• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi pengajaran bahasa isyarat berbasis web

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi pengajaran bahasa isyarat berbasis web"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

i

APLIKASI PENGAJARAN BAHASA ISYARAT

BERBASIS WEB

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh

HENRY RESTYA SUSETYA 125314015

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FALKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

WEB-BASED SIGN LANGUAGE TEACHING

APPLICATION

THESIS

Presented as a Partial Fullfillment of The Requirements To Obtain The Sarjana Komputer Degree

In Informatics Engineering Study Program

Created by

HENRY RESTYA SUSETYA 125314015

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

v

HALAMAN MOTTO

"Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.

Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh."

(Andrew Jackson)

“Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya

adalah sesuatu yang utama.”

(Penulis)

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini

Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan

memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas akhir ini saya persembahkan untuk :

Bapak Ibu saya tercinta.

Terima kasih atas doa dan kasih saying tang tiada pernah henti.

Terima kasih atas cinta kasih dan pengorbanan luar biasa yang selalu menyertai setiap langkah yang saya ambil

Kakak, adik, dan kekasih yang saya cintai.

Terima kasih karena telah menjadi motivasi terbesar saya untuk dapat meneyelesaikan tugas akhir ini dengan tepat waktu.

(7)
(8)
(9)

ix

ABSTRAK

Bahasa isyarat adalah tatanan yang sistematis tentang seperangkat jari, tangan, dan berbagai gerakan yang melambangkan kosa kata bahasa Indonesia. Saat ini sistem pendidikan untuk penyandang tuna rungu dan tuna wicara masih menggunakan bahasa isyarat yaitu sebagai alat bantu belajar mengajar dalam pendekatan isyarat alamiah, abjad jari, dan isyarat yang dibakukan, akan tetapi untuk pengajarannya masih manual diperagakan secara langsung oleh pengajar, sehingga kurang efisien saat proses belajar mengajar berlangsung karena hanya bergantung pada sang pengajar.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu aplikasi pengajaran bahasa isyarat secara multimedia yang dapat ditampilkan secara visual, sehingga dapat mempermudah para pengguna (penyandang tuna rungu dan tuna wicara bahkan masyarakat umum) untuk belajar bahasa isyarat tersebut di manapun dan kapanpun dengan media internet. Dengan multimedia, pengajaran bahasa isyarat akan lebih jelas secara visual dan praktis karena dikemas berbasis web agar mudah diakses dari manapun dan kapanpun. Tampilan foto dan video digunakan di mana setiap materi bahasa isyarat dapat menampilkan pelajaran bahasa isyarat tersebut. Aplikasi Bahasa Isyarat Berbasis Web ini dibangun dengan menggunakan Oracle untuk mengelola basis data dan bahasa pemrograman NetBeans untuk pembuatan tampilan juga editor program.

Berdasarkan hasil uji coba terhadap pengguna (para tuna rungu, tuna wicara, dan masyarakat umum), dapat disimpulkan bahwa Aplikasi Pengajaran Bahasa Isyarat Berbasis Web ini bermanfaat (perceived of usefulness) membantu pengguna dalam belajar bahasa isyarat dan fitur-fiturnya dapat dimengerti dan digunakan dengan mudah (perceived ease of use).

(10)

x

ABSTRACT

Sign language is a systematic arrangement of a set of fingers, hands, and movements that symbolize Indonesian vocabulary. Currently the education system for deaf and speech impaired still uses sign language as a teaching aid tool in natural gesture approach, finger alphabet, and standardized cues, but for the teaching is still manually exhibited directly by the teacher, so less efficient when The learning process takes place because it depends only on the teacher.

To overcome these problems, it needs a multimedia sign language teaching application that can be displayed visually, so it can facilitate the users (deaf and speechless and even the general public) to learn sign language anywhere and anytime with the internet media. With multimedia, sign language teaching will be more clear visually and practically because it is packed web-based for easy access from anywhere and anytime. Photo and video views are used where any sign language material can display the sign language lesson. The Web-Based Gesture App is built using Oracle to manage databases and NetBeans programming languages for creating views as well as program editors.

Based on the results of the trial of users (deaf, speechless, and the general public), it can be concluded that the Web-based Sign Language Teaching Application is useful to help users learn sign language and its features are understandable and easy to use.

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat-Nya, sehingg penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Aplikasi

Pengajaran Bahasa Isyarat Berbasis Web”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik

Informatika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis ingin

mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan di antaranya ditujukan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu membimbing dan memberi pertolongan.

2. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc, Ph.D selaku Dekan Falkultas

Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Anastasia Rita Widiarti selaku Ketua Program Studi Teknik

Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Agnes Maria Polina, S.Kom, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan kritik dan saran

kepada penulis.

5. Seluruh Dosen dan Staff yang telah mendidik dan membina penulis selama

belajar di Universitas Sanata Dharma.

6. Orangtua, kakak, adik, serta keluarga yang senantiasa memberikan

(12)
(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN……… iii

HALAMAN PENGESAHAN……… iv

HALAMAN MOTTO………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN………. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN PUBLIKASI………. viii ABSTRAK……….. ix

ABSTRACT……… x

KATA PENGANTAR………. xi

DAFTAR ISI………... xiii

DAFTAR GAMBAR……….. xx

DAFTAR TABEL………... xxiv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Rumusan Masalah……….. 3

1.3 Batasan Masalah……… 4

1.4 Tujuan Penelitian………... 4

1.5 Manfaat Penelitian………. 4

(14)

xiv

1.7 Sistematika Penulisan……… 8

BAB II LANDASAN TEORI……….. 10

2.1 Aplikasi……….. 10

2.2 Tunarungu……….. 14

2.2.1 Pengertian Tunarungu……….. 14

2.2.2 Karakteristik Anak Tunarungu………. 15

2.2.3 Klasifikasi Anak Tunarungu……… 20

2.3 Bahasa Isyarat……… 23

2.4 Metode Waterfall………... 26

2.5 Analisis PIECES……… 31

2.6 Basis Data……….. 32

2.6.1 Objek Multimedia……… 34

2.6.2 Oracle Database………... 34

2.7.4 Oracle Multimedia………... 35

2.7 5E Usability Framework……… 36

2.8 Website……….. 38

2.8.1 Unsur-Unsur dalam Penyediaan Website………. 39

2.8.2 Elemen Website………... 41

2.9 Bahasa Pemrograman JSP………...….. 43

2.9.1 Kode JSP……… 45

2.9.2 Arsitektur JSP………. 46

2.9.3 Kelebihan JSP……… 47

2.9.4 Kelemahan JSP………... 48

(15)

xv

2.11 Pemodelan Proses dan Pemodelan Data……….. 49

2.11.1 Use Case Diagram……….. 50

2.11.2 Relasi……….. 51

2.11.3 Data Flow Diagaram……….. 52

2.11.4 Desain Konseptual Basis Data……….. 54

2.11.5 Desain Logikal dan Desain Fisikal Basis Data……… 56

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM………. 57

3.1 Communication……….. 57

3.2 Analisis Sistem……….. 58

3.2.1 Gambaran Umum Sistem………. 58

3.2.2 Analisis Kebutuhan……….. 60

3.2.2.1 Kebutuhan Pengguna……… 60

3.2.2.2 Kebutuhan Administrator………. 60

3.2.2.3 Use Case Diagram……… 61

3.2.3 Arsitektur Sistem……….. 64

3.2.4 Spesifikasi Sistem……… 65

3.2.5 Pemodelan Proses………. 65

3.2.5.1 Diagram Konteks……….. 65

3.2.5.2 Diagram Berjenjang………. 66

3.2.6 Pemodelan Data………... 67

3.2.6.1 Overview Diagram (DFD Level 1)……….. 67

3.2.6.2 DFD Level 2 Proses 1……….. 69

3.2.6.3 DFD Level 2 Proses 2……….. 70

(16)

xvi

3.2.6.5 DFD Level 2 Proses 1 (Video)..……….. 72

3.2.6.6 DFD Level 2 Proses 3……….. 73

3.2.6.7 DFD Level 2 Proses 4……….. 74

3.3 Perancangan Sistem………... 75

3.3.1 Perancangangn Basis Data………... 75

3.3.1.1 Perancangan Konseptual Basis Data……… 75

3.3.1.2 Perancangan Logikal Basis Data………. 76

3.3.1.3 Perancangan Fisikal Basis Data………... 77

3.3.2 Perancangan Menu dan Antarmuka………. 79

3.3.2.1 Perancangan Halaman Beranda Pengguna……….. 80

3.3.2.2 Perancangan Halaman Kamus Bahasa Isyarat Pengguna……… 80

3.3.2.3 Perancangan Halaman Kategori Bahasa Isyarat Pengguna…….. 81

3.3.2.4 Perancangan Halaman Gambar dan Video Bahasa Isyarat…….. 82

3.3.2.5 Perancangan Halaman Agenda Pengguna……… 82

3.3.2.6 Perancangan Halaman Login Admin………... 83

3.3.2.7 Perancangan Halaman Beranda Admin……… 83

3.3.2.8 Perancangan Halaman Kelola Kamus Bahasa Isyarat………….. 84

3.3.2.9 Perancangan Halaman Menu Tambah Bahasa Isyarat…………. 85

3.3.2.10 Perancangan Halaman Menu Edit Bahasa Isyarat………. 85

3.3.2.11 Perancangan Halaman Menu Detail Bahasa Isyarat………….. 86

3.3.2.12 Perancangan Halaman Menu Kelola Kategori Bahasa Isyarat... 86

3.3.2.13 Perancangan Halaman Menu Tambah Kategori Bahasa Isyarat 87 3.3.2.14 Perancangan Halaman Menu Edit Kategori Bahasa Isyarat….. 87

(17)

xvii

3.3.2.16 Perancangan Halaman Menu Kelola Gambar Bahasa Isyarat… 88

3.3.2.17 Perancangan Halaman Menu Edit Gambar Bahasa Isyarat…… 89

3.3.2.18 Perancangan Halaman Menu Kelola Video Bahasa Isyarat….. 89

3.3.2.19 Perancangan Halaman Menu Edit Video Bahasa Isyarat…….. 90

3.3.2.20 Perancangan Halaman Menu Kelola Agenda……… 90

3.3.2.21 Perancangan Halaman Menu Tambah Agenda……….. 91

3.3.2.22 Perancangan Halaman Menu Edit Agenda………. 91

3.3.2.23 Perancangan Halaman Menu Detail Agenda………. 92

3.3.2.24 Perancangan Halaman Menu Kelola Admin………. 92

3.3.2.25 Perancangan Halaman Menu Tambah Admin……… 93

3.3.2.26 Perancangan Halaman Menu Edit Admin……….. 93

3.3.2.27 Perancangan Halaman Menu Detail Admin………... 94

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM………. 95

4.1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak………... 95

4.2 Implementasi Basis Data………... 95

4.3 Implementasi Sistem……….. 97

4.3.1 Halaman Beranda Pengguna……… 97

4.3.2 Halaman Kamus Bahasa Isyarat Pengguna……….. 98

4.3.3 Halaman Gambar dan Video Bahasa Isyarat Pengguna………... 98

4.3.4 Halaman Kategori Bahasa Isyarat Pengguna………... 100

4.3.5 Halaman Agenda Pengguna………. 101

4.3.6 Halaman Gambar/Video Agenda Pengguna……… 101

4.3.7 Halaman Login Administrator………. 103

(18)

xviii

4.3.9 Halaman Kelola Kamus Bahasa Isyarat……….. 104

4.3.10 Halaman Tambah Bahasa Isyarat……….. 105

4.3.11 Halaman Edit Bahasa Isyarat………. 107

4.3.12 Halaman Tambah Gambar Bahasa Isyarat………. 108

4.3.13 Halaman Edit Gambar Bahasa Isyarat………... 109

4.3.14 Halaman Tambah Video Bahasa Isyarat……… 110

4.3.15 Halaman Edit Video Bahasa Isyarat……….. 111

4.3.16 Halaman Detail Bahasa Isyarat……….. 112

4.3.17 Halaman Kelola Kategori Bahasa Isyarat……….. 113

4.3.18 Halaman Tambah Kategori Bahasa Isyarat……… 113

4.3.19 Halaman Edit Kategori Bahasa Isyarat……….. 115

4.3.20 Halaman Detail Kategori Bahasa Isyarat………... 115

4.3.21 Halaman Kelola Agenda……… 116

4.3.22 Halaman Tambah Agenda………. 117

4.3.23 Halaman Edit Agenda……… 118

4.3.24 Halaman Tambah Gambar/Video Agenda………. 119

4.3.25 Halaman Edit Gambar/Video Agenda………... 120

4.3.26 Halaman Detail Agenda………. 121

4.3.27 Halaman Kelola Administrator……….. 121

4.3.28 Halaman Tambah Administrator……… 122

4.3.29 Halaman Edit Administrator……….. 123

4.3.30 Halaman Detail Administrator………... 124

4.3.31 Halaman Logout………. 124

(19)

xix

5.1 Analisa Hasil Uji Coba Sistem (Pengujian Alpha)……… 125

5.2 Analisa Hasil Uji Coba Terhadap Pengguna (Pengujian Beta)………. 126

5.3 Rangkuman Hasil Uji Coba Terhadap Pengguna……….. 127

5.3.1 Form Kuisioner……… 127

5.3.2 Hasil dan Pembahasan……….. 127

5.3.2.1 Hasil Uji Coba Terhadap Tuna Rungu dan Tuna Wicara………. 127

5.3.2.2 Hasil Uji Coba Terhadap Masyarakat Umum………….………. 134

5.3.2.2 Hasil Uji Coba Terhadap Admin……….. 141

BAB VI PENUTUP………. 147

6.1 Kesimpulan……… 147

6.2 Saran……….. 148

DAFTAR PUSTAKA 149

(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Metode Waterfall……… 27

Gambar 2.2 Kode Java…….……… 46

Gambar 2.3 Simbol Elemen Lingkungan…..……….. 52

Gambar 2.4 Simbol Proses……….. 53

Gambar 2.5 Simbol Arud Data..……….. 53

Gambar 2.6 Simbol Penyimpanan Database….……….. 54

Gambar 2.7 Simbol Penyimpanan File..……….. 54

Gambar 2.8 Simbol-Simbol ERD…..……….. 55

Gambar 3.1 Diagram Use Case Kamus Bahasa Isyarat……….……….. 61

Gambar 3.2 Diagram Use Case Kategori Bahasa Isyarat……..……….. 61

Gambar 3.3 Diagram Use Case Gambar Bahasa Isyarat………. 62

Gambar 3.4 Diagram Use Case Video Bahasa Isyarat..……….. 62

Gambar 3.5 Diagram Use Case Agenda……….. 63

Gambar 3.6 Diagram Use Case Admin……….……….. 63

Gambar 3.7 Arsitektur Sistem………...……….. 64

Gambar 3.8 Diagram Konteks………...……….. 65

Gambar 3.9 Diagram Berjenjang 1……….. 66

Gambar 3.10 Diagram Berjenjang 2………..……….. 66

Gambar 3.11 Diagram Overview Diagram (DFD Level 1)..……….. 68

(21)

xxi

Gambar 3.13 DFD Level 2 Proses 3 (Kategori Bahasa Isyarat)…..……… 70

Gambar 3.14 DFD Level 2 Proses 1 (Gambar Bahasa Isyarat)…..………. 71

Gambar 3.15 DFD Level 2 Proses 1 (Video Bahasa Isyarat)…..……….... 72

Gambar 3.16 DFD Level 2 Proses 3 (Agenda)…..……….. 73

Gambar 3.17 DFD Level 2 Proses 4 (Admin)…..………... 74

Gambar 3.18 ERD………...…..……….. 75

Gambar 3.19 Perancangan Logikal Basis Data……….. …..……….. 43

Gambar 3.20 Perancangan Menu dan Antarmuka Pengguna……….. 79

Gambar 3.21 Perancangan Menu dan Antarmuka Administrator.……….. 79

Gambar 3.22 Perancangan Halaman Beranda Pengguna………..……….. 80

Gambar 3.23 Perancangan Halaman Kamus Bahasa Isyarat Pengguna………. 81

Gambar 3.24 Perancangan Halaman Kategori Bahasa Isyarat Pengguna…….. 81

Gambar 3.25 Perancangan Halaman Gambar dan Video Bahasa Isyarat Pengguna………. 82 Gambar 3.26 Perancangan Halaman Agenda Pengguna………..……….. 82

Gambar 3.27 Perancangan Halaman Login Administrator……..……….. 83

Gambar 3.28 Perancangan Halaman Beranda Admin………..……….. 84

Gambar 3.29 Perancangan Halaman Kelola Kamus Bahasa Isyarat………….. 84

Gambar 3.30 Perancangan Halaman Menu Tambah Bahasa Isyarat………….. 85

Gambar 3.31 Perancangan Halaman Menu Edit Bahasa Isyarat…..………….. 85

Gambar 3.32 Perancangan Halaman Menu Deatil Bahasa Isyarat……….. 86

Gambar 3.33 Perancangan Halaman Menu Kelola Kategori Bahasa Isyarat... 86

(22)

xxii

Gambar 3.36 Perancangan Halaman Menu Detail Kategori Bahasa Isyarat… 88

Gambar 3.37 Perancangan Halaman Menu Kelola Gambar Bahasa Isyarat… 88

Gambar 3.38 Perancangan Halaman Menu Edit Gambar Bahasa Isyarat…… 89

Gambar 3.39 Perancangan Halaman Menu Kelola Video Bahasa Isyarat….. 89

Gambar 3.40 Perancangan Halaman Menu Edit Video Bahasa Isyarat…….. 90

Gambar 3.41 Perancangan Halaman Menu Kelola Agenda……… 90

Gambar 3.42 Perancangan Halaman Menu Tambah Agenda……….. 91

Gambar 3.43 Perancangan Halaman Menu Edit Agenda………. 91

Gambar 3.44 Perancangan Halaman Menu Detail Agenda………. 92

Gambar 3.45 Perancangan Halaman Menu Kelola Admin………. 92

Gambar 3.46 Perancangan Halaman Menu Tambah Admin……… 93

Gambar 3.47 Perancangan Halaman Menu Edit Admin……….. 93

Gambar 3.48 Perancangan Halaman Menu Detail Admin………... 94

Gambar 4.1 Halaman Beranda Penggun……… 97

Gambar 4.2 Halaman Kamus Bahasa Isyarat Pengguna……… 98

Gambar 4.3 Halaman Gambar dan Video Bahasa Isyarat Pengguna………… 99

Gambar 4.4 Halaman Kategori Bahasa Isyarat Pengguna……… 100

Gambar 4.5 Halaman Agenda Pengguna……….. 101

Gambar 4.6 Halaman Gambar/Video Agenda Pengguna………. 102

Gambar 4.7 Halaman Login Administrator……… 103

Gambar 4.8 Halaman Beranda Administrator……… 104

Gambar 4.9 Halaman Kelola Kamus Bahasa Isyarat……… 104

Gambar 4.10 Halaman Tambah Bahasa Isyarat……… 105

(23)

xxiii

Gambar 4.12 Halaman Tambah Gambar Bahasa Isyarat………. 108

Gambar 4.13 Halaman Edit Gambar Bahasa Isyarat……… 109

Gambar 4.14 Halaman Tambah Video Bahasa Isyarat……… 110

Gambar 4.15 Halaman Edit Video Bahasa Isyarat……… 111

Gambar 4.16 Halaman Detail Bahasa Isyarat……… 112

Gambar 4.17 Halaman Kelola Kategori Bahasa Isyarat……… 113

Gambar 4.18 Halaman Tambah Kategori Bahasa Isyarat……… 114

Gambar 4.19 Halaman Edit Kategori Bahasa Isyarat……… 115

Gambar 4.20 Halaman Detail Kategori Bahasa Isyarat……… 116

Gambar 4.21 Halaman Kelola Agenda……… 116

Gambar 4.22 Halaman Tambah Agenda……… 117

Gambar 4.23 Halaman Edit Agenda……… 118

Gambar 4.24 Halaman Tambah Gambar/Video Agenda……… 119

Gambar 4.25 Halaman Edit Gambar/Video Agenda……… 120

Gambar 4.26 Halaman Detail Agenda……….. 121

Gambar 4.27 Halaman Kelola Administrator……… 122

Gambar 4.28 Halaman Tambah Administrator……… 122

Gambar 4.29 Halaman Edit Administrator……… 123

Gambar 4.30 Halaman Detail Administrator……… 124

(24)

xxiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Use Case Diagram………...… 50

Tabel 3.1 Pertanyaan-Pertanyaan yang Digunakan dalam Wawancara…..…… 57

Tabel 3.2 Perbedaan Sistem Lama dan Sistem Baru……….. 59

Tabel 3.3 Tabel Admin….……….. 77

Tabel 3.4 Tabel Kategori Bahasa Isyarat.……….. 77

Tabel 3.5 Tabel Kamus Bahasa Isyarat……….……….. 78

Tabel 3.6 Tabel Agenda………....……….. 78

Tabel 5.1 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 1 – Tuna Rungu……… 127

Tabel 5.2 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 2 –Tuna Rungu……… 128

Tabel 5.3 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 3 –Tuna Rungu……… 129

Tabel 5.4 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 4 –Tuna Rungu……… 130

Tabel 5.5 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 5 –Tuna Rungu……… 131

Tabel 5.6 Tabel Hasil Uji Coba Terhadap Tuna Rungu……..……… 132

Tabel 5.7 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 1 - Masyarakat……… 133

Tabel 5.8 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 2 –Masyarakat……… 134

Tabel 5.9 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 3 –Masyarakat ……… 135

Tabel 5.10 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 4 –Masyarakat ………. 136

Tabel 5.11 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 5 –Masyarakat ………. 137

(25)

xxv

Tabel 5.13 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 1 –Admin…… ………. 139

Tabel 5.14 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 2 –Admin……….…. 140

Tabel 5.15 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 3 –Admin…….………. 141

Tabel 5.16 Tabel Hasil Kuesioner Pernyataan 4 –Admin…….………. 142

Tabel 5.17 Tabel Hasil Uji Coba Terhadap Admin……… ……… 143

(26)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat penghubung dalam berkomunikasi. Bahasa yang ada di dunia bermacam-macam, salah satunya adalah bahasa isyarat. Bahasa

isyarat merupakan salah satu sarana yang membantu komunikasi sesama

penyandang tuna rungu dan tuna wicara atau antara orang normal dengan

penyandang tuna rungu dan tuna wicara tersebut dalam masyarakat yang lebih

luas.

Bentuk bahasa isyarat tersebut adalah tatanan yang sistematis tentang

seperangkat isyarat jari, tangan, dan berbagai gerak untuk melambangkan kosa

kata bahasa Indonesia. Tatanan sistematis tersebut mencakup segi kemudahan

dan ketepatan pengungkapan makna isyarat yang akurat dan konsisten

mewakili tata bahasa Indonesia dengan satu kata dasar.

Penyandang tuna rungu adalah sekelompok orang yang menggunakan

bahasa isyarat, biasanya mengkombinasikan bentuk tangan, gerak tangan,

lengan, dan tubuh, serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran

mereka. Sedangkan tuna wicara merupakan individu yang mengalami

kesulitan dalam berbicara, disebabkan tidak berfungsinya alat-alat berbicara

mereka.

Dewasa ini bahasa isyarat yang digunakan untuk berkomunikasi hanya

(27)

2

memahami kosa kata dalam bahasa isyarat secara mendetail, mungkin

dikarenakan begitu banyak kosa kata dan buku yang berukuran besar dan tebal

yang sulit dibawa ke mana-mana serta penggunaan yang cukup lama dengan

membuka huruf dari A-Z untuk setiap kosa kata yang digunakan.

Dewasa ini perkembangan teknologi informasi semakin pesat yang

merambah ke berbagai bidang, mulai dari bidang pendidikan, bidang bisnis,

bidang kesehatan, dan lain sebagainya. Memanfaatkan perkembangan

teknologi informasi dapat meringankan pekerjaan seseorang dalam mengakses

dan memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan mudah.

Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat ini membawa kita untuk

mengikuti perkembangan tersebut, terutama dalam kehidupan sehari-hari

untuk membangun sumber daya manusia yang handal dan berkualitas.

Teknologi informasi dapat pula membantu dalam mempelajari bahasa isyarat

secara umum yang dipahami sebagai media berkomunikasi pada umumnya

dimengerti secara oral (berbicara) dan dalam bentuk tulisan (Wijayanto,

2010).

Bahasa isyarat adalah tatanan yang sistematis tentang seperangkat jari,

tangan, dan berbagai gerakan yang melambangkan kosa kata bahasa

Indonesia. Saat ini sistem pendidikan untuk penyandang tuna rungu dan tuna

wicara masih menggunakan bahasa isyarat yaitu sebagai alat bantu belajar

mengajar dalam pendekatan isyarat alamiah, abjad jari, dan isyarat yang

dibakukan, akan tetapi untuk pengajarannya masih manual diperagakan secara

langsung oleh pengajar, sehingga kurang efisien saat proses belajar mengajar

(28)

3

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu aplikasi

pengajaran bahasa isyarat secara multimedia yang dapat ditampilkan secara

visual, sehingga dapat mempermudah para pengguna (penyandang tuna rungu

dan tuna wicara bahkan masyarakat umum) untuk belajar bahasa isyarat

tersebut di manapun dan kapanpun dengan media internet. Dengan

multimedia, pengajaran bahasa isyarat akan lebih jelas secara visual dan

praktis yang dikemas dengan berbasis web agar mudah diakses.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “Aplikasi Pengajaran Bahasa Isyarat Berbasis Web”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana membangun aplikasi pengajaran bahasa isyarat berbasis web

bagi penyandang tuna rungu, tuna wicara, dan masyarakat umum?

2. Apakah penyandang tuna rungu dan tuna wicara dapat menggunakan

aplikasi pengajaran bahasa isyarat berbasis web dengan mudah dan efektif

dalam belajar bahasa isyarat?

3. Apakah aplikasi pengajaran bahasa isyarat berbasis web dapat

dimanfaatkan dengan mudah dan efektif sebagai media pengajaran bahasa

(29)

4

1.3Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah supaya tidak terlalu meluas dan menyimpang dari tujuan, yaitu :

1. Bahasa isyarat dibatasi mencakup isyarat huruf, isyarat angka, isyarat kata

dasar, kata ganti, dan kata-kata sehari-hari.

2. Data multimedia yang digunakan meliputi : video dan gambar (image).

3. Aplikasi pengajaran bahasa isyarat berbasis web dibuat sebagai alat

pembelajaran yang digunakan di sekolah luar biasa dan juga dapat

dipergunakan oleh masyarakat umum, ini mengacu pada sekolah luar

biasa, yaitu tentang bahasa isyarat-isyarat sehari-hari.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Membangun sebuah Aplikasi Pengajaran Bahasa Isyarat Berbasis Web

untuk penyandang tuna rungu dan tuna wicara.

2. Aplikasi Pengajaran Bahasa Isyarat Berbasis Web dapat dimanfaatkan

sebagai media belajar bahasa isyarat, baik untuk penyandang tuna rungu

dan tuna wicara pada khususnya maupun untuk masyarakat umum.

1.5Manfaat Penelitian

(30)

5

1. Bagi Penyandang Tuna Rungu dan Tuna Wicara

Aplikasi ini bermanfaat untuk dijadikan media belajar bahasa isyarat yang

lebih baik, mudah, dan praktis bagi penyandang tuna rungu dan tuna

wicara karena setiap orang saat ini dapat menggunakan aplikasi pengajaran

bahasa isyarat berbasis web melalui komputer, laptop, dan handphone.

2. Bagi Pengguna/Masyarakat Umum

Aplikasi ini mempermudah dalam membantu belajar bahasa isyarat guna

berkomunikasi dengan para tuna rungu, tuna wicara dan orang pendengar

lainnya yang ingin belajar bahasa isyarat dan ingin dapat berkomunikasi

dengan orang-orang penyandang tuna rungu dan tuna wicara.

3. Bagi Penulis

Penulis dapat mempraktekan ilmu yang didapatkan selama kuliah dan

dapat memahami bagaimana cara membuat sebuah aplikasi. Hasil

penelitian akan menambah pengetahuan ilmu dan wawasan penulis

mengenai pembuatan aplikasi tersebut.

1.6Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah adalah : 1. Observasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk

membuat perencanaan aplikasi pengajaran bahasa isyarat berbasis web

dengan melakukan observasi dan mengamati langsung serta memahami

(31)

6

beralamat di jalan Langenarjan Lor no 16 A, Panembahan Keraton,

Yogyakarta.

2. Studi Pustaka

Metode ini digunakan dengan mencari, mengumpulkan, dan mempelajari

informasi-informasi yang berkaitan dengan bahasa isyarat dan teori-teori

tentang implementasi basis data multimedia.

3. Pembangunan Sistem

Pembangunan sistem dengan metode Waterfall menurut Pressman (2010)

meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

a. Communication

Langkah ini merupakan analisis terhadap kebutuhan software, dan

tahap untuk mengadakan pengumpulan data dengan melakukan

pertemuan dengan para pengajar bahasa isyarat, para tuna rungu dan

tuna wicara maupun mengumpulkan data-data tambahan baik yang

ada di jurnal, artikel, maupun dari internet.

b. Planning

Proses planning merupakan lanjutan dari proses communication

(analysis requirement). Tahapan ini menghasilkan dokumen user

requirement atau bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan

dengan keinginan user dalam pembuatan software, termasuk rencana

yang akan dilakukan.

c. Modeling

Proses modeling ini menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah

(32)

7

Proses ini berfokus pada rancangan struktur data, arsitektur software,

representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural. Tahapan ini

akan menghasilkan dokumen yang disebut software requirement.

d. Construction

Construction merupakan proses membuat program

(coding). Coding atau pengkodean merupakan penerjemahan desain

dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer.

Programmer menerjemahkan transaksi yang diminta oleh user ke

dalam bahasa pemrograman JSP. Tahapan inilah yang merupakan

tahapan secara nyata dalam mengerjakan suatu software, artinya

penggunaan komputer dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah

pengkodean selesai maka dilakukan testing terhadap sistem yang telah

dibuat tadi. Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan

terhadap sistem tersebut untuk kemudian bisa diperbaiki.

e. Deployment

Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan

sebuah software atau sistem. Setelah melakukan analisis, desain dan

pengkodean maka sistem yang sudah jadi digunakan oleh user.

Kemudian software yang telah dibuat harus dilakukan pemeliharaan

secara berkala.

4. Pengujian

Pengujian aplikasi pengajaran bahasa isyarat ini dilakukan terhadap

penyandang tuna rungu dan tuna wicara serta masyarakat umum untuk

(33)

8

a. Apakah penyandang tuna rungu dan tuna wicara dapat menggunakan

aplikasi tersebut dengan mudah dan efektif dalam belajar bahasa

isyarat?

b. Apakah aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan dengan mudah dan

efektif sebagai media pengajaran bahasa isyarat bagi masyarakat

umum?

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan untuk mempermudah melihat dan mengetahui pembahasan yang ada pada penelitian ini secara menyeluruh, maka perlu

dikemukakan sistematika yang merupakan kerangka dan pedoman penulisan

skripsi. Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas teori dan teknik dasar mengenai pembuatan

aplikasi, tuna rungu, basis data, bahasa isyarat, website, bahasa

pemrograman Java, Oracle, pemodelan proses, dan pemodelan data.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi analisis dan perancangan sistem yang digunakan dalam

(34)

9

sistem, perancangan proses, perancangan basis data, dan perancangan

antar muka (user interface)

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM

Bab ini berisi tentang implementasi sistem yang dibuat berasal dari

rancangan sistem ke dalam bahasa pemrograman Java dan multimedia

DBMS Oracle

BAB V ANALISA HASIL

Bab ini berisi analisa hasil implementasi dan pembahasan kekurangan

dan kelebihan sistem. Bab ini juga membahas hasil uji coba sistem

terhadap pengguna, yaitu penyandang tuna rungu, tuna wicara, dan

masyarakat umum.

BAB VI PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran dari seluruh penelitian yang telah

dilakukan. Kesimpulan mengemukakan masalah yang ada pada

penelitian serta hasil dari penyelesaian penelitian yang bersifat analisis

objektif. Sedangkan saran berisi jalan keluar untuk mengatasi masalah

dari kelemahan yang ada. Saran ini ditujukan untuk ruang lingkup

(35)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai teori atau konsep yang terkait dengan topik

dalam penelitian ini. Pembahasan meliputi mengenai aplikasi, tunarungu, bahasa

isyarat, basis data, basis data multimedia, metode waterfall, analisis pieces,

website, bahasa pemrograman Java, pemodelan proses, dan pemodelan data.

Setiap konsep berisi penjelasan mengenai definisi dari peran masing-masing

bagian dalam penelitian ini. Hal-hal tersebut dapat diuraikan dalam beberapa sub

bab di bawah ini :

2.1 Aplikasi

Aplikasi berasal dari kata application yaitu bentuk benda dari kata kerja to

apply yang dalam bahasa Indonesia berarti pengolah. Secara istilah, aplikasi

komputer adalah suatu sub kelas perangkat lunak komputer yang

menggunakan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu tugas

yang diinginkan pemakai. Contoh utama perangkat lunak aplikasi adalah

program pengolah kata, lembar kerja, dan pemutar media. Kumpulan aplikasi

komputer yang digabung menjadi suatu paket biasanya disebut paket atau

suite aplikasi (application suite). Contohnya adalah Microsoft Office

dan OpenOffice.org, yang menggabungkan suatu aplikasi pengolah kata,

lembar kerja, serta beberapa aplikasi lainnya Aplikasi-aplikasi dalam suatu

paket biasanya memiliki antarmuka pengguna yang memiliki kesamaan

(36)

11

aplikasi. Umumnya aplikasi-aplikasi tersebut memiliki kemampuan untuk

saling berinteraksi sehingga menguntungkan pemakai. Contohnya, suatu

lembar kerja dapat dimasukkan dalam suatu dokumen pengolah kata

walaupun dibuat pada aplikasi lembar kerja yang terpisah.

Aplikasi adalah program siap pakai yang dapat digunakan untuk

menjalankan perintah-perintah dari pengguna aplikasi tersebut dengan tujuan

mendapatkan hasil yang lebih akurat sesuai dengan tujuan pembuatan aplikasi

tersebut, aplikasi mempunyai arti yaitu pemecahan masalah yang

menggunakan salah satu tehnik pemrosesan data aplikasi yang biasanya

berpacu pada sebuah komputansi yang diinginkan atau diharapkan maupun

pemrosesan data yang diharapkan.

Pengertian aplikasi secara umum adalah alat terapan yang difungsikan

secara khusus dan terpadu sesuai kemampuan yang dimilikinya aplikasi

merupakan suatu perangkat komputer yang siap pakai bagi user.

Pengertian aplikasi menurut para ahli adalah sebagai berikut :

a. Menurut Jogiyanto (1999:12) adalah penggunaan dalam suatu komputer,

instruksi (instruction) atau pernyataan (statement) yang disusun

sedemikian rupa sehingga komputer dapat memproses input menjadi

output.

b. Menurut Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 52) adalah

penerapan dari rancang sistem untuk mengolah data yang menggunakan

aturan atauketentuan bahasa pemrograman tertentu. Aplikasi adalah suatu

program komputer yang dibuat untuk mengerjakan dan melaksanakan

(37)

12

c. Menurut Rachmad Hakim S, Aplikasi adalah perangkat lunak yang

digunakan untuk tujuan tertentu, seperti mengolah dokumen, mengatur

Windows &, permainan (game), dan sebagainya.

d. Menurut Harip Santoso, Aplikasi adalah suatu kelompok file (form, class,

rePort) yang bertujuan untuk melakukan aktivitas tertentu yang saling

terkait, misalnya aplikasi payroll, aplikasi fixed asset, dan lain-lain.

Beberapa aplikasi yang digabung bersama menjadi suatu paket kadang

disebut sebagai suatu paket atau suite aplikasi (application suite). Contohnya

adalah Microsoft Office dan OpenOffice.org, Bahasa Pemrograman yang

menggabungkan suatu aplikasi pengolah kata, lembar kerja, serta beberapa

aplikasi lainnya. Aplikasi-aplikasi dalam suatu paket biasanya memiliki

antarmuka pengguna yang memiliki kesamaan sehingga memudahkan

pengguna untuk mempelajari dan menggunakan tiap aplikasi

Berdasarkan jenisnya, aplikasi komputer dapat dibagi menjadi beberapa

kategori, yaitu :

a. Enterprise

Digunakan untuk organisasi yang cukup besar dengan maksud

menghubungkan aliran data dan kebutuhan informasi antar bagian, contoh

: IT Helpdesk, Travel Management dan lain-lain.

b. Enterprise – Support

Sebagai aplikasi pendukung dari Enterprise, contohnya : Database

(38)

13

c. Individual Worker

Sebagai aplikasi yang biasa digunakan untuk mengolah/edit data oleh tiap

individu. Contoh : Ms.Office, Photoshop, Acrobat Reader dan lain-lain.

d. Aplikasi Akses Konten

Adalah aplikasi yang digunakan oleh individu (hanya) untuk mengakses

konten tanpa kemampuan untuk mengolah atau mengedit datanya

melainkan hanya melakukan kustomisasi terbatas. Contoh : Games, Media

Player, Web Browser.

e. Aplikasi Pendidikan

Biasanya berbentuk simulasi dan mengandung konten yang spesifik untuk

pembelajaran.

f. Aplikasi Simulasi

Biasa digunakan untuk melakukan simulasi penelitian, pengembangan dan

lain-lain. Contoh : Simulasi pengaturan lampu lalu lintas.

g. Aplikasi Pengembangan Media

Berfungsi untuk mengolah/mengembangkan media biasanya untuk

kepentingan komersial, hiburan dan pendidikan. Contoh : Digital

Animation Software, AudioVideo Converter dan lain-lain.

h. Aplikasi Mekanika dan Produk

Dibuat sebagai pelaksana/pengolah data yang spesifik untuk kebutuhan

tertentu. Contoh : Computer Aided Design (CAD), Computer Aided

(39)

14

2.2 Tunarungu

2.2.1 Pengertian Tunarungu

Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna

atau bahkan tidak dapat mendengar sama sekali, tetapi dipercayai bahwa

tidak ada satupun manusia yang tidak bisa mendengar sama sekali.

Walaupun sangat sedikit, masih ada sisa-sisa pendengaran yang masih bisa

dioptimalkan pada anak tunarungu tersebut. Berkenaan dengan tunarungu,

terutama tentang pengertian tunarungu terdapat beberapa pengertian sesuai

dengan pandangan dan kepentingan masing-masing.

Menurut Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati Somantri, 1996 : 74)

mengemukakan bahwa: seseorang yang tidak atau kurang mampu

mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi

dua kategori, yaitu tuli (deaf) atau kurang dengar (hard of hearing). Tuli

adalah anak yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam

taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan

kurang dengar adalah anak yang indera pendengarannya mengalami

kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan

maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).

Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya

kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila

tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Apabila

(40)

15

umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa anak tersebut

mengalami tunarunguan.

Murni Winarsih (2007: 22) mengemukakan bahwa tunarungu adalah

suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang

ringan sampai berat, digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar. Orang

tuli adalah yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat

proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak

memakai alat bantu dengar dimana batas pendengaran yang dimilikinya

cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui

pendengaran. Tin Suharmini (2009: 35) mengemukakan tunarungu dapat

diartikan sebagai keadaan dari seorang individu yang mengalami

kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa

menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain melalui

pendengaran.

Beberapa pengertian dan definisi tunarungu di atas merupakan definisi

yang termasuk kompleks, sehingga dapat disimpulkan bahwa anak

tunarungu adalah anak yang memiliki gangguan dalam pendengarannya,

baik secara keseluruhan ataupun masih memiliki sisa pendengaran.

Meskipun anak tunarungu sudah diberikan alat bantu dengar, tetap saja

anak tunarungu masih memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

2.2.2 Karakteristik Anak Tunarungu

Karakteristik anak tunarungu dari segi fisik tidak memiliki karakteristik yang khas, karena secara fisik anak tunarungu tidak mengalami gangguan

(41)

16

memiliki karakteristik yang khas dari segi yang berbeda. Permanarian

Somad dan Tati Hernawati (1995: 35-39) mendeskripsikan karakteristik

ketunarunguan dilihat dari segi: intelegensi, bahasa dan bicara, emosi, dan

sosial.

a. Karakteristik dari segi intelegensi

Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal yaitu

tinggi, rata-rata dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu memiliki

intelegensi normal dan rata-rata. Prestasi anak tunarungu sering kali

lebih rendah daripada prestasi anak normal karena dipengaruhi oleh

kemampuan anak tunarungu dalam mengerti pelajaran yang

diverbalkan. Namun untuk pelajaran yang tidak diverbalkan, anak

tunarungu memiliki perkembangan yang sama cepatnya dengan anak

normal. Prestasi anak tunarungu yang rendah bukan disebabkan karena

intelegensinya rendah namun karena anak tunarungu tidak dapat

memaksimalkan intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi yang

bersumber pada verbal seringkali rendah, namun aspek intelegensi yang

bersumber pada penglihatan dan motorik akan berkembang dengan

cepat.

b. Karakteristik dari segi bahasa dan bicara

Kemampuan anak tunarungu dalam berbahasa dan berbicara berbeda

dengan anak normal pada umumnya karena kemampuan tersebut sangat

erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Karena anak tunarungu

tidak bisa mendengar bahasa, maka anak tunarungu mengalami

(42)

17

utama seseorang dalam berkomunikasi. Alat komunikasi terdiri dan

membaca, menulis dan berbicara, sehingga anak tunarungu akan

tertinggal dalam tiga aspek penting ini. Anak tunarungu memerlukan

penanganan khusus dan lingkungan berbahasa intensif yang dapat

meningkatkan kemampuan berbahasanya. Kemampuan berbicara anak

tunarungu juga dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa yang dimiliki

oleh anak tunarungu. Kemampuan berbicara pada anak tunarungu akan

berkembang dengan sendirinya namun memerlukan upaya terus

menerus serta latihan dan bimbingan secara profesional. Dengan cara

yang demikianpun banyak dari mereka yang belum bisa berbicara

seperti anak normal baik suara, irama dan tekanan suara terdengar

monoton berbeda dengan anak normal.

c. Karakteristik dari segi emosi dan sosial

Ketunarunguan dapat menyebabkan keterasingan dengan lingkungan.

Keterasingan tersebut akan menimbulkan beberapa efek negatif seperti:

egosentrisme yang melebihi anak normal, mempunyai perasaan takut

akan lingkungan yang lebih luas, ketergantungan terhadap orang lain,

perhatian mereka lebih sukar dialihkan, umumnya memiliki sifat yang

polos dan tanpa banyak masalah, dan lebih mudah marah dan cepat

tersinggung.

1) Egosentrisme yang melebihi anak normal

Sifat ini disebabkan oleh anak tunarungu memiliki dunia yang kecil

akibat interaksi dengan lingkungan sekitar yang sempit. Karena

(43)

18

melihat dunia sekitar dengan penglihatan. Penglihatan hanya melihat

apa yang di depannya saja, sedangkan pendengaran dapat mendengar

sekeliling lingkungan. Karena anak tunarungu mempelajari

sekitarnya dengan menggunakan penglihatannya, maka aka timbul

sifat ingin tahu yang besar, seolah-olah mereka haus untuk melihat,

dan hal itu semakin membesarkan egosentrismenya.

2) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas

Perasaan takut yang menghinggapi anak tunarungu sering kali

disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap lingkungan yang

berhubungan dengan kemampuan berbahasanya yang rendah.

Keadaan menjadi tidak jelas karena anak tunarungu tidak mampu

menyatukan dan menguasai situasi yang baik.

3) Ketergantungan terhadap orang lain

Sikap ketergantungan terhadap orang lain atau terhadap apa yang

sudah dikenalnya dengan baik, merupakan gambaran bahwa mereka

sudah putus asa dan selalu mencari bantuan serta bersandar pada

orang lain.

4) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan

Sempitnya kemampuan berbahasa pada anak tunarungu

menyebabkan sempitnya alam fikirannya. Alam fikirannya

selamanya terpaku pada hal-hal yang konkret. Jika sudah

berkonsentrasi kepada suatu hal, maka anak tunarungu akan sulit

dialihkan perhatiannya ke hal-hal lain yang belum dimengerti atau

(44)

19

5) Umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak

masalah

Anak tunarungu tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan

baik. Anak tunarungu akan jujur dan apa adanya dalam

mengungkapkan perasaannya. Perasaan anak tunarungu biasanya

dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.

6) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung

Karena banyak merasakan kekecewaan akibat tidak bisa dengan

mudah mengekspresikan perasaannya, anak tunarungu akan

mengungkapkannya dengan kemarahan. Semakin luas bahasa yang

mereka miliki semakin mudah mereka mengerti perkataan orang

lain, namun semakin sempit bahasa yang mereka miliki akan

semakin sulit untuk mengerti perkataan orang lain sehingga anak

tunarungu mengungkapkannya dengan kejengkelan dan kemarahan.

Berdasarkan karakteristik anak tunarungu dari beberapa aspek yang

sudah dibahas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagai dampak dari

ketunarunguannya tersebut hal yang menjadi perhatian adalah kemampuan

berkomunikasi anak tunarungu yang rendah. Intelegensi anak tunarungu

umumnya berada pada tingkatan rata-rata atau bahkan tinggi, namun

prestasi anak tunarungu terkadang lebih rendah karena pengaruh

kemampuan berbahasanya yang rendah. Maka dalam pembelajaran di

sekolah anak tunarungu harus mendapatkan penanganan dengan

menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik yang dimiliki.

(45)

20

sudah dialaminya dan bersifat konkret bukan hanya hal yang diverbalkan.

Anak tunarungu membutuhkan metode yang tepat untuk meningkatkan

kemampuan berbahasanya yaitu metode yang dapat menampilkan

kekonkretan sesuai dengan apa yang sudah dialaminya. Metode

pembelajaran untuk anak tunarungu haruslah yang kaya akan bahasa

konkret dan tidak membiarkan anak untuk berfantasi mengenai hal yang

belum diketahui.

2.2.3 Klasifikasi Anak Tunarungu

Klasifikasi mutlak diperlukan untuk layanan pendidikan khusus. Hal ini sangat menentukan dalam pemilihan alat bantu mendengar yang sesuai

dengan sisa pendengarannya dan menunjang lajunya pembelajaran yang

efektif. Dalam menentukan ketunarunguan dan pemilihan alat bantu

dengar serta layanan khusus akan menghasilkan akselerasi secara optimal

dalam mempersepsi bunyi bahasa dan wicara.

Menurut Boothroyd (dalam Murni Winarsih, 2007:23) klasifikasi

ketunarunguan adalah sebagai berikut :

a. Kelompok I : kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses atau

ketunarunguan ringan; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia

normal.

b. Kelompok II: kehilangan 31-60, moderate hearing losses atau

ketunarunguan atau ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap

(46)

21

c. Kelompok III: kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses atau

ketunarunguan berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia

tidak ada.

d. Kelompok IV: kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses atau

ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan

manusia tidak ada sama sekali.

e. Kelompok V: kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses atau

ketunarunguan total; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia

tidak ada sama sekali.

Selanjutnya Uden (dalam Murni Winarsih, 2007:26) membagi

klasifikasi ketunarunguan menjadi tiga, yakni berdasar saat terjadinya

ketunarunguan, berdasarkan tempat kerusakan pada organ

pendengarannya, dan berdasar pada taraf penguasaan bahasa.

a. Berdasarkan sifat terjadinya

1) Ketunarunguan bawaan, artinya ketika lahir anak sudah

mengalami/menyandang tunarungu dan indera pendengarannya

sudah tidak berfungsi lagi.

2) Ketunarunguan setelah lahir, artinya terjadinya tunarungu setelah

anak lahir diakibatkan oleh kecelakaan atau suatu penyakit.

b. Berdasarkan tempat kerusakan

1) Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga

menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga

(47)

22

2) Kerusakan pada telinga bagian dalam sehingga tidak dapat

mendengar bunyi/suara, disebut Tuli Sensoris.

c. Berdasarkan taraf penguasaan bahasa

1) Tuli pra bahasa (prelingually deaf) adalah mereka yang menjadi tuli

sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6 tahun) artinya anak

menyamakan tanda (signal) tertentu seperti mengamati, menunjuk,

meraih dan sebagainya namun belum membentuk system lambang.

2) Tuli purna bahasa (post lingually deaf) adalah mereka yang menjadi

tuli setelah menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan dan

memahami system lambang yang berlaku di lingkungan.

Klasifikasi dalam dunia pendidikan diperlukan untuk menentukan

bagaimana intervensi yang akan dilakukan lembaga terkait. Ada banyak

jenis klasifikasi termasuk yang sudah dipaparkan di atas. Klasifikasi di

atas merupakan jenis klasifikasi yang membagi tunarungu menjadi

beberapa kelompok sesuai dengan kehilangan pendengarannya dan tempat

terjadi kerusakan. Klasifikasi memudahkan untuk menentukan dan

memfokuskan subjek dalam penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini

termasuk dalam klasifikasi ketunarunguan bawaan, ketika lahir anak sudah

mengalami ketunarunguan sehingga intervensi yang lambat mempengaruhi

(48)

23

2.3 Bahasa Isyarat

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya.

Bahasa juga merupakan kunci penguasaan ilmu pengetahuan dimana ada

proses pertukaran informasi yang dapat menambah pemahaman manusia akan

sesuatu yang disampaikannya. Sama halnya dengan bahasa pada umumnya,

bahasa isyarat tidak lepas dan tidak dapat dipisahkan dari penyandang

tunarungu. Mengapa demikian? Bahasa isyarat sangat penting karena

membantu perkembangan bahasa, kognitif, dan kematangan sosial

penyandang tunarungu. Terlepas dari itu semua bahasa isyarat mengantarkan

penyandang tunarungu untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi sosial

dengan lingkungannya.

Bahasa Isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi

manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir, bukannya suara, untuk berkomunikasi.

Kaum tunarungu adalah kelompok utama yang menggunakan bahasa ini,

biasanya dengan mengkombinasikan bentuk tangan, orientasi dan gerak

tangan, lengan, dan tubuh, serta ekspresi wajah untuk

mengungkapkan pikiran mereka.

Bertentangan dengan pendapat banyak orang, pada kenyataannya belum

ada bahasa isyarat internasional yang sukses diterapkan. Bahasa isyarat unik

dalam jenisnya di setiap negara. Bahasa isyarat bisa saja berbeda di

negara-negara yang berbahasa sama. Contohnya, Amerika

Serikat dan Inggris meskipun memiliki bahasa tertulis yang sama, memiliki

(49)

24

Language dan British Sign Language). Hal yang sebaliknya juga berlaku.

Ada negara-negara yang memiliki bahasa tertulis yang berbeda

(contoh: Inggris dengan Spanyol), namun menggunakan bahasa isyarat yang

sama.

Untuk Indonesia, ada dua sistem bahasa isyarat yang berlaku, Bahasa

Isyarat Indonesia (BISINDO) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia(SIBI).

SIBI diciptakan dengan beberapa alasan, di antaranya untuk

merepresentasikan Bahasa Indonesia pada tangan, untuk mengajarkan Bahasa

Indonesia secara yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dan

karena mudah dipelajari oleh orang yang sudah bisa berbahasa Indonesia.

SIBI telah diterbitkan oleh pemerintah dan disebarluaskan melalui

sekolah-sekolah khususnya SLB/B untuk penyandang tunarungu di Indonesia

sejak tahun 2001. SIBI hanya dapat digunakan sebagai bahasa isyarat di

sekolah dan tidak dapat dipergunakan sebagai bahasa isyarat komunikasi

sehari-hari penyandang tunarungu dalam berkomunikasi. SIBI tidak dapat

digunakan dalam komunikasi sehari-hari penyandang tunarungu karena

penerapan kosakata yang tidak sesuai dengan aspirasi dan nurani kaum

tunarungu, terlebih penerapan bahasa yang terlalu baku dengan tata bahasa

kalimat bahasa Indonesia yang membuat kesulitan kaum tunarungu untuk

berkomunikasi. Kemudian dalam SIBI ditemukan banyak pengaruh alami,

budaya, dan isyarat tunarungu dari luar negeri yang sulit dimengerti sehingga

memang benar SIBI sulit dipergunakan oleh kaum tunarungu untuk

(50)

25

Berbeda dengan bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) yang belakangan ini

mulai diperjuangkan oleh Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN). BISINDO merupakan bahasa isyarat alami budaya asli

Indonesia yang dengan mudah dapat digunakan dalam pergaulan isyarat kaum

tunarungu sehari-hari. Kecepatan dan kepraktisannya membuat kaum

tunarungu lebih mudah memahami meski tidak mengikuti aturan bahasa

Indonesia sebagaimana yang digunakan SIBI.

Sekarang tidak perlu kita menyalahkan adanya SIBI karena di

sekolah-sekolah khususnya SLB/B pun masih diajarkan dan digunakan sebagai bahasa

komunikasi dalam pendidikan. Yang menjadi fokus kita adalah bagaimana

mengembalikan kembali eksistensi bahasa isyarat Indonesia (BISINDO)

dapat digunakan oleh kaum tunarungu tanpa adanya paksaan sehingga dapat

digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari untuk berinteraksi dengan

lingkungan sosial.

Penulis secara sadar mengajak kepada para pembaca untuk ikut

mengeksiskan kembali bahasa isyarat Indonesia agar dapat digunakan sebagai

alat komunikasi kaum tunarungu. Meskipun kita bukan penyandang

tunarungu tetapi kita masih bisa belajar BISINDO, karena kepraktisan

BISINDO dibandingkan SIBI sehingga dapat dipelajari oleh siapa pun.

Dewasa ini, BISINDO sedang gencar di sosialisasikan oleh Gerakan

Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) agar masyarakat umum

tahu bahasa isyarat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan kaum

(51)

26

Harapannya semakin banyak orang yang tahu dan bisa menggunakan

BISINDO maka eksistensi bahasa isyarat alami budaya asli Indonesia ini

tidak akan hilang keberadaanya. Mari dukung penggunaan bahasa isyarat

Indonesia (BISINDO) agar diakui oleh pemerintah. Buka mata, buka hati

untuk kesetaraan. Bahasa Isyarat adalah cara untuk berkomunikasi

menggunakan tangan dan bagian lain dari tubuh. Bahasa isyarat adalah sangat

penting bagi manusia yang terlahir tunarungu untuk berkomunikasi.

Tunarungu menggunakan bahasa isyarat dari pada bahasa suara. Bahasa suara

menggunakan bunyi dari mulut dan dimengerti dengan telinga. Bahasa isyarat

menggunakan tangan dan dimengerti dengan mata. Bagi tuna rungu

menggunakan bahasa isyarat adalah bahasa yang lebih mudah untuk

digunakan. Bahasa Isyarat bukanlah sesuatu yang universal. Ini berarti bukan

satu bahasa isyarat tunggal yang digunakan oleh seluruh orang tunarungu di

dunia. Ada banyak jenis dari bahasa isyarat ini. Masing – masing komunitas

tuna rungu membangun bahasa mereka sendiri, biasanya berbeda bahasa

isyarat antar satu negara dengan negara lainnya. Para ahli bahasa telah

mengidentifikasi paling tidak terdapat 137 jenis bahasa isyarat yang ada di

dunia pada saat ini.

2.4 Metode Waterfall

Metode pengembangan sistem metode SDLC (Sistem Development Life Cycle) atau sering disebut sebagai pendekatan air terjun (waterfall). Metode

waterfall pertama kali diperkenalkan oleh Windows W. Royce pada tahun

(52)

27

yang linier Output dari setiap tahap merupakan input bagi tahap berikutnya

(Kristanto, 2004).

Gambar 2.1 Metode Waterfall

a. Analisis Sistem

Analisis sistem adalah penguraian dari suatu sistem yang utuh kedalam

kegiatan-kegiatan komponennya, dengan maksud untuk

mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan,

kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan, yang terjadi dan

kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan

perbaikan-perbaikannya.

b. Desain Sistem (Design)

Desain Sistem adalah persiapan rancang bangun implementasi yang

menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk yang berupa

penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari

(53)

28

berfungsi, menyangkut di dalamnya konfigurasi komponen perangkat

lunak dan perangkat keras dari suatu sistem.

1) Desain Model

Desain Model yang digunakan adalah model logika yang mana model

logika lebih menjelaskan kepada user bagaimana nantinya fungsi-fungsi

sistem informasi secara logika akan bekerja. Logika model

digambarkan dengan Data Flow Diagram.

2) Desain Database

Database merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu

dengan yang lain, tersimpan disimpanan luar komputer dan digunakan

perangkat lunak tertentu untuk memanipulasinya.

Desain database dilakukan dengan cara mengidentifikasi file-file yang

diperlukan oleh sistem informasi dengan melihat desain model yang

telah digambarkan dalam bentuk DFD atau DAD yang ditentukan

melalui teknik normalisasi. Selanjutnya menentukan parameter dari

file database seperti: tipe file, organisasi file, akses file dan field kunci

dari file.

3) Desain Tabel dan Relasi Antartabel

Di dalam database memiliki tabel-tabel yang berfungsi untuk

menyimpan record, sedangkan relasi antartabel merupakan hubungan

antartabel yang ditandai dengan adanya foreign key. Desain tabel dan

(54)

29

4) Desain Antarmuka ( User Interface)

Desain web adalah tahap yang harus dilakukan sebelum mulai membuat

website atau situs web. Konsep rancangan dalam mendesain halaman

web adalah tampilan pada halaman browser yang akan diakses oleh

pengguna.

5) Desain Output

Output adalah keluaran yang dihasilkan oleh sistem informasi baik

berupa media keras seperti kertas atau hasil di media lunak seperti

tampilan dilayar.

6) Desain Input

Desain input ditentukan dari DFD atau DAD sistem baru yang telah

dibuat, selanjutnya ditentukan parameternya, seperti: bentuk

dari input, dokumen dasar atau bentuk isian di dialog layar.

7) Desain Kontrol

Desain kontrol bertujuan untuk mencegah atau menjaga terjadinya

hal-hal yang tidak diinginkan seperti kesalahan-kesalahan dan

kecurangan-kecurangan untuk melindungi sistem informasi dari hal-hal yang

merugikan. Pengendalian dalam sistem informasi yang dilakukan

adalah pengendalian aplikasi, yaitu pengendalian yang diterapkan

selama proses pengolahan data berlangsung yang meliputi pengendalian

(55)

30

8) Desain Teknologi

Desain teknologi yang diterapkan pada pembuatan web Toko Madya

Komputer Purwokerto adalah menggunakan desain teknologi

E-commerce.

c. Penulisan Program atau Pengkodean (Coding)

Menerjemahkan hasil proses perancangan menjadi sebuah bentuk program

komputer yang dimengerti oleh mesin komputer.

d. Uji coba Program (Testing)

Uji coba software merupakan elemen yang kritis dari SQA (Software

Quality Assurance) dan mempresentasikan tinjauan ulang yang

menyeluruh terhadap spesifikasi, desain dan pengkodean. Uji coba

mempresentasikan ketidaknormalan yang terjadi pada

pengembangan software. Selama definisi awal dan fase pembangunan,

pengembangan berusaha untuk membangun software dari konsep yang

abstrak sampai dengan implementasi yang memungkinkan.

e. Implementasi Sistem (implementasi)

Tahap implementasi adalah tahap dimana semua elemen dan aktivitas

sistem disatukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menyiapkan Fasilitas Fisik

Fasilitas-fasilitas fisik yang disiapkan antara lain komputer dan

peripheralnya, termasuk keamanan fisik untuk menjaga berlangsungnya

(56)

31

2) Menyiapkan Pemakai

Pemakai disiapkan dengan terlebih dahulu yaitu dengan memberikan

pelatihan secara prosedural maupun tutorial mengenai sistem informasi

sesuai fungsi tugasnya. Tujuannya adalah agar para pemakai mengerti

dan mengusai operasi sistem dan cara kerja sistem serta apa saja yang

diperoleh dari sistem.

3) Melakukan Simulasi

Kegiatan simulasi berupa pengujian sistem secara nyata yang

melibatkan personil yang sesungguhnya.

f. Pemeliharaan Sistem (Maintenance)

Ada 3 alasan perlunya pemeliharaan sistem, yaitu:

1) Untuk membenarkan kesalahan atau kelemahan sistem yang tidak

terdeteksi pada saat pengujian.

2) Untuk membuat sistem up to date

3) Untuk meningkatkan kemampuan sistem

2.5 Analisis PIECES

Analisis PIECES yang diusulkan oleh James Wetherbe, menyebutkan bahwa tujuan dari analisis PIECES ini adalah untuk mengoreksi atau

memperbaiki sistem dalam hal yang telah disebutkan di atas. Berikut ini

penjelasan singkat dari masing-masing variabel :

a. Performance (kinerja) : menilai apakah proses atau prosedur yang ada

masih mungkin ditingkatkan kinerjanya. Dalam hal ini kinerja diukur dari

(57)

32

dilakukan / dihasilkan pada saat tertentu dan response time, yaitu waktu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan serangkaian kegiatan untuk

menghasilkan output / deliverables tertentu.

b. Information (informasi) : menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih

dapat diperbaiki, sehingga kualitas menjadi semakin baik. Yang dimaksud

kualitas informasi yang semakin baik adalah yang semakin relevan, akurat,

andal, dan lengkap serta disajikan secara tepat waktu.

c. Economics (ekonomi) : menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih

dapat ditingkatkan manfaatnya (nilai gunanya) atau diturunkan biaya

penyelenggaraannya.

d. Control (pengendalian) : menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih

dapat ditingkatkan, sehingga kualitas pengendalian menjadi semakin baik

dan kemampuannya untuk mendeteksi kesalahan / kecurangan menjadi

semakin baik pula

e. Efficiency (efisiensi) : menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih

dapat diperbaiki, sehingga tercapai peningkatan efisiensi oeprasi.

f. Service (layanan) : menilai apakah prosedur yang ada saat ini masih dapat

diperbaiki kemampuannya untuk mencapai peningkatan kualitas layanan.

2.6 Basis Data

Basis data adalah kumpulan data yang disimpan secara sistematis di dalam komputer yang dapat diolah atau dimanipulasi dengan menggunakan

perangkat lunak (program aplikasi) untuk menghasilkan informasi.

Gambar

Gambar 2.1 Metode Waterfall
gambar. Manusia sangat berorientasi pada visual serta gambar
Gambar 2.2 Kode Java
Tabel 2.1 Use Case Diagram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas layanan mengacu pada kualitas penawaran jasa yang diharapkan dan dirasakan. Hal ini terutama dengan menentukan kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan. Banyak perusahaan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rancangan perkuliahan sasta bandingan dengan metode sinkronik-deakronik berbasis lapangan terbukti secara maknawi mampu meningkatkan

Inisiasi Menyusu Dini pada ibu bersalin dapat mengaktifkan hormon oksitosin yang dapat mempercepat lama kala III dan mencegah perdarahan pada kala IV.. Tujuan: Untuk

Untuk melihat pengaruh antara struktur RTH semak terhadap iklim mikro, dilakukan pengambilan data iklim mikro yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan

Hal ini sesuai dengan warintek (1996) yang meyatakan bahwa tujuan pasteurisasi dalam pembuatan yakult adalah untuk membunuh bakteri kontaminan sehingga bakteri asam laktat dapat

Hal ini sesuai dengan pendapat Lamminmaki (2008) yang menyatakan Hotel yang memiliki kualitas lebih tinggi akan memiliki sistem manajemen yang lebih

Berdasarkan dari hasil uji determinanmempunyai nilai adjusted R square(R 2 ) sebesar 22,7 yang berarti bahwa pengaruh modal sendiri dan jumlah anggota terhadap SHU

Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian dalam rangka memperoleh deskripsi tentang hal-hal berikut; (a) kemampuan mahasiswa PGSD IKIP PGRI Semarang dalam