• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SD KELAS ATAS :Studi Quasi Experiment terhadap Siswa kelas V Dan VI SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN METODE PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SD KELAS ATAS :Studi Quasi Experiment terhadap Siswa kelas V Dan VI SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR……… ii

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian….……….. 10

F. Struktur Organisasi……….. 11

BAB II PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL A. Konsep Dasar Emosi 1. Pengerian Emosi………... 2. Fungsi Emosi……… 3. Bentuk-bentuk Emosi………... 4. Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku Manusia………. 5. Perkembangan Emosi Siswa Sekolah Dasar……… 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional………… 20 23 C. Permainan Simulasi 1. Sejarah Permainan Simulasi………. 2. Konsep Dasar Permainan Simulasi ………. 3.Rasional Permainan Simulasi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling………... 4. Tahap-tahap Dinamika Kelompok dalam Permainan Simulasi……… 25 26 30 31 D. Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional… 37 E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian……….. 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian………... 42

B. Desain Penelitian………. 43

C. Metode Penelitian………... 44

D. Definisi Operasional Variabel……….. 44

E. Instrumen Penelitian………..……….. 52

F. Teknik Pengumpulan Data………... 55

G. Teknik Analisis Data……… 55

(2)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan………... 87

B. Rekomendasi……… 88

(3)

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Pada Siswa Sekolah Dasar

Tabel 4.2 Rentang Nilai Aspek Kecerdasan Emosional Siswa Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

68

Tabel 4.3 Gambaran Per-Aspek Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Tabel 4.5 Gambaran Per-Aspek Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Setelah Melakukan Permainan Simulasi

71

Tabel 4.6 Gambaran Umum Perbedaan Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Tahun Ajaran 2011/2012 Sebelum dan Setelah Memperoleh Permainan Simulasi

72

Tabel 4.7 Gambaran Perbedaan Ketercapaian Aspek Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Sebelum dan Setelah Memperoleh Permainan Simulasi

73

Tabel 4.8 Data Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Emosional Terendah Sebelum Memperoleh Permainan Simulasi

76

Tabel 4.9 Data Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Emosional Terendah Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi

(4)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 3.1 Skala Kontinum………. 62

Grafik 4.1 Profil Umum Kecerdasan Emosional Siswa Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

67

Grafik 4.2 Skala Kontinum 68 Grafik 4.3 Perbedaan Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas

SDN Cihampelas 3 Sebelum dan Setelah Memperoleh Permainan Simulasi Pada Setiap Aspek

74

Grafik 4.4 Gambaran Ketercapaian Aspek Mengenali Emosi Diri Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi

85

Grafik 4.5 Gambaran Ketercapaian Aspek Mengelola Emosi Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi

86

Grafik 4.6 Gambaran Ketercapaian Aspek Memotivasi Diri Sendiri Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi

87

Grafik 4.7 Gambaran Ketercapaian Aspek Mengenali Emosi orang Lain Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi

88

Grafik 4.8 Gambaran Ketercapaian Aspek Membina Hubungan Dengan Orang Lain Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi

(5)

DAFTAR BAGAN

Halaman

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat anak memasuki usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa

pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena

itu, anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya.

Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan

(pembiasaan) (Yusuf, 2002 : 181).

Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari

lingkungan. Dari lingkungan anak dapat menyesuaikan diri secara efektif dengan

berbagai pengetahuan yang diterima. Apabila bimbingan di sekolah ataupun di

rumah tidak mencukupi untuk memenuhi rasa ingin tahunya maka anak akan

mencoba hal-hal yang belum dia tahu pasti sebab dan akibatnya.

Mira (2008 : 2) memaparkan penyimpangan atau gangguan emosi dapat

terjadi pada siapapun, termasuk pada anak-anak. Gangguan emosi yang tidak

tertangani dapat berakibat fatal. Contoh kasus penyimpangan atau gangguan

emosi pada anak usia Sekolah Dasar terjadi pada Heryanto (14 tahun) siswa SD

Muara Sanding II Kabupaten Garut, yang lolos dari upayanya melakukan bunuh

diri, yang mengakibatkan ia harus menjalani pemulihan gangguan motorik halus

dan perilaku. Kasus lain, terjadi pada Eko Haryanto (15 tahun) siswa SD

(7)

bunuh diri ini dilakukan karena ia merasa malu menunggak SPP selama sepuluh

bulan, tetapi usaha bunuh dirinya ini gagal.

Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh anak dikarenakan anak sudah tidak

dapat melihat jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Secara emosi anak

sudah sampai pada titik tidak tahu lagi harus melakukan apa kemudian

memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Kasus yang mengagetkan banyak pihak

itu menunjukkan anak belum dapat mengenali emosinya secara baik dan

beradaptasi dengan emosinya sendiri.

Goleman (2005:59) mengemukakan bahwa Emotional Inteligence

merupakan prasyarat dasar bagi penggunaan fungsi IQ secara efektif. Hal ini

nampak pada saat bagian otak yang memfasilitasi fungsi-fungsi perasaan

terganggu maka seseorang tidak pula dapat berpikir secara efektif. Menurut

Goleman (2005:40), kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20%

terhadap kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80% bergantung pada

kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual, bahkan dalam

hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi 4%.

Survei terhadap orangtua dan guru-guru yang dilakukan oleh Goleman

(2007 :329-330) memperlihatkan adanya kecenderungan yang sama di seluruh

dunia; yaitu generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosi daripada

generasi sebelumnya, lebih kesepian dan pemurung, lebih berangasan dan kurang

menghargai sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan

agresif. Kemerosotan emosi tampak dalam semakin parahnya masalah spesifik

(8)

menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram durja, kurang

bersemangat, merasa tidak bahagia, terlampau bergantung; (2) Cemas dan depresi,

menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa

gugup atau sedih dan depresi; (3) Memiliki masalah dalam hal perhatian atau

berpikir ; tidak mampu memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun,

bertindak tanpa bepikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, sering

mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran jadi tenang. (4)

Nakal atau agresif; bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan

menipu, sering bertengkar, bersikap kasar terhadap orang lain, menuntut

perhatian, merusak milik orang lain, membandel di sekolah dan di rumah, keras

kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering

mengolok-olok , bertemperamen panas.

Fakta-fakta yang dipaparkan penjelasan diatas menunjukkan pentingnya

pengembangan kecerdasan emosional anak sejak dini agar mereka dapat sukses di

sekolah dan memiliki perilaku yang tidak menyimpang.

Anak yang mendapatkan pembinaan emosi secara baik dari orangtuanya

menunjukkan hasil yang mengagumkan. Penelitian Gottman & DeClaire

(Terjemahan Hermaya, 1997 : 8) menunjukkan bahwa :

(9)

Goleman (2005:43) mengatakan apabila seseorang pandai menyesuaikan

diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut

akan memiliki tingkat emosi yang baik yang akan lebih mudah menyesuaikan diri

dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman (2005:45)

mengatakan bahwa ciri-ciri kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang

dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan diri dalam menghadapi

kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan

jiwa, berempati dan berdoa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang

dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan

mengatur suasana hati.

Dalam rangka membantu anak dalam mengembangkan kecerdasan

emosional, maka anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya agar dapat

bereaksi wajar dan normatif. Dengan begitu anak tidak akan terkejut menerima

kritik atau umpan balik, mudah bersosialisasi, memiliki solidaritas yang tinggi,

dan dapat diterima di lingkungan. Anak akan mampu menemukan dirinya sendiri

dan mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku. Karena pada dasarnya anak

merupakan sosok individu yang masih memerlukan bantuan untuk dapat

menentukan, menemukan dan mengenali emosinya.

Salah satu metode yang dianggap efektif dalam peningkatan pengetahuan,

keterampilan, dan kesadaran diri siswa ialah model layanan melalui permainan

simulasi (Muro&Dinkmeyer,1997; Froehle,1983; Kathleen,1995; kim,2003 dalam

Ramli, 2007 : 17). Permainan simulasi merupakan aktivitas bertujuan yang

(10)

memberikan lingkungan belajar yang relative aman, sederhana dan saling

berhubungan secara erat (Ramli, 2007 : 21). Permainan simulasi tersebut

melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar yang menyenangkan. Dalam

hal ini siswa memainkan peran dalam situasi yang menyerupai kehidupan nyata.

Siswa mereaksi isyarat-isyarat sebagaimana ditemui dalam lingkungan

sebenarnya. Siswa tersebut mengalami konsekuensi reaksi dalam kondisi yang

aman dan menyenangkan (Ramli, 2007 :22). Oleh karena permainan simulasi

tersebut merefleksikan realitas kehidupan sehari-hari dan menyenangkan melalui

suasana bermainnya maka kondisi tersebut menarik bagi para siswa sehingga

mereka merasa senang dan terlibat secara mendalam dengan kegiatan belajar

melalui permainan simulasi.

Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan keefektifan permainan

simulasi dalam membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

subjek penelitian. Ramli (2007 : 28) memaparkan bahwa permainan simulasi

tersebut dapat meningkatkan : (1) motivasi warga belajar, (2) pemahaman diri

siswa dan lingkungannya, (3) peningkatan kualitas layanan konsultasi bagi orang

tua siswa, dan (4) mengembangkan komitmen belajar siswa sekolah menengah

atas (Nugraha, 2009).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tentang kegunaan pelayanan

peningkatan kemampuan individu melalui permainan simulasi di atas dapat

diduga bahwa pelayanan tersebut juga efektif dalam meningkatkan kecerdasan

(11)

“PenggunaanMetode Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan Kecerdasan

Emosional Siswa SD Kelas Atas”.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Salah satu faktor ketidakmampuan orang tua untuk menjadi pelatih emosi

bagi anak diperkirakan karena kondisi sosial ekonomi yang rendah. Dengan

kondisi ini, mereka cenderung lebih memusatkan perhatian pada pemenuhan

kebutuhan dasar (Kartadinata, 1983 : 44). Penjelasan lain dari McLoyd (dalam

Santrock, 2002 :72) bahwa pada orang tua miskin cenderung memiliki

kemampuan yang terbatas dalam membimbing dan mendukung anak-anaknya.

Mengenai perilaku pengasuhan, orangtua yang berasal dari keluarga penghasilan

rendah dan kelas pekerja cenderung mendisiplinkan anak-anak dengan hukuman

fisik dan mengecam anak-anak mereka (Heath, 1983&Kohn,1977 dalam Santrock,

2002 : 47). Demikian juga pendapat Goleman (2005 : 34) bahwa pada keluarga

miskin, orangtua kurang memberikan ungkapan kehangatan kepada anak. Apa

yang dilakukan orangtua tersebut bukanlah cara yang baik untuk mengembangkan

kecerdasan emosional anak, maka orangtua harus cerdas secara emosi. Orangtua

yang cerdas secara emosi akan nampak dari cara orangtua memperlakukan anak

dengan kasih sayang yang afirmatif, yaitu menyediakan situasi yang baik bagi

perkembangan emosi anak dan mendukung melalui cara yang jelas dikenali anak

(12)

Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

merupakan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan

dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina

hubungan dengan orang lain.

Berdasarkan pengertian kecerdasan emosional tersebut, maka kecerdasan

emosional pada penelitian ini didefinisikan ke dalam lima aspek utama sebagai

berikut (Salovey dalam Goleman, 2005 :43-44) :

a. Mengenali emosi diri;

b. Mengelola emosi (managing emotion);

c. Memotivasi diri sendiri (motivating oneself);

d. Mengenali emosi orang lain (recognizing emotion in others);

e. Membina hubungan (hadling relationship).

Bermain dipandang sebagai suatu perilaku yang muncul secara alamiah

menyenangkan yang ditemukan dalam kehidupan manusia. Bermain juga

merupakan suatu kekuatan pendorong dalam perkembangan manusia.

Dunia anak adalah dunia bermain, tapi sayangnya kebanyakan orangtua

memperlakukan aktivitas bermain sebagai imbalan bukan sebagai kebutuhan anak.

Sebenarnya, lewat kegiatan bermain semua aspek perkembangan anak

ditumbuhkan, sehingga anak-anak menjadi lebih sehat sekaligus cerdas.

Menurut survei yang dilakukan oleh Radani Edutainment (An, 2008 : 3)

terhadap 300 responden di wilayah Jabodetabek, terungkap hanya sekitar 25

persen anak yang bisa bermain sesuai dengan keinginan anak-anak. Dua aktivitas

(13)

(50%) dan bermain di luar rumah (30%). Sekitar 60 persen anak-anak di

Jabodetabek sepulang sekolah lebih banyak menghabiskan waktunya dengan

mengikuti kegiatan les.

Berdasarkan analisis beberapa hasil penelitian pada uraian latar belakang

penelitian diduga bahwa permainan simulasi dapat digunakan dalam peningkatan

kecerdasan emosional siswa SD. Maka dari itu, salah satu kegiatan yang dapat

diberikan pada siswa SD untuk mengembangkan kecerdasan emosional adalah

melalui metode permainan simulasi. Dimensi bermain sangat mungkin diberikan

pada siswa SD karena disesuaikan dengan karakteristik siswa, maka dari itu

bantuan yang diberikan untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD

melalui permainan simulasi.

Permainan simulasi mampu menumbuhkan dan mengembangkan

kemampuan mental yang merupakan unsur utama yang menentukan

perkembangan serta alat berfikir untuk mengelola perilaku dan sikap dalam

berbagai setting.

Permainan simulasi merupakan upaya penciptaan lingkungan bagi para

partisipan atau pemain yang tidak akan mengalaminya sebagaimana biasanya.

(Gillispie dalam M. Ramli, 2007: 31). Permainan simulasi secara tidak langsung

merupakan suatu rekayasa lingkungan yang realistis dan mengembangkan solusi

yang realistis untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka secara

(14)

Apakah teknik permainan simulasi efektif untuk mengembangkan

kecerdasan emosional siswa SD kelas atas?

Secara khusus rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimana profil kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN

Cihampelas 3 sebelum memperoleh permainan simulasi?

b. Bagaimana profil kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN

Cihampelas 3 setelah memperoleh permainan simulasi?

c. Adakah perbedaan skor yang dicapai siswa sebelum dan sedudah memperoleh

permainan simulasi?

d. Apakah bimbingan dengan menggunakan metode permainan simulasi efektif

untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui efektivitas permainan

simulasi dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Gambaran umum kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas

3 tahun ajaran 2011 / 2012 sebelum memperoleh permainan simulasi.

b. Gambaran umum kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas

3 tahun ajaran 2011 / 2012 setelah memperoleh permainan simulasi.

c. Efektivitas bimbingan dengan metode permainan simulasi untuk

mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas

(15)

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu

(Quasi-Experimental Research) dengan alasan pertama penelitian hanya

mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil dan kedua

rancangan eksperimen semu tidak ada kontrol (Suryabrata, 1983 :151).

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan

keilmuan, khususnya dalam ilmu bimbingan dan konseling.

Adapun secara praksis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi konselor khususnya, dan guru pada umumnya

Mengetahui gambaran penggunaan metode permainan simulasi dalam

mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD dan mengembangkannya

dalam menangani siswa lainnya.

b. Bagi Sekolah Dasar Negeri Cihampelas 3

Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan serta

rujukan dalam menentukan kebijakan dan program sekolah dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan metode

permainan simulasi dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

c. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Mendapatkan gambaran operasional dalam aplikasi permainan simulasi untuk

(16)

masukan bagi pengembangan mata kuliah yang terkait (Bimbingan dan

Konseling Anak dan Dinamika Kelompok).

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya

untuk meneliti efektivitas menggunakan permainan simulasi untuk

mengembangkan kecerdasan emosional siswa pada setiap jenjang pendidikan

SMP, SMA dan PT, membandingkan gambaran umum tingkat kecerdasan

emosional siswa sekolah dasar pada setiap jenjang kelas, jenis kelamin dan

tingkat prestasi, sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan

menyeluruh.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Rancangan penulisan skripsi terdiri dari lima bab antara lain : bab I terdiri

dari latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, metode penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur

organisasi penelitian. Bab II terdiri dari teori-teoti dasar yang berhubungan

dengan permasalahan yang diteliti serta asumsi dan hipotesis penelitian. Bab III

merupakan penjabaran dari lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain

penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik

pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian. Bab IV akan dilaporkan

hasil-hasil penelitian. Bab V akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan serta implikasinya bagi guru, sekolah dan peneliti selanjutnya untuk

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Cihampelas 3. Populasi dalam

penelitian adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Penelitan

menggunakan Purposive Sampling yang dikenal juga dengan sampling

pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti

mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan

sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Penggunaan teknik

purposive sampling adalah dengan mengambil sampel satu kelompok 5-8 orang

yang memiliki skor kecerdasan emosional rendah, dengan asumsi sesuai dengan

penanganan bimbingan kelompok. Hal ini dipandang efektif melihat dalam

pemberian treatment 5-8 orang ini akan di kelompokan dalam kelas yang terpisah.

Pertimbangan memilih sampel dan lokasi penelitian di SDN Cihampelas 3

Bandung adalah :

1. Pemilihan lokasi atas pertimbangan bahwa SDN Cihampelas 3 termasuk SD

yang berada hampir di pusat kota yang sering dianggap tempat transit untuk

orang-orang berwisata.

2. Pemilihan lokasi juga atas pertimbangan bahwa SDN Cihampelas 3

merupakan sekolah yang mempunyai keragaman latar belakang siswa

sehingga tentu saja mempengaruhi kecerdasan emosional anak.

3. Pemilihan siswa atas berdasarkan pertimbangan kelas atas merupakan masa

(18)

4. Pemilihan siswa kelas atas juga berdasarkan pertimbangan siswa kelas atas

berada pada masa operational concret, artinya anak sudah dapat membentuk

operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat

menambah, mengurangi dan mengubah serta operasi ini memungkinkan

mereka dapat memecahkan masalah secara logis.

B. Desain Penelitian

Desain pada penelitian dengan menggunakan penelitian one group pretest

dan posttest desain digambarkan sebagai berikut :

Pretest Treatment Posttest

T1 X T2

Langkah-langkah penelitian :

1. Menentukan subjek, subjek dalam penelitian yaitu siswa kelas atas SD Negeri

Cihampelas 3 Bandung.

2. Memberikan pretest (T1) pada subjek untuk mengukur rata-rata kecerdasan

emosi sebelum subjek dikenakan treatment.

3. Memberikan treatment (X) pada subjek penelitian.

4. Memberikan posttest (T2) pada subjek untuk mengukur rata-rata kecerdasan

emosi setelah subjek dikenakan variabel eksperiment (X).

Menghitung rata-rata selisih pretest dan posttes (T2 – T1) untuk

menentukan apakah penggunaan permainan simulasi (X) efektif untuk

(19)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu

(Quasi-Experimental Research) dengan alasan pertama penelitian hanya

mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil dan kedua

rancangan eksperimen semu tidak ada kontrol (Suryabrata, 1983 : 151).

Data dalam penelitian quasi eksperimental diperoleh melalui pretest dan

posttes serta dari kondisi yang ada pada saat pemberian permainan berlangsung.

Metode ini menggunakan desain satu kelompok subjek (one group pretest-posttest

design), dengan alasan bahwa pretest memberikan landasan untuk membuat

komparasi perubahan yang dialami oleh subjek yang sama sebelun dan sesudah

dikenakan eksperimental treatment (Suryabrata, 1983 : 153).

D. Definisi Operasional Variabel

1. Kecerdasan Emosional

Definisi Operasional variabel kecerdasan emosional dalam penelitian ini

dikembangkan dari instrumen skala kecerdasan emosional (Mira, 2008).

Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk

memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan

dengan orang lain.

Secara konseptual, kecerdasan emosional oleh Salovey (dalam Goleman,

(20)

a. Mengenali emosi diri, wilayah ini merupakan dasar kecerdasan emosional.

Mengenali emosi diri disebut juga sebagai kesadaran diri (self-awareness),

yakni kemampuan untuk mengidentifikasi / menamai perasaan. Dalam aspek

mengenali emosi diri terdapat 3 indikator, yaitu : 1.1) Mengenal dan

merasakan emosi sendiri, yaitu bagaimana individu mampu mengenali,

merasakan bahkan menamai emosi dirinya yang dirasakan pada saat emosi itu

muncul, 1.2) Memahami penyebab perasaan yang timbul, yaitu setelah

individu mampu mengenal dan merasakan emosinya sendiri, ia juga mampu

untuk menemukan bahkan memahami penyebab perasaan emosinya yang

timbul, 1.3) Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan, yaitu setelah

ditemukan penyebab perasaan emosinya, individu akan mampu mengenal

bahkan memahami kemungkinan pengaruh dari perasaan emosinya terhadap

tindakan atau perbuatan yang akan muncul sebagai efek dari perasaan atau

emosinya.

b. Mengelola emosi, ; kecerdasan emosi seseorang pada bagian ini ditunjukkan

dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,

kemurungan, atau ketersinggungan sehingga dia dapat bangkit kembali dengan

jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Dalam

aspek mengelola emosi ini, terdapat enam indikator, yaitu : 2.1) Bersikap

toleran terhadap frustasi, yaitu bagaimana individu mentoleransi saat perasaan

frustasinya muncul, 2.2) Mampu mengendalikan marah secara lebih baik,

yaitu individu mampu mengelola perasaan marahnya agar dapat dikendalikan

(21)

merusak diri sendiri dan orang lain, yaitu individu mampu mengelola

perasaannya terutama saat perilaku agresifnya muncul agar tidak merugikan

diri sendiri dan orang lain, 2.4) Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri

dan orang lain, yaitu individu mampu untuk selalu berfikir positif tentang diri

sendiri dan orang lain di sekitarnya, 2.5) Memiliki kemampuan untuk

mengatasi stress, yaitu individu dapat mengelola dan mengatasi perasaan

stressnya secara lebih baik saat ia merasa tertekan, 2.6) Dapat mengurangi

perasaan kesepian dan cemas, yaitu individu mampu mengisi waktunya

dengan kegiatan yang positif dan menyenangkan untuk menghindari perasaan

kesepian dan cemas.

c. Memotovasi diri sendiri, kecerdasan ini berhubungan dengan kamampuan

seseorang dalam membangkitkan hasrat, menguasai diri, menahan diri

terhadap kepuasan dan kecemasan. Keberhasilan dalam wilayah ini akan

menjadikan seseorang cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal

apa pun yang mereka kerjakan. Dalam aspek memotivasi diri sendiri ini

terdapat tiga indikator, yaitu : 3.1) Mampu mengendalikan impuls, artinya

individu mampu menyeleksi bahkan mengendalikan rangsangan atau godaan

negatif yang datang, 3.2) Bersikap optimis, artinya individu mampu untuk

selalu merasa optimis dalam segala hal, 3.3) Mampu memusatkan perhatian

pada tugas yang dikerjakan, artinya individu dapat bersikap tegas pada dirinya

sendiri untuk konsentrasi dan fokus pada tugas yang dikerjakannya serta tidak

tergoda oleh hal lain yang dapat membuyarkan bahkan mengganggu

(22)

d. Mengenali emosi orang lain, Berkaitan erat dengan empati, salah satu

kecerdasan emosi yang merupakan "keterampilan bergaul" dasar. Orang yang

empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang

mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Dalam

aspek mengenali emosi orang lain, terdapat tiga indikator, yaitu : 4.1) Mampu

menerima sudut pandang orang lain, artinya individu dapat bersikap terbuka

untuk menerima dan memaklumi sudut pandang orang lain meskipun

pandangan orang lain tersebut bertolak belakang dengan pandangannya, 4.2)

Memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap perasaan orang lain, artinya

individu peka terhadap apa yang sedang dirasakan orang lain dan mampu

bersikap empati, 4.3) Mampu mendengarkan orang lain, artinya individu

mampu menjadi pendengar yang baik untuk mendengarkan orang lain yang

mengajaknya berbicara.

e. Membina hubungan, Seni membina hubungan, menuntut kecerdasan dan

keterampilan seseorang dalam mengelola emosi orang lain. Sangat diperlukan

untuk menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi.

dalam aspek membina hubungan ini, terdapat Sembilan indikator, yaitu : 5.1)

Memahami pentingnya membina hubungan dengan orang lain, artinya

individu sadar bahwa membina hubungan dengan orang lain itu penting, 5.2)

Mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain, artinya individu dapat

segera menyelesaikan konflik dengan orang lain secara positif dengan tidak

menimbulkan konflik yang baru, 5.3) Memiliki kemampuan untuk

(23)

berkomunikasi dengan orang lain secara baik bahkan dengan orang yang baru

dijumpainya, 5.4) Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan

teman sebaya, artinya bahwa individu senang bersahabat dan bergaul terutama

dengan teman sebayanya, 5.5) Memiliki sikap tenggang rasa, artinya bahwa

individu mampu bersikap tenggang rasa terhadap kepentingan orang lain, 5.6)

Memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain, artinya bahwa individu

tidak bersikap egois, ia selalu lebih mengutamakan kepentingan orang lain

daripada kepentingan dirinya sendiri, 5.7) Dapat hidup selaras dengan

kelompok, artinya individu mampu hidup damai dan selaras dalam

kelompoknya, 5.8) Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama, artinya

bahwa individu merasa senang dengan kondisi kebersamaan dan bekerja sama

dengan orang lain, 5.9) Bersikap demokratis, artinya bahwa individu tidak

memutuskan sesuatu yang bersifat umum dengan pandangannya sendiri, akan

tetapi ia juga mempertimbangkan pandangan orang lain.

2. Permainan Simulasi

Permainan simulasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk

kegiatan yang melibatkan aktivitas kognitif, afektif dan psikomotor dalam suasana

yang menyenangkan dengan rekayasa lingkungan menyerupai kondisi nyata

dalam suasana kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan

emosional siswa SD kelas atas.

Dalam penelitian ini, mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD

(24)

pengembangan kecerdasan emosional siswa melalui hubungan menyenangkan

yang menyerupai kehidupan nyata dalam seting kelompok yang terdiri atas tahap

pembinaan hubungan baik, orientasi permainan simulasi, kegiatan permainan

simulasi, refleksi permainan simulasi dan pengakhiran.

Urutan pelaksanaan permainan simulasi untuk mengembangkan

kecerdasan emosional siswa SD kelas atas berdasarkan pada analisis kebutuhan

(need assesment) permasalahan kecerdasan emosional siswa yang diungkap

dengan instrumen skala kecerdasan emosional siswa SD. Selanjutnya tahapan

permainan simulasi dalam penelitian ini secara operasional terdiri dari atas

tahapan berikut ini:

a. Pembinaan hubungan baik

Peningkatan kecerdasan emosional siswa melalui permainan simulasi

diharapkan dapat dicapai secara optimal. Pencapaian tujuan tersebut tentunya

memerlukan kondisi yang fasilitatif. Hubungan baik dapat tercipta melalui

penciptaan suasana penghargaan, penerimaan, keterbukaan, dan pemahaman

empatik terhadap siswa. Kegiatan perkenalan terutama dilakukan pada pertemuan

pertama. Untuk pertemuan selanjutnya, kegiatan pembinaan hubungan baik

disesuaikan dengan kondisi kelompok. Kegiatan ini bertujuan untuk dapat

memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam permainan simulasi dengan penuh

(25)

b. Orientasi permainan simulasi

Pada tahap ini, siswa diberikan penjelasan tentang (a) tujuan permainan

simulasi secara singkat, (b) tata cara permainan simulasi yang meliputi cara

memulai, melaksanakan, dan mengakhiri permainan simulasi , (c) asas-asas umum

permainan simulasi, terutama yang berkaitan dengan asas kesukarelaan,

penghargaan, dan kerahasiaan, (d) penentuan peserta permainan, dalam permainan

ini fasilitator adalah peneliti dan pemain adalah siswa-siswa yang memiliki skor

kecerdasan emosional rendah berdasarkan hasil inventori kecerdasan emosional

siswa SD kelas atas.

c. Kegiatan permainan simulasi

Pada tahap ini pemain melaksanakan permainan simulasi yang dipimpin

fasilitator. Fasilitator memberikan kesempatan kepada pemain untuk aktif dalam

permainan simulasi dengan memberikan dorongan dan penguatan dengan penuh

perhatian, penghargaan, keterbukaan, dan pemahaman empatik. Pemain berperan

aktif dalam kegiatan permainan simulasi sesuai dengan stimulasi isi situasi dalam

beberan simulasi dan interaksi dengan pemain yang lain dalam rangka

peningkatan kecerdasan emosionalnya. Keaktifan para pemain dalam permainan

simulasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan semua aspek kemampuan

kecerdasan emosional siswa.

d. Refleksi permainan simulasi

Tahap refleksi permainan simulasi, yakni tahap untuk menyerapkan

pengalaman dan wawasan yang diperoleh setelah mengikuti permainan simulasi

(26)

1) Memberikan kesempatan setiap peserta permainan simulasi untuk

menjelaskan peran yang telah dimainkan.

2) Memberikan kesempatan setiap peserta permainan simulasi untuk

menjelaskan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan permainan

simulasi dan penanganannya.

3) Memberikan kesempatan setiap peserta permainan simulasi untuk

menjelaskan pelajaran yang diperoleh dari permainan simulasi yang telah

diikuti.

4) Mengarahkan peserta permainan simulasi membahas proses pelaksanaan

dan hasil permainan simulasi berkaitan dengan upaya mengembangkan

kecerdasan emosional. Pembahasan hasil permainan simulasi dikaitkan

dengan pengembangan berbagai aspek kemampuan dalam kecerdasan

emosional meliputi : kemampuan mempersepsi, menggunakan,

memahami, dan mengelola emosi.

5) Melakukan evaluasi proses dan hasil permainan simulasi berkaitan dengan

pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

e. Pengakhiran

Pengakhiran permainan simulasi, yakni tahap pengembangan kesepakatan

tindakan, kesimpulan hasil permainan simulasi dan penguatan atas kesepakatan

(27)

f. Evaluasi

Evaluasi keberhasilan permainan simulasi, yakni penilaian ketercapaian

keberhasilan permainan simulasi yang telah dilaksanakan menyangkut aspek

proses maupun aspek hasil.

E. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Kisi-Kisi

Instrumen pengungkap data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan Skala Kecerdasan Emosional siswa Sekolah Dasar yang di

kembangkan oleh Mira Susanty Yuliani (2008). Kisi-kisi instrumen Skala

Kecerdasan Emosional Siswa sekolah Dasar disajikan dalam tabel berikut

Tabel 3.1

Kisi – kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Pada Siswa Sekolah Dasar

ASPEK INDIKATOR NO ITEM

1. Kesadaran

Diri

1.1 Mengenal dan merasakan emosi sendiri 1,2

1.2 Memahami faktor penyebab perasaan yang

timbul

3,4

1.3 Mengenal pengaruh perasaan terhadap

tindakan

5,6

2. Mengelola

Emosi

2.1 Bersikap toleran terhadapn frustasi 7,8

2.2 Mampu mengendalikan marah secara lebih

baik

9,10

2.3 Dapat mengendalikan perilaku agresif yang

dapat merusak diri sendiri dan orang lain

(28)

ASPEK INDIKATOR NO ITEM

2.4 Memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri dan orang lain

13,14

2.5 Memiliki kemampuan untuk mengatasi stress

15,16

2.6 Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas

17

3. Memotivasi

diri sendiri

3.1 Mampu mengendalikan impuls 18,19

3.2 Bersikap optimis 20,21

3.3 Mampu memusatkan perhatian pada tugas

yang dikerjakan

22

4. Mengenal

emosi orang

lain

4.1 Mampu menerima sudut pandang orang lain 23,24

4.2 Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang

lain

25,26

4.3 Mampu mendengarkn orang lain 27,28

5. Membina

hubungan

5.1 Memahami pentingnya membina hubungan

dengan orang lain

29

5.2 Dapat menyelesaikan konflik dengan orang

lain

30,31

5.3 Memiliki kemampuan berkomunikasi

dengan orang lain

32,33

5.4 Memiliki sifat bersahabat atau mudah

bergaul dengan orang lain

34,35

5.5 Memiliki sikap tenggang rasa 36,37

5.6 Memiliki perhatian terhadap kepentingan

orang lain

38,39

5.7 Dapat hidup selaras dengan kelompok 40,41

5.8 Bersikap senang berbagi rasa dan

bekerjasama

42,43

(29)

2. Pedoman Skoring

Menetapkan pola penyekoran untuk instrumen kecerdasan emosional

siswa, instrumen yang keseluruhan terdiri dari pernyataan atau pertanyaan dalam

bentuk pilihan ganda untuk tiga alternatif jawaban yang memiliki skor tersendiri,

(30)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala

kecerdasan emosional. Adapun bentuk instrumen disajikan dalam bentuk pilihan

ganda yang keseluruhan terdiri dari pernyataan atau pertanyaan untuk tiga

alternatif jawaban yang memiliki skor tersendiri. Data yang diperlukan dalam

penelitian ini yaitu data tentang kecerdasan emosional siswa dan efektivitas

permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Oleh

karena itu dalam pengambilan data dilakukan dalam dua kali, yaitu pre-test dan

post-test dengan menggunakan instrumen yang sama.

G. Analisis Data

Teknik pengolahan data erat kaitannya dengan jenis data yang diperoleh

serta tujuan penelitian. Data yang diperoleh dengan menggunakan skala Likert

kemudian dianalisis dengan mengguanakan perhitungan statistik sehingga

diperoleh hasil perhitungannya.

Dalam mengolah data, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai

berikut :

a. Verifikasi data, hal ini dilakukan untuk mengetahui kelengkapan data yang

diperoleh.

b. Memberikan skor (scoring) untuk jawaban pernyataan siswa. Setiap butir

pernyataan memiliki skor aktual, yaitu dari penjumlahan dari setiap skor

(31)

c. Pengelompokan data mengacu kepada penentuan konversi skor. Konversi skor

disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek

maupun skor total instrumen dengan jumlah kelas tiga.

Untuk mengetahui gambaran aspek kecerdasan emosional siswa, maka

dilakukan pengelompokan data berdasarkan lima aspek kecerdasan emosional

tersebut dengan kriteria rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan kriteria tersebut

berdasarkan pada skala kontinum sesuai dengan pendapat Allen L. Edwards

(dalam Natawidjaja, 1985 : 234), bahwa pergerakan skala dimulai dari daerah

unfavorable (-) sampai ke daerah favorable (+). Skala kontinum ini, jika

ditunjukkan dalam garis akan tampak sebagai berikut.

Grafik 3.1 Skala Kontinum

0 1,49 1,5 2,49 2,5 3

Rendah Sedang Tinggi

Kriteria di atas hanyalah sebagai patokan dalam menentukan kategori dari

skor. Dalam penggunaannya, setiap range dalam kriteria di atas dikalikan

dengan jumlah item yang digunakan. Berdasarkan studi uji coba, terdapat 45

item yang sudah diujicobakan (setelah uji coba) diperoleh gambaran umum

(32)

45 - 67,49 = Rendah

67,5 - 112,49 = Sedang

112,5 - 135 = Tinggi

a. Persentase

Persentase digunakan untuk mengungkap karakteristik kecerdasan

emosional siswa yang dimiliki. Bila persentase semakin tinggi, maka skala

kecerdasan emosional siswa termasuk dalam karakteristik tinggi. Namun

sebaliknya, bila persentase rendah, maka skala kecerdasan emosional siswa

termasuk dalam karakteristik rendah. Selain itu untuk mendapatkan gambaran

tingkat kecerdasan emosional siswa secara lebih rinci, dilakukan perhitungan

persentase distribusi respons data terhadap masing-masing indikator dengan

rumus:

b. Uji Komparatif ( Uji t )

Uji t digunakan untuk menganalisis perbedaan skor pre-test dan post- test

siswa yang mendapat layanan pengembangan kecerdasan emosional melalui

permainan simulasi. Untuk menganalisis hasil eksperimen yang menggunakan

(33)

Keterangan :

t = t hitung N = Subyek pada sampel

1

Y = nilai rata-rata sampel 1 d.b = Ditentukan dengan N- 1

2

Y = nilai rata-rata sampel 2 n1 = banyaknya sampel 1

Sgab= simpangan baku gabungan kedua sampel n2 = banyaknya sampel 2

H. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Penyusunan proposal penelitian dan konsultasi proposal dengan dosen

pengampu mata kuliah skripsi dan disahkan dengan persetujuan dari

dewan skripsi dan dosen pembimbing skripsi serta ketua jurusan.

b. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi

pada tingkat fakultas.

c. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk

melanjutkan ke tingkat fakultas dan rektor UPI. Selanjutnya

mengajukan permohonan penelitian pada Badan Kesatuan Bangsa,

Dinas Pendidikan Kota Bandung dan SD Negeri Cihampelas 3.

2. Tahap Pelaksanaan

(34)

a. Mengumpulkan data studi pendahuluan sebagai data pre-test dengan

menyebarkan angket pada siswa kelas atas SD Negeri Cihampelas 3.

b. Melaksanakan permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan

emosional yang telah dirancang sebelumnya.

c. Mengumpulkan data post-test untuk memperoleh data efektivitas

permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional

siswa.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir dilakukan pengolahan dan menganalisis data tentang

efektivitas permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan

emosional siswa serta kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan analisis data, berikut merupakan

kesimpulan dari proses penelitian yang telah dilakukan di SDN Cihampelas 3

Bandung, yaitu :

1. Secara umum gambaran kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN

Cihampelas 3 berada pada kategori sedang cenderung tinggi.

2. Secara umum tingkat pencapaian kecerdasan emosional siswa SD Kelas

atas SDN Cihampelas 3 sebelum memperoleh permainan simulasi dan

setelah memperoleh permainan terjadi peningkatan sebesar 4,55 %.

3. Permainan simulasi efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional

terutama pada aspek mengenal emosi orang lain dan aspek mengelola emosi.

4. Profil kecerdasan emosional 8 siswa terendah sebelum treatment berada

pada kategori sedang dengan pencapaian skor kecerdasan emosional

dibawah 100.

5. Profil kecerdasan emosional 8 siswa terendah setelah treatment menunjukan

peningkatan pada setiap aspek. Secara umum gambaran kecerdasan

emosional 8 siswa terendah berada pada kategori tinggi.

6. Permainan simulasi efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional

(36)

peningkatan sebesar 21,39 %. Selanjutnya hasil analisis dengan rumus t-test

bahwa harga t hitung sebesar 2,418 dengan derajat kebebasan (dk) n1+ n2 -

2 = 14. Harga t tabel pada tingkat kepercayaan 0.95 untuk dk = 14 adalah

1,645 ternyata harga t hitung lebih besar dari t tabel, sehingga Hoditolak.

Karena penelitian ini merumuskan hipotesis dalam bentuk hipotesis kerja

maka hipotesis dalam penelitian ini diterima. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa permainan simulasi efektif untuk mengembangkan

kecerdasan emosional siswa SD kelas atas.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru Pembimbing di Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah cenderung pemurung, lebih suka menyendiri, kurang

bersemangat dan suka melamun. Oleh karena itu, guru pembimbing di

sekolah diharapkan dapat :

a. Merancang program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang

mampu meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

b. Merancang Teknik bimbingan yang melibatkan dan melatih kemampuan

kecerdasan emosional siswa, yang salah satunya dengan menggunakan

(37)

c. Memberikan tindak lanjut pada siswa yang memiliki kecerdasan

emosional rendah berupa pelatihan dan konseling individual.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pencapaian hasil penelitian belum optimal, karena keterbatasan waktu dan

penguasaan teknik dalam penggunaan media yang tepat dalam bimbingan.

Alat atau instrument yang digunakan oleh peneliti belum sepenuhnya

mengungkap karakteristik kecerdasan emosional siswa SD Kelas atas SDN

Cihampelas 3, oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk :

a. Mengembangan kembali instrument penelitian sehingga mampu

secara optimal untuk mengungkap kemampuan kecerdasan

emosional siswa.

b. Mengembangkan dan mencari metode permainan yang lebih efektif

dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa serta dapat

memperdalam teknik-teknik permainan simulasi.

3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Data hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan. Hasil penelitian tentang efektivitas permainan

simulasi dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa diharapkan dapat

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2008). Mengenali dan Memahami Dunia Anak. Bandung : Tidak diterbitkan.

Ahmadi, Abu. (1998). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ahman. (1998). Pengembangan Model Bimbingan dan Konseling Perkembangan di sekolah Dasar. Disertasi, PPS IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan.

An. (2008). Bermain Cerdaskan Emosi Anak. [Online]. Tersedia :

http://www2.kompas.com/ver1/Perempuan/0704/26/184534.htm. (14

November 2008)

Arikunto, Suharsimi. 1997. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

AsianBrain Content Team, (2008). Permainan Anak. [Online]. Tersedia: http://www.anneahira.com/permainan/index.htm (14 November 2008)

Baderel Munir. (2001). Dinamika Kelompok. Jakarta: Universitas Sriwijaya.

Dewi, Rian Chandra. (2007). Program Bimbingan Kelompok Berbasis Neuro Linguistic Programming Untuk Menanggulangi Stress Pada Siswa Sekolah Dasar. Skripsi pada jurusan PPB FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Dod. (2008). Bertualang Ciptakan Anak Mandiri. [Online]. Tersedia :

http://www.wartakota.co.id/index.php?option=com_content&task=view&i d=8075&Itemid=133. (14 November 2008).

Donnchadha, Reamonn. 2000. The Confident Child : Anak yang Percaya Diri. Terjemahan, Penerbit Nirmala. Jakarta.

Furqon. (2002). Statistika Terapan untuk Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Goleman, Daniel. (2005). Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional, Mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

(39)

Menengah. Tesis pada jurusan BP PPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Hurlock, Elizabeth B. (2004). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih bahasa Isti Widayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Erlangga.

Juniati, Endar. (2006). Kemampuan Orangtua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. Tesis PPS UPI : Tidak diterbitkan.

Kartadinata, Sunaryo. (1983). Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga Terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri. Jurusan PPB FIP IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan.

Kurniati, Euis. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

McCormack, Martin. (2006). Ukurlah EQ Anda, Tes Mandiri Mengukur dan Meningkatkan Kecerdasan Emosional (alih bahasa Drs. Bahrul Ulum, SE., M.Pd.). Jakarta : Prestasi Pustaka.

Mira Susanthy Yuliani. (2008). Program Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa SD. Skripsi pada jurusan PPB UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Mulyadi, Seto. (2002). Mengoptimalkan Perkembangan Kecerdasan pada Anak

sejak usia dini. [Online]. Tersedia :

http://www.rsiahermina.com/article/art_detail.php?id=10. (14 November 2008)

Mu’tadin, Zainun. (2002). Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja. [Online]. Tersedia :http://www.e-psikologi.com. (18 Oktober 2008).

Nandang Rusmana. (2008). Konseling Kelompok Bagi Anak dengan Pengalaman Traumatik. Disertasi: PPS UPI BANDUNG.

Natawidjaja, Rochman. (1985). Proses Penyusunan Skala Sikap. Bandung : PPB FIP IKIP Bandung.

(40)

PPB FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi (Cetakan ke-17). PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ramli, M. (2007). Model Konseling Melalui Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.(Edisi keenam). Bandung : Alfabeta.

Robert D. Myrick. (1993). Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation.

Sarlito, Sarwono Wirasan 2007. Psikologi Remaja. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta

Santrock, J.W. (1995). Life-Span development (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga

Santrock, J.W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suryabrata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Manajemen PT Rajagrafindo Utama : Jakarta.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Pustaka Setia : Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Akademik. Bandung : UPI.

Verina. (1999). Emotional Intelligence. [Online]. Tersedia : http://dokter.indo.net.id/emosi.html. (18 Oktober 2008).

(41)

Remaja Rosdakarya.

Gambar

Grafik 3.1 Skala Kontinum………………………………………………….
Tabel 3.2 Kriteria Penyekoran Alat Pengumpul Data
Grafik 3.1 Skala Kontinum

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau mengumumkan pemenang seleksi sederhana untuk Pekerjaan Belanja Jasa

Pada tahun 2016 kinerja tentang pasar adalah meningkatkan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana perdaganagan yang representatif dari yang 9.. pasar pada tahun 2015

(3) Anggota Senat yang berasal dari wakil dosen dari setiap fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas 3 (tiga) orang wakil dosen yang profesor

Mekanisme secara kimia diawali dahulu dengan mekanise fisika, yaitu pada partikel- partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorban melalui gaya Van der waals atau

[4] Bode Haryanto and Chien-Hsiang Chang, “Removing Adsorbed Heavy Metal Ions from Sand Surfaces via Appying Interfacial Properties of Rhamnolipid”, Journal of Oleo

Sumatera Barat yang menyangkut kepegawaian sesuai kewenangan tugas dan fungsi Badan.. Kepegawaian Daerah Provinsi

Acara syawalan atau silaturahmi yang biasa digelar usai hari raya idulfitri / ternyata menjadi acara spesial bagi warga dusun daplokan kecamatan seyegan sleman // Warga dusun ini /

// Olahraga yang satu ini memang sudah cukup populer saat ini // meskipun butuh adrenalin yang cukup untuk melakukanya.// Sebelum turun langsung kesungai untuk mencoba arung jeram