• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN DAN PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) CAP MAAQO DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (STUDI KASUS DI PT. MAAN GHODAQO SHIDDIQ LESTARI - JOMBANG).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN DAN PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) CAP MAAQO DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (STUDI KASUS DI PT. MAAN GHODAQO SHIDDIQ LESTARI - JOMBANG)."

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN DAN PENJ ADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI

PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) CAP MAAQO

DENGAN METODE

DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING

(STUDI KASUS DI PT. MAAN GHODAQO SHIDDIQ

LESTARI - J OMBANG)

SKRIPSI

Oleh :

ARIF SYAIFUDDIN

NPM. 0632310208

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

PERENCANAAN DAN PENJ ADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI

PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) CAP MAAQO

DENGAN METODE

DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING

(STUDI KASUS DI PT. MAAN GHODAQO SHIDDIQ

LESTARI - J OMBANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

J urusan Teknik Industri

Oleh :

ARIF SYAIFUDDIN NPM. 0632310208

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

PERENCANAAN DAN PENJ ADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI

PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) CAP MAAQO

DENGAN METODE

DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING

(STUDI KASU DI PT. MAAN GHODAQO SHIDDIQ

LESTARI – J OMBANG)

Oleh :

ARIF SYAIFUDDIN NPM. 0632310208

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Negara Lesan Gelombang III Tahun Ajaran 2012/2013

Surabaya, 20 November 2012

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Endang Pudji W, MMT Enny Ariyani, ST, MT. NIP. 19591228 198803 2 001 NIP. 3700 9950 0411

Ketua J urusan Teknik Industri UPN “ Veteran ” J awa Timur

(4)

SKRIPSI

PERENCANAAN DAN PENJ ADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI

PRODUK AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) CAP MAAQO

DENGAN METODE

DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING

(STUDI KASU DI PT. MAAN GHODAQO SHIDDIQ

LESTARI – J OMBANG)

Disusun Oleh : ARIF SYAIFUDDIN

NPM. 0632010208

Telah Dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Surabaya, 23 November 2012

Tim Penguji Pembimbing I

1.

Ir. Yustina Ngatilah, MT. Ir. Endang Pudji W, MMT NIP. 19570306 198803 2 001 NIP. 19591228 198803 2 001 2.

Pembimbing II Drs. Pailan, MPd.

NIP. 19530504 198303 1 001

3. Enny Ariyani, ST, MT. NIP. 3700 9950 0411 Enny Ariyani, ST, MT.

NPT. 3700 9950 0411

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Surabaya

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul “Perencanaan Dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

Cap Maaqo Dengan Metode Distribution Requirement Planning di PT. MAAN

GHODAQO SHIDDIQ LESTARI – JOMBANG”

Penulisan skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Sarjana Strata 1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, bimbingan, dorongan dan nasehat yang sangat berharga bagi penulis selama penyusunan dari awal hingga terselesaikannya Laporan Tugas Akhir (Skripsi). Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT karena atas ijinNYA lah laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(6)

ii

5. Ibu Enny Ariyani, ST, MT dan Ibu Ir. Endang Pudji W, MMT selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan dan arahan selama penyusunan Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini.

6. Bapak/Ibu Dosen Penguji Seminar 1 & 2 maupun Dosen Penguji lisan/ujian negara Skripsi saya.

7. Yang ku hormati dan ku cintai orang tuaku Umi Hj. Nur Khayati dan Keluargaku semua, tiada kata yang bisa saya ucapkan selain terima kasih yang sebesar-besarnya atas kasih sayang, dukungan baik moral maupun material, segala nasehat dan doanya yang selalu mengiringi langkahku dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini.

8. Dan yang ku cintai ku sayangi Nia Yuan yang tak lupa juga selalu memberikan dukungan, perhatian dan doa kepadaku sehingga Laporan Skripsi ini dapat cepat terselesaikan.

Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas semuanya

Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Surabaya,

(7)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Sistem Logistik 7 Gambar 2.2 Mata Rantai Saluran Distribusi Yang

Sangat Panjang 10 Gambar 2.3 Mata Rantai Saluran Distribusi Yang Panjang 10 Gambar 2.4 Mata Rantai Saluran Distribusi Agak Pendek 11 Gambar 2.5 Mata Rantai Saluran Distribusi Pendek 11 Gambar 2.6 Mata Rantai Saluran Distribusi Sangat Pendek

Atau Langsung 11

Gambar 2.7 Order Interval 21

Gambar 2.8 Model Total Biaya 22

Gambar 2.9 Perbedaan MRP dan DRP 24

Gambar 2.10 Integrasi Distribusi dan Manufaktur 29

Gambar 2.11 Pola Data Horizontal 36

Gambar 2.12 Pola Data Musiman 36

Gambar 2.13 Pola Data Siklus 37

Gambar 2.14 Pola Data Trend 37

Gambar 2.15 Grafik Moving Range Chart (MRC) 47

Gambar 3.1 Bagan Struktur Produk 55

Gambar 3.2 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah

(Flow Chart) 59

(8)

ix

Gambar 4.2 Moving Range Chart (MRC) Tujuan Surabaya

Produk Cup 240ml 108

Gambar 4.3 Moving Range Chart (MRC) Tujuan Surabaya

Produk Botol 600ml 108

Gambar 4.4 Moving Range Chart (MRC) Tujuan Surabaya

Produk Botol 1500ml 108

Gambar 4.5 Moving Range Chart (MRC) Tujuan Surabaya

(9)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAKSI... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Batasan Masalah.... ... 3

1.5 Asumsi ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Persediaan ... 7

2.1.1 Timbulnya Persediaan ... 8

2.1.2 Macam – Macam Saluran Distribusi ... 9

2.1.3 Fungsi Persediaan ... 12

2.1.4 Jenis Persediaan... 13

(10)

iv

2.1.6 Biaya – Biaya Dalam Sistem Persediaan ... 15

2.1.7 Model Persediaan ... 17

2.1.7.1 Model Persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Single Item... 17

2.1.7.2 Model Persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item ... 19

2.1.7.3 Economic Order Interval Single Item ... 21

2.1.7.4 Economic Order Interval Multi Item ... 23

2.2 Distribution Requirement Planning ... 24

2.2.1 Konsep Distribution Requirement Planning ... 26

2.2.2 Fungsi Distribution Requirement Planning ... 28

2.2.3 Penentuan Ukuran Lot dan Stok pengaman(Safety Stock) . 30 2.3 Peramalan ... 33

2.3.1 Peran Akan Teknik Peramalan ... 33

2.3.2 Model – Model Peramalan ... 34

2.3.3 Pemilihan Teknik Dan Metode Peramalan ... 38

2.3.4 Metode Peramalan ... 40

2.3.4.1 Metode Simple Movin Average ... 40

2.3.4.2 Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda : Metode Dua Parameter Dari Holt ... 40

2.3.4.3 Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Tunggal ... 41

(11)

v

2.3.5 Ukuran Akurasi Hasil Penelitian ... 44

2.3.6 Pengujian Peramalan ... 45

2.4 Penelitian Terdahulu ... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 50

3.2.1 Identikasi Variabel ... 50

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 51

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 52

3.4 Metode Pengolahan Data ... 53

3.5 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 66

4.1.1 Data Permintaan Produk... 66

4.1.1.1 Data Permintaan Produk Mingguan ... 69

4.1.2 Harga Produk ... 74

4.1.3 Lead Time ... 74

4.1.4 Data Persediaan Produk ... 75

4.1.5 Data Biaya ... 75

4.1.5.1 Biaya Pemesanan ... 75

4.1.5.2 Biaya Transportasi ... 76

(12)

vi

4.2 Pengolahan Data ... 77

4.2.1 Perencanaan dan Penjadwalan Distribusi (TC) Metode Perusahaan ... 77

4.2.1.1 Perhitungan Total Biaya Distribusi (TC) Metode Perusahaan ... 77

4.2.2 Perencanaan dan Penjadwalan Distribusi (TC*) Metode Distribution Requirement Planning (DRP) ... 82

4.2.2.1 Perhitungan Total Biaya Distribusi (TC) Metode Distribution Requirement Planning (DRP) Dengan Menghitung Economic Order Quantity (EOQ) dan Safety Stock ... 82

4.2.2.2 Perbandingan Hasil Total Cost Metode Perusahaan dengan Metode Distribution Requirement Planning (DRP) ... 103

4.2.3 Perencanaan dan Penjadwalan Distribusi Metode Distribution Requirement Planning (DRP) Periode Bulan November 2012 sampai Oktober 2013 ... 104

4.2.3.1 Membuat Diagram Pencar Data Permintaan ... 104

4.2.4 Model Peramalan ... 105

4.2.4.1 Menghitung Mean Squere Error (MSE)... 106

4.2.4.2 Uji Verifikasi Moving Range Chart (MRC) ... 108

(13)

vii

4.2.6 Perhitungan Total Biaya Distribusi Metode Distribution

Requirement Planning (DRP) Setelah Peramalan ... 117

4.2.6.1 Perhitungan Total Biaya Distribusi Metode Distribution Requirement Planning (DRP) Setelah Peramalan dengan Menghitung Economic Order Quantity (EOQ) dan Safety Stock ... 117

4.3 Analisa dan Pembahasan ... 133

4.3.1 Analisa... 133

4.3.2 Pembahasan ... 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 134

5.2 Saran ... 135 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv ABSTRAKSI

Banyak perusahaan seringkali dihadapkan pada masalah yang berhubungan dengan sistem distribusi. Masalah ini timbul karena konsumen berada pada lokasi yang terpisah secara geografis, hal ini mengakibatkan pentingnya untuk menyimpan persediaan pada beberapa lokasi sehingga dapat menimbulkan masalah pada manajemen dalam mengkoordinasikan sistem distribusi dari bagian pemasaran, juga pada bagian produksi yang akan menghasilkan produk terbaik. Untuk itu diperlukan adanya sistem distribusi yang baik serta persediaan produk yang tepat agar tingkat kepuasan konsumen maupun keuntungan perusahaan dapat terjaga.

PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari adalah perusahaan AMDK. Perusahaan ini belum memiliki suatu perencanaan distribusi dengan baik, perencanaan distribusi yang dijalankan oleh perusahaan kurang efektif dan banyak memiliki kelemahan. produk yang terkoordinasi dengan baik, sehingga permintaan untuk semua masing-masing jenis produk kurang terkontrol yang mengakibatkan terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan untuk masing-masing distributor. Hal ini mengakibatkan biaya distribusi cukup tinggi

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan metode Distribution Requirement Planning (DRP) dengan harapan dapat dilakukan pendistribusian produk dari perusahaan ke kota secara optimal. Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi eselon. Tujuan dari Distribution Requirement Planning (DRP), yaitu melakukan perencanaan aktivitas distribusi yang baik, sehingga keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimun mungkin.

Hasil penelitian didapatkan perencanaan distribusi metode perusahaan, Total Cost dari distribusi meliputi data permintaan produk, harga produk, biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya pengiriman dan lead time dengan metode DRP lebih kecil bila dibandingkan dengan metode perusahaan. Sehingga Total Cost (TC) dengan metode perusahaan adalah sebesar RP.192.745.651,- sedangkan Total Cost dengan metode DRP adalah RP. 118.576.001,- maka terjadi penghematan sebesar RP. 74.169.650,- atau 38%.

(15)

xiv ABSTRACT

Many companies are often faced with problems related to the distribution system. This problem arises because consumers are at geographically separate locations, this has resulted in the need to keep inventory at multiple locations so that it can cause problems on management in coordinating the distribution system from the marketing department, also on the part of production that will produce the best products. It required a good distribution system and supply the right products to the level of consumer satisfaction and company profits can be maintained.

PT. Maan Ghodaqo Shiddiq Lestari is AMDK Company. This company does not have a distribution plan well, the distribution planning which executed by companies are less effective and has many disadvantages. which is in this time run by company have some weakness.. Among them are frequent delays in product shipments for an order.

With the problems, a study conducted by the method of Distribution Requirements Planning (DRP) can be done in the hope of the company's product distribution to the city optimally. Distribution Requirements Planning is a method to handle the procurement of supplies within an echelon distribution network. The purpose of the Distribution Requirements Planning (DRP), which is doing a good distribution of planning activities, so that the success in meeting customer demand will be more optimal, improved sales performance in fulfilling orders in a timely and appropriate amount so that distribution costs could be reduced seminimun possible.

The results showed from the company distribution planning method, the total cost of the data distribution including product demand, product pricing, ordering costs, storage costs, shipping costs, and lead time with the DRP method is lower when compared to the company method. Total cost of the company's method amounted Rp.192.745.651, - while the total cost of the DRP method is Rp.118.576.001,- resulting in a decrease of Rp. 74.169.650,- or 38%.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat dan peningkatan permintaan layanan lebih dari pelanggan. Dalam memenangkan persaingan tersebut perusahan menggunakan berbagai cara diantaranya meningkatkan kepuasan pelanggan melalui produk berkualitas, ketepatan waktu pengiriman, dan efisiensi biaya. Kebijaksanaan untuk pengendalian persediaan produk pada suatu lokasi tertentu dapat menimbulkan masalah pada manajemen dalam mengkoordinasikan penjadwalan dan perencanaan distribusi dari bagian pemasaran, juga pada bagian produksi yang menghasilkan tingkat persediaan produk yang dihasilkan terbaik, sehingga tingkat kepuasan konsumen maupun keuntungan perusahaan dapat terjaga.

(17)

PT. Maan Ghodaqqo Shiddiq Lestari adalah industri yang bergerak dalam bidang pembuatan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Perusahaan melakukan distribusi produknya melalui agen-agen yang tersebar di wilayah Jawa Timur yang meliputi Kota Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, dan Gersik. Pengiriman produk dilakukan tiap minggu sesuai dengan permintaan masing-masing agen dengan menggunakan sarana transportasi darat yang memiliki resiko dan biaya terkecil dan dapat menjangkau daerah pemasaran.

Distribusi yang dilakukan PT. Maan Ghodaqqo Shiddiq Lestari di dasarkan atas permintaan dari para agen-agen yang bertindak sebagai warehouse. Di dalam perusahaan ini belum terdapat adanya suatu perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi produk yang terkoordinasi dengan baik, sehingga permintaan untuk semua jenis produk yang datang pada waktu, jumlah, dan tempat yang berlainan untuk masing-masing jenis produk kurang terkontrol sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan, baik pada pabrik maupun pada masing-masing agen.

(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan kondisi di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

” Bagaimana merencanakan penjadwalan aktivitas distribusi produk sesuai

kapasitas persediaannya untuk memenuhi permintaan dari masing-masing agen

dengan biaya distribusi minimum? ”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian mengenai perencanaan distribusi adalah: 1. Untuk menentukan total biaya distribusi produk yang minimum.

2. Untuk merencanakan penjadwalan aktivitas pendistribusian produk yang optimal.

1.4. Batasan Masalah

Dengan tanpa mengurangi maksud dan tujuan penelitian serta untuk menyederhanakan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Produk yang diteliti adalah Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) cap Maaqo untuk wadah dengan ukuran cup 240 ml, botol 600 ml, botol 1500 ml dan gallon

(19)

3. Data yang diolah adalah data permintaan yang didapatkan dari perusahaan mulai bulan Januari 2011 sampai bulan Oktober 2012.

4. Peramalan yang dilakukan adalah untuk 12 bulan mendatang yaitu bulan November 2012 samapi dengan Oktober 2013.

5. Ditetapkan tingkat Service level yang digunakan adalah sebesar 95 %

1.5. Asumsi

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi-asumsi yaitu sebagai berikut :

1. Tidak dijinkan adanya back order tehadap barang pesanan. 2. Kondisi peralatan dan material dalam keadaan normal. 3. Transaksi perusahaan berjalan lancar.

4. Harga barang tidak mengalami perubahan selama penelitian.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis

a. Menambah pengetahuan penulis khususnya dalam bidang pendistribusian produk dari distributor sampai ke konsumen

b. Menerapkan teori yang telah didapat selama di bangku perkuliahan dengan praktek di lapangan.

2. Bagi Perusahaan

(20)

3. Bagi Universitas

a. Menambah koleksi buku referensi yang ada di Perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

b. Menjadi acuan bagi mahasiswa lain untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya mengenai perencanaan distribusi produk dengan menggunakan metode Distribution Requirement Planning(DRP).

1.7. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam memahami Tugas Akhir (Skripsi) ini, maka berikut disajikan sistem penulisan yang akan dibahas pada bagian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN

Berisi gambaran umum masalah yang terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Asumsi, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

(21)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang langkah-langkah dalam penelitian yang berbentuk kerangka penelitian beserta penjelasannya. Dalam bab ini diuraikan tentang lokasi dan waktu penelitian, identifikasi variabel, langkah-langkah pemecahan masalah (Flow Chart), metode pengumpulan data dan metode pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pengembangan dan validasi model yang sudah dibuat untuk kemudian dilakukan perubahan baik perubahan model maupun data sesuai dengan kondisi yang ada untuk mendapatkan solusi yang sesuai dengan tujuan penelitian serta interprestasi dari hasil penelitian terhadap kondisi aktual.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisa data yang telah di kerjakan dan saran yang dianjurkan untuk pertimbangan perusahaan dimasa yang akan datang.

(22)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi Per sediaan

Distribusi adalah bagian yang bertangung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliaan aliran material dari produsen ke konsumen dengan suatu keuntungan. Pergerakkan/aliran material ini terdiri dari pasokan fisik yang merupakan pergerakkan dan penyimpanan bahan mentah dari pemasok ke pabrikan, dan distribusi fisik yang mempunyai pergerakkan barang jadi dari pabrik ke pelanggan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1. Sistem Logistik

(Sumber : “Pengendalian Persediaan Suatu Pendekatan Kuantitatif”,Biegel, J.E, 1992)

Sedangkan persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai dalam proses produksi dan distribusi perusahaan.

Jadi distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan.

Distribusi fisik sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan

Pemasok Pabrik Sistem Distribusi Pelanggan

(23)

meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut di butuhkan sistem distribusi yang baik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi fisik adalah saluran distribusi, jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis transportasi yang digunakan.

Tujuan dari distribusi fisik adalah untuk membawa barang pada pelanggan dengan tepat waktu dan biaya seefisien mungkin, serta memberikan pelayanan yang baik terhadap pelanggan dengan meminimumkan biaya transportasi, biaya persediaan dan biaya aktifitas lainnya.

2.1.1 Timbulnya Per sediaan

Sebab-sebab diperlukannya persediaan dalam suatu sistem, baik sistem manufaktur maupun non manufaktur dapat diklasifikasikan ke dalam lima alasan antara lain :

1. Faktor Waktu

(24)

2. Faktor Ketidakseimbangan

Seringkali jumlah yang dibeli lebih besar dari pada yang dibutuhkan. Kerena membeli dalam jumlah yang besar pada umunya lebih ekonomis/murah, sehingga sebagian bahan/barang yang belum digunakan disimpan sebagai persediaan.

3. Faktor yang tidak pasti

Persediaan menjadikan perusahaan memiliki “rasa aman” terhadap kejadian-kejadian yang tidak di harapkan dan tidak terencana. Apabila terjadi kesalahan dalam perkiraan, pengiriman yang tertunda, kerusakan mesin dan kondisi alam yang tidak pasti, maka pemenuhan kebutuhan bahan baku dapat dilakukan dengan menggunakan persediaan yang telah ada.

4. Faktor ekonomi

Faktor ini dapat memberikan alternatif pengurangan biaya karena adanya persediaan, perusahaan dapat membeli bahan baku ataupun berproduksi pada tingkat yang menguntungkan. Pembelian bahan baku pada tingkat tertentu dapat menghasilkan discount. Persediaan juga mampu untuk menstabilkan kebutuhan mesin maupun manusia di suatu proses produksi.

5. Faktor keuntungan

(25)

2.1.2 Macam – Macam Saluran Distribusi

Berdasarkan penggunaan lembaga perantara antara produsen dan konsumen, saluran distribusi dapat digolongkan menjadi : (Syahyunan, 2004) l. Mata Rantai Saluran Distribusi yang Sangat Panjang.

Perusahaan atau produsen yang akan menyampaikan barang-barangnya kepada konsumen akhir melalui banyak sekali distributor atau penyalur. Misalnya untuk memasarkan barang-barang ke seluruh Indonesia, perusahaan dapat menempatkan agen tunggal untuk seluruh lndonesia, agen untuk setiap propinsi, sub agen untuk setiap kota, grosir dan akhirnya ke pengecer atau retailer.

Gambar 2.2. Mata Rantai Saluran Distribusi yang Sangat Panjang

(Sumber : “Efektivitas Saluran Distribusi Dalam Meningkatkan Pencapaian Target Penjualan”, Syahyunan, 2004)

2. Mata Rantai Saluran Distribusi yang Panjang.

Penyaluran barang-barang melalui perantara, tetapi tidak sepanjang saluran distribusi yang sangat panjang. Misalnya produsen mempergunakan agen untuk propinsi, sub agen untuk setiap kota, grosir dan akhirnya ke pengecer (retailer).

Produsen Agen Tunggal Agen Sub Agen

Grosir Pengecer

(26)

Gambar 2.3. Mata Rantai Saluran Distribusi yang Panjang

(Sumber : “Efektivitas Saluran Distribusi Dalam Meningkatkan Pencapaian Target Penjualan”, Syahyunan, 2004)

3. Mata Rantai Saluran Distribusi yang Agak Pendek

Penggunaan saluran distribusi disini lebih sedikit, meskipun terdapat perantara. Saluran distribusi ini menggunakan dua tingkat, yaitu wholesaler dan retailer.

Gambar 2.4. Mata Rantai Saluran Distribusi yang Panjang

(Sumber : “Efektivitas Saluran Distribusi Dalam Meningkatkan Pencapaian Target Penjualan”, Syahyunan, 2004)

4. Mata Rantai Saluran Distribusi yang Pendek.

Disini perusahaan hanya menggunakan satu lembaga perantara, yaitu pengecer. Berarti produsen langsung menghubungi pengecer yag cocok untuk memasarkan barangbarangnya.

Produsen Grosir

Pengecer Konsumen

Produsen Sub agen

Grosir Pengecer

Konsumen

(27)

Gambar 2.5. Mata Rantai Saluran Distribusi Pendek.

(Sumber : “Efektivitas Saluran Distribusi Dalam Meningkatkan Pencapaian Target Penjualan”, Syahyunan, 2004)

5. Mata Rantai Saluran Distribusi yang Sangat Pendek/Langsung.

Dalam sistem saluran distribusi ini, perusahaan menjual barang-barangnya langsung kepada konsumen akhir. Konsumen akhir dapat juga berupa perorangan yang membeli barang-barang tersebut maupun perusahaan-perusahaan lain yang menggunakan barang-barang tersebut secara langsung, artinya barang-barang itu diolah lagi. Misalnya : mesin. kulit, ikan. kertas dan lain-lain.

Saluran distribusi langsung dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

Gambar 2.6. Mata Rantai Saluran Distribusi Sangat Pendek/Langsung. (Sumber : “Efektivitas Saluran Distribusi Dalam Meningkatkan Pencapaian Target Penjualan”, Syahyunan, 2004)

2.1.3 Fungsi Per sediaan

Berdasarkan faedah dan fungsinya, persediaan dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Working Stock

Working Stock merupakan persediaan yang dibeli dan disimpan sesuai dengan syarat pembelian yang ada (misalnya adanya potongan harga pembelian

(28)

dengan jumlah tertentu). Sehingga pemesanan barang tersebut biasanya dilakukan dalam jumlah besar sekaligus.

b. Fluctuation Stock

Fluctuation Stock merupakan persediaan yang digunakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan persediaan dalam jumlah yang cukup besar pula untuk menjaga kemungkinan yang tak terduga. c. Anticipation Stock

Anticipation Stock merupakan persediaan yang digunakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah diramalkan sebelumnya, misalnya jika diketahui bahwa pola permintaan konsumen tersebut ada musimnya dalam suatu puncak tertentu. Disamping itu juga berjaga-jaga terhadap kekurangan stok akibat cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu atau pengiriman tidak tepat.

d. Pipeline Stock

Pipeline Stock merupakan persediaan yang digunakan karena adanya perpindahan material yaitu pada saat material dikirim ke perusahaan, perpindahan material pada proses produksi maupun pengiriman produk jadi ke konsumen. Dengan kata lain bahwa persediaan jenis ini adalah persediaan material yang sedang diproses maupun material yang dipindahkan dari stasiun kerja yang satu ke stasiun kerja yang lain.

e. Decoupling Stock

(29)

tidak sampai berhenti, oleh karena stasiun kerja yang lainnya juga ikut terganggu.

2.1.4 J enis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu:

a. Persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang-barang tersebut diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya.

b. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap proses yang kemudian diproses kembali menjadi barang jadi.

c. Persediaan barang-barang pembantu atau perlengkapan (supplier stock) yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu menghasilkan produk tetapi tidak merupakan bagian komponen dari barang jadi.

d. Persediaan komponen produk (components stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan komponen lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya

(30)

2.1.5 Pengendalian Per sediaan

Secara umum persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang di simpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan adalah komponen material, atau produk jadi yang tersedia di tangan, menunggu untuk di gunakan atau di jual (Baroto,Teguh. Hal 52)

Secara fisik, item persediaan dapat dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu: 1. Bahan mentah (raw material), yaitu barang-barang yang berwujud seperti

baja, kayu dan badan mentah lainnya.

2. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (part) yang diproleh dari perusahaan lain atau hasil produksi sendiri untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi atau barang setengah jadi.

3. Barang setengah jadi (work in process), yaitu barang-barang keluaran dari tiap operasi produksi atau perakitan yang telah memiliki bentuk lebih kompleks dari pada komponen.

4. Barang jadi (finished good), adalah barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk didistribusikan ke konsumen.

5. Bahan pembantu (supplies material), yaitu barang-barang yang diperlukan dalam proses pembuatan atau perakitan barang, namun bukan merupakan komponen barang jadi.

(31)

setiap waktu. Persediaan adalah hal pokok sebagai fungsi yang tepat dari suatu usaha pengolahan atau pembuatan. (John E. Biegel, hal. 112)

Istilah persediaan dapat dipakai untuk mengartikan beberapa hal seperti (Richard J. Tersine, Principles of Inventory and Materials Management, Fourth

Edition, hal. 3) :

1. Stock on hand pada suatu periode.

2. Daftar item dari barang-barang pada suatu gudang.

3. Menentukan jumlah dari item yang ada di tangan (items on hand) 4. Nilai barang yang dimiliki oleh suatu organisasi pada suatu periode.

Paling sedikit ada 3 alasan perlunya persediaan bagi perusahaan maupun organisasi. Yang pertama, adanya unsur ketidakpastian permintaan (permintaan yang mendadak). Yang kedua, adanya unsur ketidakpastian pasokan dari para suplier. Dan yang ketiga, adanya ketidakpastian unsur tenggang waktu pemesanan. Menghadapi ketiga unsur ketidakpastian tersebut, pihak perusahaan harus melakukan manajemen persediaan proaktif, dalam arti mampu mengantisipasi keadaan maupun menghadapi tantangan dalam manajemen persediaan.

2.1.6 Biaya-biaya Dalam Sistem Per sediaan

(32)

1. Biaya Pembelian (purchasing cost)

Biaya pembelian adalah biaya yang keluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan.

Biaya pembelian manjadi faktor penting ketika harga yang tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break, dimana harga barang perunit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian ini tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya 1tahun) konstan akan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus disimpan.

2. Biaya Pengadaan (procurement cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal usul barang, yaitu biaya pemesanan (Ordering Cost) bila barang yang diperlukan diperlukan diperoleh dari pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

3. Biaya Pemesanan (ordering cost)

(33)

pengangkutan, biaya engiriman dan seterusnya. Biaya ini di asumsikan konstan untuk setiap kali pesan.

4. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost)

Biaya penyimpanan yaitu semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang atau biaya yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara persediaan. Biaya penyimpanan memiliki nilai persentasi 26% (20% -28%), yang terdiri dari : biaya simpan, biaya adminitrasi, dan biaya resiko.

2.1.7. Model Persediaan

2.1.7.1 Model Persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Single Item Ukuran dari sebuah order yang meminimumkan total biaya persediaan dikenal sebagai Economic Order Quantity (EOQ).

Model persediaan ini memakai asumsi-asumsi sebagi berikut : 1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan.

2. Barang yang disimpan hanya satu macam.

3. Lead time atau waktu ancang-ancang diketahui dan bersifat konstan. 4. Barang yang dipesan segera dapat tersedia.

5. Harga barang konstan, tidak mungkin diberikan diskon.

6. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.

(34)

Tujuan dari model EOQ adalah menentukan jumlah (Q) setiap kali pemesanan sehingga meminimasi biaya persediaan. Persamaan matematisnya adalah :

Total biaya persediaan = B.Pemesanan + B.Penyimpanan + B.Pembelian

TAC = k Qh DC

Q D + +     2 Dimana :

TAC : Total biaya persediaan tahunan (Total Annual Inventory Cost) D : Jumlah kebutuhan barang selama satu periode (unit)

h : Biaya penyimpanan tiap unit per tahun Q : Jumlah pemesanan

k : Biaya setiap kali pesan C : Harga barang per unit

Untuk mendapatkan ukuran lot dengan biaya minimum (EOQ) diturunkan total biaya annual terhadap ukuran lot (Q) dan semakin mendekati hasil adalah :

h Dk Q Qh Q Dk h Q k Q D 2 2 2 2 = =       =    

Sehingga didapatkan formulasi EOQ :

hC Dk h

Dk

(35)

Setelah EOQ diketahui, dapat ditentukan frekuensi pemesanan per tahun,

Q D F =

Rata-rata tenggang waktu antar order T, formulasinya :

D Q

T =

Titik pesanan kembali (reorder point) didapatkan dengan menentukan demand yang akan terjadi selama periode lead time. Jika lead time L dinyatakan dalam bulan, maka formulasi Reorder point :

L DL

R = ×

12

dimana :

R = Reorder point L = Lead time (bulan)

DL = Tingkat kebutuhan selama lead time

Jika lead timenya dinyatakan dalam minggu, formulasinya :

L

DL

R

=

×

52

2.1.7.2 Model Per sediaan Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item

(36)

§ Tingkat permintaan untuk setiap item bersifat konstan dan diketahui dengan pasti, lead time juga diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, tidak ada stock out maupun biaya stock out.

§ Lead timenya sama untuk setiap item, dimana semua item yang dipesan akan datang pada titik waktu yang sama untuk setiap siklus.

§ Holding cost, harga perunit (unit cost) dan ordering cost untuk setiap item diketahui.

Penentuan rumus EOQ untuk kasus joint purchase diperoleh dengan menderivasi biaya total ordering cost dan total holding cost selama periode tertentu, dimana :

Total biaya persediaan = Ordering Cost + holding cost

TC =

(

ki

)

QRp h

QRp

D i

i

   

   + +

Κ     

 

2

Diantara :

K : Biaya pemesanan yang tak tergantung jumlah item

Ki : Biaya pemesanan tambahan karena adanya penambahan item-I ke dalam pesanan.

di : Biaya yang diperlukan periode tertentu untuk item-i

D : Biaya yang diperlukan selama periode tertentu untuk semua item ∑Q Rpi : EOQ optimal untuk ukuran lot terpadu dalam “nilai” rupiah

(37)

Model matematik dari EOQ (Q*Rp), diperoleh :

Q*Rp = ∑Q* Rpi =

(

)

h ki

DΚ +

2

EOQ untuk masing-masing item dalam “rupiah” diperoleh dengan membagi di dengan Ddirumuskan

Q*Rpi =

( )

Q Rp

D di

*

EOQ untuk masing-masing item dalam unit dirumuskan :

Q*i =

i

C Rp Q*

dimana : ci = harga jual per unit untuk item ke-i

Frekuensi pemesanan yang terjadi setiap periode tersebut dirumuskan :

F* =

Rp Q

D *

t* =

D Rp Q f

* 1

=

2.1.7.3 Economic Order Interval Single Item

(38)

Gambar 2.7. Order Interval

(Sumber : “Perencanaan & Pengendalian Produks”i, A. H. Nasution, 1999) Dimana :

L : Lead time

T : Interval pemesanan

E : Tingkat persediaan maksimum

Economic Order Interval (EOI) dapat diperoleh dengan meminimumkan total annual cost (biaya tahunan). Apabila tidak terjadi stock out, maka total annual inventory cost dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.8. Model total biaya

(Sumber : “Perencanaan & Pengendalian Produksi”, A. H. Nasution, 1999)

Cost

Ordering cost Unit minimum

TAC

Holding cost

Persediaan

(39)

Sehingga formulasinya dinyatakan sebagai berikut :

Total biaya annual = (harga barang perunit + biaya pemesanan + biaya penyimpanan)

Dimana : m = Jumlah order pertahun

2 / 2 2 RT T R m

R = =

= Rata-rata inventory dalam unit

T = 1/m = Interval pemesanan dalam satu tahun

R = Besarnya kebutuhan selama 1 tahun

Optimalitas formulasi adalah :

0 2 2 + =

− ⇒ REP T C DT DTC 0 2 2 = =

RFP T

C

RFP C

T2 = 2

Sehingga didapat formulasi Economic Order Interval

T* = Economic Order interval = rfp

c 2

Untuk tingkat persediaan maksimum (E) diformulasikan sebagai berikut :

E =

(

)

Q B

N L T R N RL N RT + = + = +

(40)

2.1.7.4 Economic Order Multi Item

Untuk pemesanan bermacam-macam barang dari penyalur yang sama, pemesanan dapat dilakukan secara bersama, ini dilakukan karena sudah barang tentu lebih ekonomis daripada pemesanan secara sendiri-sendiri.

Formulasi yang digunakan adalah :

TC =

(

)

= = = = + + + + n I i n I i Pi Ri T T nc C Pi Ri 1 1 . 2 / 1 .

Optimal bila =0 DT dTC

Maka formulasi Economic Order Interval adalah

T* = EOI =

(

)

= + 1 . 2 i Pi Ri F n nc C

Perantara itu biasanya didasarkan atas omset penjualan, wilayah dan jenis produk. Dengan adanya perantara ini, secara tidak langsung merupakan sarana potensial untuk menciptakan pasar, dimana perusahaan dapat menarik pelanggan dengan menawarkan jasa pelayanan yang lebih rendah melalui distribusi fisik.

2.2. Distribution Requirement Planning

Istilah DRP memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu : distribution requirement planning dan distribution resource planning.

(41)

Distribution Resource Planning merupakan perluasan dari distribution requirement planning yang mencakup lebih dari sekadar sistem perencanaan dan pengendalian pengisian kembali inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian dari sumber-sumber yang terkait dalam sistem distribusi seperti : warehouse space, tenaga kerja, uang, fasilitas transportasi dan warehousing. Termasuk di sini adalah keterkaitan dari replenishment system ke financial system dan penggunaan simulasi sebagai alat untuk meningkatkan performansi sistem. (Gasperz, Vincent, 2004, hal 300-301)

Distribution Requirement Planning merupakan aplikasi dari logika Material Requirement Planning (MRP) pada persediaan. Bill of Material (BOM) pada MRP diganti dengan Bill of Distribution (BOD) pada Distrbution Requirement Planning. Distribution Requirement Planning menggunakan logika Time Phased Order Point (TPOP) untuk menentukan pengadaan kebutuhan pada jaringan. (Richard J. Tersine 1988, hal 432)

Gambar 2.9. Perbedaan MRP dan DRP

(42)

Tabel 2.1. Persamaan MRP dan DRP MRP maupun DRP

Persamaan : 1. Menggunakan cara perhitungan matematis yang sama. 2. Mempunyai matriks komponen perhitungan yang sama. 3. Membedakan Independent demand dan dependent demand. 4. Metode berlaku untuk dependent demand.

5. Keduannya menggunakan cara pemesanan berdasarkan rentang waktu.

Tabel 2.2. Perbedaan MRP dan DRP

MRP DRP

Per bedaan : Untuk kegiatan manufakturing. Untuk kegiatan distribusi. Menghitung kebutuhan tiap

komponen.

Menghitung kebutuhan barang untuk tiap pusat distribusi. Cocok untuk pabrik jenis rakitan. Cocok untuk sistem distribusi

bertingkat. Biasanya untuk bahan baku/

penolong.

Biasanya untuk barang jadi/ komoditas.

MRP adalah proses dari atas, yaitu

dari Master Production Schedule

ke kebutuhan tiap komponen.

DRP adalah proses dari bawah, yaitu dari kebutuhan Retail ke Distritibution Center dan Warehouse Center.

Semua kebutuhan komponen bersifat dependent.

Kebutuhan Retail bersifat

Independent, sedangkan kebutuhan DC dan WC bersifat

Dependent.

Sumber (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003) ”Manajemen Persediaan”, Grasindo- Jakarta. hal 249)

Pada gambar 2.9. diperlihatkan perbedaan struktur dari MRP dan DRP. Pada gambar (a) terlihat struktur produk (BOM) yaitu produk terdiri dari 3 komponen. Untuk MRP, langkah awalnya adalah melakukan perencanaan (JIP) untuk kemudian tiap-tiap komponen dapat dijadwalkan kebutunannya.

(43)

Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan pada level terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan persediaan pada level yang lebih tinggi.

2.2.1 Konsep Distribution Requirement Planning

Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini menggunakan demand independent, dimana dilakukan peramalan untuk memenuhi struktur pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam jaringan distribusi, semuanya merupakan variabel yang dependent kecuali level yang langsung memenuhi consumer.

Distribution Requiremeni Planning lebih menekankan pada aktivitas pengendalian daripada kegiatan pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode ini dapat memprediksi masalah-masalah sebelum masalah-masalah tersebut benar-benar terjadi memberikan titik pandang terhadapjaringan distribusi.

Distribution Requirement Planning tiap warehouse dan item ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 2.3 Hasil Analisa Perhitungan DRP untuk tiap agen X Distribution Center

On Hand Balance : Lead Time : Safety Stock : Order Quantity :

Past

Due

Period

1 2 3 4 5 6 7 8 Gross Requirement Schedule Receipts Projected On Hand Net Requirements

Planned Order Receipts

(44)

Penjelasan tabel 2.3 hasil analisa perhitungan DRP adalah sebagai berikut : 1. On Hand Balance merupakan persediaaan barang yang ada di gudang

2. Order Quantity merupakan banyaknya jumlah barang akan akan dikirim. 3. Safety stock merupakan stok pengaman yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan.

4. Lead time merupakan frekuensi waktu pemesanan sampai penerimaan produk. 5. Groos requirement merupakan kebutuhan kotor yang diperoleh dari total

permintaan mingguan atau hasil dari peramalan (forecasting) 6. Scheduled Receipt merupakan jadawal penerimaan

7. Project on hand merupakan kebutuhan ditangan ( persediaan di gudang) diperoleh dari project on hand + scheduled receiptsgroos requirement. 8. Net requiremen merupakan kebutuhan bersih yang diperoleh dari scheduled

receipt – project on hand + safety stock.

9. Planned order receipt merupakan rencana penerimaan produk dimana pemesanan dilakukan pada minggu sebelum pemesanan (planned order releases).

Langkah-langkah Perhitungan DRP ditentukan dengan rumus berikut : 1. Requirement /Forecast Demand diperoleh dari hasil forecasting.

(45)

3. Planned Order Receipt adalah rencana penerimaan produk jadi sebesar order quantity policy yang ditetapkan, pada waktu yang sama dengan terjadinya Net Requirement.

4. Planned Order Release adalah rencana pelepasan pesanan ke level distribusiyang lebih tinggi, diperoleh dari (Periode Planned Order Receipt- Lead Time).

5. Di hitung projected on hand pada periode tersebut:

6. Projected on hand = (Projected On Hand Periode Sebelumnya + Schedule Receipt + Planned Order Receipt) - (Gross Requirement).

Logika dasar DRP adalah sebagai berikut :

1. Gross Requirement /Forecast Demand diperoleh dari hasil forecasting. 2. Dari hasil peramalan distribusi lokal, hitung Time Phased Net Requirement.

Net Requirement tersebut mengidentifikasikan kapan level persediaan (Scheduled Receipt - Projected On Hand Periode sebelumnya) dipenuhi oleh Gross Requirement. Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) – (Schedule Receipt + Projected On Hand Periode sebelumnya). Nilai Net Requirement yang dicatat (recorded) adalah nilai yang bernilai positif. 3. Setelah itu dihasilkan sebuah Planned Order Receipt sejumlah Net

Requirement tersebut (ukuran lot tertentu) pada periode tersebut. 4. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut:

Projected On Hand = (Projected On Hand Periode sebelumnya + Schedule Receipt + Planned Order Receipt) - (Gross Requirement).

(46)

2.2.2 Fungsi Distribution Requirement Planning

Distribution Requirement Planning sangat berperan baik untuk sistem distribusi manufaktur yang integrasi maupun sistem distribusi murni. Dengan kebutuhan persediaan time phasing pada tiap level dalam jaringan distribusi, DRP memiliki kemampuan untuk memprediksi suatu problem benar-benar terjadi. Sistem Distribution Requirement Planning bekerja berdasarkan penjadwalan yang telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang lebih dini pada setiap level distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksi untuk memenuhi persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya sendiri. Performansi dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan sistem MRP dan DRP sekaligus.

Gambar 2.10. Integrasi Distribusi dan Manufaktur.

(Richard J. Tersine, "Principle of lnventory and Material Management", Fourth, Elsevler Science Publishing Co., Inc., hal. 465)

L D C L D C

R D C L D C

M D C

K o m p o n e n K o m p o n e n K o m p o n e n A s s e m b lyS u b K o m p o n e n

K o m p o n e n

D R P M R P

M P S P e re n c a n a a n P ro d u k s i E f is ie n s i

P ro d u k s i K e b u tu h a n

(47)

Kedua sistem tersebut digabungkan melalui Master Distribution Schedulle (MDS). Dimana DRP akan menyatukan jumlah permintaan yang harus dipenuhi berdasarkan ramalan, yang akan dijadikan sebagai input untuk MDS. Dan selanjutnya proyeksi kebutuhan produk jadi dari Master Production Schedulle (MPS) menjadi input bagi MRP, yang akan menghitung kebutuhan komponen dan sub assembly yang harus dipenuhi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6.

Keterangan :

MPS = Master Production Schedulle MDC = Master Distribution Center RDC = Regional Distribution Center

LDC = Lower Distribution Center

Perencanaan horizon Distribution Requirement Planning seharusnya sekurang-kurangnya sama dengan lead time kumulatif. Penjadwalan ulang dan jaringan dilakukan secara periodik, biasanya sekurang-kurangnya sekali seminggu. Menurut Green 1987, keuntungan yang didapat dari penerapan metode DRP adalah :

1. Dapat dikenali saling ketergantungan persediaan distribusi dan manufaktur.

2. Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun, yang memberikan gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan.

(48)

4. DRP menyediakan masukan untuk perencanaan penjadwalan distrbusi dari sumbcr penawaran ke titik distribusi.

2.2.3. Penentuan Ukuran Lot dan Safety Stock (Stock Pengaman)

Penentuan ukuran lot dalam distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti frekwensi pengiriman, EOQ, ukuran kapasitas konsumen serta jumlah total yang dibutuhkan.

Teknik-teknik penentuan ukuran lot diantaranya sebagai berikut : 1. EOQ

2. Lot For Lot (LFL)

3. Fixed Order Interval (FOI) 4. Period Order Quantity (POQ) 5. Least Unit Cost

6. Least Total Cost 7. Part Periode Balancing 8. Wagner Within Algoritma 9. Fixed Periode Requirement

Ukuran lot tidak didasarkan pada minimum biaya penyimpanan dan biaya pemesanan, bila biaya penyimpanan tidak diidentifikasikan baik secara marginal ataupun incremental.

Penentuan Safety stock( Stock Pengaman)

(49)

10.permintaan yang lebih besar 11.lead time bertambah

12.permintaan terlalu tinggi dan waktu ancang bertambah

Untuk mengantisipasi ketidakpastian tersebut, khususnya dalam permintaan dan lead time, maka disediakannya suatu jumlah tertentu ( safety stock) yang akan mengurangi resiko kehabisan persediaan. Semakin besar tingkat safety stock maka semakin kecil kemungkinan kehabisan persediaan. Akan tetapi, akibatnya biaya simpan semakin besar karena jumlah total persediaan meningkat. Bila demikian tujuan minimasi total biaya persediaan tidak tercapai karena total biaya dalam model persediaan didapatkan pada titik keseimbangan antara kelebihan dan kehabisan persediaan.

Formulasi stock pengaman adalah S = BDL

Dimana :

S : Stock Pengaman B : Titik Reorder

D : Rata-rata Demand Harian L : Lead Time

(50)

Tabel 2.4. Formulasi titik reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart Titik Reorder Tingkat Service Level

L

DL+3,09αD 99,90%

L

DL+2,58αD 99,50%

L

DL+2,33αD 99%

L

DL+1,96αD 97,50%

L

DL+1,64αD 95%

L

DL+1,28αD 90%

L

DL+1,04αD 85%

L

DL+0,85αD 80%

L

DL+0,67αD 75%

(Richard J. Tersine. "Principle of lnventory and Material Management", 3rd, Elsevler Science Publishing Co., Jnc., 1988. hal. 214)

(51)

2.3 Peramalan

Peramalan adalah suatu penaksiran atau perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan datang. oleh karena itu peramalan pada dasarnya adalah suatu taksiran, tetapi dengan menggunakan cara-cara tertentu peramalan dapat lebih daripada hanya suatu taksiran.

Untuk membuat peramalan mempunyai banyak arti maka peramalan tersebut perlu direncanakan dan dijadwalkan, sehingga akan diperoleh suatu periode waktu yang paling sedikit dalam periode waktu yang dibutuhkan untuk membuat kebijaksanaan dan menetapkan beberapa hal yang mempengaruhi kebijaksanaan tersebut. Dalam hal ini terdapat sedikit nilai, tetapi dalam kenyataannya tidak ada nilai bila membuat ramalan dalam jangka pendek sehingga efektifitas kegiatan tidak dapat diperoleh (Biegel.J.E.1992)

2.3.1 Peran Akan Teknik Per amalan

Komitmen tentang permalan telah tumbuh karena beberapa faktor :

Pertama, adalah karena meningkatnya kompleksitas organisasi dan lingkungannya hal ini akan menjadikan semakin sulit bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan semua faktor secara memuaskan.

(52)

Ketiga, lingkungan dari kebanyakan organisasi telah berubah dengan cepat sehingga keterkaitan yang harus dimengerti oleh organisasi berubah-rubah dan pengamalan memungkinkan bagi organisasi untuk mempelajari keterkaitan yang baru secara lebih cepat.

Keempat, pengambilan keputusan telah semakin sistematis yang melibatkan justifikasi tindakan secara gambling (eksplisit).

2.3.2 Model-model Per amalan

Pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari cara melihatnya.dilihat dari jangka waktu peramalan yang disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :

1. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya tiga tahun atau lebih. Digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal.

2. Peramalan jangka menengah , yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam perencanaan penjualan. Perencanaan dan penganggaran produksi.

(53)

Situasi peramalan sangat beragam dalam horizon waktu peramalan, faktor yang menentukan hasil yang sebenarnya, type pola data dan beberapa aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang luas, beberapa teknis adalah dikembangkan.

Dilihat dari Teknik tersebut sifat ramalan, terdiri dari : 1. Metode Kuantitatif

• Deret berkala (Time Series)

• metode Kausal

2. Metode Kualitatif / Teknologi terdiri dari :

• Metode Ekspolatoris

• Metode Normatif

Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi, sebagai berikut :

• Tersedia informasi tentang kondisi masa lalu

• Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik

• Dapat diasumsikan, bahwa beberapa aspek pula masa lalu akan terus berlanjut dimasa yang akan datang.

Tedapat 2 (dua) jenis peramalan utama, yaitu :

(54)

Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah menemukan pola dalam deret data historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.

2. Model Kausal yaitu mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas.

Kedua model deret berkala (Time Series) dan kausal mempunyai keuntungan dalam situasi tertentu. Model deret berkala dapat digunakan dengan keberhasilan yang lebih baik besar untuk pengambilan keputusan dan kebijaksanaan.

Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala (Time Series) yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data. Pola data dapat dibedakan menjadi empat.

Jenis siklus trend, antara lain :

1. Pola Horisontal (H) terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata.

Gambar 2.11. Pola data horizontal

(55)

waktu Y

2. Pola musiman (S) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulan atau hari-hari pada minggu tertentu).

Gambar 2.12. Pola data musiman

(Sumber : “Metode dan Aplikasi Peramalan”, Spyros Makridakis, 1995)

3. Pola Siklus (C) terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.

Gambar 2.13. Pola data siklus

(Sumber : “Metode dan Aplikasi Peramalan”, Spyros Makridakis, 1995) S S F W S S F W S S F W

1979 1980 1981 1982

(56)

1972 73 74 75 76 77 78 79 80 81 waktu

Y

4. Pola trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data.

Gambar 2.14. Pola data trend

(Sumber : “Metode dan Aplikasi Peramalan”, Spyros Makridakis, 1995)

Metode peramalan alternatif juga dapat digunakan untuk mengenal dan mencocokkan data secara tepat, sehingga nilai mendatang dapat diramalkan.

(57)

dicapai, berdasarkan kendala, sumber daya dan teknologi yang tersedia. Ramalan teknologis digunakan sangat eksklusif untuk jangka menengah dan jangka panjang, seperti perumusan strategi, pengembangan produk dan teknologi baru, serta pengembangan rencana jangka panjang.

2.3.3 Pemilihan Teknik dan Metode Peramalan

Peramalan adalah suatu sistem informasi berdasarkan model, karenanya ada beberapa metode yang harus dipilih. Pemilihan metode peramalan tersebut tidaklah berdasarkan kerumitannya, namun juga perlu diperhatikan kemudahan dan biaya mengimplementasikannya, yang meliputi beberpa faktor, seperti biaya, ketersediaan data, keahlian staff, ketersediaan hardware dan software, ketepatan peramalan yang digunakan dan pertimbangan horizon waktu.

Untuk permalan yang mencakup banyaknya item seperti pada kasus sistem persediaan (inventory), maka metode pemulusan seringkali merupakan satu-satunya yang dapat dipakai, hal ini dikarenakan kemudahan dan biaya yang rendah.

(58)

dengan sendirinya melalui perubahan nilai α mengikuti perubahan dasar dalam pola datanya. Metode ini sering kali lebih disukai karena dapat mengurangi resiko kesalahan yang besar dan menyediakan suatu sistem dengan tingkat kesulitan administratif yang kecil, adanya kenyataan bahwa pemulusan eksponensial dengan tingkat respon yang adaptif tersebut benar-benar otomatis, yang merupakan tambahan keuntungan lain dari pemulusan eksponensial tunggal, membuatnya menjadi metode yang sesuai untuk penggunaan praktis bila pada datanya stasioner dan musiman.

Deret pola data yang bersifat linier trend, tidak stasioner, maka metode yang tepat untuk memperoleh peramalan yang mendekati kebenaran dengan menggunakan metode double eksponensil with linier trend. Untuk deret musiman, metode winter merupakan salah satunya pendekatan pemulusan yang banyak digunakan.

(59)

2.3.4 Metode Peramalan

Metode peramalan merupakan suatu metode atau teori pendekatan kemungkinan akan terjadinya suatu kejadian di masa yang akan datang dengan menganalisa keadaan di waktu-waktu yang lalu. Penyusunan peramalan yang berdasarkan pada data historis yang ada seringkali menggunakan trend untuk melaksanakan perhitungan peramalan penjualan

2.3.4.1 Metode Simple Moving Average

Adalah metode Time Series yang paling sederhana. Pada metode ini diasumsikan bahwa pola time series hanya terdiri dari komponen Average Level dan komponen Random Error.

Menurut Teguh Baroto, 2002 :36 rumusnya sebagai berikut :

m

f f

f f

ft = t−1 + 1−2 + t−3 +... tM

^

Keterangan :

m = jumlah periode yang digunakan sebagai dasar peramalan (nilai m ini bila minimal 2 dan maksimal tidak ada ditentukan secara subjektif).

^

t

(60)

2.3.4.2.Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda : Metode Dua Parameter dari Holt.

Metode pemulusan eksponensial linier dari Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara lamgsung, tetapi memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda-beda dari parameter yang digunakan pada deret asli. Parameter pemulusan eksponensial linier Holt didapat dengan menggunakan dua konstanta pemulusan (dengan nilai diantara 0 dan 1) dan tiga prsamaan :

St = α Xt + (1 – α) ( St – 1 + bt – 1) bt = δ (St – St -1) + (1 – δ) bt – 1 Ft + m = St + bt . m

Persamaan pertama menyesuaikan St secara langsung untuk trend periode sebelumnya, yaitu bt – 1 dengan menambahkan nilai pemulusan terakhir, yaitu St -1. Persamaan kedua meremajakan trend, yang ditujukan sebagai perbedaan antara 2 nilai pemulusan terakhir, karena mungkin masih terdapat sedikit kerandoman, maka hal ini dihilangkan oleh pemulusan dengan δ (gamma) trend pada periode terakhir (St –St – 1 ), dan menambahkan dengan taksiran trend sebelumnya dikalikan dengan (1 – δ) . Persamaan ketiga digunakan untuk ramalan kemuka. Trend bt dikalikan dengan jumlah periode ke muka yang diramalkan m dan ditambahkan pada nilai dasar St.

Nilai awal (inisialisasi) dari metode pemulusan eksponensial ganda : Metode parameter dari Holt adalah :

S1 = X1

B1 =

(

) (

)

2

5 4 1

2 −Χ + Χ −Χ

(61)

B1 = taksiran kemiringan (slope) bola mata (eye ball) setelah data tersebut di plot.

2.3.4.3 Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Tunggal

Kasus yang paling sederhana dari pemulusan (smoothing) eksponensial tunggal dapat dikembangkan dari persamaan (1) atau secara lebih khusus dari suatu variasi pada persamaan tersebut yaitu sebagai berikut:

      + = − + N X N X F

Ft 1 t t t N ... (1)

Misalkan observasi yang lama XtN tidak tersedia sehingga tempatnya digantikan dengan suatu nilai pendekatan (aproksimasi). Salah satu pengganti yang mungkin adalah nilai ramalan periode sebelumnya Ft. Dengan melakukan substitusi ini persamaan (1) menjadi persamaan (2) dan dapat ditulis kembali sebagai persamaan (3).

      + = + N F N X F

Ft 1 t t t ... (2)

Substitusi persainaan (1) ke persamaan (2)

t t 1 t F N 1 1 X N 1 F       − +       =

+ ... (3)

(62)

( )

[

11 N

]

. Karena N merupakan suatu bilangan positif,

( )

1 N akan menjadi

suatu konstanta antara nol (jika N tak terhingga) dan 1 (jika N = 1). Dengan mengganti

( )

1 N dengan a, persamaan (3) menjadi:

(

)

t

t 1

t X 1 F

F+ =α + −α ... (4)

Persamaan ini merupakan bentuk umum yang digunakan dalam menghitung ramalan dengan metode pemulusan eksponensial.

Cara lain untuk menuliskan persamaan (4) adalah dengan susunan sebagai berikut:

(

t t

)

t 1

t F X F

F+ = +α − ... (5) Secara sederhana:

( )

t t

1

t F e

F+ = +α ... (6)

Dimana et adalah kesalahan ramalan (nilai sebenamya dikurangi ramalan) untuk periode t dari 2 bentuk Ft+1 ini dapat dilihat bahwa ramalan yang dihasilkan dari SES secara sederhana merupakan ramalan yang lalu ditambah suatu bentuk penyelesaian untuk kesalahan yang terjadi pada ramalan terakhir. Dalam bentuk ini terbukti jika α mempunyai nilai mendekati 1, maka ramalan yang baru akan mencakup penyesuaian kesalahan yang besar pada ramalan sebelumnya.

(Spyros, Makridakis, 1995, “Metode dan Aplikasi Peramalan”. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta,

(63)

2.3.4.4Metode Regresi Linear

Regresi linear adalah suatu metode populer untuk berbagai macam permasalahan. Untuk peramalan time series, formulasi regresi linear cocok digunakan bila pola data adalah trend. Formulasi asli regresi linear adalah (Baroto, 2002) t t b a t

fˆ( )= 0 + . +∈

Dimana :

fˆ(t) = nilai dari fungsi (permintaan) pada periode t (variabel terikat) a0, b = intercept dan slope

t = periode (variabel bebas)

∈t = error atau kesalahan atau penyimpangan pada periode t

Bila digunakan untuk pendugaan (peramalan), maka formulasi regresi linear adalah

t b

Gambar

Gambar 2.8.  Model total biaya
Tabel 2.1. Persamaan MRP dan DRP
Tabel 2.4.  Formulasi titik reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart
Tabel 3.2 Peramalan Demand bulanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2012 tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional (JDIHN), bahwa JDIHN bertujuan untuk menjamin

yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini yang berjudul “Analisa Keandalan Relai Jarak Sebagai

18 Pembelajaran dengan menggunakan model AO dapat meningkatkan konsep siswa untuk berbagai macam konsep pelajaran dan akan lebih berguna jika konsep yang diajarkan

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan segala-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Size, Business Risk, Growth, Asset.. Structure, dan

Anaysis was done using path modelling freeware, Smart-PLS to reveal valid indicators for each latent variables and to reveal which latent variable was dominant

Pemasaran dilakukan dengan cara menawarkan langsung kepada konsumen baik di area kampus, di area tempat produksi dan promosi melalui media sosial (BBM, WA,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas kehendak dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Kombinasi Nisin

mengenai citra diri pasien stroke usia dewasa madya yang mengalami. kelumpuhan pada separo badannya dan sedang menjalani rawat inap di