1
PENDIDIKAN PROFESI GURU
SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN
KOMPETENSI GURU DAN KUALITAS
PENDIDIKAN
Disampaikan dalam Seminar Nasional Impementasi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah kaitannya dengan Pendidikan Profesi Guru
di UNS, 2 Mei 2015
Oleh: Sugiaryo
2
Sebagai pemegang jabatan profesi,
maka dalam menjalankan tugas
profesinya seorang guru harus
profesional
Untuk menjadi guru yang
profesional, diperlukan
kompetensi yang secara
personal,profesional,pedagogik
dan sosial dapat diterima oleh
semua pihak di mana guru
bertugas
PENDAHULUAN
3
1.
Lebarnya desparitas dan rentangan kualitas LPTK2.
Dalam menjalankan tugasprofesinya, banyak diantara para guru yang belum menunjukkan
kompetensinya (personal,
profesional, pedagogik, dan sosial) secara optimal
4
INDIKATOR LEMAHNYA KOMPETENSI
GURU
• Kompetensi Personal
1. Kehadiran mengajar tidak tepat waktu
2. Melanggar norma agama maupun
hukum
3. Melanggar kode etik guru
5
INDIKATOR LEMAHNYA KOMPETENSI
GURU (lanjutan)
• Kompetensi Profesional
1. Belum lulus S1
2. Mengajar tidak linear dengan bidang
ilmu yang dikuasai
3. Guru jarang menyusun dan
mengembangkan buku ajar sendiri
4. Jarang melakukan penelitian tindakan
kelas
6
INDIKATOR LEMAHNYA KOMPETENSI
GURU (lanjutan)
• Kompetensi Pedagogik
1. Kurang memahami karakteristik peserta didik
2. Kurang menguasai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3. Copy paste perangkat pembelajaran
4. Kemampuan memilih dan menerapkan strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran relatif rendah
5. Copy paste instrumen proses dan hasil pembelajaran
6. Hasil penilaian jarang dilakukan analisis dan ditindaklanjuti
7
INDIKATOR LEMAHNYA KOMPETENSI
GURU (lanjutan)
• Kompetensi Sosial
1. Komunikasi dengan sesama
guru, siswa dan orangtua
belum optimal
2. Komunikasi dengan komunitas
profesi yang linear dengan
8
BAGAIMANA MENINGKATKAN
KOMPETENSI
1. Diperlukan program pendidikan yang dirancang berdasarkan standar kompetensi guru (diperlukan program pendidikan profesi guru)
2. Dibutuhkan waktu dan keahlian yang memadai untuk membekali lulusan agar :
a. Menguasai bidang studi yang diajarkan b. Menghayati landasan keilmuan dalam
kegiatan mendidik
c. Terampil dalam menerapkan strategi,
pendekatan, dan metode pembelajaran di lapangan 3. Tersedianya lembaga pendidikan profesi yang memenuhi
9
MENGAPA PPG ?
1. Jenis dan Pola PPG lebih Variatif dan
Komprehensif dibandingkan dengan
sertifikasi
2. Waktu yang dibutuhkan dalam PPG
lebih lama dibandingkan dalam
sertifikasi guru
3. PPG diyakini lebih baik dibandingkan
program sertfikasi guru
Dasar Hukum
1.
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2.
UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
3.
PP No. 19 tahun 2005 jo PP Nomor 32
Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
BAGAIMANA TENTANG PPG DALAM PRA JABATAN
SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERMENDIKNAS NOMOR 8 TAHUN 2009?
PPG adalah program pendidikan yangdiselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/DIV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru
agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai standar pendidikan nasional sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik
profesional pada PAUD, Pend. Dasar dan Pend. Menengah.
Menghasilkan calon guru yang memiliki
kompetensi dalam merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran
; menindaklanjuti hasil penilaian dengan
melakukan pembimbingan dan pelatihan
peserta didik ; mampu melakukan
penelitian dan mengembangkan
profesionalitas secara berkelanjutan.
1. S1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh.
2. S1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh dengan menempuh matrikulasi.
3. S1/ D IV Non Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh
dengan menempuh matrikulasi matakuliah akademik kependidikan.
4. S1/ D IV Non Kependidikan serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi.
5. S1 Psikolgi untuk program PPG pada PAUD atau SD, dengan menempuh matrikulasi.
1. Kuota jumlah penerimaan pesertadidik secara nasional ditentukan oleh Menteri.
2. LPTK tidak boleh menerima pesertadidik program PPG di luar ketentuan di
atas.
3. Setiap peserta PPG diberi Nomor PokokMahasiswa oleh LPTK sesuai ketentuan lalu dilaporkan ke Dirjen Dikti.
Struktur kurikulum program PPG berisi pendidikan bidang studi (subject specificpedagogy) dan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) Kependidikan.
Jika peserta didik S1 Kependidikan yangmengintegrasikan PPL ke dalam kurikulumnya, maka kurikulum PPG berisi pemantapan bidang studi dan pendidikan bidang studi serta
pemantapan PPL.
Beban belajar untuk menjadi guru TK/RA/TKLB bagi S1 PGTK dan PGPAUD adalah 18 sampai 20 SKS.
Beban belajar untuk menjadi guru SD/MI/SDLB bagi S1 PGSD adalah 18 sampai 20 SKS.
Beban belajar untuk menjadi guru TK/RA/TKLB bagi
lulusan selain S1 / D IV PGTK dan PGPAUD adalah 36 sampai 40 SKS.
Beban belajar untuk menjadi guru SD/MI/SDLB bagi
lulusan S1/ D IV Kependidikan selain S1 PGSD adalah 36 sampai 40 SKS.
Beban belajar untuk menjadi guru TK/RA/TKLB dan
SD/MI/SDLB bagi S1 Psikologi adalah 36 sampai 40 SKS.
KURIKULUM(lanjutan)
Mencakup perkuliahan, praktikum, dan
praktek pengalaman lapangan.
Dilaksanakan secara tatap muka dan
berorientasi pencapaian kompetensi :
merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
menindaklanjuti hasil penilaian, serta
melakukan pembimbingan dan pelatihan.
Dilakukan dengan uji kompetensi yang
dilaksanakan oleh prodi.
Uji kompetensi berupa : ujian tulis dan
ujian kinerja ditempuh setelah semua
mata kuliah lulus.
Ujian tulis oleh prodi ; ujian kinerja oleh
organisasi profesi atau pihak eksternal
yang profesional dan relevan.
Perihal dibukanya akses kepada lulusan
sarjana (S1)/DIV Non Kependidikan dapat
menjadi peserta PPG,
perlu dikaji ulang
.
Terdapat beberapa alasan, mengapa perlu
dikaji ulang
19
SIKAP PGRI TERHADAP PPG
1.
Guru adalah jabatan profesi,
sehingga pendidikannya juga
memerlukan waktu yang cukup
20
SIKAP PGRI TERHADAP PPG(lanjutan)
2.
Lulusan S1/DIV non Kependidikan belummenguasai konsep dan landasan kependidikan, belum memahami teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, belum memahami peserta didik, belum memiliki kemampuan
merencanakan pelaksanaan dan menilai proses
dan hasil pembelajaran. Itu semua karena memang tidak diprogramkan dalam pembelajaran
3.
Kalaupun ada ketentuan bagi peserta dari lulusanS1/DIV non kependidikan wajib mengikuti
matrikulasi . Struktur kurikulum matrikulasi seperti apa? Waktunya berapa lama?ini jadi persoalan
21
SIKAP PGRI TERHADAP PPG(lanjutan)
4.
Ada opini bahwa lulusan S1/DIV Non Kependidikanlebih menguasai bidang studi secara mendalam. Kalaupun opini ini benar, mereka juga belum
memiliki pengalaman untuk mengemas bidang studi tersebut dalam pembelajaran
5.
Lulusan S1/Div non kependidikan yangberkeinginan menjadi peserta PPG, itupun juga belum tentu mereka yang memiliki keunggulan
akademik. Selain itu kemampuan awal akademik lulusan S1 kependidikan sejak adanya Program Sertifikasi Guru (2006) meningkat tajam.
Indikatornya adalah semakin ketatnya persaingan masuk di LPTK
22
SIKAP PGRI TERHADAP PPG(lanjutan)
6. Untuk memberikan rasa keadilan, maka jika
lulusan S1/DIV non kependidikan dapat
mengikuti PPG, mestinya lulusan S1
kependidikan juga diperbolehkan mengikuti
program profesi lain, seperti; Akuntan,
23
PERIHAL IMPLEMENTASI KURIKULUM
DALAM PPG
1.
Dalam PPG, kurikulum yang diimplementasikanberbasis KTSP atau kurikulum 2013?
2.
Jika diasumsikan bahwa implementasi kurikulum2013 lebih rumit, dan KTSP lebih mudah, maka dalam PPG akan lebih tepat jika yang
diimplementasikan adalah yang berbasis kurikulum 2013.
3.
Selain itu KTSP hanya berlaku sampai tahun24
PERIHAL KUALITAS PENDIDIKAN
1.
Pada tahun 2007, berdasarkan data dari HumanDevelopment Index (HDI), kualitas sumber daya Indonesia masih rendah,yakni menempati urutan ke 111 dari 182 negara
2.
Pada tahun 2009, berdasarkan data dari WorldEconomic Forum (WEForum), daya saing
Indonesia di kawasan negara-negara ASEAN dan China masih rendah. Yakni menempati urutan 55 dari 134 negara.
25
PERIHAL KUALITAS
PENDIDIKAN(lanjutan)
3.
Pada tahun 2011,berdasarkan data dari UnitedNation Development Program (UNDP), Index
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang di survey.
*Kualitas sumber daya manusia berbanding lurus dengan kualitas pendidikan
*Berdasarkan data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah
26
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA
KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA
1.
Efektifitas pendidikan di Indonesia masih rendah.2.
Standar nasional pendidikan yang seharusnyadipenuhi oleh setiap satuan pendidikan belum dapat diwujudkan.
3.
Rendahnya kualitas sarana fisik.4.
Rendahnya kesejahteraan guru5.
Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan6.
Mahalnya biaya pendidikan7.
Rendahnya kualitas guru27