• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN: Studi Deskriptif Analitik pada SMAN Berstandar Nasional/SSN di Kabupaten Indramayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN: Studi Deskriptif Analitik pada SMAN Berstandar Nasional/SSN di Kabupaten Indramayu."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mutu Layanan Pembelajaran ... 21

B. Kinerja Manajemen Kepala Sekolah ... 30

C. Kinerja Guru ... 45

D. Hubungan Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Mutu Layanan Pembelajaran ... 48

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 52

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 56

D. Pengembangan Alat Pengumpul Data ... 59

E. Teknik Pengumpulan Data ... 65

F. Instrumen Penelitian ... 66

G. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval ... 69

H. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ... 70

I. Pengujian Persyaratan Analisis ... 73

J. Prosedur Penelitian ... 75

K. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 94

B. Hasil Penelitian ... 96

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 111

(2)

A. Kesimpulan ... 115

B. Implikasi ... 119

C. Rekomendasi ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 127

LAMPIRAN-LAMPIRAN : 3.1. Angket Uji Coba ... 131

3.2. Tabulasi Data Hasil Uji Coba ... 140

3.3. Data Hasil Uji Validitas ... 144

3.4 .Data Hasil Uji Reliabilitas ... 162

3.5. Angket Penelitian ... 164

3.6. Data Tabulasi Responden ... 172

3.7. Data Hasil Uji Normalitas ... 182

3.8. Data Hasil Uji Linieritas ... 189

4.1. Data Hasil Uji Regresi dan Korelasi ... 192

4.2. SK Pengangkatan Pembimbing Tesis ... 197

4.3. Surat Izin Penelitian ... 200

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dengan pendidikan, sumber daya manusia akan memahami

dan memiliki berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai manusia yang terdidik. Proses pendidikan berlangsung mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Melalui program pendidikan yang diselenggarakan di

sekolah inilah para siswa akan dibekali dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan jenjang dan bidangnya, sebagai bentuk investasi di masa

mendatang.

Dalam rencana strategis pendidikan nasional (2006:69), disebutkan bahwa rencana pembangunan jangka panjang Pendidikan Nasional 2005–2025,

digunakanlah empat tema strategis pembangunan pendidikan, yaitu (1) periode 2005–2010 : peningkatan kapasitas dan modernisasi, (2) periode 2010–2015 :

penguatan pelayanan, (3) periode 2015 – 2020 : daya saing regional, dan (4) periode 2020-2025 : daya saing internasional.

Tema strategis pada periode tahun 2010-2015 ditekankan pada

pembangunan penguatan pelayanan. Setelah rasio kebutuhan dan kesediaan sarana prasarana pendidikan nasional menjadi optimal, fokus selanjutnya adalah

(4)

daerah yang semakin dewasa. Dengan demikian semua komponen pendidikan terutama ditingkat operasional dituntut untuk lebih partisipatif, akomodatif dan

kreatif terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan.

Sekolah sebagai ujung tombak pelayanan pendidikan di tingkat operasional

sangat strategis dalam menjalankan dan mencapai tujuan untuk peningkatan mutu pendidikan. Dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan manajemen sekolah yang handal dan profesional yang terlihat pada tingginya

kualitas layanan pembelajaran dan kualitas manajerial sekolah yang dibuktikan oleh mutu lulusan institusi (out put) dalam memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang

dipersyaratkan.

Peningkatan mutu pendidikan berarti upaya untuk meningkatkan pelayanan

pendidikan dalam bentuk proses belajar mengajar di kelas dan pelayanan teknis operasional pendidikan yang membawa iklim perubahan di masyarakat, diperlukan manajerial dan kepemimpinan kepala sekolah yang memiliki visi, misi serta

wawasan strategik dalam mengelola pendidikan.

Sekolah yang bermutu dan berkualitas akan melahirkan lulusan yang

memiliki kompetensi, kepribadian dan ahlaq yang baik. Untuk menjadikan sekolah yang bermutu memerlukan berbagai kriteria dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh sekolah tersebut. Kriteria sekolah yang sesuai dengan Standar

Nasional Pendidikan (SNP) sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN Tahun 2003 pasal 35 maupun dalam PP Nomor 19 Tahun 2005, yaitu ada delapan aspek

(5)

(5) standar pengelolaan, (6) standar sarana prasarana, (7) standar penilaian, dan (8) standar pembiayaan.

Keberhasilan dan kesuksesan penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai

manajer menempati posisi yang telah ditentukan di dalam organisasi sekolah. Kepala sekolah mempunyai posisi puncak yang memegang kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin dan

manajer perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan atau leadership, keterampilan teknis manajerial, motivasi dan disiplin kerja. Kedua peran ini bersatu dan

melekat pada kepala sekolah. Sebagaimana disampaikan oleh (Sergiovani dan Starratt ,1993: 190) :

Sometimes leadership and management talent reside in the same person; at other times those talents are found in the different people. Leadership alone will not get the job done; there must be someone to administer schedules, complete reports, manage budgets and resources..

Guru sebagai ujung tombak pendidikan harus memiliki kompetensi,

profesionalisme dan kemampuan paedagogik sehingga dapat memberikan layanan kepada peserta didik memperoleh dan mencapai kompetensi tertentu. Guru harus mempunyai kinerja yang tinggi, karena guru bertugas untuk membentuk watak,

kepribadian dan pengetahuan para peserta didiknya menjadi lebih baik. Kinerja guru merupakan salah satu penentu keberhasilan proses belajar dalam mencapai

(6)

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran dan karena guru pulalah sebagai tenaga fungsional yang memiliki kewenangan

operasional dalam mengorganisasikan pesan pengajaran bagi siswanya dan juga sebagai seorang profesional yang memiliki kewenangan untuk menjalankan profesi

keguruannya.

Guru sebagai pemegang kunci kesuksesan proses belajar mengajar di kelas selain memiliki berbagai kompetensi yang dipersyaratkan juga harus memiliki

kinerja yang tinggi terhadap tugasnya. Hanya dengan melalui kinerjanya guru dapat membawa peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

memenuhi standar kompetensi lulusan setiap mata pelajaran yang diampunya. Untuk mencapai kinerja yang baik, diperlukan adanya usaha yang optimal dari pihak kepala sekolah sebagai seorang manajer maupun dari guru yang

bersangkutan dalam upaya melaksanakan tanggung jawab profesinya. Namun yang menjadi hambatan pada saat sekarang, banyak diantara lembaga atau sekolah

yang cenderung mengalami penurunan disiplin kerja dan kinerja pegawainya. Hal ini disebabkan oleh kurang berperannya pegawai dan pimpinannya untuk mampu meningkatkan motivasi, komitmen, disiplin kerja dan tanggung jawab terhadap

bidang tugasnya. Disinilah diperlukan dorongan yang nyata untuk mampu meningkatkan fungsi manajemen kepala sekolah dan kinerja guru agar tujuan

organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar

(7)

Pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran harus merupakan sesuatu yang sangat berarti

baik ucapan, pikiran maupun tindakan.

Dengan demikian mutu pembelajaran harus didukung oleh kreatifitas dan

kinerja guru dalam merancang proses pembelajaran yang baik, serta didukung dengan ketersediaan media pembelajaran yang memadai, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, kreatif dan menyenangkan bagi

siswa.

Sekolah berstandar nasional (SSN) adalah sekolah yang telah atau sedang

memenuhi delapan standar nasional yang dipersyaratkan oleh BNSP. Pengkategorian pendidikan dasar dan menengah di Indonesia menurut UU 20/2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 pasal 11 dan 16, yaitu :

1. Sekolah formal standar (dalam pembinaan disebut juga sekolah potensial/rintisan)

2. Sekolah formal mandiri (dalam pembinaan disebut juga Sekolah Standar Nasional (SSN)

3. Sekolah bertaraf internasional (SBI)

Di Kabupaten Indramayu sendiri terdapat sekitar 18 SMA Negeri, yang berstatus sekolah formal standar / potensial ada 3 sekolah, sekolah berstandar

(8)

Tabel. 1.1

Kategori sekolah tingkat SMA Negeri di Kabupaten Indramayu

Wilayah dan Sekolah Kategori Ket

Standar SSN/SKM RSBI/SBI Wilayah Indramayu Timur

1. SMAN 1 Sindang √

2. SMAN 1 Indramayu √

3. SMAN 2 Indramayu

4. SMAN 1 Krangkeng √

5. SMAN 1 Sliyeg √

6. SMAN 1 Jatibarang √

7. SMAN 1 Sukagumiwang √

8. SMAN 1Tukdana √

9. SMAN 1 Lohbener √

10. SMAN 1 Juntinyuat √

11. SMAN 1 Kedokan √

Wilayah Indramayu Barat

12. SMAN 1 Kandanghaur √

13. SMAN 1 Losarang √

14. SMAN 1 Anjatan √

15. SMAN 1 Haurgeulis √

16. SMAN 1 Terisi √

17. SMAN 1 Kroya √

18. SMAN 1 Gantar √

Jumlah 3 13 2

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Indramayu, tahun 2010

Kualitas belajar siswa sebagai subsistem dari kualitas pendidikan secara umum merupakan suatu permasalahan yang cukup kompleks, mengingat mutu

belajar siswa merupakan muara dari seluruh komponen yang tergabung dalam sistem pembelajaran di sekolah. Mutu layanan pembelajaran ditentukan oleh

(9)

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,

meskipun mungkin telah banyak dilakukan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menujukkan

peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan tetapi sebagian lainnya (di daerah-daerah) masih memprihatinkan, demikian disampaikan oleh Rivai dan Murni (2009:139).

Menurut Rivai dan Murni (2009:140) terdapat tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan di Indonesia tidak mengalami peningkatan secara

merata, yaitu :

a) Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan

education function atau input-output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.

b) Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.

c) Peran serta warga sekolah khususnya kepala sekolah, guru dan peran serta masyarakat khususnya orang tua murid dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.

Tim Teknis PBBN bekerja sama dengan Bank Dunia (tahun 1999) sebagai

mana dikutip oleh Rohiat (2009:32) mengemukakan bahwa Bank Dunia mencatat tiga hal yang menyebabkan manajemen sekolah secara umum tidak efektif. Ketiga

(10)

diidentifikasikan kurang memiliki keterampilan untuk mengelola sekolah dengan baik, dan (3) kecilnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sekolah.

Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak sekolah yang termasuk kategori SSN, masih jauh dari ketercapaian dari apa yang

menjadi indikator sebagai sekolah berstandar nasional, hal ini tercermin dari masih rendahnya komitmen, motivasi kerja, kinerja pegawai dan fasilitas sarana prasarana yang kurang dan tidak memadai, tentunya hal ini sangat berpengaruh

terhadap mutu layanan proses belajar mengajar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan permasalahan di atas, sehingga dapat

memperoleh gambaran yang lebih mendalam, terutama berkaitan dengan kinerja manajemen kepala sekolah , kinerja guru sekolah dan mutu layanan pembelajaran dengan kondisi tersebut.

Dari hasil observasi awal di lokasi penelitian , peneliti mendapatkan informasi yang mengindikasikan bahwa kinerja manajemen kepala sekolah dan

kinerja guru pada tingkat SMA berstandar nasional masih belum optimal. Peran kepala sekolah sebagai manajer perlu pembenahan dari kondisi yang ada, hal ini didasari banyaknya berbagai bantuan dari pemerintah untuk meningkatkan mutu

pendidikan melalui berbagai bentuk seperti Block Grant, BOMM, BOS dan bentuk lainnya belum dapat menggerakkan mutu pendidikan secara signifikan.

Keterampilan-keterampilan teknis manajerial untuk memanajemen sekolah perlu mendapat perhatian lebih optimal lagi, (Rohiat 2009:35)

Dalam dugaan peneliti, hal ini disebabkan antara lain oleh faktor-faktor

(11)

belum maksimal. Faktor-faktor tersebut akan berimbas pada tingkat kinerja guru, yang pada akhirnya akan bermuara pada proses layanan pembelajaran. Dengan

kinerja manajerial kepala sekolah yang tinggi akan memberikan pengaruh terhadap kinerja guru, dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu layanan pembelajaran.

Mengacu pada latar belakang tersebut di atas, penulis melakukan penelitian ini tentang Pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran ( Studi Deskriptif Analitik pada SMAN Berstandar Nasional di Kabupaten Indramayu ). Penelitian ini menjadi penting, didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA Negeri berstandar nasional (SSN) di

lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, masih belum menunjukkan optimalisasinya kinerja pegawai dan mutu layanan pembelajaran. Dengan penelitian ini diharapkan akan dapat mengungkap secara deskripsif analitis hal-hal

yang berkaitan dengan kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja guru dan mutu layanan pembelajaran, pada SMA Negeri berstandar nasional terutama di wilayah

kabupaten Indramayu. Dengan demikian hasil penelitian ini juga dapat memberikan beberapa rekomendasi berkaitan hasil temuan penelitian.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Bertolak dari latar belakang penelitian, maka pada penelitian ini rumusan masalahnya yaitu “ Bagaimanakah pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah

(12)

1. Seberapa besar pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah terhadap mutu layanan pembelajaran ?.

2. Seberapa besar pengaruh kinerja guru terhadap mutu layanan pembelajaran ?. 3. Seberapa besar pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru

secara bersama-sama terhadap mutu layanan pembelajaran ?.

4. Adakah korelasi antara kinerja manajemen kepala sekolah dengan kinerja guru ?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengungkap dan menganalisis

pengaruh kinerja manjemen kepala sekolah dan kinerja guru terhadap mutu layanan pembelajaran di SMAN berstandar nasional (SSN) di lingkungan Dinas Pendidikan kabupaten Indramayu.

2. Tujuan Khusus

Sedangkan secara khusus penelitian ini adalah untuk mengungkap dan

menganalisis serta memaknai pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru terhadap mutu layanan pembelajaran di SMAN berstandar nasional (SSN) di lingkungan Dinas Pendidikan kabupaten Indramayu. Adapun yang

menjadi tujuan penelitiannya adalah untuk :

a) Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah

terhadap mutu layanan pembelajaran.

b) Mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja guru terhadap mutu layanan pembelajaran.

(13)

kinerja guru secara bersama-sama terhadap mutu layanan pembelajaran.

d) Mengetahui hubungan korelasi antara kinerja manajemen kepala sekolah

dengan kinerja guru.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis.

2. Manfaat Teoritis

a. Bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

b. Pengembangan khasanah ilmu yang berhubungan dengan kajian administrasi pendidikan, terutama pada aspek kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja guru dan mutu layanan pembelajaran di sekolah.

3. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, berguna sebagai masukan dan evaluasi bagi penyempurnaan

dan perbaikan kinerjanya terhadap upaya peningkatan mutu layanan pembelajaran di kelas, terutama di wilayah Kabupaten Indramayu.

b. Bagi sekolah , berguna sebagai masukan dan evaluasi bagi penyempurnaan

dan perbaikan kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru sebagai upaya meningkatkan mutu layanan pembelajaran.

c. Bagi pemerintah kabupaten Indramayu, khususnya yang terkait dengan pengelolan pendidikan, sebagai masukan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kinerja manajemen kepala sekolah

(14)

d. Bagi peneliti sendiri akan sangat membantu menambah wawasan tentang pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja guru dan mutu

layanan pembelajaran.

E. Asumsi Dasar

Asumsi-asumsi merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh peneliti. Asumsi-asumsi ini diperlukan untuk memperkuat permasalahan, membantu peneliti dalam menjelaskan penetapan

objek penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengumpulan data. Asumsi-asumsi dirumuskan sebagai landasan bagi hipotesis penelitian,

yaitu sebagai berikut :

1. “Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Mangkunegara,A.A.P. (2000 : 67). Kinerja manajerial kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan

proses peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, mengingat kepala sekolah merupakan pemegang otoritas tertinggi di sekolah yang dapat membawa sekolah mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diembannya secara

lebih efektif dan efisien.

2. “Kinerja guru merupakan prestasi atau pencapaian hasil kerja seorang guru

(15)

sifat dan jenis pekerjaannya, standar tersebut juga berfungsi pula sebagai alat ukur pertanggungjawaban. Kinerja guru merupakan salah satu penentu

keberhasilan mutu layanan pembelajaran di kelas dalam mencapai tujuan pendidikan, dan kinerja guru juga pada akhirnya yang menentukan mutu

lulusan. Karena itu semakin baik kinerja guru, semakin baik mutu layanan pembelajaran di kelas.

3. Semakin baik kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru yang tinggi

sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu (quality) layanan pembelajaran di sekolah. Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah akan

berdampak terhadap peningkatan mutu sekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara nasional.

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan rumusan masalah didukung dengan kajian teoritis dilengkapi dengan

asumsi-asumsi dasar, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. Kinerja manajemen kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran.

2. Kinerja guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran.

3. Kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu layanan pembelajaran 4. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kinerja manajemen kepala

(16)

G. Kerangka Pikir Penelitian

Kualitas pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari komponen sistem

pendukungnya seperti siswa, kurikulum sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, organisasi, administrasi, visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah.

Kualitas proses dan hasil pendidikan hanya dapat dicapai jika mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan peran serta masyarakat. Diantara sekian banyak komponen sistem pendidikan, kepala sekolah dan guru merupakan aspek

utama yang memberikan andil cukup besar dalam menentukan kualitas pendidikan, khususnya kualitas layanan pembelajaran. Hal ini didasarkan bahwa

yang langsung berinteraksi dalam proses pembelajaran secara langsung dengan siswa adalah guru, sehingga guru yang memiliki kompetensi yang baik, sikap dan tindakan yang akan menunjukkan kinerja yang tinggi dalam memberikan

pelayanan terhadap siswa secara optimal.

Kinerja Manajemen kepala sekolah merupakan bentuk prestasi kerja yang

dicapai seorang kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dalam mengelola sumber daya sekolah yang dimiliki sehingga sekolah dapat mencapai tujuan secara lebih

efektif dan efisien. Tugas dan fungsi kepala sekolah dalam mengelola sekolah didasarkan kepada bidang gharapan manajemen sekolah yang meliputi

komponen berikut : a) Manajemen kurikulum b) Manajemen kesiswaan c) Manajemen personil/anggota d) Manajemen sarana dan prasarana e) Manajemen keuangan

(17)

g) Manajemen layanan khusus

Kinerja guru adalah merupakan prestasi yang dapat diraih oleh seorang

guru atau seseorang berdasarkan kriteria dan alat ukur yang ditetapkan. Berdasarkan UUGD 14/2005 pasal 8, wujud kinerja guru direalisasikan dalam

bentuk kompetensi ; (1) pedagogik, (2) kepribadian, (3) professional, dan (4) sosial. Kinerja guru merupakan salah satu penentu keberhasilan proses belajar dalam mencapai tujuan pendidikan, dan kinerja guru juga pada akhirnya yang

menentukan mutu lulusan. Guru yang berkinerja baik akan menentukan tercapainya mutu layanan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Mutu layanan pembelajaran merupakan tingkat (ukuran) baik buruknya suatu proses layanan pembelajaran yang secara sistematis disusun agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien mencapai tujuan pembelajaran. Secara

operasional dalam penelitian ini, mutu layanan pembelajaran yang dijadikan variabel menurut Ziethalm et al. yang dikutip oleh Ellitan dan Anatan (2007:48)

yaitu sebagai berikut : (1) Tangibles, (2) Reliability, (3) Responsiveness, (4)

Courtesy, (5) Empathy, (6) Competence, (7) Credibility, (8) Security, (9)

Communication, dan (10) Access.

Berdasarkan konsep tentang berbagai variabel penelitian tersebut di atas maka diduga bahwa kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru

berpengaruh terhadap mutu layanan pembelajaran. Dengan demikian semakin baik kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja guru semakin baik mutu layanan pembelajaran.

(18)

Gambar 1.1. Kerangka Penelitian

H. Metode Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan rumusan masalah didukung dengan kajian teoritis dilengkapi dengan kerangka

berpikir , serta hubungan antara variabel defenden dan variabel indefenden, maka Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan statistik inferensial,

(19)

sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:7), yaitu, “metode penelitian kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan, sedangkan

statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi berdasarkan data suatu sampel”

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penggunaan metode kuantitatif pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1) Analisis bersifat kuantitatif, statistik, dan objektif.

2) Hasil penelitian berupa inferensi, generalisasi/deduktif, dan prediksi 3) Berpijak pada konsep positivistik.

4) Kenyataan berdimensi tunggal, fragmental terbatas.

5) Peneliti objek lepas, peneliti dari luar dengan instrumen standar yang objektif. 6) Setting penelitian buatan lepas tempat dan waktu penelitian.

Instrumen penelitian dirancang sesuai dengan sub-sub variabel dan indikator untuk setiap variabel, alat pengumpul data yang diperlukan adalah

angket (quesioner) tertutup, yaitu responden diberikan sejumlah pertanyaan yang menggambarkan hal-hal yang diungkapkan dari ketiga variabel disertai dengan alternatif jawaban, selanjutnya responden diminta untuk merespon setiap item

sesuai dengan keadaan dirinya dan keadaan yang diketahui serta dirasakan dengan cara membubuhkan tanda silang pada alternatif jawaban yang tersedia.

Pengembangan angket mengacu kepada teori yang mendasarinya kemudian disusun kisi-kisi atas rancangan instrumen yang selanjutnya dijabarkan kedalam item pertanyaan.

(20)

yaitu teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian, menggunakan

skala Likert , yang dibuat dalam tiga bagian yaitu ; angket bagian pertama dibuat untuk mengumpulkan data tentang kinerja manajemen kepala sekolah. Angket

bagian kedua dibuat untuk mengumpulkan data tentang kinerja kerja guru, sedangkan angket yang ketiga dibuat untuk mengumpulkan data tentang mutu layanan pembelajaran. Kuesioner terdiri dari sejumlah butir pertanyaan atau

pernyataan yang dilengkapi dengan 5 (lima) alternatif respon/jawaban. Pengukuran dilakukan dengan meminta responden untuk memilih salah satu jawaban yang

disediakan. Setiap jawaban mendapat bobot skor antara 1 sampai 5.

Sebelum dilakukan penelitian sesungguhnya terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen

yang meliputi sekurang-kurangnya validitas dan realibilitas instrumen.

Selain itu uji coba juga penting untuk mengetahui berapa lama waktu yang

dibutuhkan responden untuk menjawab seluruh pertanyaan dalam instrumen dan untuk mengetahui apakah masih ada hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk melaksanakan penelitian yang sebenarnya di lapangan. Uji coba instrumen akan

dilakukan kepada 10 orang guru dan 10 orang siswa dari SMA N I Kroya yang tidak termasuk ke dalam sampel dan populasi penelitian. Responden untuk uji

coba instrumen ditetapkan dengan pertimbangan bahwa responden tersebut memiliki karakteristik yang relatif sama dengan subjek penelitian yang sesungguhnya, yang membedakannya diantaranya adalah responden adalah bukan

(21)

1. Validasi dan Reliabilitas Instrumen

Hasil uji coba penelitian yang akan dilakukan, hasilnya harus diukur

validitas dan reliabilitas instrumennya. Hasil penelitian yang valid manakala terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya

terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid’

Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Dengan taraf signifikan 0,05

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan bantuan komputer, yaitu menggunakan olah data SPSS 15.

3. Teknik Analisis Data

Mengacu pada cara apa data diperlukan, baik sacara langsung dan tak langsung, maka teknik analisis data yang digunakan adalah :

a) Statistik inferensial/statistik induktif/statistik probabilitas

b) Sehubungan hipotesis adalah hipotesis asosiatif, maka statistik parametrik

(22)

4. Menguji Hipotesis Penelitian

Data yang sudah dikumpulkan dari seluruh responden, terlebih dahulu

dilakukan uji persyaratan analisis melalui beberapa tahapan seperti : merubah data mentah/data ordinal menjadi data baku/data interval, uji normalitas dan uji

linieritas.

Serangkaian pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus pearson product moment (PPM) dan dilanjutkan dengan perhitungan

korelasi bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel dan juga kontribusi masing-masing variabel. Selanjutnya dilakukan analisis regresi sederhana dan

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, karena hasil

pengumpulan data berbentuk angka atau diangkakan, sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003:14), yaitu : “Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

atau data kualitatif yang diangkakan”.

Dengan bertitik tolak pada tujuan penelitian, penelitian ini dirancang untuk menguji hipotesis dan mendeskripsikan kata dan data atau kecenderungan

yang saling mempengaruhi atas sejumlah variabel, serta melakukan analisis dan prediksi tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai keadaan yang akan

datang.

Jenis penelitian ini adalah survei sedangkan metodenya adalah deskriptif analitis. Metode survei adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel

dari suatu populasi dan menggunakan angket (questioner) sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden dengan

menggunakan angket (questioner). ‘Setelah data dikumpulkan kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini,’ demikian menurut

Effendi (2003) yang dikutip oleh Riduwan (2009:275).

Metode penelitian survey adalah usaha pengamatan untuk mendapatkan

(24)

yang segera dapat dipergunakan untuk suatu tindakan yang sifatnya deskriptif yaitu melukiskan hal-hal yang mengandung fakta-fakta, klasifikasi dan

pengukuran yang akan diukur adalah fakta yang fungsinya merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi .

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa metode survey deskriptif cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena sesuai dengan maksud dari penelitian ini, yaitu untuk

memperoleh gambaran pengaruh disiplin kerja kepala sekolah dan kinerja guru terhadap mutu layanan pembelajaran di SMAN berstandar nasional (SSN) di

lingkungan Dinas pendidikan kabupaten Indramayu.

B.Teknik Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:90).

Nasir (1988:327) dalam Akdon (2008:96) mengatakan ‘populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya’. Kemudian “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran

kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap” (Nawawi, 1985:141). Sedangkan Akdon

(2008:96) sendiri mengemukakan “ populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai kaitan dengan masalah penelitian”. Hal senada disampaikan oleh Riduwan

(25)

wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Ada dua jenis populasi, yaitu populasi terbatas dan populasi tidak terbatas atau tak

terhingga”.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak

tanpa memperhatikan strata atau tingkatan dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan mengingat anggota populasinya homogen.

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh guru PNS SMA Negeri berstandar nasional (SSN) sekabupaten Indramayu yang tersebar dalam

dua wilayah yaitu Indramayu bagian timur yang terdiri dari dua SMA Negeri dan Indramayu bagian barat yang terdiri dari dua SMA Negeri tahun pelajaran 2009- 2010. Adapun jumlah populasi masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel 3.1

di bawah ini:

Tabel. 3.1

Jumlah Populasi Guru PNS dan Siswa SMA Negeri berstandar SSN

Wilayah dan Sekolah Populasi Guru Populasi Siswa

Wilayah Indramayu Timur

1. SMAN 2 Indramayu 41 820

2. SMAN 1 Krangkeng 39 812

Wilayah Indramayu Barat

1. SMAN 1 Kandanghaur 40 987

2. SMAN 1 Haurgeulis 36 609

Jumlah

Sumber : Data sekolah per April tahun 2010

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah

sebagai berikut :

(26)

berstandar SSN.

2. Menetapkan jumlah sampel guru PNS dan siswa masing-masing sekolah baik

wilayah Indramayu timur maupun wilayah Indramayu barat, Mengingat populasi sudah diketahui jumlahnya maka penentuan sampel berdasarkan

teknik random sampling dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rahmat (1998:82) dalam Riduwan (2009:65) ; Akdon (2008:107) yaitu sebagai berikut:

n

= .

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = Presisi (ditetapkan 10% )

Berdasarkan rumus Taro Yamane tersebut diperoleh jumlah sampel (n)

sebagai berikut : a. Sampel Guru :

n

=

.

= . ,

=

,

=

,

=

60,93 (61)

Sehingga diperoleh jumlah sampel guru (n) sejumlah 82 responden.

b. Sampel Siswa :

n

=

.

= . ,

=

,

=

,

=

96,995 (97)

Sehingga diperoleh jumlah sampel siswa (n) sejumlah 97 responden.

(27)

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Penelitian Guru PNS dan Siswa Jenjang SMA Negeri (SSN)

Sumber : Hasil Pengolahan Data Tahun 2010

C.Definisi Opersional Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

Sesuai dengan judul proposal penelitian “ Pengaruh Kinerja manajemen

Kepala Sekolah dan Kinerja Guru terhadap Mutu Layanan Pembelajaran (di SMA Berstandar SSN di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu) ”, maka operasional variabelnya adalah sebagai berikut :

a) Variabel indefenden (variabel bebas) :

X1 : Kinerja manajemen kepala sekolah

X2 : Kinerja guru

b) Variabel defenden (variabel terikat)

Y : Mutu layanan pembelajaran

Hubungan antar variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat dijelaskan Gambar 1.1.berikut:

Wilayah dan Sekolah Guru Siswa

Populasi Sampel Populasi Sampel

Wilayah Indramayu Timur

3. SMAN 2 Indramayu 41 156 x 61 16,03 1641 820 820

3228 x 97 24,64 25

4. SMAN 1 Krangkeng 39 156 x 61 15,25 1539 812 812

3228 x 97 24,40 24

Wilayah Indramayu Barat

3. SMAN 1 Kandanghaur 40 156 x 61 15,64 1640 987 987

3228 x 97 29,66 30

4. SMAN 1 Haurgeulis 36 156 x 61 14,08 1436 609 609

3322 x 97 18,30 18

(28)

Gambar 3.1.Hubungan antar variabel penelitian

2. Definisi Operasional

Berdasarkan variabel penelitian di atas, maka definisi operasionalnya

adalah sebagai berikut :

a. Kinerja Manajemen Kepala sekolah (X1)

Pengukuran variabel kinerja manajemen kepala sekolah berkenaan dengan bidang garapan manajemen kepala sekolah, yaitu : (1) Manajemen kurikulum, (2) Manajemen kesiswaan, (3) Manajemen personil/anggota, (4)

Manajemen sarana dan prasarana, (5) Manajemen keuangan, (6) Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat, (7) Manajemen layanan khusus (Rohiat ,2009:21)

b. Kinerja Guru (X2)

Pengukuran variabel kinerja guru berdasarkan bentuk kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu ; (1) pedagogik, (2) kepribadian, (3) professional, dan (4)

sosial (UUGD 14/2005 pasal 8) rx1x2

X1 = Kinerja manajemen Kepala

Sekolah

X2 = Kinerja guru

Y = Mutu layanan pembelajaran

ryx2 ryx1

ryx1x2 X1

X2

(29)

c. Mutu Layanan Pembelajaran (Y)

Tolok ukur mutu layanan pembelajaran dapat diukur oleh sepuluh dimensi

yaitu sebagai berikut : (1) Tangibles, (2) Reliability, (3) Responsiveness, (4)

Courtesy, (5) Empathy, (6) Competence, (7) Credibility, (8) Security, (9)

Communication, dan (10) Access, Ziethalm et al.(Ellitan dan Anatan ,2007:48)

D. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Untuk memperoleh data tentang kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja

guru dan mutu layanan pembelajaran, maka disusun instrumen penelitian melalui beberapa tahap yaitu mulai : (1) mengkaji semua teori yang berkaitan dengan

variabel-variabel yang akan diteliti, (2) menyusun indikator dari setiap variabel-variabel, (3) menyusun kisi-kisi, (4) menyusun butir-butir pernyataan dan menetapkan skala pengukuran, (5) melakukan uji coba instrumen, (6) menganalisis butir soal dengan menguji validitas

dan reliabilitasnya.

Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga bentuk kuesioner, yang terdiri dari : (1)

kinerja manajemen kepala sekolah, (2) kinerja guru, dan (3) mutu layanan pembelajaran.

1. Instrumen Kinerja Manajemen Kepala Sekolah

Instrumen ini terdiri dari 46 butir penyataan, masing-masing butir diukur menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 tingkatan. Untuk analisis secara

(30)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Kinerja Manajemen Kepala Sekolah

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR No Item ∑ Item 4) Membimbing guru dalam evaluasi

dan tindak lanjut hasil pembelajaran

5) Menggunakan ICT dalam proses pembelajaran

(31)

3) Mengelola dan memelihara sarana saling pengertian antara sekolah, personil sekolah, dan masyarakat.

40,41,42

Catatan : Konsep operasional kinerja manajemen kepala sekolah (X1) dikembangkan dari Rohiat ,

(2009 :21-28)

2. Instrumen Kinerja Guru

Instrumen ini terdiri dari 26 butir pernyataan, masing-masing butir diukur menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 tingkatan. Untuk analisis secara

(32)

Tabel 3.4

Instrumen Kisi-kisi Kinerja Guru VARIAB

EL DIMENSI INDIKATOR

No Item ∑ Item

Kinerja Guru (X2)

1. Pedagogik 1) memahami dengan baik ciri-ciri peserta didik

2) memahami potensi-potensi anak didik dan cara membantunya.

3) memahami teori belajar

4) menguasai berbagai model dan strategi pembelajaran.

5) menguasai cara-cara menerapkan ICT dalam proses pembelajaran . 6) menguasai bahasa Indonesia yang

baik dan benar .

7) menguasai pendekatan pedagogik. 8) menguasai cara merancang proses

belajar mengajar yang komprehensif. 9) menguasai cara menilai kemajuan

belajar peserta didik secara total. 10)menguasai cara membimbing anak. 11)menguasai prinsip dan proses

mengelola proses belajar mengajar.

2. Kepribadian 1) memiliki komitmen dan kemauan tinggi dalam melakukan.

3. Profesional 1) menguasai substansi teaching subjects (materi/ isi) bidang keahliannya.

2) menguasai learning equipment dan leaming resources yang diperlukan dalam proses belajar mengajar. 3) menguasai cara mengolah learning

resources dari lingkungan hidup. 4) menguasai teknologi informasi. 5) menguasai cara menyusun rencana

pelajaran. lingkungan belajar yang mendukung proses pembelajaran.

2) mengerti berbagai faktor

(33)

kultural dan ekonomi yang berpengaruh terhadap proses pendidikan peserta didik.

3) memahami pentingnya hubungan antara sekolah dengan orang tua dan tokoh masyarakat.

4) mengerti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan dijunjung tinggi

perubahan-perubahan akibat dampak globalisasi

Catatan : Konsep operasional Kinerja Guru (X2) dikembangkan dari pasal 8 UUGD No 14 tahun

2005

3. Instrumen Mutu Layanan Pembelajaran

Instrumen ini terdiri dari 24 butir pernyataan, masing-masing butir diukur menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 tingkatan. Untuk analisis secara kuantitatif, maka alternatif jawaban tersebut dapat diberi skor dari nilai 1 sampai 5 .

Adapun kisi-kisi instrumen mutu layanan pembelajaran penulis sajikan pada tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Mutu Layanan Pembelajaran

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR No

Item

1). Tangibles 1) Perlengkapan sarana prasarana sekolah 2). Reliability 1) Kecepatan proses pelayanan siswa

2) Adil dalam pelayanan siswa

3,4 5

2 1 3). Responsiveness 1) Kesadaran memberikan pelayanan

(34)

4). Courtesy 1) Ramah dan bersahabat 5). Empathy 1) Memberikan perhatian yang tulus

kepada siswa

6). Competence 1) Memiliki kemampuan dan keterampilan

7). Credibility 1) Jujur dalam setiap tindakan 2) Amanah dalam tugas pelayanan

siswa

15 16

1 1

8). Security 1) Jaminan pelayanan siswa 2) Kepastian hukum 10). Access 1) Mudah untuk dihubungi dan

ditemui siswa

2) Pendekatan siswa dengan kepala sekolah dan guru

Catatan : Konsep operasional mutu layanan pembelajaran (Y) dikembangkan dari Ziethalm et al yang dikutip oleh Ellitan dan Anatan (2007:48).

E.Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Studi Dokumentasi dan Teknik Angket. 1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan

sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik dari

(35)

sekolah dan guru meliputi buku-buku laporan kegiatan sekolah, dan data yang relevan dengan fokus penelitian.

2. Teknik Angket

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini guru PNS untuk

memperoleh gambaran data langsung dari responden yang dijadikan sampel dalam penelitian. Pemilihan dengan metode angket ini didasarkan atas alasan bahwa : (a) Setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas

sejumlah pertanyaan yang diajukan, (b) responden memiliki waktu untuk menjawab, (c) responden memiliki kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat

digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat.

Melalui teknik model angket ini akan dapat dikumpulkan data atau

informasi berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan di dalan angket tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran

dari variabel-variabel

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berbentuk kuesioner, yang meliputi (1) kinerja

manajemen kepala sekolah, (2) kinerja guru, dan (3) Mutu layanan pembelajaran. Adapun kuesioner kinerja manajemen kepala sekolah yang digunakan

dalam penelitian ini hasil modifikasi dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah. Sedangkan kuesioner kinerja guru merupakan hasil modifikasi dari pasal 8 UUGD No 14 tahun 2005,

(36)

Ziethalm et al yang dikutip oleh Ellitan dan Anatan (2007:48).

Dari ketiga kuesioner tersebut dibuat skala penilaian dengan rentang

jawaban 1 sampai dengan 5. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tersebut terlebih dahulu diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Butir-butir

instrumen yang valid dan reliabel akan digunakan untuk alat pengukuran dalam penelitian, sedangkan butir-butir instrumen yang tidak valid (invalid) dipertimbangkan untuk direvisi apabila esensial dan dibuang apabila tidak

esensial.

1. Skala Pengukuran

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala ordinal, mengingat

angket yang disebarkan menggunakan skala Likert, maka diperlukan pengaturan pembobotan masing-masing konsep operasional. Pengaturan pembobotan konsep operasional penulis sajikan pada tabel 3.5. berikut ini

Tabel 3.6 Pembobotan Konsep

Penggunaan skala ordinal tidak memungkinkan untuk memperoleh nilai mutlak atau absolut dari objek yang diteliti, tetapi hanya kecenderungan. Angket yang merupakan alat ukur dalam penelitian ini perlu diuji validitas dan

realibilitasnya. Dengan menggunakan istrumen yang valid dan reliabel dalam Kinerja

Manajemen Kepala sekolah

(37)

pengumpulan data, diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid (Saheh), Akdon (2008:143)

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Hasil penelitian yang valid manakala terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, Sugiyono (dalam Akdon, 2008:143) . Sedangkan instrumen yang reliabel

adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2005:137).

a. Pengujian Validitas Instrumen

Akdon (2005:143) mengatakan “untuk menguji validitas konstruksi (Construct validity) dapat digunakan pendapat dari ahli (Judgment experts)”.

Untuk pengujian validitas konstruksi dengan menggunkan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment (PPM), yaitu :

!"# " ∑% & ' ∑% ∑&

( "∑%)' ∑% ) . "∑&)' ∑& * )

(Akdon, 2008:144)

Dimana :

!"# = koefisien korelasi ∑+, = jumlah skor item

∑-, = junlah skor total (seluruh item)

(38)

Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus ./,0123 √25

6

√ 57 .

Dimana:

t = nilai ./,0123,

r = koefisien korelasi hasil 8/,0123 , dan n = jumlah responden

(Akdon, 2008:144) Tabel t (distribusi t) untuk taraf signifikansi α = 0,05 dan derajat

kebebasan (dk = n-2), Kaidah keputusan menurut Akdon (2005:144) adalah :

(1) Jika ./,0123 > .09:;< berarti valid dan sebaliknya (2) Jika ./,0123 < .09:;< berarti invalid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks

korelasinya (8/,0123 ) sebagai berikut :

(1) Jika 0,800 ≤ 8/,0123 ≤ 1,000 maka sangat tinggi (2) Jika 0,600 ≤ 8/,0123 ≤ 0,799 maka tinggi

(3) Jika 0,400 ≤ 8/,0123 ≤ 0,599 maka cukup tinggi (4) Jika 0,200 ≤ 8/,0123 ≤ 0,399 maka rendah

(5) Jika 0,000 ≤ 8/,0123 ≤ 0,199 maka sangat rendah

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau konsistensi) alat pengumpul data atau instrumen yang

digunakan dan pengujian ini hanya dilakukan terhadap butir-butir pernyataan yang valid, yang diperoleh melalui uji validitas. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat

reliabilitas data, SPSS memberikan fasilitasi untuik mengukur reliabilitas dimaksud.

Dalam menguji reliabilitas instrumen, penulis menggunakan metode

(39)

dengan metode belah dua (Split Half Method), sebagaimana dikemukakan oleh Akdon (2008:164) :

“.... karena kesalahan fatal yang sering kita jumpai adalah penggunan teknik belah dua untuk menghitung reliabilitas angket. Dalam menggunakan teknik belah dua, peneliti harus selalu ingat persyaratannya antara lain bahwa belahan pertama dengan belahan kedua yang dicari kesejajarannya harus seimbang”.

Disamping itu dalam menganalisis reliabilitas instrumen dengan metode

Cronbach Alpha hanya satu kali pengukuran saja.

Untuk mengetahui suatu instrumen itu reliabel atau tidak, yaitu dengan

membandingkan 8 dengan 809:;< , jika :

1) 8 > 809:;< maka reliabel dan sebaliknya 2) 8 < 809:;< maka tidak reliabel.

G. Transformasi Data Ordinal (Data Mentah) ke Data Interval (Data Baku) Dalam penggunaan analisis statistik parametrik berlaku bahwa skala

pengukuran sekurang-kurangnya data dalam bentuk interval atau data baku, sedangkan data yang diperoleh melalui penyebaran angket penelitian dalam

bentuk data mentah atau data ordinal. Agar hasil analisis ini sesuai dengan prosedur pengujian statistik parametrik, maka skala ordinal tersebut harus ditransformasikan ke bentuk skala interval dengan menggunakan rumus berikut.

T, = 50 + 10 >?5>@@@

A (Akdon, 2008:178)

Dimana :

Ti = skor baku atau data interval Xi = skor mentah atau data ordinal s = standar deviasi

(40)

Adapun langkah-langkah mengubah skor mentah menjadi skor baku adalah :

1. Menentukan skor terbesar dan skor terkecil dari skor mentah. 2. Menentukan rentangan (R) dengan rumus R = Xterbesar - Xterkecil 3. Menentukan banyaknya kelas (BK), dengan rumus Sturgess, yaitu :

BK = 1 + 3,3 log n, dengan n banyak data 4. Menentukan panjang kelas (i), yaitu I = B

CD

5. Membuat tabel distribusi frekuensi

6. Menentukan rata-rata atau mean (+@) dengan rumus : E+ = ∑FG2 H

7. Menentukan stadar deviasi (s)

8. Mengubah skor mentah menjadi skor baku dengan menggunakan rumus :

T, = 50 + 10>?5>@@@A , (Akdon, 2008:176-178)

H. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Dalam pengolahan data ini menggunakan program Statistical Pacakage for Social Science (SPSS) versi 15. Adapun prosedur pengolahan datanya adalah

sebagai berikut :

1. Menyeleksi data, yaitu dengan cara memeriksa jawaban setiap responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah

ditentukan, selanjutnya menentukan skornya.

3. Melakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data dengan cara menentukan rata-rata atau mean, median, standar deviasi dan

(41)

4. Menentukan hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment

(PPM), yaitu : 8IJ = 2 ∑G,K, 5 ∑G, . ∑K,

(L2∑GH5 ∑GM N 2∑KH 5 ∑KH

Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan berpedoman pada Tabel 3.7 :

Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien (r) Tingkat Hubungan

0,800 – 1,000 Sangat kuat 0,600 – 0,799 Kuat 0,400 – 0,599 Cukup Kuat 0,200 – 0,399 Rendah 0,000 – 0,199 Sangat Rendah Sumber : Akdon (2008:188)

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan koefisien determinan dengan rumus : KP = r2 x 100%,

dimana KP adalah nilai koefisien determinan dan r2 adalah nilai koefisien korelasi.

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mengetahui makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi

Pearson Product Moment (PPM) tersebut diuji dengan Uji Signifikansi

dengan rumus :

./,0123 = 7√25√ 57

, dimana r = nilai koefisien korelasi, dan n = jumlah

(42)

Kaidah Pengujian :

a) Jika ./,0123≥ .09:;<, maka tolak Ho artinya hubungan X terhadap Y signifikan

b) Jika ./,0123≤ .09:;<, maka terima Ho artinya hubungan X terhadap Y tidak signifikan

(Akdon, 2008:190)

5. Untuk mengetahui hubungan X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap

variabel Y digunakan rumus korelasi ganda, yaitu :

OGMG K = (7PMQ 7P Q5 757PMQPMP. 7P Q . 7PMP

6. Uji Regresi, digunakan untuk mencari pengaruh antar variabel. Dalam uji ini

digunakan regresi sederhana dan regresi ganda dengan rumus :

a.Persamaan regresi sederhana : Ŷ = a + bX, (Akdon, 2008:197)

Dengan b = 2∑GK5∑G.∑K

2∑G 5 ∑K , dan a =

∑K5:.∑G 2

Dimana :

Ŷ = subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksi

a = nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = nilai arah sebagai penentu remalan(prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau penurunan (-) variabel Y.

b.Regresi ganda (dengan dua variabel bebas) dirumuskan : Ŷ = a + b1X1 + b2X2 atau MLP = a + b1(KMKS) + b2(KG) (Akdon, 2008:205)

Keterangan :

MLP : Mutu Layanan Pembelajaran

a : konstanta

(43)

KMKS : Kinerja Manajemen Kepala Sekolah KG : Kinerja Guru

I. Pengujian Persyaratan Analisis

Pengujian persyaratan analisis dilakukan apabila peneliti menggunakan

analisis parametrik. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan adalah dalam bentuk uji normalitas dan uji linieritas, namun sebelumnya peneliti harus mengubah atau menaikkan dari data ordinal/data mentah menjadi data

interval/data baku, (Akdon, 2008:165).

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Dengan uji normalitas akan diketahui sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Apabila

pengujian normal, maka hasil perhitungan statistiknya dapat digeneralisasikan pada populasinya.

Adapun langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut : a. Mencari skor terbesar dan terkecil

b. Mencari nilai Rentangan (R)

c. Mencari Banyaknya Kelas (BK), BK = 1 + Log n d. Mencari nilai panjang kelas (i), dengan rumus : I = B

CD

e. Membuat tabulasi dengan tabel penolong

f. Mencari rata-rata (Mean), dengan rumus : +@ = ∑FGH

2

g. Mencari simpangan baku (standardeviasi), dengan rumus :

s = (2.∑FGM5 ∑FGM

2. 25

h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara : (1) Menentukan batas kelas

(2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus :

(44)

(4) Mencari luas tiap kelas interval

(5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden (n)

i. Mencari chi-kuadrat hitung (+/,0123), dengan rumus : + = ∑ FR5F;

F; S

,T

j. Membandingkan +/,0123 dengan +09:;<

Pedoman yang digunakan untuk menentukan data berdistribusi normal atau

tidak normal adalah dengan membandingkan +/,0123 dengan +09:;< pada taraf

signifikansi α = 0,05. Kaidah keputusan yang berlaku adalah sebagai berikut :

(1) Jika +/,0123≥ +09:;<, maka artinya distribusi data tidak normal (2) Jika +/,0123≤ +09:;<, maka artinya distribusi data normal (Akdon:2008:167-171)

2. Uji Linieritas Regresi

Variabel yang akan diuji linieritasnya adalah variabel X1, X2, atas Y.

Penghitungan uji linieritas regresi dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 15. Pedoman yang digunakan untuk menentukan data berdistribusi linier atau tidak linier adalah dengan membandingkan

U/,0123dengan U09:;< pada taraf signifikansi α = 0,05. Kaidah keputusan yang

berlaku adalah sebagai berikut :

c) Jika U/,0123≤U09:;<, maka artinya distribusi data berpola linier d) Jika U/,0123≥U09:;<, maka artinya distribusi data tidak linier

(Akdon,2008:176)

J. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian digunakan dengan dua macam kesiapan yaitu

(45)

1. Persiapan administratif

Persiapan administratif diperlukan yaitu persiapan surat izin penelitian dari

Direktur Program Pascasarjana UPI dan surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan kabupaten Indramayu kepada sekolah-sekolah yang menjadi populasi

dan sampel penelitian ini untuk memudahkan pengumpulan data dan juga aspek legalitas penelitian.

2. Persiapan teknis

Persiapan teknis yang dilakukan peneliti ialah mencakup menyusun desain

penelitian, menyusun instrumen penelitian, melakukan uji coba instrumen, melakukan revisi instrumen, pengumpulan data penelitian, dan pengolahan data

penelitian.

K. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas Instrumen

a. Variabel Kinerja Manajemen Kepala Sekolah

Uji coba dari 46 butir instrumen kinerja manajemen kepala sekolah pada guru SMA Negeri 1 Haurgeulis terhadap 10 orang responden dimaksudkan untuk menguji keabsahan dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam

penelitian.

Perhitungan Pearson Correlation (rhitung) 46 butir instrumen kinerja

manajemen kepala sekolah dengan rumus Pearson Product Moment (PPM), yaitu

!"# " ∑%& 5 ∑% ∑&

(46)

7√25

√ 57

,

r = koefisien korelasi hasil 8/,0123 , dan n = jumlah responden, dapat

penulis sajikan pada tabel 3.8

Tabel 3.8

Hasil perhitungan ./,0123 "Kinerja manajemen kepala sekolah (X1)”

Butir Soal rhitung thitung Hitungan Validitas

(47)

Butir 32 0,731 3,028

sehingga hasil validitas instrumen kinerja manajemen kepala sekolah dari hasil uji coba angket yang disebar kepada 10 responden sebanyak 46 butir pernyataan

diperoleh 30 butir valid, yaitu nomor : 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 12, 13, 14, 16, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 42, 44 dan 46. Sedangkan yang invalid sebanyak 16 butir yaitu nomor : 6, 8, 10, 11, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 33,

38, 41, 43, dan 45. Hasil penghitungan validitas instrumen kinerja manajemen kepala sekolah penulis sajikan pada tabel 3.9

Tabel 3.9

Validitas Instrumen “Kinerja Manajemen Kepala Sekolah(X1)”

Butir Soal rhitung thitung ttabel Keputusan Hitungan Validitas

(48)
(49)

Dari ke 11 pernyataan tidak seluruhnya di drop atau dibuang, tetapi ada yang dipertimbangkan untuk direvisi dan dijadikan instrumen penelitian , yaitu

nomor 8, dan 18, karena kedua pernyataan tersebut dianggap penting atau esensial. Adapun revisi dari ketiga pernyataan tersebut, penulis sajikan pada tabel

3. 10 berikut ini :

Kepala sekolah anda mendorong penggunaan ICT dalam kegiatan pembelajaran di sekolah

Kepala sekolah anda mampu merangsang guru untuk menggunakan ICT dalam pembelajaran agar lebih produktif dan efektif

18

Kepala sekolah anda dapat mengangkat para pembantu kepala sekolah atau wakil kepala sekolah sesuai dengan kepatutan dan kelayakan yang dimilikinya

Kepala sekolah anda mampu memilih dan menempatkan personil sekolah sesuai dengan kelayakan dan kemampuan yang dimilikinya.

b. Variabel Kinerja Guru

Uji coba dari 26 butir instrumen kinerja manajemen kepala sekolah pada guru SMA Negeri 1 Haurgeulis terhadap 10 orang responden dimaksudkan untuk menguji keabsahan dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam

penelitian.Perhitungan Pearson Correlation (rhitung) 26 butir instrumen kinerja manajemen kepala sekolah dengan rumus Pearson Product Moment (PPM), yaitu

!"# " ∑% & 5 ∑% ∑&

(L"∑%)5 ∑% )N. "∑&)5 ∑&* ), kemudian dilanjutkan dengan rumus

./,0123 = 7√25√ 57

, r = koefisien korelasi hasil

8/,0123 , dan n = jumlah responden,

(50)

Tabel 3.11

Hasil perhitungan ./,0123 "Kinerja guru (X2)”

Butir Soal rhitung thitung Hitungan Validitas

(51)

dan 21. Hasil penghitungan validitas instrumen guru penulis sajikan pada tabel 3.12 berikut ini.

Tabel 3.12

Validitas Instrumen “Kinerja Guru (X2)”

Butir Soal rhitung thitung ttabel Keputusan Hitungan Validitas

Butir 1 0,942 7,913 2,306 Valid 1. Kaidah keputusan :

Hasil Perhitungan selengkapnya penulis sajikan pada Lampiran 3.3. Butir 2 0,970 11,346 2,306 Valid

(52)

c. Variabel Mutu Layanan Pembelajaran

Uji coba dari 24 butir instrumen mutu layanan pembelajaran pada guru SMA Negeri 1 Haurgeulis terhadap 10 orang responden dimaksudkan untuk

menguji keabsahan dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan dalam penelitian. Perhitungan Pearson Correlation (rhitung) 24 butir instrumen kinerja

manajemen kepala sekolah dengan rumus Pearson Product Moment (PPM), yaitu

!"# " ∑% & 5 ∑% ∑&

(L"∑%)5 ∑% )N. "∑&)5 ∑&* ), kemudian dilanjutkan dengan rumus

./,0123 = 7√25√ 57

, r = koefisien korelasi hasil

8/,0123 , dan n = jumlah responden,

dapat penulis sajikan pada tabel 3.13 berikut ini

Tabel 3.13

Hasil perhitungan ./,0123mutu layanan pembelajaran (Y)

Butir Soal rhitung thitung Hitungan Validitas

(53)

Butir 15 -0,011 -0,032 sehingga hasil validitas instrumen mutu layanan pembelajaran dari hasil uji coba angket yang disebar kepada 10 responden sebanyak 24 butir pernyataan diperoleh

20 butir valid, yaitu nomor : 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 22, 23, dan 24. Sedangkan yang invalid sebanyak 4 butir yaitu nomor : 15, 17,

18, dan 21. Hasil penghitungan validitas instrumen mutu layanan pembelajaran penulis sajikan pada tabel 3.14

Tabel 3.14

Validitas Instrumen“Mutu Layanan Pembelajaran (Y)”

Butir Soal rhitung thitung ttabel Keputusan Hitungan Validitas

(54)

Butir 14 0,796 3,717 2,306 Valid ./,0123 ,c d

[ 5 ,c d

./,0123 ,,d

./,0123 6, 368

\]8^_] ./,0123 > .09:;< berarti butir no 1 “Valid

Hasil Perhitungan selengkapnya penulis sajikan pada Lampiran 3.3. Butir 15 -0,011 -0,032 2,306 Invalid

Butir 16 0,718 2,914 2,306 Valid Butir 17 0,040 0,114 2,306 Invalid Butir 18 0,584 2,034 2,306 Invalid Butir 19 0,773 3,449 2,306 Valid Butir 20 0,715 2,891 2,306 Valid Butir 21 -0,083 -0,237 2,306 Invalid Butir 22 0,691 2,702 2,306 Valid Butir 23 0,821 4,071 2,306 Valid Butir 24 0,895 5,664 2,306 Valid

Dari keempat butir pernyataan yang invalid ini seluruhnya dibuang. Dengan demikian nomor 15, 17, 18, dan 21 tidak digunakan dalam penelitian.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan ketepatan (keajegan atau keterandalan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan . Pengujian reliabiltas ini hanya dilakukan terhadap butir-butir pernyataan yang valid, yang

diperoleh melalui uji validitas. Selanjutnya untuk melihat tingkat reliabiltas data, SPSS (Statistical Pacakage for Social Science) versi 15 memberikan fasilitas

untuk mengukur reliabilitas. Dalam menguji reliabilitas internal instrumen, penulis menggunakan metode Cronbach Alpha. Hal ini dilakukan karena lebih reliabel dibandingkan dengan metode belah dua (Split Half Method).

a. Variabel Kinerja Manajemen Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas instrumen kinerja manajemen

(55)

26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 42, 44 dan 46.

Pengujian reliabilitas instrumen, penulis menggunakan metode Cronbach’s

Alpha dengan fasilitas SPSS versi 15 dan diperoleh r11 = 0,980, sedangkan nilai tabel r Product Moment dengan dk = n – 1 = 10 –1 = 9 diperoleh r tabel = 0,798

pada taraf signifikansi α = 0,01 dan r tabel = 0,666 pada taraf signifikansi α = 0,05. Interpretasinya adalah bahwa rhitung lebih besar dari rtabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen kinerja manajemen kepala sekolah yang dianalisis

dengan metode Alpha adalah reliabel atau memenuhi persyaratan. Sebagai mana disajikan pada tabel 3.15 dibawah ini

Tabel 3.15 Reliability Statistics X1

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items N of Items

,980 ,980 30

b. Variabel Kinerja Guru

Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas instrumen kinerja guru dari

hasil uji coba angket yang disebar kepada 10 responden sebanyak 26 butir pernyataan diperoleh 23 butir valid. Oleh karena itu dalam uji reliabiltas hanya

butir-butir nomor : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 22. 23, 24, 25, dan 26.

Pengujian reliabilitas instrumen, penulis menggunakan metode Cronbach’s

Alpha dengan fasilitas SPSS versi 15 dan diperoleh r11 = 0,994, nilai tabel r

Product Moment dengan dk = n – 1 = 10 –1 = 9 diperoleh r tabel = 0,798 pada taraf

(56)

Interpretasinya adalah bahwa rhitung lebih besar dari rtabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen kinerja guru yang dianalisis dengan metode Alpha

adalah reliabel atau memenuhi persyaratan. Sebagai mana disajikan pada tabel 3.16 dibawah ini

Tabel 3.16 Reliability Statistics X2

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

,994 ,994 23

c. Variabel Mutu Layanan Pembelajaran

Berdasarkan hasil penghitungan uji validitas instrumen mutu layanan pembelajaran dari hasil uji coba angket yang disebar kepada 10 responden

sebanyak 24 butir pernyataan diperoleh 20 butir valid. Oleh karena itu dalam uji reliabiltas hanya butir-butir nomor : 1, 2, 3,4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 22, 23, dan 24

Pengujian reliabilitas instrumen, penulis menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan fasilitas SPSS versi 15 dan diperoleh r11 = 0,974, sedangkan nilai

tabel r Product Moment dengan dk = n – 1 = 10 –1 = 9 diperoleh r tabel = 0,798 pada taraf signifikansi α = 0,01 dan r tabel = 0,666 pada taraf signifikansi α = 0,05. Interpretasinya adalah yaitu rhitung lebih besar dari rtabel. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa instrumen mutu layanan pembelajaran yang dianalisis dengan metode Alpha adalah reliabel atau memenuhi persyaratan. Sebagai mana disajikan pada

Gambar

Tabel. 1.1
Gambar 1.1. Kerangka Penelitian
Tabel. 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

jauh lebih kecil dari pada ukuran atom besi sehingga atom-atom karbon akan. masuk terintitisi kedalam ruang-ruang diantara atom besi

mengenai “ Analisis Hasil Belajar Menyediakan Room Service Siswa SMK Negeri 9 Bandung Sebagai Kesiapan Menjadi Waiter Di Restoran Hotel ”. Identifikasi dan

Selain itu uji hipotesis untuk perbandingan data pretest dan posttest kelas eksperimen didapatkan bahwa harga t-tabel lebih besar dari t-hitung (19,13&gt; 2,000) dengan

Hypnobreastfeeding berpengaruh terhadap sikap Ibu hamil trimester II tentang pemberian asi eklusif dimana ibu setelah dilakukan hypnobreastfeeding memiliki sikap yang lebih

[r]

INTERNAL QUALITY ASSURANCE SYSTEM (IQAS) OF HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION (A Case Study of Politeknik Kesehatan Tasikmalaya, Sekolah Tinggi Kesehatan Bakti Tunas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Osad Imron Rosadi 2014 Universitas

Pencatatan pendapatan premi dapat dilakukan dengan metode yaitu melalui agen atau dengan penagihan langsung Untuk pergantian klaim biasanya terjadi 2 hal pergantian bisa diatas