• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA EKSPOR KERTAS INDONESIA KE AMERIKA LATIN MIRA MARINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KINERJA EKSPOR KERTAS INDONESIA KE AMERIKA LATIN MIRA MARINA"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA EKSPOR KERTAS INDONESIA KE

AMERIKA LATIN

MIRA MARINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Ekspor Kertas Indonesia ke Amerika Latin adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Mira Marina

(4)

ABSTRAK

MIRA MARINA. Analisis Kinerja Ekspor Kertas Indonesia ke Amerika Latin. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.

Dalam rangka meningkatkan laju perdagangan dan memperkuat hubungan kerjasama Indonesia bergabung dalam suatu aliansi yang disebut dengan Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) dan Forum for East Asia – Latin America Cooperation (FEALAC). Kerjasama ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk memasuki pasar Amerika Latin. Salah satu komoditi yang menjadi unggulan ekspor Indonesia ke Amerika Latin adalah kertas. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis daya saing komparatif dan kompetitif kertas Indonesia, menganalisis dinamika kertas Indonesia, dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin. Metode analisis menggunakan RCA untuk menganalisis daya saing kompetitif, EPD untuk menganalisis dinamika ekspor, gravity model untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor, dan Porter’s Diamond untuk menganalisis daya saing kompetitif ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin selama periode 2009 sampai 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai RCA lebih besar dari 1, berarti komoditi kertas Indonesia memiliki daya saing komparatif yang kuat. Hasil analisis EPD kertas Indonesia menunjukkan bahwa ada tiga negara yang menempati posisi rising star, satu negara pada posisi lost opportunity, dua negara pada posisi falling star, dan dua negara pada posisi retreat. Hasil estimasi gravity model menunjukkan bahwa variabel yang signifikan adalah GDP riil perkapita Indonesia dan negara tujuan ekspor, harga ekspor, dan jarak ekonomi, sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh signifikan.

Kata kunci: Daya saing, Kertas, RCA, EPD, Gravity Model, Porter’s Diamond

ABSTRACT

MIRA MARINA. Analysis Performance of Paper Export to Latin America. Supervised by SRI MULATSIH

In order to increase the trade flow and strengthen cooperative relationship, Indonesia joined an alliance called as South-South Cooperation and Forum for East Asia-Latin America Cooperation (FEALAC). This cooperation gives an opportunity for Indonesia to join the market of Latin America. One of superior commodity exported by Indonesia to Latin America is paper. This research purposes to analyze the competitiveness of comparative andcompetitive Indonesian paper commodity, analyzing paper dynamics Indonesia, and finding out factors affect paper export Indonesia to Latin America. Analysis Method used RCA to analyze the comparative competitiveness, EPD is used to analyze the export dynamics, gravity model is used to find out factors affect the export, and Porter’s Diamond is used to analyze the competitiveness of paper export Indonesia to Latin America during 2009 to 2013 periods. This research suggests that the average of RCA is more than 1 which means the paper commodity of

(5)

Indonesia has a strength comparative competitiveness. The EPD result suggest that Indonesia paper shows that there are three countries placed on the rising star, one country on lost opportunity position, two countries on falling star position, and two countries in retreat position. The estimation of gravity model shows that the significant variables is Per capita GDP riil Indonesia and export destination country, export price, and economic distance while exchange rate is not significantly affect the the exports.

Keywords: Competitiveness, Paper, RCA, EPD, Gravity Model, Porter’s Diamond

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS KINERJA EKSPOR KERTAS INDONESIA KE

AMERIKA LATIN

MIRA MARINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tak lupa salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi dan Rasul termulia Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya yang setia hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Ekspor Kertas Indonesia ke Amerika Latin”, ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis Kinerja Ekspor Kertas Indonesia ke Amerika Latin.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ayah tercinta, M.Natsir, Ibu terkasih, Rini Rahmini, serta abang-abang dan adik tercinta dari penulis, Donny Irawan, Ariyanda Septian, dan Azalia Karina atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku dosen penguji utama dan Deni Lubis, S.Ag, M.a selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan kritik yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi.

3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 4. Teman-teman Medan, Afif, Baskoro, Rasis yang telah memberikan canda,

tawa, dukungan, dan doa.

5. Teman satu bimbingan, Fathya, Mia, dan Naufal yang telah mengingatkan, memberikan masukan, motivasi, dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Teman-teman SMAN 3 Medan, Budiono, Hamzah, dan Rindy yang telah

memberikan canda, tawa, dukungan, dan doa.

7. Teman-teman Ilmu Ekonomi 49, Alfianisa, Annisa, Aulia, Indah, Natia, Rialda, Samara, Savanet, Selva, Siti, dan yang lainnya atas dukungan dan motivasinya.

8. Teman-teman BEM FEM, Andrian, Fadil, Farha, Halimah, Hilman, Kholifatin, Amin, Rifqy, dan yang lainnya atas dukungan dan motivasinya.

9. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Bogor, Maret 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

METODE 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 18

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 32

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan sumber data 12

2 Kerangka identifikasi autokorelasi 18

3 Peringkat negara pengekspor kertas HS 4802 (Ribu US$) 19 4 Jumlah perusahaan dan nilai produksi kertas budaya 20 5 Volume ekspor kertas ke delapan negara Amerika Latin (Ribu US$) 20 6 Hasil RCA komoditi kertas Indonesia ke Amerika Latin 21

7 Hasil EPD kertas Indonesia ke Amerika Latin 22

8 Hasil estimasi gravity model ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin

dengan metode fixed effect 22

DAFTAR GAMBAR

1 Ekspor Indonesia berdasarkan sektor 1

2 Sepuluh kelompok hasil industri dengan nilai ekspor terbesar 2

3 Nilai ekspor kertas indonesia ke dunia 2

4 Perkembangan nilai ekspor kertas Indonesia ke delapan negara di

Amerika Latin 4

5 Keseimbangan dalam perdagangan Internasional 6

6 Kerangka pemikiran analisis kinerja ekspor kertas Indonesia ke

Amerika Latin 11

7 Diagram Porter’s Diamond 13

8 Matriks posisi daya saing 15

9 Nilai ekspor komoditi kertas HS 4802 ke dunia 19

10 Produktivitas tenaga kerja kertas Indonesia 25

11 Diagram analisis Porters’s Diamond 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil RCA pada negara-negara di Amerika Latin 32 2 EPD komoditi kertas Indonesi di Amerika Latin 33 3 Variabel analisis faktor-faktor yang memengaruhi kertas Indonesia ke

Amerika Latin 34

4 Hasil estimasi FEM 35

5 Uji Chow 36

6 Uji Hausman 36

7 Uji hetroskedastisitas 37

8 Uji korelasi antar variabel 37

(13)

17.21% 82.79% Migas Non Migas

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perdagangan internasional merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Suatu negara melakukan ekspor untuk meningkatkan cadangan devisanya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomiannya. Selain itu, kegiatan impor akan dilakukan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan di dalam negerinya. Salah satu sumber utama pendanaan impor tersebut dari devisa yang diperoleh melalui kegiatan ekspor. Selain menjadi sumber utama devisa suatu negara, aktivitas ekspor juga meningkatkan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan. Aktivitas perdagangan suatu negara menjadi tolak ukur tingkat perekonomian suatu negara dan indikasi tingkat kemakmuran masyarakat negara tersebut.

Saat ini, perdagangan Indonesia terutama dalam ekspor didominasi oleh sektor non-migas. Gambar 1 menunjukkan perkembangan ekspor Indonesia berdasarkan sektor. Ekspor Indonesia berdasarkan sektor non-migas sekitar 82.79% dan ekspor migas sebesar 17.21% selama periode 2010-2014 dalam perkembangan perdagangan Indonesia.

Sumber: Kementerian Perindustrian 2016

Gambar 1 Ekspor Indonesia berdasarkan sektor

Ada sepuluh komoditi unggulan Indonesia yang menghasilkan nilai ekspor terbesar beberapa diantaranya yaitu kelapa sawit, besi dan mesin, tekstil, elektronik, karet, makanan dan minuman serta pulp dan kertas. Industri pulp dan kertas menjadi salah satu kelompok hasil industri dengan nilai ekspor terbesar yaitu sekitar US$ 5.33 miliar (Kemenperin 2016). Indonesia memiliki iklim tropis dan hutan tanaman industri (HTI) yang memiliki luas sekitar 9.83 juta hektar pada tahun 2012 (APKI 2013). Hutan tanaman industri ini dapat menghasilkan serat alam berupa sumber bahan baku kertas sehingga membuat Indonesia berpotensi dalam ekspor komoditi kertas. Sepuluh kelompok hasil industri dengan nilai ekspor terbesar Indonesia ditunjukkan pada Gambar 2.

(14)

2 20.75 14.46 12.26 6.91 6.17 5.6 5.33 5.19 4.72 4.62 0 5 10 15 20 25 Kelapa Sawit Besi dan Mesin Tekstil Elektronika Karet Makanan dan Minuman Pulp dan Kertas Pengolahan Kayu Logam Kulit serta alas kaki…

Kelapa Sawit Besi dan Mesin

Tekstil Elektronika

Karet Makanan dan Minuman

Pulp dan Kertas Pengolahan Kayu

Logam Kulit serta alas kaki (barang dari kulit)

Mi li ar

U

S$

3000 3200 3400 3600 3800 4000 4200 4400 4600 4800 5000 2009 2010 2011 2012 2013 Ju ta US$

Sumber: Kementerian Perindustrian 2016

Gambar 2 Sepuluh kelompok hasil industri dengan nilai ekspor terbesar Produksi kertas saat ini mencapai 10.4 juta ton per tahun dan pulp sebesar 6.4 juta ton per tahun (Kemenperin 2015). Kinerja ekspor pulp dan kertas masing-masing sebesar 3.5 juta ton pulp dengan nilai sebesar US$ 1.72 miliar atau sekitar 23.5 triliun rupiah dan 4.35 juta ton kertas dengan nilai sebesar US$ 3.75 miliar atau sekitar 51.2 triliun rupiah (BPS 2015). Indonesia menjadi produsen pulp dan kertas terkemuka di dunia. Industri kertas Indonesia berada pada peringkat keenam di dunia dan peringkat ketiga di Asia. Perkembangan ekspor hasil kertas Indonesia ditunjukkan pada Gambar 3.

Sumber: Kementerian Perindustrian 2016

Gambar 3 Nilai ekspor kertas Indonesia ke dunia

Gambar 3 menunjukkan nilai ekspor kertas Indonesia. Pada Gambar 3 nilai ekspor Indonesia pada tahun 2009 sampai 2013 mengalami fluktuasi. Tahun 2009

(15)

3 sampai 2010 nilai ekspor kertas Indonesia mengalami peningkatan signifikan menjadi US$ 4,241 juta atau sekitar 57 triliun rupiah. Setelah tahun 2010, pada tahun-tahun berikutnya nilai ekspor komoditi kertas terus menurun hingga mencapai angka US$ 3,802 juta atau sekitar 50.5 triliun rupiah pada tahun 2013. Penurunan nilai ekspor yang dialami komoditi kertas Indonesia setelah tahun 2010 ini disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya krisis yang terjadi lagi di tahun 2010 di Eropa, lahan hutan tanaman industri yang mengalami penurunan sekitar 2.11% dari tahun 2011 ke 2012 (APKI 2013), meningkatnya ekspor kertas oleh negara pesaing, nilai produksi kertas menurun, dan kebijakan pengurangan penggunaan kertas seperti sejumlah media cetak beralih ke media baru atau portal berita. Namun nilai ekspor pada tahun 2013 ini masih berada diatas tahun 2009. Pertumbuhan nilai ekspor kertas Indonesia dari tahun 2009 sampai 2013 sebesar 12%.

Indonesia dalam rangka meningkatkan laju perdagangan dan memperkuat hubungan kerjasama dengan negara lain terutama negara bagian selatan, membuat suatu aliansi yang disebut dengan Kerjasama Selatan-Selatan (KSS). Kerjasama ini sudah ada sejak tahun 1978 yang dimaksudkan untuk mepromosikan perdagangan Selatan-Selatan. Indonesia menjalin hubungan perdagangan ke kawasan-kawasan selatan ini salah satunya yaitu Amerika Latin. Indonesia dan Amerika Latin juga menjalin kerjasama pada Forum for East Asia – Latin America Cooperation (FEALAC) yang didirikan pada tahun 1999. Negara-negara di Amerika Latin telah memiliki perjanjian yang mendorong aktifitas perdagangan bebas dan kerjasama ekonomi. Amerika Latin menjadi sebuah kawasan yang sangat potensial sebagai negara tujuan ekspor Indonesia dengan total penduduk Amerika Latin sekitar 406.74 juta jiwa dan GDP yang terus meningkat salah satunya seperti negara Peru yang meningkat sekitar 4% pada tahun 2013 (UNCTAD). Keuntungan dari kerjasama ini selain meningkatkan ekspor suatu produk juga untuk memperluas wilayah negara tujuan ekspor. Krisis yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 2008 dan 2010 membuat Amerika Latin semakin potensial sebagai negara tujuan ekspor Indonesia.

Perumusan Masalah

Krisis yang terjadi pada tahun 2008 dan 2010 di Amerika Serikat dan Eropa yang menjadi negara tujuan utama ekspor Indonesia memberikan dampak negatif pada perkembangan ekspor Indonesia. Pada periode Januari sampai September kinerja ekspor Indonesia tahun 2011 sekitar US$ 152.2 miliar menurun sebesar 6% menjadi US$ 143 miliar pada tahun 2012 di periode yang sama (BPS 2013). Hal ini membuat Indonesia harus mengalihkan ekspornya dengan cara memperluas pasar ke negara tujuan lainnya yang relatif tidak terkena krisis. Amerika Latin menjadi salah satu pasar ekspor yang potensial bagi Indonesia dan kertas merupakan salah satu komoditi yang menjadi unggulan ekspor Indonesia ke Amerika Latin. Perkembangan nilai ekspor kertas ke delapan negara di Amerika Latin dapat dilihat pada Gambar 4.

(16)

4

Sumber : ITC 2016

Gambar 4 Perkembangan nilai ekspor kertas Indonesia ke delapan negara di Amerika Latin

Gambar 4 menunjukkan kondisi ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin mengalami fluktuasi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Namun kertas tetap menjadi komoditi unggulan Indonesia ke Amerika Latin. Berbagai upaya yang dilakukan Indonesia seperti melakukan kerjasama dalam KSS dan FEALAC diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekspor komoditi unggulan Indonesia terutama kertas. Maka dari itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana daya saing komparatif ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin?

2. Bagaimana dinamika ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin?

3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin?

4. Bagaimana daya saing kompetitif ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis daya saing komparatif ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin.

2. Menganalisis dinamika ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin.

3. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin.

4. Menganalisis daya saing kompetitif ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin. 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 2009 2010 2011 2012 2013 R ibu U S$

(17)

5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan yang telah dijelaskan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang perdagangan komoditi kertas ke Amerika Latin.

2. Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perdagangan.

3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapakan dapat membantu memberikan gambaran mengenai kondisi perdagangan Indonesia dengan Amerika Latin terutama pada komoditi kertas.

Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan maka ruang lingkup penelitian ini menganalisis daya saing komparatif kertas Indonesia, menganalisis dinamika kertas Indonesia, dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin yang dilihat dari RCA, Porter’s Diamond Model, EPD, dan

Gravity Model selama periode 2009 sampai 2013. Mitra dagang penelitian ini terdiri dari delapan negara yaitu Argentina, Brazil, Chili, Colombia, Costa Rica, El Savador, Guatemala, dan Peru. Komoditas yang digunakan dalam penelitian in memiliki kode Harmonized System (HS) 4802 yaitu uncoated paper for writing, printing etc atau yang sering disebut kertas budaya (kertas untuk menulis dan mencetak) dengan nomenclature product code HS 2012. Kertas dengan kode HS ini salah satu produk kertas unggulan yang diekspor oleh Indonesia. Pertumbuhan ekspor kertas HS 4802 ke negara tujuan dari tahun 2009 sampai 2013 sebesar 8%.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan, antar individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan antar negara dilakukan karena dua alasan, pertama negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Alasan kedua adalah negara-negara berdagang dengan tujuan mencapai skala ekonomis dalam produksi (Krugman-Obstfeld 2009).

Pada dasarnya, tidak ada satupun negara yang mampu memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri. Hal ini dikarenakan setiap negara memilikiperbedaan sumber daya, seperti: sumber daya alam, sumber daya manusia, penduduk, teknologi, iklim, konfigurasi geografis, spesifikasi tenaga kerja, tingkat harga, sosial dan politik. Maka dari itu diperlukan pertukaran barang antar negara

(18)

6

melalui perdagangan untuk memenuhi kebutuhan setiap negara tersebut. Perdagangan akan membuat setiap negara dapat mencapai economies of scale. Setiap negara dapat meningkatkan keunggulan suatu produknya untuk diproduksi lebih banyak sehingga kelebihannya disalurkan dengan cara mengekspor. Ekspor ini akan menghasilkan devisa bagi negara yang nantinya akan digunakan untuk membiayai impor sehingga kebutuhan dapat terpenuhi tanpa harus memproduksi seluruh produk yang dibutuhkan oleh suatu negara.

Perdagangan antar dua negara yang didasari perbedaan permintaan dan penawaran suatu komoditas dapat dilihat pada Gambar 5. Misalkan kedua negara itu adalah A dan B, di mana masing-masing negara memiliki permintaan dan penawaran yang berbeda. DA dan SA untuk negara A sedangkan DB dan SB untuk

negara B.

Sumber : Salvatore 1997

Gambar 5 Keseimbangan dalam perdagangan internasional

Gambar 5 menjelaskan bahwa pada awalnya harga komoditi kertas di negara A sebesar PA sedangkan pada negara B harga kertas sebesar PB dan harga kertas di

pasar Internasional sebesar P*. Kondisi ini terjadi dengan mengambil asumsi bahwa harga domestik di negara A lebih rendah dibanding dengan harga di negara B (PA< PB). Pada kondisi harga di atas PA, di negara A mengalami peningkatan

penawaran dan berada di atas tingkat permintaan negara tersebut, sehingga menyebabkan kelebihan penawaran suatu komoditas (excess supply) di negara A. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor ke negara B. Sementara, bila harga berada di bawah PB maka negara B akan mengalami kenaikan tingkat

permintaan karena konsumen akan meminta lebih banyak pada tingkat harga yang relatif lebih murah. Hal tersebut mengakibatkan permintaan melebihi tingkat penawaran (excess demand) di negara B. Kelebihan permintaan itu selanjutnya akan mendorong negara B untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi X dari negara A.

Ekspor

Ekspor adalah proses transportasi barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara kemudian dijual ke negara lain. Ekspor dapat diartikan suatu total

(19)

7 penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan ke negara lain dengan tujuan meningkatkan penerimaan negara.

Konsep Daya Saing

Daya saing menjadi kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditas untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar Internasional. Porter (1990), daya saing diidentikkan dengan produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan. Terdapat dua pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif menurut David Ricardo dalam Principles of Political Economy and Taxation (1817) ialah meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi suatu komoditi yang dihasilkan, namun kedua belah pihak masih tetap dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan. Keuntungan dapat tercipta dengan melakukan spesialisasi produksi terhadap komoditi tertentu yang menjadi keunggulan komparatif negara tersebut. Maka, negara tetap dapat mengeskpor produk yang diproduksi relatif efisien dan juga dapat memenuhi kebutuhan negaranya terhadap suatu produk yang diproduksi relatif kurang efisien dengan cara mengimpor.

Para ahli ekonomi lainnya yaitu Heckser dan Ohlin menyebutkan bahwa keuntungan komparatif juga ditentukan oleh kelimpahan faktor produksi. Suatu negara yang memiliki kekayaan faktor produksi dan mampu memanfaatkannya akan memproduksi barang dengan faktor produksi padat karya yang relatif lebih murah.

Teori Keunggulan Kompetitif

Teori keunggulan kompetitif menurut Porter dalam bukunya The Competitive Advantage of Nation (1990) ialah antara dua faktor produksi yang dimiliki suatu negara yaitu sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang murah, tidak ada korelasi langsung yang dimanfaatkan menjadi keunggulan daya saing dalam perdagangan Internasional. Porter lalu menyatakan bahwa terdapat empat atribut utama yang dapat menentukan industri dalam suatu negara dapat bersaing di pasar internasional, yaitu:

1. Kondisi faktor produksi, seperti teknologi, infrastruktur yang memadai, dan tenaga kerja terampil.

2. Kondisi permintaan dan tuntutan mutu untuk barang dan jasa industri di dalam negeri.

3. Industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif.

4. Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan menentukan bagaimana perusahaan tersebut diciptakan, diatur, dan dikelola.

(20)

8

Selain keempat faktor tersebut, terdapat dua faktor lagi yang dapat memengaruhi interaksi keempat faktor yaitu faktor kebetulan atau kesempatan (chance events) seperti melonjaknya harga, perubahan nilai tukar, penemuan produk baru, konflik keamanan antar negara, dan lain-lain, serta faktor kebijakan pemerintah (government).

Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) merupakan nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. GDP merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional. Hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan juga masuk dalam perhitungan ini. GDP juga mengukur dua hal pada saat bersamaan yaitu total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. GDP suatu negara meningkat bisa melalui perdagangan bebas dalam aktivitas ekspor dan impor. Peningkatan GDP mengindikasikan peningkatan kemakmuran suatu Negara. Kemudian dari sisi konsumsi, output atau GDP akan digunakan dalam kegiatan konsumsi dan investasi oleh pemerintah dan para sektor swasta seperti eksportir (Dornbusch, Fischer, dan Startz 2008). Oleh karena itu, meningkatnya GDP maka pendapatan juga meningkat sehingga konsumsi suatu negara juga meningkat. GDP terbagi dua yaitu GDP riil dan GDP kapita. GDP riil merupakan nilai barang dan jasa yang diukur menggunakan harga konstan sedangkan GDP perkapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada periode tertentu.

Nilai Tukar

Nilai tukar antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw 2007). Nilai tukar riil ekfektif (Real Effective Exchange Rate) adalah indeks dari nilai tukar nominal yang disesuaikan dengan pergerakan relatif dari harga domestik dari suatu negara dan nilai perdagangan dengan negara-negara mitra dagangnya. Jika REER negara tujuan tinggi menunjukkan melemahnya nilai tukar negara tujuan atau terdepresiasi, maka harga barang-barang di negara tujuan relatif lebih murah dibandingkan dengan harga domestik. Kondisi ini mendorong penduduk luar negeri membeli produk domestik dalam jumlah yang sedikit sehingga menyebabkan ekspor domestik menurun. Sebaliknya, jika REER negara tujuan rendah menandakan menguatnya mata uang negara tujuan relatif terhadap mitra dagang, maka harga barang-barang di negara tujuan relatif lebih mahal dibandingkan domestik. Kondisi ini akan meningkatkan ekspor domestik ke negara tujuan ekspor (Kemenperin 2015).

(21)

9 Harga Ekspor

Harga merupakan faktor utama yang memengaruhi kegiatan ekspor. Harga dapat memengaruhi ekspor melalui dua sisi yaitu sisi penawaran dan permintaan. Harga berhubungan positif pada jumlah ekspor yang ditawarkan namun memiliki hubungan negatif dengan jumlah ekspor yang diminta oleh negara pengimpor. Jika harga suatu komoditi meningkat maka permintaan terhadap suatu komoditi menurun sehingga ekspor akan menurun, namun jika harga suatu komoditi menurun maka akan meningkatkan permintaan ekspor terhadap komoditi tersebut. Rumus umum harga dijabarkan pada persamaan.

Harga ekspor =

Jarak Ekonomi

Jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Semakin jauh terpisah suatu negara dengan negara lainnya maka semakin besar pula biaya transportasi pada perdagangan antara keduanya. Penelitian ini menggunakan jarak ekonomi, yaitu jarak geografis ibukota negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dikalikan dengan perbandingan antara GDP total negara tujuan ekspor dengan jumlah GDP total seluruh negara tujuan ekspor yang diteliti. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Jarak ekonomi = jarak geografis x Keterangan:

Jarak geografis : jarak geografis Indonesia dengan negara kawasan Amerika Latin

J : negara tujuan ekspor

I : 1,2,3,....(seluruh negara tujuan ekspor) Penelitian Terdahulu

Yunia (2015) menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis RCA, EPD (Export Product Dynamic), dan gravity model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang signifikan pada taraf nyata lima persen adalah GDP riil Indonesia berpengaruh negatif, GDP riil negara tujuan, jarak ekonomi, nilai tukar dan harga ekspor. Sedangkan variabel harga ekspor tidak berpengaruh pada nilai ekspor kertas Indonesia. Lalu pada hasil analisis RCA menunjukkan bahwa alas kaki Indonesia mempunyai posisi daya saing yang sangat tinggi dilihat dari nilai RCA yang mempunyai nilai rata-rata lebih besar dari satu. Sedangkan pada hasil estimasi EPD kertas Indonesia masih menempati posisi falling star pada enam negara di Amerika Latin yaitu Brazil, Chili,

(22)

10

Paraguay, Peru, Uruguay, dan Venezuela. Dua negara lainnya menempati posisi

retreat yaitu negara Argentina, dan Ekuador.

Firsya (2014) menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor komoditas kakao olahan Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis RCA dan gravity model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mentega, lemak, dan minyak kakao Indonesia memiliki dayasaing yang relatif lebih baik dibandingkan dengan pastadan bubuk kakao pada masing-masing negara tujuan ekspor. Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kakao olahan Indonesia pada HS 1803 adalah GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan, populasi Indonesia dan negara tujuan, harga ekspor pasta kakao Indonesia, nilai tukar rill rupiah, jarak ekonomi, dan bea keluar biji kakao. Sedangkan pada komoditas HS 1804seluruh variabel tersebut berpengaruh signifikan. Sementara itu, pada komoditas HS 1805 terdapat dua variabel yang tidak signifikan memengaruhi aliran yaitu GDP negara tujuan dan jarak ekonomi.

Handayani (2008) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan dan strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis gravity model untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kertas Indonesia dan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) untuk membuat strategi yang dapat mengembangkan ekspor kertas Indonesia. Hasil analisis gravity model menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kertas Indonesia adalah GDP per kapita negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan ekspor, jarak ekonomi, dan harga kertas di negara tujuan. Sedangkan nilai tukar negara tujuan dan tuduhan dumping (dummy) tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor kertas Indonesia.

Karagoz, Saray (2009) dalam judul penelitiannya Trade Potential of Turkey with Asia-Pacific Countries: Evidence from Panel Gravity Model, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan Turki ke Asia Pasifik menggunakan

gravity model. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi adalah GDP negara tersebut dan jarak ekonomi. Sedangkan populasi tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor antara Turki dengan Asia Pasifik. Negara-negara yang berpotensi sebagai negara tujuan utamanya adalah P.N. Guinea, Peru, Myanmar, Meksiko, Laos, dan Brunei.

Utami (2008) menganalisis variabel-variabel determinan ekspor ASEAN: kasus Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina Tahun 1990-2006. Penelitian ini dianalisis menggunakan gravity model dan ordinary least square. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel determinan ekspor Indonesia adalah proporsi output sektor manufaktur pada GDP, proporsi Gross Fixed Capital Formation pada GDP,

Real Effective Exchange Rate, dan perubahan inflasi. Thailand dan Singapura memiliki determinan ekspor GDP per kapita dan proporsi sektor manufaktur pada GDP. Sedangkan Filipina, determinan ekspornya adalah indeks harga ekspor, proporsi Gross Fixed Capital Formation, Real Effective Exchange Rate, dan perubahan inflasi.

Yuniawati (2013) menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan jahe dan temulawak Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis RCA, EPD, X-Model Produk export potential, panel data serta Porter’s Diamond. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jahe memiliki keunggulan komparatif hanya di negara Belanda, sedangkan temulawak memiliki keunggulan komparatif di negara Amerika Serikat, Belanda dan Singapura.

(23)

11 Namun hampir di semua negara sample jahe dan temulawak memiliki posisi pasar“Rising star” kecuali di negara Jepang yaitu Lost Opportunity. Variabel-variabel yang memengaruhi permintaan ekspor jahe dan temulawak adalah GDP perkapita riil negara tujuan, populasi negara tujuan, dan jarak ekonomi. Strategi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan daya saing komoditas jahe dan temulawak Indonesia dengan melakukan pendekatan Cluster dalam pembanguan industri dan melakukan peningkatan pada faktor kondisi dan strategi perusahaan, struktur dan persaingan.

Kerangka Pemikiran

Tantangan utama suatu negara dalam perdagangan bebas yaitu meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa. Kerjasama yang dilakukan di kawasan selatandan kerjasama lainnya seperti FEALAC dapat meningkatkan laju perdagangan Indonesia terutama pada industri manufaktur. Kawasan Amerika Latin salah satu kawasan yang potensial bagi Indonesia untuk mengekspor produk manufakturnya. Kertas termasuk sepuluh komoditi Indonesia yang berpotensial untuk diekspor ke Amerika Latin. Indonesia harus mempersiapkan strategi untuk dapat meningkatkan produksi kertasnya agar tetap dapat bersaing di pasar internasional.

Analisis dilakukan menggunakan metode revealed comparative advantage

(RCA), export product dynamic (EPD), gravity model, dan porter’s diamond.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan daya saing kertas Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat meningkat. Kerangka pemikiran penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Kerangka pemikiran analisis kinerja ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin

1. Revealed Comparative Advantage (RCA)

2. Porter’s Diamond Model

3. Export Product Dynamics (EPD)

Gravity Model dengan variabel: 1. GDP riil perkapita Indonesia 2. GDP riil perkapita negara tujuan 3. Nilai tukar (REER) negara tujuan ekspor 4. Harga Ekspor kertas

5. Jarak Ekonomi

Kertas termasuk dalam 10 komoditi ekspor unggulan Indonesia Pengembangan kinerja ekspor kertas ke Amerika Latin

Daya saing kertas ke negara tujuan ekspor

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditi Kertas Indonesia

(24)

12

Hipotesis

Berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu dan kerangka penelitian yang terbentuk, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. GDP riil perkapita Indonesia berpengaruh negatif terhadap ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin.

2. GDP riil perkapita negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor.

3. Harga ekspor berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin. Jika harga ekspor meningkat maka permintaan ekspor terhadap komoditi kertas menurun.

4. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin jauh jarak antara negara eksportir dengan negara tujuan ekspor, maka semakin besar biaya transportasi atau biaya transaksi yang harus dikeluarkan.

5. Nilai tukar mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai ekspor. Apabila nilai tukar negara tujuan ekspor terapresiasi (nilai tukar tinggi) akan menyebabkan nilai ekspor kertas Indonesia meningkat.

METODE

Jenis dan Sumber Data

Data penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari beberapa instansi terkait dengan penelitian seperti Kementerian Perindustrian, UNCTAD, Trademap, internet serta studi kepustakaan melalui pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku dan literatur.

Tabel 1 Jenis dan sumber data

No Data Sumber

1 Nilai dan total ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin 2009-2013

Kementerian Perindustrian, Trademap

2 Volume ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin 2009-2013

Trademap 3 GDP Indonesia 2009-2013 UNCTAD 4 GDP negara tujuan 2009-2013 UNCTAD 5 Nilai tukar Amerika Latin 2009-2013 UNCTAD 6 Jarak geografis antara negara

Indonesia dengan importir CEPII

Jenis data yang digunakan adalah deret waktu (time series) dan antar individu (cross section). Data deret waktu atau (time series) meliputi data tahunan dari periode 2009 sampai dengan 2013 sesuai ketersediaan data. Sedangkan untuk

(25)

13 tujuan ekspor kertas Indonesia yaitu Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, El Savador, Guatemala, dan Peru. Objek komoditas penelitian ini adalah kertas yang memiliki kode Harmonized System 4802 yaitu uncoated paper for writing and printing.

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan kuantitatif. Metode analisis kuantitatif yang digunakan adalah RCA (Revealed Comparative Advantage), Porter’s Diamond Model, EPD (Export Product Dynamic), dan Gravity Model. Data yang diperoleh tersebut diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan perkembangan nilai ekspor kertas Indonesia di Amerika Latin.

Porter’s Diamond

Daya saing dapat diidentifikasikan dengan produktivitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan (Porter 1990). Keunggulan kompetitif suatu komoditi merupakan keunggulan yang dapat dikembangkan dengan berbagai usaha (tidak menekankan pada kondisi alami suatu komoditi). Porter’s Diamond menganalisis faktor-faktor dalam membentuk sistem dan peningkatan keunggulan daya saing. Adapun faktor-faktor utama yang membentuk daya saing suatu komoditi yakni kondisi faktor, kondisi permintaan, industri terkait dan penunjang, serta strategi, struktur, dan persaingan perusahaan. Keempat faktor tersebut didukung oleh peran pemerintah dan kesempatan dalam meningkatkan daya saing kertas Indonesia. Diagram Porter’s diamond ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Diagram Porter’s Diamond Strategi Perusahaan, Struktur

dan Persaingan

Kondisi Faktor

Industri Pendukung dan Industri Terkait Kondisi Permintaan Peran Pemerintah Kesempatan

(26)

14

Revealed Comparative Advantage (RCA)

Metode analisis RCA digunakan untuk mengukur daya saing dan menentukan keunggulan komparatif suatu negara di pasar internasional. Pada metode ini dapat dihitung pangsa nilai ekspor komoditi tertentu suatu negara terhadap total ekspor di negara tujuan ekspor yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor dunia terhadap total ekspor di negara tujuan ekspor. Rumus umum menghitung nilai RCA dijabarkan pada persamaan (1).

RCA = ⁄ ⁄ (1) Keterangan :

Xij = Nilai ekspor komoditi i Indonesia ke negara j (US$)

Xtj = Nilai ekspor total seluruh komoditi idari Indonesia ke negara j (US$)

Wij = Nilai ekspor komoditi i dunia ke negara j (US$)

Wtj = Nilai ekspor total seluruh komoditi i dari dunia ke Negara j (US$)

j = Negara tujuan (Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, El Savador, Guatemala, dan Peru)

i = Kertas

Nilai RCA suatu komoditi menunjukkan dua kemungkinan, yaitu:

1. Jika nilai RCA > 1, maka suatu negara memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing kuat. 2. Jika nilai RCA < 1, maka suatu negara memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki daya saing lemah.

Export Product Dynamic (EPD)

Metode analisis EPD digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi posisi daya saing suatu komoditi untuk mengetahui apakah komoditi tersebut kompetitif dan memiliki pertumbuhan yang dinamis.EPD juga mampu membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara seluruh dunia.

Posisi daya saing suatu komoditas terdiri dari Rising Star, Lost Opportunity, Falling Star, dan Retreat. Posisi tertinggi atau posisi pasar yang paling ideal adalah komoditas yang berada pada kondisi Rising Star. Kondisi pasar dengan penurunan pangsa pasar ekspor yang tidak diharapkan, sehingga kehilangan kesempatan pangsa ekspor produk yang dihasilkan dalam perdagangan internasional merupakan kondisi Lost Opportunity. Kondisi dimana terjadi peningkatan pangsa ekspor, namun tidak diikuti oleh peningkatan permintaan terhadap produk merupakan kondisi Falling Star. Sedangkan Retreat merupakan kondisi dimana komoditi suatu negara sudah tidak diinginkan lagi oleh pangsa pasar, sehingga terjadi pangsa ekspor dan permintaan komoditi yang negatif (Esterhuizen 2008). Matriks posisi daya saing metode EPD ditunjukkan pada Gambar 8.

(27)

15

Lost Opportunity Rising Star

Retreat Falling Star

Gambar 8 Matriks posisi daya saing

Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan EPD dijabarkan pada persamaan (2) dan (3).

Sumbu X : Pertumbuhan pangsa ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin

Sumbu X =

( ) ( )

(2)

Sumbu Y : Pertumbuhan pangsa pasar kertas negara Indonesia Amerika Latin

Sumbu Y =

( ) ( )

(3)

Keterangan :

Xij = Nilai ekspor komoditi i Indonesia ke negara j (US$)

Xtj = Nilai ekspor total seluruh komoditi Indonesia ke negara j(US$) Wij = Nilai ekspor komoditi i dunia ke negara j (US$)

Wtj = Nilai ekspor total seluruh komoditi dunia ke negara di Amerika Latin (US$)

j = Negara tujuan ekspor (Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, El Savador, Guatemala, dan Peru.)

i = Kertas

t = Tahun ke-n (n= 2009,…,2013)

T = Banyak tahun analisis

Gravity Model

Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat memengaruhi perdagangan antara dua negara berdasarkan hukum gravitasi yaitu

Gravity Model. Faktor-faktor tersebut mencakup faktor ekonomi dan non-ekonomi. Gravity model dalam konteks perdagangan menyatakan bahwa intensitas perdagangan antara negara-negara akan berhubungan secara positif dengan pendapatan nasional masing-masing negara dan berhubungan negatif dengan jarak diantara keduanya (Firsya 2014). Variabel-variabel yang dianalis

(28)

16

menggunakan gravity model pada ekspor kertas ke Amerika Latin adalah nilai ekspor kertas ke delapan negara Amerika Latin yaitu Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, El Savador, Guatemala, dan Peru sebagai variabel dependen. Lalu variabel GDP riil Indonesia dan 8 negara di Amerika Latin, variabel nilai tukar negara tujuan terhadap dollar, variabel harga ekspor di pasar dunia, variabel dan jarak ekonomi Indonesia ke negara tujuan di Amerika Latin sebagai variabel independennya. Rumus model penelitian ini dijabarkan pada persamaan (4).

LNNEit = β0 + β1LNGDPIit + β2LNGDPJjt + β3LNHEit + β4LNJEij +

β5LNNTjt + eit (4)

Keterangan :

NEit = Nilai ekspor kertas Indonesia ke negara j (US$)

GDPIit = GDP riil Indonesia pada tahun ke-t (US$)

GDPJjt = GDP riil negara tujuan ekspor pada tahun ke-t (US$)

NTit = Nilai tukar riil mata uang negara tujuan terhadap dollar Amerika (mata uang negara tujuan/US$)

Heit = Harga produk di pasar dunia pada tahun ke-t (US$)

Jeit = Jarak Ekonomi antar negara Indonesia dan negara tujuan

Eit = error term β0 = intercept

βn = slope (n= 1, 2, ...)

Definisi Operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Nilai ekspor merupakan nilai ekspor dari produk kertas Indonesia ke delapan negara di Amerika Latin selama jangka waktu 2009-2013. Data nilai ekspor diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

2. Nilai GDP Indonesia dalam satuan US$ dengan periode 2009-2013. Data GDP Indonesia diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

3. Nilai GDP delapan negara di Amerika Latin dengan satuan US$. Data GDP Amerika Latin diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

4. Nilai tukar, misalnya mata uang negara tujuan terhadap mata uang Amerika Latin, dinyatakan dalam mata uang negara tujuan/dollar. Nilai tukar diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

5. Harga kertas Indonesia di pasar dunia pada kurun waktu 2009-2013, data ini diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

6. Jarak ekonomi menjadi variabel utama dalam aliran perdagangan gravity model. Jarak ekonomi merupakan pendekatan yang mewakili biaya transportasi, dinyatakan dalam bentuk kilometer. Data jarak ekonomi diubah dalam logaritma natural (ln).

(29)

17 Metode Panel Data

Pemilihan Model

Metode yang digunakan untuk estimasi model yang menggunakan data panel yaitu pooled least square, fixed effect dan random effect. Pemilihan model paling baik yang akan digunakan dalam penelitian diperlukan pengujian statistik, yaitu Uji Chow dan Uji Hausman. Berikut ini adalah pengujian statistik dalam model panel data:

1. Uji Chow

Hipotesisnya adalah : H0 : model PLS

H1 : model fixed effect

Jika nilai F-Stat hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, artinya model yang dipilih

adalah model fixed effect. 2. Uji Hausman

Hipotesisnya adalah :

H0 : model random effect

H1 : model fixed effect

Jika nilai Hausman test hasil pengujian lebih besar dari Chi square, maka cukup bukti untuk menolak H0, artinya model yang dipilih adalah

model fixed effect. Uji Asumsi Model

Ada empat asumsi yang harus diuji pada analisis regresi. Keempat asumsi tersebut adalah heteroskedastisitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan normalitas.

1. Uji heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah salah satu penyimpangan pada asumsi klasik statistika. Heteroskedastisitas terjadi jika ragam sisaan tidak konstan. Uji hetroskedastisitas biasanya dengan membandingkan nilai Sum Square Resid pada weighted statistics dan Sum Square Resid pada unweighted statistics. Penyimpangan ini sering terjadi pada penggunaan data cross section dalam estimasi model, namun juga dapat terjadi pada data time series. Salah satu cara mengatasi penyimpangan ini yaitu dengan menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Metode ini merupakan metode kuadrat terkecil yang terboboti, yaitu model ditransformasi dengan memberikan bobot pada data asli (Juanda 2009). 2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan gangguan pada fungsi regresi yang berupa korelasi di antara faktor pengganggu (Firdaus 2011). Masalah autokorelasi umumnya tejadi pada data time series. Dampak adanya autokorelasi yaitu penduga koefisien regresi yang tetap merupakan penduga-penduga yang tidak bias dan varian variabel gangguan menjadi tidak efisien, jika dibandingkan dengan tidak adanya autokorelasi (Firdaus 2011). Uji pada hipotesis menjadi tidak valid karena standar eror menjadi bias dan tidak konsisten. Ada beberapa cara untuk mengetahui adanya

(30)

18

masalah autokorelasi, salah satunya adalah dengan cara uji Durbin-Watson yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kerangka identifikasi autokorelasi

Nilai DW Hasil

4-dl < DW < 4 Tolak H0, autokorelasi negatif

4-dl < DW < 4-dl Hasil tidak dapat ditentukan 2 < DW < 4-du Terima H0, tidak ada autokorelasi

du < DW < 2 Terima H0, tidak ada autokorelasi

dl < DW < du Hasil tidak dapat ditentukan 0 < DW < dl Autokorelasi positif

3. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu penyimpangan asumsi akibat adanya keterkaitan atau hubungan linier antar variabel bebas penyusun model. Menurut Gujarati (1999) adanya multikolinieritas ditandai dengan beberapa hal berikut ini:

1. Tanda koefisien tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Nilai R2 tinggi, tetapi tetapi banyak variabel yang tidak signifikan. 3. Matriks korelasi antar variabel tinggi (rij> 0.8).

4. R2< rij menunjukkan bahwa terjadi multikoliniearitas.

Salah satu cara mengatasi multikolinearitas dengan cara menghilangkan variabel yang tidak siginifikan, mentransformasi data, dan menambah variabel.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah error term sudah terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan tes jarque bera dengan hipotesis yang digunakan yaitu:

H0 : error term menyebar normal

H1 : error term tidak menyebar normal

Apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka tidak tolak H0 atau error term sudah menyebar normal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Komoditi kertas termasuk komodi manufaktur unggulan Indonesia. Penelitian ini fokus pada ekspor komoditi dari HS 4802 yakni kertas untuk menulis dan mencetak. Peringkat Indonesia pada tahun 2013 mengalami penurunan. Namun, Indonesia masih berada pada peringkat lima besar di tahun 2012 dan 2013 dalam mengekspor komoditi kertas ini ke dunia. Peringkat Indonesia dalam ekspor komoditi ini dapat dilihat pada Tabel 3.

(31)

19 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2100 2200 2300 2400 2500 2009 2010 2011 2012 2013 Ju ta US$

Tabel 3 Peringkat negara pengekspor kertas HS 4802 (Ribu US$) Tahun Peringkat Negara pengekspor Nilai

2012 1 European Union 3093876.705 2 Jerman 2267576.338 3 Swedia 2201541.454 4 Indonesia 2077101.51 5 Kanada 2046012.017 2013 1 European Union 3100665.663 2 Jerman 2153624.863 3 Swedia 2147150.824 4 Kanada 2060791.128 5 Indonesia 1843305.718 Sumber : UNComtrade 2016

Tabel 3 menunjukkan posisi peringkat negara pengekspor kertas uncoated paper for writing, printing, etc. Indonesia berada peringkat keempat di dunia dengan nilai ekspor sebesar US$ 2,077,101 ribu atau sekitar 27 triliun rupiah pada tahun 2012. Peringkat tersebut turun menjadi posisi kelima di dunia dengan nilai ekpsor sebesar US$ 1,843,305 ribu atau sekitar 24 triliun rupiah. Sedangkan negara Kanada naik satu peringkat menggantikan posisi Indonesia sebelumnya di tahun 2012.

Nilai ekspor kertas Indonesia ke dunia pada tahun 2009 sampai 2013 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 sekitar US$ 1,708 juta atau sekitar 22.3 triliun rupiah meningkat menjadi US$ 2,111 juta atau sekitar 27.5 triliun rupiah pada tahun 2010 dan mengalami penurunan sampai tahun 2013 yang mencapai angka US$ 1,843 juta atau sekitar 24 triliun rupiah. Fluktuasi yang dialami komoditi ini perlu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia agar nilai ekspor tersebut tidak terus turun di pasar dunia. Nilai ekspor ini ditunjukkan pada Gambar 9.

Sumber : ITC 2016

(32)

20

Fluktuasi eskpor kertas ini dikarenakan jumlah perusahaan yang menurun. Menurunnya jumlah perusahaan mengakibatkan nilai produksi menurun. Hal ini berdampak pada ekspor kertas Indonesia. Ekspor kertas Indonesia menjadi menurun dikarenakan nilai produksi yang dihasilkan perusahaan juga menurun. Jumlah perusahaan dan nilai produksi kertas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah perusahaan dan nilai produksi kertas budaya Tahun Unit Usaha Nilai Produksi (Ribuan Rp)

2009 38 47,587,894,212

2010 51 43,191,381,788

2011 34 47,323,643,367

2012 42 44,603,142,066

2013 37 44,519,831,645

Sumber : Kementerian Perindustrian 2016

Lalu volume ekspor kertas dengan kode HS 4802 ke delapan negara di Amerika Latin ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Volume ekspor kertas ke delapan negara Amerika Latin (Ribu US$)

Negara Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Argentina 284 765 604 1,182 676 Brazil 33,951 41,245 16,865 10,897 4,543 Chili 1,895 2,060 1,342 1,523 2,265 Colombia 419 4,516 209 460 847 Costa Rica 7,137 4,556 5,344 5,532 5,602 El Savador 2,343 2,961 2,935 4,195 3,838 Guatemala 4,317 10,226 2,339 4,221 5,336 Peru 5,884 6,390 5,514 8,533 12,742 Sumber : ITC 2016

Tabel 5 menunjukkan volume ekspor komoditi kertas Indonesia dari tahun 2009 sampai 2013 mengalami fluktuasi. Ada dua negara yang mengalami penurunan volume ekspor pada periode 2009 sampai 2013 yaitu Brazil sebesar 87% dan Costa Rica sebesar 22%. Sedangkan negara lainnya mengalami peningkatan pertumbuhan volume ekspor yang cukup signifikan, diantaranya yaitu Argentina sebesar 138% dan Peru sebesar 117% kemudian diikuti oleh Colombia, El Savador, Guatemala, dan Chili. Peningkatan yang cukup signifikan diakhir tahun 2013 terjadi di negara Peru sebesar 12,742 ton. Penurunan yang cukup signifikan terjadi di Brazil yang hanya mencapai 4,543 ton pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 33,951 ton.

(33)

21 Analisis Daya Saing Kertas Indonesia ke Amerika Latin Periode 2009-2013

Kondisi yang telah dijelaskan pada gambaran umum menjadi acuan bagi Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor kertas di pasar Amerika Latin sehingga perlu diketahui potensi daya saing komoditi tersebut ke negara tujuan ekspor. Perhitungan analisis daya saing ini menggunakan RCA. Rata-rata ini mengindikasikan bahwa kertas Indonesia memiliki daya saing komparatif yang kuat di negara tujuan ekspor atau memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia. Nilai rata-rata RCA terbesar dimiliki oleh Costa Rica yaitu sebesar 127.148. Selanjutnya diikiuti oleh El Savador, Guatemala, Brazil, Peru, Colombia, Chili, dan Argentina. Daya saing kertas Indonesia di Argentina berada pada posisi yang lemah pada tahun 2009 dan 2011, namun mulai meningkat lagi di tahun-tahun berikutnya.Hasil analisis RCA komoditi kertas ke Amerika Latin diperlihatkan pada Tabel 6 bahwa rata-rata RCA pada delapan negara yang dianalisis memiliki nilai lebih dari satu.

Tabel 6 Hasil RCA komoditi kertas Indonesia ke Amerika Latin

Negara Tahun Rata- Rata

2009 2010 2011 2012 2013 Argentina 0.57 1.25 0.93 1.80 1.14 1.137 Brazil 21.25 18.17 8.99 8.18 3.42 12.002 Chili 3.96 4.33 3.82 4.51 5.94 4.512 Colombia 3.09 23.43 2.15 4.03 9.33 8.405 Costa Rica 177.91 108.59 97.99 146.68 104.58 127.148 El Savador 60.81 77.90 73.68 92.30 134.95 87.926 Guatemala 53.77 87.82 24.47 36.17 35.74 47.594 Peru 14.09 10.50 6.97 11.09 13.56 11.241

Sumber : ITC (diolah) 2016

Analisis Dinamika Ekspor Kertas ke Amerika Latin Periode 2009-2013 Hasil estimasi EPD kertas Indonesia ke delapan negara Amerika Latin yaitu berada pada posisi rising star di tiga negara yakni Argentina, Guatemala, dan Peru, berada pada posisi retreat di dua negara yakni Brazil dan Chili, berada pada posisi

falling star di dua negara yakni Colombia dan El Savador, dan berada pada posisi

lost opportunity di satu negara yakni Costa Rica. Posisi rising star ini mengindikasikan bahwa negara tersebut memperoleh tambahan pangsa pasar dan pertumbuhan permintaan ekspor kertas Indonesia. Lost opportunity

mengindikasikan bahwa adanya peningkatan permintaan terhadap ekspor kertas Indonesia di negara tersebut namun pangsa pasar ekspor kertas Indonesia di negara tersebut menurun artinya Indonesia kehilangan kesempatan mengoptimalkan pasar yang dinamis untuk mendapatkan keuntungan. Falling star

mengindikasikan bahwa pangsa pasar ekspor kertas Indonesia di negara tersebut mengalami peningkatan namun permintaan terhadap kertas menurun. Retreat

(34)

22

kertas di negara tersebut mengalami penurunan. Hasil estimasi EPD ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil EPD kertas Indonesia ke Amerika Latin Negara Sumbu X Sumbu Y Posisi Pasar Argentina 0.463 0.031 Rising star

Brazil -0.331 -0.015 Retreat

Chili -0.027 -0.134 Retreat

Colombia 2.148 -0.021 Falling Star

Costa Rica -0.108 0.018 Lost Opportunity

El Savador 0.181 -0.029 Falling Star

Guatemala 0.312 0.119 Rising star

Peru 0.160 0.168 Rising star

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kertas Indonesia ke Amerika Latin

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor kertas Indonesia (NEit) ke Amerika Latin dengan menggunakan metode gravity model. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah GDP riil Indonesia (GDPIit), GDP riil negara tujuan (GDPJjt), harga kertas Indonesia ke

negara tujuan ekspor (Hejt), jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan ekspor

(Jeij), dan nilai tukar riil efektif negara tujuan ekspor (NTjt).

Pemilihan model dilakukan dengan melakukan uji Chow dan uji Hausman. Nilai probabilitas yang dilakukan pada uji Hausman (Lampiran 6) sebesar 0.0002 (lebih kecil dari taraf nyata lima persen) sedangkan nilai probabilitas pada hasil uji Chow (Lampiran 5) sebesar 0.0000 (lebih kecil dari taraf nyata lima persen) maka tolak H0. Artinya, penelitian ini dalam pengolahan datanya menggunakan

metode efek tetap (fixed effect). Lalu dalam analisis juga dilakukan empat uji asumsi klasik yaitu uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji normalitas. Berikut Tabel 8 merupakan hasil estimasi gravity model untuk eskpor kertas Indonesia ke Amerika Latin.

Tabel 8 Hasil estimasi gravity model ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin dengan metode fixed effect

Variabel Koefisien Prob.

LNGDPI -4.5371 0.0423* LNGDPJ 4.41675 0.0754** LNHE -3.5397 0.0003* LNJE -1.7971 0.0278* LNNT 1.97798 0.1365 C 16.2014 0.3499 Weighted Statistics

R-squared 0.90884 Sum squared resid 5.46014

Prob(F-statistic) 0.00000 Durbin-Watson stat 1.83916

Unweighted Statistics

R-squared 0.84047 Mean dependent var 14.7758

(35)

23 Keterangan : *) Signifikan pada taraf nyata 5%

**) Signifikan padataraf nyata 10%

Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi nilai ekspor kertas Indonesia adalah GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan, harga ekspor, dan jarak ekonomi sedangkan nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin. Setelah model terpilih kemudian dilakukan uji kriteria ekonometrika. Model yang digunakan dalam ekspor kertas adalah sebagai berikut :

LNNEit = 16.2014 – 4.537083 LNGDPIit + 4.416753 LNGDPJjt – 3.539672 LNHEit – 1.797085 LNJEij

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Sum Square Resid pada weighted statisticsdan unweighted statistics. Pada estimasi model ini menunjukkan bahwa nilai Sum Square Resid pada weighted statistics

sebesar 5.460143 lebih kecil dari Sum Square Resid pada unweighted statistics

yang memiliki nilai 7.791530. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat permasalahan heteroskedastisitas pada model tersebut, namun heteroskedastisitas dapat diabaikan karena estimasi model telah menggunakan pembobotan cross-section. Lalu pada Standardized Residual Graph menunjukkan bahwa grafik berfluktuatif.

Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson. Model ini memiliki nilai DW sebesar 1.839157. Jumlah variabel independen sebanyak lima, taraf nyata sebesar 5%, dan observasi sebanyak 40 maka diperoleh nilai Durbin-watson tabel dengan du sebesar 1.28484. Maka nilai DW berada diantara du < DW < 2, artinya terima H0 dan tidak ada autokorelasi.

Uji multikolinearitas dilakukan dengan cara melihat matriks korelasi antar variabel independen. Jika nilai variabel pada matriks melebihi nilai R-squared

pada model yaitu 0.908843 maka terdapat multikolinearitas. Pada model ini terlihat uji multikolinearitas (Lampiran 8) bahwa tidak ada nilai variabel yang melebih nilai R-squared pada model. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi permasalahan multikolinearitas pada model ini.

Uji normalitas pada data panel diperlukan untuk melihat normal atau tidaknya error term suatu model. Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Bera dan nilai probabilitas pada histogram normality test. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa model ini memiliki nilai Jarque-Bera sebesar 0.976783 dan nilai probabilitas sebesar 0.613613 dimana keduanya memiliki nilai lebih besar dari taraf nyata 5% yang mengindikasikan bahwa error term pada moda model telah menyebar normal.

Interpretasi Model GDP riil Negara Indonesia

GDP riil Indonesia memiliki nilai probabilitas yaitu sebesar 0.0423. Nilai ini signifikan pada taraf nyata 5% yang menunjukkan bahwa GDP riil Indonesia berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kertas Indonesia. Hasil estimasi

(36)

24

sesuai dengan hipotesis yang mengasumsikan bahwa GDP riil memiliki hubungan negatif dengan nilai ekspor kertas Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan GDP riil Indonesia sebesar 1% maka nilai ekspor kertas ke delapan negara di Amerika Latin mengalami penurunan sebesar 4.537083% (cateris paribus). Kenaikan GDP riil Indonesia dapat meningkatkan daya beli masyarakat domestik sehingga konsumsi kertas di dalam negeri meningkat yang akhirnya menyebabkan ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin menurun. Hasil estimasi ini didukung oleh penelitian Yunia (2015).

GDP riil Negara Tujuan Ekspor

GDP riil negara tujuan ekspor memiliki nilai probabilitas yaitu sebesar 0.0754. Nilai ini signfikan pada taraf nyata 10% yang menunjukkan bahwa GDP riil negara tujuan ekspor berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kertas Indonesia. Hasil estimasi sesuai dengan hipotesis bahwa GDP riil negara tujuan memiliki hubungan positif terhadap nilai ekspor kertas Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan GDP negara tujuan sebesar 1% maka nilai ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin mengalami peningkatan sebesar 4.41675% (cateris paribus). Kenaikan GDP delapan negara tujuan ekspor mengindikasikan bahwa daya belipenduduk negara tujuan yang tinggi terhadap kertas Indonesia sehingga permintaan ekspor akan meningkat.

Harga Ekspor

Harga ekspor kertas Indonesia memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0003. Nilai ini signifikan pada taraf nyata 5% yang menunjukkan bahwa harga ekspor kertas Indonesia berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kertas Indonesia. Hasil estimasi sesuai dengan hipotesis bahwa harga ekspor memiliki hubungan negatif terhadap nilai ekspor kertas Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan harga eksporkertas Indonesia sebesar 1% maka nilai ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin mengalami penurunan sebesar 3.539672% (cateris paribus). Kenaikan harga ekspor kertas Indonesia menyebabkan nilai ekspor kertas Indonesia ke Amerika Latin mengalami penurunan.

Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi antara Indonesia dengan delapan negara tujuan ekspor di Amerika Latin memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0278. Nilai ini signifikan pada taraf nyata 5% yang menunjukkan bahwa jarak ekonomi berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kertas Indonesia. Hasil estimasi sesuai dengan hipotesis bahwa jarak ekonomi memiliki hubungan negatif terhadap nilai ekspor kertas Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap bertambahnya jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan sebesar 1% maka nilai ekspor kertas Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 1.797085%. Peningkatan jarak ekonomi mengindikasikan biaya transportasi untuk pengangkutan semakin meningkat karena semakin jauh jarak yang harus ditempuh sehingga akan berdampak pada penurunan ekspor kertas Indonesia.

Nilai Tukar

Nilai tukar (REER) negara tujuan ekspor memiliki nilai probabilitas sebesar 0.1365. Nilai ini tidak siginifikan pada taraf nyata 5% yang menunjukkan bahwa

(37)

25 374129 341417 458426 430122 460834 300000 320000 340000 360000 380000 400000 420000 440000 460000 480000 500000 2009 2010 2011 2012 2013 Rib u Rui ah

nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kertas Indonesia. Hasil estimasi tidak sesuai dengan hipotesis yang mengasumsikan bahwa nilai tukar memiliki hubungan negatif dengan nilai ekspor kertas Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai tukar negara tujuan memiliki hubungan positif dengan nilai ekspor kertas Indonesia. Hal ini dikarenakan REER merupakan nilai tukar yang dipengaruhi oleh pembobotan perdagangan dengan negara-negara mitra dagang. Pembobotan ini menyebabkan hubungan antara kedua variabel menjadi positif karena Indonesia juga banyak melakukan ekspor barang komoditas primer seperti minyak bumi dan gas alam (Utami 2008)

Analisis Porter’s Diamond Kondisi Faktor

1. Hutan tanaman Industri (HTI) merupakan hutan produksi berbagai produk kayu dan turunannya. HTI juga merupakan sumber bahan baku kertas. Pada tahun 2011 luas HTI sebesar 10.04 juta Ha mengalami penurunan menjadi 9.83 juta Ha pada tahun 2012. Penurunan luas HTI ini sebesar 2.11% (APKI 2013).(-)

2. Iklim di Indonesia membuat umur pohon yang menjadi sumber bahan baku kertas seperti akasia dan eucalyptus dapat dipanen saat berumur 5 sampai dengan 7 tahun. Umur panen ini lebih singkat dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini membuat biaya produksi kertas di Indonesia lebih rendah dibandingkan negara pesaingnya (Handayani 2008). (+)

3. Produktivitas tenaga kerja sub sektor kertas mengalami fluktuatif namun cenderung meningkat. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja pada periode tahun 2009 sampai 2013 sebesar 23%. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 10. (+)

Sumber : BPS 2016

Gambar 10 Produktivitas tenaga kerja kertas Indonesia

4. Pengelolaan lahan gambut yang akan dijadikan HTI sebagai sumber bahan baku kertas sudah menggunakan teknologi ekohidro. Teknologi ini

Gambar

Gambar 2 Sepuluh kelompok hasil industri dengan nilai ekspor terbesar  Produksi  kertas  saat  ini  mencapai 10.4 juta ton  per tahun dan  pulp  sebesar  6.4 juta ton per tahun (Kemenperin 2015)
Gambar  4  Perkembangan  nilai  ekspor  kertas  Indonesia  ke  delapan  negara  di  Amerika Latin
Gambar 5 Keseimbangan dalam perdagangan internasional
Gambar  6  Kerangka  pemikiran  analisis  kinerja  ekspor  kertas  Indonesia  ke  Amerika Latin
+7

Referensi

Dokumen terkait

toleransi terhadap tradisi keimanan yang berbeda-beda, padahal kenyataannya menyarankan perusakan terhadap tradisi-tradisi agama agar dapat mengeliminasi perbedaan

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis I yang menyatakan bahwa produk, harga, promosi dan distribusi secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian

Berdasarkan hasil pengukuran beban kerja pada P.T LASER JAYA SAKTI dengan menggunakan metode Work Load Analysis (WLA) dapat disimpulkan bahwa beban kerja Pada bagian

Manakah yang lebih besar pengaruhnya antara kegiatan outing class dengan kegiatan pembelajaran di dalam kelas dalam pendekatan sainstifik terhadap sikap ilmiah

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi minyak kelapa murni (VCO) secara signifikan dapat berpengaruh penurunan kadar gula darah, dimana kandungan asam

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat empat faktor yang secara signifikan mempengaruhi keputusan konsumen membeli kosmetika perawatan wajah, yaitu faktor

Eksperimen dilakukan mulai jam 08.00 -14.00 WIB. Pada awal pengukuran besarnya nilai suhu masih cukup tinggi yaitu 36ºC dengan RH 69%. Hal ini terjadi karena sistem kontrol