BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan pengendalian diri, kepribadian, berdasarkan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara
(Depdiknas, 2003:5). Pemerintah selalu berupaya untuk terus memajukan kwalitas hasil-hasil pendidikan sesuai yang diamanatkan undang-undang. Pemerintah juga telah melakukan berbagai upaya untuk mencari
terobosan-terobosan baru guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Salah satu langkah yang telah diambil pemerintah yaitu dengan
memperbaiki dan menyempurnakan tatanan kurikulum pendidikan Indonesia dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah disempurnakan yaitu Kurikulum 2013 (K-13) yang intinya mengarahkan
aktivitas kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik yang berpusat pada siswa dan pembentukan kerja sama dalam belajar yang dikemas dalam
kelompok dengan menggunakan model–model pembelajaran. Namun demikian bukan berarti tugas guru dalam proses pengajaran menjadi tidak penting. Guru tetap menjadi kunci utama keberhasilan dalam proses belajar
mengajar.
Sebagai pihak yang terlibat langsung dalam pembelajaran di kelas,
mengadakan pembelajaran yang dapat mendukung siswa untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswanya. Guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
membangkitkan aktivitas siswa dalam menggali pengetahuan dengan kemampuannya sendiri, karena melalui pendidikan dan latihan orang mengalami pengubahan sikap, tingkah laku dan cara berpikir. Matematika
dapat membentuk pola pikir siswa yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan.
Namun, proses pembelajaran yang terjadi masih belum mendukung siswa untuk aktif membangun pengetahuan dari materi yang dipelajari. Komunikasi matematika memiliki peran, yaitu sebagai kekuatan sentral
dalam merumuskan konsep dan strategi matematika, modal keberhasilan terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi
matematika serta wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide. Kemampuan komunikasi matematis
dapat berupa kemampuan siswa dalam memikirkan ide-ide matematika mereka, kemudian mampu menyampaikan dan menggambarkan apa yang
mereka pahami kepada temannya yang lain sehingga siswa yang lain juga dapat memahami ide yang disampaikannya tersebut, sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan matematika yang akan dipecahkan.
Salah satu alternatif teknik pembelajaran yang mengupayakan siswa untuk aktif dalam membangun dan memahami materi pelajaran adalah teknik
meningkatkan rasa ingin tahu, menumbuhkan kepercayaan diri serta melatih
siswa dalam mengkomunikasikan ide-idenya, teknik ini erat kaitannya dengan pertanyaan. Probing question adalah “pertanyaan yang bersifat
menggali untuk mendapatkan jawaban yang lebih lanjut dari siswa yang bermaksud mengembangkan kualitas jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta lebih beralasan” sedangkan prompting question, pertanyaan ini bermaksud untuk “menuntun siswa agar ia dapat menemukan jawaban yang lebih benar”. Teknik bertanya ini bersifat menggali jawaban
siswa sehingga didapat jawaban yang lebih lanjut dari siswa tersebut. Dengan teknik probing-prompting question, guru lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih menggali jawabannya serta lebih meningkatkan
atau menyempurnakan jawaban siswa mengenai pertanyaan sebelumnya. Implementasi dari teknik probing-prompting dapat dilihat pada
langkah-langkah berikut ini : a) Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang sebelumnya telah dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran apa yang akan dicapai. b) Guru memberikan waktu untuk
memikirkan jawaban dari pertanyaan tersebut kira-kira 1-15 detik sehingga siswa dapat merumuskan apa yang ditangkapnya dari pertanyaan tersebut. c)
Setelah itu secara acak, guru memilih seorang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut, sehingga semua siswa berkesempatan sama untuk dipilih. d) Jika jawaban yang diberikan siswa benar, maka pertanyaan yang
sama juga dilontarkan kepada siswa lain untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran namun, jika jawaban yang
berpikir ke arah pertanyaan yang awal tadi sehingga siswa bisa menjawab
pertanyaan tadi dengan benar. Pertanyaan ini biasanya menuntut siswa untuk berpikir lebih tinggi, sifatnya menggali dan menuntun siswa sehingga semua
informasi yang ada pada siswa akan membantunya menjawab pertanyaan awal. e) Meminta siswa lain untuk member contoh atau jawaban lain yang mendukung jawaban sebelumnya sehingga jawaban dari pertanyaan tersebut
menjadi kompleks. f) Guru memberikan penguatan atau tambahan jawaban guna memastikan kepada siswa bahwa kompetensi yang diharapkan dari
pembelajaran tersebut sudah tercapai dan mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran tersebut.
Agar dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran probing-prompting lebih menarik, kita juga dapat menggunakan suatu alat peraga untuk mempermudah siswa memahami
materi penyajian data dalam statistika. Alat peraga yang dirancang ini merupakan salah satu alat yang dapat dioperasikan untuk membantu siswa dalam menyajikan data. Salah satu alat peraga yang cocok untuk materi
tersebut adalah “Kartu Data”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka penulis ingin mengkaji lebih
jauh secara teoritis salah satu pendekatan pembelajaran dalam proses pembelajaran Matematika dalam penulisan makalah seminar ini dengan judul : PEMBELAJARAN PROBING–PROMPTING DENGAN MENGGUNAKAN
B. PERMASALAHAN 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
Bagaimana dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Statistik di Kelas X SMA Menggunakan Metode Probing–Prompting dengan Alat Peraga
Kartu Data ?
2. Deskripsi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis akan mendeskripsikan secara teoritis masalah tentang pembelajaran probing– prompting pada materi statistika dengan alat peraga kartu data :
Pembelajaran probing–prompting adalah pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menunutun dan
menggali gagasan siswa sehingga dapat melejitkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari (Suherman, 2008:6).
Selanjutnya, siswa mengkontruksi konsep prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak
diberitahukan.
Adapun langkah–langkah pembelajaran probing–prompting sebagai berikut :
1. Siswa diberi permasalahan 2. Perumusan masalah 3. Tanya jawab
Alat peraga merupakan alat yang digunakan untuk membantu
proses belajar mengajar yang berperan sebagai pendukung dalam kegiatan belajar mengajar. Alat peraga berguna untuk mempermudah
siswa dalam materi pembelajaran. Dalam pembelajaran ini penulis menggunakan kartu data sebagai alat peraganya.
3. Batasan Masalah
Agar pembatasan ini lebih terarah dan menghindari luasnya pembahasan dalam suatu masalah, maka perlu adanya batasan agar
diperoleh kajian lebih terfokus dan efisien. Maka penulis membatasinya pada sub pokok bahasan data tunggal.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembahasan makalah
ini adalah untuk mendeskripsikan secara teoritis pembelajaran probing– prompting dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan data tunggal di kelas X SMA dengan menggunakan alat peraga kartu data.
D. PENGERTIAN ISTILAH DALAM JUDUL
Ada beberapa istilah yang perlu untuk didefinisikan agar pembaca
memiliki pemahaman dan tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami istilah. Adapun istilah–istilah tersebut adalah :
1. Pembelajaran probing–prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menunutun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan
dipelajari. (
www.asikbelajar.com/2012/10/model-pembelajaran-probing-prompting.html?m=1 )
2. Statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara–cara pengumpulan dan penyusunan data, pengolahan data, dan penganalisisan data, serta penyajian data berdasarkan kumpulan dan analisis data yang
dilakukan. ( www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-statistika-dan-statistik.html?m=1 )
3. Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga
dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.
(http://fairuzelsaid.wordpress.com/2011/05/24/pengertian-dan-tujuan-alat-peraga-pendidikan/)
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun Sistematika penulisan dalam makalah seminar ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang membahas tentang latar balakang masalah, permasalahan (rumusan masalah, deskripsi masalah, batasan
masalah), tujuan pembahasan, pengertian istilah dalam judul dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian pustaka, kajian tentang teori pembelajaran probing-prompting dan pembahasan materi statistika menggunakan alat peraga kartu data di kelas X SMA.
BAB III : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Probing–prompting
1. Pengertian Pembelajaran Probing–prompting
Probing adalah penyelidikan dan pemeriksaan, sedangkan prompting adalah mendorong atau mendukung. Pembelajaran probing-prompting adalah pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa sehingga dapat melejitkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan
dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya, siswa mengkontruksi konsep-prinsip dan aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Suherman(dalam Huda), 2008:6).
Pembelajran probing-prompting sangat erat kaitannya dengan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada saat pembelajaran ini disebut probing question. Probing question adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih dalam dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas
jawaban, sehingga jawaban selanjutnya lebih jelas, akurat, dan beralasan. Probing question dapat memotivasi siswa untuk memahami suatu masalah dengan lebih mendalam sehingga siswa mampu mencapai jawaban yang
dituju. Selama proses pencarian dan penemuan jawaban atas masalah tersebut, mereka berusaha menghubungkan pengetahuan dan pengalaman
Proses tanya jawab dalam pembelajaran dilakukan dengan
menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif. Siswa tidak bisa menghindar proses pembelajaran,
karena setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Berdasarkan penelitian priatna, proses probing dapat mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh tantangan, sebab ia menuntut konsentrasi dan
keaktifan. Selanjutnya, perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dipelajari cenderung lebih terjaga karena siswa selalu
mempersiapkan jawaban sebab mereka harus selalu siap jika tiba-tiba ditunjuk oleh guru. dalam pembelajaran ini, kemunkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi
kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan nada lembut. Ada canda, senyum,
dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai, karena salah adalah ciri dari orang yang sedang belajar dan telah berpartisipasi.
Sudarti(dalam Huda), 2008).
2. Langkah-langkah Pembelajaran Probing-prompting
Langkah-langkah pembelajaran probing-prompting dijabarkan melalui 7 (tujuh) tahapan teknik probing yang kemudian dikembangkan dengan prompting sebagai berikut :
1. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan
3. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa
untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskan permasalahan.
4. Guru mengajukan persoalan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.
5. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa
untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil.
6. Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.
7. Jika jawaban tepat, maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun, jika siswa
tersebut mengalami kemacetan jawaban atau jawaban yang diberika kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban. Kemudian, guru memberikan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, sehingga siswa
dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang diajukan pada langkah keenam ini sebaiknya
diberikan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam kegiatan probing-prompting.
8. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Probing-prompting
Kelebihan dari pembelajaran probing-prompting diantaranya : a. Mendorong siswa berpikir aktif.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali.
c. Perbedaan pendapat antara siswa dapat dikompromikan atau diarahkan pada suatu diskusi.
d. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan
hilang ngantuknya.
e. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
Kekurangan dari pembelajaran probing-prompting diantaranya : a. Siswa merasa takut, apalagi guru kurang dapat mendorong siswa
untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab.
b. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa.
c. Waktu sering banyak terbuang apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua, atau tiga orang.
d. Jumlah siswa yang banyak tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa. (http://
ayuface.wordpress.com/2010/12/25/pembelajaran-probing-prompting/)
Cara mengatasi kekurangan dari pembelajaran probing-prompting,
penulis dapat menguraikan sebagai berikut :
a. Untuk menghindari siswa yang takut, sebaiknya guru memberikan
b. Guru bisa membentuk kelompok secara heterogen untuk
meminimalisir siswa agar siswa mudah dalam memahami pertanyaan dan bisa menjawab pertanyaan serta peggunaan waktu yang tidak
banyak terbuang.
B. Kajian tentang Materi Statistika
1. Pengertian Statistika
Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisannya dan penarikan
kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan. Sedangkan, statistik adalah pernyataan yang digunakan untuk menyatakan kumpulan data, bilangan maupun non-bilangan yang disusun
dalam tabel dan atau diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Misalnya : statistik pendidikan, statistik penduduk, dsb.
Statistika mempelajari tentang pengumpulan data, penyajian data, dan pengolahan data. Data dikumpulkan dari wawancara, observasi dan angket. Data disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan grafik. Data juga
diolah berdasarkan ukuran pemusatan yaitu : rata-rata, median dan modus. (Sudjana, 2005:2).
2. Materi Pembelajaran Statistika
I. Data Tunggal
Data berkuantitas kecil dan suatu statistik disebut sebagai data
siswa dan tingkat keuntungan suatu usaha.
a. Penyajian data dalam bentuk tabel Masalah 11.1
Siti ditugaskan guru untuk melakukan survei data terhadap keuntungan penjualan barang/jasa selama satu tahun melalui buku kas koperasi sekolah. Data yang diperoleh sebagai berikut (dalam satuan ribu rupiah) :
Keuntungan penjualan buku tulis, pensil, bolpen, keping CD, tinta printer, makanan ringan, kertas HVS, kerta folio, minuman ringan dan air mineral,
seragam sekolah, seragam olahraga, buku bacaan, majalah komik, dan foto copy secara berturut-turut adalah 400, 300, 550, 200, 325, 540, 350, 450, 750, 900, 500, 600, 300, dan 525. Sajikan data tersebut dan tentukan lima
jenis barang dengan keuntungan tertinggi! Penyelesaian :
Jika data tersebut kita daftarkan tanpa menggunakan label barang maka kita dapat menggunakan tabulasi kolom diperoleh tabel yang disajikan sebagai berikut :
Tabel 11.1 Data Keuntungan Barang/Jasa Koperasi Sekolah Jenis barang/jasa (Satuan Ribu Rupiah)Jumlah Keuntungan
Buku tulis 400
Pensil 300
Bolpen 550
Keping CD 200
Tinta printer 325
Makanan ringan 710
Kertas HVS 350
Kertas Folio 600
Minuman ringan dan air mineral 750
Seragam sekolah 900
Seragam olahraga 500
Buku bacaan 600
Fotocopy 525
Total 7.010
Bagaimana jika tabel tersebut disajikan dalam bentuk baris? Persoalan
yang lain juga muncul adalah bagaimana jika data yang ada lebih banyak? Dengan menggunakan bantuan pelabelan pada setiap jenis barang/jasa
akan membantu dan lebih memudahkan kita dalam menyajikan data yang banyak serta dalam berbagai bentuk tabel, sehingga dengan data berlabel diperoleh tabel berikut ini (Satuan Ribu Rupiah) :
Tabel 11.2 Data Keuntungan Barang/Jasa Menggunakan Label
Jenis barang/jasa Keuntungan Jenis barang/jasa Keuntungan
1 400 8 600
2 300 9 750
3 550 10 900
4 200 11 500
5 325 12 600
6 710 13 300
7 350 14 525
Dari penyajian tabel di atas diperoleh 5 jenis barang dengan keuntungan
tertinggi, yakni:
Tabel 11.3 Data Barang/Jasa Dengan Keuntungan Tertinggi
No. Jenis barang/jasa Jumlah keuntungan
1 Seragam sekolah 900
2 Minuman ringan dan air mineral 750
3 Makanan ringan 710
4 Buku bacaan 600
5 Kertas folio 600
Masalah 11.2
Setiap akhir semester guru melakukan evaluasi hasil belajar. Data hasil evaluasi ulangan siswa untuk mata pelajaran matematika disajikan dalam
Tabel 11.4 Data Nilai Matematika Siswa Nama Nilai Nama Nilai
Siti 80 Ratna 85
Zubaidah 75 Indah 80
Beni 80 Enita 85
Edo 85 Rojak 85
Udin 80 Hartono 75
Dayu 85 Hendra 85
Lani 85 Rizal 85
Wayan 90 Iwan 80
Bambang 80 Samsul 85
Endang 80 Habibah 85
Marianto 85 Deni 80
Supardi 80 Mahfud 80
Paian 80 Depi 85
Hotma 85 Asni 85
Oldri 100 Reza 80
Ovano 95 Lexi 80
Bentuklah tabel di atas dalam bentuk tabel frekuensi dan tentukan jumlah siswa dengan nilai tertinggi dan terendah serta nilai berapa yang paling
banyak diperoleh siswa tersebut. Penyelesaian :
Untuk data hasil ulangan Matematika disajikan dengan cara mengelompokkan data nilai siswa serta banyak siswa dengan nilai yang sama, diperoleh tabel frekuensi sebagai berikut:
Tabel 11.5 Tabel Distribusi Frekuensi Nila i Frekuens i 75 2 80 12 85 15 90 1 95 1 100 1
- Nilai terendah adalah 75 sebanyak 2 orang siswa
- Nilai dengan siswa terbanyak adalah 85 sebanyak 15 orang siswa
Dari pembahasan di atas diperoleh banyak kegunaan penyajian data dalam
bentuk tabel antara lain data terlihat rapi sehingga memudahkan dalam pengolahan data. Dalam statistik, tabel dibedakan dengan dua jenis yaitu tabel sederhana dan tabel distribusi frekuensi yang sering dipakai pada
data berkelompok yang akan kamu pelajari di subbab berikutnya. b. Penyajian dalam bentuk Diagram
Terdapat beberapa cara dalam penyajian data berbentuk diagram antara lain: diagram garis, diagram lingkaran dan diagram batang. Untuk lebih memahami penyajian diagram perhatikan masalah-masalah berikut.
i. Diagram Garis Masalah 11.3
Ayah Beni bekerja di Amerika dan telah pulang ke Indonesia. Ia ingin menukarkan uang hasil tabungan selama bekerja agar dapat dipakai di tanah air untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ia pun mengamati harga jual
dan harga beli mata uang dolar Amerika selama beberapa hari. Berikut hasil pencatatan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang diamati.
Tabel 11.6 Tabel Nilai Tukar Rupiah
Tanggal 5 Juli 6 Juli 7 Juli 8 Juli 9 Juli 10 Juli Kurs jual 9.050 9.124 8.967 9.110 9.089 9.075 Kurs beli 9.175 9.012 9.045 9.020 9.006 8.985
Ubahlah tabel dalam bentuk diagram dan tentukan pada tanggal berapakah nilai tukar rupiah tertinggi dan terendah! Hitung juga selisih rata-rata nilai
Penyelesaian :
a. Pilihan untuk mengubah data di atas dalam bentuk diagram cukup banyak antara lain diagram garis, batang, lingkaran dan lain-lain. Pada
pembahasan ini akan dipilih diagram garis, silahkan kamu mencoba menyajikan dalam bentuk diagram lainnya. Untuk menampilkan diagram garis kita akan memasangkan setiap datum nilai rupiah dan tanggal pada
pada data kurs jual sehingga membentuk titik-titik kemudian hubungkan titik-titik tersebut sehingga membentuk garis- garis. Cara yang sama juga
dilakukan untuk data kurs beli, sehingga diperoleh diagram berikut:
5 Juli 6 Juli 7 Juli 8 Juli 9 Juli 10 Juli 8850
8900 8950 9000 9050 9100 9150 9200
Kurs jual Column1
Dari diagram di atas diperoleh data sebagai berikut :
Harga kurs jual tertinggi Rp. 9.124 berada ditanggal 6 juli dan terendah
Rp. 8.967 berada ditanggal 7 juli.
Harga kursbeli tertinggi Rp. 9.175 berada di tanggal 5 juli dan terendah Rp. 8.985 berada di tanggal 10 juli.
• Rata-rata kurs jual
¿9.050+9.124+8.967+9.110+9.089+9.075
6 =9.069
• Rata-rata kurs beli
¿9.175+9.012+9.045+9.020+9.006+8.985
6 =9.041
Dari kedua rata-rata kurs di atas dapat diperoleh selisih rata-rata kurs,
yaitu : Rata-rata kurs jual–Rata-rata kurs beli ¿9.069−9.041
¿29
Dari perhitungan di atas diperoleh selisih rata-rata nilai kurs adalah Rp.
29.
Dari masalah dan kegiatan di atas dapat kita nyatakan bahwa diagram garis
adalah suatu penyajian data statistik dengan menggunakan gari-garis lurus yang terhubung dengan komponen-komponen pengamatan. Diagram garis biasanya digunakan untuk menggambarkan data tentang keadaan yang
berkesinambungan. Biasanya data bersifat kontinu pada suatu ukuran satuan. Misalnya, kecepatan suatu mobil pada suatu perjalanan, nilai tukar
rupiah, dan pertumbuhan jumlah penduduk suatu daerah. ii. Diagram Lingkaran
Masalah 11.4
Sebuah toko handphone mencatat penjualan produk smartphone yang dijual dalam kurun waktu sebulan. Gambarkan data penjualan smartphone
dari tabel berikut ke dalam bentuk diagram lingkaran. Tabel 11.7 Tabel Penjualan Smartphone
Banyak
penjualan 35 25 20 40 10 50
Penyelesaian :
Dari data di atas diperoleh total penjualan smartphone adalah 180 unit.
Untuk menggambarkan diagram lingkaran biasanya digunakan dalam dua bentuk yakni bentuk derajat dan bentuk persentase. Dalam bentuk
persentase kita menghitung terlebih dahulu besar persentase tiap bagian data penjualan smartphone terhadap seluruh penjualan yakni 100%. Sama halnya dengan sudut pusat lingkaran terlebih dahulu menghitung besar
sudut tiap bagian data terhadap total sudut lingkaran yaitu 360°. Dengan pembulatan desimal maka besar persentase dan besar sudut lingkaran tiap
bagian data penjualan smartphone adalah:
Tabel 11.8 Tabel Penjualan Smartphone Tipe
smartphone penjualanBanyak Persentase Sudut pusat lingkaran
Tipe I 35 35
180x100=19
35
180 x360°=70°
Tipe II 25 18025 x100=14 25
180 x360°=50°
Tipe III 20 20
180 x100=11
20
180 x360°=40°
Tipe IV 40 40
180x100=22
40
180 x360°=80°
Tipe V 10 10
180x100=6
10
180x360°=20°
Tipe VI 50 50
180 x100=28
50
Dengan memperoleh besaran persentase tiap bagian pada data penjualan
smartphone tersebut maka bentuk diagram lingkaran dalam bentuk persentase adalah sebagai berikut.
Banyaknya Penjualan Smartphone
Tipe I; 19%
Tipe II; 14%
Tipe III; 11%
Tipe IV; 22% Tipe V; 6% Tipe VI; 28%
Gambar Diagram Lingkaran Bentuk Persentase
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan menggunakan gambar yang berbentuk lingkaran yang pada bagian-bagian dari daerah lingkaran menunjukkan
juring atau persentase dari keseluruhan. iii. Diagram Batang
Perhatikan kembali Masalah 11.4, dari data tersebut juga dapat menggambarkan diagram batang. Prinsip penyajian diagram batang relatif sama dengan diagram garis. Setelah menghubungkan variabel pengamatan
dengan nilai pengamatan dapat dibentuk grafik batang dengan lebar yang sama dan setinggi atau sejauh nilai data pengamatan. Dengan data
Banyak Penjualan
Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI 0
10 20 30 40 50 60
Column2
Diagram Batang Bentuk Vertikal
Banyak Penjualan Smartphone
Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V Tipe VI
0 10 20 30 40 50 60
Column2
Gambar Diagram Batang Bentuk Horizontal
merupakan diagram berbentuk persegi panjang yang lebarnya sama namun
tinggi atau panjangnya sebanding dengan frekuensi data pada sumbu horizontal maupun vertikal. Dengan diagram garis dan diagram batang
dapat membantu kita untuk dapat melihat nilai data yang tertinggi dan terendah.
C. Kajian tentang Alat Peraga 1. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan
telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002:59). Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat Bantu untuk menciptakan proses
belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta
evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam
pencapain tersebut, peranan alat Bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan ajar dengan mudah
dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh
siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
Alat peraga yang digunakan hendaknya memiliki karakteristik tertentu.
bahwa alat peraga yang di gunakan harus memiliki sifat sebagai berikut: a. Tahan lama (terbuat dari bahan yang cukup kuat).
b. Bentuk dan warnanya menarik.
c. Sederhana dan mudah di kelola (tidak rumit).
d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak.
e. Dapat mengajikan konsep matematika (tidak mempersulit pemahaman). f. Sesuai dengan konsep pembelajaran.
g. Dapat memperjelas konsep (tidak mempersulit pemahaman)
h. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir yang
abstrak bagi siswa.
i. Bila kita mengharapkan siswa belajar aktif (sendiri atau berkelompok)
alat peraga itu supaya dapat di manipulasikan, yaitu: dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, dicopot, (diambil dari susunannya) dan lain-lain.
j. Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak).
Proses pembelajaran dengan menggunakan bantuan alat peraga tidak selamanya dapat membuahkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan digunakannya alat peraga
justru bukannya membantu memperjelas konsep, akan tetapi sebaliknya misalnya membuat siswa menjadi bingung. Dalam memilih alat peraga
secara tepat terdapat lima hal yang harus di perhatikan oleh guru yakni:tujuan, materi pelajaran, strategi belajar mengajar, kondisi dan siswa yang belajar serta perlu waspada, sehingga tidak memakai media mengajar
yang tidak begitu kecil, sehingga anak sulit melihat dan menjadi ribut. Serta gambar yang terlalu asing pada perasaan anak, umpanya gambar
alat bantu mengajar. Supaya sumber belajar dapat mempengaruhi proses
belajar dengan efektif dan efisien, perlu ada yang mengatur. Yang bertugas mengatur adalah instruction. Tujuannya dalam hal ini ialah mengusahakan
agar terjadi interaksi antara siswa dengan sumber belajar yang relevan dengan tujuan instruksional yang akan dicapai. Agar alat dapat berfungsi dengan efektif dalam menunjang proses belajar perlu dikembangkan
dengan memperhatikan tujuan instruksional yang akan dicapai. Kecuali itu, penggunaannya dalam program intruksional harus direncanakan secara
sistematis seksama melalui serangkaian kegiatan yang disebut pengembangan instruksional. Tekologi instruksional adalah suatu proses yang kompleks dan terintegrasi, meliputi orang, prosedur, ide, peralatan,
dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan dan menilai, serta mengelola pemecahan terhadap masalah tersebut dalam
situasi-situasi dimana proses belajar dilakukan secara sengaja, bertujuan dan terkontrol. Dari definisi tersebut ciri-ciri teknologi pembelajaran, tampak bahwa dalam memecahkan masalah belajar yang bertujuan dan
terkontrol, teknologi pembelajaran menggunakan komponen sistem pembelajaran. Kegiatan instruksional yang direncanakan secara integral
dan sistematis dalam suatu komponen pembelajaran merupakan wujud dari pemecahan masalah belajar menurut teknologi pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa alat adalah merupakan salah satu
komponen dalam sumber belajar, sekaligus merupakan salah satu bentuk pemecahan belajar menurut teknologi pendidikan, dengan melalui suatu
3. Jenis-jenis Alat Peraga
Adapun beberapa jenis-jenis alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar yaitu:
a. Gambar
Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal dan saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai umur, diperoleh
dalam keadaan siap pakai, dan tidak menyita waktu persiapan. b. Peta
Peta bisa menolong mereka mempelajari bentuk dan letak negara-negara serta kota-kota yang disebut Al-kitab. Salah satu yang harus diperhatikan, penggunaan peta sebagai alat peraga hanya cocok bagi anak besar/kelas
besar.
c. Papan tulis.
Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar. Papan tulis dapat diterima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. Tidak perlu menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat yang
pendek, beberapa gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat persegi panjang dapat menggambarkan orang, kota atau
kejadian. d. Boks pasir
Anak kelas kecil dan kelas tengah sangat menggemari peragaan yang
menggunakan boks pasir. Boks pasir dapat diciptakan “peta” bagi mereka khususnya bagi kelas tengah karena pada umur tersebut mereka sudah
(Pepak.sabda.org.andomtions.blogspot.com)
Selain alat peraga yang disebutkan di atas, media mengajar yang paling dikenal di dalam pelayanan anak sering disebut dengan istilah
singkat, alat peraga berbentuk fleschard, wayang, boneka jari, rumah palestina dan sebagainya. Adapun alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat peraga gambar karena disenangi anak
berbagai umur, diperoleh dalam keadaan siap pakai, dan tidak menyita waktu persiapan selain itu untuk menarik perhatian siswa dalam
melakukanya. 4. Tujuan Alat Peraga
Adapun tujuan dari alat peraga untuk:
a. Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas. b. Mengembangkan sikap yang dikehendaki.
c. Mendorong kegiatan siswa lebih lanjut.
Penggunaan alat peraga merangsang imajinasi anak dan memberikan kesan yang mendalam dalam mengajar, panca indera dan
seluruh kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan dilibatkan, sehingga tidak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan
melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah “mendengar” melalui pendengaran, anak mengikuti peristiwa-peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah
telinga mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang
dihasilkan jikalau apa yang diceritakan “dilihat melalui sebuah gambar “.
Dengan demikian, melalui ”mendengar“ dan “melihat” akan diperoleh kesan yang jauh lebih mendalam.
5. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat Peraga
Adapun kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga dalam pengajaran yaitu:
Kelebihan penggunaan alat peraga :
a. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih
menarik.
b. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah
memahaminya.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah
bosan.
d. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :mengamati,
melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.
Kekurangan penggunaan alat peraga :
a. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntuk guru. b. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan.
c. Perlu kesediaan berkorban secara materiil.
d. Terlalu menekankan bahan-bahan peraganya sendiri dengan tidak
menghiraukan kegiatan- kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan itu. e. Semata-mata bagi guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya
sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat peraga tersebut diabaikan. Disamping itu terlalu menekankan pentingnya materi
ketimbang proses pengembangannya dan tetap memandang materi audiovisual sebagai alat Bantu guru dalam mengajar.
Untuk membantu siswa dalam mengumpulkan data (sesuai permintaan
guru).
Bentuk Alat Peraga :
Alat Peraga terbuat dari kertas karton berukuran (10 cm x 5 cm) Langkah-langkah penggunaan Alat Peraga :
1. Setiap kelompok diberikan kartu data sesuai dengan jumlah anggotanya. 2. Setiap anggota kelompok mengisi kartu data sesuai dengan permintaan
data yang diminta oleh guru (masalah).
3. Kartu data yang sudah terisi, kemudian disatukan dalam masing-masing
kelompok.
4. Data yang sudah terkumpul disajikan dalam bentuk yang sudah
ditentukan oleh guru (tabel atau diagram).
E. Pembelajaran Probing–prompting dengan Menggunakan Alat Peraga “Kartu Data” pada Materi Statistika di Kelas X SMA
Dalam pembelajaran Probing-prompting, seorang guru harus mengerti terlebih dahulu terhadap pembelajaran ini. Disamping itu juga, guru harus
melakukan langkah-langkah seperti yang telah dijelaskan di atas.
Maka dari itu, penulis ingin memberikan gambaran tentang
langkah-langkah pembelajaran probing-prompting dengan menggunakan alat peraga kartu data pada materi statistika di kelas X SMA sebagai berikut:
1. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru.
Guru membentuk siswa kedalam beberapa kelompok.
Guru menunjukkan bentuk penyajian data berupa tabel dan
2. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa
untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskan permasalahan.
setiap kelompok melakukan diskusi kecil untuk menjawab
permasalahan yang diberikan oleh guru. (Menanya)
3. Guru mengajukan persoalan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.
Guru meminta seluruh kelompok untuk menyajikan data tentang umur.
Guru membagikan Kartu Data kepada semua kelompok.
Setiap kelompok diberikan kartu data sesuai dengan jumlah anggotanya.
Kartu data diisi dengan nama dan umur.
(Mengumpulkan informasi)
kartu data yang sudah terisi, kemudian disatukan dalam masing-masing kelompok.
data yang sudah terkumpul disajikan dalam bentuk tabel.
(Menalar)
5. Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.
Guru menunjuk perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. (Mengkomunikasikan)
6. Jika jawaban tepat, maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun, jika siswa tersebut
mengalami kemacetan jawaban atau jawaban yang diberika kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain
yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawaban. Kemudian, guru memberikan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan
sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang diajukan pada langkah keenam ini sebaiknya diberikan pada beberapa siswa yang
berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam kegiatan probing-prompting.
7. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami
oleh seluruh siswa.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan melalui kajian pustaka maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran probing-prompting bisa mendorong siswa untuk menggali pikirannya karena setiap siswa dikaitkan pengetahuan dan
pengalamannya dalam pembelajaran yang sedang dipelajari. selain itu, pembelajaran probing-prompting bisa membuat siswa aktif dalam
pembelajaran dengan tanya jawab. dengan demikian, siswa selalu berkonsentrasi dan perhatiannya terhadap pembelajaran lebih terjaga karena siswa mempersiapkan jawaban sebab mereka harus siap jika ditunjuk oleh
guru dengan pertanyaan. dengan bantuan alat peraga, siswa akan lebih mengerti dalam pembelajaran karena alat peraga dapat menjadikan proses
belajar lebih efektif dan efisien. B. Saran
probing-prompting hendaknya guru melakukan tanya jawab disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan nada lembut. ada canda, senyum, dan tertawa sehingga suasana menjadi nyaman,menyenangkan, dan ceria.
setiap jawaban siswa yang salah harus dihargai.