• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI NATIONAL SECURITY

Jika diartikan secara estimologis kata keamanan (security) berasal dari bahasa latin yaitu “securus” yang memiliki arti terbebas dari bahaya, terbebas dari ketakutan (Liota, 2002). Seiring dengan semakin banyak perkembangan dalam hubungan internasional, Barry Buzan mempunyai pengertian yang lebih luas dalam memaknai konsep keamanan, keamanan tidak hanya meliputi aspek militer dan aktor negara saja, melainkan melibatkan pula aktivitas-aktivitas dari aktor non-negara. Barry Buzan membagi sektor keamanan ke dalam 5 bidang kategori, yaitu militer, politik, lingkungan, ekonomi, dan sosial. Menurut pendekatan ini sektor militer hanyalah salah satu aspek penting dari konsep keamanan. Tetapi seiring dengan semakin berkembangnya hubungan internasional, sumber ancaman tidak lagi bersifat militer. Berbagai konsep keamanan melibatkan banyak aktor yang beragam yang terlihar dari dinamika interaksi antara sektor dan aktor keamanan (Buzan, 1997).

Sistem pertahanan dan keamanan harus diarahkan dengan baik untuk menjamin penegakkan suatu Negara dari ancaman luar maupun ancaman dari dalam negeri itu sendiri. Burhan D. Magenda (2003) menyebutkan bahwa sangat penting untuk memikirkan ideologi nasional serta sistem politik, ekonomi dan sosial budaya. Lembaga-lembaga yang fungsional yang merupakan sumber daya nasional seperti aparatur negara, masyarakat politik (Ormas dan LSM) serta partai politik. Juga diperlukan masyarakat ekonomi dan masyarakat sipil (civil society). Dinamika permasalahan keamanan seperti itu mengubah konsep keamanan nasional dari state

center security kepada people centered security. Konsekuensinya, keamanan menjadi

keamanan comprehensive dan manajemen keamanan membutuhkan kerjasama antar aktor dan lembaga keamanan. Dalam konteks ini, keamanan nasional dimaknai sebagai kebutuhan dasar untuk melindungi dan menjaga kepentingan nasional suatu bangsa dengan menggunakan kekuatan politik, militer dan ekonomi untuk menghadapi ancaman baik yang datang dari dalam maupun luar negeri. Pandangan ini mendukung argumentasi bahwa keamanan nasional di Negara demokrasi umumnya mencakup keamanan Negara, keamanan masyarakat dan keamanan manusia (state

(2)

Agar dapat menghasilkan pemahaman yang menyeluruh mengenai keamanan nasional (national security), kita harus melihat beberapa dimensi yang dikemukakan oleh Benyamin Miller. Dimensi pertama yang perlu diketahui merupakan dimensi

“the origin of threats”. Dimana ancaman-ancaman keamanan dapat berasal dari

domestik maupun global. Dalam penelitian ini ancaman keamanan sudah mencangkup secara global karena berkaitan dengan mobilitas orang asing yang datang ke Indonesia. Kemudian dimensi yang kedua adalah “the nature of threats”, secara tradisional dimensi ini menyoroti ancaman yang bersifat militer, namun sejalan dengan berkembangnya hubungan nasional maupun internasional, telah merubah sifat ancaman menjadi lebih rumit. Baik ancaman yang mengancam stabilitas nasional maupun internasional yang disebabkan interaksi antar aktor negara dan non negara. Dalam penelitian ini mobilitas warga asing yang terjadi di Indonesia dapat mengancam stabilitas keamanan nasional, contohnya melalui berbagai pelanggaran baik dilakukan secara pidana maupun perdata. Melalui berbagai isu dan sifat-sifat ancaman yang baru, memiliki korelasi dengan dimensi ketiga yaitu “changing

response”. Bila selama ini respon yang muncul adalah tindakan militer, maka kini

isu-isu tersebut diatasi dengan berbagai pendekatan non-militer seperti ekonomi, politik, hukum, dan sosial budaya. Dalam penelitian ini, negara melihat isu pelanggaran orang asing kemudian mengatasinya dengan melakukan berbagai kebijakan keimigrasian yang memiliki dasar hukum yang jelas agar dapat memberikan batasan-batasan yang jelas bagi warga negara asing yang mengancam keamanan nasional Indonesia, sehingga pengawasan terhadap warga negara asing dapat terkoordinasi semakin baik (Syahruddin, 2019).

Dimensi selanjutnya yang mengarahkan kita perlunya perluasan penekanan keamanan non-tradisional adalah “changing responsibility of security”. Dengan demikian, spektrum dan konsep keamanan menjadi lebih luas, tidak lagi terbatas pada keamanan teritorial, tetapi kepada dimensi keamanan manusia. Dari keamanan melalui pendekatan militer menjadi pendekatan pembangunan berkelanjutan. Sebagai contoh perkembangan pendekatan ini adalah keamanan nasional negara melalui kebijakan pengawasan orang asing dengan dibentuknya Tim Pora. Dalam konteks menjaga keamanan nasional, Tim Pora bukan lagi mengandalkan aktor-aktor penyelenggara keamanan nasional dalam bidang imigrasi saja, tetapi melibatkan banyak lembaga keamanan dan institusi pemerintahan lainnya. Tim Pora juga

(3)

melibatkan masyarakat sipil dalam melakukan pengawasan orang asing, sehingga pemahaman mengenai keamanan nasional dapat dimengerti semua pihak yang ada di suatu negara. Keamanan nasional menyangkut dimensi keamanan dalam pengertian yang luas baik sektor militer, ataupun non-militer dalam menyediakan keamanan bagi masyarakat luas. Tujuannya membentuk lembaga-lembaga keamanan baru dengan diferensiasi fungsi dan wewenang yang jelas dan komprehensif serta sistem akuntabilitas publik dari peran institusi-institusi pertahanan dan keamanan. Hal yang sangat dikedepankan dalam konteks ini adalah bagaimana membangun sistem kontrol masyarakat terhadap peranan dan dampak peran lembaga-lembaga keamanan bagi kepentingan masyarakat-manusia secara umum (Zulfikar, 2013).

Negara merupakan organisasi politik terpenting yang memiliki kewajiban untuk menjamin keamanan bagi seluruh warganya. Tingkat keamanan yang begitu tinggi akan sangat bergantung pada seluruh interaksi individu pada tatanan global. Melihat keimigrasian yang berjalan kurang baik yang disertai faktor kurangnya Sumber Daya Manusia pada pengawasan orang asing, maka negara membentuk Tim Pengawas Orang Asing agar dapat melakukan pengawasan warga asing yang lebih optimal sehingga keamanan nasional dapat terjamin. Dimensi yang terakhir adalah

“care values of security” selain keamanan berfokus pada kedaulatan, keamanan non

tradisional juga melihat nilai-nilai baik secara individual maupun global harus dilindungi, seperti HAM, demokratisasi, perdagangan narkotika, terorisme, dan lain-lain. Dalam penelitian ini penyalahgunaan undang-undang keimigrasian kerap dilakukan warga negara asing yang datang ke Indonesia, sehinggga melalui hukum diharapkan dapat menjaga kedaulatan negara sehingga stabilitas keamanan nasional dapat terjaga (Miller, 2001).

2.1 KONSEP 2.1.1 Peran

Peran merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik. Biasanya peran dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Peran adalah suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan. Rangkaian kegiatan tersebut mencakup persiapan seperangkat peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Misalnya dari sebuah undang-undang

(4)

muncul sejumlah Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, maupun Peraturan Daerah, menyiapkan sumber daya guna menggerakkan peran termasuk di dalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan tentu saja siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijakan tersebut, dan bagaimana mengantarkan kebijakan secara langsung ke masyarakat (Affar, 2009).

2.1.2 Warga Negara Asing

Didalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian pasal 1 ayat 9 disebutkan bahwa orang asing adalah orang yang bukan warga Negara Indonesia. Supramono memberi pengertian orang asing yaitu orang yang bukan warga negara Indonesia dan sedang berada di wilayah Indonesia. Pengertian orang asing termasuk pula badan hukum asing yaitu badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum asing (Supramono, 2012).

Dalam Undang-Undang Keimigrasian ditentukan, bahwa setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian. Izin keimigrasian adalah bukti keberadaan yang sah bagi setiap orang asing di wilayah Indonesia. Izin keimigrasian terdiri dari:

 Izin Singgah/ Transit

Diberikan kepada orang asing yang memerlukan singgah di wilayah Indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara lain. Izin singgah sering juga disebut izin transit. Lamanya izin singgah tergantung pada jadwal pemberangkatan pesawat atau kapal yang akan ditumpangi menuju atau untuk meneruskan perjalanan tersebut. Karena memberikan izin memasuki wilayah Indonesia, maka semua persyaratan keimigrasian harus dipenuhi, termasuk tiket untuk meneruskan perjalanan ke negara tujuan.

 Izin Tinggal Kunjungan (ITK)

Diberikan kepada orang asing yang berkunjung ke wilayah Indonesia untuk waktu yang singkat dalam rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial budaya atau usaha. Jangka waktu izin kunjungan disesuaikan dengan keperluan atau jadwal

(5)

kegiatan tersebut. Atau diberikan kepada orang asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa kunjungan, Anak yang baru lahir di Wilayah Indonesia dan pada saat lahir ayah dan/atau ibunya pemegang izin tinggal kunjungan. Izin tinggal kunjungan berakhir karena pemegang izin tinggal kunjungan kembali ke negara asalnya, izinnya telah habis masa berlaku, dikenai deportasi, atau meninggal dunia. Masa berlaku izin tinggal kunjungan bagi pemegang Visa Kunjungan 1 (satu) kali perjalanan dan beberapa kali perjalanan diberikan waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal diberikannya tanda masuk.

 Izin Tinggal Terbatas (ITAS)

Diberikan kepada orang asing yang memenuhi persyaratan-persyaratan keimigrasian dan mengajukan permohonan tinggal untuk jangka waktu terbatas di wilayah Indonesia, baik karena pekerjaan atau alasan-alasan lain yang sah tersebut.

 Izin Tinggal Tetap (ITAP)

Diberikan kepada orang asing yang telah menetap di wilayah Indonesia secara berturut-turut untuk jangka waktu tertentu dan memenuhi persyaratan-persyaratan keimigrasian serta syarat-syarat lain tersebut.

 Izin Tinggal Diplomatik

Diberikan kepada orang asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa diplomatik dan perpanjangannya diberikan oleh Menteri Luar Negeri.

 Izin Tinggal Dinas

Diberikan kepada orang asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa dinas dan perpanjangannya diberikan oleh Menteri Luar Negeri.

 Izin Tinggal Terbatas

Diberikan kepada orang asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa tinggal terbatas atau orang asing yang diberikan alih status yang meliputi orang asing dalam rangka penanaman modal, bekerja sebagai tenaga ahli, melakukan tugas

(6)

sebagai rohaniawan. Izin tinggal terbatas berakhir karena pemegang izin tinggal terbatas, kembali ke negara asalnya dan tidak bermaksud masuk lagi ke wilayah Indonesia, izinnya telah habis masa berlaku, dikenai deportasi dan meninggal dunia. Masa berlaku izin tinggal terbatas diberikan untuk waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang.

2.1.3 Pengawasan dalam Keimigrasian

Kegiatan keimigrasian suatu negara harus mempunyai regulasi yang jelas agar pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran administrasi dan tindak pidana keimigrasian. Dibawah ini akan menjelaskan regulasi yang berkaitan dengan keimigrasian, pengawasan, dan penindakan (Kemenkumham, 2019).

1. Internasional

Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa melawan Kejahatan Transnasional yang Terorganisasi Tahun 2000 (United Nations

Convention Against Transnational Organized Crime, 2000), yang telah

diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009. 2. Nasional

 Undang-undang No.6 Tahun 2016 Tentang Keimigrasian;  Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2013 tentang Peraturan

Pelaksana Undang-undang No.6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;

 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Prosedur Teknis Pemberian, Perpanjang, Penolakan, Pembatalan dan Berakhirnya Izin Tinggal Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas, dan Izin Tinggal Tetap tetapi serta pengecualian dari kewajiban memiliki izin tinggal;

 Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Penindakan Keimigrasian

(7)

 Keputusan Menteri Kehakiman No. M.02-PW.09.02 Tahun 1995 tentang Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian.

Warga Negara Asing yang melanggar harus patuh dengan perundang-undangan yang berlaku, pelanggaran hukum menentukan tindakan hukum yang akan diberlakukan (Sanusi, 2016) berupa:

1. Tindakan Hukum Pidana (Pro Justicia),

Yaitu, berupa penyidikan yang dilakukan oleh Keimigrasian yang merupakan bagian daripada rangkaian Integrated Criminal

Justice System, sistem peradilan pidana (penyidikan, penuntutan,

peradilan) contohnya penyelundupan narkoba, penyelundupan senjata api, atau barang-barang terlarang lainnya.

2. Tindakan Hukum Administratif negara,

Yaitu, berupa tindakan keimigrasian yaitu tindakan administratif dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan. Yang termasuk dalam bagian penindakan keimigrasian ini adalah diantaranya dilakukan deportasi terhadap orang asing supaya keluar dari wilayah yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai contoh penyalahgunaan ijin tinggal keimigrasian, overstay, imigran gelap dan lain sebagainya.

(8)

2.3 KERANGKA PIKIR

Dalam mewujudkan keamanan dan kepentingan stabilitas nasional khususnya dalam mengawasi kebijakan yang berkaitan dengan imigrasi, imigrasi membentuk Tim Pengawasan Orang Asing yang diharapkan mampu mengawasi keberadaan orang asing agar pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang asing dapat diatasi secara dini. Hal ini sebagai wujud negara dalam menjamin keamanan warga negaranya, melalui hukum, negara harus mampu menegakkan kedaulatan negara, yang berarti menegakkan kedaulatan hukum suatu negara di dalam wilayah teritorial negara yang bersangkutan, dan setiap orang asing memasuki wilayah suatu negara akan tunduk pada hukum negara tersebut sebagaimana halnya warga itu sendiri. Dengan adanya Tim Pengawas Orang Asing yang didasari Undang-Undang diharapkan mampu menciptakan keamanan nasional.

Kemudian penulis telah melakukan analisis mengenai peran Tim Pora pada tahun 2016 sampai 2019 dalam menangani pelanggaran dini di Jawa Tengah. Peran Tim Pora dapat dilihat dari penanganan Tim Pora dalam melakukan pengawasan Warga Negara Asing berdasarkan tujuan dan fungsinya, dan keberhasilan pemenuhan Sumber Daya Manusia dalam melakukan pengawasan orang asing.

TIM PORA

NATIONAL SECURITY

ANALISIS PERAN TIM PORA DALAM MENANGANI PELANGGARAN DINI

ORANG ASING DI JAWA TENGAH PELANGGARAN ORANG

ASING IMIGRASI

(9)

2.4 PENELITIAN TERDAHULU

Dalam jurnal penelitian “Penegakkan Hukum Terhadap Warga Negara Asing (WNA) yang Melanggar Izin Tinggal di Indonesia” oleh Desi Setiawati pada tahun 2015 dari Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang memaparkan bahwa Pertama, penegakan hukum terhadap orang asing yang melanggar izin tinggal

(overstay) di Kantor Imigrasi Kelas I Semarang telah sesuai dengan undang-undang

yang mengatur mengenai keimigrasian, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011. Penegakan hukum dilaksanakan oleh bagian penegak hukum di Kantor Imigrasi Kelas I Semarang saat ditemukan pelanggaran administratif keimigrasian setelah dilakukan pemeriksaan kelengkapan administratif orang asing, dengan memberikan tindakan administratif yang berupa pengenaan biaya beban atau deportasi.

Biaya beban dikenakan sebesar Rp 300.000,00 per hari, sedangkan biaya yang timbul pada saat orang asing dideportasi ditanggung oleh penjamin. Kantor Imigrasi Kelas I Semarang telah memberikan tindakan administratif berupa pengenaan biaya beban pada periode 2013 dengan jumlah keseluruhan denda overstay sebesar Rp 400.000.000,00, periode 2014 sebesar Rp 482.000.000,00, dan periode Januari sampai dengan 28 April 2015 sebesar Rp 130.500.000,00. Jumlah WNA yang melanggar izin tinggal overstay sebanyak 402 orang, sedangkan deportasi pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 sebanyak 17 orang. Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap WNA di kota Semarang yaitu adanya faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung dalam penegakan hukum di Kantor Imigrasi Kelas I Semarang yaitu Seksi Penindakan keimigrasian di Semarang bekerja sama dengan instansi terkait seperti Kepolisian Republik Indonesia, Pemerintah Kabupaten dan Kota, Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Semarang, dan Polisi Resor Kota Besar Semarang beserta jajarannya selaku koordinator pengawasan orang asing. Faktor penghambat bagi Kantor Imigrasi Kelas I Semarang dalam mewujudkan penegakan hukum yaitu kurangnya sumber daya manusia (SDM) dalam hal kuantitas, sehingga menimbulkan ketidak seimbangan antara penegak hukum dengan jumlah orang asing yang datang ke Jawa Tengah terkait wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas I Semarang (Setiawati, 2015). Penulis mengambil rujukan penelitian tersebut untuk melihat penegakkan hukum keimigrasian dan Faktor penghambat bagi Kantor Imigrasi Kelas I Semarang dalam mewujudkan penegakan hukum yaitu

(10)

kurangnya sumber daya manusia (SDM) dalam hal kuantitas, sehingga menimbulkan ketidak seimbangan antara penegak hukum dengan jumlah orang asing yang datang ke Jawa Tengah.

Dalam jurnal penelitian “Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Izin Tinggal Orang Asing di Indonesia” oleh Ratna Wilis pada tahun 2009 dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan memaparkan bahwa Perlindungan hukum terhadap orang asing berdasarkan hukum nasional dapat ditemukan dalam:

Pengaturan izin tinggal orang asing di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian terhadap perbuatan melampaui batas waktu izin tinggal dilaksanakan dalam dualisme sistem penegakan hukum yaitu didasarkan pada hukum pidana dan hukum administratif. Izin tinggal yang diberikan oleh suatu negara kepada orang asing adalah suatu wujud kedaulatan negara sebagai suatu negara hukum yang memiliki kewenangan sepenuhnya untuk menentukan dan mengatur batasan-batasan bagi orang asing untuk tinggal di suatu negara. Izin tersebut bukanlah hal dari seseorang asing, tetapi merupakan privilege yang diberikan oleh Negara kepada orang asing. Karena izin tinggal merupakan suatu perijinan yang memerlukan persyaratan secara administrasi yang harus dipenuhi oleh setiap orang asing, maka izin tinggal dapat dikatakan masuk ke dalam domain hukum administratif. Selain itu batasan-batasan mengenai izin tinggal adalah untuk melindungi kepentingan bangsa dari aspek-aspek sosial, budaya, ekonomi, ketenagakerjaan, keamanan dan ketertiban. Tugas dan fungsi keimigrasian meliputi pula upaya penegakan hukum yang merupakan bagian dari skema penegakan hukum nasional. Selain itu struktur organisasi yang ada tidak mendukung pelaksanaan penegakan hukum keimigrasian guna mewujudkan pengawasan terhadap orang asing secara efektif dan efisien. Unit pelaksana teknis keimigrasian dilapangan tidak dalam jangkauan atau jalur komando secara langsung dibawah Direktur Jenderal Imigrasi, akan tetapi secara operasional sepenuhnya bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM RI di setiap Propinsi. Kondisi ini mengakibatkan terjadi terputusnya kendali yang seharusnya dimiliki oleh Direktur Jenderal Imigrasi sebagai pembuat kebijakan dan melakukan pengawasan secara operasional (Wilis, 2009). Penulis mengambil rujukan penelitian tersebut untuk melihat mengenai sistem pengaturan ijin tinggal WNA di Indonesia.

(11)

Dalam jurnal penelitian “Kinerja Kantor Imigrasi Kelas I Bandar Lampung Dalam Upaya Pengawasan Warga Negara Asing” oleh Ratu Fitriana pada tahun 2017 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung memaparkan bahwa Dilihat dari segi kualitas, Kantor Imigrasi Kelas I Bandar Lampung melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap WNA sudah cukup optimal namun belum maksimal dikarenakan kurangnya SDM yang berada di bidang Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. Kualitas kinerja tersebut dapat dilihat dari adanya kegiatan yang dihasilkan, yang didukung pula dengan dibentuknya Tim Pora dan juga pemanfaatan APOA. Dilihat dari segi kuantitas, Kantor Imigrasi Kelas I Bandar Lampung dalam upaya pengawasan WNA melakukan semua kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan, yakni pengawasan administratif dan pengawasan lapangan, pengawasan tersebut dimulai sejak kedatangan WNA, keberadaan dan kegiatan WNA, hingga WNA tersebut kembali ke negara asal. Namun untuk banyaknya jumlah pengawasan yang dilakukan tidak dapat dipastikan jumlahnya dikarenakan sifat dari pengawasan itu sendiri sesuai dengan laporan atau temuan yang ada di lapangan.

Beberapa kendala yang dapat mempengaruhi kinerja Kantor Imigrasi Kelas I Bandar Lampung dalam upaya pengawasan WNA adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya sumber daya manusia yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap WNA jika dibandingkan dengan luas wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas I Bandar Lampung. Walaupun kualitas kinerja Kantor Imigrasi Kelas I Bandar Lampung sudah cukup optimal, namun jika jumlah SDM yang ada di kantor Imigrasi tersebut ditambah, maka kualitas kinerja yang dihasilkan akan menjadi lebih maksimal. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja Kantor Imigrasi Kelas I Bandar Lampung adalah kurangnya koordinasi dengan pihak sponsor yang bertanggung jawab terhadap keberadaan dan kegiatan WNA, serta kurangnya koordinasi dengan pihak lain seperti pihak perusahaan dan pihak hotel dalam memberikan pelaporan mengenai keberadaan WNA yang berada di lokasi perusahaan atau hotel tersebut. Juga kurangnya peran serta masyarakat dalam melaporkan keberadaan WNA dikarenakan minimnya sosialisasi dari pihak Kantor Imigrasi Kelas I Bandar Lampung ( Fitriana, 2017). Penulis mengambil rujukan penelitian tersebut untuk melihat mengenai pengawasan WNA dalam keimigrasian dan pengawasan Tim Pora.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan warga negara yang senantiasa menampilkan perilaku tanggap (responsif) terhadap berbagai tahapan kebijakan pemerintah atau dengan kata lain apabila seseorang

5. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia; 6. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan internasional. Khusus subyek yang pakai yang berupa orang asing

Wetmatigheid van bestuur (pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan) merupakan salah satu prinsip dari negara hukum. Prinsip tersebut menjadi dasar bahwa

Jenkins tersebut bisa terlihat bahwa ia melihat kebijakan publik sebagai suatu keputusan lalu memiliki tujuan dan cara dalam mencapai tujuan, tetapi bila melihat

Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan criminal yang dalam kepustakaan asing sering dikenal dengan berbagai istilah, antara lain penal

1) Dalam citizen lawsuit yang berhak mengajukan gugatan yaitu setiap orang atau setiap warga negara atas dasar bahwa ia adalah anggota masyarakat, tanpa ada

a. Ditetapkan suatu ketatanegaraan suatu negara. Membatasi kekuasaan & wewenang organ-organ negara. Tipe Negara Hukum Liberal. Tipe Negara hukum Liberal ini menghandaki

2.2.1 Teori Negara Hukum Kesejahteraan Teori negara hukum kesejahteraan diprakarsai oleh Freidrich Julius Stahl yang merupakan pemikir Jerman.Teori ini berawal dari anggapan bahwa