• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN METODE HUMAN RESOURCES SCORECARD (HRSC) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT. SURA INDAH WOOD INDUSTRI ( SIWI ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN METODE HUMAN RESOURCES SCORECARD (HRSC) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT. SURA INDAH WOOD INDUSTRI ( SIWI )."

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul; “ANALISIS PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA

MANUSIA DENGAN METODE HUMAN RESOURCES

SCORECARD (HRSC) DAN ANALYTICAL HIERARCHY

PROCESS (AHP) DI PT. SURA INDAH WOOD INDUSTRI

( SIWI )”, Yang merupakan kurikulum yang harus ditempuh oleh mahasiswa

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gellar sarjana (S-1) Teknik Industri di Fakultas Teknologi Industri UPN ”Veteran” Jawa Timur.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin masih banyak terdapat kesalahan dan penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah dapat tercipta tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya untuk memberikan bimbingan, masukan dan dorongan yang tentunya sangat memberikan motivasi dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini. Penulis menyampaiakan permohonan maaf apabila terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tugas akhir ini.

Atas terselesainya pelaksanaan dan penulisan tugas akhir ini maka penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(2)

4. Ir. SUMIATI, MT selaku Dosen Pembimbing I yang banyak memberikan masukan serta nasehat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Drs. PAILAN, Mpd selaku Dosen Pembimbing II dengan kesabarannya

membimbing dan memberi petunjuk-petunjuk yang sangat berguna hingga terselesainya laporan skripsi ini.

6. Kepada bapak TAUFAN dan SULIKAH sebagai orang tua yang selalu memberi semangat dan tidak bosan membiaya kuliah sehingga dapat terselesaikan terima kasih jasa kalian tidak akan kami lupakan selamanya. 7. Adik – adik Tutuk, Vicky, Ricky selalu memberikan semangat baru saat

jenuh datang dan seluruh keluarga Bapak dan Ibu (OM dan tante).

8. Teman – teman anak TI sore (Wahyu, Freddy, Anita), dan teman – teman lainnya yang seperjuangan Thank’s friend

9. Semua pihak yang telah mendukung dan menyemangati penulis yang tak dapat disebutkan satu persatu sehingga terwujudlah laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tugas akhir ini.

Hormat kami,

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah...3

1.3 Batasan Masalah...3

1.4 Asumsi ...3

1.5 Tujuan Penelitian ...4

1.6 Manfaat Penelitian ...4

1.7 Sistematika Penulisan...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pengukuran Kinerja …...7

2.1.1 Tujuan Pengukuran Kinerja …...10

2.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja …...10

2.2 Konsep Human Resource Scorecard …...11

2.2.1 Pengertian Human Resource Scorecard ……….……….…..…...12

(4)

2.2.2.3 Perilaku Karyawan Yang Strategik ………...…….18

2.2.3 Dimensi Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia ……...…...………25

2.2.3.1 Mengidentifikasi Human Resource Competency ...25

2.2.3.2 Ukuran High Performance Work System (HPWS) ………...….26

2.2.3.3 Mengukur Human Resource System Aligment ………..26

2.2.3.4 Human Resource Efficiency ………..……….………27

2.2.3.5 Human Resource Deliverable ………...…….……….28

2.2.4 Human Resource Scorecard Sebagai Sebab Akibat ………...…..………30

2.3 Pengertian Visi ……….……….30

2.4 Pengertian Misi ………..………31

2.5 Pengertian Strategi ………...………..32

2.6 Analytical Hierarchy Proses (AHP) ...33

2.7 Kuisioner ...37

2.7.1 Penyusunan Kuisioner ...37

2.7.2 Pengujian Kuisioner ...38

2.8 Penelitian Terdahulu ...40

2.8.1 Tugas Akhir yang Ditulis oleh Didik Y, Sarjana TI UPN, 2004...40

2.8.2 Tugas Akhir yang Ditulis oleh Ana D.S, Sarjana TI UPN, 2006 ...41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu ...43

(5)

3.3 Metode Analisis Data...45

3.4 Metode Pengolahan Data...48

3.4.1 Uji Kecukupan Data...48

3.4.2 Uji Validitas...48

3.4.3 Uji Reliabilitas...49

3.4.2 Pengolahan Data Kusioner Tingkat Kepentingan menggunakan metode AHP...49

3.5 Langkah – langah Pemecahan Masalah...51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data...58

4.1.1 Visi, Misi dan Strategi Perusahaan...58

4.1.2 Strategi Map...59

4.1.3 Identifikasi Strategi Objective masing – masing perspektif...62

4.1.4 Penentuan KPI masing – masing Strategi Objective………...…….66

4.1.4.1 Perspektive Personal………...…………67

4.1.4.2 Perspektive Compensation………..………...68

4.1.4.3 Perspektive Alignment………..………..………...70

4.1.4.4 Perspektive High Performance……….………..71

4.1.5 Pengumpulan Data Primer...73

4.1.6 Pengumpulan Data Sekunder...74

(6)

4.1.7.3 Perspektive Alignment…………....………....……...…....78

4.1.7.4 Perspektive High Performance………...………....79

4.2 Pengolahan Data...79

4.2.1 Kuisioner Kepuasan Karyawan...79

4.2.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas...81

4.2.2.1 Tingkat Kepuasan Karyawan...82

4.2.3 Pengukuran KPI Tiap Perspektif HRSC...90

4.2.3.1 Perspektive Personal…………...………....………...…....90

4.2.3.2 Perspektive Compensation………....…...91

4.2.3.3 Perspektive Alignment………...93

4.2.3.4 Perspektive High Performance………..…...……...94

4.2.4 Scoring Key Performance Indicator Tiap Perspektif………….…….….96

4.2.5 Pengukuran Kinerja HRSC Dengan Faktor Pembobotan...97

4.3 Analisa Dan Pembahasan...102

4.3.1 Analisis Hasil Pengukuran Kinerja HRSC...102

(7)
(8)

Gambar 2.1 Arsitektur SDM...15

Gambar 2.2 Model 7 Langkah Untuk Implementasi Peran Strategik SDM...24

Gambar 3.1 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah...51

(9)

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan...34

Tabel 2.2 Contoh Matrik Perbandingan...35

Tabel 2.3 Nilai Indeks Random...36

Tabel 3.1 Jumlah pembagian kuesioner kepuasan karyawan...47

Tabel 4.1 Identifikasi Strategic Objective PT. Sura Indah Wood Industries…….…66

Tabel 4.2 KPI dari Perspective Personal...68

Tabel 4.3 . KPI dari Perspective Competency...70

Tabel 4.4 KPI dari Perspective Alignment...71

Tabel 4.5 KPI dari Perspective High Performance ...72

Tabel 4.6 Strategic Objective dan KPI dari masing-masing Perspective………...73

Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Sekunder Perspectif Personal...75

Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Sekunder Perspectif Compensation...75

Tabel 4.9 Rekapitulasi Data Sekunder Perspectif Aligment...75

Tabel 4.10 Rekapitulasi Data Sekunder Perspectif High Performance ...76

Tabel 4.11 Perancangan Pengukuran Perspective Personal ………...77

Tabel 4.12 Perancangan Pengukuran Perspective Compensation...78

Tabel 4.13 Perancangan Pengukuran Perspective Aligment ...78

Tabel 4.14 Perancangan Pengukuran Perspective High Performance ...79

(10)

Tabel 4.18 Pengujian kriteria dengan menggunakan uji konsistensi...84

Tabel 4.19 Hasil Pembobotan Kinerja Karyawan Secara Keseluruhan...85

Tabel 4.20 Hasil Pembobotan KPI Perspective Personal ...86

Tabel 4.21 Hasil Pembobotan KPI Perspective Compensation...87

Tabel 4.22 Hasil Pembobotan KPI Perspective Alignment...88

Tabel 4.23 Hasil Pembobotan KPI Perspective High Performance...89

Tabel 4.24 Rekapitulasi Pengukuran Faktor Keberhasilan KPI Tiap Perspektif Human Resources Scorecard...95

Table 4.25 Rekapitulasi Skor KPI Tiap Perspektif...97

Tabel 4.26 Perhitungan skor Pembobot Perspective Personal ...98

Tabel 4.27 Perhitungan skor Pembobot Perspective Compensation ...99

Tabel 4.28 Perhitungan skor Pembobot Perspective Alignment ...99

Tabel 4.29 Perhitungan skor Pembobot Perspective High Performance …...….100

(11)

Lampiran 1 Gambaran Umum

Lampiran 2 Contoh Kuisioner Tingkat Kepuasan Karyawan dan Brainstorming Untuk Tingkat Kepentingan HRSC

Lampiran 3 Hasil Rekapitulasi Hasil Kuisioner Dan Output Perhitungan SPSS 15.0 Untuk Kepuasan Karyawan

Lampiran 4 Uji Kecukupan Data dan Perhitungan Manual AHP Untuk Tingkat Kepentingan HRSC

(12)

usaha sehingga mendorong manusia untuk melakukan perbaikan dalam mengukur kinerja bisnis yang sedang berlangsung. Tiap perusahaan dituntut untuk dapat melaksanakan strateginya dalam menghadapi kompetisi dan menggunakan sumber daya manusia secara lebih efektif dan efisien

PT. Sura Indah Wood Industries (SIWI) merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang mengolah bahan – bahan kayu yang berupa komponen – komponen industri meubel, pintu - pintu rumah. PT. Sura Indah Wood Indutries (SIWI) berusaha untuk memperbaiki kinerja karyawannya minimal tetap pada kondisi yang sama secara terus-menerus. Namun perusahaan masih belum ada suatu system pengukuran kinerja sumber daya manusia yang baku, sedangkan perkembangan perusahaan menuntut adanya pengukuran yang lebih kompleks. Metode Human Resource Scorecard adalah metode yang sesuai dengan PT. Sura Indah Wood Industries.

Human Resource Scorecard menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis. Selain itu Human Resources Scorecard juga diartikan sebagai suatu sistem pengukuran yang mengkaitkan sumber daya manusia dengan strategi dan kinerja organisasi, yang akhirnya akan mampu menimbulkan kesadaran mengenai konsekuensi keputusan sumber daya manusia, sehingga keputusan tersebut dapat dilakukan secara tepat arah dan tepat jumlah. Pengukuran kinerja ini berdasarkan empat perspektif yaitu perspektif personal, perspektif compentation, perspektif alignment, dan perspektif high performance.

Tingkat pencapaian kinerja karyawan perusahaan PT. Sura Indah Wood Industries pada bulan Januari – Desember 2008 dan bulan Januari – Desember 2009 berada pada kondisi sedang. Nilai ini dapat dilihat dari score yang dihasilkan pada pengukuran kinerja sumber daya manusia dengan menggunakan metode Human Resource Scorecard pada Januari – Desember 2008 adalah Sedang (3.224) pada Januari – Desember 2009 adalah Sedang (3.278)

(13)

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya perkembangan teknologi mengakibatkan persaingan di dunia usaha, sehingga mendorong manusia untuk melakukan perbaikan dalam mengukur kinerja bisnis yang sedang berlangsung. Hasil pengukuran ini membantu pihak manajemen untuk melakukan usaha peningkatan proses dan performance organisasi secara keseluruhan. Pengukuran kinerja tradisional yang berorientasi pada sudut pandang financial tidak dapat mengukur seluruh kemampuan yang dimiliki atau dibutuhkan pegawai, karena itu diperlukan pendekatan system pengukuran yang dapat mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan. Tiap perusahaan dituntut untuk dapat melaksanakan strateginya dalam menghadapi kompetisi dan menggunakan sumber daya manusia secara lebih efektif dan efisien, yang akhirnya visi, misi dan strategi perusahaan dapat diterapkan serta berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

(14)

Pengukuran kinerja yang terbatas pada pengukuran kinerja finansial atau keuangan saja akan menimbulkan kelemahan dalam mengukur kinerja faktor lain seperti pada perspektif personal, perspektif compensation, perspektif aligment dan perspektig High performance sedangkan perkembangan perusahaan menuntut adanya pengukuran yang lebih kompleks. Dari permasalahan ini maka peneliti ingin mengukur tingkat kinerja karyawan perusahaan PT. Sura indah wood industries (SIWI) menggunakan metode Human Resource Scorecard.

Human Resource Scorecard menerjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis. Selain itu Human Resources Scorecard juga diartikan sebagai suatu sistem pengukuran yang mengkaitkan sumber daya manusia dengan strategi dan kinerja organisasi, yang akhirnya akan mampu menimbulkan kesadaran mengenai konsekuensi keputusan sumber daya manusia, sehingga keputusan tersebut dapat dilakukan secara tepat arah dan tepat jumlah.

(15)

harus dipecahkan, yaitu :

“Bagaimana Menganalisis kinerja sumber daya manusia di PT. Sura Indah Wood Industries (SIWI “

1.3 Batasan Masalah

Dalam mencapai tujuan penelitian dan pembahasan penelitian yang lebih terarah, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Pengukuran kinerja bersifat try out tidak sampai ke tahap implementasi. 2. Data yang di ambil selama 2 tahun ( Januari – Desember 2008 dan Januari

– Desember 2009 ).

1.4 Asumsi-Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Visi, misi dan strategi yang ditetapkan perusahaan sudah memadai dan baik. 2. Kebijakan pemerintah terutama dalam bidang perekonomian tidak mengalami

(16)

1. Menentukan Key Performance Indicator (KPI) mana yang tidak memenuhi target dalam penerapkan tiap perspektif.

2. Mengetahui tingkat kinerja sumber daya manusia dengan menggunakan metode Human Resources Scorecard (HRSC) di PT. Sura Indah Wood Industries (SIWI)

3. Memberi usulan perbaikan kinerja untuk nilai KPI yang tidak memenuhi target

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Dengan adanya penelitian ini peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan tentang pengukuran kinerja dalam dunia industri.

2. Peneliti juga dapat belajar dan menerapkan metode Human Resourced Scorecard serta mengimplementasikan pendidikan yang dicapai di perguruan tinggi.

1.7 Sistematika Penulisan

(17)

permasalahan yang akan diteliti dan dibahas. Juga diuraikan tentang tujuan, manfaat penelitian, serta batasan dan asumsi yang digunakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori – teori dasar yang berkaitan Human Resources Scorecard (HRSC) yang dijadikan acuan atau pedoman dalam melakukan langkah – langkah penelitian sehingga permasalahan yang ada dapat terpecahkan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi urutan langkah – langkah pemecahan masalah secara sistematis mulai dari perumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, studi pustaka, pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL

(18)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis data sehingga dapat memberikan usulan kepada perusahaan terhadap evaluasi kinerja sistem sumber daya manusia perusahaan secara komprehensif.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan proses untuk mengukur dan menilai

bagaimana kontribusi sumber daya manusia terhadap kinerja organisasi. Adapun

definisi dari pengukuran kinerja itu sendiri menurut para ahli, antara lain sebagai

berikut :

Stoner et al ( 1996 ) berpendapat bahwa pengukuran kinerja

merupakan suatu ukuran seberapa efisien dan efektif individu atau organisasi

dalam tujuan yang memadai

Pendapat Patrick L. Romano ( 1989 ) adalah Pengukuran kinerja

( performance ) merupakan salah satu proses dalam sistem pengendalian manajemen dengan membandingkan dan mengevaluasi antara rencana yang

dibuat dan hasil yang dicapai, menganalisa penyimpangan yang terjadi dan

melakukan perbaikan terhadap penyimpangan – penyimpangan tersebut.

Mulyadi (1993) berpendapat bahwa pengukuran kinerja merupakan

penentuan secara periodik efektivitas operasional dari suatu organisasi sebagai

bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan : sasaran, standar dan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya. “

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah

tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai

yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan

(20)

pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian

– penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian. (Sony Yuwono, dkk.

Gramedia Pustaka Tama 2006. hal 23 )

Andrew E.Sikula (1981) mengemukakan bahwa ruang lingkup pengukuran

kinerja berumuskan sebagai berikut :

1) Who ( Siapa ? )

Pertanyaan ini mencakup :

 Siapa yang harus dinilai ? Yaitu seluruh tenaga kerja yang ada didalam

organisasi dari jabatan yang tertinggi sampai dengan pegawai jabatan

terendah.

 Siapa yang harus menilai ? Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh atasan

langsung. Atau penilai kinerja dapat ditunjuk orang tertentu yang

menurut pemimpin perusahaan memiliki keahlian dalam bidangnya.

2) What ( Apa ? )

Apa yang harus dinilai, yaitu :

 Objek / materi yang dinilai antara lain hasil kerja, kemampuan sikap,

kepemimpinan kerja dan motivasi kerja.

 Dimensi waktu, yaitu kinerja yang dicapai pada saat ini (current

performance) dan potensi yang dapat dikembangkan pada waktu yang akan datang (future potential).

3) Why ( Mengapa ? )

Mengapa penilaian kinerja ini harus dilakukan ? hal ini untuk :

(21)

 Memelihara potensi kerja,

 Menentukan kebutuhan pelatihan kerja,  Dasar pengembangan karier,

 Dasar promosi jabatan.

4) When ( Kapan ? )

Waktu pelaksanaan penilaian kinerja dapat dilakukan secara formal dan

informal.

 Penilaian kinerja secara formal dilakukan secara periodik, seperti setiap

bulan, kuartal, triwulan, semester atau setiap tahun.

 Penilaian kinerja secara informal dilakukan secara terus menerus dan

setiap saat atau setiap hari.

5) Where ( Dimana ? )

Penilaian kinerja pegawai dapat dilakukan pada dua alternatif tempat.

 Di tempat kerja ( on the job appraisal ). Pelaksanaan penilaian kinerja di

tempat kerja pegawai yang bersangkutan atau di tempat lain yang masih

dalam lingkungan organisasinya sendiri.

 Di luar tempat kerja (off the job appraisal). Pelaksanaan penilaian

kinerja dapat dilakukan di luar organisasi dengan cara meminta bantuan

konsultan.

6) How ( Bagaimana ? )

Bagaimana penilaian kinerja dilakukan, yaitu dengan menggunakan metode

(22)

2.1.1 Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi (1993) adalah sebagai berikut :

1. Untuk menentukan kontribusi suatu bagian dalam perusahaan

terhadap organisasi secara keseluruhan.

2. Untuk memberikan dasar bagi penilaian suatu prestasi dalam

berorganisasi.

3. Untuk memberikan motivasi bagi manajer bagian dalam (internal)

menjalankan bagiannya seirama dengan tujuan pokok perusahaan

secara keseluruhan.

2.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut Lynch dan Cross (1993) dikutip dari Sony Yuwono, dkk.

Gramedia Pustaka Tama 2006. hal 29, manfaat dari sistem pengukuran kinerja

adalah :

a. Menelusuri manfaat kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan

membawa perusahaan menjadi lebih dekat pada pelanggannya dan

membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya

memberi kepuasan kepada pelanggan.

b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan kepada pelanggan

sebagai bagian dari mata – rantai pelanggan dan pemasok internal.

c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya –

upaya pengurangan tehadap pemborosan yang terjadi di perusahaan

(23)

d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi

lebih kongkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

e. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan

memberi “reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut.

2.2 Konsep Human Resources Scorecard (HRSC)

Di dalam salah satu buku yang ditulis oleh Kaplan dan Norton pada

tahun 1992 telah diperkenalkan konsep tentang “Balanced Scorecard” untuk

mengukur kinerja organisasi. Sejak itu Kaplan dan Norton telah mengembangkan

konsep “Balanced Scorecard” di sekitar 200 perusahaan di Amerika. Pertanyaan

yang selalu diajukan dalam mendesain konsep tersebut adalah “ apa strategi

perusahaan anda ? ” Melalui pertanyaan yang demikian telah memberikan suatu

inspirasi bagi Kaplan dan Norton untuk memahami para pimpinan organisasi

berpikir tentang organisasinya.

Umumnya para pimpinan organisasi mempunyai kesamaan terutama

dalam memusatkan perhatiannya kepada strategi financial dan memberikan prioritas kepada perbaikan proses operasional. Para pimpinan organisasi pada

umumnya kurang memperhatikan pada strategi pelanggan ( siapa yang menjadi

target, bagaimana nilai – nilai yang berlaku dalam suatu organisasi ). Mereka

nampaknya belum menyadari dan memahami strategi untuk pengembangan

sumber daya manusia ( Human Capital ).

Di dalam perkembangan organisasi dan ekonomi baru pada era

(24)

sebab itu perlu adanya pengukuran terhadap strategi sumber daya manusia. Salah

satu konsep yang diperkenalkan adalah “ Human Resources Scorecard ” yang menawarkan langkah – langkah penting guna mengelola strategi sumber daya

manusia.

2.2.1 Pengertian Human Resources Scorecard (HRSC)

Human Resources Scorecard (HRSC) adalah suatu alat untuk mengukur dan mengola kontribusi strategik dari peran Human Resources dalam menciptakan nilai untuk mencapai strategik perusahaan

Human Resources Scorecard adalah suatu sistem pengukuran sumber daya manusia yang mengkaitkan orang – strategi – kinerja untuk menghasilkan

perusahaan yang unggul. Human Resources Scorecard menjabarkan visi, misi, strategi menjadi aksi human resources yang dapat diukur kontribusinya. Human Resources Scorecard menjabarkan sesuatu yang tak berwujud / leading ( sebab ) menjadi berwujud / lagging (akibat).

Human Resources Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran yang mengkaitkan sumber daya manusia dengan strategi dan kinerja organisasi, yang

akhirnya akan mampu menimbulkan kesadaran mengenai konsekuensi keputusan

sumber daya manusia, sehingga keputusan tersebut dapat dilakukan secara tepat

arah dan tepat jumlah.

Selain itu Human Resources Scorecard dapat menjadi alat bantu bagi manajer sumber daya manusia untuk memastikan bahwa semua keputusan sumber

daya manusia mendukung atau mempunyai kontribusi langsung pada strategi

(25)

Human Resources Scorecard merupakan bagian dari perusahaan. Dimana Human Resources Scorecard ibarat sebuah bangunan, yang menjadi bagian dari apa yang kita turunkan dari strategi perusahaan.

Human Resources Scorecard merupakan kombinasi antara indicator lagging (akibat) dan indicator leading (sebab), maka dapat diartikan Human Resources Scorecard harus ada hubungan sebabnya dulu baru dilihat apa akibatnya.

Dari banyak pemikiran tentang Human Resources Scorecard maka

Human Resources Scorecard dapat diartikan sebagai “ Gets managed. Gets Done

“, artinya apa yang diukur itulah yang dikelola barulah bisa diimplementasikan

dan dinilai.

Dahulu pengukuran peran sumber daya manusia hanya difokuskan pada

tingkat individual seperti seleksi, kompensasi per karyawan, pelatihan per

karyawan. Praktik sumber daya semacam ini hanya didasarkan pada gagasan “

apabila kinerja sumber daya manusianya baik, maka otomatis kinerja perusahaan

juga akan membaik”.

Sekarang saatnya para profesional yang mengerti tentang sumber daya

manusia menciptakan alat ukur yang digunakan untuk membuktikan peran sumber

daya manusia pada implementasi strategi perusahaan dan mengola sumber daya

manusia sebagai asset strategik.

(26)

The Personal perspective

Yaitu perusahaan merekrut karyawan yang paling baik dan

mengembangkannya.

The compensation perspective

Yaitu perusahaan menggunakan bonus, pembayaran insentif, dan

perbedaan - perbedaan yang berarti dalam pembayaran untuk memberikan

ganjaran kepada karyawan yang berprestasi tinggi dan rendah. Ini adalah

langkah pertama dalam mempercayai orang sebagai sumber keunggulan

kompetitif, namun perusahaan belum secara penuh mengeksploitasi

manfaat dari sumber daya sebagai aset strategik

The alignment perspective

Yaitu manajer senior melihat karyawan sebagai aset strategik namun

mereka tidak melakukan investasi dalam meningkatkan kapabilitas sumber

daya manusia. Sebab itu, sistem sumber daya manusia tidak dapat

meningkatkan perspektif manajemen.

The high performance perspective

Yaitu eksekutif sumber daya manusia dan yang lain yang memandang

sumber daya manusia sebagai suatu sistem yang melekat dalam sistem

yang lebih besar dari implementasi strategi perusahaan. Perusahaan

mengelola dan mengukur hubungan antara kedua sistem tersebut dengan

(27)

2.2.2 Human Resources Architecture

Menurut Becker, Huselid and Ulrich (2001), sistem pengukuran sumber

daya manusia yang efektif mempunyai dua tujuan penting yaitu :

1. Memberikan petunjuk bagi pembuatan keputusan dalam organisasi.

2. Berfungsi sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja sumber daya

manusia.

Konsep yang dikembangkan dalam Human Resources Scorecard tersebut lebih ditujukan kepada peran penting dari sumber daya manusia di masa datang.

Human Resources Architecture adalah rangkaian kesatuan dari profesional sumber daya dalam fungsi sumber daya sampai sistem yang berkaitan dengan

kebijakan dan praktik, mencakup juga kompetensi, motivasi dan perilaku yang

berkaitan dari karyawan perusahaan. Jadi dapat dikatakan Human Resources Architecture terdiri atas 3 dimensi rantai nilai (value chain) yaitu fungsi sumber daya manusia, sistem sumber daya manusia dan perilaku karyawan.

Gambar berikut ini menggambarkan proses arsitektur strategi sumber

daya manusia (Becker, Huselid and Ulrich, 2001) :

Gambar 2.1 Arsitektur Strategi Sumber Daya Manusia.

(Didi Samanhudi, 2008 ). Fungsi SDM

Ahli SDM dengan strategi kompetensi

Sistem SDM kebijakan, prosedur

dan praktik SDM

Perilaku Karyawan Peran SDM yang strategic akan

memfokuskan pada produktivitas perilaku karyawan

(28)

2.2.2.1 Fungsi Sumber Daya Manusia (The Human Resources Function)

Dasar penciptaan nilai strategi sumber daya manusia adalah mengelola

infrastruktur untuk memahami dan mengimplemantasikan strategi perusahaan.

Biasanya orang ahli yang mengerti tentang sumber daya manusia diharapkan

dapat mengarahkan usaha ini.

Huselid, Jackson & Randal mengungkapkan bahwa manajemen sumber

daya manusia yang efektif terdiri dari dua dimensi penting, yaitu :

a. Fungsi Teknis (Technical Human Resources Management)

Yang dimaksud disini adalah memberi jasa dasar sumber daya seperti

rekrutmen, pelatihan dan kompensasi.

b. Fungsi Strategic (Strategic Human Resources Management)

Fungsi ini menjalankan fungsi teknis sedemikian rupa sehingga secara

langsung mendukung implementasi strategi perusahaan.

Huselid et.al (2001) menemukan bahwa kebanyakan manajer sumber daya

manusia lebih memusatkan kegiatannya berdasarkan fungsi teknis, dan kurang

memperhatikan fungsi strategisnya. Kompetensi yang perlu dikembangkan bagi

manajer sumber daya manusia di masa depan sehingga memiliki pengaruh yang

sangat besar terhadap kinerja organisasi adalah kompetensi manajemen sumber

daya manusia strategic dan bisnis.

2.2.2.2. Sistem Sumber Daya Manusia (The Human Resources System)

Sistem sumber daya manusia adalah unsur utama yang berpengaruh dalam

sumber daya manusia strategik. Sistem sumber daya manusia adalah kebijakan,

(29)

perusahaan. Model sistem ini di sebut “High Performance Work System”

(HPWS). High Performance Work System (HPWS) adalah unsur – unsur dalam sistem sumber daya manusia yang dirancang untuk memaksimalkan mutu

keseluruhan modal manusia organisasi. Dalam HPWS setiap elemen pada sistem

sumber daya manusia dirancang untuk memaksimalkan seluruh kualitas human capaital melalui organisasi. Untuk membangun dan memelihara persediaan

human capital yang berkualitas, HPWS melakukan hal – hal sebagai berikut :

 Menghubungkan keputusan seleksi dan promosi

untuk memvalidasi model kompetensi.

 Mengembangkan strategi yang menyediakan waktu

dan dukungan yang efektif untuk keterampilan yang dituntut oleh

implementasi strategi organisasi.

 Melaksanakan kebijakan kompensasi dan

manajemen kinerja yang menarik, mempertahankan dan memotivasi

kinerja karyawan yang tinggi.

Hal diatas merupakan langkah penting dalam pembuatan keputusan

peningkatan kualitas karyawan dalam organisasi, sehingga memungkinkan kinerja

organisasi berkualitas.

Tetapi dengan mengadopsi kinerja tinggi yang memfokuskan pada masing

– masing kebijaksanaan dengan praktek sumber daya manusia saja tentunya

tidaklah cukup. Pada hakekatnya diperlukan hubungan antara sumber daya

manusia dengan sistem implementasi strategi perusahaan.

Kuncinya, bahwa karakteristik HPWS tidak hanya mengadopsi

(30)

mengelola praktek sumber daya manusia tersebut. Dalam HPWS, kebijaksanaan

dan praktek sumber daya manusia perusahaan menunjukkan alignment

(kemitraan) yang kuat dengan sasaran operasional dan strategi bersaing

organisasi. Setiap HPWS akan berbeda diantara organisasi, sehingga HPWS dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kebutuhan masing – masing organisasi.

2.2.2.3Perilaku Karyawan yang Strategik (Employee Behaviour Strategically)

Peran sumber daya manusia atau “human capital” yang strategic akan

memfokuskan pada produktivitas perilaku karyawan dalam organisasi. Perilaku

strategik adalah perilaku produktif yang secara langsung mengimplementasikan

strategi organisasi. Strategi ini terdiri dari dua kategori umum, seperti :

 Perilaku inti (core behaviour) adalah alur yang langsung berasal

dari kompetensi inti perilaku yang didefinisikan organisasi. Perilaku

tersebut sangat fundamental untuk keberhasilan organisasi.

 Perilaku spesifik yang situasional (situation specific behavior)

yang esensial sebagai key point dalam organisasi atau rantai nilai dari suatu bisnis. Misalnya berupa ketrampilan cross-selling yang dibutuhkan oleh Bank Cabang.

Mengintegrasikan perhatian pada perilaku ke dalam keseluruhan usaha

untuk mempengaruhi dan mengukur kontribusi sumber daya manusia terhadap

organisasi merupakan suatu tantangan. Petanyaannya mana yang penting ?

Bagaimana mereka mengelolanya ? Pertama, pentingnya perilaku akan

didefinisikan oleh kepentingan untuk mengimplementasi strategi organisasi.

(31)

strategic secara langsung, tentang perilaku tersebut merupakan hasil akhir dari arsitektur sumber daya manusia secara luas.

Untuk mengukur sumber daya manusia strategik terhadap pelaksanaan

misi dan strategi perusahaan, kita harus menunjukkan hubungan antara kontribusi

SDM dengan implementasi strategi perusahaan.

Terdapat model 7 langkah yang dikemukakan Brian E. Becker dan kawan -

kawan untuk mengimplemantasikan peran strategik sumber daya manusia,

yaitu :

Langkah Pertama : Mendefinisikan Strategi Bisnis Secara Jelas ( Clearly

Define Business Strategy )

Memfokuskan pada implementasi strategi daripada hanya memfokuskan

pada isi strateginya sendiri, sehingga pemimpin senior sumber daya manusia

dapat menfasilitasi diskusi mengenai bagaimana mengkomunikasikan sasaran

perusahaan melalui organisasi. Sasaran strategi tersebut sebaiknya tidak samar–

samar, misalnya :

- meningkatkan efisiensi biaya operasional,

- meningkatkan kehadiran di pasar internasioanal,

- meningkatkan produktivitas.

Apabila tidak dirumuskan secara jelas dan tegas tentunya hal tersebut akan

membingungkan bagi individu karyawan sehingga tidak dapat dengan mudah

mengetahui tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran

strategi tersebut.

Jadi strategi organisasi harus jelas dalam istilah yang rinci sehingga dapat

(32)

rupa sehingga karyawan memahami peran mereka dan organisasi mengetahui

bagaimana mengukur keberhasilan dalam mencapai sasaran tersebut.

Manajer dapat mengadakan suatu diskusi tentang bagaimana

mengkomunikasikan sasaran perusahaan ke seluruh organisasi. Tugas manajemen

sumber daya manusia adalah memfokuskan perhatiannya pada implementasi

strategi bukan pada isi strateginya.

Langkah Kedua : Membangun Sumber Daya Manusia Sebagai Sebuah Modal Strategik ( Build HR as A Strategic Asset )

Menetapkan peran sumber daya manusia sebagai aset strategik. Setelah

perusahaan mengklarifikasi strateginya, orang yang ahli dalam sumber daya

manusia perlu membangun kasus bisnis untuk mengetahui mengapa ( why ) dan bagaimana ( how ) sumber daya manusia dapat mendukung strategi organisasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sukses atau tidaknya perusahaan

ditentukan oleh bagaimana mengimplementasikan strategi efektif, bukan isi dari

strategi itu sendiri.

Langkah Ketiga : Menciptakan Peta strategi ( Create Strategy Map )

Kejelasan strategi organisasi menetapkan langkah – langkah untuk

pelaksanaan strategi. Di kebanyakan organisasi, nilai pelanggan ( Customer value

) tercakup di dalam produk dan jasa yang dihasilkan organisasi sebagai suatu hasil

yang kompleks dan proses kumulatif .

Untuk memulai proses pemetaan dalam perusahaan, perlu menganalisis

sasaran strategi perusahaan dan menanyakan hal sebagai berikut :

(33)

 Bagaimana kita mengukur setiap kemajuan untuk menjamin

tercapainya tujuan ?

 Apa hambatan untuk mencapai setiap tujuan ?

 Apa yang perlu dilakukan karyawan untuk mencapai tujuan

tersebut ?

 Bila tidak, apakah perlu perubahan ?

Pertanyaan di atas dapat memberikan informasi sejauh mana fungsi

sumber daya manusia telah memberikan konstribusi pada keberhasilan

perusahaan. Disarankan agar pertanyaan tersebut juga dilengkapi dengan

informasi lain, misalnya dengan membuat kuisioner untuk menguji apakah

karyawan memahami sasaran perusahaan dan melakukan survey. Setelah data –

data itu terkumpul maka dapat di buat gambaran rantai nilai perusahaan ke dalam

model konseptual yang menggunakan grafik. Lalu menguji kembali untuk

pemahaman dan penerimaan dalam kelompok kecil dari beberapa opini leader dan apa pemikiran leader terhadap perusahaan. Peta Strategi juga berisikan hipotesis atau prediksi mengenai proses organisasional mendukung kinerja perusahaan.

Langkah Keempat : Mendefinisikan HR Deliverable dalam Peta Strategi ( Identify HR Deliverables within the Strategy Map )

Seperti disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa sumber daya manusia

menciptakan nilai – nilainya (values) pada titik temu antara sistem implementasi strategi. Memaksimalkan nilai pemahaman dari berbagai sisi yang saling

berhubungan. Bila manager sumber daya manusia tidak memahami aspek bisnis,

maka para manager tidak akan menghargai bagian sumber daya manusia tersebut.

(34)

menetapkan apa yang disebut penentu kinerja dan pendukung kinerja pada Peta

Strategi.

Dalam hal ini menetapkan HR Deliverable apa yang dapat mendukung kinerja perusahaan seperti yang ditentukan dalam Peta strategi dan berusaha fokus

pada tingkah laku strategik yang memperluas fungsi kompetensi, reward dan tugas organisasi.

Langkah Kelima : Kemitraan antara HR Architecture dan HR Deliverables ( Align the HR Architecture with HR Deliverables )

Langkah selanjutnya adalah merancang sistem sumber daya manusia

( misalnya : reward, kompetensi, tugas – tugas organisasi, dan sebagainya ) yang dapat mendukung HRDeliverable.

Menyelaraskan arsitektur sumber daya manusia dengan konstribusi

sumber daya. Adanya ketidaksejajaran antara sistem sumber daya manusia dengan

implementasi strategi dapat menghancurkan value yang telah ditetapkan.

Profesional sumber daya manusia menyusun bangunan sumber daya

manusia yang dapat menghasilkan konstribusi pada implementasi strategi.

Langkah Keenam : Merancang Sistem Pengukuran Strategik Sumber Daya Manusia ( Design the Strategic HR Measurement System )

Dalam tahap ini dibutuhkan tidak hanya perspektif baru dalam pengukuran

kinerja sumber daya manusia, tetapi juga resolusi dari beberapa hal teknis yang

belum banyak dikenal oleh banyak professional sumber daya manusia.

Untuk mengukur hubungan sumber daya manusia dengan kinerja

(35)

a. Pastikan bahwa telah memilih penentu kinerja ( HRPerformanceDriver ) dan pendukung kinerja ( HR Enabler ) yang tepat. Hal ini membutuhkan pemahaman jelas tentang rantai penyebab efektifnya implementasi strategi

perusahaan.

b. Memilih pengukuran yang tepat untuk mengukur HRDeliverable tersebut. Contohnya : HRDeliverable adalah stabilitas karyawan senior, namun ada beberapa cara pengukuran konsep ini. Pengembangan pengukuran

membutuhkan definisi yang tepat siapa yang menjadi staff senior

( misalnya : pengalaman karyawan 5 sampai 15 tahun ) dan apa yang

dimaksud stabilitas karyawan. Apakah juga termasuk karyawan individu

yang telah dipromosikan?

c. Mengukur variabel – variabel tersebut secara akurat.

Profesional sumber daya manusia mengembangkan tolok ukur yang sah

untuk konstribusi sumber daya manusia.

Langkah Ketujuh : Melaksanakan Manajemen Pengukuran ( Implement

Management by Measurement ).

Setelah HR Scorecard dikembangkan berdasarkan prinsip yang digambarkan dalam model, hasilnya adalah alat manajemen yang “powerful”. Sebenarnya, melaksanakan implementasi alat ini tidak lebih dari ‘menjaga skor’

pengaruh sumber daya manusia terhadap kinerja perusahaan. Bila HR Scorecard

disejajarkan dengan pentingnya strategi perusahaan, maka profesional sumber

daya manusia akan menemukan sesuatu yang baru tentang apa yang harus

(36)

Profesional sumber daya manusia menerapkan Human Resources Scorecard bukan sekedar menuliskan nilai dampak sumber daya manusia pada kinerja organisasi. Namun, hasil pengukuran ini menjadi dasar untuk mengelola

sumber daya manusia sebagai aset strategik perusahaan.

CLEARLY DEFINE THE BUSINESS

BUILD A BUSINESS CASE FOR HR AS A

STRATEGIC ASSET

CREATE STRATEGY MAP

IDENTIFY HR DELIVERABLES WITHIN

THE STRATEGY MAP

ALIGN THE HR ARCHITECTURE WITH

DELIVERABLES

DESIGN THE STRATEGIC MEASUREMENT

SYSTEM

IMPLEMENT MANAGEMENT BY

MEASUREMENT Regurarly test

measures againts strategy map

Gambar 2.2. Model 7 langkah untuk implementasi peran strategik sumber daya manusia (Becker, The HR Scorecard : Lingking People, Strategy, and

(37)

2.2.3 Dimensi Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Menggunakan HR Scorecard

Adapaun tahap merancang sistem pengukuran sumber daya manusia

melalui pendekatan HRScorecard adalah sebagai berikut :

2.2.3.1 Mengidentifikasi Human Resources Competency ( Kompetensi Manager SDM )

Kompetensi yang dimaksud adalah berupa pengetahuan, keterampilan,

kemampuan dan karakteristik kepribadian yang mempengaruhi secara langsung

terhadap kinerjanya. Hasil studi tentang kompetensi sumber daya manusia pernah

dilakukan oleh Perrin ( 1990 ) dalam Becker, Huselid & Ulrich ) menunjukkan

bahwa kompetensi sumber daya manusia diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Memiliki kemampuan computer ( Eksekutif lini )

b. Memiliki pengetahuan yang luas tentang visi untuk sumber daya

manusia ( Akademik )

c. Memiliki kemampuan untuk mengantisipasi pengaruh perubahan

( Consultant )

d. Mampu memberikan edukasi tentang sumber daya manusia dan

mempengaruhi manajer lini ( Eksekutif SDM )

Dalam penelitian Universitas Michigan dalam periode 1988 sampai 1998

menunjukkan bahwa kompetensi yang perlu dimiliki oleh sumber daya manusia di

masa depan adalah :

a. Memiliki pengetahuan tentang bisnis.

(38)

c. Memiliki kemampuan mengelola perubahan.

2.2.3.2 Ukuran High Performance Work System (HPWS)

HPWS menempatkan dasar untuk membangun sumber daya manusia

menjadi asset strategic. HPWS memaksimalkan kinerja karyawan, setiap

pengukuran sistem sumber daya manusia harus memasukkan kumpulan indikasi

yang merefleksikan pada ‘fokus pada kinerja’ dari setiap elemen sistem sumber

daya manusia.

Pengukuran HPWS lebih pada bagaimana organisasi bekerja melalui

setiap fungsi sumber daya manusia mulai dari tingkat makro dan menekankan

pada orientasi kinerja pada setiap aktivitas. Contoh :

 Berapa banyak kandidat yang berkualitas sangat baik yang direkrut

untuk setiap strategi penerimaan karyawan baru ?

 Berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk training bagi

karyawan baru tiap tahunnya ?

2.2.3.3 Mengukur Human Resources System Alignment

Berarti menilai sejauh mana sistem sumber daya manusia memenuhi

kebutuhan implementasi strategi perusahaan atau disebut kesejajaran eksternal

( external alignment ). Sedangkan yang dimaksud dengan kesejajaran internal ( internal alignment ) adalah bagaimana setiap elemen dapat bekerja bersama dan tidak mengalami konflik. Dalam hal ini tidak perlu dilakukan pengukuran

kesejajaran internal, karena bila sistem sumber daya manusia sudah focus pada

(39)

external, maka ketidaksejajaran internal cenderung tidak terjadi. Fokus pada

kesejajaran internal lebih sesuai bila pengukuran untuk suatu perusahaan tidak

mengadopsi perspektif strategi sumber daya manusia. Pemilihan pengukuran

kesejajaran ( alignment ) yang tepat akan membantu memahami HR Deliverable

mana yang dibutuhkan untuk menciptakan value dalam organisasi.

Menghubungkan kedua hal tersebut menekankan pada hubungan sebab

akibat yang diperlukan untuk mendukung konstribusi sumber daya manusia bagi

kinerja perusahaan. Untuk menyeleksi pengukuran ksejajaran yang tepat harus

memfokuskan pada elemen – elemen pada sistem sumber daya manusia yang

memiliki konstribusi signifikan pada HR deliverable tertentu. Dalam hal ini akan berbeda bagi masing – masing perusahaan. Identifikasi pengukuran ini

memerlukan kombinasi pemahaman professional sumber daya manusia dengan

pengetahuan tentang proses penciptaan value dalam perusahaan. Proses pengukuran kesejajaran merupakan proses “ topdown ” ( berdasarkan peta strategi ), yang akan dapat mengidentifikasi HR Deliverable dan sebaliknya akan menentukan elemen tertentu dari sistem sumber daya manusia yang membutuhkan

kesejajaran ( tidak ada standar pasti ). seperti pengukuran HPWS, pengukuran

eksternal HR System Alignment dirancang untuk penggunaan dalam Departemen Sumber Daya Manusia.

2.2.3.4 Human Resources Efficiency

HREfficiency merefleksikan pada bagaimana fungsi sumber daya manusia dapat membantu perusahaan untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan dengan

(40)

biaya tanpa memperhatikan hasil atau outcome, tetapi lebih pada merefleksikan keseimbangan ( balance ). Pengukuran HR Efficiency terdiri dari dua jenis kategori :

a. Pengukuran efisiensi inti ( core efficiency ) yang

mempresentasikan pengeluaran sumber daya manusia yang signifikan

yang tidak memiliki konstribusi langsung dengan implementasi strategi

perusahaan, terdiri dari:

- biaya manfaat ( benefit cost ) sebagai suatu

persentase dari penggajian.

- biaya kesejahteraan ( worker compensation ) per

karyawan

- persentase pemasukan yang tepat pada sistem

informasi sumber daya manusia.

b. Pengukuran efisiensi strategic ( strategicefficiency ) mengukur efisiensi kegiatan dan proses sumber daya manusia yang dirancang untuk

menghasilkan HRDeliverable tersebut, terdiri dari :

- biaya per orang yang diperkerjakan

- biaya per jam pelatihan

- pengeluaran sumber daya manusia bagi karyawan

2.2.3.5 Human Resources Deliverable

Untuk mengintegrasikan sumber daya manusia ke dalam sistem pengukuran

kinerja bisnis, manajer harus mengidentifikasi hal yang menghubungkan

antara sumber daya manusia dan rencana – rencana implementasi strategi

(41)

merupakan outcome dari Arsitektur sumber daya manusia yang akan melaksanakan strategi perusahaan. Hal ini bertentangan dengan HR Doables

yang memfokuskan pada efisiensi sumber daya manusia dan jumlah kegiatan.

Human Resources Deliverable terdiri dari 2 kategori yaitu :

a. Penentu Kinerja ( Performance Drivers )

Disini yang dimaksud adalah kapabilitas atau aset inti yang terkait dengan

orang, seperti produktivitas dan kepuasan karyawan.

b. Pendukung Kinerja ( Enablers )

Memperkuat Performance Driver, misalnya berupa perubahan struktur

reward memungkinkan adanya pencegahan daripada reaktif. Atau bila

suatu perusahaan mengidentifikasi produktivitas karyawan sebagai inti

Performance Driver, maka dengan melatih keterampilan ulang (

re-skilling ) dapat menjadi EnablerPerformance Driver.

Jadi sebaiknya perusahaan memfokuskan pada dua hal diatas secara

seimbang. Misalnya daripada hanya memikirkan sumber daya manusia yang

memfokuskan pada hal – hal enabler bagi sumber daya manusia dalam organisasi, tetapi juga memikirkan bagaimana suatu Enabler sumber daya manusia tertentu yang dapat memperkuat Performance Driver dalam hal operasional, pelanggan (

customer) dan segmen financial di perusahaan ( non - sumber daya manusia ).

HR Deliverable adalah konstribusi penting dalam human capital untuk mengimplementasikan strategi perusahaan. Dalam hal ini secara strategic

memfokuskan pada tingkah laku karyawan, seperti rendahnya turnover.

(42)

value dalam perusahaan. Pemilihan pengukuran HR Deliverable yang tepat tergantung pada peran di mana sumber daya manusisa akan ditampilkan pada

implementasi strategi. HR Deliverable dapat saja berupa kapabilitas organisasi. Kapabilitas tersebut akan mengkombinasikan kompetensi individual dengan

sistem organisasi yang menambah value melalui rantai nilai perusahaan.

Idealnya HR Deliverable dalam HR Scorecard akan memasukkan beberapa pengukuran pengaruh strategic dari HR Deliverable yang sudah didefinisikan. Hal ini juga termasuk memperkirakan hubungan antara tiap HR

Deliverable dengan Performance Driver Individual dalam Peta Strategi. Jadi dapat menghubungkan pengaruh deliverable melalui performance driver dan selanjutnya pada kinerja perusahaan.

2.2.4 Human Resources Scorecard Sebagai Transformasi Sebab – Akibat Logging Indicators atau outcome measure mempunyai tolok ukur generik yang menggambarkan apa yang telah terjadi di masa lalu, seperti pangsa pasar,

kepuasan pelanggan, keterampilan karyawan, dan lain – lain.

Leading Indicators atau Performance Driver merupakan indikator – indikator yang unik untuk unit usaha tertentu sebagai contoh segmen pasar

dimana unit memilih untuk bersaing.

2.3. Pengertian Visi

Visi adalah gambaran masa depan organisasi yang hendak diwujudkan.

(43)

Visi harus sederhana dan dapat menumbuhkan rasa wajib dalam diri

personal organisasi untuk mewujudkannya, memberikan tantangan, praktis dan

realitistik. Visi brfungsi sebagai pengarah perjalanan organisasi menuju ke masa

depan.

Visi tidaklah lepas dari masa depan, dimana mempunyai peranan penting

bagi perusahaan pada saat fase awal maupun selama Life Cycle Time. Jadi visi merupakan impian yang ingin dicapai dan memotivasi perusahaan untuk mencapai

kesuksesan, dan juga merupakan arah tujuan dari suatu perusahaan.

Visi perusahaan yang jelas akan mempengaruhi karyawan di dalam

bekerja. Nanus (1992) beranggapan bahwa visi yang jelas dan tepat dengan

kebutuhan perusahaan akan mampu menumbuhkan hal hal berikut :

 Menumbuhkan komitmen karyawan terhadap pekerjaan dan memupuk

semangat kerja karyawan. Karyawan tidak akan bekerja dengan penuh

antusias bila dia tidak tahu untuk apa ia bekerja.

 Menumbuhkan rasa kebermaknaan dalam kehidupan kerja karyawan.

Merupakan pemahaman pada lingkungan pekerjaan.

 Menumbuhkan standar kerja yang prima. Merupakan pemahaman

tujuan kerja yang dapat meletakkan standar prima untuk tiap pekerjaan.  Menjembatani keadaan perusahaan masa sekarang dan masa depan.

Visi yang jelas akan menghantar perusahaan secara pelan tapi pasti untuk

mencapai idealisme masa depan.

(44)

Menurut Goodstein, Nolan, dan Pfeiffer (1993), misi merupakan : suatu

pernyataan yang luas dan jelas merupakan alasan dari keberadaan suatu

organisasi, yang termasuk didalamnya terdapat tujuan – tujuan yang diinginkan

untuk memenuhi pelanggan utamanya dan metode yang digunakan untuk

mencapai tujuan tersebut.

Misi adalah jalan pilihan menuju ke depan. Di lingkungan bisnis

kompetitif, banyak produsen berlomba dalam memenuhi kebutuhan customer. Bahkan para produsen bersaing untuk menggali kebutuhan potensial customer

untuk memenangkan pilihan customer. Kondisi demikian menuntut organisasi untuk senantiasa memantau trend perubahan lingkungan bisnis dan kemudian

menggunakan informasi hasil pemantauan tersebut untuk mengidentifikasi

peluang dan ancaman yang terdapat di lingkungan bisnis serta kekuatan dan

kelemahan intern perusahaan, mendefinisikan kembali misi perusahaan. ketidak

sesuaian misi organisasi dengan kebutuhan customer akan mengakibatkan organisasi kehilangan bisnisnya, sehingga kelangsungan hidup organisasi akan

terancam. ( Mulyadi. Salemba empat. 2005. hal 132 )

Misi memiliki dua fungsi yaitu :

 Sebagai pemfokus usaha organisasi. Yang bisa dikatakan misi sebagai

kriteria untuk memilih hal – hal penting dalam perencanaan kegiatan

bisnis organisasi.

 Sebagai pemberi makna atas kehidupan kerja ( work life ).

(45)

Definisi strategi menurut Atkinson, Banker, Kaplan, dan Young

(1995:444) adalah suatu kumpulan alat, metode, dan proses yang digunakan oleh

anggota organisasi untuk mengidentifikasi tujuan organisasi.

Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi

organisasi melalui misi. Strategi ini membentuk pola pengambilan keputusan

dalam mewujudkan visi organisasi, dengan tindakan berpola perusahaan dapat

mengerahkan dan mengerahkan seluruh sumber daya organisasi secara efektif ke

perwujudan visi organisasi ( Mulyadi. Salemba empat. 2005. hal 135 )

Selain itu, strategi harus mendukung pencapaian misi dan visi suatu

perusahaan serta mengidentifikasi factor – factor yang dapat menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Sebagai

implementasi dari tujuan, strategi dapat mencerminkan metode pemasaran yang

digunakan, tipe barang dan jasa yang dijual serta sumber daya dan teknologi yang

digunakan dalam produksi.

2.6 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process ( AHP ) adalah suatu bentuk model pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua

kekurangan dari model – model sebelumnya. Peralatan utama dari model ini

adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia.

Kelebihan model AHP dibandingkan dengan model keputusan lainnya

adalah terletak pada kemampuan memecahkan masalah yang multi objective dan

multi criteria. Kebanyakan model yang sudah ada memakai single objectivei dan

(46)

yang lebih tinggi terutama dalam pembuatan hierarkinya. Sifat fleksibelnya

tersebut membuat AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kriteria

sekaligus ke dalam sebuah model ataupun hierarki. Bahkan model tersebut juga

bisa memecahkan masalah yang mempunyai tujuan – tujuan yang saling

berlawanan dalam sebuah model ( Permadi, 1992: 5 – 6 )

Langkah-langkah Analitycal Hierarchy Process :

1. Membandingkan antar kriteria dengan skala perbandingan yang telah

ditentukan. Skala perbandingan yang digunakan adalah :

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan Intensitas

Kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh

yang sama besar terhadap tujuan

3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit

menyokong satu elemen

dibandingkan atas elemen lainnya

5 Elemen yang satu sedikit lebih

cukup daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak penting

daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan I

aji = 1 / aji

(47)

2. Membuat matriks perbandingan berpasangan, seperti contoh di bawah ini :

Tabel 2.2 Contoh Matriks Perbandingan

1 2 7

1

2

7

C A A - - - A

A 1

A 1

-A 1

( Sumber : Saaty, Thomas L. 1993, hal 84).

Dari matriks ini, bandingkan elemen A, dalam kolom disebelah kiri

dengan elemen A1, A2, A3 dan seterusnya yang terdapat dibaris atas

berkenaan dengan sifat C di sudut kiri atas. Lalu ulangi dengan elemen

kolom A2 dan seterusnya. Untuk mengisi matriks perbanding berpasangan

itu kita menggunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya

suatu elemen diatas yang lainnnya dengan menggunakan skala penilaian

perbandingan pasangan.

3. Membuat matriks normalisasi

Matriks normalisasi diperoleh dengan membagi nilai masing – masing sel

matriks berpasangan kriteria dengan total masing – masing kolom. Dan

bobot kriteria diperoleh dengan membagi total nilai normalisasi seluruh

(48)

Nilai normalisasi =

4. Membuat matriks perbandingan berpasangan dikalikan dengan bobot

masing – masing kriteria.

5. Menentukan eigen vector

6. Menentukan nilai maks

maks

 =

n r Eigenvecto

7. Menentukan Consistency Index ( CI )

Pengukuran konsistensi dilakukan untuk tiap matriks perbandingan dengan

ukuran  3. Penilaian dinyatakan dengan konsistensi 100 % jika CI = 0.

Jika CI  0.1, maka penilaian dinyatakan dapat diterima. Jika CI  0.1,

maka penilaian harus diulang kembali.

Consistensi Ratio ( CR ) diperoleh dari perbandingan Consistensi Index

terhadap Random Index ( RI ). CR dapat diterima jika CR  0.1. Nilai RI dapat dilihat pada tabel 2.3.

CR =

RI CI

(49)

1,2 3 4 5 6 7 8 9 10

0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Sumber : Analitical Hierarchy Process, Bambang Brodjonegoro, 1991

Rumus dari konsistensi / inkonsistensi (CR) itu sendiri dapat dituliskan

sebagai berikut :

CR = CI / RI, dimana :

CR = Rasion Konsistensi CI = Indeks Konsistensi

RI = Indeks Random

Tingkat inkonsistensi yang masih bias diterima adalah tingkat

inkonsistensi sebesar 10 % kebawah (Bambang PS Brodjonegoro, 1991 : 15).

2.7 Kuisioner (Angket / Daftar Pertanyaan)

Kuisioner merupakan alat komunikasi antar peneliti dengan orang yang

diteliti / responden, berupa daftar pertanyaan, yang dibagikan oleh peneliti utuk

diisi oleh responden. ( Safirin, Tutuk. UPN Press. 2002. hal 65)

Kusioner dibedakan menjadi kuisioner tertulis dan kuisioner wawancara

yang digunakan oleh peneliti sebagai pegangan dalam melakukan wawancara.

2.7.1 Penyusunan Kuisioner

Agar dalam pengisian kuisioner pengisian kuisioner tidak memerlukan

(50)

a. Menggunakan bahasan sederhana, mudah dimengerti, bahasa

yang dipakai sesuai keseharian responden.

b. Tidak menganggap responden mempunyai pengetahuan atau

pengalaman tertentu.

c. Melindungi harga diri responden.

d. Hindari kalimat yang ambigu.

e. Tiap pertanyaan menyajikan satu buah pikiran saja.

f. Tempat pertanyaan pribadi diakhir kuisioner.

2.7.2 Pengujian Kuisioner

Data yang masuk diuji dahulu kevalidan dan reliabilitasnya. Adapun

pengujian kevalidan dan reliabilitas dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Kecukupan Data

Dalam menguji apakah data yang kita sebarkan kepada responden cukup,

menurut Render dan Heizer (1997 : 250) kita menguji dengan rumus :

2

dimana :n = jumlah kecukupan data

2

Z = probabilitas distribusi normal dengan tolerasi kesalahan

(51)

e = angka absolut dari kesalahan yang dapat diterima, yang digunakan sebesar 0,1

b. Validitas

Untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan kuisioner yang

kita sebar, maka dilakukan uji validitas. Suatu kuisioner dikatakan valid (sah) jika

pertanyaaan pada suatu kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur oleh kuisioner tersebut kemudian dilanjutkan dengan pengujian reliabilitas.

Apabila terdapat data yang tidak valid, maka item yang tidak valid tadi kita buang

lalu kita uji validitas kembali hingga semua item valid secara keseluruhan. Jika

item pertanyaan habis akibat tidak valid, maka kita harus mengulang dalam

penyusunan kuisioner. Validitas dihitung dengan rumus ”Korelasi Product Moment”. Data dikatakan valid apabila r hasil positif dan rhitung > rtabel, sedangkan data dikatakan tidak valid apabila r hitung negatif (rhitung > rtabel) dan r hitung

negatif (rhitung < rtabel). Dalam tahapan ini digunakan perangkat lunak SPSS versi

11.5 dalam menguji validitas pada penelitian ini.

Rumus korelasi produk momen adalah sebagai berikut :

 

X = skor tiap variabel Y = skor total tiap responden

N = jumlah responden

c. Reliabilitas

Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai indeks yang menunjukkan sejauh

mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Keandalan disini dapat

(52)

responden yang berlainan maka hasilnya tidak akan menyimpang terlalu jauh dari

rata-rata jawaban responden untuk variabel tersebut. Atau dengan kata lain

reliabilitas dapat menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam

mengukur gejala yang sama.

Untuk mengetahui sejauh mana reliabilitas suatu alat ukur, digunakan

pendekatan pengukuran reliabilitas konsistensi internal dengan cara formula

Spearman – Brown dengan rumus:

Y1Y2

'

Y1Y2 2

1+

XX

r r

r

 , dimana :

rXX’ = Koefisien reliabilitas test

rY1Y2=Koefisien korelasi antara belahan Y1 dan belahan Y2

2.8 Peneliti Terdahulu

Berikut akan dijelaskan secara singkat hasil peneliti terdahulu yang

berhubungan dengan penerapan metode Human Resource Scorecard untuk pengukuran kinerja karyawan perusahaan diantaranya, yaitu :

2.8.1 Tugas Akhir yang Ditulis Oleh Didik Yuniardi Sarjana Teknik Industri Didik Yuniardi

UPN, 2004.

“ Analisis kinerja karyawan mengunakan metode human resources scorecard (HRSC) di PT. Wiharta Karya Agung – Gresik”.”.

Tujuan Penelitian :

(53)

2. Memberika masukan respon teknis terhadap faktor – faktor yang

berpengaruh pada penurunan kinerja.

Hasil Dan Pembahasan :

Pengumpulan data dilakukan pada 11 Februari 2008 hingga data terpenuhi

dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di PT.

Wiharta Karya Agung – Gresik adalah sebagai berikut :

1. Pencapaian kinerja karyawan perusahaan PT Wiharta Karya Agung, adalah

Baik untuk tahun 2007. Nilai ini dapat dilihat dari skor yang dihasilkan pada

pengukuran kinerja sumber daya manusia dengan menggunakan metode

Human Resources Scorecard, yaitu berada pada level 4.028untuk tahun 2007. 2. Key Performance Indicator (KPI)pada masing-masing perspective yang harus

dilakukan perbaikan. antara lain :

a. Pada Perspective Personal, Key Performance Indicator

Persentase Karyawan Yang memenuhi kualifikasi perusahaan dari

keseluruhan karyawan baru karena memiliki score 0.452 maka

perusahaan harus lebih selektif dalam menerima karyawan.

b. Pada Perspective Competency, Key Performance Indicator

Kompetensi Ketrampilan Kerja Dibidang Jahit karena memiliki score

0.256 maka sebaiknya perusahaaan melakukan penambahan di bagian

(54)

2.8.2 Tugas Akhir yang Ditulis Oleh ANA DEWI SAPITRI Sarjana Teknik ANA DEWI SAPITRI

Industri UPN, 2006.

Pengukuran Kinerja Karyawan Perusahaan dengan Metode Human Resource Scorecard (HRSC) DI CV. CAHAYA TANI ABADI, KEDIRI”

Tujuan Penelitian :

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan di CV. Cahaya Tani Abadi jika

diukur menggunakan metode Human Resources Scorecard

2. Memberikan usulan perbaikan dalam meningkatkan Key Performance Indicator (KPI) yang tidak memenuhi target.

Hasil Dan Pembahasan :

Pengumpulan data dilakukan pada 11 Oktober 2009 hingga data terpenuhi

dan diperoleh hasil serta pembahasannya dari penelitian yang dilakukan di CV

Cahaya Tani Abadi yang terletak di JL. Kunjang – Badas KM.1 Kapi, Kunjang,

kab Kediri adalah sebagai berikut :

1. Pencapaian kinerja karyawan perusahaan CV Cahaya Tani Abadi pada bulan

Januari – September 2009 berada pada kondisi sedang. Nilai ini dapat dilihat

dari score yang dihasilkan pada pengukuran kinerja sumber daya manusia

dengan menggunakan metode Human Resource Scorecard yang berada pada level 3.261, pada kondisi sedang.

2. Terdapat KPI pada salah satu perspektif yang dimiliki nilai kurang yaitu pada

KPI Prosentase jumlah karyawan yang berkompeten dalam bidang

(55)

mesin molen memiliki prosentase sebesar 25,60 % dan mendapatkan score 2

dari pencapaian target yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Terlihat

dari score yang didapat kurang dari target maka KPI ini harus mendapatkan

perhatian khusus agar mencapai nilai 50 % yang sudah ditargetkan oleh

perusahaan. Sehingga perlu dilakukan pelatihan – pelatihan ( kursus – kursus )

(56)

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini diambil dari PT.

Sura Indah Wood Industries ( SIWI ) yang terletak di Ds. Tanjungan, Driyorejo.

Gresik. Sedangkan waktu penelitian adalah mulai bulan September 2009 hingga

data-data yang diperlukan dirasa cukup terpenuhi.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua

variabel yaitu:

1.Variabel Terikat

Karyawan atau tenaga kerja karena masih dapat terpengaruh dengan

variabel lainya.

2.Variabel Bebas

Berdasarkan tinjauan pustaka dapat dilakukan identifikasi variabel yang

dilakukan dalam penelitian ini yang terdiri dari empat perpektif, antara lain

meliputi : Perspektif Personal, Perspektif Compensation, Perspektif Alignment, dan Perspektif High Performance.

(57)

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

yang lain. Dalam penelitian pengukuran kinerja, yang menjadi variabel

terikat adalah kinerja karyawan itu sendiri karena dapat terpengaruhi

dengan variabel lainnya.

2. Variabel Bebas

Menurut Brian E. Becker ( 2001 ) dalam buku “The Human Resources Scorecard, Linking People, Strategy, and Performance”

mengemukakan 4 perspektif tentang evolusi sumber daya manusia sebagai

aset strategik, yaitu :

a) Perspective Personal, yaitu perusahaan merekrut karyawan yang paling baik dan mengembangkannya.

b) Perspective Compensation, yaitu perusahaan menggunakan bonus, pembayaran insentif, dan perbedaan-perbedaan yang berarti dalam

pembayaran untuk memberi imbalan kepada karyawan yang

berprestasi tinggi dan rendah. Ini adalah langkah pertama dalam

mempercayai orang sebagai sumber keunggulan kompetitif, namun

banyak perusahaan – perusahaan yang belum secara penuh

mengeksploitasi manfaat dari sumber daya sebagai aset yang strategik.

Gambar

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Pasangan
Tabel 2.2 Contoh Matriks Perbandingan
Tabel 3.1 Jumlah pembagian kuesioner kepuasan karyawan
Gambar 3.1 : Langkah-langkah Pemecahan Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait