DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mutu Layanan Pembelajaran ... 21
B. Kinerja Manajemen Kepala Sekolah ... 30
C. Kinerja Guru ... 45
D. Hubungan Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Mutu Layanan Pembelajaran ... 48
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 50
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 52
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 56
D. Pengembangan Alat Pengumpul Data ... 59
E. Teknik Pengumpulan Data ... 65
F. Instrumen Penelitian ... 66
G. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval ... 69
H. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ... 70
I. Pengujian Persyaratan Analisis ... 73
J. Prosedur Penelitian ... 75
K. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 94
B. Hasil Penelitian ... 96
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 111
A. Kesimpulan ... 115
B. Implikasi ... 119
C. Rekomendasi ... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 127
LAMPIRAN-LAMPIRAN : 3.1. Angket Uji Coba ... 131
3.2. Tabulasi Data Hasil Uji Coba ... 140
3.3. Data Hasil Uji Validitas ... 144
3.4 .Data Hasil Uji Reliabilitas ... 162
3.5. Angket Penelitian ... 164
3.6. Data Tabulasi Responden ... 172
3.7. Data Hasil Uji Normalitas ... 182
3.8. Data Hasil Uji Linieritas ... 189
4.1. Data Hasil Uji Regresi dan Korelasi ... 192
4.2. SK Pengangkatan Pembimbing Tesis ... 197
4.3. Surat Izin Penelitian ... 200
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dengan pendidikan, sumber daya manusia akan memahami
dan memiliki berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai manusia yang terdidik. Proses pendidikan berlangsung mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Melalui program pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah inilah para siswa akan dibekali dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan jenjang dan bidangnya, sebagai bentuk investasi di masa
mendatang.
Dalam rencana strategis pendidikan nasional (2006:69), disebutkan bahwa rencana pembangunan jangka panjang Pendidikan Nasional 2005–2025,
digunakanlah empat tema strategis pembangunan pendidikan, yaitu (1) periode 2005–2010 : peningkatan kapasitas dan modernisasi, (2) periode 2010–2015 :
penguatan pelayanan, (3) periode 2015 – 2020 : daya saing regional, dan (4) periode 2020-2025 : daya saing internasional.
Tema strategis pada periode tahun 2010-2015 ditekankan pada
pembangunan penguatan pelayanan. Setelah rasio kebutuhan dan kesediaan sarana prasarana pendidikan nasional menjadi optimal, fokus selanjutnya adalah
daerah yang semakin dewasa. Dengan demikian semua komponen pendidikan terutama ditingkat operasional dituntut untuk lebih partisipatif, akomodatif dan
kreatif terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan.
Sekolah sebagai ujung tombak pelayanan pendidikan di tingkat operasional
sangat strategis dalam menjalankan dan mencapai tujuan untuk peningkatan mutu pendidikan. Dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan manajemen sekolah yang handal dan profesional yang terlihat pada tingginya
kualitas layanan pembelajaran dan kualitas manajerial sekolah yang dibuktikan oleh mutu lulusan institusi (out put) dalam memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang
dipersyaratkan.
Peningkatan mutu pendidikan berarti upaya untuk meningkatkan pelayanan
pendidikan dalam bentuk proses belajar mengajar di kelas dan pelayanan teknis operasional pendidikan yang membawa iklim perubahan di masyarakat, diperlukan manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki visi, misi serta
wawasan strategik dalam mengelola pendidikan.
Sekolah yang bermutu dan berkualitas akan melahirkan lulusan yang
memiliki kompetensi, kepribadian dan ahlaq yang baik. Untuk menjadikan sekolah yang bermutu memerlukan berbagai kriteria dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah tersebut. Kriteria sekolah yang sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan (SNP) sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN Tahun 2003 pasal 35 maupun dalam PP Nomor 19 Tahun 2005, yaitu ada delapan aspek
(5) standar pengelolaan, (6) standar sarana prasarana, (7) standar penilaian, dan (8) standar pembiayaan.
Keberhasilan dan kesuksesan penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai
manajer menempati posisi yang telah ditentukan di dalam organisasi sekolah. Kepala sekolah mempunyai posisi puncak yang memegang kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin dan
manajer perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan atau leadership, keterampilan teknis manajerial, motivasi dan disiplin kerja. Kedua peran ini bersatu dan
melekat pada kepala sekolah. Sebagaimana disampaikan oleh (Sergiovani dan Starratt ,1993: 190) :
Sometimes leadership and management talent reside in the same person; at other times those talents are found in the different people. Leadership alone will not get the job done; there must be someone to administer schedules, complete reports, manage budgets and resources..
Guru sebagai ujung tombak pendidikan harus memiliki kompetensi,
profesionalisme dan kemampuan paedagogik sehingga dapat memberikan layanan kepada peserta didik memperoleh dan mencapai kompetensi tertentu. Guru harus mempunyai kinerja yang tinggi, karena guru bertugas untuk membentuk watak,
kepribadian dan pengetahuan para peserta didiknya menjadi lebih baik. Kinerja guru merupakan salah satu penentu keberhasilan proses belajar dalam mencapai
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran dan karena guru pulalah sebagai tenaga fungsional yang memiliki kewenangan
operasional dalam mengorganisasikan pesan pengajaran bagi siswanya dan juga sebagai seorang profesional yang memiliki kewenangan untuk menjalankan profesi
keguruannya.
Guru sebagai pemegang kunci kesuksesan proses belajar mengajar di kelas selain memiliki berbagai kompetensi yang dipersyaratkan juga harus memiliki
kinerja yang tinggi terhadap tugasnya. Hanya dengan melalui kinerjanya guru dapat membawa peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
memenuhi standar kompetensi lulusan setiap mata pelajaran yang diampunya. Untuk mencapai kinerja yang baik, diperlukan adanya usaha yang optimal dari pihak kepala sekolah sebagai seorang manajer maupun dari guru yang
bersangkutan dalam upaya melaksanakan tanggung jawab profesinya. Namun yang menjadi hambatan pada saat sekarang, banyak diantara lembaga atau sekolah
yang cenderung mengalami penurunan disiplin kerja dan kinerja pegawainya. Hal ini disebabkan oleh kurang berperannya pegawai dan pimpinannya untuk mampu meningkatkan motivasi, komitmen, disiplin kerja dan tanggung jawab terhadap
bidang tugasnya. Disinilah diperlukan dorongan yang nyata untuk mampu meningkatkan fungsi manajemen kepala sekolah dan kinerja guru agar tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar
Pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran harus merupakan sesuatu yang sangat berarti
baik ucapan, pikiran maupun tindakan.
Dengan demikian mutu pembelajaran harus didukung oleh kreatifitas dan
kinerja guru dalam merancang proses pembelajaran yang baik, serta didukung dengan ketersediaan media pembelajaran yang memadai, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, kreatif dan menyenangkan bagi
siswa.
Sekolah berstandar nasional (SSN) adalah sekolah yang telah atau sedang
memenuhi delapan standar nasional yang dipersyaratkan oleh BNSP. Pengkategorian pendidikan dasar dan menengah di Indonesia menurut UU 20/2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 11 dan 16, yaitu :
1. Sekolah formal standar (dalam pembinaan disebut juga sekolah potensial/rintisan)
2. Sekolah formal mandiri (dalam pembinaan disebut juga Sekolah Standar Nasional (SSN)
3. Sekolah bertaraf internasional (SBI)
Di Kabupaten Indramayu sendiri terdapat sekitar 18 SMA Negeri, yang berstatus sekolah formal standar / potensial ada 3 sekolah, sekolah berstandar
Tabel. 1.1
Kategori sekolah tingkat SMA Negeri di Kabupaten Indramayu
Wilayah dan Sekolah Kategori Ket
Standar SSN/SKM RSBI/SBI Wilayah Indramayu Timur
1. SMAN 1 Sindang √
2. SMAN 1 Indramayu √
3. SMAN 2 Indramayu √
4. SMAN 1 Krangkeng √
5. SMAN 1 Sliyeg √
6. SMAN 1 Jatibarang √
7. SMAN 1 Sukagumiwang √
8. SMAN 1Tukdana √
9. SMAN 1 Lohbener √
10. SMAN 1 Juntinyuat √
11. SMAN 1 Kedokan √
Wilayah Indramayu Barat
12. SMAN 1 Kandanghaur √
13. SMAN 1 Losarang √
14. SMAN 1 Anjatan √
15. SMAN 1 Haurgeulis √
16. SMAN 1 Terisi √
17. SMAN 1 Kroya √
18. SMAN 1 Gantar √
Jumlah 3 13 2
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Indramayu, tahun 2010
Kualitas belajar siswa sebagai subsistem dari kualitas pendidikan secara umum merupakan suatu permasalahan yang cukup kompleks, mengingat mutu
belajar siswa merupakan muara dari seluruh komponen yang tergabung dalam sistem pembelajaran di sekolah. Mutu layanan pembelajaran ditentukan oleh
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
meskipun mungkin telah banyak dilakukan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menujukkan
peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan tetapi sebagian lainnya (di daerah-daerah) masih memprihatinkan, demikian disampaikan oleh Rivai dan Murni (2009:139).
Menurut Rivai dan Murni (2009:140) terdapat tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan di Indonesia tidak mengalami peningkatan secara
merata, yaitu :
a) Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan
education function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.
b) Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.
c) Peran serta warga sekolah khususnya kepala sekolah, guru dan peran serta masyarakat khususnya orang tua murid dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
Tim Teknis PBBN bekerja sama dengan Bank Dunia (tahun 1999) sebagai
mana dikutip oleh Rohiat (2009:32) mengemukakan bahwa Bank Dunia mencatat tiga hal yang menyebabkan manajemen sekolah secara umum tidak efektif. Ketiga
diidentifikasikan kurang memiliki keterampilan untuk mengelola sekolah dengan baik, dan (3) kecilnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sekolah.
Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang termasuk kategori SSN, masih jauh dari ketercapaian dari apa yang
menjadi indikator sebagai sekolah berstandar nasional, hal ini tercermin dari masih rendahnya komitmen, motivasi kerja, kinerja pegawai dan fasilitas sarana prasarana yang kurang dan tidak memadai, tentunya hal ini sangat berpengaruh
terhadap mutu layanan proses belajar mengajar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan di atas, sehingga dapat
memperoleh gambaran yang lebih mendalam, terutama berkaitan dengan kinerja manajemen kepala sekolah , kinerja guru sekolah dan mutu layanan pembelajaran dengan kondisi tersebut.
Dari hasil observasi awal di lokasi penelitian , peneliti mendapatkan informasi yang mengindikasikan bahwa kinerja manajemen kepala sekolah dan
kinerja guru pada tingkat SMA berstandar nasional masih belum optimal. Peran kepala sekolah sebagai manajer perlu pembenahan dari kondisi yang ada, hal ini didasari banyaknya berbagai bantuan dari pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui berbagai bentuk seperti Block Grant, BOMM, BOS dan bentuk lainnya belum dapat menggerakkan mutu pendidikan secara signifikan.
Keterampilan-keterampilan teknis manajerial untuk memanajemen sekolah perlu mendapat perhatian lebih optimal lagi, (Rohiat 2009:35)
Dalam dugaan peneliti, hal ini disebabkan antara lain oleh faktor-faktor
belum maksimal. Faktor-faktor tersebut akan berimbas pada tingkat kinerja guru, yang pada akhirnya akan bermuara pada proses layanan pembelajaran. Dengan
kinerja manajerial kepala sekolah yang tinggi akan memberikan pengaruh terhadap kinerja guru, dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu layanan pembelajaran.
Mengacu pada latar belakang tersebut di atas, penulis melakukan penelitian ini tentang Pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran ( Studi Deskriptif Analitik pada SMAN Berstandar Nasional di Kabupaten Indramayu ). Penelitian ini menjadi penting, didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA Negeri berstandar nasional (SSN) di
lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, masih belum menunjukkan optimalisasinya kinerja pegawai dan mutu layanan pembelajaran. Dengan penelitian ini diharapkan akan dapat mengungkap secara deskripsif analitis hal-hal
yang berkaitan dengan kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja guru dan mutu layanan pembelajaran, pada SMA Negeri berstandar nasional terutama di wilayah
kabupaten Indramayu. Dengan demikian hasil penelitian ini juga dapat memberikan beberapa rekomendasi berkaitan hasil temuan penelitian.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Bertolak dari latar belakang penelitian, maka pada penelitian ini rumusan masalahnya yaitu “ Bagaimanakah pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah
1. Seberapa besar pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah terhadap mutu layanan pembelajaran ?.
2. Seberapa besar pengaruh kinerja guru terhadap mutu layanan pembelajaran ?. 3. Seberapa besar pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru
secara bersama-sama terhadap mutu layanan pembelajaran ?.
4. Adakah korelasi antara kinerja manajemen kepala sekolah dengan kinerja guru ?.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengungkap dan menganalisis
pengaruh kinerja manjemen kepala sekolah dan kinerja guru terhadap mutu layanan pembelajaran di SMAN berstandar nasional (SSN) di lingkungan Dinas Pendidikan kabupaten Indramayu.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan secara khusus penelitian ini adalah untuk mengungkap dan
menganalisis serta memaknai pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru terhadap mutu layanan pembelajaran di SMAN berstandar nasional (SSN) di lingkungan Dinas Pendidikan kabupaten Indramayu. Adapun yang
menjadi tujuan penelitiannya adalah untuk :
a) Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah
terhadap mutu layanan pembelajaran.
b) Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja guru terhadap mutu layanan pembelajaran.
kinerja guru secara bersama-sama terhadap mutu layanan pembelajaran.
d) Mengetahui hubungan korelasi antara kinerja manajemen kepala sekolah
dengan kinerja guru.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis.
2. Manfaat Teoritis
a. Bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.
b. Pengembangan khasanah ilmu yang berhubungan dengan kajian administrasi pendidikan, terutama pada aspek kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja guru dan mutu layanan pembelajaran di sekolah.
3. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, berguna sebagai masukan dan evaluasi bagi penyempurnaan
dan perbaikan kinerjanya terhadap upaya peningkatan mutu layanan pembelajaran di kelas, terutama di wilayah Kabupaten Indramayu.
b. Bagi sekolah , berguna sebagai masukan dan evaluasi bagi penyempurnaan
dan perbaikan kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru sebagai upaya meningkatkan mutu layanan pembelajaran.
c. Bagi pemerintah kabupaten Indramayu, khususnya yang terkait dengan pengelolan pendidikan, sebagai masukan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kinerja manajemen kepala sekolah
d. Bagi peneliti sendiri akan sangat membantu menambah wawasan tentang pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja guru dan mutu
layanan pembelajaran.
E. Asumsi Dasar
Asumsi-asumsi merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti. Asumsi-asumsi ini diperlukan untuk memperkuat permasalahan, membantu peneliti dalam menjelaskan penetapan
objek penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengumpulan data. Asumsi-asumsi dirumuskan sebagai landasan bagi hipotesis penelitian,
yaitu sebagai berikut :
1. “Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Mangkunegara,A.A.P. (2000 : 67). Kinerja manajerial kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan
proses peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, mengingat kepala sekolah merupakan pemegang otoritas tertinggi di sekolah yang dapat membawa sekolah mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diembannya secara
lebih efektif dan efisien.
2. “Kinerja guru merupakan prestasi atau pencapaian hasil kerja seorang guru
sifat dan jenis pekerjaannya, standar tersebut juga berfungsi pula sebagai alat ukur pertanggungjawaban. Kinerja guru merupakan salah satu penentu
keberhasilan mutu layanan pembelajaran di kelas dalam mencapai tujuan pendidikan, dan kinerja guru juga pada akhirnya yang menentukan mutu
lulusan. Karena itu semakin baik kinerja guru, semakin baik mutu layanan pembelajaran di kelas.
3. Semakin baik kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru yang tinggi
sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu (quality) layanan pembelajaran di sekolah. Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah akan
berdampak terhadap peningkatan mutu sekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara nasional.
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan rumusan masalah didukung dengan kajian teoritis dilengkapi dengan
asumsi-asumsi dasar, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :
1. Kinerja manajemen kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran.
2. Kinerja guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran.
3. Kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran 4. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kinerja manajemen kepala
G. Kerangka Pikir Penelitian
Kualitas pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari komponen sistem
pendukungnya seperti siswa, kurikulum sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, organisasi, administrasi, visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah.
Kualitas proses dan hasil pendidikan hanya dapat dicapai jika mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan peran serta masyarakat. Diantara sekian banyak komponen sistem pendidikan, kepala sekolah dan guru merupakan aspek
utama yang memberikan andil cukup besar dalam menentukan kualitas pendidikan, khususnya kualitas layanan pembelajaran. Hal ini didasarkan bahwa
yang langsung berinteraksi dalam proses pembelajaran secara langsung dengan siswa adalah guru, sehingga guru yang memiliki kompetensi yang baik, sikap dan tindakan yang akan menunjukkan kinerja yang tinggi dalam memberikan
pelayanan terhadap siswa secara optimal.
Kinerja Manajemen kepala sekolah merupakan bentuk prestasi kerja yang
dicapai seorang kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dalam mengelola sumber daya sekolah yang dimiliki sehingga sekolah dapat mencapai tujuan secara lebih
efektif dan efisien. Tugas dan fungsi kepala sekolah dalam mengelola sekolah didasarkan kepada bidang gharapan manajemen sekolah yang meliputi
komponen berikut : a) Manajemen kurikulum b) Manajemen kesiswaan c) Manajemen personil/anggota d) Manajemen sarana dan prasarana e) Manajemen keuangan
g) Manajemen layanan khusus
Kinerja guru adalah merupakan prestasi yang dapat diraih oleh seorang
guru atau seseorang berdasarkan kriteria dan alat ukur yang ditetapkan. Berdasarkan UUGD 14/2005 pasal 8, wujud kinerja guru direalisasikan dalam
bentuk kompetensi ; (1) pedagogik, (2) kepribadian, (3) professional, dan (4) sosial. Kinerja guru merupakan salah satu penentu keberhasilan proses belajar dalam mencapai tujuan pendidikan, dan kinerja guru juga pada akhirnya yang
menentukan mutu lulusan. Guru yang berkinerja baik akan menentukan tercapainya mutu layanan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Mutu layanan pembelajaran merupakan tingkat (ukuran) baik buruknya suatu proses layanan pembelajaran yang secara sistematis disusun agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien mencapai tujuan pembelajaran. Secara
operasional dalam penelitian ini, mutu layanan pembelajaran yang dijadikan variabel menurut Ziethalm et al. yang dikutip oleh Ellitan dan Anatan (2007:48)
yaitu sebagai berikut : (1) Tangibles, (2) Reliability, (3) Responsiveness, (4)
Courtesy, (5) Empathy, (6) Competence, (7) Credibility, (8) Security, (9)
Communication, dan (10) Access.
Berdasarkan konsep tentang berbagai variabel penelitian tersebut di atas maka diduga bahwa kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru
berpengaruh terhadap mutu layanan pembelajaran. Dengan demikian semakin baik kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru semakin baik mutu layanan pembelajaran.
Gambar 1.1. Kerangka Penelitian
H. Metode Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan rumusan masalah didukung dengan kajian teoritis dilengkapi dengan kerangka
berpikir , serta hubungan antara variabel defenden dan variabel indefenden, maka Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan statistik inferensial,
sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:7), yaitu, “metode penelitian kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan, sedangkan
statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi berdasarkan data suatu sampel”
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penggunaan metode kuantitatif pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1) Analisis bersifat kuantitatif, statistik, dan objektif.
2) Hasil penelitian berupa inferensi, generalisasi/deduktif, dan prediksi 3) Berpijak pada konsep positivistik.
4) Kenyataan berdimensi tunggal, fragmental terbatas.
5) Peneliti objek lepas, peneliti dari luar dengan instrumen standar yang objektif. 6) Setting penelitian buatan lepas tempat dan waktu penelitian.
Instrumen penelitian dirancang sesuai dengan sub-sub variabel dan indikator untuk setiap variabel, alat pengumpul data yang diperlukan adalah
angket (quesioner) tertutup, yaitu responden diberikan sejumlah pertanyaan yang menggambarkan hal-hal yang diungkapkan dari ketiga variabel disertai dengan alternatif jawaban, selanjutnya responden diminta untuk merespon setiap item
sesuai dengan keadaan dirinya dan keadaan yang diketahui serta dirasakan dengan cara membubuhkan tanda silang pada alternatif jawaban yang tersedia.
Pengembangan angket mengacu kepada teori yang mendasarinya kemudian disusun kisi-kisi atas rancangan instrumen yang selanjutnya dijabarkan kedalam item pertanyaan.
yaitu teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian, menggunakan
skala Likert , yang dibuat dalam tiga bagian yaitu ; angket bagian pertama dibuat untuk mengumpulkan data tentang kinerja manajemen kepala sekolah. Angket
bagian kedua dibuat untuk mengumpulkan data tentang kinerja kerja guru, sedangkan angket yang ketiga dibuat untuk mengumpulkan data tentang mutu layanan pembelajaran. Kuesioner terdiri dari sejumlah butir pertanyaan atau
pernyataan yang dilengkapi dengan 5 (lima) alternatif respon/jawaban. Pengukuran dilakukan dengan meminta responden untuk memilih salah satu jawaban yang
disediakan. Setiap jawaban mendapat bobot skor antara 1 sampai 5.
Sebelum dilakukan penelitian sesungguhnya terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen
yang meliputi sekurang-kurangnya validitas dan realibilitas instrumen.
Selain itu uji coba juga penting untuk mengetahui berapa lama waktu yang
dibutuhkan responden untuk menjawab seluruh pertanyaan dalam instrumen dan untuk mengetahui apakah masih ada hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan penelitian yang sebenarnya di lapangan. Uji coba instrumen akan
dilakukan kepada 10 orang guru dan 10 orang siswa dari SMA N I Kroya yang tidak termasuk ke dalam sampel dan populasi penelitian. Responden untuk uji
coba instrumen ditetapkan dengan pertimbangan bahwa responden tersebut memiliki karakteristik yang relatif sama dengan subjek penelitian yang sesungguhnya, yang membedakannya diantaranya adalah responden adalah bukan
1. Validasi dan Reliabilitas Instrumen
Hasil uji coba penelitian yang akan dilakukan, hasilnya harus diukur
validitas dan reliabilitas instrumennya. Hasil penelitian yang valid manakala terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid’
Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Dengan taraf signifikan 0,05
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan bantuan komputer, yaitu menggunakan olah data SPSS 15.
3. Teknik Analisis Data
Mengacu pada cara apa data diperlukan, baik sacara langsung dan tak langsung, maka teknik analisis data yang digunakan adalah :
a) Statistik inferensial/statistik induktif/statistik probabilitas
b) Sehubungan hipotesis adalah hipotesis asosiatif, maka statistik parametrik
4. Menguji Hipotesis Penelitian
Data yang sudah dikumpulkan dari seluruh responden, terlebih dahulu
dilakukan uji persyaratan analisis melalui beberapa tahapan seperti : merubah data mentah/data ordinal menjadi data baku/data interval, uji normalitas dan uji
linieritas.
Serangkaian pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus pearson product moment (PPM) dan dilanjutkan dengan perhitungan
korelasi bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel dan juga kontribusi masing-masing variabel. Selanjutnya dilakukan analisis regresi sederhana dan
BAB III
METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, karena hasil
pengumpulan data berbentuk angka atau diangkakan, sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:14), yaitu : “Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka
atau data kualitatif yang diangkakan”.
Dengan bertitik tolak pada tujuan penelitian, penelitian ini dirancang untuk menguji hipotesis dan mendeskripsikan kata dan data atau kecenderungan
yang saling mempengaruhi atas sejumlah variabel, serta melakukan analisis dan prediksi tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai keadaan yang akan
datang.
Jenis penelitian ini adalah survei sedangkan metodenya adalah deskriptif analitis. Metode survei adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel
dari suatu populasi dan menggunakan angket (questioner) sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden dengan
menggunakan angket (questioner). ‘Setelah data dikumpulkan kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini,’ demikian menurut
Effendi (2003) yang dikutip oleh Riduwan (2009:275).
Metode penelitian survey adalah usaha pengamatan untuk mendapatkan
yang segera dapat dipergunakan untuk suatu tindakan yang sifatnya deskriptif yaitu melukiskan hal-hal yang mengandung fakta-fakta, klasifikasi dan
pengukuran yang akan diukur adalah fakta yang fungsinya merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi .
Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa metode survey deskriptif cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena sesuai dengan maksud dari penelitian ini, yaitu untuk
memperoleh gambaran pengaruh disiplin kerja kepala sekolah dan kinerja guru terhadap mutu layanan pembelajaran di SMAN berstandar nasional (SSN) di
lingkungan Dinas pendidikan kabupaten Indramayu.
B.Teknik Sampling
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:90).
Nasir (1988:327) dalam Akdon (2008:96) mengatakan ‘populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya’. Kemudian “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran
kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap” (Nawawi, 1985:141). Sedangkan Akdon
(2008:96) sendiri mengemukakan “ populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai kaitan dengan masalah penelitian”. Hal senada disampaikan oleh Riduwan
wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Ada dua jenis populasi, yaitu populasi terbatas dan populasi tidak terbatas atau tak
terhingga”.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak
tanpa memperhatikan strata atau tingkatan dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan mengingat anggota populasinya homogen.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh guru PNS SMA Negeri berstandar nasional (SSN) sekabupaten Indramayu yang tersebar dalam
dua wilayah yaitu Indramayu bagian timur yang terdiri dari dua SMA Negeri dan Indramayu bagian barat yang terdiri dari dua SMA Negeri tahun pelajaran 2009- 2010. Adapun jumlah populasi masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel 3.1
di bawah ini:
Tabel. 3.1
Jumlah Populasi Guru PNS dan Siswa SMA Negeri berstandar SSN
Wilayah dan Sekolah Populasi Guru Populasi Siswa
Wilayah Indramayu Timur
1. SMAN 2 Indramayu 41 820
2. SMAN 1 Krangkeng 39 812
Wilayah Indramayu Barat
1. SMAN 1 Kandanghaur 40 987
2. SMAN 1 Haurgeulis 36 609
Jumlah
Sumber : Data sekolah per April tahun 2010
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah
sebagai berikut :
berstandar SSN.
2. Menetapkan jumlah sampel guru PNS dan siswa masing-masing sekolah baik
wilayah Indramayu timur maupun wilayah Indramayu barat, Mengingat populasi sudah diketahui jumlahnya maka penentuan sampel berdasarkan
teknik random sampling dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rahmat (1998:82) dalam Riduwan (2009:65) ; Akdon (2008:107) yaitu sebagai berikut:
n
= .Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2 = Presisi (ditetapkan 10% )
Berdasarkan rumus Taro Yamane tersebut diperoleh jumlah sampel (n)
sebagai berikut : a. Sampel Guru :
n
=.
= . ,
=
,=
,=
60,93 (61)Sehingga diperoleh jumlah sampel guru (n) sejumlah 82 responden.
b. Sampel Siswa :
n
=.
= . ,
=
,=
,=
96,995 (97)Sehingga diperoleh jumlah sampel siswa (n) sejumlah 97 responden.
Tabel 3.2
Jumlah Sampel Penelitian Guru PNS dan Siswa Jenjang SMA Negeri (SSN)
Sumber : Hasil Pengolahan Data Tahun 2010
C.Definisi Opersional Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul proposal penelitian “ Pengaruh Kinerja manajemen
Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Mutu Layanan Pembelajaran (di SMA Berstandar SSN di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu) ”, maka operasional variabelnya adalah sebagai berikut :
a) Variabel indefenden (variabel bebas) :
X1 : Kinerja manajemen kepala sekolah
X2 : Kinerja guru
b) Variabel defenden (variabel terikat)
Y : Mutu layanan pembelajaran
Hubungan antar variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat dijelaskan Gambar 1.1.berikut:
Wilayah dan Sekolah Guru Siswa
Populasi Sampel Populasi Sampel
Wilayah Indramayu Timur
3. SMAN 2 Indramayu 41 156 x 61 16,03 1641 820 820
3228 x 97 24,64 25
4. SMAN 1 Krangkeng 39 156 x 61 15,25 1539 812 812
3228 x 97 24,40 24
Wilayah Indramayu Barat
3. SMAN 1 Kandanghaur 40 156 x 61 15,64 1640 987 987
3228 x 97 29,66 30
4. SMAN 1 Haurgeulis 36 156 x 61 14,08 1436 609 609
3322 x 97 18,30 18
Gambar 3.1.Hubungan antar variabel penelitian
2. Definisi Operasional
Berdasarkan variabel penelitian di atas, maka definisi operasionalnya
adalah sebagai berikut :
a. Kinerja Manajemen Kepala sekolah (X1)
Pengukuran variabel kinerja manajemen kepala sekolah berkenaan dengan bidang garapan manajemen kepala sekolah, yaitu : (1) Manajemen kurikulum, (2) Manajemen kesiswaan, (3) Manajemen personil/anggota, (4)
Manajemen sarana dan prasarana, (5) Manajemen keuangan, (6) Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, (7) Manajemen layanan khusus (Rohiat ,2009:21)
b. Kinerja Guru (X2)
Pengukuran variabel kinerja guru berdasarkan bentuk kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu ; (1) pedagogik, (2) kepribadian, (3) professional, dan (4)
sosial (UUGD 14/2005 pasal 8) rx1x2
X1 = Kinerja manajemen Kepala
Sekolah
X2 = Kinerja guru
Y = Mutu layanan pembelajaran
ryx2 ryx1
ryx1x2 X1
X2
c. Mutu Layanan Pembelajaran (Y)
Tolok ukur mutu layanan pembelajaran dapat diukur oleh sepuluh dimensi
yaitu sebagai berikut : (1) Tangibles, (2) Reliability, (3) Responsiveness, (4)
Courtesy, (5) Empathy, (6) Competence, (7) Credibility, (8) Security, (9)
Communication, dan (10) Access, Ziethalm et al.(Ellitan dan Anatan ,2007:48)
D. Pengembangan Alat Pengumpul Data
Untuk memperoleh data tentang kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja
guru dan mutu layanan pembelajaran, maka disusun instrumen penelitian melalui beberapa tahap yaitu mulai : (1) mengkaji semua teori yang berkaitan dengan
variabel-variabel yang akan diteliti, (2) menyusun indikator dari setiap variabel-variabel, (3) menyusun kisi-kisi, (4) menyusun butir-butir pernyataan dan menetapkan skala pengukuran, (5) melakukan uji coba instrumen, (6) menganalisis butir soal dengan menguji validitas
dan reliabilitasnya.
Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga bentuk kuesioner, yang terdiri dari : (1)
kinerja manajemen kepala sekolah, (2) kinerja guru, dan (3) mutu layanan pembelajaran.
1. Instrumen Kinerja Manajemen Kepala Sekolah
Instrumen ini terdiri dari 46 butir penyataan, masing-masing butir diukur menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 tingkatan. Untuk analisis secara
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Kinerja Manajemen Kepala Sekolah
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR No Item ∑ Item 4) Membimbing guru dalam evaluasi
dan tindak lanjut hasil pembelajaran
5) Menggunakan ICT dalam proses pembelajaran
3) Mengelola dan memelihara sarana saling pengertian antara sekolah, personil sekolah, dan masyarakat.
40,41,42
Catatan : Konsep operasional kinerja manajemen kepala sekolah (X1) dikembangkan dari Rohiat ,
(2009 :21-28)
2. Instrumen Kinerja Guru
Instrumen ini terdiri dari 26 butir pernyataan, masing-masing butir diukur menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 tingkatan. Untuk analisis secara
Tabel 3.4
Instrumen Kisi-kisi Kinerja Guru VARIAB
EL DIMENSI INDIKATOR
No Item ∑ Item
Kinerja Guru (X2)
1. Pedagogik 1) memahami dengan baik ciri-ciri peserta didik
2) memahami potensi-potensi anak didik dan cara membantunya.
3) memahami teori belajar
4) menguasai berbagai model dan strategi pembelajaran.
5) menguasai cara-cara menerapkan ICT dalam proses pembelajaran . 6) menguasai bahasa Indonesia yang
baik dan benar .
7) menguasai pendekatan pedagogik. 8) menguasai cara merancang proses
belajar mengajar yang komprehensif. 9) menguasai cara menilai kemajuan
belajar peserta didik secara total. 10)menguasai cara membimbing anak. 11)menguasai prinsip dan proses
mengelola proses belajar mengajar.
2. Kepribadian 1) memiliki komitmen dan kemauan tinggi dalam melakukan.
3. Profesional 1) menguasai substansi teaching subjects (materi/ isi) bidang keahliannya.
2) menguasai learning equipment dan leaming resources yang diperlukan dalam proses belajar mengajar. 3) menguasai cara mengolah learning
resources dari lingkungan hidup. 4) menguasai teknologi informasi. 5) menguasai cara menyusun rencana
pelajaran. lingkungan belajar yang mendukung proses pembelajaran.
2) mengerti berbagai faktor
kultural dan ekonomi yang berpengaruh terhadap proses pendidikan peserta didik.
3) memahami pentingnya hubungan antara sekolah dengan orang tua dan tokoh masyarakat.
4) mengerti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan dijunjung tinggi
perubahan-perubahan akibat dampak globalisasi
Catatan : Konsep operasional Kinerja Guru (X2) dikembangkan dari pasal 8 UUGD No 14 tahun
2005
3. Instrumen Mutu Layanan Pembelajaran
Instrumen ini terdiri dari 24 butir pernyataan, masing-masing butir diukur menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 tingkatan. Untuk analisis secara kuantitatif, maka alternatif jawaban tersebut dapat diberi skor dari nilai 1 sampai 5 .
Adapun kisi-kisi instrumen mutu layanan pembelajaran penulis sajikan pada tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Mutu Layanan Pembelajaran
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR No
Item
1). Tangibles 1) Perlengkapan sarana prasarana sekolah 2). Reliability 1) Kecepatan proses pelayanan siswa
2) Adil dalam pelayanan siswa
3,4 5
2 1 3). Responsiveness 1) Kesadaran memberikan pelayanan
4). Courtesy 1) Ramah dan bersahabat 5). Empathy 1) Memberikan perhatian yang tulus
kepada siswa
6). Competence 1) Memiliki kemampuan dan keterampilan
7). Credibility 1) Jujur dalam setiap tindakan 2) Amanah dalam tugas pelayanan
siswa
15 16
1 1
8). Security 1) Jaminan pelayanan siswa 2) Kepastian hukum 10). Access 1) Mudah untuk dihubungi dan
ditemui siswa
2) Pendekatan siswa dengan kepala sekolah dan guru
Catatan : Konsep operasional mutu layanan pembelajaran (Y) dikembangkan dari Ziethalm et al yang dikutip oleh Ellitan dan Anatan (2007:48).
E.Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Studi Dokumentasi dan Teknik Angket. 1. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan
sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik dari
sekolah dan guru meliputi buku-buku laporan kegiatan sekolah, dan data yang relevan dengan fokus penelitian.
2. Teknik Angket
Angket disebarkan pada responden dalam hal ini guru PNS untuk
memperoleh gambaran data langsung dari responden yang dijadikan sampel dalam penelitian. Pemilihan dengan metode angket ini didasarkan atas alasan bahwa : (a) Setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas
sejumlah pertanyaan yang diajukan, (b) responden memiliki waktu untuk menjawab, (c) responden memiliki kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat
digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat.
Melalui teknik model angket ini akan dapat dikumpulkan data atau
informasi berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan di dalan angket tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran
dari variabel-variabel
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berbentuk kuesioner, yang meliputi (1) kinerja
manajemen kepala sekolah, (2) kinerja guru, dan (3) Mutu layanan pembelajaran. Adapun kuesioner kinerja manajemen kepala sekolah yang digunakan
dalam penelitian ini hasil modifikasi dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah. Sedangkan kuesioner kinerja guru merupakan hasil modifikasi dari pasal 8 UUGD No 14 tahun 2005,
Ziethalm et al yang dikutip oleh Ellitan dan Anatan (2007:48).
Dari ketiga kuesioner tersebut dibuat skala penilaian dengan rentang
jawaban 1 sampai dengan 5. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tersebut terlebih dahulu diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Butir-butir
instrumen yang valid dan reliabel akan digunakan untuk alat pengukuran dalam penelitian, sedangkan butir-butir instrumen yang tidak valid (invalid) dipertimbangkan untuk direvisi apabila esensial dan dibuang apabila tidak
esensial.
1. Skala Pengukuran
Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala ordinal, mengingat
angket yang disebarkan menggunakan skala Likert, maka diperlukan pengaturan pembobotan masing-masing konsep operasional. Pengaturan pembobotan konsep operasional penulis sajikan pada tabel 3.5. berikut ini
Tabel 3.6 Pembobotan Konsep
Penggunaan skala ordinal tidak memungkinkan untuk memperoleh nilai mutlak atau absolut dari objek yang diteliti, tetapi hanya kecenderungan. Angket yang merupakan alat ukur dalam penelitian ini perlu diuji validitas dan
realibilitasnya. Dengan menggunakan istrumen yang valid dan reliabel dalam Kinerja
Manajemen Kepala sekolah
pengumpulan data, diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid (Saheh), Akdon (2008:143)
2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Hasil penelitian yang valid manakala terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, Sugiyono (dalam Akdon, 2008:143) . Sedangkan instrumen yang reliabel
adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2005:137).
a. Pengujian Validitas Instrumen
Akdon (2005:143) mengatakan “untuk menguji validitas konstruksi (Construct validity) dapat digunakan pendapat dari ahli (Judgment experts)”.
Untuk pengujian validitas konstruksi dengan menggunkan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment (PPM), yaitu :
!"# " ∑% & ' ∑% ∑&
( "∑%)' ∑% ) . "∑&)' ∑& * )
(Akdon, 2008:144)
Dimana :
!"# = koefisien korelasi ∑+, = jumlah skor item
∑-, = junlah skor total (seluruh item)
Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus ./,0123 √25
6
√ 57 .
Dimana:
t = nilai ./,0123,
r = koefisien korelasi hasil 8/,0123 , dan n = jumlah responden
(Akdon, 2008:144) Tabel t (distribusi t) untuk taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat
kebebasan (dk = n-2), Kaidah keputusan menurut Akdon (2005:144) adalah :
(1) Jika ./,0123 > .09:;< berarti valid dan sebaliknya (2) Jika ./,0123 < .09:;< berarti invalid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks
korelasinya (8/,0123 ) sebagai berikut :
(1) Jika 0,800 ≤ 8/,0123 ≤ 1,000 maka sangat tinggi (2) Jika 0,600 ≤ 8/,0123 ≤ 0,799 maka tinggi
(3) Jika 0,400 ≤ 8/,0123 ≤ 0,599 maka cukup tinggi (4) Jika 0,200 ≤ 8/,0123 ≤ 0,399 maka rendah
(5) Jika 0,000 ≤ 8/,0123 ≤ 0,199 maka sangat rendah
b. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau konsistensi) alat pengumpul data atau instrumen yang
digunakan dan pengujian ini hanya dilakukan terhadap butir-butir pernyataan yang valid, yang diperoleh melalui uji validitas. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat
reliabilitas data, SPSS memberikan fasilitasi untuik mengukur reliabilitas dimaksud.
Dalam menguji reliabilitas instrumen, penulis menggunakan metode
dengan metode belah dua (Split Half Method), sebagaimana dikemukakan oleh Akdon (2008:164) :
“.... karena kesalahan fatal yang sering kita jumpai adalah penggunan teknik belah dua untuk menghitung reliabilitas angket. Dalam menggunakan teknik belah dua, peneliti harus selalu ingat persyaratannya antara lain bahwa belahan pertama dengan belahan kedua yang dicari kesejajarannya harus seimbang”.
Disamping itu dalam menganalisis reliabilitas instrumen dengan metode
Cronbach Alpha hanya satu kali pengukuran saja.
Untuk mengetahui suatu instrumen itu reliabel atau tidak, yaitu dengan
membandingkan 8 dengan 809:;< , jika :
1) 8 > 809:;< maka reliabel dan sebaliknya 2) 8 < 809:;< maka tidak reliabel.
G. Transformasi Data Ordinal (Data Mentah) ke Data Interval (Data Baku) Dalam penggunaan analisis statistik parametrik berlaku bahwa skala
pengukuran sekurang-kurangnya data dalam bentuk interval atau data baku, sedangkan data yang diperoleh melalui penyebaran angket penelitian dalam
bentuk data mentah atau data ordinal. Agar hasil analisis ini sesuai dengan prosedur pengujian statistik parametrik, maka skala ordinal tersebut harus ditransformasikan ke bentuk skala interval dengan menggunakan rumus berikut.
T, = 50 + 10 >?5>@@@
A (Akdon, 2008:178)
Dimana :
Ti = skor baku atau data interval Xi = skor mentah atau data ordinal s = standar deviasi
Adapun langkah-langkah mengubah skor mentah menjadi skor baku adalah :
1. Menentukan skor terbesar dan skor terkecil dari skor mentah. 2. Menentukan rentangan (R) dengan rumus R = Xterbesar - Xterkecil 3. Menentukan banyaknya kelas (BK), dengan rumus Sturgess, yaitu :
BK = 1 + 3,3 log n, dengan n banyak data 4. Menentukan panjang kelas (i), yaitu I = B
CD
5. Membuat tabel distribusi frekuensi
6. Menentukan rata-rata atau mean (+@) dengan rumus : E+ = ∑FG2 H
7. Menentukan stadar deviasi (s)
8. Mengubah skor mentah menjadi skor baku dengan menggunakan rumus :
T, = 50 + 10>?5>@@@A , (Akdon, 2008:176-178)
H. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Dalam pengolahan data ini menggunakan program Statistical Pacakage for Social Science (SPSS) versi 15. Adapun prosedur pengolahan datanya adalah
sebagai berikut :
1. Menyeleksi data, yaitu dengan cara memeriksa jawaban setiap responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah
ditentukan, selanjutnya menentukan skornya.
3. Melakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data dengan cara menentukan rata-rata atau mean, median, standar deviasi dan
4. Menentukan hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment
(PPM), yaitu : 8IJ = 2 ∑G,K, 5 ∑G, . ∑K,
(L2∑GH5 ∑GM N 2∑KH 5 ∑KH
Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan berpedoman pada Tabel 3.7 :
Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien (r) Tingkat Hubungan
0,800 – 1,000 Sangat kuat 0,600 – 0,799 Kuat 0,400 – 0,599 Cukup Kuat 0,200 – 0,399 Rendah 0,000 – 0,199 Sangat Rendah Sumber : Akdon (2008:188)
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan koefisien determinan dengan rumus : KP = r2 x 100%,
dimana KP adalah nilai koefisien determinan dan r2 adalah nilai koefisien korelasi.
Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mengetahui makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi
Pearson Product Moment (PPM) tersebut diuji dengan Uji Signifikansi
dengan rumus :
./,0123 = 7√25√ 57
, dimana r = nilai koefisien korelasi, dan n = jumlah
Kaidah Pengujian :
a) Jika ./,0123≥ .09:;<, maka tolak Ho artinya hubungan X terhadap Y signifikan
b) Jika ./,0123≤ .09:;<, maka terima Ho artinya hubungan X terhadap Y tidak signifikan
(Akdon, 2008:190)
5. Untuk mengetahui hubungan X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap
variabel Y digunakan rumus korelasi ganda, yaitu :
OGMG K = (7PMQ 7P Q5 757PMQPMP. 7P Q . 7PMP
6. Uji Regresi, digunakan untuk mencari pengaruh antar variabel. Dalam uji ini
digunakan regresi sederhana dan regresi ganda dengan rumus :
a.Persamaan regresi sederhana : Ŷ = a + bX, (Akdon, 2008:197)
Dengan b = 2∑GK5∑G.∑K
2∑G 5 ∑K , dan a =
∑K5:.∑G 2
Dimana :
Ŷ = subjek variabel terikat yang diproyeksikan
X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksi
a = nilai konstanta harga Y jika X = 0
b = nilai arah sebagai penentu remalan(prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau penurunan (-) variabel Y.
b.Regresi ganda (dengan dua variabel bebas) dirumuskan : Ŷ = a + b1X1 + b2X2 atau MLP = a + b1(KMKS) + b2(KG) (Akdon, 2008:205)
Keterangan :
MLP : Mutu Layanan Pembelajaran
a : konstanta
KMKS : Kinerja Manajemen Kepala Sekolah KG : Kinerja Guru
I. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis dilakukan apabila peneliti menggunakan
analisis parametrik. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan adalah dalam bentuk uji normalitas dan uji linieritas, namun sebelumnya peneliti harus mengubah atau menaikkan dari data ordinal/data mentah menjadi data
interval/data baku, (Akdon, 2008:165).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Dengan uji normalitas akan diketahui sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila
pengujian normal, maka hasil perhitungan statistiknya dapat digeneralisasikan pada populasinya.
Adapun langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut : a. Mencari skor terbesar dan terkecil
b. Mencari nilai Rentangan (R)
c. Mencari Banyaknya Kelas (BK), BK = 1 + Log n d. Mencari nilai panjang kelas (i), dengan rumus : I = B
CD
e. Membuat tabulasi dengan tabel penolong
f. Mencari rata-rata (Mean), dengan rumus : +@ = ∑FGH
2
g. Mencari simpangan baku (standardeviasi), dengan rumus :
s = (2.∑FGM5 ∑FGM
2. 25
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara : (1) Menentukan batas kelas
(2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus :
(4) Mencari luas tiap kelas interval
(5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden (n)
i. Mencari chi-kuadrat hitung (+/,0123), dengan rumus : + = ∑ FR5F;
F; S
,T
j. Membandingkan +/,0123 dengan +09:;<
Pedoman yang digunakan untuk menentukan data berdistribusi normal atau
tidak normal adalah dengan membandingkan +/,0123 dengan +09:;< pada taraf
signifikansi α = 0,05. Kaidah keputusan yang berlaku adalah sebagai berikut :
(1) Jika +/,0123≥ +09:;<, maka artinya distribusi data tidak normal (2) Jika +/,0123≤ +09:;<, maka artinya distribusi data normal (Akdon:2008:167-171)
2. Uji Linieritas Regresi
Variabel yang akan diuji linieritasnya adalah variabel X1, X2, atas Y.
Penghitungan uji linieritas regresi dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 15. Pedoman yang digunakan untuk menentukan data berdistribusi linier atau tidak linier adalah dengan membandingkan
U/,0123dengan U09:;< pada taraf signifikansi α = 0,05. Kaidah keputusan yang
berlaku adalah sebagai berikut :
c) Jika U/,0123≤U09:;<, maka artinya distribusi data berpola linier d) Jika U/,0123≥U09:;<, maka artinya distribusi data tidak linier
(Akdon,2008:176)
J. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian digunakan dengan dua macam kesiapan yaitu
1. Persiapan administratif
Persiapan administratif diperlukan yaitu persiapan surat izin penelitian dari
Direktur Program Pascasarjana UPI dan surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan kabupaten Indramayu kepada sekolah-sekolah yang menjadi populasi
dan sampel penelitian ini untuk memudahkan pengumpulan data dan juga aspek legalitas penelitian.
2. Persiapan teknis
Persiapan teknis yang dilakukan peneliti ialah mencakup menyusun desain
penelitian, menyusun instrumen penelitian, melakukan uji coba instrumen, melakukan revisi instrumen, pengumpulan data penelitian, dan pengolahan data
penelitian.
K. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas Instrumen
a. Variabel Kinerja Manajemen Kepala Sekolah
Uji coba dari 46 butir instrumen kinerja manajemen kepala sekolah pada guru SMA Negeri 1 Haurgeulis terhadap 10 orang responden dimaksudkan untuk menguji keabsahan dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam
penelitian.
Perhitungan Pearson Correlation (rhitung) 46 butir instrumen kinerja
manajemen kepala sekolah dengan rumus Pearson Product Moment (PPM), yaitu
!"# " ∑%& 5 ∑% ∑&
7√25
√ 57
,
r = koefisien korelasi hasil 8/,0123 , dan n = jumlah responden, dapatpenulis sajikan pada tabel 3.8
Tabel 3.8
Hasil perhitungan ./,0123 "Kinerja manajemen kepala sekolah (X1)”
Butir Soal rhitung thitung Hitungan Validitas
Butir 32 0,731 3,028
sehingga hasil validitas instrumen kinerja manajemen kepala sekolah dari hasil uji coba angket yang disebar kepada 10 responden sebanyak 46 butir pernyataan
diperoleh 30 butir valid, yaitu nomor : 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 12, 13, 14, 16, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 42, 44 dan 46. Sedangkan yang invalid sebanyak 16 butir yaitu nomor : 6, 8, 10, 11, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 33,
38, 41, 43, dan 45. Hasil penghitungan validitas instrumen kinerja manajemen kepala sekolah penulis sajikan pada tabel 3.9
Tabel 3.9
Validitas Instrumen “Kinerja Manajemen Kepala Sekolah(X1)”
Butir Soal rhitung thitung ttabel Keputusan Hitungan Validitas
Dari ke 11 pernyataan tidak seluruhnya di drop atau dibuang, tetapi ada yang dipertimbangkan untuk direvisi dan dijadikan instrumen penelitian , yaitu
nomor 8, dan 18, karena kedua pernyataan tersebut dianggap penting atau esensial. Adapun revisi dari ketiga pernyataan tersebut, penulis sajikan pada tabel
3. 10 berikut ini :
Kepala sekolah anda mendorong penggunaan ICT dalam kegiatan pembelajaran di sekolah
Kepala sekolah anda mampu merangsang guru untuk menggunakan ICT dalam pembelajaran agar lebih produktif dan efektif
18
Kepala sekolah anda dapat mengangkat para pembantu kepala sekolah atau wakil kepala sekolah sesuai dengan kepatutan dan kelayakan yang dimilikinya
Kepala sekolah anda mampu memilih dan menempatkan personil sekolah sesuai dengan kelayakan dan kemampuan yang dimilikinya.
b. Variabel Kinerja Guru
Uji coba dari 26 butir instrumen kinerja manajemen kepala sekolah pada guru SMA Negeri 1 Haurgeulis terhadap 10 orang responden dimaksudkan untuk menguji keabsahan dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam
penelitian.Perhitungan Pearson Correlation (rhitung) 26 butir instrumen kinerja manajemen kepala sekolah dengan rumus Pearson Product Moment (PPM), yaitu
!"# " ∑% & 5 ∑% ∑&
(L"∑%)5 ∑% )N. "∑&)5 ∑&* ), kemudian dilanjutkan dengan rumus
./,0123 = 7√25√ 57
, r = koefisien korelasi hasil
8/,0123 , dan n = jumlah responden,Tabel 3.11
Hasil perhitungan ./,0123 "Kinerja guru (X2)”
Butir Soal rhitung thitung Hitungan Validitas
dan 21. Hasil penghitungan validitas instrumen guru penulis sajikan pada tabel 3.12 berikut ini.
Tabel 3.12
Validitas Instrumen “Kinerja Guru (X2)”
Butir Soal rhitung thitung ttabel Keputusan Hitungan Validitas
Butir 1 0,942 7,913 2,306 Valid 1. Kaidah keputusan :
Hasil Perhitungan selengkapnya penulis sajikan pada Lampiran 3.3. Butir 2 0,970 11,346 2,306 Valid
c. Variabel Mutu Layanan Pembelajaran
Uji coba dari 24 butir instrumen mutu layanan pembelajaran pada guru SMA Negeri 1 Haurgeulis terhadap 10 orang responden dimaksudkan untuk
menguji keabsahan dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian. Perhitungan Pearson Correlation (rhitung) 24 butir instrumen kinerja
manajemen kepala sekolah dengan rumus Pearson Product Moment (PPM), yaitu
!"# " ∑% & 5 ∑% ∑&
(L"∑%)5 ∑% )N. "∑&)5 ∑&* ), kemudian dilanjutkan dengan rumus
./,0123 = 7√25√ 57
, r = koefisien korelasi hasil
8/,0123 , dan n = jumlah responden,dapat penulis sajikan pada tabel 3.13 berikut ini
Tabel 3.13
Hasil perhitungan ./,0123mutu layanan pembelajaran (Y)
Butir Soal rhitung thitung Hitungan Validitas
Butir 15 -0,011 -0,032 sehingga hasil validitas instrumen mutu layanan pembelajaran dari hasil uji coba angket yang disebar kepada 10 responden sebanyak 24 butir pernyataan diperoleh
20 butir valid, yaitu nomor : 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 22, 23, dan 24. Sedangkan yang invalid sebanyak 4 butir yaitu nomor : 15, 17,
18, dan 21. Hasil penghitungan validitas instrumen mutu layanan pembelajaran penulis sajikan pada tabel 3.14
Tabel 3.14
Validitas Instrumen“Mutu Layanan Pembelajaran (Y)”
Butir Soal rhitung thitung ttabel Keputusan Hitungan Validitas
Butir 14 0,796 3,717 2,306 Valid ./,0123 ,c d
[ 5 ,c d
./,0123 ,,d
./,0123 6, 368
\]8^_] ./,0123 > .09:;< berarti butir no 1 “Valid”
Hasil Perhitungan selengkapnya penulis sajikan pada Lampiran 3.3. Butir 15 -0,011 -0,032 2,306 Invalid
Butir 16 0,718 2,914 2,306 Valid Butir 17 0,040 0,114 2,306 Invalid Butir 18 0,584 2,034 2,306 Invalid Butir 19 0,773 3,449 2,306 Valid Butir 20 0,715 2,891 2,306 Valid Butir 21 -0,083 -0,237 2,306 Invalid Butir 22 0,691 2,702 2,306 Valid Butir 23 0,821 4,071 2,306 Valid Butir 24 0,895 5,664 2,306 Valid
Dari keempat butir pernyataan yang invalid ini seluruhnya dibuang. Dengan demikian nomor 15, 17, 18, dan 21 tidak digunakan dalam penelitian.
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan ketepatan (keajegan atau keterandalan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan . Pengujian reliabiltas ini hanya dilakukan terhadap butir-butir pernyataan yang valid, yang
diperoleh melalui uji validitas. Selanjutnya untuk melihat tingkat reliabiltas data, SPSS (Statistical Pacakage for Social Science) versi 15 memberikan fasilitas
untuk mengukur reliabilitas. Dalam menguji reliabilitas internal instrumen, penulis menggunakan metode Cronbach Alpha. Hal ini dilakukan karena lebih reliabel dibandingkan dengan metode belah dua (Split Half Method).
a. Variabel Kinerja Manajemen Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas instrumen kinerja manajemen
26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 42, 44 dan 46.
Pengujian reliabilitas instrumen, penulis menggunakan metode Cronbach’s
Alpha dengan fasilitas SPSS versi 15 dan diperoleh r11 = 0,980, sedangkan nilai tabel r Product Moment dengan dk = n – 1 = 10 –1 = 9 diperoleh r tabel = 0,798
pada taraf signifikansi α = 0,01 dan r tabel = 0,666 pada taraf signifikansi α = 0,05. Interpretasinya adalah bahwa rhitung lebih besar dari rtabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen kinerja manajemen kepala sekolah yang dianalisis
dengan metode Alpha adalah reliabel atau memenuhi persyaratan. Sebagai mana disajikan pada tabel 3.15 dibawah ini
Tabel 3.15 Reliability Statistics X1
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
,980 ,980 30
b. Variabel Kinerja Guru
Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas instrumen kinerja guru dari
hasil uji coba angket yang disebar kepada 10 responden sebanyak 26 butir pernyataan diperoleh 23 butir valid. Oleh karena itu dalam uji reliabiltas hanya
butir-butir nomor : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 22. 23, 24, 25, dan 26.
Pengujian reliabilitas instrumen, penulis menggunakan metode Cronbach’s
Alpha dengan fasilitas SPSS versi 15 dan diperoleh r11 = 0,994, nilai tabel r
Product Moment dengan dk = n – 1 = 10 –1 = 9 diperoleh r tabel = 0,798 pada taraf
Interpretasinya adalah bahwa rhitung lebih besar dari rtabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen kinerja guru yang dianalisis dengan metode Alpha
adalah reliabel atau memenuhi persyaratan. Sebagai mana disajikan pada tabel 3.16 dibawah ini
Tabel 3.16 Reliability Statistics X2
Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
,994 ,994 23
c. Variabel Mutu Layanan Pembelajaran
Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas instrumen mutu layanan pembelajaran dari hasil uji coba angket yang disebar kepada 10 responden
sebanyak 24 butir pernyataan diperoleh 20 butir valid. Oleh karena itu dalam uji reliabiltas hanya butir-butir nomor : 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 22, 23, dan 24
Pengujian reliabilitas instrumen, penulis menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan fasilitas SPSS versi 15 dan diperoleh r11 = 0,974, sedangkan nilai
tabel r Product Moment dengan dk = n – 1 = 10 –1 = 9 diperoleh r tabel = 0,798 pada taraf signifikansi α = 0,01 dan r tabel = 0,666 pada taraf signifikansi α = 0,05. Interpretasinya adalah yaitu rhitung lebih besar dari rtabel. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa instrumen mutu layanan pembelajaran yang dianalisis dengan metode Alpha adalah reliabel atau memenuhi persyaratan. Sebagai mana disajikan pada