BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada bab I yaitu apakah pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Salatiga tahun 1980 – 2010 dan apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Salatiga tahun 1980 – 2010.
1.1. Diskripsi Objek Penelitian
Kota Salatiga terletak antara 007.17’ dan 007.17’.23” Lintang Selatan dan
antara 110.27’.56,81” dan 110.32’.4,64” di kelilingi oleh wilayah Kabupaten
Semarang, antara lain:
a. Sebelah Utara: Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Desa Pajaten) dan Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo, Desa Watu serta Desa Agung
b. Sebelah Selatan: Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe, Desa Samirono serta Desa Jetak) dan Kecamatan Tengaran (Desa Patemon dan Desa Karang Duren) c. Sebelah Timur: Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo serta Desa Glawan) dan Kacamatan Tengaran (Desa Bener, Desa Tegal Waton serta Desa Nyamat)
Kota Salatiga di lalui oleh jalan Arteri Primer (jalan nasional) Semarang-Solo, Salatiga menjadi perlintasan dua kota besar di Jawa Tengah (Semarang-Solo) serta perlintasan dari Jawa Timur (jalur tengah) ke Semarang dan Jawa Barat sehingga transportasi darat melalui Salatiga cukup ramai. Salatiga berjarak 100 km dari Yogyakarta dan 53 km dari Solo, serta Secara administratif Kota Salatiga mempunyai 4 Kecamatan dan 22 Kelurahan, dengan Jumlah RT 1038 dan RW 198 pada Tahun 2010.
1.2. Analisis Data
1.2.1.Pengeluaran Pemerintah Daerah
“Menyatakan pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran kas daerah periode tahun anggaran tertentu. Serta memberikan penjelasan tentang belanja daerah yaitu semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah”.
Tabel 4.1
Jumlah Pengeluaran Pemerintah Daerah Di Kota Salatiga Tahun 1980-2010
Sumber: Data dan Informasi Pengeluaran Pemerintah Daerah Kota Salatiga 2010
Tabel 4.1
menunjukkan bahwa Pengeluaran Pemerintah Daerah di Kota Salatiga dari tahun 1980-2010 terus mengalami kenaikan dari tahun 1980 sebesar Rp.409.041.050,00 dan mencapai angka tertinggi pada tahun 2009 sebesar Rp.432.656.545.000,00 tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi Rp.418.615.631,00.
1.2.2. Jumlah Penduduk
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kota Salatiga No T ahun Jumlah Pengeluaran Pemerint ah Daerah
Tahun 1980-2010
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota Salatiga dari tahun 1980-2010 terus peningkatan. Pada tahun 1991 penduduk berjumlah 86.700 jiwa sedangkan pada tahun 1992 penduduk berjumlah 142.095 jiwa. Kenaikan yang sangat tinggi itu disebabkan karena perluasan wilayah. Jumlah penduduk Kota Salatiga paling banyak berada pada tahun 2010 dengan jumlah 171.327 jiwa.
No T ah un Jum lah P en duduk
1 1 9 8 0 7 9 8 2 4
2 1 9 8 1 8 1 5 5 4
3 1 9 8 2 8 3 1 5 1
4 1 9 8 3 8 3 8 9 3
5 1 9 8 4 8 4 5 5 1
6 1 9 8 5 8 4 6 5 1
7 1 9 8 6 8 5 0 5 5
8 1 9 8 7 8 5 5 2 4
9 1 9 8 8 8 5 9 9 5
1 0 1 9 8 9 8 6 3 7 1
1 1 1 9 9 0 8 6 4 7 6
1 2 1 9 9 1 8 6 7 0 0
1 3 1 9 9 2 1 4 2 0 9 5
1 4 1 9 9 3 1 4 4 6 5 0
1 5 1 9 9 4 1 4 4 6 2 0
1 6 1 9 9 5 1 4 4 4 6 6
1 7 1 9 9 6 1 4 4 4 7 7
1 8 1 9 9 7 1 4 4 2 9 5
1 9 1 9 9 8 1 4 4 4 8 3
2 0 1 9 9 9 1 4 4 6 3 9
2 1 2 0 0 0 1 4 4 7 9 6
2 2 2 0 0 1 1 4 5 3 0 1
2 3 2 0 0 2 1 4 5 6 4 9
2 4 2 0 0 3 1 6 6 8 2 5
2 5 2 0 0 4 1 6 6 7 5 0
2 6 2 0 0 5 1 6 6 7 3 8
2 7 2 0 0 6 1 6 7 3 5 0
2 8 2 0 0 7 1 6 8 0 6 6
2 9 2 0 0 8 1 6 8 9 8 1
3 0 2 0 0 9 1 7 0 0 2 4
1.2.3. Pendapatan Asli Daerah
Tabel 4.3
Jumlah Pendapatan Asli Daerah Di Kota Salatiga Tahun 1980-2010
(dalam satuan rupiah)
No Tahun Jumlah Pendapatan As li Daerah 1 1980 Rp 148.863.537 2 1981 Rp 168.775.318 3 1982 Rp 281.144.524 4 1983 Rp 260.657.381 5 1984 Rp -6 1985 Rp 470.452.000 7 1986 Rp 858.541.000 8 1987 Rp 1.016.514.000 9 1988 Rp 1.293.661.000 10 1989 Rp 1.509.725.000 11 1990 Rp 1.633.087.200 12 1991 Rp 2.246.332.300 13 1992 Rp 2.635.208.900 14 1993 Rp 3.562.316.200 15 1994 Rp 4.891.257.000 16 1995 Rp 6.155.072.400 17 1996 Rp 6.706.136.000 18 1997 Rp 7.863.241.700 19 1998 Rp 8.899.964.270 20 1999 Rp 9.743.200.000 21 2000 Rp 9.809.800.000 22 2001 Rp 10.501.150.000 23 2002 Rp 17.703.850.000 24 2003 Rp 20.181.957.100 25 2004 Rp 21.621.211.750 26 2005 Rp 27.784.724.565 27 2006 Rp 32.449.466.498 28 2007 Rp 36.192.748.028 29 2008 Rp 33.107.194.040 30 2009 Rp 52.911.035.460
1.3. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik merupakan syarat utama dalam persamaan regresi. Maka dari itu harus dilakukan 4 pengujian yaitu: (1) data berdistribusi normal (Uji Normalitas) (2) tidak terdapat autokorelasi (Uji Autokorelasi) (3) tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen (Uji multikolinearitas) (4) tidak terdapat heteroskedastisitas (Uji Heteroskedastisitas). Dalam analisis regresi perlu di perhatikan adanya penyimpangan – penyimpangan atas asumsi klasik, jika tidak di penuhi maka variabel – variabel yang menjelaskan akan menjadi tidak efisien.
1.3.1.Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan terdistribusi secara normal. Untuk menguji normalitas data, penelitian ini menggunakan analisis grafik dan analisis statistik.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas: Grafik Normal Probability Plot
digunakan menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi uji asumsi klasik.
1.3.2.Hasil Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika tidak terjadi korelasi antar variabel independen maka dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut baik. Gejala Multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance di atas 0,10 ( VIF < 10 ).
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -5.528E9 2.348E9 -2.355 .026
PENGEL UARAN PEMERIN TAH DAERAH
.101 .005 .862 18.509 .000 .532 1.879
JUMLAH PENDUD UK
72044.90
6 20088.164 .167 3.586 .001 .532 1.879
a. Dependent Variable: PAD
Berdasarkan Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas, dapat dilihat bahwa nilai
1.3.3. Hasil Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu t-1 (sebelumnya). Pengujian ini menggunakan model Durbin-Watson (dw test) dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 4.5
Pengambilan Keputusan Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<d1
Tidak ada autokorelasi positif No decision d1≤d≤du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-d1≤d≤4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du≤d≤4-d1 Tidak ada autokorelasi, positif atau
negatif
Tidak ditolak du≤d≤4-du
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi : Durbin – Watson Model Summaryb
Model R
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1
.984a .969 .967 2.81308E
9 .969
419.38
5 2 27 .000 2.209
a. Predictors: (Constant), PENDUDUK, ABD
b. Dependent Variable: PAD
adalah H0 tidak ditolak. Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak terdapat autokorelasi (sesuai dengan tabel pengambilan keputusan).
1.3.4.Hasil Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Pengujian dapat dilakukan dengan melihat gambar plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
1.4. Hasil Uji Statistik
1.4.1.Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk menguji tingkat keterikatan antara variabel dependen dan variabel independen yang bisa dilihat dari besarnya nilai
adjusted R-square (R2).
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.7 hasil uji koefisien determinasi, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R2 adalah 0,967 yang artinya 96,7% variasi Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen yaitu Pengeluaran Pemerintah Daerah dan jumlah penduduk. Sedangkan sisanya (100% - 96,7% = 3,3%) dipengaruhi oleh variabel independen lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. 1.4.2.Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian simultan bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian ini menggunakan uji F yaitu dengan membandingkan nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan (0,05).
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .984a .969 .967 2.81308E9
a. Predictors: (Constant), PENDUDUK, ABD
Tabel 4.8 Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6.638E21 2 3.319E21 419.385 .000a
Residual 2.137E20 27 7.913E18
Total 6.851E21 29
a. Predictors: (Constant), PENDUDUK, ABD
b. Dependent Variable: PAD
Berdasarkan tabel uji ANOVA atau uji F, diperoleh F hitung sebesar 419.385 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena nilai signifikansi F dibawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan semua variabel independen yaitu Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Jumlah Penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen : Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Pendapatan Asli Daerah.
1.4.3.Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Tabel 4.9 Hasil Uji t
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -5.528E9 2.348E9 -2.355 .026
PPD .101 .005 .862 18.509 .000
PENDUDU
K 72044.906 20088.164 .167 3.586 .001
a. Dependent Variable: PAD
Berdasarkan Tabel 4.9 Pengujian Parsial, dapat dilihat bahwa dari kedua variabel independen, semua variabel Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas Pengeluaran Pemerintah Daerah sebesar 0,00 dan Jumlah Penduduk sebesar 0,001 yang dibawah tingkat signifikansi 0,05. 1.5. Pembahasan
1.5.1.Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka disimpulkan bahwa variabel dependen Pendapatan Asli Daerah dipengaruhi oleh variabel independen Pengeluaran Pemerintah Daerah dan Jumlah Penduduk. Dengan demikian persamaan sistematis sebagai berikut :
PAD = -5.528E9 + 0,101 PPD + 72.044,906 JP
nilai signifikansi sebesar 0,00 dan mempunyai koefisien 0,101. Oleh karena itu tingkat signifikansi pengeluaran pemerintah daerah di bawah taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini Pengeluaran Pemerintah Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Artinya semakin tinggi Pengeluaran Pemerintah Daerah maka Pendapatan Asli Daerah juga akan semakin tinggi. Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut.
Dalam perkembangan pemerintah dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu (Guritno, 1994;169):
a. Model Pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Model inl dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, presentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meingkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut,Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas social seperti halnya, program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
b. Hukum Wagner
menganggap pemrintah sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya.
c. Teori Peacock dan Wiseman
Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Teori Peacock dan Wiseman adalah pemerintah ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.”
Daerah diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penerimaan daerah. Pendapatan Asli Daerah secara statistik berpengaruh tarhadapa alokasi belanja modal dapat memberi sedikit acuan bahwa Pendapatan Asli Dearah sangat berperan penting dalam pembangunan daerah tersebut. Oleh karena itu daerah hendaknya lebih terpacu lagi untuk memanfaatkan sumber daya daerah untuk dapat digunakan dalam rangka kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan. 1.5.2.Pengaruh Jumlah Penduduk dengan PAD
tinggi pengeluaran pemerintah semakin tinggi pula produktivitas perekonomian. Dari peningkatan produktivitas perekonomian akan memberi dampak positif pada peningkatan pendapatan daerah tersebut.
Signifikansi sebesar 0,001 mempunyai koefisien 72044.906. Oleh karena itu tingkat signifikansi di bawah taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis 2 di terima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini jumlah penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. Artinya semakin bertambahnya jumlah penduduk di suatu daerah maka Pendapatan Asli Daerah juga akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan penduduk merasa nyaman dan puas akan fasilitas dan layanan yang di berikan pemerintah, sehingga masyarakat tidak akan enggan untuk membayar retribusi, pajak dan tuntutan daerah lainnya.
Pemikiran tersebut sejalan dengan teori Adam Smeet (Paul A. Samuelson: 2004) yaitu:
Pertumbuhan penduduk tinggi akan dapat menaikkan output melalui penambahan tingkat dan ekspansi pasar baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Penambahan penduduk tinggi yang diiringi dengan perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi di dalam produksi. Penambahan penduduk merupakan satu hal yang dibutuhkan dan bukan suatu masalah, melainkan sebagai unsur panting yang dapat memacu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Besarnya pendapatan dapat mempengaruhi penduduk. Jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang dapat ditarik juga meningkat
.