DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... . ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 6
E. Definisi Operasional... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar... 8
B. Pembelajaran IPA... 9
C. Metode Demonstrasi... 10
D. Perubahan Sifat Benda... 16
BAB III METODE PENELITIAN A. Metoda Penelitian... 21
B. Model Penelitian Tindakan Kelas... 22
C. Subyek Penelitian ... 23
D. Prosedur Penelitian... 23
E. Instrumen Penelitian... 27
F. Pengolahan dan Analisis Data... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 32
1. Siklus 1 a. Perancanaan Pemebelajaran Siklus 1... 32
b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 33
c. Refleksi Pembelajaran Siklus I... 46
2. Siklus 2 a. Perancanaan Pemebelajaran Siklus 2... 48
b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2... 49
c. Refleksi Pembelajaran Siklus 2... 63
d. Rekap Hasil... 63
B. Pembahasan... 65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 69
B. Saran... 70
DAFTAR PUSTAKA... 71
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Perangkat Pembelajaran Siklus 1... 1
2. Hasil Penelitian siklus 1... 16
3. Dokumentasi Penelitian siklus 1... 37
4. Perangkat Pembelajaran Siklus 2... 39
5. Hasil Penelitian siklus 2... 54
SURAT-SURAT
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Proses Pemanasan Air oleh Api ... 18
2.2 Lemari Pendingin ... 18
2.3 Pembakaran pada Kertas... . 18
2.4 Semen yang dilarutkan dalam Air... 19
3.1 Penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart... 22
4.1
Perbandingan Hasil
Belajar... 67
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Kelemahan guru dan dampak pada siswa ... 37
4.2 Keterampilan Bertanya Siklus 1 ... 38
4.3 Tingkat kognitif siswa siklus 1 ... 41
4.4 Tingkat Keaktifan SiswaSiklus 1... 41
4.5 Hasil post-test siklus 1 ... 44
4.6 Tabel post-test ... 46
4.8 KBM Guru dan Siswa ... 52
4.9 Keterampilan Bertanya Siklus 2 ... 55
4.10 Tingkat Keaktifan Siswa dilihat berdasarkan Kelompok ... 58
4.11 Tingkat Keaktifan Siswa dilihat berdasarkan Kelompok ... 58
4.12 Tingkat Keaktifan Siswa dilihat berdasarkan Kelompok ... 59
4.13 Tingkat Keaktifan Siswa dilihat berdasarkan Kelompok ... 59
4.14 Tingkat Keaktifan Siswa Siklus 2 ... 60
4.15 Hasil post-test siklus 2 ... 62
4.16 Tabel post-test ... 63
4.17 perbandingan tingkat kognitif siswa ... 64
4.18 perbandingan tingkat keaktifan siswa ... 64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan negara ditentukan oleh kualitas pendidikan. Karena pendidikan
merupakan ujung tombak maju atau mundurnya suatu negara, hal tersebut dapat diraih
apabila pendidikan dijalankan sesuai dengan undang-undang Sistem Pendidikan No. 20
Tahun 2003 isinya adalah sebagai berikut. Pendidikan nasional berdasarkan pancasila,
bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan
dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat keperibadian dan
mempertebal semangat pembangunan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri secara
bersama-sama beranggungjawab atas pembangunan bangsa.
Pada hakikatnya mutu pendidikan betujuan untuk menciptakan manusia yang
memliliki pengetahuan, keterampilan, dan keperibadian yang kreatif. Dengan demikian,
maka sumber daya manusia Indonesia akan berkembang dan mampu memajukan bangsa
ini melalui potensi-potensi yang dimilikinya.
Cara untuk mengembangkan sumber daya manusia dapat diaktualisasikan
melalui ilmu pengetahuan, keterampilan dan keperibadian. Ketiga ranah tersebut sudah
seyogyanya menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari pendidikan. Ketiga ranah
tersebut berupa kognitif, apektif dan psikomotor, yang ketiganya sudah terdapat dalam
pendidikan di Sekolah Dasar mata pelajaran yang termuat dalam KTSP SD .
Salah satu bagian penting dari ilmu pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan
Alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas,
2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta,
konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Proses pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah . Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan dalam kehidupan
yang dapat diidentifikasikan. Pada kenyataanya kebanyakan siswa tidak tertarik dan
menjadi bosan untuk mengikuti pambelajaran IPA, yang akhirnya siswa tidak
menyenangi pelajaran tersebut dan mengakibatkan hasil belajar siswa tidak mencapai
KKM. Ada hal dominan yang menyebabkan tidak senangnya siswa terhadap palajaran
IPA, yaitu ketidakmampuan guru dalam menciptakan suasana belajar menjadi
menyenangkan sehingga siswa menjadi tidak antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran. Dari situlah guru harus mampu menerapkan metode yang dapat
mengembangkan kompetensi siswa, agar siswa tertarik dan pada akhirnya mampu
mencapai KKM yang diharapakan.
Pada kenyataanya yang terjadi dilapangan, pembelajaran IPA di SDN
Longkewang jauh dari harapan, dengan hasil tes belajar di bawah KKM, disebabkan cara
mengajar guru terlalu banyak verbalisme. Karena berdasarkan hasil observasi awal yang
dilakukan di kelas V SDN Longkewang pada mata pelajaran IPA tentang perubahan sifat
benda, nilai hasil belajar siswa belumlah maksimal. Hal ini bisa dilihat dari dari nilai
rata-rata ulangan harian yang masih di bawah KKM. Yaitu denga KKM 6, nilai rata-rata
yang diperoleh 49,4 degan jumlah siswa yang tidak mencapai KKM sebanyak 14 dan
hanya 5 siswa yang mencapai KKM. Hal itu disebabkan karena perhatian dan aktifitas
siswa untuk belajar sangat kurang. Siswa mengalami kesulitan memahami konsep
akademik, salah satu penyebabnya adalah pengajaran yang digunakan banyak
verbalisme atau ceramah yang malah tidak menarik perhatian siswa, guru jarang
melibatkan siswa untuk beraktvitas dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu
pengajaran harus divariasi dengan metode-metode yang lain. Seperti metode CTL, TGT,
Demonstrasi, penggunaan Alat Peraga dan lain-lain.
Banyak sekali model pembelajaran yang bisa diterapakan untuk proses
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Namun metode tersebut harus dikondisikan dengan
keadaan siswa dan fasilitas sekolah. Maka dari itu guru harus terampil dalam mensiasati
metode pembelajaran yang akan diterapakan, karena pada kenyataan di lapangan, banyak
sekolah yang belum memiliki fasilitas, berupa alat peraga lengkap.
Setelah membandingkan dan menganalisis berbagai metode pembelajaran
yang ada, metode yang dianggap mampu untuk mengatasi masalah di atas dan tepat
untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat benda di kelas V
adalah dengan menggunakan metode demonstrasi, karena di dalamnya siswa diberikan
menurut Aminuddin Rasyad (2002: 8), metode demonstrasi merupakan cara
pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di
hadapan murid di kelas atau di luar kelas.
Menurut Muhibbin Syah (1995: 208), Metode Pembelajaran
Demonstrasi merupakan metode mengajar yang dilakukan dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (2002: 8), metode
demonstrasi merupakan cara pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau
memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas.
Harapan setelah penggunaan metode ini, bisa menjadi solusi untuk kesulitan
dan permasalahan yang terjadi dikelas, dan dapat meningkatkan hasil belajar serta proses
belajaranya siswa itu sendiri. Selain itu, diharapakan melalui metode demonstrasi mampu
memberikan gambaran konkret kepada siswa tentang sifat benda dan perubahan yang
dimaksud. Sehingga siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru secara verbal saja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah “Bagaimanakah Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Sifat
Benda dengan Menggunakan Metode Demonstrasi?”.
Rumusan masalah di atas dirinci dalam pertanyaan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA tentang konsep Perubahan Sifat Benda
dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas V?
b. Bagaimanakah pelakasanaan pembelajaran IPA tentang konsep Perubahan Sifat
Benda dengan menggunakan metode demonstrasi di kelas V?
c. Apakah terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang konsep
Perubahan Sifat Benda di kelas V?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka secara umum
penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam pembelajaran
a. Untuk mengungkap perencanaan pembelajaran IPA tentang kosep perubahan sifat
benda di kelas V dengan menggunakan metode demonstrasi
b. Untuk mengungkap pelaksanaan pembelajaran IPA tentang kosep perubahan sifat
benda di kelas V dengan menggunakan metode demonstrasi
c. Untuk mengungkap besaran peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA
tentang konsep Perubahan Sifat Benda dengan menggunakan metode demonstrasi
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan
masukkan bagi berbagai pihak diantaranya:
1. Bagi siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri , akan terdorong untuk
meningkatkan hasil belajar dalam Ilmu Pengetahuan Alam melalui
penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli.
2. Bagi guru pengajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V dapat meningkatkan
keprofesionalannya dalam pengelolaan proses pembelajaran dengan bahan
pelajarannya.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi
berharga bagi kepala sekolah, untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam
kegiatan pengajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran, guna
menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif dan efesien bagi
para guru-guru di Sekolah Dasar.
E. Definisi Operasional
1. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil peningkatan belajar siswa yang
diperoleh melalui tes buatan guru setelah siswa melakukan proses pembelajaran
dengan menggunakan metode demonstrasi pada konsep Perubahan Sifat Benda
dengan tujuan siswa mampu mencapai KKM yang ditentukan, yaitu 70.
2. Metode demonstrasi menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 133)
yaitu: Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan
atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun
dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang
memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Metode
Demonstrasi dalam penelitian ini adalah sebuah metode mengajar yang dilakukan
guru di hadapan siswa untuk memperagakan cara kerja yang terjadi pada suatu
benda ketika mengalami perlakuan tertentu. Agar siswa dapat menyaksikan dan
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Metoda Penelitian
Peneliti menggunkan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk
melakukan penelitian ini. Karena berdasarkan pertimbangan bahwa model PTK
merupakan salah satu cara yang dapat diambil untuk memperbaiki kualitas pendidikan
baik itu bagi siswa ataupun guru itu sendiri selain itu pula PTK bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
PTK menggunakan metode siklus yang berulang-ulang dan berkelanjutan
yang mengacu pada alur model hasil pengembangan Kemmis Tagart., yaitu :
1. Perencanaan
Perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk merubah
prilaku dan hasil belajar yang diinginkan.
2. Tindakan
Menyangkut apa yang dilakukan dlam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa.
3. Pengamatan
Pengamatan ini dilihat untuk mendemonstrasikan hasil pengamatan yang
merupakan dasar refleksi.
4. Refleksi
Merupakan kegiatan analisis sintesis interpretasi terhadap suatu informasi
yang diperoleh.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana siklus I dilaksanakan 1 kali
pertemuan, dan siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan. Dalam setiap pertemuan
menggunakan alokasi waktu 2 jam pelajaran 35 x 2 jam pelajaran.
B. Model Penelitian Tindakan Kelas yang Dikembangkan
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan menggunakan model spiral
adaptasi Kemmis dan MC Taggart (dalam Wiriaatmaja, 2005: 66) yaitu model siklus
yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan yang menguraikan bahwa tindakan
observasi dan refleksi. Secara skematis model penelitian tindakan kelas yang dimaksud
sebagai berikut :
Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Adaptasi Kemmis dan Mc. Taggart (Prof. Dr. R.
Wiriatmadja 2009: 66)
Model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart seperti gambar di
atas adalah penelitian yang terdiri dari beberapa siklus. Tiap siklus dimulai dari rencana
(planning), kemudian tindakan (acting), dilanjutkan dengan observasi (observing), dari
tindakan yang telah dilakukan dan yang terakhir adalah refleksi (reflecting). Jika pada
siklus pertama penelitian tersebut kurang baik, maka penelitian dilanjutkan dengan siklus
kedua dengan memperbaiki pada tahap perencanaan yang pertama. Siklus tersebut akan
berhenti dengan penelitian yang dilakukan dirasa cukup. Pada peneletian ini, peneliti
melakukan dua siklus.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN LONGKEWANG yang berada di
jalan KH. Daman Huri, km.45 Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten
Sukabumi, SD Longkewang ini berdiri di atas tanah milik sendiri seluas 1.250 m sejak
tahun 1967. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN Ibu Longkewang
yang berjumlah 19 orang, terdiri dari 9 orang murid laki-laki dan 10 orang murid
perempuan. Dengan jumlah ruangan kelas seluruhnya 6 kelas, tenaga pendidik dan
kependidikan berjumlah 12 orang.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus, apabila hasil
dsiklus ke 2 nanti siswa mampu mencapai KKM dengan memusakan maka penelitian
akan dihentikan disiklus tersebut, tapi jika dirasa masih kurang maka penelitian ini akan
dilanjutkan pada siklus berikutnya, yaitu siklus ke 3.
Di bawah ini gambaran pelaksanaan pada setiap siklusnya.
1. Siklus 1
a. Perecanaan
Pada tahap ini adalah merencanakan dan mempersiapkan segala
sesuatu yang berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan, seperti melakukan
analisis KTSP, serta Kompetensi Dasar. Materi pada siklus pertama adalah
mengenai penyebab perubahan sifat benda, setelah itu kemudian merancang dan
menyusun rencana pembelajaran (RPP) yang sekenarionya menggunakan metode
demonstrasi dan mempersiapkan alat peraga yang akan dijadikan sebagai bahan
demonstrasi pada pembelajaran di kelas, dan melakukan uji coba terlebih dahulu.
Selain itu sebagai alat pengumpul data, peneliti mempersiapkan lembar observasi
KBM guru dan siswa, lembar keterampilan proses siswa, dan soal post-test untuk
mengetahui hasil belajar siswa.
b. Tindakan
Tindakan penelitian ini dilakukan melalui kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di kelas, dengan mengacu pada RRP yang telah dibuat, dengan materi
penyebab perubahan sifat benda. Kegiatan belajar ini terdiri dari tiga tahapan yaitu,
langkah yang dilakukan adalah apersepsi, dengan cara memberikan pertanyaan
yang mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa, kemudian
dilanjutkan dengan memberikan motivasi dan penyampaian tujuan pembelajaran.
Tahapan selanjutnya adalah kegiatan inti, pada tahap ini guru akan melakukan
demonstrasi dengan terlebih dahulu melakukan (1) persiapan, (2) pelaksanaan dan
(3) tindak lanjut. Tahap persiapan dilakukan dengan mempersiapkan alat-alat,
arahan atau langkah-langkah pengamatan demosntrasi dan pengaturan posisi
duduk. Selanjutnya tahap pelaksanaan dilakukan dengan melakukan demonstrasi
itu sendiri dan terakhir tindak lanjut dengan menyimpulkan materi bersama siswa,
serta pemeberian post-test pada siswa.
c. Observasi
Oservasi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan ini dilkukan oleh satu
observer, dengan pertimbangan jumlah siswa yang sedikit dan tidak adanya
observer lain. Untuk mensiasati hal tersebut, peneliti pun ikut melakukan observasi
pada saat pembelajaran dalam waktu yang bersamaan dengan mencatat hal-hal
penting yang terjadi pada proses pembelajaran. Metode observasi yang digunakan
adalah observasi terbuka, dengan mencatat aktivitas guru dan siswa pada
pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Selain itu observer juga bertugas untuk
merekam dan mencatat pertanyaan dan tanggapan siswa yang nantinya akan
diketahui seberapa besar tingkat keaktifan siswa pada proses pembelajaran di
siklus 1 melalui pertanyaan dan tanggapan tersebut.
d. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti akan mengkaji hal-hal yang harus
dipertahankan atau diperbaiki selama pelaksanaan siklus 1, serta solusi yang akan
diterapkan pada siklus 2 agar proses pemebelajaran di siklus berikutnya jauh lebih
baik dari sebelumya.
2. Siklus 2
a. Perecanaan
Berdasarkan hasil refleksi siklus pertama, maka di siklus 2 guru
menysun RPP perbaikan yang disesuaikan dengan solusi pada refleksi siklus 1.
Adapun materi pada siklus ini adalah menganai macam-macam perubahan sifat
sebelumya, yaitu dengan mempersiapkan alat peraga dan melakukan uji coba
terlbih dahulu. Untuk membuat skenario pembelajaran tidak jauh berbeda
dengan siklus sebelumnya, dimana langkah-langkah pembelajaran
menggambarkan penerapan metode demosntrasi. Pada siklus 2, peneliti
mempersiapakan instrumen pengumpul data, berupa lembar observasi KBM
guru dan siswa, keterampilan proses, dan post-test untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan hasil belajar siswa pada siklus ini.
b. Tindakan
Pada tindakan penelitian di siklus 2 dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di kelas, sesuai dengan RPP yang telah
dipersiapkan, dengan materi macam-macam perubahan sifat benda. Kegiatan
belajar ini terdiri dari tiga tahapan yaitu, (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti dan
(3) kegiatan akhir. Untuk kegiatan awal, langkah yang dilakukan adalah
apersepsi, dengan cara memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa, kemudian dilanjutkan dengan
memberikan motivasi dan penyampaian tujuan pembelajaran. Tahapan
selanjutnya adalah kegiatan inti, pada tahap ini guru akan melakukan
demonstrasi dengan terlebih dahulu melakukan (1) persiapan, (2) pelaksanaan
dan (3) tindak lanjut. Tahap persiapan dilakukan dengan mempersiapkan
alat-alat, memberikan petunjuk langkah-langkah demosntrasi, memberikan arahan
pengerjaan LKS, pengaturan posisi duduk dan pembagian kelompok.
Selanjutnya tahap pelaksanaan dilakukan dengan melakukan demonstrasi yag
dilakukan guru dan siswa di depan kelas, kemudian dilanjutkan siswa
melakukan demosntrasi yang dilakukan di kelompoknya melalui panduan dari
LKS dan terakhir persentasi hasil diskusi kelompok. Untuk tahap akhir yaitu
tindak lanjut dengan menyimpulkan materi bersama siswa, serta pemberian
post-test pada siswa.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti bersama observer mengamati pelaksanaan
proses pembelajaran dari aspek guru dan siswa. Untuk mengetahui apakah
terjadi peningkatan siginifikan dari siklus sebelumnya atau tidak. Adapun
pedoman observasi yang dilakukan, sama seperti pada siklus sebelumya. Dan
d. Refleksi
Sama seperti siklus sebelumnya, pada tahap ini peneliti akan
mengkaji hal-hal yang harus dipertahankan atau diperbaiki selama pelaksanaan
siklus 1, serta solusi yang akan diterapkan pada siklus 2 agar proses
pemebelajaran di siklus berikutnya jauh lebih baik dari sebelumya. Akan tetapi
apabila terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus sebelumnya, serta hasil
yang diperoleh telah sesuai dengan yang diharapakan maka penelitian akan
dihentikan.
E. Instrumen Penelitian
1. Teknik pengumpulan data
Tekknik pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan cara
kualitatif dan kuantitatif.
a. Kualitatif
1) Observasi KBM guru dan siswa
Observasi ini digunakan untuk mendeskripsikan latar aktivitas dan
pelaksanaan pembelajaran, observasi dilakukan oleh peneliti dan observer untuk
mengetahui segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Secaraumum observasi adalah pengamatan dengan tujuan mengumpulkan data
yang valid dan akurat yang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu yang
timbul dalam penelitian. Observasi ini bertumpu pada proses dan hasil serta
pengaruh pembelajaran yang telah dilakukan sebagai tindakan perbaikan
terhadap peserta didik. Pengaruh serta proses yang telah diamati diidentifikasi
kemudian hasilnya akan digunakan untuk menyusun kembali langkah-langkah
perbaikan.
2) Proses tingkat kognitif siswa
Berfungsi untuk mengetahui keadaan dan aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung berupa pertanyan-pertanyaan serta tanggapan
siswa yang dicatat oleh observer untuk diananlisis dan dikategorikan
b. Kuantitatif
1) Tes
Merupakan alat ukur kemampuan yang berupa seperangkat
pertanyaan-pertanyaan yang digunakan unutk mengukur apakah materi yang diberikan
sudah atau belum berhasil. Menurut Suharsimi Arikunto tes adalah pertanyaan
atau latihan dan alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelejensi atau bakat-bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (1985:105).
2) Tingkat keaktifan siswa
Digunakan untuk mengetahui sejajuh mana keaktifan siswa di kelas
selama proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini diambil dari keberanian dan
kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan serta menanggapi pertanyaan
yang diajukan temannya.
2. Alat pengumpul data
a. Lembar observasi KBM guru dan siswa
Pada lembar ini, observer bertugas untuk mencatat setiap aktivitas yang
dilakukan guru serta dampaknya bagi aktivitas siswa saat proses pembelajaran,
apakah sesuai dengan yang direcanakan atau tidak. Yang nantinya akan diperoleh
kelemahan guru pada saat KBM, dan dijadikan sebagai bahan refleksi untuk
perbaikan di siklus berikutnya.
b. Catatan dari observer berupa pertanyaan dan tanggapan siswa
Kali ini observer hanya bertugas untuk mencatat pertanyaan dan nama
siswa yang bertanya dan menanggapi. Catatan berupa pertanyaan dan tanggapan
siswa yang diperoleh dari observer tersebut oleh peneliti akan disajikan berupa
tabel yang nantiya mencakup pada tingkat kognitif dan tingkat keaktifan siswa.
c. Soal (post-tes)
Peneliti menggunakan dua jenis tes untuk mengukur hasil belajar
siswa, yaitu berupa tes objektif pilihan ganda dan tes uraian. Dengan
pertimbangan bahwa kedua tes tersebut memiliki kekurangan dan kelebihannya,
sehingga untuk mensiasatinya dengan menggunakan kedua jenis tes tersebut.
F. Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik pengolahan data hasil observasi KBM guru dan siswa. (Dalam Skripsi Yusuf
S. 2012 : 40)
Untuk pengolahan data hasil observasi dilakukan melalui tahap-tahap
sebagai berikut.
a. Reduksi data
Data hasil observasi diolah dengan cara temuan kelemahan-kelemahan.
Mana data yang dianggap perlu dan mana yang termasuk temuan negatif, baik dari
aktivitas guru maupun kativitas siswa.
b. Display data
Data dari hasil observasi berupa kelemahan guru dan dampak bagi
siswa, dideskripsikan. Kemudian disajikan dalam bentuk tabel.
c. Interpretasi data
Menafsirkan data hasil observasi kemudian mengaitkannya dengan hasil
belajar, dan keterampilan proses siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil interpretasi data, maka dilakukan peninjauan kembali
perencanaan dan pelaksanaan yang telah dilakukan. Dengan melihat
kelemahan-kelemahan, kemudian dilanjutkan dengan membuat perencanaan untuk mengatasi
kelemahan tersebut.
1. Teknik pengolahan data kognitif siswa
a. Mengumpulkan catatan dari observer berupa pertanyaan- pertanyaan siswa
b. Membuat kategorisasi pertanyaan tersebut berdasarkan kognitif Taksonomi
Bloom
c. Menyajikan dalam bentuk tabel
d. Memepersentasikan pertanyaan menjadi 100%, kemudian
mempersentasikan jumlah pertanyaan yang termasuk pada C1 atau C2.
2. Teknik pengolahan data tingkat keaktifan siswa
b. Mengelompokkan siswa yang bertanya dan menanggapi berdasarkan
keterangan, sehingga dapat diketahui siswa yang termasuk aktif, cukup aktif
atau tidak aktif
c. Menyajikan dalam bentuk tabel
3. Teknik pengolahan data hasil tes
a. Penskoran
Penskoran hasil belajar siswa, pada setiap siklusnya sama. setiap
siklus, butir soal berjumlah 8, dengan 5 soal pilihan ganda dan 3 soal uraian.
Setiap soal pilihan ganda di beri nilai 10 dan nilai 50 pada 3 soal uraian,
skor maksimal dari seluruh soal adalah 100.
b. Menghitung rata-rata
1) Rata-rata hitung hasil post-test
X =
x
N
Keterangan :
X = Rata-rata nilai dan hasil post-tes
x = Jumlah keseluruhan nilai siswa
N = Jumlah siswa
c. Persentasi siswa yang mencapai KKM diabndingkan dengan persentase
perolehan KKM sebelumnya. Adapun cara menghitung persentase siswa
yang mencapai KKM adalah sebagai berikut:
TB = Siswa dengan nilai
60 X 100%
N
Keterangan :
TB = Ketuntasan Belajar
siswa dengan nilai 60 = Jumlah siswa yang mendapat
nilai lebih besar atau sama dengan 60
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian pada bab 4, pada bab ini dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi seperti
memilih alat-alat yang tepat dan menguji coba alat tersebut sebelum didemonstrasikan
di kelas dapat menghindari kesalahan dan hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan
membuat rumusan tujuan yang akan dicapai siswa seperti pada aspek penegtahuan
dan keterampilan bertanya, memberikan gambaran jelas tentang apa saja yang harus
dicapai dan sebagai cara agar siswa dapat memahami proses demonstrasi. Dan dengan
menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan melalui catatan
sebagai panduan mempermudah ketika demonstrasi berlangsung.
2. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi mengacu
pada rencana yang telah dibuat, akan tetapi pada siklus pertama pelaksanaan tidak
berjalan lancar pada saat guru dan siswa melakukan demonstrasi, karena guru kurang
memperhatikan pemilihan alat demonstrasi. Namun di siklus 2 berjalan dengan lancar,
karena guru melaksanakan KBM sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Hal itu
mampu meningkatkan keterampilan proses siswa pada saat KBM berlangsung,
terbukti dari antusias siswa untuk melakukan diskusi kelas, sehingga pelaksanaan
KBM di kelas menjadi lebih hidup dan siswa menjadi lebih aktif. Hal itu bisa dilihat
dari peningkatan persentase keterampilan bertanya siswa yang meningkat dibanding
siklus sebelumnya, dan berdampak pula pada tingkat keaktifan siswa di kelas.
3. Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini bisa dilihat dari hasil belajar siswa pada data awal yaitu
rata-rata 49,4 dengan jumlah 5 siswa mencapai KKM, dan hasil post-test siklus 1
yaitu rata-rata 56,5 dengan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 9 orang.
Kemudian pada siklus 2 rata-rata hasil post-test 71,05, dengan jumlah siswa yang
mencapai KKM sebanyak 18 orang. Dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan
diantaranya:
1. Bagi guru yang menggunakan metode domonstrasi, sebaiknya membuat perencanaan
terlebih dahulu mengenai tujuan, langkah-langkah demonstrasi, waktu, pemilihan alat
dan melakukan pengujian alat sebelum didemonstrasikan di kelas. Bertujuan agar
proses demonstrasi dapat diamati dengan baik oleh setiap siswa, dan dianjurkan agar
siswa ikut melakukan demosntrasi bersama dengan guru. Dan tentunya hal tersebut
harus dapat mengukur hasil belajar siswa.
2. Bagi guru, agar mencoba menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA
khusunya pada materi Perubahan Sifat Benda, karena tidak hanya dapat meningkatkan
hasil belajar siswa tapi juga mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran itu
sendiri. Seperti menumbuhkan rasa ingin tahu siswa yang menjadikan siswa tertarik
untuk mengetahui proses.
3. Di era globalisasi ini diharapakan bagi guru ataupun peneliti untuk terus
mengembangkan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan kognitif dan hasil
belajar siswa. Agar generasi mendatang menjadi generasi yang memiliki kreativitas
DAFTAR PUSTAKA
Azmiyawati, J. dan Kusumawati, R. (2008), IPA Saling Temas 5. Jakarta: PT. Intan
Pariwara.
Kasbolah, K (1999). Pnelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta :
Depdikbud.
Muhsetyo, Gatot.(2002). Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
(Online).Tersedia : Http://Metode Demonstrasi dan Eksperimen Bank Makalah
Opini,Artikel.html
(Online). Tersedia :http://Dwonloads/ demonstrasi/bab-i-pendahuluan.html
(Online). Tersedia: http://G//metode-demonstrasi.html.
Rahmat, C. (2006) Psikologi Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Rosiawati, S. dan Muharran. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan
Alam. Departemen Pendidikan Nasional.
Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah
Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Sularmi, W. (2008). SAINS Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah
Dasar kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sumantri, M, dan Permana, J. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Depdikbud.
Wahyudi, U. Dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung : UPI
Press.
Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :
Rosda Karya.
Universitas Pendidikan Indonesia (2010). Pedoman Penulisan Karya