FLUIDA STATIS SISWA SMA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Marlis NIM 1302850
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
FLUIDA STATIS SISWA SMA
Oleh Marlis
S.Pd Universitas Negeri Padang, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Fisika
© Marlis 2015
Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
FLUIDA STATIS SISWA SMA
MARLIS 1302850
disetujui dan disahkan
Oleh
Pembimbing
Dr. Johar Maknun, M. Si. NIP. 196803081993031002
Mengetahui
Ketua Prodi Pendidikan Fisika
i
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIR I TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Marlis (2015). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
terhadap Konsistensi Konsepsi dan Peningkatan Pemahaman Konsep Fluida Statis Siswa SMA.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang konsistensi konsepsi dan peningkatan pemahaman konsep fluida statis siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu yang dilakukan pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten Agam Sumatera Barat dengan sampel siswa kelas X MIA semester 2 pada tahun ajaran 2014/2015. Hasil analisis data tes konsistensi konsepsi menunjukkan bahwa jumlah siswa yang konsisten dalam menggunakan model konsepsi ilmiah pada kelas yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang konsisten dalam menggunakan model konsepsi ilmiah pada kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Namun secara keseluruhan siswa pada kedua kelas masih inkonsisten dalam menggunakan model konsepsi mereka. Hal ini dikarenakan sebagian siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing masih menggunakan model konsepsi ilmiah dan miskonsepsi secara bersamaan untuk konsep tekanan hidrostatis dan hukum Pascal, serta menggunakan model konsepsi ilmiah, miskonsepsi, dan hanya menebak/keliru untuk hukum Archimedes. Sedangkan hasil analisis data tes pemahaman konsep menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep fluida statis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Kata kunci: model pembelajaran inkuiri terbimbing, konsistensi konsepsi, pemahaman
ii
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIR I TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Marlis (2015). The Effect of Guided Inquiry Learning Model to Consistency
Conception and Increase Understanding Concept Static Fluid of Senior High School Students
This study aims to get an idea of the consistency of conception and increased understanding of the concept of a static fluid high school students who get a guided inquiry learning model. The method used is the quasi-experiment performed on one of the high schools in Agam regency of West Sumatra with a sample of students of class X MIA second semester of the academic year 2014/2015. Results of the analysis of the test data consistency conception shows that the number of students who are consistent in using the model of the scientific conception of the class of guided inquiry learning is getting more than the number of students who are consistent in using the model of the scientific conception of the class who received conventional learning. But overall the students in both classes are still inconsistent in their use of their conception models. This is because most students get guided inquiry learning is still using a model of scientific conceptions and misconceptions simultaneously to the concept of hydrostatic pressure and Pascal law, as well as using a model of scientific conceptions, misconceptions, and only guess / mistaken for Archimedes law. While the results of the test data analysis showed that the application of the understanding of the concept of guided inquiry learning model can significantly improve students' understanding of the concept of a static fluid compared with conventional learning.
Keywords: guided inquiry learning model, consistency conception, konsistensi konsepsi,
viii
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR PENELITIAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Hakikat Pembelajaran Sains (Fisika) ... 8
B. Model Pembelajaran Inkuiri ... 9
ix
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Konsistensi Konsepsi ... 16
E. Pemahaman Konsep ... 19
F. Hubungan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Indikator Pemahaman konsep ... 21
G. Materi Fluida Statis ... 23
H. Penelitian yang Relevan ... 28
I. Kerangka Pikir Penelitian ... 29
J. Asumsi Penelitian ... 30
K. Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 32
B. Subyek Penelitian ... 33
C. Prosedur Penelitian ... 33
D. Instrumen Penelitian ... 35
E. Analisis Instrumen ... 37
F. Hasil Validitas dan Uji Coba Instrumen ... 40
G. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50
1. Konsitensi Konsepsi ... 50
2. Pemahaman Konsep ... 53
3. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 58
B. Pembahasan ... 60
x
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
C. Rekomendasi... 68
1
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permendikbud No.69 tahun 2013 mengungkapkan bahwa “kurikulum 2013 bertujuan
untuk mempersiapkan siswa jenjang SMA agar menjadi pribadi yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.” Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan
tersebut adalah dengan melaksanakan pembelajaran fisika.
Fisika merupakan bagian dari ilmu sains. Menurut Carin dan Sund (1989) ”sains
(fisika) merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum
(universal), berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.” Selanjutnya menurut
Giancoli (2001) ”tujuan utama mata pelajaran fisika adalah mencari keteraturan dalam
pengamatan manusia pada alam sekitarnya. Banyak orang yang berfikir bahwa fisika
merupakan proses mekanis dalam mengumpulkan fakta-fakta dan membuat teori.
Sesungguhnya fisika ini merupakan suatu aktivitas kreatif yang dalam banyak hal
menyerupai aktivitas kreatif pikiran manusia.”
Kurikulum 2013 menuntut semua pelaksanaan pembelajaran termasuk fisika
dilaksanakan dengan cara-cara yang bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi siswa dengan cara yang aktif agar menjadi seorang pencari
informasi, serta dapat memberikan kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
siswa. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fisika mengacu pada
hakikatnya sebagai ilmu sains. Oleh karena itu proses pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan metode saintifik mencakup kegiatan; melakukan observasi, bertanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi informasi yang telah diperoleh dan
mengkomunikasikan hasil. Hal senada juga diungkapkan oleh Adamčíková dan Tarábek
(2010) yang menyatakan bahwa “elemen penting dari pembelajaran fisika adalah dapat
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsep tersebut.” Selanjutnya menurut Suparno (2013) dalam pembelajaran fisika siswa
harus aktif mengkonstruksi pengetahuan, dengan kata lain dalam belajar fisika siswa harus
aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya yang terpenting
merangkum pengetahuan tersebut sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan
siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri mereka tidak akan mengerti apa-apa.
Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, masih ditemukan proses pembelajaran
fisika yang tidak sesuai dengan tuntutan ideal. Hal ini didukung oleh hasil studi
pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada salah satu SMA Negeri di Tilatang Kamang
Sumatera Barat. Dalam studi pendahuluan ini, digunakan teknik pengumpulan data, berupa
observasi pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, wawancara dengan guru mata
pelajaran fisika, dan penyebaran angket kepada siswa.
Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran fisika di kelas menunjukkan
bahwa, proses pembelajaran belum menfasilitasi siswa untuk membangun konsep secara
mandiri, sebagian besar siswa masih pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat
dari kebiasaan buruk yang mereka tunjukkan selama mengikuti pembelajaran seperti jarang
bertanya dan berkomentar selama proses pembelajaran, mengantuk, berbicara dengan
teman sebangku, dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Selain itu proses pembelajaran
lebih menitikberatkan pada penurunan rumus fisika secara matematis, sehingga siswa
hanya sekadar menghafal rumus dan kurang memaknai untuk apa rumus tersebut
digunakan.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa, metode pembelajaran yang
paling sering digunakan adalah ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Sedangkan kegiatan
eksperimen jarang dilakukan, dan jika dilakukan masih bersifat verifikatif. Selain itu siswa
maju ke depan kelas hanya untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku atau lembar
kerja siswa (LKS), dan hanya sebagian kecil siswa yang tuntas dalam memahami konsep
yang diajarkan. Hal ini ditunjukkan dari ketidakmampuan mereka dalam menjawab
pertanyaan yang memiliki variasi sedikit berbeda dengan pertanyaan yang pernah diajukan.
Hasil penyebaran angket kepada siswa menunjukkan bahwa, sebagian besar siswa
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang kurang menarik, membosankan, dan berisi kumpulan materi-materi yang rumit.
Sedangkan 60% dari siswa mengaku lebih menyukai pelaksanaan praktikum dalam
pembelajaran fisika. Hal ini karena dengan pelaksanaan praktikum mereka akan semakin
semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Kesenjangan antara proses pembelajaran yang terjadi di lapangan dengan tuntutan
ideal ini memberikan dampak pada pemahaman konsep. Hal ini didukung oleh data hasil
tes pemahaman konsep pada materi fluida statis yang diujikan kepada 25 orang siswa
masih tergolong rendah. Dimana secara keseluruhan nilai maksimum yang diperoleh siswa
sebesar 70, nilai minimum sebesar 35, dan nilai rata-rata sebesar 55 dari skala 100.
Rendahnya pemahaman konsep siswa berdampak pada ketidakmampuan mereka
dalam memecahkan permasalahan fisika baik permasalahan yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari ataupun permasalahan fisika dalam bentuk soal-soal di sekolah.
Selain itu hasil penelitian Tongchai dkk. (2011) menunjukkan bahwa pemahaman konsep
siswa yang rendah akan berdampak pada ketidakkonsistenan mereka menggunakan
konsepsi untuk menyelesaikan permasalahan yang menanyakan konsep yang sama, jika
disajikan dalam konteks yang berbeda.
Apabila masalah ini terus berlanjut tentu akan memberikan dampak buruk, tidak
hanya pada mata pelajaran fisika, tetapi juga pada kualitas lulusan. Oleh karena itu
diperlukan solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran yang terjadi di sekolah tersebut.
Solusi yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran
inkuiri. Menurut Gulo (dalam Trianto, 2010) “inkuiri merupakan sebuah proses
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.” Selain itu menurut Ozdilek
dan Bulunuz (2009) inkuiri sangat penting dalam pembentukan sains. Dimana model
pembelajaran inkuiri ini dapat memaksimalkan pengetahuan sains dan pemahaman siswa.
Menurut Jauhar (2011) pembelajaran inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan
besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswa yaitu inkuiri terbimbing
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(modified free inquiry). Berdasarkan jenis inkuiri tersebut, maka model inkuiri yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis inkuiri terbimbing. Alasan pemilihan inkuiri
jenis ini adalah karena disesuaikan dengan permasalahan yang akan dipecahkan dan
keadaan siswa yang dijadikan subyek penelitian. Dimana siswa belum terbiasa
mendapatkan pembelajaran inkuiri pada pembelajaran sebelumnya. Sehingga masih
membutuhkan banyak bimbingan dari guru dalam pelaksanaannya.
Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing telah banyak diterapkan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya, seperti; 1) Zacharia (2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep
dan penguasaan konsep fisika, 2) Lee dkk. (2008) mengungkapkan bahwa model inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan membantu mereka
untuk memahami konsep melalui proses hipotesis. Tahap hipotesis ini merupakan salah
satu tahapan yang ada dalam model inkuiri terbimbing yang berguna sebagai tahapan
pembentuk pengetahuan, 3) Bilgin (2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dapat lebih meningkatkan
pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing secara
individu pada konsep asam dan basa, 4) Japerson (2013) mengungkapkan bahwa
penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing
dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir, dan pemahaman
konsep. Dengan pemahaman konsep yang tinggi serta lebih mendalam akan menjadikan
seseorang siswa konsisten dalam menggunakan konsepsi yang mereka pahami untuk
menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang ditemukan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Tongchai dkk. (2011) yang menyatakan bahwa, pemahaman konsep akan
membawa seseorang konsisten terhadap penggunaan konsepsinya dan kekonsistenan siswa
dalam menggunakan konsepsi yang benar akan membawa mereka pada tingkat
pemahaman yang lebih baik. Selanjutnya menurut Mardiana (2013) siswa yang memiliki
peringkat tinggi di kelas cenderung konsisten menggunakan model konsepsi dalam
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbeda secara benar. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman konsep siswa ini lebih
baik.
Materi pelajaran yang dikaji dalam penelitian ini adalah materi fluida statis. Alasan
pemilihan materi fluida statis pada penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa,
masalah fluida statis banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga pemahaman
konsep pada materi ini menjadi penting, dan peralatan untuk melakukan percobaan relatif
mudah dibuat sendiri oleh siswa. Sehingga dengan modal peralatan praktikum ini siswa
bisa lebih aktif dalam menemukan konsep.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk meneliti pengaruh
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap konsistensi konsepsi dan
peningkatan pemahaman konsep fluida statis pada siswa SMA.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, permasalahan
penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:
1. Bagaimana gambaran konsistensi konsepsi fluida statis siswa yang mendapatkan
pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dibandingkan dengan siswa yang
mendapatkan pembelajaran konvensional?
2. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat lebih meningkatkan
pemahaman konsep fluida statis siswa dibandingkan dengan penggunaan model
pembelajaran konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang konsistensi konsepsi siswa yang mendapatkan
pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dibandingkan dengan
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan pemahaman konsep fluida statis
siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat :
1. Menjadi bukti empiris tentang penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
memberikan gambaran tentang konsistensi konsepsi dan meningkatkan pemahaman
konsep fluida statis siswa.
2. Memperkaya hasil penelitian terkait penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dalam memberikan gambaran tentang konsistensi konsepsi dan meningkatkan
pemahaman konsep fluida statis siswa.
3. Bahan informasi, perbandingan, atau rujukan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai
pihak yang berkepentingan. Baik guru, penelitian pendidikan, maupun mahasiswa
LPTK.
E.Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian
ini, maka diperlukan definisi operasional terhadap beberapa istilah berikut:
1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing didefinisikan sebagai suatu model
pembelajaran yang menfasilitasi siswa untuk aktif terlibat dalam membangun dan
menemukan konsep melalui bimbingan atau petunjuk yang cukup luas dari guru.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu: mengajukan pertanyaan atau
permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan
menyimpulkan. Keterlaksaan pembelajaran diukur dengan menggunakan format
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai pembelajaran yang biasa digunakan
oleh guru fisika di sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Langkah-langkah
pembelajaran konvensional diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran di depan
kelas, siswa mendengarkan penjelasan guru, kemudian siswa mengerjakan latihan soal
dan akhir pembelajaran guru memberikan soal-soal pekerjaan rumah.
3. Konsistensi konsepsi didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam menjawab dua
atau lebih pertanyaan menguji konsep yang sama secara benar, meskipun pertanyaan
tersebut disajikan dalam konteks yang berbeda. Konsistensi konsepsi siswa diukur
dengan menggunakan instrumen berupa tes tertulis pilihan ganda yang diujikan satu
kali dengan menanyakan konsep yang sama lebih dari satu kali. Profil konsistensi
konsepsi siswa diperoleh melalui analisis data dengan menggunakan model analisis,
dengan mengelompokkan konsepsi siswa menjadi tiga kelompok; model konsepsi
ilmiah, miskonsepsi, dan menebak/tidak diketahui dasar pengambilannya.
4. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai ukuran kemampuan siswa dalam memaknai
dan memahami suatu konsep yang diberikan. Pemahaman konsep ini mencakup
kemampuan menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menarik
kesimpulan, membandingkan dan menjelaskan. Pemahaman konsep diukur dengan
menggunakan instrumen berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup
indikator-indikator pemahaman konsep. Peningkatan pemahaman konsep diperoleh
dengan membandingkan skor rata-rata N-gain antara siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
5. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fluida statis. Fluida statis yang
dimaksud adalah materi tekanan hidrostatis, hukum Pascal dan Archimedes.
Materi-materi ini mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang tertera dalam
32
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Metode
eksperimen semu dapat memberikan informasi yang merupakan perkiraan terhadap
informasi yang dapat diperoleh melalui eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
Metode ini digunakan untuk menentukan peningkatan pemahaman konsep dan profil
konsistensi konsepsi siswa. Desain penelitian adalah desain kelompok kontrol pretes dan
postes nonekuivalen (nonequivalent pretest and posttest control group design). Menurut
Creswell (2013) dalam desain ini kelas eksperimen dan kelas kontrol diseleksi tanpa
prosedur penempatan acak, dan hanya kelas eksperimen saja yang mendapatkan perlakuan.
Secara lebih jelas desain yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design
Kelompok pre test Perlakuan post test Kelas Eksperimen O1 X O1,O2
Kelas Kontrol O1 Y O1,O2
Creswell (2013) Keterangan:
O1: pretest -posttest untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep
O2: posttest untuk menentukan konsistensi konsepsi siswa
X : pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing
Y : pembelajaran konvensional
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat, bahwa dalam penelitian ini menggunakan dua
kelas, yaitu kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemahaman konsep diberikan pada kedua kelas, hal ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa tentang konsep fluida statis. Setelah itu kedua kelas diberi
perlakuan, kemudian diberikan posttest pemahaman konsep dan konsistensi konsepsi pada
kedua kelas, hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir kedua kelas setelah
mendapatkan pembelajaran, untuk kemudian melihat konsistensi konsepsi siswa dan
peningkatan pemahaman konsep.
B. Subyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di SMA N 1
Tilatang kamang Sumatera Barat yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran
2014/2015. Pengambilan sampel kelas tidak ditentukan secara random, namun ditentukan
dengan teknik penunjukan, mengikuti saran guru bidang studi yang bersangkutan. Sampel
yang digunakan adalah kelas X1 dan X2, dengan pertimbangan pada kedua kelas,
pembelajaran dilakukan tiga jam pelajaran tanpa jeda, sehingga pembelajaran dapat lebih
efektif. Dari kedua kelas yang disarankan tersebut kemudian ditentukan kelas eksperimen
dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik undian. Jumlah siswa yang terlibat dalam
penelitian ini adalah sebanyak 56 siswa, 28 siswa untuk kelas eksperimen dan 28 siswa
untuk kelas kontrol.
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1) Studi pendahuluan
Studi pendahuluan meliputi survei lapangan dan studi literatur. Survei lapangan
melihat kondisi siswa, proses pembelajaran fisika yang berlangsung, dan permasalahan
fisika yang terjadi di lapangan. Studi literatur meliputi kajian teori tentang model, strategi,
metode pembelajaran, dan penelitian-penelitian yang relevan.
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil-hasil yang diperoleh dari studi literatur dan pendahuluan, digunakan untuk
pembuatan produk awal (draft). Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
lembar kerja siswa (LKS), dan kemudian mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing
untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan pembelajaran di kelas
dengan baik. Dan terakhir adalah membuat instrumen penelitian. Instrumen pemahaman
konsep dan konsistensi konsepsi dibuat berupa tes tertulis jenis pilihan ganda. Setelah
dilakukan penyusunan instrumen maka dilakukan judgment oleh pakar untuk mengetahui
validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian.
3) Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen dilaksanakan sebelum instrumen digunakan pada proses
penelitian. Uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui uji reliabilitas, uji daya
pembeda, dan uji tingkat kemudahan instrumen yang digunakan. Pengujian instrumen
penelitian dilaksanakan kepada siswa disekolah lain, yang telah mendapatkan
pembelajaran fluida statis. Dari hasil uji coba, soal dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu soal yang bisa digunakan dan tidak digunakan.
4) Tahap Pelaksanaan
Setelah melakukan uji coba dan analisis hasil uji coba semua instrumen, maka
dilakukan tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan meliputi pretest, implementasi model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, serta pelaksanaan
posttest .
5) Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan
Tahap pengolahan data dan pelaporan meliputi pengolahan data pretest-posttest
pemahaman konsep dan posttest konsistensi konsepsi siswa. Alur penelitian yang
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian
D. Instrumen Penelitian 1) Tes Konsistensi Konsepsi
Tes ini disusun dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan lima pilihan
jawaban, yang terdiri dari dua atau lebih soal yang menguji konsep yang sama namun
disajikan dalam konteks yang berbeda. Tes ini dilakukan satu kali, yaitu pada saat posttest.
Tes konsistensi konsepsi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 11 buah,
semua soal didapat setelah dilakukan validasi, uji coba dan analisis hasil uji coba.
Selengkapnya bentuk soal tes konsistensi konsepsi dapat dilihat pada Lampiran B.1 dan
B.2, sedangkan rekapitulasi distribusi tes konsistensi konsepsi dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Distribusi Soal Tes Konsistensi Konsepsi
Konsep
Sub Konsep
Jumlah Soal Tekanan
Hidrostatis
Hukum Pascal
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fluida statis 3 3 5 11
2) Tes Pemahaman Konsep
Tes ini disusun dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan lima pilihan
jawaban. Setiap soal dibuat untuk menguji pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
pada materi fluida statis. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat pretest dan posttest.
Pertanyaan tes berpedoman pada indikator pemahaman konsep revisi Anderson dan
Krathwohl yang dibatasi pada kemampuan, menafsirkan, mencontohkan, menyimpulkan,
membandingkan dan menjelaskan.
Tes pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 buah,
semua soal didapat setelah dilakukan validasi, uji coba dan analisis hasil uji coba.
Selengkapnya bentuk soal tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Lampiran B.3 dan
B.4, sedangkan rekapitulasi distribusi tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Distribusi Soal Tes Pemahaman Konsep
No. Indikator
3) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur sejauh
mana tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah direncanakan terlaksana dalam
proses belajar mengajar. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ceklis () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai
keterlaksanaan pembelajaran. Pada lembar ini juga terdapat kolom catatan keterangan
untuk mencatat hal-hal yang terjadi dalam setiap fase pembelajaran. Lembar
keterlaksanaan model pembelajaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.
E. Analisis Instrumen
Tes yang baik diperlukan untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya. Oleh
karena itu untuk mendapatkan tes yang baik, tes tersebut harus diujicobakan terlebih
dahulu. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis instrumen penelitian
adalah:
1) Validitas
Validitas berhubungan dengan ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang hendak
diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya tes dapat dianalisis dengan validitas isi
(content validity). Menurut Arikunto (2008) “Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi
apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan”. Oleh sebab itu validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dengan cara meminta pertimbangan (judgment) kepada kelompok ahli untuk
mengetahui kesesuaian antara soal dengan indikator serta kunci jawaban dan bahasa
penyajian soal.
2) Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran apakah tes yang digunakan dapat dipercaya. Menurut
Arikunto (2008) “Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Suatu
tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Walaupun terjadi perubahan hasil, namun perubahan yang
terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Pengujian reliabilitas tes dilakukan setelah soal yang tidak digunakan dibuang
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan rumus K-R.21, hal ini karena jumlah soal ganjil, yaitu sebanyak 11 buah.
Persamaan yang digunakan adalah:
r
11=
r1 1 = reliabilitas tes secara keseluruhan
n = jumlah butir soal
M = rata – rata skor tes
N = jumlah pengikut tes
S2 = variansi soal
Sedangkan pengujian reliabilitas tes pemahaman konsep dalam penelitian ini
menggunakan metode belah dua (split-half method). Dalam menggunakan metode ini
peneliti hanya menggunakan sebuah tes yang diujikan satu kali. Metode ini dianggap tepat
digunakan karena jenis soal tes banyak mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman,
selain itu jumlah soal yang digunakan genap yaitu sebanyak 20 buah. Langkah pertama
yang dilakukan adalah membelah skor soal ganjil dan genap, menghitung reliabilitas
separo tes dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
N = jumlah subyek
Setelah mendapatkan harga reliabilitas separo (rxy) yang sering disebut juga dengan
istilah r1/21/2, maka langkah selanjutnya adalah menghitung reliabilitas seluruh tes dengan
menggunakan rumus Spearman-Brown.
r
11=
(3.5)
Kategori reliabilitas tes dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kategori Reliabilitas Tes
No Indeks Reliabilitas Klasifikasi
1 0,00 0,20 Sangat Rendah
2 0,20 0,40 Rendah
3 0,40 0,60 Cukup
4 0,60 0,80 Tinggi
5 0,80 1,00 Sangat Tinggi
Arikunto (2008)
3) Tingkat kemudahan item Soal
Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya suatu
soal. Indeks kemudahan diberi simbol P (proporsi) yang dihitung dengan rumus
(Arikunto,2008)
P =
(3.6)
Keterangan:
P = tingkat kemudahan soal
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Js = jumlah seluruh peserta tes
Kategori penafsiran tingkat kemudahan item soal disajikan dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Kategori Tingkat Kemudahan Item Soal
Arikunto (2008)
4) Daya Pembeda Item Soal
Daya beda soal merupakan suatu indikator untuk membedakan siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai. Cara menghitung daya beda menurut Arikunto (2008)
sesuai dengan penelitian ini menggunakan kelompok kecil kurang dari 100 adalah
“Seluruh pengikut tes dibagi menjadi dua kelompok yang sama besar, 50% kelompok atas
dan 50% kelompok bawah. Seluruh pengikut tes dideretkan mulai dari skor teratas sampai
skor terbawah, lalu dibagi dua”. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda yang
dikemukakan Arikunto (2008) :
D = - (3.7)
Keterangan:
D = daya pembeda
Ba = jumlah anggota kelompok atas yang menjawab
benar
Bb = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
Ja = jumlah peserta kelompok atas
Jb = jumlah peserta kelompok bawah
Kategori daya pembeda item soal disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Kategori daya Pembeda Item Soal
No Tingkat Kesukaran Klasifikasi
1 0,00 0,30 Sukar
2 0,30 0,70 Sedang
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Batasan Klasifkasi
Validitas instumen yang dilakukan adalah berupa validitas isi dengan cara meminta
pertimbangan dari kelompok ahli, dan uji coba dilakukan kepada 24 orang siswa kelas X di
salah satu SMA kota Bandung yang telah mempelajari konsep fluida statis. Analisis uji
coba menggunakan microsoft office excel 2007.
1) Hasil Validitas Instrumen
Hasil validitas isi yang telah dilakukan dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran
B.6 dan B.7, sedangkan rekapitulasi saran perbaikan dari para ahli untuk soal konsistensi
konsepsi dan pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
Rekapitulasi Saran Perbaikan dari Ahli
No Validator Saran Perbaikan
A. Tes Konsistensi Konsepsi
Validator 1 Soal sudah cukup baik, perbaiki redaksi, perjelas gambar. Validator 2 Perbaiki redaksi soal, perbaiki beberapa option.
Validator 3 Perbaiki redaksi soal, gunakan kalimat yang jelas dan tidak berbelit-belit, option pengecoh diperbaiki.
B. Tes Pemahaman Konsep
1 Validator 1 Soal sudah cukup baik, beberapa soal perlu dikoreksi sesuai dengan masukan yang diberikan.
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Validator Saran Perbaikan
A. Tes Konsistensi Konsepsi
Validator 1 Soal sudah cukup baik, perbaiki redaksi, perjelas gambar. Validator 2 Perbaiki redaksi soal, perbaiki beberapa option.
Validator 3 Perbaiki redaksi soal, gunakan kalimat yang jelas dan tidak berbelit-belit, option pengecoh diperbaiki.
3 Validator 3 Perbaiki redaksi soal, perbaiki beberapa option pengecoh, perjelas gambar, gunakan satuan yang masuk akal.
Berdasarkan saran perbaikan dari tenaga ahli yang diminta pertimbangan
(judgement), maka diperoleh kesimpulan bahwa instrumen konsistensi konsepsi dan
pemahaman konsep yang disusun sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk
keperluan penelitian. Soal konsistensi konsepsi yang divalidasi berjumlah 18 buah dan
setelah divalidasi soal yang digunakan menjadi 14 buah, sedangkan soal pemahaman
konsep yang divalidasi berjumlah 30 buah dan setelah divalidasi soal yang dapat
digunakan adalah 30 buah.
2) Hasil Uji Coba Instrumen a. Konsistensi Konsepsi
Instrumen konsitensi konsepsi yang diujikan terdiri dari 14 soal berbentuk pilihan
ganda. Rincian analisis hasil uji coba instrumen tes konsistensi konsepsi selengkapnya
dapat dilihat Lampiran B.8, sedangkan rekapitulasi perhitungan daya beda dan tingkat
kemudahan soal konsistensi konsepsi dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Batas
Berdasarkan Tabel 3.8, maka jumlah soal konsistensi konsepsi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 11 soal. Setelah mendapatkan 11 soal tersebut, selanjutnya
dilakukan perhitungan reliabilitas soal dengan menggunakan rumus KR-21. Berdasarkan
perhitungan didapatkan bahwa reliabilitas soal konsistensi konsepsi sebesar 0.66 termasuk
kedalam kategori tinggi.
b. Pemahaman Konsep
Instrumen pemahaman konsep yang diujikan terdiri dari 30 soal berbentuk pilihan
ganda. Rincian analisis hasil uji coba instrumen tes pemahaman konsep selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran B.9, sedangkan rekapitulasi perhitungan daya beda dan tingkat
kemudahan soal pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Batas
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan metode belah dua. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa reliabilitas
soal pemahaman konsep sebesar 0.85 termasuk kedalam kategori sangat tinggi.
G. Teknik Analisis Data
Ada beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu : data posttest
konsistensi konsepsi siswa, pretest-posttest pemahaman konsep, dan keterlaksanaan
pembelajaran inkuiri terbimbing. Langkah-langkah analisis data penelitian ini dilakukan
sebagai berikut:
1. Data Tes Konsistensi Konsepsi Siswa
Data hasil tes konsistensi konsepsi siswa dianalisis menggunakan model analisis,
dengan langkah- langkah sebagai berikut (Tongchai dkk. 2011):
a. Jawaban siswa dikategorikan sebagai: model konsepsi yang tepat secara ilmiah (model
A), model konsepsi yang miskonsepsi (model B), dan model konsepsi yang asal
menebak/keliru (model C). Disajikan sebagai :
1) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (A)
2) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (B)
3) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (C)
Dimana . Dengan m = jumlah soal dalam satu seri pertanyaan
terkait satu konsep/topik yang sama.
b. Dengan menggunakan dan , disusun sebuah matriks (3x3):
(3.8)
c. Seluruh matriks setiap siswa kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan sebuah
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(3.9)
Matriks di atas menyatakan informasi mengenai keadaan konsepsi (model states)
masing- masing siswa dan seluruh siswa dalam kelas, dengan penjelasan:
1) Elemen diagonal utama menyatakan penggunaan model konsepsi (A), (B), dan (C)
seluruh siswa secara konsisten. Jika seluruh nilai elemen non-diagonal utama dari
matriks tersebut bernilai 0 maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas
tersebut menggunakan satu model konsepsi secara konsisten, misalnya:
(a) (
)
, maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas tersebut
dapat dikatakan menggunakan model konsepsi (A) secara konsisten. Artinya
seluruh siswa memahami konsep dengan tepat.
(b) (
), maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas
tersebut menggunakan model konsepsi yang berbeda secara konsisten. Artinya
siswa dapat dengan tepat dikelompokkan menjadi :
(1) kelompok siswa yang memahami konsep dengan benar (siswa dengan model
konsepsi (A)
(2) kelompok siswa yang mengalami miskonsepsi (siswa dengan model
konsepsi (B), dan
(3) kelompok siswa yang menjawab pertanyaan dengan cara asal menebak, atau
dapat pula dikatakan tidak memahami konsep (siswa dengan model konsepsi
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Elemen non-diagonal utama menyatakan penggunaan beberapa model konsepsi secara
bersamaan, artinya siswa mengalami inkonsistensi konsepsi, misalnya:
( )
, maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas tersebut
menggunakan ketiga model konsepsi secara bersamaan dan inkonsisten. Artinya tidak
seluruh siswa dapat dikelompokkan secara tepat sebagai kelompok model konsepsi
tertentu. Namun, model konsepsi (A) lebih mendominasi dasar jawaban siswa.
2. Data Tes Pemahaman Konsep
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep,
adalah :
a. Memberi skor pada hasil pretest dan posttest
Sebelum di lakukan pengolahan data, semua jawaban pretest dan posttest siswa
b. Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain)
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
g = gain yang dinormalisasi
Spost = skor tes akhir yang diperoleh siswa
Spre = skor tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal= skor maksimum ideal
c. Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi fluida statis
digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang diolah dengan menggunakan
persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999), yaitu sebagai berikut.
<S S
<Spost>= skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa
<Spre> = skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal = skor maksimum ideal
Kategori N-gain disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Kategori N-gain
Kategori Perolehan N-gain Keterangan N-gain > 0,70 Tinggi 0,30 Ngain0,70 Sedang
N-gain < 0,30 Rendah
Pengolahan data dan análisis data dengan menggunakan uji statistik dilakukan
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal apabila data akan
mengikuti bentuk distribusi normal. Dimana data memusat pada nilai rata-rata atau dikenal
dengan median. Selain itu data yang terdistribusi normal bila jumlah data yang di atas dan
di bawah rata-rata adalah sama, begitupula dengan simpangan bakunya.
Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Test melalui SPSS 22 dengan taraf signifikansi α = 0.05, penggunaan ini
dikarenakan jumlah sampel < 30 orang. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah
sebagai berikut:
H0: data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1: data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal
Dalam pengujian hipotesis, kriteria penerimaan H0, jika sig α, sedangkan jika sig < α maka H0 ditolak.
2) Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari kedua
kelompok memiliki kesamaan varians atau tidak. Pada penelitian ini uji homogenitas
dilakukan dengan menggunakan Uji Levene melalui SPSS 22 dengan taraf signifikansi α =
0.05. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :
H0 : σ12 = σ22
H1 : σ12≠ σ22
dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi homogen dan H1 adalah skor
kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dasar pengambilan keputusan, jika sig
> α maka H0 diterima sedangkan jika sig < α maka H0 ditolak, α = 0.05. Namun jika
seandainya data yang didapat tidak terdistribusi normal maka uji homogenitas antara kedua
kelompok tidak perlu ditentukan.
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji hipotesis atau uji rerata bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
mengalami peningkatan yang signifikan atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka
dilakukan uji hipotesis parametrik. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu pihak.
Uji-t ini menggunakan software SPSS Statistics 22.0 dengan Independent-sample t-test.
Uji-t menggunakan SPSS Statistics 22.0 mempunyai dua keluaran. Jika syarat kedua
varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi, maka kita menggunakan hasil
independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians sama (equal variances assumed)
dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2. Jika kedua varians sama besar tidak
terpenuhi (equal variances not assumed), maka kita menggunakan hasil
independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed)
dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2.
Pada hasil uji tes ini terdapat keluran nilai t dan p-value sehingga untuk mengetahui
hasil hipotesis dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dengam membandingkan
nilai thitung dengan tT abel. Jika thitung < tT abel maka H0 diterima, H1 ditolak, begitupun
sebaliknya. Cara kedua dengan membandingkan p-value (signifikansi/sig.) dengan tingkat
kepercayaan yang digunakan yaitu . Signifikansi yang dihasilkan merupakan uji
dua sisi, sehingga hasil signifikansi tersebut harus dibagi dua dan dibandingkan dengan
tingkat kepercayaan yang kita gunakan . Jika sig/2 > 0,05 maka H0 diterima dan
H1 ditolak, begitu juga sebaliknya.
Jika data tidak terdistribusi normal maka uji hipotesis yang dilakukan adalah uji
nonparametrik. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Mann-Whitney (uji-U) satu pihak.
Uji-U ini menggunakan software SPSS Statistics 22.0. Nilai signifikansi yang diperoleh
dari keluaran SPSS Statistics 22.0 adalah untuk uji dua sisi (two-tailed), sehingga untuk uji
satu sisi membagi dua menjadi sig./2 dan hasilnya dibandingkan dengan nilai kepercayaan
= 0,05. Jika sig./2 > 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak, begitu juga sebaliknya.
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data observasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dianalisis
dengan menggunakan persentase keterlaksanaan. Pengolahan data diambil dari banyaknya
skor yang diperoleh dari setiap poin keterlaksanaan aktivitas guru kemudian diambil
persentase keterlaksanaan aktivitas secara keseluruhan dengan menggunakan perhitungan
dibawah ini (Priyanto,2006).
(3.13)
Kategori keterlaksanaan aktivitas lihat Tabel 3.11.
Tabel 3.11
Interpretasi Keterlaksanaan Aktivitas
Persentase (%) Kategori
80-100 Sangat baik
60-79 Baik
40-59 Cukup
20-39 Kurang
0-19 Sangat kurang
67
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh
penerapan model inkuiri terbimbing terhadap konsistensi konsepsi dan peningkatan
pemahaman konsep fluida statis siswa, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil analisis konsistensi konsepsi masing-masing siswa, menunjukkan bahwa jumlah
siswa yang konsisten dalam menggunakan model konsepsi ilmiah pada kelas yang
mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih banyak dibandingkan dengan kelas
yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Sehingga indeks konsistensi
penggunaan model konsepsi ilmiah untuk siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional. Namun hasil konsistensi konsepsi siswa secara
keseluruhan menunjukkan bahwa, siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
model inkuiri terbimbing dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional,
masih inkonsisten dalam menggunakan model konsepsi mereka. Hal ini dikarenakan
siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing masih menggunakan secara
bersamaan model konsepsi ilmiah dan miskonsepsi untuk konsep tekanan hidrotatis,
dan hukum Pascal, serta menggunakan model konsepsi ilmiah, miskonsepsi, dan hanya
menebak untuk hukum Archimedes.
2. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan dapat lebih
meningkatkan pemahaman konsep fluida statis siswa dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan model inkuiri
terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruk atau
membangun secara mandiri sebuah konsep melalui kegiatan penyajian permasalahan,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran
Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan
model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan menentukan profil
konsepsi siswa pada materi fluida statis, maka peneliti memberikan saran bahwa dalam
pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing tepatnya pada tahapan
pengumpulan data masih banyak menghabiskan waktu, untuk itu perlu adanya
pengorganisasian waktu yang baik agar tidak ada siswa yang bermain-main dalam
melakukan kegiatan pengumpulan data. Selain itu pada tahapan menyimpulkan sebaiknya
guru melakukan kegiatan tanya jawab untuk melihat apakah semua siswa sudah dapat
menyimpulkan konsep yang dipelajari dengan baik dan benar.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis
merekomendasikan bahwa perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai penerapan model
inkuiri terbimbing yang diintegrasikan dengan strategi atau metode yang dapat mereduksi
miskonsepsi siswa, sehingga semua siswa benar-benar memahami konsep secara utuh
tanpa adanya kesalahan tafsiran terhadap konsep yang diterimannya dan konsistensi
69
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Adamčíková, V. dan Tarábek, P. (2010) Educational Communication and Curriculum
Process in Physics Education.[online]. Tersedia di http://1sg.ucy.ac.cy/ [Diakses 2
Mei 2015].
Amin, M. (1987), Mengajar Ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan Menggunakan Metode
Discovery dan Inquiry. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan dan Tinggi.
Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. (2001) A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York:
Longman.
Arikunto, S. (2008) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Bao, L., Hogg, K., dan Zollman, D. (2002) Model Analysis of Fine Structures of Student
Models : An Example with Newton’s Third Law. American Journal Physics, 70 (7).
Bao,L., dan Redish, E.F. (2006) Model Analysis: Representing and Assessing The
Dynamics of Student Learning. Physical Review Special Topics-Physics Educational
Research. 2(010103).
Berg, E.V.D. (1991) Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Press.
Bilgin, I. (2009) The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative
Learning Approach on University Students’ Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4
(10).
Bundu, P. (2006) Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains di SD. Jakarta: Depdiknas.
Carin, A.A & Sund,R.B (1989) Teaching Science Through Discovery. Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company.
Creswell, J.W.(2013) Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marlis, 2015
PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dahar, R.W.(2011) Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.
Doran ,R., Chan,F., dan Tamir,P. (1998) Science Educator Guide to Assesment National
Science Teachers Association. Virginia: Airlington.
Engelhardt, P.V., dan Bechner, R.J. (2004) Students Understanding of Direct Current
Resistive Electrical Circuits. American Journal of Physics, 72 (1).
Gardner, H. (1999) The Discipline Mind: What All Students Should Understand. Newyork: Simon & Schuster Inc.
Giancoli, D.C.(2001) Fisika. Jakarta: Erlangga.
Hake, R.R. (1999) Analyzing Change/Gain Scores Dept. of Physics, Indiana University
24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.USA:IndianaUniversity.
[online]. Tersedia di: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ AnalyzingChange -Gain.pdf [Diakses 4 Maret 2015].
Halliday, R.(1993) Fundamentals of Physics.Jakarta : Erlangga.
Hamalik, O. (2011) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hastuti, I., Surantoro, dan Raharjo,D,T. (2013) Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan
Materi Pokok Kalor pada Siswa Kelas X SMA. [online]. Tersedia di:
http://eprints.uns.ac.id/1386/1/187-4207-1-SM-pdf [Diakses 3 Mei 2015].
Hermita, N. (2008) Pembelajaran IPA dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SD.Tesis.
Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Heryadi, D. (2012) Model Pembelajaran Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Fluida Statis dan Berpikir Kreatif Siswa SMA.
Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Hogarth, R. (1982) Questioning Praming and Response Consistency. United state Of America : Jossey Bass Inc.
Jasperson, J. (2013) The Effects of Guided Inquiry on Students’ Understanding of Physics Concepts in The Middle School Science Classroom. Paper : Montana State