• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBAGAI SUMBER BELAJAR MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU HIKMATUL FADHILLAH MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBAGAI SUMBER BELAJAR MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU HIKMATUL FADHILLAH MEDAN."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA

UTARA SEBAGAI SUMBER BELAJAR MELALUI

PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR ISLAM

TERPADU HIKMATUL FADHILLAH MEDAN

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

AKMALUN NAZLI NIM. 8136182004

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR TABEL ... v

ABSTRAK………... . vi

KATA PENGANTAR……….. viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR ... 13

2.1. Kajian Teoretis ... 13

2.1.1. Pembelajaran Tematik Terpadu... 13

2.1.2. Museum ... 17

2.1.2.1. Pengertian dan Fungsi Museum ... 17

2.1.2.2. Fungsi dan Pemanfaatan Museum ... 21

2.1.2.3. Koleksi dan Jenis Museum ... 23

2.1.3. Sumber Belajar ... 28

2.1.3.1. Jenis dan Pemanfaatan Sumber Belajar ... 30

2.1.3.2. Fungsi Sumber Belajar ... 40

2.1.3.3. Museum Sebagai Sumber Belajar... 43

2.2. Penelitian yang Relevan ... 46

2.3. Kerangka Berpikir ... 48

(6)

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

4.1.3. Pemanfaatan Museum sebagai Sumber Belajar pada Pembelajaran Tematik Terpadu... 74

4.1.4. Apresiasi Siswa terhadap Museum sebagai Sumber Belajar Pada Pembelajaran Tematik Terpadu ... 81

4.1.5. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Memanfaatkan Museum sebagai Sumber Belajar dengan Hasil Belajar Siswa yang tidak Memanfaatkan Museum sebagai Sumber Belajar ... 82

4.1.6. Kendala Guru dalam Pemanfaatan Museum sebagai Sumber Belajar pada Pembelajaran Tematik Terpadu ... 87

4.2. Pembahasan ... 89

(7)

4.2.2 Apresiasi Siswa Terhadap Museum Sebagau Sumber Belajar pada

Pembelajaran Temati Terpadu ... 95

4.2.3. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Memanfaatkan Museum sebagai Sumber Belajar dengan Hasil Belajar Siswa yang tidak Memanfaatkan Museum sebagai Sumber Belajar ... 99

4.2.4 Kendala Guru dalam Pemanfaatan Museum Sebagai Sumber Belajar pada Pembelajaran Tematik Terpadu ... 101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 106

5.1. Simpulan ... 106

5.2. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Alur Konseptual Penelitian ... 50

Gambar 3.1. Diagram Alir Analisis Data Penelitian ... 59

Gambar 4.1. Skema Pemanfaatan Museum sebagai Sumber Belajar pada

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar pada Pembelajaran Tematik Terpadu ... 56

Tabel 3.2. Kriteria Pemberian Nilai Tes Essai Hasil Belajar Peserta Didik Menurut Sabandar ... 57

Tabel 3.3. Kriteria Pemberian Nilai Tes Essai Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran Tematik Terpadu ... 57

Tabel 3.4. Rancangan Penelitian dengan Faktorial 1x2 ... 58

Tabel 4.1. Kualifikasi Akademik SDM di Museum Negeri Provinsi Sumut ... 66

Tabel 4.2. Jumlah Pengunjung ke Museum Negeri Provinsi Sumut ... 71

Tabel 4.3. Jumlah Siswa-Siswi SD Hikmatul Fadhillah Selama 2 Tahun Pelajaran Terakhir ... 73

Tabel 4.4. Data Kondisi Ruangan SD Hikmatul Fadhillah ... 73

Tabel 4.5. Data Guru dan Pegawai SD Hikmatul Fadhillah ... 74

Tabel 4.6. Data Nilai Siswa ... 83

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data Nilai Siswa ... 83

Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Data ... 85

(10)

ABSTRAK

Akmalun Nazli. 2015. Pemanfaatan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Sebagai Sumber Belajar Melalui Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Islam Terpadu Hikmatul Fadhillah Medan.

Tujuan penelitian: (1) mengetahui pemanfaatan museum sebagai sumber belajar pada pembelajaran tematik terpadu di SD; (2) mengetahui apresiasi peserta didik; (3) menganalisis perbedaan hasil belajar peserta didik yang memanfaatkan museum sebagai sumber belajar dengan peserta didik yang tidak memanfaatkan museum sebagai sumber belajar; dan (4) menganalisis kendala yang dihadapi guru dan peserta didik SD dalam memanfaatkan museum. Subjek penelitian adalah peserta didik yang memanfaatkan museum sebagai sumber belajar yaitu kelas IVA dan IVB SD. Penelitian ini merupakan mixed researcd. Teknik pengumpulan data: wawancara semiterstruktur, observasi, dokumentasi, dan tes. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pemanfaatan museum sebagai sumber belajar pada pembelajaran tematik terpadu dilakukan dengan cara: pengarahan dari guru, proses pengamatan, pemberian tugas mandiri, melalui beberapa mata pelajaran, IPS, matematika, Bahasa Indonesia, SBdP, dan PKn; (2) dampak positif pemanfaatan museum dilihat dari partisipasi belajar siswa, baik di luar kelas maupun di dalam kelas, apresiasi siswa membuat artikel, memajang/memamerkan hasil karya seni, dan hasil laporan perjalanan siswa; (3) terdapat perbedaan hasil belajar siswa, namun tidak terbukti secara signifikan. Hasil perhitungan nilai t diperoleh thitung < ttabel , berarti Ho diterima dan Ha

ditolak; dan (4) terdapat 2 kendala yang dihadapi guru, yaitu: teknis di lapangan dan ketidaksiapan guru dalam pembelajaran tematik terpadu. Bagi guru disarankan untuk memiliki kesiapan yang optimal terkait penentuan tema dan subtema, materi pelajaran, penyusunan RPP tematik terpadu. Bagi kepala sekolah disarankan untuk selalu inten dan perduli terhadap pemanfaatan lingkungan (museum) sebagai sumber belajar dalam bentuk pemberian surat ijin kepada guru yang akan membawa siswa untuk melakukan karyawisata ke museum. Bagi pihak sekolah disarankan untuk memberikan sosialisasi kepada orangtua siswa terkait pentingnya museum sebagai sumber belajar, agar membudayakan pemanfaatan sumber belajar dalam setiap kegiatan belajar. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan disarankan untuk membuat surat edaran ke sekolah untuk memanfaatkan museum dalam pembelajaran. Bagi pengelola museum disarankan agar senantiasa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, khususnya pengunjung siswa-siswi dengan cara membantu guru untuk mendampingi para siswa ketika siswa melakukan pengamatan di museum serta menambah koleksi-koleksi museum yang belum lengkap.

(11)

ABSTRACT

Akmalun Nazli. 2015. The Utilization of the State Museum of North Sumatra province as a Source of Learning through Application of Integrated Thematic Teaching In Elementary School Fourth Grade Students at Hikmatul Fadhillah Medan.

Tde researcd purposes: (1) to know tde utilization of tde museum as a learning resource in an integrated tdematic learning in elementary scdool; (2) to know tde appreciation of learners; (3) analyze tde differences in learning outcomes of students wdo use tde museum as a learning resource to students wdo do not use tde museum as a learning resource; and (4) analyzing tde obstacles faced by teacders and elementary students in tde use of tde museum. Subjects were students wdo use tde museum as a learning resource tdat is class IVA and IVB Primary Scdool. Tdis study is a mixed researcd. Data collection tecdniques: semi-structured interviews, observation, documentation, and testing. Data were analyzed qualitatively and quantitatively. Tde results sdowed: (1) tde utilization of tde museum as a learning resource in an integrated tdematic learning is done by: tde direction of tde teacder, tde process of observation, provision of independent tasks, tdrougd several subjects, Social Studies, Matdematics, Indonesian, Cultural Arts And Crafts, And Civics; (2) tde positive impact of tde utilization of museum visits of students 'participation, botd outside tde classroom and in tde classroom, students' appreciation made articles, displaying / exdibiting works of art, and tde results of student travel reports; (3) tdere is a difference in student learning outcomes, but not proven significantly. t value calculation results obtained t < t table, tden Ho accepted and Ha rejected; and (4) tdere are two constraints faced by teacders, namely: tecdnical field and unpreparedness of teacders in integrated tdematic learning. For teacders it is advisable to dave an optimal readiness determination related tdemes and subtdemes, tde subject matter, preparation of integrated tdematic lesson plans. For principals are advised to always intense and concerned witd tde use of tde environment (museum) as a learning resource in tde form of granting a license to tde teacder wdo will bring students to conduct field trips to tde museum. For scdools are advised to provide socialization to tde parents about tde importance of tde museum as a learning resource, in order to cultivate tde use of learning resources in eacd learning activity. For Medan City Department of Education recommended to make a circular letter to tde scdool to take advantage of tde museum in learning. For museum managers are advised to constantly improve services to tde public, especially visitors to tde students by delping teacders to assist students wden students make observations in tde museum as well as add to tde museum collection is not yet complete.

(12)

PEMANFAATAN MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA

UTARA SEBAGAI SUMBER BELAJAR MELALUI PENERAPAN

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS

IV SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU HIKMATUL

FADHILLAH MEDAN

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

AKMALUN NAZLI NIM. 8136182004

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(13)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, Tuhan dan penguasa semesta alam yang telah memberikan begitu banyak nikmat dan anugerah dalam hidup penulis hingga akhirnya mampu menyelesaikan tesis yang berjudul “Pemanfaatan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara Sebagai Sumber Belajar Melalui Penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Islam Terpadu Hikmatul Fadhillah Medan” ini. Shalawat dan salam kepada junjungan alam, Rasullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam yang kelam menjadi terang benderang seperti saat ini. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari kemudian kelak.

Penyelesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan peranan banyak pihak yang telah membantu penulis, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih serta pengahragaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M,Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan Pascasarjana (S-2).

(14)

3. Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari dan Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah penuh kesabaran, perhatian dan meluangkan waktunya serta telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis selama penulisan tesis ini.

4. Bapak Dr. Deni Setiawan M.Si., selaku Ketua Prodi Pendidikan Dasar PPs Universitas Negeri Medan yang banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan tesis.

5. Ibu Prof. Dr. Anita Yus M.Pd., selaku sekretaris Prodi Pendidikan Dasar PPs Universitas Negeri Medan yang banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan tesis.

6. Bapak Dr. Hidayat, M.si, Bapak Dr. Deni Setiawan M.Si, dan Ibu Prof. Dr. Anita Yus M.Pd., selaku penguji yang telah banyak memberi masukan dan saran demi perbaikan tesis ini.

7. Bang Putra, selaku Pegawai Prodi Pendidikan Dasar PPs Universitas Negeri Medan yang telah membantu penulis sejak dalam perkuliahan hingga penyelesaian tesis.

8. Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu guru staf pengajar SD Islam Terpadu Hikmatul Fadhillah Medan, yang telah banyak memberikan bantuan dan kerjasama selama penulis melakukan penelitian di Sekolah tersebut.

(15)

10.Kedua orang tua tercinta ayahanda H. Kamaluddin S.E dan ibunda Hj. Ratna Wati Hasibuan yang dengan penuh kasih sayang, perhatian, dan kesabaran telah menuntun penulis untuk bersabar dan tawakal untuk menghadapi tantangan dalam penulisan tesis ini.

11.Saudara-saudaraku tercinta Akmalun Ikhsan S.H dan Akmal Fachruddin Kahar S.STP.

12.Teman-teman terbaikku Nurlia Ginting, Fira Astika Wanhar, Chiska Muthia, Syaskia Sahara, Delvi Yunita, Mey Ella yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

13.Sulfi Rahmadi yang selalu membangkitkan semangat untuk optimis menata masa depan.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima dari berbagai pihak, penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga Allah Yang Maha Esa membalasnya dengan kebaikan. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis serta dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan.

Medan, Juni 2015 Penulis

(16)

BABBIB

PENDAHULUANB

1.1B LatarBBelakangBMasalahB

Penetapan pembelajaran tematik terpadu di SD tidak terlepas dari

perkembangan anak akan konsep pendekatan terpadu itu sendiri. Pendekatan

terpadu berawal dari konsep interdisipliner dalam kurikulum terpadu (Jacob,

1989:25). Pembelajaran tematik terpadu sebagai suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, aktif

mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,

bermakna dan otentik (Joni, 1996:49). Pembelajaran tematik terpadu terjadi

apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi tema menjadi pengendali dalam

kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam eksplorasi tema, maka

peserta didik akan sekaligus belajar tentang proses dan isi beberapa mata

pelajaran secara terintegrasi.

Pelaksanaan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru bukan lagi

hanya didefinisikan sebatas proses interaksi dan transaksi antara guru dan peserta

didik yang terjadi di dalam kelas, melainkan proses berkelanjutan yang dapat

berlangsung di luar kelas. Artinya, bahwa guru bukan merupakan satu-satunya

sumber ilmu dan informasi yang dapat diterima oleh peserta didik dalam belajar.

Belajar merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan

lingkungan sebagai sumber belajar (Slameto, 2010:2). Konsep pendidikan

(17)

menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan

berbagai jenis sumber belajar.

Pemanfaatan sumber belajar dengan hasil belajar peserta didik hasilnya

sangat berbanding lurus. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hendarwati bahwa hasil belajar peserta didik yang memanfaatkan

sumber belajar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri

Bintoro 1 Demak Tahun Pelajaran 2010/2011 dalam kategori baik. Tingkat hasil

belajar Pendidikan Agama Islam pada materi tarikh semester 2 di SD Negeri

Bintoro 1 Demak tahun pelajaran 2010/2011 dalam kategori baik sekali, dimana

nilai mean terdapat antara interval 86-100. Berdasarkan pada analisis kuantitatif

hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis “ada hubungan yang

positif antara sumber belajar dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada

materi tarikh di SD Negeri Bintoro 1 Demak tahun pelajaran 2010/2011” dapat

diterima kebenarannya pada taraf signifikan 1% maupun 5% (Hendarwati,

2013:i).

Sejalan dengan hasil penelitian di atas, observasi awal terhadap proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IV SDIT Hikmatul Fadhillah

Medan, bahwa proses pembelajaran kurang diminati peserta didik dengan

penyajian yang monoton tanpa memanfaatkan berbagai sumber belajar, tidak

banyak peserta didik yang mau bertanya dalam proses pembelajaran, serta peserta

didik kurang berani mengemukakan gagasan dalam kegiatan belajar. Guru

mendorong peserta didik belajar dengan hafalan dan tidak secara aktif mencari

(18)

peserta didik menjadi pasif dalam proses belajar. Guru belum mendekatkan

peserta didik pada dunia nyata sebagai konteks bagi peserta didik untuk

menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep.

Berdasarkan hasil wawancara awal bahwa banyak peserta didik yang

memperoleh nilai di bawah standar yaitu 80. Lebih lanjut, oleh guru tersebut

menyampaikan bahwa salah satu dampak negatif atas pelaksanaan pembelajaran

yang kurang atau tidak sama sekali menggunakan sumber belajar, bahwa hasil

belajar peserta didik tidak optimal seperti yang diharapkan pada standar

ketuntasan minimum sekolah.

Salah satu cara untuk mendekatkan peserta didik kepada realitas objektif

kehidupannya adalah dengan memanfaatkan sumber belajar yang dapat membawa

peserta didik belajar mengenai banyak hal yang berkaitan secara langsung dengan

fenomena sehari-hari. Menurut Gafur (1999:6), sumber belajar merupakan suatu

tempat pengelolaan dan pengembangan sumber-sumber belajar dengan tujuan

membantu atau memberikan fasilititas belajar manusia. Belajar dengan aneka

sumber diyakini dapat mengatasi tidak hanya berbagai kesulitan dalam proses

belajar dan membelajarkan, akan tetapi juga dapat mendidik peserta didik cara

belajar yang tepat sehingga dapat belajar secara mandiri sepanjang hayat yang

dilakukan seawal mungkin dalam proses pembelajaran.

Pemanfaatan museum sebagai sumber belajar dapat menjadi program

pendidikan yang mendorong kompetensi, belajar menilai, berpikir kritis dan untuk

selanjutnya mendorong peserta didik berani untuk memberikan sebuah

(19)

bersejarah yang terjadi sehingga proses pembelajaran terpusat pada peserta didik

(student centered).

Saat ini masih banyak masyarakat, termasuk kalangan pendidikan, yang

memandang museum hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan dan memelihara

benda-benda peninggalan bersejarah serta menjadi monumen penghias kota.

Akibatnya, banyak masyarakat yang tidak sempat untuk meluangkan waktu

berkunjung ke museum dengan alasan kuno dan tidak prestis. Jika semua

kalangan masyarakat mau meluangkan waktu datang untuk menikmati dan

mencoba memahami makna yang terkandung dalam setiap benda yang

dipamerkan museum, maka akan terjadi suatu peralihan nilai warisan budaya

bangsa dari generasi terdahulu kepada generasi sekarang (Mursidi, 2009:2).

Museum tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang mengumpulkan dan

memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan sejarah perkembangan

kehidupan manusia dan lingkungan, tetapi merupakan suatu lembaga yang

mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan dan pengembangan nilai budaya

bangsa guna memperkuat kepribadian dan jati diri bangsa, mempertebal keimanan

dan ketakwaan kepada Tuhan, serta meningkatkan rasa harga diri dan kebanggaan

nasional. Oleh karena itu, museum dapat berguna sebagai sumber belajar yang

digunakan dalam dunia pendidikan, baik pada pendidikan dasar, menengah,

ataupun pendidikan tinggi.

Museum sebagai sumber belajar adalah suatu inovasi pembelajaran yang

dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam

(20)

memanfaatkan sebuah media berupa benda-benda peninggalan sejarah, budaya,

arsip atau berbentuk tayangan audio visual tentang peristiwa-peristiwa masa silam

seperti film dokumenter.

Nilai-nilai budaya dan peninggalan sejarah yang terdapat di museum

menjadi salah satu referensi kesadaran bagi bangsa Indonesia khususnya peserta

didik sebagai generasi penerus untuk membangun kehidupan masa depan yang

lebih baik, tidak hanya pada tatanan kemakmuran secara ekonomis, namun

memiliki identitas kebangsaan yang beradab. Proses national building for national

identity menuntut suatu rekonstruksi sejarah sebagai sejarah nasional yang akan

mewujudkan kristalisasi identitas bangsa Indonesia (Kartodirjo, 1990:x).

Rekonstruksi sejarah hanya akan mampu dipahami oleh warga masyarakat

di Indonesia secara keseluruhan, apabila melalui dunia pendidikan di sekolah. Hal

ini dapat dilakukan dengan mengunjungi museum dan pengenalan nilai-nilai

budaya dan peninggalan-peninggalan bersejarah sejak dini pada peserta didik.

Secara tidak langsung museum sangat erat dengan pendidikan dan merupakan

salah satu sumber belajar di antara sumber-sumber belajar lain seperti

candi-candi, piagam/inskripsi dan buku-buku.

Museum tidak hanya melengkapi informasi, melainkan juga merangsang

minat dan menjadi sarana penting bagi peserta didik untuk lebih mengerti

nilai-nilai budaya bangsa yang bersejarah, sehingga peserta didik dapat membangun

konsep dari fakta yang mereka lihat. Sebagai contoh, peserta didik dihadapkan

pada sebuah dokumen bersejarah sebagai objek pengamatan. Secara tidak

(21)

apakah isinya?, kapankah dibuat?, dimana pembuatannya?, dan mengapa

dokumen ini dibuat?. Dengan pertanyaan tersebut secara tidak langsung

merangsang aktif pikiran peserta didik untuk mengamati, meneliti, dan

menanggapi objek pengamatan.

Perihal belum dimanfaatkannya museum sebagai sumber belajar, tidaklah

sepenuhnya kesalahan pada peserta didik tetapi terdapat kendala yang

menyebabkannya. Menurut Kartodirdjo (1995:4) ada 3 (tiga) penyebabnya, yaitu:

(1) pengetahuan guru tentang kemuseuman yang belum memadai; (2) belum

semua sekolah memprogramkan kunjungan ke museum-museum, dan (3)

terbatasnya waktu dan dana. Di samping itu, pelayanan dari lembaga

permuseuman kurang memuaskan baik karena kurangnya dana untuk

pemeliharaan, kurangnya jumlah karyawan atau petugas museum, kualitas

pengetahuan mereka yang rendah dan kurangnya informasi yang dipublikasikan

mengenai koleksi benda-benda bersejarah oleh pihak lembaga museum.

Uraian mengenai pemanfaatan museum sebagai sumber belajar, salah

satunya adalah Museum Negeri Provinsi Sumatera Utaradengan koleksi

benda-benda bersejarah yang memadai. Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara

diresmikan tanggal 19 April 1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

Dr.Daoed Yoesoef, namun peletakan koleksi pertama dilakukan oleh Presiden

Republik Indonesia Pertama, Ir. Soekarno, tahun 1954 berupa makara. Oleh

karena itu, museum ini terkenal dengan nama Gedung Arca. Museum Negeri

(22)

(http://pemkomedan.go.id/new/berita-museum-negeri-provinsi-sumatera-utara-yang-ada-di-kota-medan.html#ixzz3TiIodU8j,diakses Maret 2014).

Bangunan museum berdiri di atas lahan seluas 10.468 meter persegi,

terdiri dari bangunan induk dua lantai yang difungsikan sebagai ruang pameran

tetap, ruang pameran temporer, ruang audio-visual/ceramah, ruang kepala

museum, tata usaha, ruang seksi bimbingan, perpustakaan, ruang mikro film,

ruang komputer, serta gudang. Secara arsitektur, bentuk bangunan induk museum

ini menggambarkan rumah tradisional daerah Sumatera Utara. Pada bagian atap

depan dipenuhi dengan ornamen dari etnis Melayu, Batak Toba, Simalungun,

Karo, Mandailing, Pakpak, dan Nias.

Bangunan museum yang mencerminkan nilai-nilai budaya Sumatera Utara

menjadikan museum ini sesuatu yang unik, namun kurang mendapatkan perhatian

dari masyarakat Sumatera Utara dan akademis apalagi memanfaatkan museum

sebagai sumber belajar. Fakta lain adalah persepsi masyarakat sekitar yang

menganggap museum hanyalah sebagai tempat penyimpanan barang tua dengan

suasana yang menyeramkan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaaan Museum Negeri Provinsi

Sumatera Utara belum mampu menarik perhatian peserta didik guna dimanfaatkan

sebagai objek wisata dan pendidikan. Ketidaktertarikan peserta didik terhadap

museum, terlihat dari minimnya pengunjung pihak sekolah. Apakah benar bahwa

benda-benda tersebut telah dimanfaatkan secara optimal sebagai wahana apresiasi

terhadap fakta sejarah sekaligus sebagai sumber belajar. Selama ini, Museum

(23)

dimanfaatkan secara optimal untuk sumber belajar. Sekolah-sekolah belum

mempunyai kegiatan yang rutin untuk mengunjungi museum sehingga peserta

didik kurang paham terhadap museum seperti yang dikemukakan dalam penelitian

Ba’in (2003: 27).

Koleksi benda-benda bersejarah yang terdapat di Museum Negeri Provinsi

Sumatera Utara dapat digunakan secara efektif untuk menyampaikan informasi

atau pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dari penerima pesan

untuk terciptanya bentuk-bentuk komunikasi antara pemberi dan penerima pesan

tanpa terjadi kesalahpahaman. Kedudukan, fungsi, dan peranan koleksi benda

bersejarah sangat strategis karena menyangkut pembentukan aspek-aspek ilmu

pengetahuan, nilai-nilai pada peserta didik dan setiap jenjang pendidikan. Nilai

yang diperoleh dari pembelajaran nilai-nilai budaya yang bersejarah melalui

museum sebagai sumber belajar adalah mengembangkan kesadaran nasional

sebagai daya mental proses pembangunan nasional dan identitas bangsa.

Berdasarkan koleksi yang dimiliki, Muesum Negeri Provinsi Sumatera

Utara dikategorikan sebagai museum umum. Sebagian besar koleksinya berasal

dari daerah Sumatera Utara berupa benda-benda peninggalan sejarah Budaya

mulai zaman prasejarah, klasik (Pengaruh Hindu Buddha) hingga sejarah

perjuangan masa kini. Sebagian lainnya berasal dari beberapa daerah lain di

Indonesia dan dari negara lain seperti Thailand. Hingga 2013 Museum Negeri

Provinsi Sumatera Utara menyimpan kurang lebih 7.000 koleksi

(

(24)

Untuk lebih fokus, penelitian diarahkan pada koleksi peninggalan zaman

parsejarah sebagai bagian dari tema “peninggalan bersejarah” pada pembelajaran

tematik terpadu. Sebagai misal: berburu sudah ada sejak zaman prasejarah (kala

pletosen dan pasca plestosen) yang merupakan kegiatan pokok (mata pencaharian)

oleh masyarakat prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Alat-alat yang sangat sederhana yang terbuat dari batu, kayu, dan tulang. Di Sumatera

Utara, berburu pada masa prasejarah dapat diketahui dengan adanya bukti-bukti

penggalian arkeologis berupa bekas-bekas tulang hewan serta peralatan yang

didapat di Bukit Kerang (Kabupaten Langkat), menurut penggalian C-14 berumur

10.000 tahun yang lalu (

http://kepulauannias.com/museum-negeri-provinsi-sumatera-utara-salah-satu-objek-wisata-budaya-di-sumut/,diakses Maret 2015).

Koleksi lain meliputi replika hewan khas Sumatera, replika fosil manusia

purba; bermacam-macam perkakas prasejarah; temuan budaya dari jaman

megalitikum, meliputi peti mati dari batu (sarkofagus), benda-benda religi berupa

patung batu dan kayu, tongkat perdukunan, wadah obat dari gading, serta koleksi

naskah Batak kuno yang ditulis di atas kulit kayu yang disebut juga Pustaha

Laklak (

http://medan.panduanwisata.id/wisata-sejarah-dan-pendidikan/menilik-peninggalan-sejarah-budaya-di-museum-sumatera-utara/, diakses Maret 2015).

Dari uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian

terkait pemanfaatan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sebagai sumber

(25)

1.2B RumusanBMasalahB

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana memanfaatkan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sebagai

sumber belajar pada pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar?

2. Bagaimana apresiasi siswa Sekolah Dasar terhadap Museum Negeri Provinsi

Sumatera Utara sebagai sumber belajar pada pembelajaran tematik terpadu?

3. Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa yang memanfaatkan museum

sebagai sumber belajar dengan hasil belajar siswa yang tidak memanfaatkan

museum sebagai sumber belajar?

4. Kendala apasaja yang dihadapi guru dalam memanfaatkan Museum Negeri

Provinsi Sumatera Utara pada pembelajaran tematik terpadu?

1.3B TujuanBPenelitianB

Tujuan penelitian adalah:

1. Mengetahui pemanfaatan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara sebagai

sumber belajar pada pembelajaran tematik terpadu di Sekolah Dasar.

2. Mengetahui apresiasi peserta didik Sekolah Dasar terhadap Museum Negeri

Provinsi Sumatera Utara sebagai sumber belajar pada pembelajaran tematik

terpadu.

3. Menganalisis perbedaan hasil belajar peserta didik yang memanfaatkan

museum sebagai sumber belajar dengan peserta didik yang tidak

(26)

4. Menganalisis kendala yang dihadapi guru dan peserta didik SD dalam

memanfaatkan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara pada pembelajaran

tematik terpadu.

1.4B ManfaatBPenelitianB

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai pada penelitian

ini, adapun manfaat penelitian adalah:

a. Secara teoretis

- Memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam memanfaatkan museum

sebagai salah satu sumber belajar pada pembelajaran tematik terpadu di

tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar.

- Memberikan informasi serta masukan kepada pihak sekolah untuk

memanfaatkan museum sebagai salah satu sumber belajar pada

pembelajaran tematik terpadu di tingkat satuan pendidikan Sekolah

Dasar.

- Sebagai bahan pengembangan wawasan bagi peneliti lainyang ingin

meneliti masalah yang sama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

b. Secara Praktis

- Untuk peserta didik: menambah wawasan dan pengetahuan nilai-nilai

sejarah dan budaya bangsa melalui pemanfaatan museum sebagai sumber

belajar.

- Untuk guru: sebagai bahan masukan bagi guru dalam pemanfaatan

(27)

mengajar mendatang, serta meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya

museum sebagai sumber belajar.

- Untuk sekolah: sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi

kebijakan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah terkait

(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

1. Pemanfaatan museum sebagai sumber belajar pada pembelajaran tematik

terpadu dilakukan dengan cara: (a) melakukan persiapan guru: menentukan

tema dan subtema, menentukan materi dan LKS siswa, dan merancang

keterkaitan antarmata pelajaran; (b) mengawasi dan mendampingi aktivitas

siswa di museum, seperti: aktivitas siswa saat melakukan observasi,

investigasi, dan wawancara dengan petugas museum; dan (c) melakukan

penguatan kepada siswa di kelas ketika siswa menginterpretasikan dan

mengidentifikasi data yang diperoleh dari museum di depan kelas, dan ketika

siswa mempresentasikan hasil pengamatan mereka serta membuat

kesimpulan.

2. Apresiasi siswa terhadap museum ditunjukkan dengan berbagai cara,

misalnya: para siswa membuat artikel-artikel seputar koleksi Museum Negeri

Provinsi Sumatera Utara; memajang/memamerkan hasil karya seni, baik yang

digambar langsung oleh siswa itu sendiri maupun hasil potretan mereka

ketika mengunjungi koleksi-koleksi museum di papan buletin sekolah; dan

memajangkan hasil laporan mereka dalam bentuk narasi pendek tentang

perjuangan para pahlawan nasional.

3. Hasil belajar siswa yang memanfaatkan museum sebagai sumber belajar pada

pembelajaran tematik terpadu memiliki nilai rata-rata lebih tinggi (82,1) jika

(29)

sebagai sumber belajar (78). Terdapat perbedaan hasil belajar siswa, namun

tidak terbukti secara signifikan. Hasil perhitungan nilai t diperoleh thitung <

ttabel , berarti Ho diterima dan Ha ditolak.

4. Terdapat 2 kendala yang dihadapi guru SD Hikmatul Fadhillah dalam

pemanfaatan museum sebagai sumber belajar pada pembelajaran tematik

terpadu, yaitu: teknis di lapangan dan ketidaksiapan guru dalam

pembelajaran. Secara teknis, kendala yang dihadapi guru adalah: kebutuhan

biaya banyak, waktu tidak cukup, dan ijin sekolah maupun orangtua siswa.

Ketidaksiapan guru dalam pemanfaatan museum sebagai sumber belajar pada

pembelajaran tematik terpadu terletak pada pengintegrasian museum sebagai

sumber belajar pada semua mata pelajaran merupakan sesuatu hal yang sulit,

terutama beberapa mata pelajaran, seperti matematika, IPA, PKn, serta

Bahasa Indonesia. Ketercapaian tujuan pembelajaran harus

mempertimbangkan masing-masing kompetensi dasar setiap mata pelajaran.

Selain itu, pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk

pembelajaran tematik terpadu dengan memanfaatkan museum sebagai sumber

belajar tidak begitu saja dapat diaplikasikan karena perangkat pembelajaran

yang lainnya, seperti buku siswa juga tidak sejalan dengan RPP yang telah

disusun oleh guru kelas.

5.2 Saran

1. Bagi guru disarankan untuk memiliki kesiapan yang optimal terkait

pemanfaatan museum sebagai sumber belajar pada pembelajaran tematik

(30)

penentuan tema dan subtema yang dapat mengintegrasikan beberapa mata

pelajaran; penentuan materi pelajaran yang dapat mengintegrasikan beberapa

mata pelajaran; penyusunan RPP tematik terpadu, sehingga waktu yang

dibutuhkan dapat dialokasikan dengan tepat.

2. Bagi kepala sekolah disarankan untuk selalu inten dan perduli terhadap

pemanfaatan lingkungan (museum) sebagai sumber belajar dalam bentuk

pemberian surat ijin kepada guru yang akan membawa siswa untuk

melakukan karyawisata ke museum.

3. Bagi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) disarankan untuk memberikan

sosialisasi kepada orangtua siswa terkait pentingnya museum sebagai sumber

belajar, sehingga dapat mempermudah ijin dari orangtua siswa untuk

mengunjungi museum.

4. Bagi pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) disarankan agar

membudayakan pemanfaatan sumber belajar dalam setiap kegiatan belajar

mengajar yang tidak hanya museum, namun juga sumber belajar lain

5. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan disarankan untuk membuat surat edaran

ke sekolah untuk memanfaatkan museum dalam pembelajaran.

6. Bagi pengelola museum disarankan agar senantiasa meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat, khususnya pengunjung siswa-siswi dengan cara

membantu guru untuk mendampingi para siswa ketika siswa melakukan

pengamatan di museum serta menambah koleksi-koleksi museum yang belum

lengkap.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Sabri. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching. Jakarta:

Quantum Teaching.

AECT. 1977,1994. The Definition of Educational Technology. 5ashington:

Published by Assocation for Educational Communications snd Technology.

Alan, Douglas A. 1967. The museum and its function di dalam the organization of

museum: practical advice. Paris The United Nation Edukational, Scientific and Cultural Organization.

Allard, Miche, Boucher, Suzzane & Forest, Lina. 1994. The Museum and The

School. McGill Journal of Education, tersedia di

http://www.unites.uqam.co/grem/pdf/the-museum-and-the-school.pdf (diakses Nopember 2014).

Anitah, Sri. 2003. Pembelajaran Terpadu Implementasi, Implementasi Paradigma

Konstruktivistik dalam Rangka Pengembangan Kecerdasan Ganda.

Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Anonim. 2007. Permuseuman. Jakarta: Direktorat Jendral Museum.

Arthanegara, I Gusti Bagus. 1983. Pendayagunaan Koleksi Museum Bali dalam

Pengajaran Sejarah di SMA Denpasar di Dalam Menyongsong 50 Tahun

Museum Bali. Denpasar: Proyek Pembangunan Permuseuman.

Azwar, Saifuddin. 2006. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

PustakaPelajar.

Ba’in. 2003. Pendayagunaan Bangungan Peninggalan Islam di Jawa

Tengahsebagai Sumber Belajar dalam PBM Sejarah. Laporan Penelitian.

Semarang: Unnes Press. Boyer, C.L. (1996). Using Museum Resources in

the K-12 Social Studies Curriculum. [Online]. Tersedia:

http://www.ed.gov/databases/ERIC Digest/ index/ ED412174 (diakses Nopember 2014).

Boyer, C.L. 1996. Using Museum Resources in the K-12 Social Studies

Curriculum. [Online]. Tersedia:

http://www.ed.gov/databases/ERICDigest/ index/ ED412174 (diakses Nopember 2014).

Degeng, Sudana I Nyoman. 1990. Teori Pembelajaran 1: Taksonomi Variabel.

(32)

Degeng, Sudana I Nyoman. 1999. Mencari Paradigma Baru Pemecahan Masalah

Belajar dan Keteraturan Menuju Kesemrawutan. Pidato Pengukuhan Guru

Besar. Malang: IKIP Malang.

Depdikbud. 1992. Kecil Tapi Indah Pedoman Pendirian Museum. Jakarta:

Depdikbud.

Depdikbud. 1994. Kumpulan Buklet Hari Bersejarah II. JBataviasch Genootschap

van Kusten en 5attenschappeakarta: Depdikbud.

Direktorat Museum. 2007. Pengelolaan Koleksi Museum. Jakarta: Direktorat

Jenderal Sejarah dan Purbakala.

Ensikopedi nasional. 1990. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka.

Gafur, Abdul. 1999. Pengertian Belajar dan Strategi Pembelajaran.

Latihifahhafni.wordpree.com/2012/04 (diakses Nopember 2014).di

Universitas Negeri Yogyakarta.

Hanafi, A.M. 1996. Menteng 31: Markas Pemuda Revolusioner Angkatan 45:

Membangun Jembatan Dua Angkatan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Harrison, Molly.1967. Education in Museum: The Organization of Museum:

Practical advice. Paris: The United Nationals Educational, Sejentifik and Cultural Organization.

Haryanto. 2004. “Korelasi Antara Sikap Peserta didik Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Inggris dan Pemanfaatan SumBer Belajar Dengan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Peserta didik SMU Negeri 01 Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo”.Surakarta: Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret.

Hunter, K.1988. Heritage Education in the Social Studies. ERIC Digest.[Online].

Tersedia: http://www.ed.gov/databases/ERICDigest/Index/ED30036.

(diakses Nopember 2014).

Jarolimek, J. and Parker, 5.C. 1993. Social Studies in Elementary Education.

New York: MacMillan Publishing Company.

Joni, Raka. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: P2TK Ditjen Dikti.

Kartodirdjo, Suyatno, herman 5aluyo, Dalimah. 1990. “Museum Sebagai Sarana

Pendidikan Sejarah”. Laporan Hasil Penelitian. Surakarta: Program Pasca

(33)

Kerringan, Sonia. 2009. Creating a Community School Museum: Theory into Practice.http://www.centres.exeter.ac.uk/historyresource/journal3/kerrigan .doc (diakses Nopember 2014).

Kunardi, Hardjoprawiro. 1995. “Peranan Museum Sebagai Sumber BelajarDan Pengaruhnya Terhadap Minat Belajar Sejarah Dalam Rangka Peningkatan 5awasan Kebangsaan: Suatu Studi di Jurusan Sejarah FS dan FKIP

Universitas Sebelas Maret”. Jakarta: Tesis. Institut Keguruan dan Ilmu

Keguruan Jakarta.

Latuheru, John D. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar

Masa Kini. Jakarta: Depdikbud.

Mudhofir. 1992 .Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

National Park Service (NPS). 2003. NPSMuseum Handbook Part I. Preservation

and Protection Team, Museum Management Program.

Nazir, Fuad Mulyadi. 2005. “Pengaruh Srategi Pembelajaran Ekspositori Dan Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar Kelistrikan Otomotif Ditinjau dari Motifasi Berprestasi Dan Pemanfaatan Sumber Belajar (Eksperimen Pada

Peserta didik Kelas 2 SMK di Kabupaten Sragen)”. Surakarta: Tesis.

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Sadiman, Arief 5. 1996. Media Pendidikan; Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.

Sanjaya, 5ina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Prenada Media.

Seels, Barbara B. and Rita C. Richey. 1994. Instructional Technology edisi

terjemahan Dewi S. Prawiradilaga dkk. 5ongshinton, DC.

Setijadi. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan: Satuan Tugas Definisi dan

(34)

Soeprapto. 1999. “Kontribusi Tingkat Pemanfaatan Museum Radya Pustaka dan Prestasi Belajar Sejarah Terhadap 5awasan Kebangsaan: Suatu Studi Peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Se-Kodya

Surakarta”.Jakarta: Tesis. Program Pascasarjana Universitas Jakarta.

Sutaarga, Moh. Amir. 1981. Capita Selekta Museugrafia dan Museologi.

Jakarta:Depdikbud.

Sutaarga, Moh. Amir. 1990. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Musem.

Jakarta:Depdikbud.

Sutardhi, SD. 1981. Pemanfaatan Alam Sekitar Sebagai Sumber Belajar

Anak,Analisis Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Tahun II.

Sutopo. H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Penerapanya

Dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Takai, R.T. and Connor, J.D. 1998. Museum + Learning: A Guide for Family

Visits. [Online]. Tersedia: http://www.ed.gov/pubs/museum.html (diakses Nopember 2014).

Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D-III dan S-II Pendidikan Dasar. Jakarta: Ditjen Dikti, Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru SD.

Tjandrasasmita, Uka. 1983. Sistematika Penyajian Koleksi Arkeologi di Pusat

untuk Menunjang Pendidikan Nasional oleh Museum, artikel di dalam Menyongsong 50 tahun Museum Bali. Denpasar: Proyek Pengembangan Permuseuman Bali.

Tombazia, Meletitiki A.N. and Association Artichitec Ltd. 2004. Museums

Handbook:Energy Efficiency and Sustainability in Retrofitted and New

Museum Building. Jerman: European Comission Directorate-General

Energy and Transport.

Gambar

Gambar 2.1.  Kerangka Alur Konseptual Penelitian .................................................

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, hanya atas petunjuk, rahmat, nikmat, dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, karena atas kehadirat dan segala nikmatNya penulis dapat menyelesaikan

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Tuhan alam semesta, atas rahmat serta hidyah-Nya sehinnga penulis diberi kemudahan dan semangat serta kesempatan untuk menyelesaikan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, hanya atas petunjuk, rahmat, nikmat, dan pertolonganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis telah mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Alhamdulillah, puji syukur bagi Tuhan semesta alam Allah Swt, yang telah memberikan segala nikmat, kesehatan, berkah, taufik, rahmat, dan hidayah- Nya kepada penulis,

Alhamdulillah, pujisyukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunianya memberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dalam keadaan sehat senang dan

Alhamdulillahi Rabbil alamin Penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa telah memberikan nikmat dan petunjuknya kepada penulis, hingga akhirnya penulis dapat