PREPARASI DAN UJI SWELLING RATIO HIDROGEL BERBAHAN DASAR POLIVINIL ALKOHOL - BIOFLOKULAN DYT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sains di Bidang Kimia
Oleh :
RIMA YULIANTI NURASTUTI
0807634
PROGRAM STUDI KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PREPARASI DAN UJI SWELLING RATIO HIDROGEL BERBAHAN
DASAR POLIVINIL ALKOHOL – BIOFLOKULAN DYT
Oleh
Rima Yulianti Nurastuti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Science pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
© Rima Yulianti Nurastuti di 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
PREPARASI DAN UJI SWELLING RATIO HIDROGEL BERBAHAN
DASAR POLIVINIL ALKOHOL – BIOFLOKULAN DYT
Oleh:
Rima Yulianti Nurastuti
0807634
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Dr. Hendrawan, M.Si
NIP. 196309111989011001
Pembimbing II
Dr. Yaya Sonjaya, M.Si
NIP. 196502121990031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Preparasi dan Uji
Swelling Ratio Hidrogel Berbahan Dasar Polivinil Alkohol – Bioflokulan DYT”
ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan keapada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2013
Yang membuat pernyataan,
Abstrak
Material polimer hidrogel berbahan dasar polivinil alkohol - bioflokulan DYT. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi dan temperatur terhadap hidrogel berbahan dasar polivinil alkohol - bioflokulan DYT Volume polivinil alkohol dan bioflokulan DYT dalam hidrogel dibuat bervariasi sedangkan volume larutan crosslink yang ditambahkan tetap.. Hidrogel dikeringkan dalam oven bersuhu 50oC dalam waktu 8 jam. Pengaruh komposisi polivinil alkohol pada hidrogel polivinil alkohol - bioflokulan DYT adalah semakin banyak volume polivinil alkohol yang ditambahkan maka hidrogel yang didapat akan semakin rigid dan kuat sebaliknya semakin tinggi volume bioflokulan DYT yang ditambahkan maka hidrogel akan semakin fleksibel. Pengaruh suhu 25oC atau suhu 30oC pada hidrogel polivinil alkohol – bioflokulan DYT menurut krakter fisik dan swelling ratio tidak terbedakan. Loading air pada hidrogel polivinil alkohol – bioflokulan DYT memberikan massa stabil setelah perendaman selama 11 jam. Hasil analisis SEM polivinil alkohol - bioflokulan DYT menunjukkan besar pori pada hidrogel larutan polivinil alkohol yang disintesis pada suhu reaksi 25oC memiliki besar pori 0.1 -1.26 µm, pada suhu reaksi 30oC sebesar 0.02 – 1 µm; dan besar pori hidrogel polivinil alkohol – bioflokulan DYT sebesar 0.03-0.45 µm.
Abstract
Polymer material polyvinyl alcohol - bioflokulan DYT hydrogel based has been prepared. The purpose of this study was to determine the effect of variations in composition and temperature of the polyvinyl alcohol - bioflocculant DYT hydrogel-based. Volume polyvinyl alcohol hydrogel and bioflocculant DYT be varied while the volume of Crosslink added, fixed. Hydrogel was dried in oven at 50 ° C within 8 hours. Effect of polyvinyl alcohol hydrogel composition of polyvinyl alcohol - bioflokulan DYT is the more volume polyvinyl alcohol added to, hydrogel obtained will be more rigid and strong otherwise the higher volume DYT bioflocculant added, the hydrogel will be more flexible. Effect of temperature of 25oC or 30oC in polyvinyl alcohol - bioflocculant DYT hydrogel by physical character and swelling ratio indistinguishable. Loading water in polyvinyl alcohol hydrogel - bioflokulan DYT provide stable mass after 11 hours. The results of SEM analysis of polyvinyl alcohol - bioflokulan DYT show large pores in polyvinyl alcohol hydrogel solution synthesized at a reaction temperature of 25 ° C has a large pore -1.26 0.1 μm, the reaction temperature of 30oC for 0.02 - 1 μm, and the pores of polyvinyl alcohol hydrogel - bioflocculant DYT by 0:03 to 0:45 μm.
DAFTAR ISI
2.13. Analisis Struktur Permukaan ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.2. Desain Penelitian ... 26
3.3.1. Alat ... 28
3.3.2. Bahan ... 28
3.4. Prosedur Penelitian ... 28
3.4.1. Tahap Preparasi DYT ... 28
3.4.2. Tahap Pembuatan Pelarut NaOH... 28
3.4.3. Tahap Pembuatan Ekstrak Bioflokulan DYT ... 29
3.4.4. Tahap Pembuatan Larutan Polivinil Alkohol ... 29
3.4.5. Tahap Pembuatan Larutan Crosslink ... 29
3.4.6. Sintesis Hidrogel Bioflokulan DYT – Polivinil Alkohol ... 29
3.4.7. Tahap Karakterisasi ... 30
3.4.5.1. Uji Swelling Ratio ... 30
3.4.5.2. Analisis Struktur Permukaan ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1. Tahap Preparasi Hidrogel Polivinil Alkohol – Bioflokulan DYT ... 31
4.1.1. Persiapan Bubukan Simplisia DYT ... 31
4.1.2. Persiapan Bioflokulan DYT ... 31
4.1.3. Persiapan dan Karakter Fisik Hidrogel Polivinil Alkohol-Bioflokulan DYT dengan Berbagai Variasi Komposisi dan Suhu 32
4.2. Tahap Karakterisasi Hidrogel PVA – Bioflokulan DYT ... 38
4.2.1 Pengujian Swelling Ratio Hidrogel PVA - Bioflokulan DYT .. 38
4.2.1.1. Pengujian Swelling Ratio Hidrogel PVA - Bioflokulan DYT pada Variasi Suhu 38 4.2.1.2. Pengujian Swelling Ratio Hidrogel PVA - Bioflokulan DYT terhadap Waktu 40 4.2.2. Uji Bentuk Morfologi Permukaan Hidrogel Polivinil Alkohol-Bioflokulan DYT ... 42
4.3. Uji Daya Tahan Hidrogel Terhadap Beberapa Pelarut ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46
5.2. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Spesifikasi antara SEM dan Mikroskop Optik... 22
Tabel 4.1. Perbandingan Volume Larutan Polivinil Alkohol, Bioflokulan DYT
dan Crosslink ... 35
Tabel 4.2. Perbandingan Volume Larutan Polivinil Alkohol, Bioflokulan DYT
dan Crosslink pada Suhu 25oC. dan suhu 30oC. ... 36
Tabel 4.3. Tabel perbandingan swelling ratio hidrogel di lima variasi
komposisi dan dua variasi suhu. ... 38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Molekul Senyawa Kristal BioflokulanDYT
Gambar 2.2. Skema ilustrasi penggunaan bahan kimia sebagai
cross-linker untuk menghasilkan cross-linked hydrogel 15
Gambar 2.3. Struktur Glutaraldehida ... 16
Gambar 2.4. Kombinasi dasar dari penggabungan dua polimer. (a) Campuran polimer, tidak ada ikatan antara rantai; (b) graft copolymer; (c) struktur kopolimer blok; (d) struktur AB-graft copolymer; (e) struktur IPN; (f) struktur semi-IPN. ... 18
Gambar 2.5. Ilustrasi Pembentukan Sequential IPN ... 19
Gambar 2.6. Ilustrasi Pembentukan Simultaneous interpenetrating network (SIN). ... 19
Gambar 4.5. Grafik swelling ratio hidrogel optimum (PVA 7,5 mL;
Bioflokulan DYT 2,5 mL dan crosslink 5,0 mL) terhadap
waktu... 41
Gambar 4.6. Gambar Hasil Uji SEM dari Hidrogel komposisi PVA 10,0 mL,
Bioflokulan DYT 0 mL dan larutan crosslink 5,0 mL pada suhu
25oC ... 42
Gambar 4.7. Gambar Hasil Uji SEM dari Hidrogel komposisi PVA 10,0 mL,
Bioflokulan DYT 0 mL dan larutan crosslink 5,0 mL pada suhu
30oC ... 42
Gambar 4.8. Gambar Hasil Uji SEM dari Hidrogel komposisi PVA 7,5 mL,
Bioflokulan DYT 2,5 mL dan larutan crosslink 5,0 mL pada
suhu 30oC... 44
Gambar 4.9. (a) Hidrogel sebelum ditambahkan larutan crosslink;
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I : Data dan Perhitungan ... 48
LAMPIRAN II : Karakterisasi SEM ... 58
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang memiliki sektor pertanian
sebagai salah satu perhatian utamanya. Hal penting di dalam sektor pertanian
ketersediaan air dan ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Ketersediaan nutrisi
biasanya oleh para petani disediakan dari pupuk.
Pupuk adalah produk yang menaikkan tingkat nutrien yang tersedia
untuk tanaman dan/atau kebutuhan kimia dan fisik dari tanah (Ullmann,
2007). Namun penambahan pupuk secara berlebihan dan tidak terkontrol
justru dapat menyebabkan masalah lingkungan baru karena nutrisi dari pupuk
lebih banyak terbawa oleh aliran air (leaching) daripada terikat dan tehisap
oleh tanaman (Addiscott, 2007).
Inilah pentingnya peran industri pupuk untuk terus berinovasi sejalan
dengan industri pertanian dunia. Industri pupuk akan terus dihadapkan pada
tantangan untuk selalu meningkatkan efisiensi dari penggunaannya dan untuk
meminimalisasi semua akibatnya terhadap lingkungan (Trenkel, 2010). Salah
satu cara untuk meningkatkan nutrisi pada tanah secara efisien tanpa
menimbulkan kerusakan lingkungan adalah dengan menggunakan metode
2
Istilah Slow-release menurut Shaviv digunakan apabila laju pelepasan
nutriennya lebih lambat dari pupuk biasa, namun laju, pola dan waktu
pelepasan tidak diketahui dengan baik. Sedangkan istilah controlled-release
digunakan apabila pupuk tersebut memiliki laju, pola dan waktu pelepasan
yang telah diketahui dan terkontrol saat penyiapan atau preparasi dilakukan
(Trenkel, 2010).
Penggunaan pupuk dengan metode controlled-release memang
masih jarang digunakan karena harganya yang relatif mahal dibandingkan
dengan pupuk konvensional serta sampai sekarang belum ada metode standar
yang dapat dijadikan sebagai acuan pola pelepasan nutrien (Trenkel, 2010).
Namun, pupuk dengan metode controlled-release mampu mengurangi
tingkat racun di lingkungan akibat pupuk konvensional. Selain itu pupuk
dengan metode controlled-release dapat menghemat tenaga, waktu dan
energi saat pemberian pupuk. Keberadaan pupuk dengan metode
controlled-release juga dapat memastikan ketersediaan nutrisi bagi tanaman di lahan
tertutup karena CRF mengurangi kemungkinan terjadinya hilangnya nutrisi
saat pelepasan nutrien (Ullmann, 2007).
Konsekuensinya, untuk managemen pupuk menggunakan metode
controlled-release yang baik, informasi detail dari beberapa parameter dari
pola pelepasan dibutuhkan. Beberapa parameter tersebut menurut Shaviv
3
Pola pelepasan nutrien
Waktu pelepasan nutrien
Efek temperatur terhadap pelepasan nutrien
Prinsip metode Controlled-release adalah menkapsulisasi nutrisi
dengan protective coating yang tidak mudah larut dalam air, semipermeabel
atau material impermiabel berpori diantaranya yaitu hidrogel (Trenkel, 2010).
Pengembangan pupuk dengan metode controlled-release divariasikan
dari coating yang menkapsulisasi pupuk konvensional. Coating yang
digunakan biasanya menggunakan Non-organik coating, sulphur-based
polimer coating dan coating dari polimer organik (Shaviv, 2000). Coating
dari bahan polimer lebih banyak dipilih karena sifatnya yang biodegradble
dan lebih mudah serta murah didapat. Salah satu polimer organik yang dipilih
adalah polivinil alkohol.
Polivinil alkohol adalah senyawa polimer bersifat plastis,
biodegradable dan dapat larut dalam air. Beberapa penelitian hidrogel
menggunakan Polivinil alkohol (Rekso, 2007; Han et al, 2008) untuk
mensintesis hidrogel sebagai Contolled-release (Jamnongkan et al, 2010; Han
et al, 2008) telah berhasil disintesis dan dikarakterisasi.
Sebagai variasi polimer, di beberapa penelitian sebelumnya telah
digunakan salah satu polimer bahan alam yaitu Kitosan (Jamnongkan et al,
4
gamma untuk mensistesis hidrogelnya dan menunjukkan bahwa hidrogel
PVA-Kitosan dapat digunakan sebagai bahan biomaterial.
Untuk menaikkan nilai keanekaragaman hayati Indonesia dan
diharapkan mampu memberikan tambahan variasi polimer di alam yang dapat
digunakan sebagai hidrogel untuk kepentingan pupuk dengan metode
controlled-release, maka kemudian ditambahkan Bioflokulan DYT.
Bioflokulan DYT diketahui memiliki gugus –OH dimana gugus ini
diasumsikan dapat terikat bersama polivinil alkohol oleh crosslink yang ada
membentuk hidrogel. Bioflokulan DYT apabila dilarutkan dengan suatu
pelarut maka memiliki tekstur yang berlendir sehingga memiliki potensi
untuk dijadikan salah satu bahan pembentukan gel yang merupakan fenomena
yang menarik dan sangat kompleks (Supriyandini, 2011). Sedangkan sifat
kimia yang dikandung oleh bioflokulan DYT memiliki zat aktif yang dapat
digolongkan dalam flavanoid, dan polifenol. Serta mengandung gugus gugus
–OH, dan N-H yang berpotensi sebagai dan terikat pada crosslinker. Oleh
karena itu, bioflokulan DYT dapat dijadikan salah satu bahan yang berpotensi
dalam pembuatan hidrogel (Mubarok, 2007).
Selain itu, variasi perbedaan suhu kemudian dijadikan variabel dalam
sintesis hidrogel. Suhu yang digunakan adalah suhu 25oC dan suhu 30oC, ada
dua pengaruh suhu yang digunakan adalah untuk melihat trend hidrogel yang
ada pada pengaruh perbedaan suhu ini dilihat dari swelling ratio hidrogel
tersebut. Parameter yang digunakan di penelitian ini adalah swelling ratio.
5
dalam menyerap air dengan fungsi waktu dan merupakan salah satu
penentuan dasar dari kualitas hidrogel tersebut.
Sebagai karakterisasi tambahan adalah uji Scanning Electron
Microscopy untuk melihat morfologi permukaan hidrogel yang telah
disintesis.
1.2. Perumusan Masalah
Di penelitian ini, masalah yang dikaji adalah bagaimana variasi
komposisi bahan dan variasi suhu mempengaruhi preparasi hidrogel berbahan
dasar polivinil alkohol – bioflokulan DYT dilihat dari swelling rationya.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk memberikan informasi pengaruh variasi komposisi bahan polivinil
alkohol atau bahan bioflokulan DYT pada hidrogel berbahan dasar
polivinil alkohol - bioflokulan DYT.
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap hidrogel berbahan dasar
6
1.4. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian ini, peneliti diharapkan mampu untuk
1. Memberikan informasi pengaruh variasi komposisi bahan polivinil alkohol
atau bahan bioflokulan DYT dan variasi suhu terhadap hidrogel berbahan
dasar polivinil alkohol - bioflokulan DYT.
2. Memberikan informasi pengaruh variabel suhu dan variasi komposisi
bahan terhadap swelling ratio hidrogel berbahan dasar polivinil alkohol
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium
Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl.
Dr. Setiabudhi No.229 Bandung. Untuk keperluan Analisis digunakan
Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dan Kelautan (P3GL).
Waktu penelitian di mulai pada bulan Maret 2012.
3.2. Desain Penelitian
Desain penelitian dibagi dalam beberapa tahap, yaitu pembuatan
Bioflokulan DYT, sintesis hidrogel berbahan dasar Bioflokulan DYT– Polivinil
Alkohol, dan tahap karakterisasi hidrogel berbahan dasar Bioflokulan DYT–
Polivinil Alkohol.
27
Gambar 3.1. Diagram Alir Pembuatan Bioflokulan DYT
Gambar 3.2. Diagram Alir Sintesis Hidrogel Polivinil Alkohol – Bioflokulan DYT Sampel daun basah
Dilarutkan dalam 99 mL NaOH hangat Diaduk
Diaduk diatas stirer selama 15 menit
Larutan Polivinil Alkohol Larutan Crosslink Bioflokulan DYT
28
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
Scanning electron spectroscopy (SEM) , pH meter, magnetic stirer, alat-alat gelas
standar, botol semprot, kertas saring, corong buchner, neraca analitik, kaca arloji dan
cetakan plastik.
3.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah padatan PVA, tanaman DYT, glutaraldehida p.a.
(merck), metanol, natrium hidroksida (NaOH) pelet, asam asetat p.a. (Merck),asam sulfat
dan aquadest.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1. Tahap Preparasi DYT
Pada tahap ini, DYT basah di bersihkan dan dikeringkan di udara terbuka
yang kemudian dihaluskan dengan cara diblender kering tanpa air dan disaring.
DYT yang telah halus kemudian digunakan untuk perlakuan selanjutnya.
3.4.2. Tahap Pembuatan Pelarut NaOH
Pelet NaOH 98 % ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan
dalam 100 mL aquades, diencerkan terus menerus menggunakan aquades sampai
didapatkan pH 8-10. Setelah didapatkan pH yang diinginkan, larutan NaOH
29
3.4.3. Tahap Pembuatan Ekstrak Bioflokulan DYT
DYT ditimbang sebanyak 1 gram dilarutkan dalam 99mL NaOH hangat.
Diukur pHnya apakah sampai pH 8-10. Larutan DYT kemudian disaring.
3.4.4. Tahap Pembuatan Larutan Polivinil Alkohol
Padatan PVA ditambah sebanyak 10 gram dilarutkan dalam 100 mL
aquades, diaduk menggunakan stirer sampai homogen dalam suhu kamar.
3.4.5 Tahap Pembuatan Larutan Crosslink
Larutan Crosslink 100 mL dibuat dari campuran 50 % methanol, 10 %
asam asetat, 1,25% glutraldehid dan 10% asam sulfat dengan perbandingan rasio
larutan 3:2:1:1.
3.4.6. Sintesis Hidrogel Bioflokulan DYT – Polivinil Alkohol
Pada tahap ini, larutan polivinil alkohol dimasukkan dalam gelas kimia
dengan komposisi berbeda-beda secara berurutan yaitu 0 mL; 2,5 mL; 5,0 mL;
7,5 mL; dan 10,0 mL, diaduk dalam stirer kemudian ditambahkan larutan
bioflokulan DYT secara berurutan yaitu 10,0 mL; 7,5 mL; 5,0 mL; 2,5 mL; dan 0
mL, setelah tercampur rata dicampurkan larutan crosslink. Sintesis dilakukan lagi
dengan perbedaan variabel variasi suhu yaitu suhu 25oC dan 30oC. Setelah
tercampur sampai homogen, campuran dituangkan ke dalam cetakan plastik.
30
3.4.7 Tahap Karakterisasi
Pada tahap ini, dilakukan karakterisasi terhadap hidrogel hasil sintesis.
Karakterisasi yang dilakukan meliputi uji morfologi hidrogel menggunakan SEM
dan uji swelling ratio dibandingkan dengan pengaruh perbedaan variabel suhu,
komposisi dan waktu.
3.4.7.1. Uji swelling ratio
Sampel dituangkan ke dalam aquades sebanyak 100 mL. Pada
interval waktu tertentu air yang diserap sampel, %SR , diukur menurut
persamaan
dengan Wb adalah berat basah (swollen) dan Wk adalah berat kering
hidrogel.
3.4.7.2. Analisis Struktur Permukaan
Analisis strukutur permukaan dilakukan menggunakan Scanning
Elektron Microscopy (SEM) untuk mengetahui struktur permukaan
hidrogel polivinil alkohol – bioflokulan DYT hasil sintesis dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
hal-hal berikut:
1. Pengaruh variasi komposisi bahan polivinil alkohol atau bahan bioflokulan
DYT pada hidrogel berbahan dasar polivinil alkohol - bioflokulan DYT
adalah semakin banyak polivinil alkohol yang ditambahkan maka hidrogel
yang didapat akan semakin rigid, sebaliknya semakin banyak bioflokulan
DYT yang ditambahkan hidrogel yang didapat akan semakin fleksibel.
2. Pengaruh variabel suhu 25oC dan suhu 30oC secara fisik dan swelling ratio
pada hidrogel berbahan dasar larutan polivinil alkohol – bioflokulan DYT
tidak terbedakan.
3. Hidrogel Polivinil alkohol – Bioflokulan DYT terbentuk pada komposisi II
(PVA 2,5 mL; DYT 7,5 mL), komposisi III (PVA 5 mL; DYT 5 mL),
Komposisi IV (PVA 7,5 mL; DYT 2,5 mL); Komposisi V (PVA 10,0 mL;
DYT 0 mL)
4. Hasil analisis struktur permukaan menunjukkan pada hidrogel berbahan
dasar larutan polivinil alkohol pada suhu 25oC memiliki besar pori 0.1
-1.26 µm, sedangkan pada hidrogel berbahaln laruta polivinil alkohol pada
47
µm. Sedangkan pada hidrogel berbahan dasar polivinil alkohol –
bioflokulan DYT yang disintesis pada suhu 30oC memiliki besar pori
0.03-0.45 µm.
5. Hidrogel larutan PVA - bioflokulanDYT dengan komposisi larutan PVA
7,5 mL; bioflokulan DYT 2,5 mL; dan larutan crosslink 5,0 mL yang
disintesis pada suhu 25oC akan mengalami swelling ratio yang konstan
setelah perendaman selama 11 jam.
5.2.Saran
Berikut saran-saran penelitian yang diajukan agar penelitian selanjutnya
dapat menghasilkan produk hidrogel berbahan dasar larutan polivinil alkohol –
bioflokulan DYT yang lebih baik lagi:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sintesis hidrogel berbahan
dasar larutan polivinil alkohol - bioflokulan DYT serta penambahan
variabel untuk karakterisasi uji struktur, uji ketahanan dan pengaruh
penambahan kation-kation garam atau pengaruh unsur makro dan mikro
pada hidrogel berbahan dasar larutan polivinil alkohol – bioflokulan DYT
2. Perlu diperhatikan kondisi tekanan, temperatur dan kelembapan saat
pembuatan hidrogel berbahan dasar larutan polivinil alkohol - bioflokulan
DYT, terutama saat proses pengeringan. Perlu dilakukan penelitian
pengaruh penambahan kation-kation garam terhadap hidrogel berbahan
Rima Yulianti Nurastuti, 2013
Preparasi Dan Uji Swelling Ratio Hidrogel Berbahan Dasar Polivinil Alkohol-Bioflokulan DYT
DAFTAR PUSTAKA
Aouada, et. al. (2010). “Polyacrylamide and methylcellulose hydrogel as delivery vehicle for the controlled release of paraquat pesticide”. Journal of Materials Science, 45, 18, (September 2010)
Apsari, H. (2010). Preparasi dan Karakterisasi Membran Kitosan yang Dicrosslinking dengan Glutaraldehida Melalui Metode Presipitasi. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.
Deligkaris, et. al. (2010). “Hydrogel-based devices for biomedical applications”. El Sevier Sensors and Actuators B: Chemical, 147 (2), June 2010.
Erizal. (2010). “Sintesis dan Karakterisasi Hidrogel Superabsorben Poliakrilamida (PAAM) Berikatan Silang – Karaginan Hasil Iradiasi Gamma”. Indonesian. Journal Chemistry., 2010, 10 (1), 12 – 19
Gulrez, Syed K. H. et al. (2011). Hydrogels: Methods of Preparation, Characterisation and Applications, Progress in Molecular and Environmental Bioengineering - From Analysis and Modeling to Technology Applications, Angelo Carpi Ed. Tersedia: http://www.intechopen.com
Han, et. al. (2009). "Controlled-release fertilizer emcapsulated by starch/polyvinyl alcohol coating". El sevier Desalination 240 : 21-26, 2009.
Hennink, W. E. & Nostrum, C. F. v. (2002) “Novel crosslinking methods to design hydrogels”. Advanced Drug Delivery Reviews 54 : 13–36, 2002.
.
Lesmana, I. (2006). Karakterisasi Kristal Bioflokulan DYT Bentuk Batang Dengan Menggunakan Metoda FTIR, XRD, TG/DTA. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.
Rima Yulianti Nurastuti, 2013
Preparasi Dan Uji Swelling Ratio Hidrogel Berbahan Dasar Polivinil Alkohol-Bioflokulan DYT
Muthoharoh, dkk. (2012). Sintesis Polimer Superabsorben dari Hidrogel Kitosan Terikat Silang. Skripsi. Program Reguler Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Depok : tidak diterbitkan.
Ogur. (2005). “Polyvinyl alcohol: materials, processing and applications”. Volume 16, Number 12, 2005. ISSN: 0889-3144
Rosadi, N. (2010). Kajian Tentang Efek Garam Mgcl2 Pada Ekstraksi Senyawa Bioflokulan DYT Dengan Metode Refluks. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.
Setiabudi, Aguss dkk. (20120. Karakterisasi Material (Prinsip dan Aplikasinya dalam Penelitian Kimia. Bandung : UPI Press.
Shaviv. 2000. “Advances in Controlled Release of Fertilizers”. Advances in Agronomy, 71:1-49 Word version, before printing.
Siswanto, H. (2007). Kristalisasi dan Pengujian Sifat-Sifat Kristal Bioflokulan-DYT. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sperling, H. (1994). Interpenetrating Polymer Network: Advances in Chemistry . Washington, DC: American Chemical Society.
Supriyandini, Andi. (2011). Preparasi dan Karakterisasi Membran Kitosan-Glutaraldehida-DYT melalui metode prespitasi. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.
T.Jamnongkan, et al. (2010). “Controlled-Release Fertilizer Based on Chitosan Hydrogel: Phosphorus Release Kinetics”. Science Journal Ubonratchathani University, Vol. 1, No. 1, 2010
Wahyono, Dwi. (2010). Ciri Nanopartikel Kitosan dan Pengaruhnya Pada Ukuran Partikel dan Efisiensi Penyalutan Ketoprofen. Tesis Institut Pertanian Bogor, Bogor: Tidak Diterbitkan. [Online] Tersedia : http:// repository.ipb.ac.id/ handle/ 123456789/40988 [21 Januari 2013]