• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONSISTENSI KONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL ANALYSIS BERDASARKAN PENGALAMAN BELAJAR FISIKA PADA MATERI GELOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KONSISTENSI KONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL ANALYSIS BERDASARKAN PENGALAMAN BELAJAR FISIKA PADA MATERI GELOMBANG."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONSISTENSI KONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL

ANALYSIS BERDASARKAN PENGALAMAN BELAJAR FISIKA PADA

MATERI GELOMBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

RISKA MARDIANA

0900340

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ANALISIS KONSISTENSI KONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL

ANALYSIS BERDASARKAN PENGALAMAN BELAJAR FISIKA PADA

MATERI GELOMBANG

Oleh Riska Mardiana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Riska Mardiana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS KONSISTENSI KONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL

ANALYSIS BERDASARKAN PENGALAMAN BELAJAR FISIKA PADA

MATERI GELOMBANG

Oleh : Riska Mardiana

NIM. 0900340

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Dr. Setiya Utari, M.Si. NIP. 196707251992032002

Pembimbing II,

Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd NIP. 195803011980021002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

ABSTRAK

ANALISIS KONSISTENSI KONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL

ANALYSIS BERDASARKAN PENGALAMAN BELAJAR FISIKA PADA

MATERI GELOMBANG

Riska Mardiana 0900340

Pembimbing I : Dr. Setiya Utari, M.Si. Pembimbing II : Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa siswa memiliki pemahaman awal yang seringkali berbeda dengan konsep yang benar, sehingga muncul miskonsepsi dalam proses pembangunan konsep. Berbagai instrumen telah dikembangkan untuk mendeteksi keberadaan miskonsepsi, tetapi belum mampu mengungkapkan kemungkinan siswa menggunakan berbagai model konsepsi dalam menjawab pertanyaan. Penelitian ini menggunakan Model Analysis untuk menganalisis konsistensi konsepsi. Penulis mengujikan pertanyaan terbuka sehingga diperoleh pola jawaban yang menunjukkan model-model konsepsi yang dimiliki siswa. Model konsepsi tersebut yaitu model konsep yang benar, model yang miskonsep, dan model yang salah konsep. Pola tersebut dimodifikasi menjadi opsi untuk pertanyaan pilihan ganda. Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan matriks yang menunjukkan konsistensi konsepsi siswa. Penelitian ini dilakukan di salahsatu SMA di Purwakarta, dengan sampel salahsatu kelas XII di sekolah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa miskonsepsi sangat dominan mempengaruhi jawaban siswa, sehingga siswa sulit membedakan miskonsepsi dengan konsep yang benar. Konsistensi konsepsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di luar pengalaman belajar di Sekolah.

(5)

ABSTRACT

ANALISIS KONSISTENSI KONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL

ANALYSIS BERDASARKAN PENGALAMAN BELAJAR FISIKA PADA

MATERI GELOMBANG

Riska Mardiana 0900340

Preceptor I : Dr. Setiya Utari, M.Si. Preceptor II : Dr. Parsaoran Siahaan, M.Pd.

Many researches had reported that students have many pre-conceptions that often different from scientifically accepted concept, thus alternative conceptions arised on building concept processes. Many diagnostic intruments had been developed to reveal its presence, but it can’t reveal the probabilities that students use various models of conception when answering questions yet. This study used Model Analysis as a method for analyzing consistency of students’ conceptions. This method tests sets of open-ended question to students to obtain pattern of students’ answer showed students’ models of conceptions, these are true model, alternative conception model, and wrong concept model. Pattern of students’ answer then modified to be options on multiple choices question. It was then analyzed by matrix showed us concistency of students’ conception. This research held in one of Senior High School in Purwakarta, with the sample of one of the XII class in that school. This study showed us that alternative conceptions dominantly influencing students’ answer, thus students having a hard time on identificating the differerences between alternative conceptions and true concepts. The consistency of students’ conceptions also influenced by many factors beside physics lecture in school.

(6)

DAFTAR ISI

BAB II MENGUNGKAPKAN KONSISTENSI KONSEPSI SISWA

MENGGUNAKAN MODEL ANALYSIS SEBAGAI IMPLIKASI DARI

PENGALAMAN BELAJAR FISIKA...

A.Pengetahuan Awal (Pre-conceptions/Alternative Conceptions)..………

(7)

E.Implikasi Pengalaman Belajar Terhadap Konsistensi Konsepsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………....

A. Profil Miskonsepsi Siswa………

B. Konsistensi Model Konsepsi Siswa Setelah Pembelajaran……… C. Konsistensi Konsepsi Dihubungkan dengan Dimensi-Dimensi

Pengalaman Belajar………

D. Keterlaksanaan Pemberian Pengalaman Belajar………

E. Pembahasan………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..…….

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang memiliki sifat yang unik sehingga dapat digunakan sebagai media untuk melatihkan kemampuan membangun konsep. Sifat unik yang dimaksud adalah fenomenanya dapat berlangsung dalam waktu yang singkat serta dapat diulang. Hal inilah yang menjadikan materi Fisika dapat dipelajari di segala jenjang pendidikan, baik di tingkatan dasar maupun tingkatan menengah.

Untuk membangun konsep, diperlukan keselarasan antar fakta-fakta dan konsep-konsep dasar yang dimiliki siswa sehingga konsep tersebut dapat terbangun secara sistematis. Namun, keselarasan antar konsep-konsep dasar yang dimiliki siswa seringkali dipengaruhi oleh pemahaman awal yang diperoleh siswa sebelum memasuki kelas untuk memperoleh pengajaran di bawah bimbingan guru. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Duit dan Treagust (Treagust, 2006: 1) menyatakan bahwa „Research data collected over more than three decades has shown that the majority of students come to science classes with

pre-instructional knowledge or beliefs about phenomena and concepts to be taught…‟. Pemahaman awal tersebut seringkali bertentangan dengan konsep yang dikemukakan para ilmuwan. Kondisi inilah yang kita kenal dengan istilah miskonsepsi (alternative conceptions). Sebagaimana dikemukakan oleh Treagust (2006: 1) bahwa “These students construct sensible and coherent understandings of phenomena and concepts as seen through their own eyes that do not match the

views that are universally accepted by the scientific community.”

(9)

Berbagai penelitian berusaha mengungkapkan miskonsepsi-miskonsepsi (alternative conceptions) yang dialami siswa melalui soal terbuka (open-ended questions), untuk menggali dasar konsep yang dijadikan alasan oleh siswa untuk

menjawab pertanyaan.

Pengembangan instrumen pengukur konsep (diagnostic instruments) terus dilakukan dalam rangka mendokumentasikan sebanyak-banyaknya miskonsepsi yang dialami siswa dalam berbagai topik. Hal ini dilakukan untuk menyusun sebuah pembelajaran yang mampu mengubah miskonsepsi yang dimiliki siswa tersebut menjadi pemahaman yang sesuai konsepsi ilmiah, sebagaimana yang diungkapkan oleh Driver (Coetzee dan Imenda, 2012: 4) bahwa „…documenting

all the alternative conceptions held by students could contribute to lecturers‟

ability to effect conceptual change, as well as benefit and inform science

curriculum planning, generally‟. Dengan mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa, guru dapat merencanakan sebuah proses pembelajaran yang lebih terencana dan terarah, dalam rangka mendukung proses pembangunan konsep.

Tongchai, et al. (2008) mengungkapkan bahwa perbedaan yang ditemukan dalam hal pemahaman konsep siswa tidak berhubungan dengan latar belakang daerah maupun budaya di tempat mereka tinggal, melainkan hanya berhubungan dengan pengalaman belajar fisika. Miskonsepsi yang diungkapkan dalam penelitian tersebut serta penelitian-penelitian lainnya (Bao, 2002; Maloney, et al., 2001) mengungkapkan bahwa keberadaan miskonsepsi (alternative conceptions) bersifat universal.

(10)

1993, 1996; Tytler, 1994; Watson, et al., 1997; Webb dan Morrison, 2000; Warnakulasooriya dan Bao, 2004; Fassoulopoulos, 2003 dalam Tongchai, 2011) bahwa “…many studies have revealed that students solve problems across

different contexts inconsistently”. Temuan serupa diperoleh dalam tahap studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis terhadap mahasiswa Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Pendidikan Indonesia. Dengan menggunakan instrumen diagnosa konsistensi konsepsi yang telah dikembangkan oleh Apisit Tongchai, et al (2011) yaitu Mechanical Wave Conceptual Survey (MWCS), diperoleh data bahwa mahasiswa, baik yang berasal

dari Program Studi Pendidikan Fisika maupun Program Studi IPA lainnya, baik yang sedang maupun yang telah selesai mengontrak mata kuliah Fisika Umum memperlihatkan inkonsistensi penggunaan model konsepsi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menanyakan konsep yang sama dalam konteks yang berbeda.

Berdasarkan teori bahwa miskonsepsi (alternative conceptions) bersifat permanen dan sulit diubah (Lee, J.S., Reiner, M., et al., Eshach, H., and Schwartz, J.L., Harrison, A.G, et al., dan Johnston, I.D., dalam Tongchai, 2011 :1), maka temuan mengenai inkonsistensi pada mahasiswa diduga berasal dari pemahamannya pada tingkatan siswa. Inkonsistensi dalam dasar konsep yang digunakan siswa dalam menjawab pertanyaan ini menjadi hal menarik yang memerlukan perhatian setelah ditemukannya berbagai miskonsepsi (alternative conceptions) yang terjadi pada diri siswa. Instrumen pengukur konsep yang

dikembangkan kemudian diharapkan mampu mengungkapkan inkonsistensi tersebut, agar guru dapat mengenali letak kesulitan siswa dalam proses membangun konsep secara lebih akurat. Salahsatu teknik yang baru saja dikembangkan beberapa tahun terakhir mengenai hal ini adalah teknik Model Analysis.

(11)

menjawab pertanyaan. Penelitian tersebut menemukan bahwa teknik Model Analysis memberikan hasil yang lebih bermakna dalam mengungkapkan

konsistensi konsepsi siswa. Teknik ini mampu mengemukakan data seberapa kuat sebuah konsepsi mempengaruhi jawaban siswa. Jika ditemukan adanya indikasi miskonsepsi pada diri siswa, teknik analisis ini mampu mengungkapkan dengan lebih tepat bagian dimana siswa mengalami miskonsepsi, serta apakah miskonsepsi tersebut juga diiringi oleh konsep ilmiah yang benar ataupun diiringi jawaban hanya menebak, sehingga memungkinkan guru untuk memberikan perlakuan yang tepat dalam menyelesaikan miskonsepsi yang dialami siswa.

Sebagai sebuah metode yang dapat dikatakan baru dalam hal pengungkapan miskonsepsi, Model Analysis memberikan ruang gerak yang semakin luas bagi guru untuk menemukan solusi bagi penyelesaian miskonsepsi. Selain itu, kehadirannya sebagai sebuah desain penelitian yang integral terhadap proses dan evaluasi pembelajaran dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai miskonsepsi berikut berbagai model konsepsi yang menjadi model cara berfikir siswa. Data yang diperoleh berdasarkan teknik ini dapat memperkaya informasi mengenai profil miskonsepsi yang terjadi pada siswa, baik secara lokal hingga internasional. Informasi-informasi mengenai model cara berfikir siswa selanjutnya dapat pula diteliti lebih lanjut apakah hal tersebut merupakan model umum yang dapat ditemui pada kelompok siswa dengan berbagai karakteristik, sehingga data tersebut sangat bermanfaat bagi pengembangan upaya penyelesaian miskonsepsi dalam skala lebih luas.

(12)

pembelajaran konsep, sehingga melalui perencanaan pembelajaran yang diarahkan pada konsep-konsep spesifik dalam materi gelombang diharapkan data penelitian yang diperoleh memenuhi kriteria validitas data yaitu tepat mengukur apa yang hendak diukur. Selanjutnya, tujuan penelitian yang utama diperoleh melalui cara menggali berbagai model konsepsi yang digunakan siswa dalam menjawab pertanyaan terbuka terkait materi Gelombang. Pola konsepsi tersebut kemudian dimodifikasi menjadi butir pilihan jawaban dalam soal pilihan ganda yang diujikan kembali pada siswa. Kemudian jawaban siswa dianalisis menggunakan teknik Model Analysis untuk memperoleh informasi mengenai konsistensi konsepsi siswa dihubungkan dengan pengalaman belajar yang diperoleh siswa, baik berupa pembelajaran yang dirancang oleh penulis, maupun faktor pengalaman belajar lainnya diantaranya buku teks yang dijadikan sumber belajar, pembelajaran siswa di luar sekolah, dsb.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, penulis bermaksud melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Konsistensi Konsepsi Siswa Menggunakan

Model Analysis Berdasarkan Pengalaman Belajar Fisika pada Materi

Gelombang”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Konsistensi Konsepsi Siswa, Teknik Model Analysis, dan Pengalaman Belajar. Agar penelitian lebih terfokus, maka penulis membatasi variabel-variabel tersebut sebagai berikut :

1. Konsistensi Konsepsi Siswa dalam penelitian ini meliputi pola jawaban siswa yang menggunakan model konsepsi yang sama dalam menjawab seri pertanyaan yang menanyakan konsep yang sama. Data ini diperoleh melalui instrumen uji konsistensi konsepsi yang diujikan satu kali dengan menanyakan pertanyaan dengan konsep yang sama lebih dari satu kali. 2. Teknik Model Analysis dalam penelitian ini meliputi tahapan menggali

(13)

menjadi soal pilihan ganda, kemudian merepresentasikan konsistensi konsepsi siswa melalui matriks.

3. Pengalaman belajar dalam penelitian ini meliputi pengalaman belajar yang diperoleh melalui pembelajaran di sekolah (rancangan peneliti), pengalaman belajar Fisika pada waktu sebelumnya (rata-rata nilai rapor di kelas X dan XI), peringkat kelas pada tahun sebelumnya, minat siswa pada pembelajaran Fisika di Sekolah, pengalaman belajar siswa di luar sekolah (jam belajar dan bimbingan belajar), kesesuaian metode ajar guru dengan gaya belajar siswa, pengalaman siswa membaca artikel penemuan Fisika, dan buku teks yang dijadikan sumber belajar oleh siswa.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya perumusan masalah yang akan mengarahkan dengan tepat pada tujuan yang hendak dicapai. Adapun perumusan masalah tersebut adalah :

“Bagaimana konsistensi konsepsi siswa yang diperoleh melalui teknik Model Analysis berdasarkan pengalaman belajar Fisika pada materi Gelombang?

Sementara, pertanyaan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Miskonsepsi apa saja yang dimiliki siswa terkait materi Gelombang? 2. Bagaimana konsistensi penggunaan ketiga model konsepsi siswa setelah

memperoleh pengalaman belajar materi Gelombang yang dirancang dalam penelitian?

3. Bagaimana konsistensi penggunaan ketiga model konsepsi apabila dihubungkan dengan dimensi pengalaman belajar di luar pembelajaran yang dirancang dalam penelitian?

C. Tujuan Penelitian

(14)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :

1. Memberikan gambaran mengenai keadaan konsistensi konsepsi siswa pada materi gelombang

2. Memberikan informasi yang mengungkapkan keterkaitan antara pengalaman belajar siswa dengan konsistensi konsepsi siswa pada materi gelombang

3. Menjadi referensi pengembangan asesmen untuk mendeteksi miskonsepsi pada siswa

4. Menjadi referensi pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sistematis dan terarah dalam rangka mereduksi miskonsepsi yang dimiliki siswa

5. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya untuk merancang sebuah pembelajaran yang integral terhadap analisis konsistensi konsepsi siswa

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi merupakan susunan atau sistematika penulisan dalam skripsi. Skripsi pada penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I berjudul pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II berisi kajian teori, terdiri dari kajian mengenai pemahaman awal (pre-conceptions/alternative conceptions), konsistensi konsepsi siswa, teknik Model Analysis, pengalaman belajar, dan implikasi pengalaman belajar terhadap

konsistensi konsepsi siswa.

(15)

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari profil miskonsepsi siswa pada materi gelombang, konsistensi konsepsi siswa melalui teknik Model Analysis setelah pengalaman belajar yang dirancang melalui penelitian, konsistensi konsepsi siswa apabila dihubungkan dengan dimensi-dimensi pengalaman belajar lainnya, keterlaksanaan pengalaman belajar pada materi gelombang, dan pembahasan.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis menentukan lokasi dan subjek penelitian dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data sesuai tujuan yang diharapkan. Lokasi dan subjek penelitian merupakan bagian dari sumber data yang dimaksud. Lokasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai letak atau tempat. Lokasi penelitian berarti tempat dimana penelitian dilakukan. Adapun lokasi dalam penelitian ini adalah salahsatu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Purwakarta.

(17)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai konsistensi konsepsi siswa berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh siswa, baik dalam rancangan penelitian maupun faktor di luar penelitian melalui upaya perolehan data mengenai model-model konsepsi yang terdapat pada diri siswa terkait konsep-konsep spesifik dalam materi Gelombang. Setelah diperoleh data model-model konsepsi, data tersebut dirancang menjadi sebuah instrumen diagnostik untuk menganalisis konsistensi model konsepsi yang dimiliki siswa dalam kelas tersebut. Metode modifikasi instrumen diagnostik ini pertama kali dikembangkan oleh Bao, et al. (2002) pada penelitian mengenai model konsepsi siswa, kemudian dikembangkan menjadi metode diagnostik yang utuh pada penelitian selanjutnya oleh Bao dan Redish (2006). Instrumen diagnostik berdasarkan hasil penelitian ini pernah dikembangkan oleh Tongchai, et al. (2008) terkait materi Gelombang, yaitu Mechanical Waves Conceptual Survey (MWCS). Karena penelitian ini dilakukan dengan cara memotret kejadian sebenarnya dan bermaksud menganalisis pola-pola yang ditemukan, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Oleh karenanya penelitian ini dilakukan pada satu kelompok siswa tanpa adanya kelas kontrol.

Paradigma mengenai penelitian ini sendiri disimpulkan dari berbagai pendapat, yakni bahwa :

1. “…penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain…” (Arikunto, 2010: 3) 2. Tipe penelitian deskriptif didasarkan pada pertanyaan bagaimana.

(Gulo, 2002)

3. “Penelitian deskriptif merupakan penelitian pendahuluan dan digunakan bersama-sama dengan hampir semua jenis penelitian, misalnya untuk menentukan kriteria subjek studi” (Budiarto, 2004) 4. “…dalam perkembangannya selain menjelaskan tentang situasi atau

(18)

Sehingga penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data faktual mengenai konsistensi konsepsi siswa serta menganalisis pola yang diperoleh terkait konsistensi konsepsi apabila dihubungkan dengan pengalaman belajar yang dimiliki siswa. Karena penelitian ini termasuk jenis penelitian yang baru, maka sebagaimana dijelaskan Dr. Eko Budiarto (2004) diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan di masa mendatang dalam bentuk penelitian lainnya.

C. Definisi Operasional

Berdasarkan identifikasi masalah pada penelitian ini, maka perlu adanya definisi operasional yang akan memudahkan dalam melakukan penelitian. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

(19)

bentuk matriks densitas yang memberikan informasi mengenai konsistensi konsepsi.

(20)

D. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian adalah langkah-langkah dalam penelitian. Pada penelitian ini prosedur yang digunakan digambarkan pada bagan di bawah ini.

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian Studi Literatur

Merumuskan Masalah

Menyusun Perangkat Pembelajaran

Merancang Instrumen Terbuka/ Uraian

Pemberian Pengalaman Belajar/ Pembelajaran

mengenai materi Gelombang

Soal Terbuka/

Uraian

Mengujikan soal terbuka/ uraian kepada siswa usai

pembelajaran

Mengelompokkan pola jawaban siswa menjadi model-model konsepsi

Memodifikasi soal uraian menjadi pilihan ganda berdasarkan pola

jawaban siswa

Validasi soal/ Instrumen

Posttest

Mengolah Data Analisis Data

(21)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan melalui literatur b. Merumuskan masalah penelitian

c. Telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian, hal ini dilakukan untuk mengetahui tujuan/kompetensi dasar yang hendak dicapai

d. Membuat dan menyusun perangkat pembelajaran serta instrumen penelitian. e. Mengkonsultasikan instrumen awal berupa soal terbuka/uraian kepada dosen

pembimbing skripsi

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan perlakuan kepada sampel berupa pembelajaran Fisika pada materi Gelombang dengan model pembelajaran Learning Cycle 3E

b. Memberikan tes berupa soal uraian/terbuka setiap usai pertemuan

c. Menganalisis dan mengelompokkan pola jawaban siswa menjadi model-model konsepsi

d. Memodifikasi soal uraian/terbuka menjadi soal pilihan ganda berdasarkan model-model konsepsi yang telah dianalisis sebelumnya

e. Mengkonsultasikan instrumen akhir hasil modifikasi kepada dua dosen dan satu guru pembimbing di sekolah tempat penelitian

f. Memperbaiki instrumen akhir berdasarkan hasil judgement kualitatif dan kuantitaif

g. Mengujikan instrument akhir kepada siswa (posttest)

3. Tahap Akhir

a. Mengolah dan menganalisis data penelitian

(22)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan sebagai berikut :

1. Instrumen awal (Soal Uraian/Terbuka)

Instrumen awal ini berupa soal uraian berjumlah 37 butir pertanyaan. Instrumen ini menguji 16 indikator pembelajaran/konsep yang telah ditentukan. Instrumen ini berupa pertanyaan terbuka yang harus dijawab oleh siswa dengan disertai alasan

2. Instrumen uji konsistensi konsepsi siswa (Instrumen Hasil Modifikasi)

Instrumen ini merupakan instrumen hasil modifikasi dari instrumen sebelumnya yang berupa uraian. Instrumen ini berupa pilihan ganda, terdiri dari 37 pertanyaan yang sama dengan soal uraian sebelumnya. Masing-masing konsep/indikator diuji melalui instrumen ini dalam bentuk seri-seri pertanyaan. Satu indikator diuji dengan minimal dua pertanyaan

3. Lembar angket

Lembar angket berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan mengenai dimensi pengalaman belajar selain pembelajaran fisika yang dirancang oleh penulis. Lembar angket ini digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian

4. Lembar observasi

Lembar observasi adalah lembar yang memuat langkah-langkah pembelajaran yang akan di observasi oleh observer terkait keterlaksanaan pemberian pengalaman belajar yang dimaksud dalam penelitian ini

F. Proses Pengembangan Instrumen

(23)

digunakan dalam memperoleh data tersebut. Kualitas sebuah instrumen salahsatunya dinyatakan dalam validitas dan reliabilitas. Instrumen yang valid mampu mengukur dengan tepat apa yang seharusnya diukur. Sementara instrumen yang reliabel akan memberikan hasil yang konsisten, artinya apabila diujikan pada waktu yang lain akan memberikan hasil yang sama.

Berikut proses pengembangan seluruh instrumen yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Instrumen Awal (Soal uraian/terbuka)

Instrumen ini dikembangkan dari indikator pembelajaran yang dirancang oleh penulis. Dalam mengembangkan instrumen awal berbentuk uraian penulis memperoleh masukan-masukan dari dosen pembimbing skripsi. Uji validitas dan reliabilitas konstruk belum dilakukan pada soal ini, melainkan dilakukan pada instrumen hasil modifikasi berupa soal pilihan ganda. Instrumen ini diujikan pada siswa setiap usai proses pembelajaran di setiap pertemuan. Jawaban siswa pada instrumen ini disertai alasan, sehingga pola jawaban beralasan inilah yang dijadikan opsi dalam soal pilihan ganda hasil modifikasi tersebut.

2. Instrumen Uji Konsistensi Konsepsi (Hasil Modifikasi)

Instrumen ini dikembangkan dari hasil uji instrumen uraian pada siswa. Pola jawaban siswa dijadikan opsi dalam instrumen ini. Kemudian, uji coba instrumen dilakukan pada kelas yang telah memperoleh materi dari soal yang diuji cobakan. Pada pengembangan instrumen ini, dilakukan analisis uji tes yang terdiri dari validitas, realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. a. Analisis Uji Tes

1) Validitas

(24)

untuk memperoleh data sesuai yang diharapkan, slahsatu analisis uji tes yang harus dilakukan adalah uji validitas.

Uji validitas ini terdiri dari uji validitas konstruk, yaitu uji validitas yang diukur berlandaskan teori-teori tertentu dengan cara meminta pendapat para ahli. Uji validitas konstruk ini dilakukan pada proses judgement dengan dua dosen ahli dan satu guru pembimbing di lokasi

penelitian. Kemudian sebuah instrumen juga perlu diuji validitas eksternalnya. “Validitas eksternal instrument diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrument dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.” (Sugiyono,2012: 129). Uji validitas eksternal ini dilakukan untuk mengetahui validitas instrument dalam mengukur variabel yang diteliti. Uji validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas tipe korelasi product momen pearson, yaitu:

………..…(3.1)

Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari perhitungan diatas, digunakan kriteria validitas butir soal seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Interpretasi Validitas Butir Koefisien Korelasi Kriteria validitas

(25)

0,400 – 0,600 Agak Rendah

0,200 – 0,400 Rendah

0,000 – 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2010: 319) 2) Reliabilitas

“Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama” (Sugiyono, 2012: 121). Dari penjelasan tersebut, reliabilitas menyatakan konsistensi sebuah instrumen dalam mengukur hal yang sama dan memberikan hasil yang sama.

Dalam menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat menggunakan kriteria yaitu:

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas

(Arikunto dalam Dewi, 2013: 28) Pada penelitian ini, soal yang diujikan berjumlah 37 (ganjil), maka untuk menghitung realibilitas menggunakan rumus K-R 20, yaitu :

Rumus ………..(3.2)

(Arikunto, 2010: 231) di mana :

= reliabilitas instrumen

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

≤ 0,20 sangat rendah

0,20 ≤ < 0,40 Rendah

0,40 ≤ <0,60 Sedang

0,70 ≤ < 0,90 Tinggi

(26)

k = banyaknya butir pertanyaan Vt = varians total

p = proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi butir yang mendapat skor 1)

p =

q =

3) Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus untuk menghitung Tingkat Kesukaran (TK) adalah:

….……….(3.3) (Arikunto, 2011: 208) dengan

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Kategori

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

(27)

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa kelompok atas (upper class) dan siswa kelompok bawah (lower class). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut daya pembeda. Rumus untuk menentukan daya pembeda :

………(3.4) (Arikunto, 2011: 213) dengan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Kategori

0,00 – 0,20 Jelek (poor) 0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory) 0,40 – 0,70 Baik (good) 0,70 – 1,00 Baik Sekali (excellent)

Negatif Dibuang

(28)

b. Hasil Uji Coba Tes

Uji coba tes dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui kriteria soal tersebut, baik validitas, reliabilitas, hingga indeks per butir soal seperti daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Hasil uji coba tes akan menunjukkan kualitas soal tersebut.

Soal uji coba tes dalam penelitian ini tersiri dari 37 soal. Dengan rincian yaitu 6 soal menguji konsep/indikator terkait elemen-elemen gelombang, 2 soal menguji konsep/indikator terkait gelombang mekanik dan elektromagnetik, 2 soal menguji konsep/indikator terkait gelombang transversal dan gelombang longitudinal, 2 soal menguji konsep/indikator terkait persamaan gelombang berjalan, 4 soal menguji konsep/indikator terkait gejala gelombang secara umum, 2 soal menguji konsep/indikator terkait gejala pemantulan dan pembiasan, 2 soal menguji konsep/indikator terkait gelombang berdiri pada ujung tetap dan ujung bebas, 2 soal konsep/indikator terkait faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi, 2 soal menguji konsep/indikator terkait bunyi sebagai gelombang mekanik, 2 soal menguji konsep/indikator terkait bunyi sebagai gelombang longitudinal, 4 soal menguji konsep/indikator terkait intensitas dan taraf intensitas, 2 soal menguji konsep/indikator terkait gejala gelombang bunyi, 2 soal menguji konsep/indikator terkait layangan bunyi, 2 soal menguji konsep/indikator terkait efek Doppler, dan 2 soal menguji konsep/indikator terkait gelombang berdiri pada pipa organa. Adapun rekapitulasi hasil uji coba tes tersebut dirangkum dalam tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Konsistensi Konsepsi

No.

soal Validitas Reliabilitas TK DP Keputusan Keterangan

1 Cukup S

ed

an

g

Mudah Cukup Dipakai

2 Sangat Rendah Sukar Jelek Dipakai

(29)
(30)

Dari hasil pengujian tersebut, dapat kita lihat bahwasanya beberapa soal tidak valid, sehingga ada beberapa soal yang tidak memiliki pasangan soal yang menanyakan konsep yang sama. Oleh karena itu, dari 33 soal yang diujikan, diambil 23 soal untuk digunakan sebagai data uji konsistensi konsepsi siswa di kelas tempat penelitian. Soal tersebut adalah 5 soal terkait konsep mengenai elemen-elemen gelombang (soal nomor 1,2,3,5 dan 6), 2 soal terkait konsep mengenai karakteristik gelombang mekanik dan elektromagnetik (soal nomor 7-8), 2 soal terkait konsep mengenai karakteristik gelombang transversal dan longitudinal (soal nomor 9-10), 2 soal terkait konsep mengenai difraksi gelombang (soal nomor 12-13), 2 soal terkait konsep mengenai gelombang berdiri pada ujung tetap dan ujung bebas (soal 29), dan 2 soal terkait konsep mengenai layangan bunyi (soal nomor 30-31). 3. Lembar Angket

Instrumen ini dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi pengalaman belajar yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu data mengenai minat siswa terhadap pembelajaran Fisika di sekolah, jam belajar siswa di luar sekolah, kesesuaian metode ajar guru dengan gaya belajar siswa, pengalaman siswa membaca artikel penemuan Fisika dan buku teks yang dijadikan sumber belajar siswa. Berikut kisi-kisi pengembangan angket pengalaman belajar tersebut :

Tabel 3.6. Kisi-Kisi Pengembangan Angket

No Dimensi

Pengalaman Belajar

Indikator Pertanyaan Pilihan

(31)
(32)

baik satu ataupun lebih

pengguna buku teks tambahan selain BSE

4. Lembar Observasi

Instrumen ini dikembangkan dari skenario pembelajaran yang dirancang penulis. Instrumen ini menyediakan data mengenai keterlaksanaan pengalaman belajar yang telah dirancang, baik dari segi aktivitas guru maupun aktivitas siswa dalam pembelajaran.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Instrumen awal (bentuk uraian)

Instrumen ini ditujukan untuk mengumpulkan data mengenai model-model konsepsi siswa yang digunakan untuk memodifikasi instrumen ini menjadi soal pilihan ganda. Selain data mengenai model konsepsi, data lain yang diperoleh dari instrumen ini adalah data miskonsepsi siswa pada materi gelombang.

2. Instrumen Uji Konsepsi

Arikunto (1998: 226) mengkategorikan tes menjadi dua, yaitu tes buatan guru dan tes terstandar. Dalam penelitian ini digunakan tes berupa tes buatan penulis, berupa soal uji konsepsi yang berbentuk uraian untuk memperoleh data mengenai model-model konsepsi yang dimiliki siswa. Soal tersebut kemudian dimodifikasi menjadi soal pilihan ganda dan dilakukan ujicoba untuk mengetahui kualitas soal tersebut. Setelah diujicoba, tes tersebut diujikan kepada kelas eksperimen dalam bentuk soal pilihan ganda.

3. Angket

(33)

angket diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi/data mengenai dimensi-dimensi pengalaman belajar untuk mendukung hasil penelitian

4. Observasi

Sugiyono (2012: 145) menyatakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi dilakukan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, dll. Dalam penelitian ini, observasi ditujukan untuk memperoleh data berkaitan dengan proses pemberian pengalaman belajar (proses belajar-mengajar) di kelas yang dijadikan sampel penelitian.

Format observasi ini dibuat dalam bentuk checklist, sehingga dalam pengisiannya, observer memberikan tanda checklist pada keterlaksanaan langkah pembelajaran yang diterapkan berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun. Sebelum proses pembelajaran, format ini dikoordinasikan kepada observer yang terlibat dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi tersebut.

H. Teknik Pengolahan Data

1. Profil Miskonsepsi siswa pada materi Gelombang Data mengenai profil miskonsepsi ini diperoleh dari jawaban siswa pada instrumen awal yang berbentuk uraian. Jawaban siswa berikut alasannya dianalisis berdasarkan konsep yang seharusnya (konsep yang benar). Jawaban yang merupakan miskonsepsi dikelompokkan tersendiri ke dalam profil miskonsepsi. Data ini merupakan data kualitatif.

2. Konsistensi Konsepsi Siswa setelah memperoleh pengalaman belajar materi Gelombang

Data ini merupakan data kuantitaif. Hasil Uji konsistensi konsepsi diolah dengan metode Model Analysis sebagai berikut:

a. Jawaban siswa dikategorikan sebagai : (1) Model Konsepsi yang tepat secara ilmiah, (2) Model konsepsi yang miskonsep, dan (3) Model konsepsi yang asal menebak. Disajikan sebagai :

(34)

2) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (2) 3) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (3)

Dimana . Dengan m = jumlah soal dalam satu

seri pertanyaan terkait satu konsep/topik yang sama.

b. Dengan menggunakan dan , disusun sebuah matriks (3x3) sebagai berikut:

(Tongchai, et al., 2011: 4) Setelah dilakukan representasi matriks setiap siswa, pengolahan dilakukan dengan menyusun representasi matriks kelas, dengan cara menjumlahkan matriks seluruh siswa, sebagai berikut :

3. Dimensi-dimensi pengalaman belajar siswa serta hubungannya dengan konsistensi konsepsi

(35)

4. Observasi Ketelaksanaan Pengalaman Belajar

Observasi keterlaksanaan pengalaman belajar dilakukan dengan observasi langkah-langkah pembelajaran/ aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Format observasi dibuat dalam bentuk kolom checklist ya/tidak.

Untuk mengetahui keterlaksanaan pengalaman belajar dihitung dengan persentase pengalaman belajar sebagai berikut:

Persentase keterlaksanaan pengalaman belajar ini dijadikan dasar persentase pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa. Interpretasi terhadap keterlaksanaan pengalaman belajar ini mengadopsi interpretasi keterlaksanaan model pembelajaran yang dijelaskan Budiarti (Koswara, dalam Dewi, 2013), yaitu :

Tabel 3.7 Interpretasi Keterlaksanaan Pengalaman Belajar Persentase Keterlaksanaan

Pengalaman Belajar Interpretasi

KM = 0 Tidak satupun kegiatan terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegitan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan data penelitian yang telah diolah, penulis menemukan hal-hal sebagai berikut :

1. Miskonsepsi yang terungkap melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Siswa menganggap frekuensi sama dengan jumlah gelombang, tidak berhubungan dengan selang waktu gelombang tersebut terbentuk. Sementara periode dianggap merupakan waktu terjadinya seluruh gelombang, tanpa memperhatikan jumlah gelombang yang dihasilkan. b. Siswa menganggap panjang gelombang sama dengan jarak yang

ditempuh gelombang dalam selang waktu tertentu, tanpa memperhatikan frekuensi gelombang tersebut.

c. Siswa tidak mampu menganalogikan amplitudo gelombang permukaan air berdasarkan jarak sebuah benda yang dijatuhkan dari atasnya. Siswa menganggap jarak benda dari permukaan air tidak berhubungan dengan amplitudo gelombang permukaan air yang terbentuk

d. Siswa tidak mampu mengasosiasikan hubungan antara amplitudo dengan energi gelombang dan bunyi keras-lemah

e. Siswa menganggap cahaya lampu dari dalam ruangan tertutup tidak dapat dilihat oleh orang di luar ruangan karena tidak adanya medium yang merambatkan cahaya, begitu juga bunyi musik di studio musik tidak terdengar meskipun ruangan studio tidak diberi lapisan kedap suara

f. Siswa menganggap gelombang transversal selalu terbentuk akibat arah getar vertikal dan gelombang longitudinal selalu terbentuk akibat arah getar horizontal

(37)

h. Siswa menganggap intensitas lemah suatu bunyi dari dalam kamar yang terdengar dari luar diakibatkan oleh sifat gelombang yang hanya memindahkan energi namun tidak memindahkan medium

i. Siswa menganggap peristiwa masuknya cahaya pada lubang ventilasi sebuah ruangan merupakan peristiwa tersaringnya sebagian gelombang cahaya karena cahaya menyebar ke segala arah

j. Siswa tidak mampu menafsirkan persamaan gelombang sehingga menganggap persamaan gelombang pantul pada ujung tetap maupun ujung bebas merupakan persamaan gelombang berdiri

k. Siswa menganggap bahwa bunyi lebih cepat merambat pada musim panas dikarenakan kondisi medium pada musim panas lebih rapat dibandingkan pada musim dingin

l. Siswa keliru menjelaskan bunyi sebagai gelombang longitudinal yang berbentuk rapatan dan renggangan

m. Siswa menganggap bunyi sebagai partikel yang merambat dan masuk ke zona pendengaran manusia sehingga dapat didengar

n. Siswa menganggap jumlah mesin yang berbunyi berhubungan dengan frekuensi bunyi yang terdengar, sehingga frekuensi bunyi 10 mesin lebih besar daripada frekuensi satu mesin

o. Siswa menganggap suara yang berada baik di atas batas ambang perasaan (120 dB) maupun di bawah batas ambang pendengaran (0 dB) akan merusak pendengaran

p. Siswa menganggap suhu tidak berpengaruh pada cepat rambat bunyi sehingga tidak terdapat perbedaan cepat rambat bunyi pada suhu rendah maupun suhu tinggi

q. Siswa menganggap bunyi tidak bisa mengalami polarisasi karena bunyi tidak dapat dibelokkan

(38)

s. Siswa menganggap frekuensi layangan bunyi menunjukkan jumlah bunyi tinggi-rendah bergantian setiap detik

(39)

dengan baik dan yang mengalami miskonsepsi. Hal ini mendukung asumsi bahwa miskonsepsi bersifat persisten dan sangat mempengaruhi pemahaman konsep siswa.

3. Gambaran konsistensi model konsepsi siswa ketika dihubungkan dengan berbagai dimensi pengalaman belajar menunjukkan pola yang berbeda-beda. Berikut dimensi-dimensi pengalaman belajar yang diduga turut mempengaruhi konsistensi konsepsi siswa karena memperlihatkan distribusi konsistensi model konsepsi yang sesuai teori, diantaranya : a. Peringkat siswa di tingkatan belajar sebelumnya. Artinya prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran lain secara keseluruhan turut mempengaruhi konsistensi konsepsi siswa dalam Mata Pelajaran Fisika. Siswa dari kelompok yang memiliki peringkat lebih tinggi (10 besar) menunjukkan konsistensi penggunaan model konsepsi A lebih tinggi daripada kelompok siswa dengan peringkat lebih rendah (> 10 besar), sementara konsistensi penggunaan model konsepsi yang tidak sesuai konsepsi ilmiah (model B dan model C) lebih rendah daripada siswa pada kelompok peringkat lebih rendah (>10 besar). Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman konsep yang lebih baik pada kelompok siswa yang termasuk peringkat tinggi di kelas.

(40)

c. Pengalaman belajar berupa membaca artikel penemuan Fisika. Siswa dari kelompok yang lebih sering membaca artikel Fisika menunjukkan konsistensi penggunaan model konsepsi A lebih tinggi daripada kelompok siswa yang lebih jarang membaca artikel Fisika, sementara konsistensi penggunaan model konsepsi yang tidak sesuai konsepsi ilmiah (model B dan model C) lebih rendah daripada siswa pada kelompok yang jarang membaca artikel terkait penemuan Fisika. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman konsep yang lebih baik pada kelompok siswa yang lebih sering membaca artikel terkait penemuan Fisika. Artinya, pengetahuan siswa perlu ditunjang dengan artikel penemuan Fisika di luar buku teks yang dipelajari di sekolah

d. Buku Teks yang digunakan sebagai sumber belajar. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa semakin banyak buku teks yang dijadikan referensi belajar, semakin konsisten pula penggunaan model konsepsi yang sesuai konsepsi ilmiah (model A) oleh siswa. Sebaliknya, konsistensi penggunaan model konsepsi yang tidak sesuai konsepsi ilmiah (model B dan model C) lebih rendah dibandingkan siswa yang hanya menggunakan satu jenis buku teks saja sebagai sumber belajar. Sementara pada dimensi pengalaman belajar lainnya berupa prestasi belajar Fisika pada masa sebelumnya (rerata nilai Fisika di rapor), minat siswa terhadap pembelajaran Fisika di sekolah dan jam belajar siswa di luar sekolah, memperlihatkan pola yang tidak dikenali pengaruhnya. B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

(41)

2. Pada penelitian selanjutnya, teknik Model Analysis dapat diintegrasikan kepada jenis penelitian pemberian perlakuan (eksperimen) yang berorientasi pada pemecahan masalah inkonsistensi model konsepsi siswa

3. Penelitian selanjutnya dapat diarahkan kepada upaya untuk mengetahui manfaat dan pola yang lebih sistematis dan akurat dalam hal pengembangan desain pembelajaran berdasarkan hasil analisis yang diperoleh melalui teknik Model Analysis dalam penelitian ini

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2011). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

_________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

_________________. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Bao, Lei., Hogg, Kirsten., and Zollman, Dean. (2002). Model Analysis of Fine

Structures of Student Models : An Example with Newton’s Third Law. American Journal of Physics. 70 (7), July 2012.

Bao, Lei., and Redish, Edward F. (2006). Model Analysis : Representing and Assessing The Dynamics of Student Learning. Physical Review Special Topics

– Physics Education Research 2, 010103.

Budiarto, Eko. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC.

Coetzee, A., and Imenda, S.N. (2012). Alternative Conceptions Held by First Year Physics Students at A South African University of Technology Concerning

Interference and Diffraction of Waves. Research in Higher Educational

Journal.

Dewi, Haryati. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Based Science Plus Reading (ISR) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

SMP Pada Mata Pelajaran Fisika. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika

FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Fang, Zhihui., and Wei, Youhua. (2010). Improving Middle School Students’ Science Literacy Through Reading Infusion. The Journal of Educational

(43)

Fauzia, Rifka., dan Suparman. (2013). Pengaruh Intensitas, Motivasi dan Minat Penggunaan Komputer Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di

SMP Negeri 14 Purworejo. Jurnal Skripsi S1, UNY.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia

Maloney, et al. (2001). Surveying Students’ Conceptual Knowledge of Electricity and Magnetism. Physics Education Research – American Journal of Physics. Suppl. 69 (7), July 2001.

_________________. (2001). Conceptual Survey in Electricity and Magnetism. Physics Education Research – American Journal of Physics. Suppl. 69 (7), July 2001.

Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana.

Santoso, Eko Budi. (2011). Pengertian-Pengertian Belajar, Pengalaman Belajar. [online]. Tersedia : http://www.ras-eko.com/2011/10/pengertian-pengertian-belajar.html. [10 September 2013]

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sujarwo dan Delnitawati. (2012). Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar. Publikasi Penelitian Skim Dosen Pemula

UMN-AW dibiayai Dikti tahun 2012.

Sulipan. (2011). Penelitian Deskriptif Analitis. [online]. Tersedia : http://www.slideshare.net/UJANGKETUL/penelitian-deskriptif-analitis-sulipan. [21 November 2013]

(44)

(Eds) Symposium Proceedings: Visualisation and Concept Development, UniServe Science, The University of Sydney.

_____________. (2009). Consistency of Students’ Conceptions About Superposition and Reflection Waves : Findings from The Development of A

Conceptual Survey in Mechanical Waves. An international conference on

science and mathematics education research. Turkish Republic of Northern Cyprus, 22 - 24 March 2009

Tongchai, et al. (2011). Consistency of Students’ Conceptions of Wave Propagation : Findings From A Conceptual Survey in Mechanical Waves.

Physical Review Special Topics – Physics Education Research 7, 020101. Treagust, David F. (2006). Diagnostic Assessment in Science as a Means to

Improving Teaching, Learning and Retention. UniServe Scence 2006

Conference Proceedings.

Tsai, Chin-Chung., and Chou, Chien. (2002). Diagnosing Students’ Alternative Conceptions in Science Through a Networked Two-Tier Test System. Jounal of

Computer Assisted Learning. Volume 18, Issue 2, pages 157-165, June 2002. Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
Tabel 3.1 Interpretasi Validitas Butir
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran
+5

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran siklus belajar merupakan rangkaian dari tahap- tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi

5) Kepala Bernomor (Numbered Heads Together), adalah sebuah teknik yang memberikan kesempatan siswa untuk saling berdiskusi mengenai ide – ide dan mempertimbangkan jawaban

Model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah suatu pembelajaran kooperatif di mana dalam proses pembelajaran setiap siswa dalam kelompok disilang dan memperoleh tugas

Dari hasil tes diagnostik siswa diperoleh kategori tingkat pemahaman siswa dalam bentuk level pada materi momentum dan impuls sehingga hasil tersebut dapat

Contoh, siswa membuat soal yang berkaitan dengan pesawat sederhana, kemudian dari soal tersebut siswa menjawab dengan caranya sendiri, dari jawaban tersebut

Siswa menyusun jawaban sementara (menuliskan prediksi) tentang apa yang terjadi berkaitan dengan materi gerak lurus... siswa melakukan percobaan yang dapat membantu

Dimana guru menyiapkan beberapa konsep atau topik permasalahan yang cocok untuk digunakan pada satu bagian kartu soal dan kartu jawaban, kemudian siswa mencocokkan

Data dikumpulkan dengan menggunakan beberapa metode (1) Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang kemudian akan dianalisis menggunakan uji-t satu