. Audit Khusus (Audit Investigasi) untuk mengungkapkan

adanya indikasi praktik Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan

penyimpangan lain sepanjang hal itu membutuhkan keahlian di

(69)

j. Audit lainnya yang menurut pemerintah bersifat perlu dan

urgen untuk segera dilakukan.

2. Konsultasi, asistensi dan evaluasi

Di bidang konsultasi, asistensi dan evaluasi, BPKP berperan sebagai

konsultan bagi para stakeholders menuju tata pemerintahan yang baik

(good governance), yang mencakup: Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (AKIP), Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD),

Good Corporate Governance (GCG) pada Badan Usaha Milik

Negara/Badan Usaha Milik Daerah.

3. Pemberantasan KKN

Di bidang perbantuan pemberantasan korupsi, BPKP membantu

pemerintah memerangi praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, dengan

membentuk gugus tugas anti korupsi dengan keahlian audit forensik.

Dalam rangka penegakan hukum dan pemberantasan KKN, BPKP

telah mengikat kerjasama dengan Kejaksaan Agung dan Kepolisian RI

yang dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Bersama. BPKP juga

mengikat kerjasama dengan Komisi Pemberntasan Korupsi.

BPKP tergabung dalam Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

(Timtas Tipikor) bersama-sama dengan Kejaksaan dan Kepolisian

Gambar

Tabel 2.1: Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anggota komite audit yaitu sedikitnya seorang komisaris independen, seorang dari pihak independen yang memiliki keahlian di bidang keuangan, dan seorang dari

Ketertinggalan itu tentu disebabkan karena banyak faktor, diantaranya adalah karena minat baca siswa kita sangat rendah, semakin kita dipermudah dengan berbagai fasilitas

Showroom mobil bekas adalah tempat sebuah transaksi atau jual beli kendaraan roda empat dilakukan, namun proses bisnis yang terjadi masih dilakukan secara manual

In particular, computer searches up to that point eliminated 299 of the 478 remaining codes... Table 4 of [2], Bilous also gave estimates on the size of the search space for 32 of

Hal tersebut diduga karena adanya infeksi mikoriza dan jamur patogen pada akar sehingga pada tanaman yang diberi penambahan dosis mikoriza mempunyai berat kering akar yang

Penulisan ilmiah ini menjelaskan berbagai konsep dasar yang membentuk teknologi Intranet berbasiskan TCP/IP serta menjelaskan teknik-teknik mengkonfigurasi server agar dapat

Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas 6.. berbeda dari aktivitas normal entitas dan karenanya tidak diharapkan

yang dilakukan penelitian, terutama akan hal pengolahan data yangdiperoleh. pemecahannya serta langkah-langkah yang patut