Halaman
ABSTRAK ... i
PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Definisi Operasional ... 8
F. Asumsi ... 9
G. Hipotesis ... 10
BAB II MODEL POE, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PERUBAHAN KONSEPTUAL A. Model Pembelajaran POE ... 11
1. Tahapan Model Pembelajaran POE ... 11
2. Teori Belajar yang Mendasari Model POE ... 16
3. Peranan Model POE untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Pembelajaran IPA ... 17
1. Pengertian Berpikir Kritis ... 22
2. Karakteristik Berpikir Kritis ... 24
3. Aspek Penilaian dalam Berpikir Kritis ... 25
4. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 27
C. Perubahan Konseptual dalam Pembelajaran IPA ... 32
1. Pembentukan Konsep ... 32
2. Konsepsi Siswa ... 35
3. Miskonsepsi ... 38
D. Deskripsi Materi Energi Panas dan Energi Bunyi di SD ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 44
B. Desain Penelitian ... 44
C. Metode Penelitian ... 46
D. Variabel Penelitian ... 46
E. Instrumen Penelitian ... 47
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 47
G. Teknik Pengumpulan Data. ... 52
H. Analisis Data ... 53
I. Prosedur Penelitian ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterampilan Berpikir Kritis ... 56
1. Peningkatan Kemampuan Keterampilan Berpikir Kriti Siswa ... 56
2. Efektivitas Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 62
B. Perubahan Konseptual ... 70
1. Peningkatan Perubahan Konseptual Siswa ... 70
A. Kesimpulan ... 89 B. Saran ... 90
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan tolak ukur maju mundurnya suatu bangsa, oleh sebab itu kualitas pendidikan harus mendapat perhatian. Pendidikan IPA pada hakekatnya adalah membelajarkan siswa memahami hakekat IPA dan sadar akan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat serta terjadi pengembangan ke arah sikap yang positif. IPA adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dan kebendaan yang tersusun secara sistematis dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan karena dirumuskan secara empiris, yaitu berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen sekaligus mencakup dua unsur hakiki daripada IPA (Subekti, 1997:16). Berdasarkan tujuan pengajaran IPA maka pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yang diharapkan adalah mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan proses dan penguasaan konsep serta sikap ilmiah.
Dengan demikian hal itu akan berimbas pada proses pembelajaran IPA di sekolah. Bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, yakni setiap permasalahan IPA yang dihadapkan seyogyanya siswa dapat mencari, menyelidiki dan menemukannya sendiri. Sehingga perolehan ilmu dalam IPA tidaklah bersifat hafalan belaka melainkan belajar melalui proses pembuktian, yaitu siswa diajarkan melalui percobaan-percobaan sederhana sesuai dengan tingkatan usianya.
Rendahnya mutu hasil pembelajaran IPA di Indonesia dapat dilihat dari hasil studi yang dilakukan PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia
dalam IPA mencapai skor 387 menduduki peringkat ke 58 dari 65 negara (http://www.oecd.org/pisa). Sedangkan survai TIMSS (Trends in International Mathematic and Science Study) terhadap pencapaian IPA siswa Indonesia di
kelas 4 (9 tahun saat di tes) dengan ruang lingkup domain konten (Life Science, Physical Science dan Earth Science) dan domain kognitif (pengetahuan tentang
Dapat disadari bahwa kondisi seperti ini menuntut adanya upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan hasil belajar IPA dimulai sejak pendidikan dasar (Dahar, 1985:7). Kemajuan pesat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan IPA tidak dapat diharapkan tanpa membenahi proses belajar mengajar. Hal ini terkait dengan bagaimana upaya guru dalam membelajarkan IPA serta sejauh mana guru dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan memfasilitasi perubahan konseptual siswa dalam pembelajaran IPA. Pengembangan konsep yang dimiliki siswa kenyataannya diperoleh dari pengalaman langsung dan interaksi dengan lingkungannya, sehingga hal itu akan berlanjut dan terbawa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Menurut Middlecamp dan Kean (Wibowo, 2011), pemahaman konsep yang benar merupakan landasan yang memungkinkan terbentuknya pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep lain yang berhubungan atau konsep yang lebih kompleks, fakta, hukum, prinsip dan teori-teori dalam IPA. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran akan mendorong mereka melakukan eksplorasi materi pembelajaran, mengkonstruksi sendiri ide-ide yang didapat dari hasil pengamatan, mengkomunikasikan gagasan-gagasan dalam berdiskusi sehingga diharapkan siswa dapat membentuk pengetahuannya sendiri dengan cara memodifikasi konsepsi awal mereka.
perubahan konseptual siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan sekolah dasar merupakan tingkatan yang paling baik untuk dimulainya pembenahan dan pembaharuan khususnya pembelajaran IPA (Dahar, 1985:7). Dengan keefektifan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) di sekolah dasar diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memfasilitasi perubahan konseptualnya. Oleh karena itu, maka penelitian ini akan dilakukan dengan mendesain sebuah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) yang dilengkapi dengan perangkat pendukungnya seperti RPP, sumber belajar / bahan ajar, serta teknik penilaian yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran IPA
Berpikir kritis menurut Ennis (1991:6) adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Dalam pembelajaran IPA berpikir kritis merupakan efek iringan yang dapat dilakukan oleh guru, karena pembelajaran IPA berbasis inkuiri yang mengembangkan keterampilan proses IPA, seperti berhipotesis dan melakukan eksperimen sebagai pembuktian (Liliasari, 2007:7).
Dalam proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar saat ini yang menjadi permasalahan adalah terbiasanya para siswa menggunakan sebagian kecil dari kemampuan berpikirnya, sehingga akan berimbas pada hasil pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan bukan hanya keterampilan berpikir kritis siswa yang perlu untuk terus ditingkatkan melainkan juga karena terbatasnya kemauan dan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir kritis serta mengelola proses pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan berpikir siswa.
2. Penerapan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dalam
memfasilitasi perubahan konseptual
miskonsepsi. Supaya siswa dapat menguasai suatu konsep IPA yang benar diperlukan suatu proses pembelajaran dengan menentukan strategi pembelajaran yang efektif yaitu dengan menerapkan model pembelajaran POE, hal itu disebabkan pada tahapan model POE memungkinkan guru memfasilitasi terjadinya perubahan konseptual siswa, baik yang memperluas konsep ataupun yang meluruskan konsep IPA yang tidak tepat. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai kegiatan percobaan sebagai pembuktian dari benar atau tidaknya suatu konsep IPA.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah efektivitas pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memfasilitasi perubahan konseptual siswa SD kelas IV?”
Berdasarkan masalah di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) yang efektif untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan memfasilitasi perubahan konseptual siswa Sekolah Dasar pada konsep energi panas dan energi bunyi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada dunia pendidikan terutama berkenaan dengan efektivitas model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE). Adapun manfaat penelitian ini secara khusus
adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru dan praktisi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah wawasan tentang model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE), sehingga dapat membantu mempermudah guru dalam menyusun dan mengembangkan pembelajaran IPA.
2. Bagi siswa
Diharapkan dengan diterapkannya model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) ini, dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan
3. Bagi sekolah
Diharapkan agar penelitian ini dapat menginspirasi pihak sekolah untuk bersama-sama dengan guru menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) pada materi IPA yang lain sehingga dapat mendukung proses pembelajaran IPA.
E.Definisi Operasional
Adapun Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) adalah strategi
pembelajaran efektif yang dapat dikembangkan pada pembelajaran IPA untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam latihan berpikir, memprediksi, melakukan percobaan, dan mengkomunikasikan hasil pemikirannya (Liew, 2004:1). Dalam penelitian ini siswa disyaratkan memprediksi untuk melakukan eksperimen setelah diberikan suatu masalah/persoalan IPA, dengan pembuktian hasil eksperimennya siswa diharapkan memberikan penjelasan mengenai benar atau tidaknya antara hasil pengamatan dan prediksinya.
3. Perubahan konseptual adalah adaptasi psikologis dalam intelektual manusia untuk memodifikasi struktur kognitifnya/proses akomodasi dalam mengorganisasikan atau mengganti konsep utama yang telah ada disebabkan seseorang tersebut tidak mampu menghubungkan konsep yang dimilikinya dengan fenomena baru (Posner, G.J., Strike,K., Hewson, P., & Gertzog, W, 1982:212). Dalam penelitian ini perubahan konseptual yaitu tercapainya pemahaman siswa pada konsep energi panas dan energi bunyi yang berdasarkan pada pembuktian tentang konsep tersebut dengan benar.
4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran biasa yang sering dilakukan oleh guru-guru di sekolah dengan menggunakan metode ekspositori, yaitu guru cenderung menggunakan metode ceramah disertai tanya jawab, pemberian tugas tertulis, dan memberikan contoh-contoh penyelesaian soal-soal serta menjawab pertanyaan yang diajukan siswa (Ruseffendi, 2001). Pada penelitian ini guru menggunakan metode ceramah dan hanya sesekali melakukan eksperimen/percobaan disertai tanya jawab di kelas.
F. Asumsi
Pada tahapan memprediksi, siswa diminta untuk memikirkan alasan mengenai fenomena/persoalan IPA yang diajukan guru, pada tahapan ini siswa diharapkan dapat menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, setelah itu untuk membuktikan benar atau tidaknya dugaan maka selanjutnya siswa melakukan percobaan. Dalam tahapan percobaan, guru mengkondisikan siswa agar terjadi konflik kognitif sehingga dapat memfasilitasi perubahan konseptualnya, selanjutnya siswa diminta untuk memberikan penjelasan tentang hasil percobaannya kepada teman sekelas dengan diskusi. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk mempertahankan argumen, menarik kesimpulan, memecahkan masalah dan mengkomunikasikannya.
G.Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1. Penggunaan model pembelajaran POE secara signifikan lebih efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cihaurgeulis 2 Bandung. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 70 orang siswa, penarikan sampel dilakukan tidak dengan cara acak dan berasal dari dua kelas. Untuk penelitian ini satu kelas dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas kontrol dengan masing-masing 35 orang siswa. Dari hasil penentuan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama mempelajari konsep energi panas dan energi bunyi. Namun di kelas eksperimen siswa mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model Predict-Observe-Explain (POE) dan di kelas kontrol siswa mendapatkan
pembelajaran dengan metode ekspositori yang sesekali guru membawa media/alat peraga untuk mengadakan percobaan.
B.Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan bentuk disain kuasi eksperimen (non equivalent control group design) dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas
memiliki kelompok kontrol namun tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Untuk memperoleh data pada kelas tersebut diberikan pretest dan posttest. Perbedaan antara kedua kelas tersebut adalah perlakuan dalam proses pembelajaran, dimana kelas eksperimen pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE), sedangkan kelas kontrol pembelajarannya secara konvensional, yaitu guru cenderung menggunakan metode ceramah disertai tanya jawab, pemberian tugas tertulis, dan memberikan contoh-contoh penyelesaian soal-soal serta menjawab pertanyaan yang diajukan siswa, namun sesekali dalam kegiatan mengajarnya guru membawa media/alat peraga untuk mengadakan percobaan.
Sehubungan dengan desain seperti di atas, Sugiyono (2007:116) mengatakan bahwa pada jenis desain eksperimen ini terjadi pengelompokan subjek tidak secara acak , adanya pretes (O1 dan O3), dan ada postes (O2 dan O4). Kelas eksperimen memperoleh perlakuan dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) (X), sedangkan kelas kontrol memperoleh perlakuan dalam pembelajarannya dengan menggunakan metode ekspositori yang sesekali mengadakan percobaan. Desain eksperimennya adalah sebagai berikut:
Dapat disimpulkan bahwa perbedaan perlakuan pada dua kelompok yang Kelas Eksperimen O1 X1 O2
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Metode penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang berpikir kritis dan perubahan konseptual siswa, dalam hubungannya dengan efektivitas pelaksanaan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) yang akan dilihat dari kemunculan pada tahapan pembelajaran POE dalam setiap pertemuan pada pembelajaran IPA.
D.Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:38). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas yaitu model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dan pembelajaran konvensional.
2. Variabel terikat yaitu keterampilan berpikir kritis dan perubahan konseptual 3. Variabel kontrol yaitu alokasi waktu pembelajaran, materi pelajaran, dan buku
E.Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini meliputi; 1) tes, yang terdiri dari tes keterampilan berpikir kritis dan tes konseptual, 2) lembar observasi, yang memuat item-item aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran, 3) lembar angket siswa, untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model POE; serta 4) pedoman wawancara, untuk mengetahui tanggapan guru terhadap penerapan model POE dalam pembelajaran IPA.
F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Perangkat Pembelajaran Model Predict-Observe-Explain (POE)
Perangkat pembelajaran terdiri dari Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dan dikembangkan berdasarkan pada tahapan pembelajaran model POE, bahan ajar yang disusun mengintegrasikan konsep energi panas dan energi bunyi, yang terdapat di Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai sarana penunjang dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelas deskripsi mengenai RPP dapat dilihat pada lampiran A.6 halaman 114 dan LKS dapat dilihat pada lampiran A.10 halaman 150.
2. Tes Berpikir Kritis
mendefinisikan istilah, memberikan alasan, menerapkan prinsip, memutuskan tindakan, dan membuat kesimpulan.
3. Tes Konseptual
Tes ini dibuat dalam bentuk tes pilihan ganda sebanyak 12 soal dengan jumlah pilihan (option) sebanyak empat buah. Setiap soal dibuat untuk menguji pemahaman konsep siswa terhadap konsep energi panas dan energi bunyi. Konsep energi panas dan energi bunyi yang akan diukur terdiri dari dua belas konsep yaitu energi panas, pengaruh panas terhadap perubahan suhu benda, pengaruh panas terhadap pemuaian benda, pengaruh panas terhadap perubahan wujud benda, perpindahan panas/konduksi, perpindahan panas/konveksi, perpindahan panas/radiasi, menghambat perpindahan panas, sumber bunyi, perambatan bunyi, pemantulan bunyi, dan penyerapan bunyi.
4. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melihat aktivitas keterlaksanaan pembelajaran bagi guru dan mengetahui proses selama pembelajaran bagi siswa dengan menggunakan model POE. Data observasi diperoleh melalui pengisian lembar pedoman observasi dengan memberi tanda
ceklist (√) oleh observer.
5. Angket
jawaban pada kolom jawaban sangat setuju (SS), setuju (S) dan tidak setuju (TS) yang telah disediakan dengan cara memberi tanda ceklist (√).
6. Lembar Wawancara
Lembar wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan guru berkenaan dengan pembelajaran menggunakan model POE.
Setelah proses perhitungan hasil uji coba instrumen dengan menggunakan software Anatest Versi 4 dalam penelitian ini ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut Arikunto (2008), yang dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
[image:19.595.118.506.228.571.2]1. Koefisien korelasi reliabilitas tes
Tabel 3.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas
Interval Reliabilitas
r 0,20 0,20 < r 0,40 0,40 < r 0,60 0,60 < r 0,80 0,80 < r 1,00
sangat rendah rendah
sedang tinggi
sangat tinggi
2. Tingkat kesukaran
Tabel 3.2 Kriteria Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Kategori Soal
0,00 – 0,30 0,31 – 0,70
–
[image:19.595.192.436.648.730.2]3. Daya pembeda
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi Soal
0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,70 0,71 – 1,00
kurang baik cukup baik sangat baik
(Sumber: Arikunto, 2008) Rekapitulasi hasil pengolahan uji instrumen tes keterampilan berpikir kritis dan tes konseptul dengan menggunakan Anates Versi 4 dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Instrumen
Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Rata-rata: 5.37 Reliabilitas Tes: 0.63
Butir Soal: 15 Jumlah Subjek: 63
No
Soal Validitas
Tingkat
Kesukaran Daya Pembeda Keputusan
1 Tidak Valid Sukar Kurang baik Tidak dipakai
2 Valid Sedang Cukup Dipakai
3 Tidak Valid Sukar Cukup Tidak dipakai
4 Tidak Valid Sedang Kurang baik Revisi
5 Valid Sedang Baik Dipakai
6 Valid Sedang Cukup Tidak dipakai
7 Tidak Valid Sukar Kurang baik Revisi
8 Tidak Valid Sangat Sukar Kurang baik Tidak dipakai
9 Valid Sedang Baik Dipakai
10 Valid Sedang Baik Dipakai
11 Valid Sedang Cukup Dipakai
12 Tidak Valid Sangat Sukar Kurang baik Revisi
13 Valid Sedang Baik Dipakai
14 Valid Sedang Baik Tidak dipakai
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.4, dari jumlah soal keterampilan berpikir kritis sebanyak 15 butir soal, yang terpakai adalah 10 butir soal yaitu soal nomor 2, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, dan 15. Pertimbangan dalam pemilihan soal tersebut didasarkan pada sub indikator keterampilan berpikir kritis yang akan di ukur dalam penelitian ini.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Uji Coba Instrumen Tes Konseptual
Rata-rata: 8.03 Reliabilitas Tes: 0.38
Butir Soal: 21 Jumlah Subjek: 63
No
Soal Validitas
Tingkat
Kesukaran Daya Pembeda Keputusan
1 Valid Sedang Cukup Dipakai
2 Valid Sedang Cukup Dipakai
3 Valid Sedang Cukup Tidak dipakai
4 Valid Sedang Cukup Tidak dipakai
5 Valid Sedang Baik Tidak dipakai
6 Valid Sedang Cukup Dipakai
7 Tidak Valid Sukar Kurang baik Revisi
8 Valid Sedang Cukup Tidak dipakai
9 Valid Sedang Baik Dipakai
10 Tidak Valid Sedang Kurang baik Tidak dipakai
11 Valid Sedang Cukup Dipakai
12 Tidak Valid Sedang Kurang baik Tidak dipakai
13 Valid Sedang Baik Dipakai
14 Valid Sedang Cukup Tidak dipakai
15 Tidak Valid Sukar Kurang baik Tidak dipakai
16 Tidak Valid Sukar Cukup Revisi
17 Tidak Valid Sukar Kurang baik Tidak dipakai
18 Tidak Valid Sedang Cukup Revisi
19 Tidak Valid Sangat Sukar Kurang baik Revisi
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.5, dari jumlah soal tes konseptual sebanyak 21 butir soal, yang terpakai adalah 12 butir soal yaitu soal nomor 1, 2, 6, 7, 9, 11, 13, 16, 18, 19, 20, dan 21. Pertimbangan pemilihan soal tersebut didasarkan pada konsep-konsep energi panas dan energi bunyi yang akan diukur dalam penelitian ini.
G.Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
Dalam penelitian ini tes yang diberikan terdiri dari tes keterampilan berpikir kritis dan tes konseptual. Kedua tes tersebut merupakan tes tertulis yang diberikan kepada siswa di kelas eksperimen dan siswa di kelas kontrol sebelum dan sesudah pelaksananan proses pembelajaran IPA. Tujuan diberikannya tes sebelum pelaksanaan pembelajaran yaitu untuk mengukur sejauh mana pengetahuan awal siswa mengenai energi panas dan energi bunyi. Sedangkan diberikannya tes sesudah pelaksanaan pembelajaran yaitu untuk mengukur hasil belajar setelah mendapatkan materi pelajaran energi panas dan energi bunyi.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi diberikan kepada observer yang mengamati seluruh aktivitas dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPA yang dilakukan guru dan siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
3. Angket
4. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk guru yang dalam pelaksanaan proses pembelajarannya menggunakan model POE.
H.Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS Versi 18. Dengan kriteria pengujian menggunakan Analisis Ditributif Skewness dan Kurtosis yaitu melihat perbandingan antara nilai statistik Skewness dibagi dengan Std Error Skewness atau nilai statistik Kurtosis dibagi dengan Std Error Kurtosis, jika skor berada antara -2 dan 2 maka distribusi data normal (Herliani, 2005).
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan uji F (Sugiyono, 2007), yaitu dengan cara membandingkan varians besar dengan varians kecil.
3. Uji perbedaan dua rerata
4. Perhitungan angket siswa
Pengolahan terhadap hasil angket atau tanggapan siswa, dianalisis berdasarkan setiap jawaban siswa terhadap pernyataan yang dikelompokkan atas sikap sangat setuju (SS), setuju (S), dan tidak setuju (TS) (Akdon, 2005).
I. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini prosedur penelitian dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data dan pembahasan.
1. Tahap Persiapan
Langkah berikutnya adalah melakukan persiapan sosialisasi pelaksanaan pembelajaran bersama dua orang guru model kelas IV SD Cihaurgeulis 2 yang akan dijadikan sampel penelitian dengan cara diskusi dan sharing. Bagi guru model di kelas eksperimen hal ini dapat bermanfaat untuk menambah bekal wawasan kepada guru model dalam mengimplementasikan pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE).
2. Tahapan Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, dilakukan pretest baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol dan dilanjutkan dengan melaksanakan penelitian. Pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran yang biasa digunakan guru, dan di kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan model Predict-Observe-Explain (POE). Setelah pelaksanaan pembelajaran kedua kelas selesai, baik kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan tes akhir. Setelah tes akhir selesai, khusus untuk kelas eksperimen siswa diberi angket dan guru diberi daftar isian (wawancara) untuk mengetahui tanggapan dari siswa dan guru terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Predict-Observe-Explain (POE).
3. Tahapan Pengolahan Data dan Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sesuai dengan pertanyaan penelitian yaitu pertama, siswa yang menggunakan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) lebih efektif dibanding dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dalam peningkatan keterampilan berpikir kritis pada pokok bahasan energi panas dan energi bunyi. Keefektifan tersebut dikarenakan siswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran IPA dapat menganalisis fakta, mengevaluasi berdasarkan hasil observasi, menarik kesimpulan dan memecahkan masalah.
Kedua, siswa yang menggunakan model pembelajaran
Predict-Observe-Explain (POE) lebih efektif dibanding dengan siswa yang menggunakan
B. Saran
Berdasarkan temuan dalam penelitian efektivitas model Predict-Observe-Explain (POE) untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memfasilitasi
perubahan konseptual siswa, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Guru seyogyanya membantu memfasilitasi pemikiran-pemikiran dan pengetahuan awal siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, memberikan pengalaman belajar bagi siswa sehingga siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri. 2. Bagi peneliti lain, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang mengembangkan
DAFTAR PUSTAKA
Akdon. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Barlia, L. (2009). Perubahan Konseptual dalam Pembelajaran Sains Anak Usia
Sekolah Dasar. [On Line]. Tersedia: http://pdii.lipi.go.id [16 Februari 2012]
Bailin, S., Case, R., Coombs, J., & Daniels, L. (1999). “Conceptualizing Critical
Thinking”. Journal of Curriculum Studies. 31 (3), 285-302. [On Line].
Tersedia: http://www.ubc.ca [7Agustus 2012]
Bailin, S. (2002). Critical Thinking and Science Education. [On Line]. Tersedia: http://www.blog.cersp.com [7Agustus 2012]
Costu, B., Ayas, A., Niaz, M., Unal, S., & Calik, M. (2007). “Facilitating
Conceptual Change in Student’s Understanding of Boiling Concept”.
Journal Science Education Technology. 16, 24-526. [On Line]. Tersedia: http://www.springer.com [25Mei 2012]
Cramer, R. (2011). The Art and Science of Critical Thinking as Expressed Through Discourse in the Classroom. [On Line]. Tersedia: http://www.old.msta-mich.org [7Agustus 2012]
Dahar, R.W. (1985). Kesiapan Guru Mengajar Sains di SD Ditinjau dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses. Disertasi IKIP Bandung: tidak diterbitkan
Dahar, R.W. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga Diakidoy, I., Kandeou, P., & Ioannides, C. (2003). “Reading about Energy: The
Effects of Text Structure in Science Learning and Conceptual Change”. Journal of Contemporary Educational Psyhology. 28, 335-356. [On Line]. Tersedia: http://www.sciencedirect.com [2 Juni 2012]
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Panduan Teknis Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking. Jakarta: Depdiknas
Duit, R., Treagust, D., & Widodo, A. (2008). Teaching Science for Conceptual Change: Theory and Practice. [On Line]. Tersedia: http://espace.library.curtin.edu [25 Mei 2012]
Ennis, R. (1991).”Critical Thinking: A Streamlined Conception”. Journal Teaching Philosophy, 14 (1). 5-24. [On Line]. Tersedia: http://faculty.education.Illinois.edu [ 12 Maret 2012]
Ennis, R. (2001). Critical Thinking Assessment. [On Line]. Tersedia: http://www3.qcc.cuny.edu [12 Maret 2012]
Ennis, R. (2011). The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. [On Line]. Tersedia: http://faculty.education.Illinois.edu [ 12 Maret 2012]
Eshach, H., and Fried, M. (2005). “Should Science be Taught in Early
Childhood?”. Journal of Science Education and Technology. 14 (3),
315-336. [On Line]. Tersedia: http://www.tcnj.edu [10 Agustus 2012]
Gunn,T., Grigg, M., & Pomahac, G. (2008). Critical Thinking in Science Education: Can Bioethical Issue and Questioning Strategies Increase Scientific Understanding?. [On Line]. Tersedia: http://www.ucalgary.ca [7Agustus 2012]
Herawati, L. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) pada Materi Pokok Larutan Asam-Basadi SMA. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan
Herlina, E. (2005). Pegantar Mengolah Data dengan Komputer. [OnLine]. Tersedia: http://www.p4tkipa.net [23 Juni 2012]
Hitchcock, D. (2001). Russel and Critical Thinking: A Special Issue of Inquiry: Critical Thinking Across The Displines. [On Line]. Tersedia: http://digitalcommons.mcmaster.ca [5 April 2012]
Krathwohl, D., and Anderson, L. (2002). Taxonomies of Education Objectives. [On Line]. Tersedia: http://www.sageowl.googlecode.com [11 Agustus 2012]
Kristianti, D. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Strategi REACT dalam Pembelajaran IPAterhadap Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik SD. Tesis UPI
Bandung: tidak diterbitkan
Lee, M. (2007). Is Using Discrepant Even and Effective Teaching Strategy to Promote Conceptual Change?. [On Line]. Tersedia: http://www.csun.edu [9 Mei 2012]
Liew, W.C. (2004). The Effectiveness of Predict-Observe-Explain Technique in Diagnosing Student’s Understanding of Science and Identifying Their Level of Achievement. [On Line].Tersedia: http://espace.library.curtin.edu
[3 Januari 2012]
Liliasari. (2007). Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju Profesionalisme Guru. [On Line]. Tersedia: http://file.upi.edu [2 April 2012]
Lunenburg, F. (2011). “Critical Thinking and Contructivism Techniques for
Improving Student Achievement”. National Forum of Teacher Education
Journal. 21 (3), 1-9. [On Line]. Tersedia: http://www.nationalforum.com [10 Agustus 2012]
Magloff, L. (2006). Panas dan Energi. Bandung: Pakar Raya
Mahanal, S., dan Zubaidah, S. (2009). Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Strategi Kooperatif STAD pada Mata Pelajaran Sains untuk Meningkatkan Kemampuan Berpiki Kritis Siswa Kelas V MI Jenderal Sudirman Malang. [On Line]. Tersedia: http://www.lemlit.um.ac.id [11 Agustus 2012]
Mthembu, Z. (2006). Using the Predict-Observe-Explain Technique to Enhance the Student’s Understanding of Chemical Reaction. [On Line]. Tersedia: http://www.aare.edu.au. [14 Maret 2012]
Mujadi. (2002). Pengaruh Pengalaman Anak dalam Terjadinya Miskonsepsi Fisika. [On Line]. Tersedia: http://lppm.ut.ac.id [4 Februari 2012]
Murti, B. (2011). Ctitical Thinking. [On Line]. Tersedia: http://fk.uns.ac.id [25 April 2012]
Nurjanah, A. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Tekanan dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa MTs. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan
OECD. (2009). Programme for International Student Assessment (PISA). [On Line]. Tersedia: http://www.oecd.org/pisa [31 Juli 2012]
Permatasari, I. (2009). Keefektifan Model Pembelajaran Predict-Observe Explain (POE) Berbasis Kontekstual dalam Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VII pada Pokok Bahasan Tekanan. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan
Posner, G.J., Strike,K., Hewson, P., & Gertzog, W. (1982). Accomodation of Scientific Conception: Toward a Theory of Conceptual Change. [OnLine]. Tersedia: http://www.fisica.library.uniud.it [2 Juni 2012] Pusat Kurikulum. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata
Pelajaran IPA. [On Line]. Tersedia: http://www.puskurbook.net [31 Juli 2012]
Ramdani, A. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri melalui Kegiatan Lesson Study dan Pengaruh Implementasinya terhadap Hasil Belajar IPA Biologi dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Ruseffendi, H. (2001). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Andira.
Rustaman, N. (2002). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Sadia, W.I. (1997). Efektifitas Strategi Konflik Kognitif dalam Mengubah Miskonsepsi Siswa. Bali: STKIP Singaraja
Samosir, H. (2010). Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write
(POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan
Santoso, H. (2006). Pengaruh Cooperative Learning Dipandu Inquiry terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Berkemampuan Atas dan Bawah di Kota Metro. [On Line]. Tersedia: http://www.ummetro.ac.id [11 Agustus 2012]
Sari, N. (2009). Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SD. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan
Schneider, V. (2002). Critical Thinking in TheElementary Classroom: Problem and Solution. [On Line]. Tersedia: http://www.epsbooks.com [12 Februari 2012]
Subekti, R. (1997). Profil Kemampuan Dasar Profesionalisme Guru Ditinjau dari Tindakan dan Keputusan Pembelajaran oleh Guru dalam Kontek Kegiatan Perencanaan, Pelaksanaan dan Penilaian Biologi SMU. Disertasi IKIP Bandung: tidak diterbitkan
Sulistiana, D. (2012). Keefektifan Penerapan Model Panduan Model Pembelajaran Problem Solving dan Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Berpikir Kritis Siswa SMA. [On Line]. Tersedia: http://www.pasca.um.ac.id [11 Agustus 2012]
Suparno, P. (2000). Teori Perubahan Konsep dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Fisika. [On Line]. Tersedia: http://www.lib.atmajaya.ac.id [28 April 2012]
Supriatna, A. (2009). Strategi Anomali Data untuk Mengubah Miskonsepsi dan Meningkatkan Pemahaman Siswa SD terhadap Konsep Cahaya. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan
Susilo. (2012). Model Pembelajaran IPA Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. [On Line]. Tersedia: http://www.jurnal.unnes.ac.id [11 Agustus 2012]
Treagust, D., and Duit, R. (2009). “Multiple Persfectives of Conceptual Change in
Science and Challenge Ahead”. Journal of Science and Mathematic Education in Southeast Asia. 32 (2), 89-104. [On Line]. Tersedia: http://www.recsam.edu [3 Maret 2012]
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.
Usman, M. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Rosda Karya
Wibowo, A. (2011). Karakteristik Sains. [On Line]. Tersedia: http://blog.uinmalang.ac.id [3 Maret 2012]
Widodo, A., and Duit, R. (2002). Conceptual Change View and The Reality of Classrom Practise. [On Line]. Tersedia: http://file.upi.edu [14 Maret 2012]
Woodford, C. (2006). Bunyi dan Pendengaran. Bandung: Pakar Raya