KATA PENGANTAR……… ii
E. Manfaat/Signifikansi Penelitian….……….. 10
F. Struktur Organisasi……….. 11
BAB II PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL A. Konsep Dasar Emosi 1. Pengerian Emosi………... 2. Fungsi Emosi……… 3. Bentuk-bentuk Emosi………... 4. Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku Manusia………. 5. Perkembangan Emosi Siswa Sekolah Dasar……… 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional………… 20 23 C. Permainan Simulasi 1. Sejarah Permainan Simulasi………. 2. Konsep Dasar Permainan Simulasi ………. 3.Rasional Permainan Simulasi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling………... 4. Tahap-tahap Dinamika Kelompok dalam Permainan Simulasi……… 25 26 30 31 D. Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional… 37 E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian……….. 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian………... 42
B. Desain Penelitian………. 43
C. Metode Penelitian………... 44
D. Definisi Operasional Variabel……….. 44
E. Instrumen Penelitian………..……….. 52
F. Teknik Pengumpulan Data………... 55
G. Teknik Analisis Data……… 55
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan………... 87
B. Rekomendasi……… 88
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Pada Siswa Sekolah Dasar
Tabel 4.2 Rentang Nilai Aspek Kecerdasan Emosional Siswa Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012
68
Tabel 4.3 Gambaran Per-Aspek Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012
Tabel 4.5 Gambaran Per-Aspek Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Setelah Melakukan Permainan Simulasi
71
Tabel 4.6 Gambaran Umum Perbedaan Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Tahun Ajaran 2011/2012 Sebelum dan Setelah Memperoleh Permainan Simulasi
72
Tabel 4.7 Gambaran Perbedaan Ketercapaian Aspek Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Sebelum dan Setelah Memperoleh Permainan Simulasi
73
Tabel 4.8 Data Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Emosional Terendah Sebelum Memperoleh Permainan Simulasi
76
Tabel 4.9 Data Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Emosional Terendah Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 3.1 Skala Kontinum………. 62
Grafik 4.1 Profil Umum Kecerdasan Emosional Siswa Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012
67
Grafik 4.2 Skala Kontinum 68 Grafik 4.3 Perbedaan Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas
SDN Cihampelas 3 Sebelum dan Setelah Memperoleh Permainan Simulasi Pada Setiap Aspek
74
Grafik 4.4 Gambaran Ketercapaian Aspek Mengenali Emosi Diri Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi
85
Grafik 4.5 Gambaran Ketercapaian Aspek Mengelola Emosi Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi
86
Grafik 4.6 Gambaran Ketercapaian Aspek Memotivasi Diri Sendiri Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi
87
Grafik 4.7 Gambaran Ketercapaian Aspek Mengenali Emosi orang Lain Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi
88
Grafik 4.8 Gambaran Ketercapaian Aspek Membina Hubungan Dengan Orang Lain Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi
DAFTAR BAGAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat anak memasuki usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa
pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena
itu, anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya.
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan
(pembiasaan) (Yusuf, 2002 : 181).
Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari
lingkungan. Dari lingkungan anak dapat menyesuaikan diri secara efektif dengan
berbagai pengetahuan yang diterima. Apabila bimbingan di sekolah ataupun di
rumah tidak mencukupi untuk memenuhi rasa ingin tahunya maka anak akan
mencoba hal-hal yang belum dia tahu pasti sebab dan akibatnya.
Mira (2008 : 2) memaparkan penyimpangan atau gangguan emosi dapat
terjadi pada siapapun, termasuk pada anak-anak. Gangguan emosi yang tidak
tertangani dapat berakibat fatal. Contoh kasus penyimpangan atau gangguan
emosi pada anak usia Sekolah Dasar terjadi pada Heryanto (14 tahun) siswa SD
Muara Sanding II Kabupaten Garut, yang lolos dari upayanya melakukan bunuh
diri, yang mengakibatkan ia harus menjalani pemulihan gangguan motorik halus
dan perilaku. Kasus lain, terjadi pada Eko Haryanto (15 tahun) siswa SD
bunuh diri ini dilakukan karena ia merasa malu menunggak SPP selama sepuluh
bulan, tetapi usaha bunuh dirinya ini gagal.
Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh anak dikarenakan anak sudah tidak
dapat melihat jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Secara emosi anak
sudah sampai pada titik tidak tahu lagi harus melakukan apa kemudian
memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Kasus yang mengagetkan banyak pihak
itu menunjukkan anak belum dapat mengenali emosinya secara baik dan
beradaptasi dengan emosinya sendiri.
Goleman (2005:59) mengemukakan bahwa Emotional Inteligence
merupakan prasyarat dasar bagi penggunaan fungsi IQ secara efektif. Hal ini
nampak pada saat bagian otak yang memfasilitasi fungsi-fungsi perasaan
terganggu maka seseorang tidak pula dapat berpikir secara efektif. Menurut
Goleman (2005:40), kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20%
terhadap kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80% bergantung pada
kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual, bahkan dalam
hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi 4%.
Survei terhadap orangtua dan guru-guru yang dilakukan oleh Goleman
(2007 :329-330) memperlihatkan adanya kecenderungan yang sama di seluruh
dunia; yaitu generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosi daripada
generasi sebelumnya, lebih kesepian dan pemurung, lebih berangasan dan kurang
menghargai sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan
agresif. Kemerosotan emosi tampak dalam semakin parahnya masalah spesifik
menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram durja, kurang
bersemangat, merasa tidak bahagia, terlampau bergantung; (2) Cemas dan depresi,
menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa
gugup atau sedih dan depresi; (3) Memiliki masalah dalam hal perhatian atau
berpikir ; tidak mampu memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun,
bertindak tanpa bepikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, sering
mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran jadi tenang. (4)
Nakal atau agresif; bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan
menipu, sering bertengkar, bersikap kasar terhadap orang lain, menuntut
perhatian, merusak milik orang lain, membandel di sekolah dan di rumah, keras
kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering
mengolok-olok , bertemperamen panas.
Fakta-fakta yang dipaparkan penjelasan diatas menunjukkan pentingnya
pengembangan kecerdasan emosional anak sejak dini agar mereka dapat sukses di
sekolah dan memiliki perilaku yang tidak menyimpang.
Anak yang mendapatkan pembinaan emosi secara baik dari orangtuanya
menunjukkan hasil yang mengagumkan. Penelitian Gottman & DeClaire
(Terjemahan Hermaya, 1997 : 8) menunjukkan bahwa :
Goleman (2005:43) mengatakan apabila seseorang pandai menyesuaikan
diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut
akan memiliki tingkat emosi yang baik yang akan lebih mudah menyesuaikan diri
dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman (2005:45)
mengatakan bahwa ciri-ciri kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang
dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan diri dalam menghadapi
kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan
jiwa, berempati dan berdoa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang
dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan
mengatur suasana hati.
Dalam rangka membantu anak dalam mengembangkan kecerdasan
emosional, maka anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya agar dapat
bereaksi wajar dan normatif. Dengan begitu anak tidak akan terkejut menerima
kritik atau umpan balik, mudah bersosialisasi, memiliki solidaritas yang tinggi,
dan dapat diterima di lingkungan. Anak akan mampu menemukan dirinya sendiri
dan mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku. Karena pada dasarnya anak
merupakan sosok individu yang masih memerlukan bantuan untuk dapat
menentukan, menemukan dan mengenali emosinya.
Salah satu metode yang dianggap efektif dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan kesadaran diri siswa ialah model layanan melalui permainan
simulasi (Muro&Dinkmeyer,1997; Froehle,1983; Kathleen,1995; kim,2003 dalam
Ramli, 2007 : 17). Permainan simulasi merupakan aktivitas bertujuan yang
memberikan lingkungan belajar yang relative aman, sederhana dan saling
berhubungan secara erat (Ramli, 2007 : 21). Permainan simulasi tersebut
melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar yang menyenangkan. Dalam
hal ini siswa memainkan peran dalam situasi yang menyerupai kehidupan nyata.
Siswa mereaksi isyarat-isyarat sebagaimana ditemui dalam lingkungan
sebenarnya. Siswa tersebut mengalami konsekuensi reaksi dalam kondisi yang
aman dan menyenangkan (Ramli, 2007 :22). Oleh karena permainan simulasi
tersebut merefleksikan realitas kehidupan sehari-hari dan menyenangkan melalui
suasana bermainnya maka kondisi tersebut menarik bagi para siswa sehingga
mereka merasa senang dan terlibat secara mendalam dengan kegiatan belajar
melalui permainan simulasi.
Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan keefektifan permainan
simulasi dalam membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
subjek penelitian. Ramli (2007 : 28) memaparkan bahwa permainan simulasi
tersebut dapat meningkatkan : (1) motivasi warga belajar, (2) pemahaman diri
siswa dan lingkungannya, (3) peningkatan kualitas layanan konsultasi bagi orang
tua siswa, dan (4) mengembangkan komitmen belajar siswa sekolah menengah
atas (Nugraha, 2009).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tentang kegunaan pelayanan
peningkatan kemampuan individu melalui permainan simulasi di atas dapat
diduga bahwa pelayanan tersebut juga efektif dalam meningkatkan kecerdasan
“PenggunaanMetode Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Siswa SD Kelas Atas”.
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Salah satu faktor ketidakmampuan orang tua untuk menjadi pelatih emosi
bagi anak diperkirakan karena kondisi sosial ekonomi yang rendah. Dengan
kondisi ini, mereka cenderung lebih memusatkan perhatian pada pemenuhan
kebutuhan dasar (Kartadinata, 1983 : 44). Penjelasan lain dari McLoyd (dalam
Santrock, 2002 :72) bahwa pada orang tua miskin cenderung memiliki
kemampuan yang terbatas dalam membimbing dan mendukung anak-anaknya.
Mengenai perilaku pengasuhan, orangtua yang berasal dari keluarga penghasilan
rendah dan kelas pekerja cenderung mendisiplinkan anak-anak dengan hukuman
fisik dan mengecam anak-anak mereka (Heath, 1983&Kohn,1977 dalam Santrock,
2002 : 47). Demikian juga pendapat Goleman (2005 : 34) bahwa pada keluarga
miskin, orangtua kurang memberikan ungkapan kehangatan kepada anak. Apa
yang dilakukan orangtua tersebut bukanlah cara yang baik untuk mengembangkan
kecerdasan emosional anak, maka orangtua harus cerdas secara emosi. Orangtua
yang cerdas secara emosi akan nampak dari cara orangtua memperlakukan anak
dengan kasih sayang yang afirmatif, yaitu menyediakan situasi yang baik bagi
perkembangan emosi anak dan mendukung melalui cara yang jelas dikenali anak
Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
merupakan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan
dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina
hubungan dengan orang lain.
Berdasarkan pengertian kecerdasan emosional tersebut, maka kecerdasan
emosional pada penelitian ini didefinisikan ke dalam lima aspek utama sebagai
berikut (Salovey dalam Goleman, 2005 :43-44) :
a. Mengenali emosi diri;
b. Mengelola emosi (managing emotion);
c. Memotivasi diri sendiri (motivating oneself);
d. Mengenali emosi orang lain (recognizing emotion in others);
e. Membina hubungan (hadling relationship).
Bermain dipandang sebagai suatu perilaku yang muncul secara alamiah
menyenangkan yang ditemukan dalam kehidupan manusia. Bermain juga
merupakan suatu kekuatan pendorong dalam perkembangan manusia.
Dunia anak adalah dunia bermain, tapi sayangnya kebanyakan orangtua
memperlakukan aktivitas bermain sebagai imbalan bukan sebagai kebutuhan anak.
Sebenarnya, lewat kegiatan bermain semua aspek perkembangan anak
ditumbuhkan, sehingga anak-anak menjadi lebih sehat sekaligus cerdas.
Menurut survei yang dilakukan oleh Radani Edutainment (An, 2008 : 3)
terhadap 300 responden di wilayah Jabodetabek, terungkap hanya sekitar 25
persen anak yang bisa bermain sesuai dengan keinginan anak-anak. Dua aktivitas
(50%) dan bermain di luar rumah (30%). Sekitar 60 persen anak-anak di
Jabodetabek sepulang sekolah lebih banyak menghabiskan waktunya dengan
mengikuti kegiatan les.
Berdasarkan analisis beberapa hasil penelitian pada uraian latar belakang
penelitian diduga bahwa permainan simulasi dapat digunakan dalam peningkatan
kecerdasan emosional siswa SD. Maka dari itu, salah satu kegiatan yang dapat
diberikan pada siswa SD untuk mengembangkan kecerdasan emosional adalah
melalui metode permainan simulasi. Dimensi bermain sangat mungkin diberikan
pada siswa SD karena disesuaikan dengan karakteristik siswa, maka dari itu
bantuan yang diberikan untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD
melalui permainan simulasi.
Permainan simulasi mampu menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan mental yang merupakan unsur utama yang menentukan
perkembangan serta alat berfikir untuk mengelola perilaku dan sikap dalam
berbagai setting.
Permainan simulasi merupakan upaya penciptaan lingkungan bagi para
partisipan atau pemain yang tidak akan mengalaminya sebagaimana biasanya.
(Gillispie dalam M. Ramli, 2007: 31). Permainan simulasi secara tidak langsung
merupakan suatu rekayasa lingkungan yang realistis dan mengembangkan solusi
yang realistis untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka secara
Apakah teknik permainan simulasi efektif untuk mengembangkan
kecerdasan emosional siswa SD kelas atas?
Secara khusus rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :
a. Bagaimana profil kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN
Cihampelas 3 sebelum memperoleh permainan simulasi?
b. Bagaimana profil kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN
Cihampelas 3 setelah memperoleh permainan simulasi?
c. Adakah perbedaan skor yang dicapai siswa sebelum dan sedudah memperoleh
permainan simulasi?
d. Apakah bimbingan dengan menggunakan metode permainan simulasi efektif
untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui efektivitas permainan
simulasi dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD.
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Gambaran umum kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas
3 tahun ajaran 2011 / 2012 sebelum memperoleh permainan simulasi.
b. Gambaran umum kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas
3 tahun ajaran 2011 / 2012 setelah memperoleh permainan simulasi.
c. Efektivitas bimbingan dengan metode permainan simulasi untuk
mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu
(Quasi-Experimental Research) dengan alasan pertama penelitian hanya
mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil dan kedua
rancangan eksperimen semu tidak ada kontrol (Suryabrata, 1983 :151).
E. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuan, khususnya dalam ilmu bimbingan dan konseling.
Adapun secara praksis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi konselor khususnya, dan guru pada umumnya
Mengetahui gambaran penggunaan metode permainan simulasi dalam
mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD dan mengembangkannya
dalam menangani siswa lainnya.
b. Bagi Sekolah Dasar Negeri Cihampelas 3
Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan serta
rujukan dalam menentukan kebijakan dan program sekolah dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan metode
permainan simulasi dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
c. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Mendapatkan gambaran operasional dalam aplikasi permainan simulasi untuk
masukan bagi pengembangan mata kuliah yang terkait (Bimbingan dan
Konseling Anak dan Dinamika Kelompok).
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya
untuk meneliti efektivitas menggunakan permainan simulasi untuk
mengembangkan kecerdasan emosional siswa pada setiap jenjang pendidikan
SMP, SMA dan PT, membandingkan gambaran umum tingkat kecerdasan
emosional siswa sekolah dasar pada setiap jenjang kelas, jenis kelamin dan
tingkat prestasi, sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan
menyeluruh.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Rancangan penulisan skripsi terdiri dari lima bab antara lain : bab I terdiri
dari latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, metode penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur
organisasi penelitian. Bab II terdiri dari teori-teoti dasar yang berhubungan
dengan permasalahan yang diteliti serta asumsi dan hipotesis penelitian. Bab III
merupakan penjabaran dari lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain
penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik
pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian. Bab IV akan dilaporkan
hasil-hasil penelitian. Bab V akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang
dilakukan serta implikasinya bagi guru, sekolah dan peneliti selanjutnya untuk
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Cihampelas 3. Populasi dalam
penelitian adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Penelitan
menggunakan Purposive Sampling yang dikenal juga dengan sampling
pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti
mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan
sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Penggunaan teknik
purposive sampling adalah dengan mengambil sampel satu kelompok 5-8 orang
yang memiliki skor kecerdasan emosional rendah, dengan asumsi sesuai dengan
penanganan bimbingan kelompok. Hal ini dipandang efektif melihat dalam
pemberian treatment 5-8 orang ini akan di kelompokan dalam kelas yang terpisah.
Pertimbangan memilih sampel dan lokasi penelitian di SDN Cihampelas 3
Bandung adalah :
1. Pemilihan lokasi atas pertimbangan bahwa SDN Cihampelas 3 termasuk SD
yang berada hampir di pusat kota yang sering dianggap tempat transit untuk
orang-orang berwisata.
2. Pemilihan lokasi juga atas pertimbangan bahwa SDN Cihampelas 3
merupakan sekolah yang mempunyai keragaman latar belakang siswa
sehingga tentu saja mempengaruhi kecerdasan emosional anak.
3. Pemilihan siswa atas berdasarkan pertimbangan kelas atas merupakan masa
4. Pemilihan siswa kelas atas juga berdasarkan pertimbangan siswa kelas atas
berada pada masa operational concret, artinya anak sudah dapat membentuk
operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat
menambah, mengurangi dan mengubah serta operasi ini memungkinkan
mereka dapat memecahkan masalah secara logis.
B. Desain Penelitian
Desain pada penelitian dengan menggunakan penelitian one group pretest
dan posttest desain digambarkan sebagai berikut :
Pretest Treatment Posttest
T1 X T2
Langkah-langkah penelitian :
1. Menentukan subjek, subjek dalam penelitian yaitu siswa kelas atas SD Negeri
Cihampelas 3 Bandung.
2. Memberikan pretest (T1) pada subjek untuk mengukur rata-rata kecerdasan
emosi sebelum subjek dikenakan treatment.
3. Memberikan treatment (X) pada subjek penelitian.
4. Memberikan posttest (T2) pada subjek untuk mengukur rata-rata kecerdasan
emosi setelah subjek dikenakan variabel eksperiment (X).
Menghitung rata-rata selisih pretest dan posttes (T2 – T1) untuk
menentukan apakah penggunaan permainan simulasi (X) efektif untuk
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu
(Quasi-Experimental Research) dengan alasan pertama penelitian hanya
mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil dan kedua
rancangan eksperimen semu tidak ada kontrol (Suryabrata, 1983 : 151).
Data dalam penelitian quasi eksperimental diperoleh melalui pretest dan
posttes serta dari kondisi yang ada pada saat pemberian permainan berlangsung.
Metode ini menggunakan desain satu kelompok subjek (one group pretest-posttest
design), dengan alasan bahwa pretest memberikan landasan untuk membuat
komparasi perubahan yang dialami oleh subjek yang sama sebelun dan sesudah
dikenakan eksperimental treatment (Suryabrata, 1983 : 153).
D. Definisi Operasional Variabel
1. Kecerdasan Emosional
Definisi Operasional variabel kecerdasan emosional dalam penelitian ini
dikembangkan dari instrumen skala kecerdasan emosional (Mira, 2008).
Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan
dengan orang lain.
Secara konseptual, kecerdasan emosional oleh Salovey (dalam Goleman,
a. Mengenali emosi diri, wilayah ini merupakan dasar kecerdasan emosional.
Mengenali emosi diri disebut juga sebagai kesadaran diri (self-awareness),
yakni kemampuan untuk mengidentifikasi / menamai perasaan. Dalam aspek
mengenali emosi diri terdapat 3 indikator, yaitu : 1.1) Mengenal dan
merasakan emosi sendiri, yaitu bagaimana individu mampu mengenali,
merasakan bahkan menamai emosi dirinya yang dirasakan pada saat emosi itu
muncul, 1.2) Memahami penyebab perasaan yang timbul, yaitu setelah
individu mampu mengenal dan merasakan emosinya sendiri, ia juga mampu
untuk menemukan bahkan memahami penyebab perasaan emosinya yang
timbul, 1.3) Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan, yaitu setelah
ditemukan penyebab perasaan emosinya, individu akan mampu mengenal
bahkan memahami kemungkinan pengaruh dari perasaan emosinya terhadap
tindakan atau perbuatan yang akan muncul sebagai efek dari perasaan atau
emosinya.
b. Mengelola emosi, ; kecerdasan emosi seseorang pada bagian ini ditunjukkan
dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan, atau ketersinggungan sehingga dia dapat bangkit kembali dengan
jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Dalam
aspek mengelola emosi ini, terdapat enam indikator, yaitu : 2.1) Bersikap
toleran terhadap frustasi, yaitu bagaimana individu mentoleransi saat perasaan
frustasinya muncul, 2.2) Mampu mengendalikan marah secara lebih baik,
yaitu individu mampu mengelola perasaan marahnya agar dapat dikendalikan
merusak diri sendiri dan orang lain, yaitu individu mampu mengelola
perasaannya terutama saat perilaku agresifnya muncul agar tidak merugikan
diri sendiri dan orang lain, 2.4) Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri
dan orang lain, yaitu individu mampu untuk selalu berfikir positif tentang diri
sendiri dan orang lain di sekitarnya, 2.5) Memiliki kemampuan untuk
mengatasi stress, yaitu individu dapat mengelola dan mengatasi perasaan
stressnya secara lebih baik saat ia merasa tertekan, 2.6) Dapat mengurangi
perasaan kesepian dan cemas, yaitu individu mampu mengisi waktunya
dengan kegiatan yang positif dan menyenangkan untuk menghindari perasaan
kesepian dan cemas.
c. Memotovasi diri sendiri, kecerdasan ini berhubungan dengan kamampuan
seseorang dalam membangkitkan hasrat, menguasai diri, menahan diri
terhadap kepuasan dan kecemasan. Keberhasilan dalam wilayah ini akan
menjadikan seseorang cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal
apa pun yang mereka kerjakan. Dalam aspek memotivasi diri sendiri ini
terdapat tiga indikator, yaitu : 3.1) Mampu mengendalikan impuls, artinya
individu mampu menyeleksi bahkan mengendalikan rangsangan atau godaan
negatif yang datang, 3.2) Bersikap optimis, artinya individu mampu untuk
selalu merasa optimis dalam segala hal, 3.3) Mampu memusatkan perhatian
pada tugas yang dikerjakan, artinya individu dapat bersikap tegas pada dirinya
sendiri untuk konsentrasi dan fokus pada tugas yang dikerjakannya serta tidak
tergoda oleh hal lain yang dapat membuyarkan bahkan mengganggu
d. Mengenali emosi orang lain, Berkaitan erat dengan empati, salah satu
kecerdasan emosi yang merupakan "keterampilan bergaul" dasar. Orang yang
empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang
mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Dalam
aspek mengenali emosi orang lain, terdapat tiga indikator, yaitu : 4.1) Mampu
menerima sudut pandang orang lain, artinya individu dapat bersikap terbuka
untuk menerima dan memaklumi sudut pandang orang lain meskipun
pandangan orang lain tersebut bertolak belakang dengan pandangannya, 4.2)
Memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap perasaan orang lain, artinya
individu peka terhadap apa yang sedang dirasakan orang lain dan mampu
bersikap empati, 4.3) Mampu mendengarkan orang lain, artinya individu
mampu menjadi pendengar yang baik untuk mendengarkan orang lain yang
mengajaknya berbicara.
e. Membina hubungan, Seni membina hubungan, menuntut kecerdasan dan
keterampilan seseorang dalam mengelola emosi orang lain. Sangat diperlukan
untuk menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi.
dalam aspek membina hubungan ini, terdapat Sembilan indikator, yaitu : 5.1)
Memahami pentingnya membina hubungan dengan orang lain, artinya
individu sadar bahwa membina hubungan dengan orang lain itu penting, 5.2)
Mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain, artinya individu dapat
segera menyelesaikan konflik dengan orang lain secara positif dengan tidak
menimbulkan konflik yang baru, 5.3) Memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain secara baik bahkan dengan orang yang baru
dijumpainya, 5.4) Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan
teman sebaya, artinya bahwa individu senang bersahabat dan bergaul terutama
dengan teman sebayanya, 5.5) Memiliki sikap tenggang rasa, artinya bahwa
individu mampu bersikap tenggang rasa terhadap kepentingan orang lain, 5.6)
Memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain, artinya bahwa individu
tidak bersikap egois, ia selalu lebih mengutamakan kepentingan orang lain
daripada kepentingan dirinya sendiri, 5.7) Dapat hidup selaras dengan
kelompok, artinya individu mampu hidup damai dan selaras dalam
kelompoknya, 5.8) Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama, artinya
bahwa individu merasa senang dengan kondisi kebersamaan dan bekerja sama
dengan orang lain, 5.9) Bersikap demokratis, artinya bahwa individu tidak
memutuskan sesuatu yang bersifat umum dengan pandangannya sendiri, akan
tetapi ia juga mempertimbangkan pandangan orang lain.
2. Permainan Simulasi
Permainan simulasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk
kegiatan yang melibatkan aktivitas kognitif, afektif dan psikomotor dalam suasana
yang menyenangkan dengan rekayasa lingkungan menyerupai kondisi nyata
dalam suasana kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan
emosional siswa SD kelas atas.
Dalam penelitian ini, mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD
pengembangan kecerdasan emosional siswa melalui hubungan menyenangkan
yang menyerupai kehidupan nyata dalam seting kelompok yang terdiri atas tahap
pembinaan hubungan baik, orientasi permainan simulasi, kegiatan permainan
simulasi, refleksi permainan simulasi dan pengakhiran.
Urutan pelaksanaan permainan simulasi untuk mengembangkan
kecerdasan emosional siswa SD kelas atas berdasarkan pada analisis kebutuhan
(need assesment) permasalahan kecerdasan emosional siswa yang diungkap
dengan instrumen skala kecerdasan emosional siswa SD. Selanjutnya tahapan
permainan simulasi dalam penelitian ini secara operasional terdiri dari atas
tahapan berikut ini:
a. Pembinaan hubungan baik
Peningkatan kecerdasan emosional siswa melalui permainan simulasi
diharapkan dapat dicapai secara optimal. Pencapaian tujuan tersebut tentunya
memerlukan kondisi yang fasilitatif. Hubungan baik dapat tercipta melalui
penciptaan suasana penghargaan, penerimaan, keterbukaan, dan pemahaman
empatik terhadap siswa. Kegiatan perkenalan terutama dilakukan pada pertemuan
pertama. Untuk pertemuan selanjutnya, kegiatan pembinaan hubungan baik
disesuaikan dengan kondisi kelompok. Kegiatan ini bertujuan untuk dapat
memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam permainan simulasi dengan penuh
b. Orientasi permainan simulasi
Pada tahap ini, siswa diberikan penjelasan tentang (a) tujuan permainan
simulasi secara singkat, (b) tata cara permainan simulasi yang meliputi cara
memulai, melaksanakan, dan mengakhiri permainan simulasi , (c) asas-asas umum
permainan simulasi, terutama yang berkaitan dengan asas kesukarelaan,
penghargaan, dan kerahasiaan, (d) penentuan peserta permainan, dalam permainan
ini fasilitator adalah peneliti dan pemain adalah siswa-siswa yang memiliki skor
kecerdasan emosional rendah berdasarkan hasil inventori kecerdasan emosional
siswa SD kelas atas.
c. Kegiatan permainan simulasi
Pada tahap ini pemain melaksanakan permainan simulasi yang dipimpin
fasilitator. Fasilitator memberikan kesempatan kepada pemain untuk aktif dalam
permainan simulasi dengan memberikan dorongan dan penguatan dengan penuh
perhatian, penghargaan, keterbukaan, dan pemahaman empatik. Pemain berperan
aktif dalam kegiatan permainan simulasi sesuai dengan stimulasi isi situasi dalam
beberan simulasi dan interaksi dengan pemain yang lain dalam rangka
peningkatan kecerdasan emosionalnya. Keaktifan para pemain dalam permainan
simulasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan semua aspek kemampuan
kecerdasan emosional siswa.
d. Refleksi permainan simulasi
Tahap refleksi permainan simulasi, yakni tahap untuk menyerapkan
pengalaman dan wawasan yang diperoleh setelah mengikuti permainan simulasi
1) Memberikan kesempatan setiap peserta permainan simulasi untuk
menjelaskan peran yang telah dimainkan.
2) Memberikan kesempatan setiap peserta permainan simulasi untuk
menjelaskan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan permainan
simulasi dan penanganannya.
3) Memberikan kesempatan setiap peserta permainan simulasi untuk
menjelaskan pelajaran yang diperoleh dari permainan simulasi yang telah
diikuti.
4) Mengarahkan peserta permainan simulasi membahas proses pelaksanaan
dan hasil permainan simulasi berkaitan dengan upaya mengembangkan
kecerdasan emosional. Pembahasan hasil permainan simulasi dikaitkan
dengan pengembangan berbagai aspek kemampuan dalam kecerdasan
emosional meliputi : kemampuan mempersepsi, menggunakan,
memahami, dan mengelola emosi.
5) Melakukan evaluasi proses dan hasil permainan simulasi berkaitan dengan
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
e. Pengakhiran
Pengakhiran permainan simulasi, yakni tahap pengembangan kesepakatan
tindakan, kesimpulan hasil permainan simulasi dan penguatan atas kesepakatan
f. Evaluasi
Evaluasi keberhasilan permainan simulasi, yakni penilaian ketercapaian
keberhasilan permainan simulasi yang telah dilaksanakan menyangkut aspek
proses maupun aspek hasil.
E. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Kisi-Kisi
Instrumen pengungkap data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan Skala Kecerdasan Emosional siswa Sekolah Dasar yang di
kembangkan oleh Mira Susanty Yuliani (2008). Kisi-kisi instrumen Skala
Kecerdasan Emosional Siswa sekolah Dasar disajikan dalam tabel berikut
Tabel 3.1
Kisi – kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Pada Siswa Sekolah Dasar
ASPEK INDIKATOR NO ITEM
1. Kesadaran
Diri
1.1 Mengenal dan merasakan emosi sendiri 1,2
1.2 Memahami faktor penyebab perasaan yang
timbul
3,4
1.3 Mengenal pengaruh perasaan terhadap
tindakan
5,6
2. Mengelola
Emosi
2.1 Bersikap toleran terhadapn frustasi 7,8
2.2 Mampu mengendalikan marah secara lebih
baik
9,10
2.3 Dapat mengendalikan perilaku agresif yang
dapat merusak diri sendiri dan orang lain
ASPEK INDIKATOR NO ITEM
2.4 Memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri dan orang lain
13,14
2.5 Memiliki kemampuan untuk mengatasi stress
15,16
2.6 Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas
17
3. Memotivasi
diri sendiri
3.1 Mampu mengendalikan impuls 18,19
3.2 Bersikap optimis 20,21
3.3 Mampu memusatkan perhatian pada tugas
yang dikerjakan
22
4. Mengenal
emosi orang
lain
4.1 Mampu menerima sudut pandang orang lain 23,24
4.2 Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang
lain
25,26
4.3 Mampu mendengarkn orang lain 27,28
5. Membina
hubungan
5.1 Memahami pentingnya membina hubungan
dengan orang lain
29
5.2 Dapat menyelesaikan konflik dengan orang
lain
30,31
5.3 Memiliki kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain
32,33
5.4 Memiliki sifat bersahabat atau mudah
bergaul dengan orang lain
34,35
5.5 Memiliki sikap tenggang rasa 36,37
5.6 Memiliki perhatian terhadap kepentingan
orang lain
38,39
5.7 Dapat hidup selaras dengan kelompok 40,41
5.8 Bersikap senang berbagi rasa dan
bekerjasama
42,43
2. Pedoman Skoring
Menetapkan pola penyekoran untuk instrumen kecerdasan emosional
siswa, instrumen yang keseluruhan terdiri dari pernyataan atau pertanyaan dalam
bentuk pilihan ganda untuk tiga alternatif jawaban yang memiliki skor tersendiri,
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala
kecerdasan emosional. Adapun bentuk instrumen disajikan dalam bentuk pilihan
ganda yang keseluruhan terdiri dari pernyataan atau pertanyaan untuk tiga
alternatif jawaban yang memiliki skor tersendiri. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini yaitu data tentang kecerdasan emosional siswa dan efektivitas
permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Oleh
karena itu dalam pengambilan data dilakukan dalam dua kali, yaitu pre-test dan
post-test dengan menggunakan instrumen yang sama.
G. Analisis Data
Teknik pengolahan data erat kaitannya dengan jenis data yang diperoleh
serta tujuan penelitian. Data yang diperoleh dengan menggunakan skala Likert
kemudian dianalisis dengan mengguanakan perhitungan statistik sehingga
diperoleh hasil perhitungannya.
Dalam mengolah data, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut :
a. Verifikasi data, hal ini dilakukan untuk mengetahui kelengkapan data yang
diperoleh.
b. Memberikan skor (scoring) untuk jawaban pernyataan siswa. Setiap butir
pernyataan memiliki skor aktual, yaitu dari penjumlahan dari setiap skor
c. Pengelompokan data mengacu kepada penentuan konversi skor. Konversi skor
disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek
maupun skor total instrumen dengan jumlah kelas tiga.
Untuk mengetahui gambaran aspek kecerdasan emosional siswa, maka
dilakukan pengelompokan data berdasarkan lima aspek kecerdasan emosional
tersebut dengan kriteria rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan kriteria tersebut
berdasarkan pada skala kontinum sesuai dengan pendapat Allen L. Edwards
(dalam Natawidjaja, 1985 : 234), bahwa pergerakan skala dimulai dari daerah
unfavorable (-) sampai ke daerah favorable (+). Skala kontinum ini, jika
ditunjukkan dalam garis akan tampak sebagai berikut.
Grafik 3.1 Skala Kontinum
0 1,49 1,5 2,49 2,5 3
Rendah Sedang Tinggi
Kriteria di atas hanyalah sebagai patokan dalam menentukan kategori dari
skor. Dalam penggunaannya, setiap range dalam kriteria di atas dikalikan
dengan jumlah item yang digunakan. Berdasarkan studi uji coba, terdapat 45
item yang sudah diujicobakan (setelah uji coba) diperoleh gambaran umum
45 - 67,49 = Rendah
67,5 - 112,49 = Sedang
112,5 - 135 = Tinggi
a. Persentase
Persentase digunakan untuk mengungkap karakteristik kecerdasan
emosional siswa yang dimiliki. Bila persentase semakin tinggi, maka skala
kecerdasan emosional siswa termasuk dalam karakteristik tinggi. Namun
sebaliknya, bila persentase rendah, maka skala kecerdasan emosional siswa
termasuk dalam karakteristik rendah. Selain itu untuk mendapatkan gambaran
tingkat kecerdasan emosional siswa secara lebih rinci, dilakukan perhitungan
persentase distribusi respons data terhadap masing-masing indikator dengan
rumus:
b. Uji Komparatif ( Uji t )
Uji t digunakan untuk menganalisis perbedaan skor pre-test dan post- test
siswa yang mendapat layanan pengembangan kecerdasan emosional melalui
permainan simulasi. Untuk menganalisis hasil eksperimen yang menggunakan
Keterangan :
t = t hitung N = Subyek pada sampel
1
Y = nilai rata-rata sampel 1 d.b = Ditentukan dengan N- 1
2
Y = nilai rata-rata sampel 2 n1 = banyaknya sampel 1
Sgab= simpangan baku gabungan kedua sampel n2 = banyaknya sampel 2
H. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
Tahap ini meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Penyusunan proposal penelitian dan konsultasi proposal dengan dosen
pengampu mata kuliah skripsi dan disahkan dengan persetujuan dari
dewan skripsi dan dosen pembimbing skripsi serta ketua jurusan.
b. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi
pada tingkat fakultas.
c. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk
melanjutkan ke tingkat fakultas dan rektor UPI. Selanjutnya
mengajukan permohonan penelitian pada Badan Kesatuan Bangsa,
Dinas Pendidikan Kota Bandung dan SD Negeri Cihampelas 3.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengumpulkan data studi pendahuluan sebagai data pre-test dengan
menyebarkan angket pada siswa kelas atas SD Negeri Cihampelas 3.
b. Melaksanakan permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan
emosional yang telah dirancang sebelumnya.
c. Mengumpulkan data post-test untuk memperoleh data efektivitas
permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional
siswa.
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir dilakukan pengolahan dan menganalisis data tentang
efektivitas permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan
emosional siswa serta kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisis data, berikut merupakan
kesimpulan dari proses penelitian yang telah dilakukan di SDN Cihampelas 3
Bandung, yaitu :
1. Secara umum gambaran kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN
Cihampelas 3 berada pada kategori sedang cenderung tinggi.
2. Secara umum tingkat pencapaian kecerdasan emosional siswa SD Kelas
atas SDN Cihampelas 3 sebelum memperoleh permainan simulasi dan
setelah memperoleh permainan terjadi peningkatan sebesar 4,55 %.
3. Permainan simulasi efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional
terutama pada aspek mengenal emosi orang lain dan aspek mengelola emosi.
4. Profil kecerdasan emosional 8 siswa terendah sebelum treatment berada
pada kategori sedang dengan pencapaian skor kecerdasan emosional
dibawah 100.
5. Profil kecerdasan emosional 8 siswa terendah setelah treatment menunjukan
peningkatan pada setiap aspek. Secara umum gambaran kecerdasan
emosional 8 siswa terendah berada pada kategori tinggi.
6. Permainan simulasi efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional
peningkatan sebesar 21,39 %. Selanjutnya hasil analisis dengan rumus t-test
bahwa harga t hitung sebesar 2,418 dengan derajat kebebasan (dk) n1+ n2 -
2 = 14. Harga t tabel pada tingkat kepercayaan 0.95 untuk dk = 14 adalah
1,645 ternyata harga t hitung lebih besar dari t tabel, sehingga Hoditolak.
Karena penelitian ini merumuskan hipotesis dalam bentuk hipotesis kerja
maka hipotesis dalam penelitian ini diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa permainan simulasi efektif untuk mengembangkan
kecerdasan emosional siswa SD kelas atas.
B. Rekomendasi
1. Bagi Guru Pembimbing di Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah cenderung pemurung, lebih suka menyendiri, kurang
bersemangat dan suka melamun. Oleh karena itu, guru pembimbing di
sekolah diharapkan dapat :
a. Merancang program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang
mampu meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
b. Merancang Teknik bimbingan yang melibatkan dan melatih kemampuan
kecerdasan emosional siswa, yang salah satunya dengan menggunakan
c. Memberikan tindak lanjut pada siswa yang memiliki kecerdasan
emosional rendah berupa pelatihan dan konseling individual.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Pencapaian hasil penelitian belum optimal, karena keterbatasan waktu dan
penguasaan teknik dalam penggunaan media yang tepat dalam bimbingan.
Alat atau instrument yang digunakan oleh peneliti belum sepenuhnya
mengungkap karakteristik kecerdasan emosional siswa SD Kelas atas SDN
Cihampelas 3, oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk :
a. Mengembangan kembali instrument penelitian sehingga mampu
secara optimal untuk mengungkap kemampuan kecerdasan
emosional siswa.
b. Mengembangkan dan mencari metode permainan yang lebih efektif
dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa serta dapat
memperdalam teknik-teknik permainan simulasi.
3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Data hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan. Hasil penelitian tentang efektivitas permainan
simulasi dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa diharapkan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Mubiar. (2008). Mengenali dan Memahami Dunia Anak. Bandung : Tidak diterbitkan.
Ahmadi, Abu. (1998). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ahman. (1998). Pengembangan Model Bimbingan dan Konseling Perkembangan di sekolah Dasar. Disertasi, PPS IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan.
An. (2008). Bermain Cerdaskan Emosi Anak. [Online]. Tersedia :
http://www2.kompas.com/ver1/Perempuan/0704/26/184534.htm. (14
November 2008)
Arikunto, Suharsimi. 1997. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
AsianBrain Content Team, (2008). Permainan Anak. [Online]. Tersedia: http://www.anneahira.com/permainan/index.htm (14 November 2008)
Baderel Munir. (2001). Dinamika Kelompok. Jakarta: Universitas Sriwijaya.
Dewi, Rian Chandra. (2007). Program Bimbingan Kelompok Berbasis Neuro Linguistic Programming Untuk Menanggulangi Stress Pada Siswa Sekolah Dasar. Skripsi pada jurusan PPB FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Dod. (2008). Bertualang Ciptakan Anak Mandiri. [Online]. Tersedia :
http://www.wartakota.co.id/index.php?option=com_content&task=view&i d=8075&Itemid=133. (14 November 2008).
Donnchadha, Reamonn. 2000. The Confident Child : Anak yang Percaya Diri. Terjemahan, Penerbit Nirmala. Jakarta.
Furqon. (2002). Statistika Terapan untuk Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Goleman, Daniel. (2005). Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional, Mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Menengah. Tesis pada jurusan BP PPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Hurlock, Elizabeth B. (2004). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih bahasa Isti Widayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Erlangga.
Juniati, Endar. (2006). Kemampuan Orangtua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. Tesis PPS UPI : Tidak diterbitkan.
Kartadinata, Sunaryo. (1983). Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga Terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri. Jurusan PPB FIP IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan.
Kurniati, Euis. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.
McCormack, Martin. (2006). Ukurlah EQ Anda, Tes Mandiri Mengukur dan Meningkatkan Kecerdasan Emosional (alih bahasa Drs. Bahrul Ulum, SE., M.Pd.). Jakarta : Prestasi Pustaka.
Mira Susanthy Yuliani. (2008). Program Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa SD. Skripsi pada jurusan PPB UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Mulyadi, Seto. (2002). Mengoptimalkan Perkembangan Kecerdasan pada Anak
sejak usia dini. [Online]. Tersedia :
http://www.rsiahermina.com/article/art_detail.php?id=10. (14 November 2008)
Mu’tadin, Zainun. (2002). Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja. [Online]. Tersedia :http://www.e-psikologi.com. (18 Oktober 2008).
Nandang Rusmana. (2008). Konseling Kelompok Bagi Anak dengan Pengalaman Traumatik. Disertasi: PPS UPI BANDUNG.
Natawidjaja, Rochman. (1985). Proses Penyusunan Skala Sikap. Bandung : PPB FIP IKIP Bandung.
PPB FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi (Cetakan ke-17). PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Ramli, M. (2007). Model Konseling Melalui Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.(Edisi keenam). Bandung : Alfabeta.
Robert D. Myrick. (1993). Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation.
Sarlito, Sarwono Wirasan 2007. Psikologi Remaja. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta
Santrock, J.W. (1995). Life-Span development (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga
Santrock, J.W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.
Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suryabrata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Manajemen PT Rajagrafindo Utama : Jakarta.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Pustaka Setia : Bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Akademik. Bandung : UPI.
Verina. (1999). Emotional Intelligence. [Online]. Tersedia : http://dokter.indo.net.id/emosi.html. (18 Oktober 2008).
Remaja Rosdakarya.