• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KONSISTENSI KONSEPSI DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP FLUIDA STATIS SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KONSISTENSI KONSEPSI DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP FLUIDA STATIS SISWA SMA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

FLUIDA STATIS SISWA SMA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Marlis NIM 1302850

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP

FLUIDA STATIS SISWA SMA

Oleh Marlis

S.Pd Universitas Negeri Padang, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Fisika

© Marlis 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP

FLUIDA STATIS SISWA SMA

MARLIS 1302850

disetujui dan disahkan

Oleh

Pembimbing

Dr. Johar Maknun, M. Si. NIP. 196803081993031002

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan Fisika

(4)

i

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIR I TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Marlis (2015). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

terhadap Konsistensi Konsepsi dan Peningkatan Pemahaman Konsep Fluida Statis Siswa SMA.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang konsistensi konsepsi dan peningkatan pemahaman konsep fluida statis siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu yang dilakukan pada salah satu SMA Negeri di Kabupaten Agam Sumatera Barat dengan sampel siswa kelas X MIA semester 2 pada tahun ajaran 2014/2015. Hasil analisis data tes konsistensi konsepsi menunjukkan bahwa jumlah siswa yang konsisten dalam menggunakan model konsepsi ilmiah pada kelas yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang konsisten dalam menggunakan model konsepsi ilmiah pada kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Namun secara keseluruhan siswa pada kedua kelas masih inkonsisten dalam menggunakan model konsepsi mereka. Hal ini dikarenakan sebagian siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing masih menggunakan model konsepsi ilmiah dan miskonsepsi secara bersamaan untuk konsep tekanan hidrostatis dan hukum Pascal, serta menggunakan model konsepsi ilmiah, miskonsepsi, dan hanya menebak/keliru untuk hukum Archimedes. Sedangkan hasil analisis data tes pemahaman konsep menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep fluida statis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Kata kunci: model pembelajaran inkuiri terbimbing, konsistensi konsepsi, pemahaman

(5)

ii

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIR I TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Marlis (2015). The Effect of Guided Inquiry Learning Model to Consistency

Conception and Increase Understanding Concept Static Fluid of Senior High School Students

This study aims to get an idea of the consistency of conception and increased understanding of the concept of a static fluid high school students who get a guided inquiry learning model. The method used is the quasi-experiment performed on one of the high schools in Agam regency of West Sumatra with a sample of students of class X MIA second semester of the academic year 2014/2015. Results of the analysis of the test data consistency conception shows that the number of students who are consistent in using the model of the scientific conception of the class of guided inquiry learning is getting more than the number of students who are consistent in using the model of the scientific conception of the class who received conventional learning. But overall the students in both classes are still inconsistent in their use of their conception models. This is because most students get guided inquiry learning is still using a model of scientific conceptions and misconceptions simultaneously to the concept of hydrostatic pressure and Pascal law, as well as using a model of scientific conceptions, misconceptions, and only guess / mistaken for Archimedes law. While the results of the test data analysis showed that the application of the understanding of the concept of guided inquiry learning model can significantly improve students' understanding of the concept of a static fluid compared with conventional learning.

Keywords: guided inquiry learning model, consistency conception, konsistensi konsepsi,

(6)

viii

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR PENELITIAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Hakikat Pembelajaran Sains (Fisika) ... 8

B. Model Pembelajaran Inkuiri ... 9

(7)

ix

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Konsistensi Konsepsi ... 16

E. Pemahaman Konsep ... 19

F. Hubungan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Indikator Pemahaman konsep ... 21

G. Materi Fluida Statis ... 23

H. Penelitian yang Relevan ... 28

I. Kerangka Pikir Penelitian ... 29

J. Asumsi Penelitian ... 30

K. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 32

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Prosedur Penelitian ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Analisis Instrumen ... 37

F. Hasil Validitas dan Uji Coba Instrumen ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

1. Konsitensi Konsepsi ... 50

2. Pemahaman Konsep ... 53

3. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 58

B. Pembahasan ... 60

(8)

x

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

C. Rekomendasi... 68

(9)

1

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permendikbud No.69 tahun 2013 mengungkapkan bahwa “kurikulum 2013 bertujuan

untuk mempersiapkan siswa jenjang SMA agar menjadi pribadi yang beriman, produktif,

kreatif, inovatif, afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.” Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan

tersebut adalah dengan melaksanakan pembelajaran fisika.

Fisika merupakan bagian dari ilmu sains. Menurut Carin dan Sund (1989) ”sains

(fisika) merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum

(universal), berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.” Selanjutnya menurut

Giancoli (2001) ”tujuan utama mata pelajaran fisika adalah mencari keteraturan dalam

pengamatan manusia pada alam sekitarnya. Banyak orang yang berfikir bahwa fisika

merupakan proses mekanis dalam mengumpulkan fakta-fakta dan membuat teori.

Sesungguhnya fisika ini merupakan suatu aktivitas kreatif yang dalam banyak hal

menyerupai aktivitas kreatif pikiran manusia.”

Kurikulum 2013 menuntut semua pelaksanaan pembelajaran termasuk fisika

dilaksanakan dengan cara-cara yang bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi siswa dengan cara yang aktif agar menjadi seorang pencari

informasi, serta dapat memberikan kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

siswa. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fisika mengacu pada

hakikatnya sebagai ilmu sains. Oleh karena itu proses pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan metode saintifik mencakup kegiatan; melakukan observasi, bertanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasi informasi yang telah diperoleh dan

mengkomunikasikan hasil. Hal senada juga diungkapkan oleh Adamčíková dan Tarábek

(2010) yang menyatakan bahwa “elemen penting dari pembelajaran fisika adalah dapat

(10)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsep tersebut.” Selanjutnya menurut Suparno (2013) dalam pembelajaran fisika siswa

harus aktif mengkonstruksi pengetahuan, dengan kata lain dalam belajar fisika siswa harus

aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya yang terpenting

merangkum pengetahuan tersebut sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan

siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri mereka tidak akan mengerti apa-apa.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, masih ditemukan proses pembelajaran

fisika yang tidak sesuai dengan tuntutan ideal. Hal ini didukung oleh hasil studi

pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada salah satu SMA Negeri di Tilatang Kamang

Sumatera Barat. Dalam studi pendahuluan ini, digunakan teknik pengumpulan data, berupa

observasi pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, wawancara dengan guru mata

pelajaran fisika, dan penyebaran angket kepada siswa.

Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran fisika di kelas menunjukkan

bahwa, proses pembelajaran belum menfasilitasi siswa untuk membangun konsep secara

mandiri, sebagian besar siswa masih pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat

dari kebiasaan buruk yang mereka tunjukkan selama mengikuti pembelajaran seperti jarang

bertanya dan berkomentar selama proses pembelajaran, mengantuk, berbicara dengan

teman sebangku, dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Selain itu proses pembelajaran

lebih menitikberatkan pada penurunan rumus fisika secara matematis, sehingga siswa

hanya sekadar menghafal rumus dan kurang memaknai untuk apa rumus tersebut

digunakan.

Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa, metode pembelajaran yang

paling sering digunakan adalah ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Sedangkan kegiatan

eksperimen jarang dilakukan, dan jika dilakukan masih bersifat verifikatif. Selain itu siswa

maju ke depan kelas hanya untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku atau lembar

kerja siswa (LKS), dan hanya sebagian kecil siswa yang tuntas dalam memahami konsep

yang diajarkan. Hal ini ditunjukkan dari ketidakmampuan mereka dalam menjawab

pertanyaan yang memiliki variasi sedikit berbeda dengan pertanyaan yang pernah diajukan.

Hasil penyebaran angket kepada siswa menunjukkan bahwa, sebagian besar siswa

(11)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang kurang menarik, membosankan, dan berisi kumpulan materi-materi yang rumit.

Sedangkan 60% dari siswa mengaku lebih menyukai pelaksanaan praktikum dalam

pembelajaran fisika. Hal ini karena dengan pelaksanaan praktikum mereka akan semakin

semangat dalam mengikuti pembelajaran.

Kesenjangan antara proses pembelajaran yang terjadi di lapangan dengan tuntutan

ideal ini memberikan dampak pada pemahaman konsep. Hal ini didukung oleh data hasil

tes pemahaman konsep pada materi fluida statis yang diujikan kepada 25 orang siswa

masih tergolong rendah. Dimana secara keseluruhan nilai maksimum yang diperoleh siswa

sebesar 70, nilai minimum sebesar 35, dan nilai rata-rata sebesar 55 dari skala 100.

Rendahnya pemahaman konsep siswa berdampak pada ketidakmampuan mereka

dalam memecahkan permasalahan fisika baik permasalahan yang ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari ataupun permasalahan fisika dalam bentuk soal-soal di sekolah.

Selain itu hasil penelitian Tongchai dkk. (2011) menunjukkan bahwa pemahaman konsep

siswa yang rendah akan berdampak pada ketidakkonsistenan mereka menggunakan

konsepsi untuk menyelesaikan permasalahan yang menanyakan konsep yang sama, jika

disajikan dalam konteks yang berbeda.

Apabila masalah ini terus berlanjut tentu akan memberikan dampak buruk, tidak

hanya pada mata pelajaran fisika, tetapi juga pada kualitas lulusan. Oleh karena itu

diperlukan solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran yang terjadi di sekolah tersebut.

Solusi yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran

inkuiri. Menurut Gulo (dalam Trianto, 2010) “inkuiri merupakan sebuah proses

pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari

dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.” Selain itu menurut Ozdilek

dan Bulunuz (2009) inkuiri sangat penting dalam pembentukan sains. Dimana model

pembelajaran inkuiri ini dapat memaksimalkan pengetahuan sains dan pemahaman siswa.

Menurut Jauhar (2011) pembelajaran inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan

besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswa yaitu inkuiri terbimbing

(12)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(modified free inquiry). Berdasarkan jenis inkuiri tersebut, maka model inkuiri yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jenis inkuiri terbimbing. Alasan pemilihan inkuiri

jenis ini adalah karena disesuaikan dengan permasalahan yang akan dipecahkan dan

keadaan siswa yang dijadikan subyek penelitian. Dimana siswa belum terbiasa

mendapatkan pembelajaran inkuiri pada pembelajaran sebelumnya. Sehingga masih

membutuhkan banyak bimbingan dari guru dalam pelaksanaannya.

Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing telah banyak diterapkan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya, seperti; 1) Zacharia (2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep

dan penguasaan konsep fisika, 2) Lee dkk. (2008) mengungkapkan bahwa model inkuiri

terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan membantu mereka

untuk memahami konsep melalui proses hipotesis. Tahap hipotesis ini merupakan salah

satu tahapan yang ada dalam model inkuiri terbimbing yang berguna sebagai tahapan

pembentuk pengetahuan, 3) Bilgin (2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dapat lebih meningkatkan

pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing secara

individu pada konsep asam dan basa, 4) Japerson (2013) mengungkapkan bahwa

penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing

dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikir, dan pemahaman

konsep. Dengan pemahaman konsep yang tinggi serta lebih mendalam akan menjadikan

seseorang siswa konsisten dalam menggunakan konsepsi yang mereka pahami untuk

menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang ditemukan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Tongchai dkk. (2011) yang menyatakan bahwa, pemahaman konsep akan

membawa seseorang konsisten terhadap penggunaan konsepsinya dan kekonsistenan siswa

dalam menggunakan konsepsi yang benar akan membawa mereka pada tingkat

pemahaman yang lebih baik. Selanjutnya menurut Mardiana (2013) siswa yang memiliki

peringkat tinggi di kelas cenderung konsisten menggunakan model konsepsi dalam

(13)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbeda secara benar. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman konsep siswa ini lebih

baik.

Materi pelajaran yang dikaji dalam penelitian ini adalah materi fluida statis. Alasan

pemilihan materi fluida statis pada penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa,

masalah fluida statis banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga pemahaman

konsep pada materi ini menjadi penting, dan peralatan untuk melakukan percobaan relatif

mudah dibuat sendiri oleh siswa. Sehingga dengan modal peralatan praktikum ini siswa

bisa lebih aktif dalam menemukan konsep.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk meneliti pengaruh

penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap konsistensi konsepsi dan

peningkatan pemahaman konsep fluida statis pada siswa SMA.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, permasalahan

penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:

1. Bagaimana gambaran konsistensi konsepsi fluida statis siswa yang mendapatkan

pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dibandingkan dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran konvensional?

2. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat lebih meningkatkan

pemahaman konsep fluida statis siswa dibandingkan dengan penggunaan model

pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang konsistensi konsepsi siswa yang mendapatkan

pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dibandingkan dengan

(14)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan pemahaman konsep fluida statis

siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat :

1. Menjadi bukti empiris tentang penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

memberikan gambaran tentang konsistensi konsepsi dan meningkatkan pemahaman

konsep fluida statis siswa.

2. Memperkaya hasil penelitian terkait penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing

dalam memberikan gambaran tentang konsistensi konsepsi dan meningkatkan

pemahaman konsep fluida statis siswa.

3. Bahan informasi, perbandingan, atau rujukan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai

pihak yang berkepentingan. Baik guru, penelitian pendidikan, maupun mahasiswa

LPTK.

E.Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian

ini, maka diperlukan definisi operasional terhadap beberapa istilah berikut:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing didefinisikan sebagai suatu model

pembelajaran yang menfasilitasi siswa untuk aktif terlibat dalam membangun dan

menemukan konsep melalui bimbingan atau petunjuk yang cukup luas dari guru.

Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu: mengajukan pertanyaan atau

permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan

menyimpulkan. Keterlaksaan pembelajaran diukur dengan menggunakan format

(15)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai pembelajaran yang biasa digunakan

oleh guru fisika di sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Langkah-langkah

pembelajaran konvensional diawali dengan guru menjelaskan materi pelajaran di depan

kelas, siswa mendengarkan penjelasan guru, kemudian siswa mengerjakan latihan soal

dan akhir pembelajaran guru memberikan soal-soal pekerjaan rumah.

3. Konsistensi konsepsi didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam menjawab dua

atau lebih pertanyaan menguji konsep yang sama secara benar, meskipun pertanyaan

tersebut disajikan dalam konteks yang berbeda. Konsistensi konsepsi siswa diukur

dengan menggunakan instrumen berupa tes tertulis pilihan ganda yang diujikan satu

kali dengan menanyakan konsep yang sama lebih dari satu kali. Profil konsistensi

konsepsi siswa diperoleh melalui analisis data dengan menggunakan model analisis,

dengan mengelompokkan konsepsi siswa menjadi tiga kelompok; model konsepsi

ilmiah, miskonsepsi, dan menebak/tidak diketahui dasar pengambilannya.

4. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai ukuran kemampuan siswa dalam memaknai

dan memahami suatu konsep yang diberikan. Pemahaman konsep ini mencakup

kemampuan menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menarik

kesimpulan, membandingkan dan menjelaskan. Pemahaman konsep diukur dengan

menggunakan instrumen berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup

indikator-indikator pemahaman konsep. Peningkatan pemahaman konsep diperoleh

dengan membandingkan skor rata-rata N-gain antara siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

5. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fluida statis. Fluida statis yang

dimaksud adalah materi tekanan hidrostatis, hukum Pascal dan Archimedes.

Materi-materi ini mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang tertera dalam

(16)

32

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Metode

eksperimen semu dapat memberikan informasi yang merupakan perkiraan terhadap

informasi yang dapat diperoleh melalui eksperimen sebenarnya dalam keadaan yang tidak

memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.

Metode ini digunakan untuk menentukan peningkatan pemahaman konsep dan profil

konsistensi konsepsi siswa. Desain penelitian adalah desain kelompok kontrol pretes dan

postes nonekuivalen (nonequivalent pretest and posttest control group design). Menurut

Creswell (2013) dalam desain ini kelas eksperimen dan kelas kontrol diseleksi tanpa

prosedur penempatan acak, dan hanya kelas eksperimen saja yang mendapatkan perlakuan.

Secara lebih jelas desain yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design

Kelompok pre test Perlakuan post test Kelas Eksperimen O1 X O1,O2

Kelas Kontrol O1 Y O1,O2

Creswell (2013) Keterangan:

O1: pretest -posttest untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep

O2: posttest untuk menentukan konsistensi konsepsi siswa

X : pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing

Y : pembelajaran konvensional

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat, bahwa dalam penelitian ini menggunakan dua

kelas, yaitu kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan model inkuiri

(17)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemahaman konsep diberikan pada kedua kelas, hal ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa tentang konsep fluida statis. Setelah itu kedua kelas diberi

perlakuan, kemudian diberikan posttest pemahaman konsep dan konsistensi konsepsi pada

kedua kelas, hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir kedua kelas setelah

mendapatkan pembelajaran, untuk kemudian melihat konsistensi konsepsi siswa dan

peningkatan pemahaman konsep.

B. Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di SMA N 1

Tilatang kamang Sumatera Barat yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran

2014/2015. Pengambilan sampel kelas tidak ditentukan secara random, namun ditentukan

dengan teknik penunjukan, mengikuti saran guru bidang studi yang bersangkutan. Sampel

yang digunakan adalah kelas X1 dan X2, dengan pertimbangan pada kedua kelas,

pembelajaran dilakukan tiga jam pelajaran tanpa jeda, sehingga pembelajaran dapat lebih

efektif. Dari kedua kelas yang disarankan tersebut kemudian ditentukan kelas eksperimen

dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik undian. Jumlah siswa yang terlibat dalam

penelitian ini adalah sebanyak 56 siswa, 28 siswa untuk kelas eksperimen dan 28 siswa

untuk kelas kontrol.

C. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1) Studi pendahuluan

Studi pendahuluan meliputi survei lapangan dan studi literatur. Survei lapangan

melihat kondisi siswa, proses pembelajaran fisika yang berlangsung, dan permasalahan

fisika yang terjadi di lapangan. Studi literatur meliputi kajian teori tentang model, strategi,

metode pembelajaran, dan penelitian-penelitian yang relevan.

(18)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil-hasil yang diperoleh dari studi literatur dan pendahuluan, digunakan untuk

pembuatan produk awal (draft). Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

lembar kerja siswa (LKS), dan kemudian mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing

untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan pembelajaran di kelas

dengan baik. Dan terakhir adalah membuat instrumen penelitian. Instrumen pemahaman

konsep dan konsistensi konsepsi dibuat berupa tes tertulis jenis pilihan ganda. Setelah

dilakukan penyusunan instrumen maka dilakukan judgment oleh pakar untuk mengetahui

validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian.

3) Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen dilaksanakan sebelum instrumen digunakan pada proses

penelitian. Uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui uji reliabilitas, uji daya

pembeda, dan uji tingkat kemudahan instrumen yang digunakan. Pengujian instrumen

penelitian dilaksanakan kepada siswa disekolah lain, yang telah mendapatkan

pembelajaran fluida statis. Dari hasil uji coba, soal dikelompokkan menjadi dua kelompok,

yaitu soal yang bisa digunakan dan tidak digunakan.

4) Tahap Pelaksanaan

Setelah melakukan uji coba dan analisis hasil uji coba semua instrumen, maka

dilakukan tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan meliputi pretest, implementasi model

pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, serta pelaksanaan

posttest .

5) Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan

Tahap pengolahan data dan pelaporan meliputi pengolahan data pretest-posttest

pemahaman konsep dan posttest konsistensi konsepsi siswa. Alur penelitian yang

(19)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

D. Instrumen Penelitian 1) Tes Konsistensi Konsepsi

Tes ini disusun dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan lima pilihan

jawaban, yang terdiri dari dua atau lebih soal yang menguji konsep yang sama namun

disajikan dalam konteks yang berbeda. Tes ini dilakukan satu kali, yaitu pada saat posttest.

Tes konsistensi konsepsi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 11 buah,

semua soal didapat setelah dilakukan validasi, uji coba dan analisis hasil uji coba.

Selengkapnya bentuk soal tes konsistensi konsepsi dapat dilihat pada Lampiran B.1 dan

B.2, sedangkan rekapitulasi distribusi tes konsistensi konsepsi dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Distribusi Soal Tes Konsistensi Konsepsi

Konsep

Sub Konsep

Jumlah Soal Tekanan

Hidrostatis

Hukum Pascal

(20)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fluida statis 3 3 5 11

2) Tes Pemahaman Konsep

Tes ini disusun dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan lima pilihan

jawaban. Setiap soal dibuat untuk menguji pemahaman siswa terhadap konsep-konsep

pada materi fluida statis. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat pretest dan posttest.

Pertanyaan tes berpedoman pada indikator pemahaman konsep revisi Anderson dan

Krathwohl yang dibatasi pada kemampuan, menafsirkan, mencontohkan, menyimpulkan,

membandingkan dan menjelaskan.

Tes pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 buah,

semua soal didapat setelah dilakukan validasi, uji coba dan analisis hasil uji coba.

Selengkapnya bentuk soal tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Lampiran B.3 dan

B.4, sedangkan rekapitulasi distribusi tes pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Distribusi Soal Tes Pemahaman Konsep

No. Indikator

3) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur sejauh

mana tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah direncanakan terlaksana dalam

proses belajar mengajar. Instrumen keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk

(21)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ceklis () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai

keterlaksanaan pembelajaran. Pada lembar ini juga terdapat kolom catatan keterangan

untuk mencatat hal-hal yang terjadi dalam setiap fase pembelajaran. Lembar

keterlaksanaan model pembelajaran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.

E. Analisis Instrumen

Tes yang baik diperlukan untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya. Oleh

karena itu untuk mendapatkan tes yang baik, tes tersebut harus diujicobakan terlebih

dahulu. Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis instrumen penelitian

adalah:

1) Validitas

Validitas berhubungan dengan ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang hendak

diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya tes dapat dianalisis dengan validitas isi

(content validity). Menurut Arikunto (2008) “Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi

apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang

diberikan”. Oleh sebab itu validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dengan cara meminta pertimbangan (judgment) kepada kelompok ahli untuk

mengetahui kesesuaian antara soal dengan indikator serta kunci jawaban dan bahasa

penyajian soal.

2) Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran apakah tes yang digunakan dapat dipercaya. Menurut

Arikunto (2008) “Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Suatu

tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap. Walaupun terjadi perubahan hasil, namun perubahan yang

terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Pengujian reliabilitas tes dilakukan setelah soal yang tidak digunakan dibuang

(22)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan rumus K-R.21, hal ini karena jumlah soal ganjil, yaitu sebanyak 11 buah.

Persamaan yang digunakan adalah:

r

11

=

r1 1 = reliabilitas tes secara keseluruhan

n = jumlah butir soal

M = rata – rata skor tes

N = jumlah pengikut tes

S2 = variansi soal

Sedangkan pengujian reliabilitas tes pemahaman konsep dalam penelitian ini

menggunakan metode belah dua (split-half method). Dalam menggunakan metode ini

peneliti hanya menggunakan sebuah tes yang diujikan satu kali. Metode ini dianggap tepat

digunakan karena jenis soal tes banyak mengungkapkan pengetahuan dan pemahaman,

selain itu jumlah soal yang digunakan genap yaitu sebanyak 20 buah. Langkah pertama

yang dilakukan adalah membelah skor soal ganjil dan genap, menghitung reliabilitas

separo tes dengan menggunakan teknik korelasi product moment.

(23)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

N = jumlah subyek

Setelah mendapatkan harga reliabilitas separo (rxy) yang sering disebut juga dengan

istilah r1/21/2, maka langkah selanjutnya adalah menghitung reliabilitas seluruh tes dengan

menggunakan rumus Spearman-Brown.

r

11

=

(3.5)

Kategori reliabilitas tes dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kategori Reliabilitas Tes

No Indeks Reliabilitas Klasifikasi

1 0,00 0,20 Sangat Rendah

2 0,20 0,40 Rendah

3 0,40 0,60 Cukup

4 0,60 0,80 Tinggi

5 0,80 1,00 Sangat Tinggi

Arikunto (2008)

3) Tingkat kemudahan item Soal

Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya suatu

soal. Indeks kemudahan diberi simbol P (proporsi) yang dihitung dengan rumus

(Arikunto,2008)

P =

(3.6)

Keterangan:

P = tingkat kemudahan soal

(24)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Js = jumlah seluruh peserta tes

Kategori penafsiran tingkat kemudahan item soal disajikan dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Kategori Tingkat Kemudahan Item Soal

Arikunto (2008)

4) Daya Pembeda Item Soal

Daya beda soal merupakan suatu indikator untuk membedakan siswa yang pandai

dengan siswa yang kurang pandai. Cara menghitung daya beda menurut Arikunto (2008)

sesuai dengan penelitian ini menggunakan kelompok kecil kurang dari 100 adalah

“Seluruh pengikut tes dibagi menjadi dua kelompok yang sama besar, 50% kelompok atas

dan 50% kelompok bawah. Seluruh pengikut tes dideretkan mulai dari skor teratas sampai

skor terbawah, lalu dibagi dua”. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda yang

dikemukakan Arikunto (2008) :

D = - (3.7)

Keterangan:

D = daya pembeda

Ba = jumlah anggota kelompok atas yang menjawab

benar

Bb = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar

Ja = jumlah peserta kelompok atas

Jb = jumlah peserta kelompok bawah

Kategori daya pembeda item soal disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Kategori daya Pembeda Item Soal

No Tingkat Kesukaran Klasifikasi

1 0,00 0,30 Sukar

2 0,30 0,70 Sedang

(25)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Batasan Klasifkasi

Validitas instumen yang dilakukan adalah berupa validitas isi dengan cara meminta

pertimbangan dari kelompok ahli, dan uji coba dilakukan kepada 24 orang siswa kelas X di

salah satu SMA kota Bandung yang telah mempelajari konsep fluida statis. Analisis uji

coba menggunakan microsoft office excel 2007.

1) Hasil Validitas Instrumen

Hasil validitas isi yang telah dilakukan dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran

B.6 dan B.7, sedangkan rekapitulasi saran perbaikan dari para ahli untuk soal konsistensi

konsepsi dan pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Rekapitulasi Saran Perbaikan dari Ahli

No Validator Saran Perbaikan

A. Tes Konsistensi Konsepsi

Validator 1 Soal sudah cukup baik, perbaiki redaksi, perjelas gambar. Validator 2 Perbaiki redaksi soal, perbaiki beberapa option.

Validator 3 Perbaiki redaksi soal, gunakan kalimat yang jelas dan tidak berbelit-belit, option pengecoh diperbaiki.

B. Tes Pemahaman Konsep

1 Validator 1 Soal sudah cukup baik, beberapa soal perlu dikoreksi sesuai dengan masukan yang diberikan.

(26)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Validator Saran Perbaikan

A. Tes Konsistensi Konsepsi

Validator 1 Soal sudah cukup baik, perbaiki redaksi, perjelas gambar. Validator 2 Perbaiki redaksi soal, perbaiki beberapa option.

Validator 3 Perbaiki redaksi soal, gunakan kalimat yang jelas dan tidak berbelit-belit, option pengecoh diperbaiki.

3 Validator 3 Perbaiki redaksi soal, perbaiki beberapa option pengecoh, perjelas gambar, gunakan satuan yang masuk akal.

Berdasarkan saran perbaikan dari tenaga ahli yang diminta pertimbangan

(judgement), maka diperoleh kesimpulan bahwa instrumen konsistensi konsepsi dan

pemahaman konsep yang disusun sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk

keperluan penelitian. Soal konsistensi konsepsi yang divalidasi berjumlah 18 buah dan

setelah divalidasi soal yang digunakan menjadi 14 buah, sedangkan soal pemahaman

konsep yang divalidasi berjumlah 30 buah dan setelah divalidasi soal yang dapat

digunakan adalah 30 buah.

2) Hasil Uji Coba Instrumen a. Konsistensi Konsepsi

Instrumen konsitensi konsepsi yang diujikan terdiri dari 14 soal berbentuk pilihan

ganda. Rincian analisis hasil uji coba instrumen tes konsistensi konsepsi selengkapnya

dapat dilihat Lampiran B.8, sedangkan rekapitulasi perhitungan daya beda dan tingkat

kemudahan soal konsistensi konsepsi dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

(27)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Batas

Berdasarkan Tabel 3.8, maka jumlah soal konsistensi konsepsi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 11 soal. Setelah mendapatkan 11 soal tersebut, selanjutnya

dilakukan perhitungan reliabilitas soal dengan menggunakan rumus KR-21. Berdasarkan

perhitungan didapatkan bahwa reliabilitas soal konsistensi konsepsi sebesar 0.66 termasuk

kedalam kategori tinggi.

b. Pemahaman Konsep

Instrumen pemahaman konsep yang diujikan terdiri dari 30 soal berbentuk pilihan

ganda. Rincian analisis hasil uji coba instrumen tes pemahaman konsep selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran B.9, sedangkan rekapitulasi perhitungan daya beda dan tingkat

kemudahan soal pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep

(28)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Batas

(29)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan metode belah dua. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa reliabilitas

soal pemahaman konsep sebesar 0.85 termasuk kedalam kategori sangat tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Ada beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu : data posttest

konsistensi konsepsi siswa, pretest-posttest pemahaman konsep, dan keterlaksanaan

pembelajaran inkuiri terbimbing. Langkah-langkah analisis data penelitian ini dilakukan

sebagai berikut:

1. Data Tes Konsistensi Konsepsi Siswa

Data hasil tes konsistensi konsepsi siswa dianalisis menggunakan model analisis,

dengan langkah- langkah sebagai berikut (Tongchai dkk. 2011):

a. Jawaban siswa dikategorikan sebagai: model konsepsi yang tepat secara ilmiah (model

A), model konsepsi yang miskonsepsi (model B), dan model konsepsi yang asal

menebak/keliru (model C). Disajikan sebagai :

1) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (A)

2) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (B)

3) artinya jumlah jawaban siswa ke-k yang termasuk Model (C)

Dimana . Dengan m = jumlah soal dalam satu seri pertanyaan

terkait satu konsep/topik yang sama.

b. Dengan menggunakan dan , disusun sebuah matriks (3x3):

(3.8)

c. Seluruh matriks setiap siswa kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan sebuah

(30)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(3.9)

Matriks di atas menyatakan informasi mengenai keadaan konsepsi (model states)

masing- masing siswa dan seluruh siswa dalam kelas, dengan penjelasan:

1) Elemen diagonal utama menyatakan penggunaan model konsepsi (A), (B), dan (C)

seluruh siswa secara konsisten. Jika seluruh nilai elemen non-diagonal utama dari

matriks tersebut bernilai 0 maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas

tersebut menggunakan satu model konsepsi secara konsisten, misalnya:

(a) (

)

, maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas tersebut

dapat dikatakan menggunakan model konsepsi (A) secara konsisten. Artinya

seluruh siswa memahami konsep dengan tepat.

(b) (

), maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas

tersebut menggunakan model konsepsi yang berbeda secara konsisten. Artinya

siswa dapat dengan tepat dikelompokkan menjadi :

(1) kelompok siswa yang memahami konsep dengan benar (siswa dengan model

konsepsi (A)

(2) kelompok siswa yang mengalami miskonsepsi (siswa dengan model

konsepsi (B), dan

(3) kelompok siswa yang menjawab pertanyaan dengan cara asal menebak, atau

dapat pula dikatakan tidak memahami konsep (siswa dengan model konsepsi

(31)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Elemen non-diagonal utama menyatakan penggunaan beberapa model konsepsi secara

bersamaan, artinya siswa mengalami inkonsistensi konsepsi, misalnya:

( )

, maka masing-masing siswa atau seluruh siswa dalam kelas tersebut

menggunakan ketiga model konsepsi secara bersamaan dan inkonsisten. Artinya tidak

seluruh siswa dapat dikelompokkan secara tepat sebagai kelompok model konsepsi

tertentu. Namun, model konsepsi (A) lebih mendominasi dasar jawaban siswa.

2. Data Tes Pemahaman Konsep

Analisa data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep,

adalah :

a. Memberi skor pada hasil pretest dan posttest

Sebelum di lakukan pengolahan data, semua jawaban pretest dan posttest siswa

b. Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain)

Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh

(32)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g = gain yang dinormalisasi

Spost = skor tes akhir yang diperoleh siswa

Spre = skor tes awal yang diperoleh siswa

Sm ideal= skor maksimum ideal

c. Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi fluida statis

digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang diolah dengan menggunakan

persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999), yaitu sebagai berikut.

<S S

<Spost>= skor rata-rata tes akhir yang diperoleh siswa

<Spre> = skor rata-rata tes awal yang diperoleh siswa

Sm ideal = skor maksimum ideal

Kategori N-gain disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Kategori N-gain

Kategori Perolehan N-gain Keterangan N-gain > 0,70 Tinggi 0,30 Ngain0,70 Sedang

N-gain < 0,30 Rendah

Pengolahan data dan análisis data dengan menggunakan uji statistik dilakukan

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

(33)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal apabila data akan

mengikuti bentuk distribusi normal. Dimana data memusat pada nilai rata-rata atau dikenal

dengan median. Selain itu data yang terdistribusi normal bila jumlah data yang di atas dan

di bawah rata-rata adalah sama, begitupula dengan simpangan bakunya.

Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov Test melalui SPSS 22 dengan taraf signifikansi α = 0.05, penggunaan ini

dikarenakan jumlah sampel < 30 orang. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah

sebagai berikut:

H0: data berasal dari populasi yang terdistribusi normal

H1: data berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal

Dalam pengujian hipotesis, kriteria penerimaan H0, jika sig  α, sedangkan jika sig < α maka H0 ditolak.

2) Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari kedua

kelompok memiliki kesamaan varians atau tidak. Pada penelitian ini uji homogenitas

dilakukan dengan menggunakan Uji Levene melalui SPSS 22 dengan taraf signifikansi α =

0.05. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

H0 : σ12 = σ22

H1 : σ12≠ σ22

dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi homogen dan H1 adalah skor

kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dasar pengambilan keputusan, jika sig

> α maka H0 diterima sedangkan jika sig < α maka H0 ditolak, α = 0.05. Namun jika

seandainya data yang didapat tidak terdistribusi normal maka uji homogenitas antara kedua

kelompok tidak perlu ditentukan.

(34)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji hipotesis atau uji rerata bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

mengalami peningkatan yang signifikan atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka

dilakukan uji hipotesis parametrik. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu pihak.

Uji-t ini menggunakan software SPSS Statistics 22.0 dengan Independent-sample t-test.

Uji-t menggunakan SPSS Statistics 22.0 mempunyai dua keluaran. Jika syarat kedua

varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi, maka kita menggunakan hasil

independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians sama (equal variances assumed)

dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2. Jika kedua varians sama besar tidak

terpenuhi (equal variances not assumed), maka kita menggunakan hasil

independent-sample t-test dengan asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variances not assumed)

dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2.

Pada hasil uji tes ini terdapat keluran nilai t dan p-value sehingga untuk mengetahui

hasil hipotesis dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dengam membandingkan

nilai thitung dengan tT abel. Jika thitung < tT abel maka H0 diterima, H1 ditolak, begitupun

sebaliknya. Cara kedua dengan membandingkan p-value (signifikansi/sig.) dengan tingkat

kepercayaan yang digunakan yaitu . Signifikansi yang dihasilkan merupakan uji

dua sisi, sehingga hasil signifikansi tersebut harus dibagi dua dan dibandingkan dengan

tingkat kepercayaan yang kita gunakan . Jika sig/2 > 0,05 maka H0 diterima dan

H1 ditolak, begitu juga sebaliknya.

Jika data tidak terdistribusi normal maka uji hipotesis yang dilakukan adalah uji

nonparametrik. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Mann-Whitney (uji-U) satu pihak.

Uji-U ini menggunakan software SPSS Statistics 22.0. Nilai signifikansi yang diperoleh

dari keluaran SPSS Statistics 22.0 adalah untuk uji dua sisi (two-tailed), sehingga untuk uji

satu sisi membagi dua menjadi sig./2 dan hasilnya dibandingkan dengan nilai kepercayaan

= 0,05. Jika sig./2 > 0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak, begitu juga sebaliknya.

(35)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data observasi keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dianalisis

dengan menggunakan persentase keterlaksanaan. Pengolahan data diambil dari banyaknya

skor yang diperoleh dari setiap poin keterlaksanaan aktivitas guru kemudian diambil

persentase keterlaksanaan aktivitas secara keseluruhan dengan menggunakan perhitungan

dibawah ini (Priyanto,2006).

(3.13)

Kategori keterlaksanaan aktivitas lihat Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Interpretasi Keterlaksanaan Aktivitas

Persentase (%) Kategori

80-100 Sangat baik

60-79 Baik

40-59 Cukup

20-39 Kurang

0-19 Sangat kurang

(36)

67

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh

penerapan model inkuiri terbimbing terhadap konsistensi konsepsi dan peningkatan

pemahaman konsep fluida statis siswa, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil analisis konsistensi konsepsi masing-masing siswa, menunjukkan bahwa jumlah

siswa yang konsisten dalam menggunakan model konsepsi ilmiah pada kelas yang

mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih banyak dibandingkan dengan kelas

yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Sehingga indeks konsistensi

penggunaan model konsepsi ilmiah untuk siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

mendapat pembelajaran konvensional. Namun hasil konsistensi konsepsi siswa secara

keseluruhan menunjukkan bahwa, siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan

model inkuiri terbimbing dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional,

masih inkonsisten dalam menggunakan model konsepsi mereka. Hal ini dikarenakan

siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri terbimbing masih menggunakan secara

bersamaan model konsepsi ilmiah dan miskonsepsi untuk konsep tekanan hidrotatis,

dan hukum Pascal, serta menggunakan model konsepsi ilmiah, miskonsepsi, dan hanya

menebak untuk hukum Archimedes.

2. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan dapat lebih

meningkatkan pemahaman konsep fluida statis siswa dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan model inkuiri

terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruk atau

membangun secara mandiri sebuah konsep melalui kegiatan penyajian permasalahan,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat

(37)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan

model inkuiri terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep dan menentukan profil

konsepsi siswa pada materi fluida statis, maka peneliti memberikan saran bahwa dalam

pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing tepatnya pada tahapan

pengumpulan data masih banyak menghabiskan waktu, untuk itu perlu adanya

pengorganisasian waktu yang baik agar tidak ada siswa yang bermain-main dalam

melakukan kegiatan pengumpulan data. Selain itu pada tahapan menyimpulkan sebaiknya

guru melakukan kegiatan tanya jawab untuk melihat apakah semua siswa sudah dapat

menyimpulkan konsep yang dipelajari dengan baik dan benar.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis

merekomendasikan bahwa perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai penerapan model

inkuiri terbimbing yang diintegrasikan dengan strategi atau metode yang dapat mereduksi

miskonsepsi siswa, sehingga semua siswa benar-benar memahami konsep secara utuh

tanpa adanya kesalahan tafsiran terhadap konsep yang diterimannya dan konsistensi

(38)

69

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adamčíková, V. dan Tarábek, P. (2010) Educational Communication and Curriculum

Process in Physics Education.[online]. Tersedia di http://1sg.ucy.ac.cy/ [Diakses 2

Mei 2015].

Amin, M. (1987), Mengajar Ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan Menggunakan Metode

Discovery dan Inquiry. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Direktorat Jendral Pendidikan dan Tinggi.

Anderson, L.W. dan Krathwohl, D.R. (2001) A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York:

Longman.

Arikunto, S. (2008) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Bao, L., Hogg, K., dan Zollman, D. (2002) Model Analysis of Fine Structures of Student

Models : An Example with Newton’s Third Law. American Journal Physics, 70 (7).

Bao,L., dan Redish, E.F. (2006) Model Analysis: Representing and Assessing The

Dynamics of Student Learning. Physical Review Special Topics-Physics Educational

Research. 2(010103).

Berg, E.V.D. (1991) Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana Press.

Bilgin, I. (2009) The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative

Learning Approach on University Students’ Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4

(10).

Bundu, P. (2006) Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran

Sains di SD. Jakarta: Depdiknas.

Carin, A.A & Sund,R.B (1989) Teaching Science Through Discovery. Columbus, Ohio: Merrill Publishing Company.

Creswell, J.W.(2013) Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(39)

Marlis, 2015

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHAD AP KONSISTENSI KONSEPSI D AN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LUID A STATIS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dahar, R.W.(2011) Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

Doran ,R., Chan,F., dan Tamir,P. (1998) Science Educator Guide to Assesment National

Science Teachers Association. Virginia: Airlington.

Engelhardt, P.V., dan Bechner, R.J. (2004) Students Understanding of Direct Current

Resistive Electrical Circuits. American Journal of Physics, 72 (1).

Gardner, H. (1999) The Discipline Mind: What All Students Should Understand. Newyork: Simon & Schuster Inc.

Giancoli, D.C.(2001) Fisika. Jakarta: Erlangga.

Hake, R.R. (1999) Analyzing Change/Gain Scores Dept. of Physics, Indiana University

24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.USA:IndianaUniversity.

[online]. Tersedia di: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ AnalyzingChange -Gain.pdf [Diakses 4 Maret 2015].

Halliday, R.(1993) Fundamentals of Physics.Jakarta : Erlangga.

Hamalik, O. (2011) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hastuti, I., Surantoro, dan Raharjo,D,T. (2013) Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan

Materi Pokok Kalor pada Siswa Kelas X SMA. [online]. Tersedia di:

http://eprints.uns.ac.id/1386/1/187-4207-1-SM-pdf [Diakses 3 Mei 2015].

Hermita, N. (2008) Pembelajaran IPA dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SD.Tesis.

Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Heryadi, D. (2012) Model Pembelajaran Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep Fluida Statis dan Berpikir Kreatif Siswa SMA.

Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Hogarth, R. (1982) Questioning Praming and Response Consistency. United state Of America : Jossey Bass Inc.

Jasperson, J. (2013) The Effects of Guided Inquiry on Students’ Understanding of Physics Concepts in The Middle School Science Classroom. Paper : Montana State

Gambar

Tabel 3.1  Nonequivalent Pretest and Posttest Control Group Design
Tabel 3.2  Distribusi Soal Tes Konsistensi Konsepsi
Tabel 3.3 Distribusi Soal Tes Pemahaman Konsep
Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas Tes
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Untuk Instansi Pemerintah ( termasuk BUMN dan BUMD ) surat tugas/surat kuasa yang bermatrai cukup dari instansi yang bersangkutan. Surat keterangan pindah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel-variabel Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Earning per Share (EPS), Ukuran Perusahaan, Umur

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.. Jakarta:

[r]

Sehingga perusahaan bekerjasama dengan penjamin emisi ( underwriter ) yang sebelumnya telah ditentukan oleh perusahaan dalam menentukan harga saham yang akan dijual

[r]

BUPATI  BARITO  KUALA PROVINSI  KALIMANTAN  SELATAN KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 188.45/ 244 /KUM/2017 TENTANG

bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.03/I/1470/2013 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Zalecha Martapura