• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XF SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XF SMA BOPKRI 2 Yogyakarta."

Copied!
273
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

Missi Prasanti Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XF di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta pada semester I tahun ajaran 2010/2011. Pengumpulan data dengan pengamatan, kuesioner, dan tes.

(2)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW

TO IMPROVE THE STUDENTS’ MOTIVATION AND LEARNING

ACHIEVEMENT OF ECONOMY SUBJECT APPLIED IN THE XF GRADE

OF TWO BOPKRI SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

Missi Prasanti

Sanata Dharma University

2011

This research aims to know the students’ improvement in motivation and

learning achievement through the implementation of cooperative learning type jigsaw

in Economy subject. This research applied a classroom action research implemented

in two cycles. The subjects of this research were the first semester of XF students of

Two BOPKRI Senior High School Yogyakarta 2010/2011 academic year. The data

were gathered through observation, questionnaire, and test.

(3)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

EKONOMI KELAS XF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh:

Missi Prasanti (061334012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini kepada

My Lord Jesus Christ

(7)

v

MOTTO

Kerjakan apa yang kau yakini

tinggalkan apa yang kau ragukan

Yakinlah apa yang kau lakukan akan

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

Missi Prasanti Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XF di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta pada semester I tahun ajaran 2010/2011. Pengumpulan data dengan pengamatan, kuesioner, dan tes.

Hasil penelitian ini adalah: 1) Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil pengumpulan data berdasarkan pengamatan pada siklus I menunjukkan komponen keseriusan siswa belajar 55%, mengerjakan tugas 76%, siswa mencatat materi yang sudah dipelajari 58%, siswa mendengarkan dan memperhatikan 69%, mengemukakan pendapat 48%, perasaan siswa saat mengikuti pembelajaran 76%, siswa tidak mengantuk di kelas 62%. Pada siklus II menunjukkan komponen keseriusan siswa belajar 70%, mengerjakan tugas 89%, siswa mencatat materi yang sudah dipelajari 66%, siswa mendengarkan dan memperhatikan 72%, mengemukakan pendapat 55%, perasaan siswa saat mengikuti pembelajaran 79%, siswa tidak mengantuk di kelas 83%. Hasil pengumpulan data berdasarkan kuesioner menunjukkan peningkatan motivasi belajar sebanyak 41%. 2) Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

(11)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW

TO IMPROVE THE STUDENTS’ MOTIVATION AND LEARNING

ACHIEVEMENT OF ECONOMY SUBJECT APPLIED IN THE XF GRADE

OF TWO BOPKRI SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

Missi Prasanti

Sanata Dharma University

2011

This research aims to know the students’ improvement in motivation and

learning achievement through the implementation of cooperative learning type jigsaw

in Economy subject. This research applied a classroom action research implemented

in two cycles. The subjects of this research were the first semester of XF students of

Two BOPKRI Senior High School Yogyakarta 2010/2011 academic year. The data

were gathered through observation, questionnaire, and test.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Mahakasih atas rahmat dan berkatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadar, selama menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang dengan caranya masing-masing telah berpartisipasi, memberikan nasehat dan semangat untuk memperlancar penyusunannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, pengorbanan tenaga dan pikiran sejak awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

6. Ibu Sri Rahayuningsih, S.Pd., selaku kepala sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Rina Dwi Astuti, S.Pd., selaku guru mitra penelitian yang telah bekerjasama dan membantu serta membimbing peneliti dalam melakukan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas XF selaku subyek dalam penelitian.

(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah... 3

(15)

xiii

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik ... 6

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 6

2. Pembelajaran Kooperatif ... 7

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 13

4. Motivasi Belajar ... 15

5. Hasil Belajar ... 19

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berfikir ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

C. Subyek dan Obyek Penelitian……….. 25

D. Prosedur Penelitian ... 26

E. Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 29

F. Instrumen Penelitian ... 30

(16)

xiv BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 37

B. Visi, Misi, dan Tujuan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 40

C. Sistem Pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 42

D. Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 43

E. Organisasi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 47

F. Sumber Daya Manusia SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 56

G. Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 60

H. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 61

I. Hubungan antara Sekolah dengan Instansi Lain ... 64

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 66

1. Observasi Pendahuluan ... 66

a. Observasi Guru ... 67

b. Observasi Siswa ... 67

c. Observasi Kelas ... 69

2. Siklus Pertama ... 71

a. Perencanaan ... 71

b. Tindakan ... 75

c. Observasi ... 78

d. Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 85

(17)

xv

3. Siklus Kedua ... 94

a. Perencanaan ... 94

b. Tindakan ... 97

c. Observasi ... 101

d. Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 107

e. Refleksi ... 109

B. Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 117

BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 124

B. Keterbatasan Penelitian ... 125

C. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Indikator Tingkat Keberhasilan Motivasi ... 33

Tabel 5.1 Analisis Motivasi Belajar Siswa Pra Penelitian ... 68

Tabel 5.2 Aktivitas Guru Pada Siklus I ... 79

Tabel 5.3 Pengamatan Siswa Pada Siklus I ... 81

Tabel 5.4 Pengamatan Kelas Pada Siklus I ... 82

Tabel 5.5 Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 85

Tabel 5.6 Refleksi Guru Pada Siklus I ... 86

Tabel 5.7 Refleksi Siswa Pada Siklus II ... 88

Tabel 5.8 Indikator Tingkat Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I... 90

Tabel 5.9 Daftar Nilai Siswa Pada Siklus I ... 92

Tabel 5.10 Aktivitas Guru Pada Siklus II ... 102

Tabel 5.11 Pengamatan Siswa Pada Siklus II ... 104

Tabel 5.12 Pengamatan Kelas Pada Siklus II... 105

Tabel 5.13 Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II ... 108

Tabel 5.14 Refleksi Guru Pada Siklus II ... 109

Tabel 5.15 Refleksi Siswa Pada Siklus II ... 111

Tabel 5.16 Indikator Tingkat Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II ... 113

Tabel 5.17 Daftar Nilai Siswa Pada Siklus II ... 115

Tabel 5.18 Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 117

Tabel 5.19 Indikator Keberhasilan Motivasi Belajar... 119

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 132

Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 140

Lampiran 2a Materi Pelajaran Siklus I ... 145

Lampiran 2b Materi Pelajaran Siklus II ... 151

Lampiran 3a Ulangan Harian I ... 154

Lampiran 3b Ulangan Harian II Soal A ... 155

Lampiran 3c Ulangan Harian II Soal B ... 156

Lampiran 4a Soal Ulangan Siklus I ... 157

Lampiran 4b Soal Ulangan Siklus II ... 160

Lampiran 5a Kunci Jawaban Ulangan Harian I ... 163

Lampiran 5b Kunci Jawaban Ulangan Harian II Soal A ... 167

Lampiran 5c Kunci Jawaban Ulangan Harian II Soal B ... 168

Lampiran 6a Kunci Jawaban Ulangan Siklus I ... 169

Lampiran 6b Kunci Jawaban Ulangan Siklus II ... 170

Lampiran 7 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 172

Lampiran 7a Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 174

Lampiran 7b Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 176

Lampiran 8 Instrumen Pengamatan Kondisi Kelas ... 178

Lampiran 8a Instrumen Pengamatan Kondisi Kelas Siklus I ... 180

(21)

xix

Lampiran 9 Instrumen Penilaian Siswa dalam Kelompok ... 184

Lampiran 9a Instrumen Penilaian Siswa dalam Kelompok Pada Siklus I ... 185

Lampiran 9b Instrumen Penilaian Siswa dalam Kelompok Pada Siklus II... 186

Lampiran 10a Kuesioner Sebelum Penelitian ... 187

Lampiran 10b Kuesioner Sesudah Penelitian ... 189

Lampiran 11a Analisis Tingkat Motivasi Belajar Pada Pra Penelitian ... 192

Lampiran 11b Analisis Tingkat Motivasi Belajar Pada Siklus I ... 193

Lampiran 11c Analisis Tingkat Motivasi Belajar Pada Siklus II ... 194

Lampiran 12a Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Pra Penelitian ... 195

Lampiran 12b Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 197

Lampiran 12c Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II ... 199

Lampiran 13a Instrumen Pengamatan terhadap Guru. ... 201

Lampiran 13b Instrumen Pengamatan terhadap Siswa. ... 202

Lampiran 13c Instrumen Pengamatan terhadap Kondisi Kelas. ... 203

Lampiran 14a Instrumen Pengamatan terhadap Guru Pada Pra Penelitian ... 204

Lampiran 14b Instrumen Pengamatan terhadap Siswa Pada Pra Penelitian ... 206

Lampiran 14c Instrumen Pengamatan terhadap Kondisi Kelas Pada Pra Penelitian ... 208

(22)

xx

Lampiran 15b Instrumen Pengamatan terhadap Siswa Pada Siklus I ... 212

Lampiran 15c Instrumen Pengamatan terhadap Kondisi Kelas Pada

Siklus I ... 214

Lampiran 16a Instrumen Pengamatan terhadap Siswa Pada Siklus II ... 216

Lampiran 16b Instrumen Pengamatan terhadap Guru Pada Siklus II ... 218

Lampiran 16c Instrumen Pengamatan terhadap Kondisi Kelas Pada

Siklus II... 220

Lampiran 17 Instrumen Refleksi Guru ... 222

Lampiran 17a Instrumen Refleksi Guru Siklus I ... 223

Lampiran 17b Instrumen Refleksi Guru Siklus II ... 224

Lampiran 18 Instrumen Refleksi Siswa ... 225

Lampiran 18a Instrumen Refleksi Siswa Siklus I ... 227

Lampiran 18b Instrumen Refleksi Siswa Siklus II ... 228

Lampiran 19 Lembar Pengamatan terhadap Kelas ... 233

Lampiran 19a Lembar Pengamatan terhadap Kelas Pada Siklus I ... 234

Lampiran 19b Lembar Pengamatan terhadap Kelas Pada Siklus II... 235

Lampiran 20 Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa... 236

Lampiran 20a Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada

Pra Penelitian ... 237

Lampiran 20b Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 238

Lampiran 20c Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II .... 239

Lampiran 21a Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa ... 240

(23)

xxi

Lampiran 22a Pedoman Wawancara Siswa ... 244

Lampiran 22b Hasil Wawancara Siswa ... 245

Lampiran 23a Pedoman Wawancara Responden Guru Mitra ... 246

(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial di Sekolah Menengah Atas

(SMA) mencakup mata pelajaran ekonomi dan akuntansi. Dalam kegiatan

belajar mengajar untuk pelajaran ekonomi, banyak siswa mengalami kesulitan

dalam proses belajarnya. Kesulitan belajar para siswa tersebut dikarenakan

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

itu berasal dari dalam diri siswa tersebut dan faktor eksternal yang berasal dari

luar kondisi siswa tersebut.

Banyaknya siswa yang mengeluh tentang materi ekonomi yang

disampaikan kurang jelas dan agar bahan materi pembelajaran dapat dipahami

siswa, guru harus menentukan metode pembelajaran yang tepat dengan materi

yang akan diajarkan. Selain itu seringkali ditemukan fakta di kelas bahwa

peserta didik merasa bosan mengikuti kegiatan belajar mengajar. Salah satu

penyebab terjadinya kondisi pembelajaran tersebut adalah metode yang

digunakan guru kurang inovatif karena pada umumnya guru menggunakan

(25)

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru menggunakan

pendekatan dan metode tertentu. Penggunaan suatu pendekatan dan metode

dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, salah

satunya adalah siswa.

Dalam proses belajar mengajar peran siswa juga sangat penting karena

motivasi siswa akan sangat berpengaruh terhadap jalannya proses

pembelajaran dan siswa tidak terpaku pada satu sumber informasi yaitu guru.

Berdasarkan pengamatan peneliti di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

umumnya guru belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang

dapat menumbuhkan keterlibatan seluruh siswa. Sebagian besar siswa

memiliki perhatian yang rendah terhadap proses pembelajaran yang

ditunjukkan dengan tidak dimilikinya hasrat dan kebutuhan untuk belajar

karena di dalam kelas dijumpai siswa yang bersikap acuh tak acuh, bermain

handphone, ataupun asyik mengobrol dengan teman diluar materi pelajaran pada saat guru sedang menjelaskan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

motivasi belajar siswa masih rendah.

Seringnya rasa malu siswa yang muncul saat berkomunikasi dengan

guru membuat kondisi kelas menjadi tidak aktif dan motivasi siswa berkurang

sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu perlu

adanya usaha untuk menimbulkan komunikasi antara guru dengan siswa dan

siswa dengan rekannya. Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan

(26)

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu

kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan

mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya

(Arends, 1997).

Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengangkat suatu

penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, usaha untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dapat

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada proses belajar mengajar. Fokus penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian tentang

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Yang dimaksud

(27)

kegiatan belajar mengajar yang terwujud dalam perilaku belajar siswa.

Sementara yang dimaksud dengan hasil belajar adalah proses pemberian nilai

terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses

pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw pada pelajaran ekonomi?

2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran ekonomi?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa melalui model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. F. Manfaat Penelitian

(28)

1. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi

kepustakaan serta dapat dijadikan pertimbangan dan perbandingan bagi

penelitian selanjutnya di Universitas Sanata Dharma.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang

bermanfaat bagi guru pada umumnya. Khususnya guru mata pelajaran

ekonomi dalam memperbaiki penyampaian materi pada siswa dalam

kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pentingnya upaya

meningkatkan pencapaian keterampilan, hasil belajar dan motivasi belajar

untuk mencapai prestasi belajar pada mata pelajaran ekonomi.

4. Bagi Penulis

Melalui penelitian ini penulis dapat menerima wawasan yang lebih luas

tentang model-model pembelajaran serta dapat memberikan bekal bagi

(29)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dalam rangka guru

bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi

dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar

diharapkan cukup profesional untuk selanjutnya, diharapkan dari

peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap

peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran;

keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang

bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.

Ada tiga pengertian yang dapat diterapkan (Suharsimi Arikunto,

2006:3):

a. Penelitian

Penelitian berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan

Tindakan berhubungan dengan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

c. Kelas

(30)

istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu

(1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan

dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran

yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif

merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok

harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami

materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan

belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai

bahan pelajaran.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut (Lungdren, 1994):

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”

(31)

3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Thompson (1995), pembelajaran kooperatif turut

menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di

dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas

disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan

kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah

terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal

ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja

dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan

keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam

kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi

lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan

untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok

(32)

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (1) setiap

anggota memiliki peran, (2) terjadi hubungan interaksi langsung di

antara siswa, (3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas

belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (4) guru membantu

mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok,

(5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran

kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu

penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan

kesempatan yang sama untuk berhasil.

1. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok

untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok

diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang

ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan

individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan

antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan

saling peduli.

2. Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari

semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut

(33)

membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara

individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi

tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman

sekelompoknya.

3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang

mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi

yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan

metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,

sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk

berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

c. Tipe Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif (Slavin,

1995:4-8) yang diantaranya adalah:

1. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan

mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja

dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada

(34)

ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara

individual.

2. Teams Games Tournaments (TGT)

Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai

dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa

bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa

seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun

kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai

kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan

mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya.

Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor

kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan

penghargaan kelompok.

3. Jigsaw

Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil

secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan

tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan.

Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya.

Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka

(35)

para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya

dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah

menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut

kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas

mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya.

Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan

kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti

STAD.

4. Learning Together

Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu

siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang

mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok.

Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai

oleh guru sebagai hasil kerja individual.

5. Group Investigation

Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan

kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas.

Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk

menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok

mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan

bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada

(36)

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya

(Arends, 1997).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang

terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian

materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut

kepada anggota kelompok yang lain. Langkah-langkah untuk

melaksanakan jigsaw (Isjoni, 2007) adalah sebagai berikut:

a. Pilihlah materi pelajaran yang akan dibagi menjadi beberapa bagian

(segmen)

b. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah

segmen yang ada. Jika jumlah siswa 50 sementara jumlah segmen

ada 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika

jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua sehingga

setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses telah

(37)

c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi

pelajaran yang berbeda-beda.

d. Setiap kelompok mengirimkan anggota-anggotanya ke kelompok

lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di

kelompok.

e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan

sekiranya ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

f. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek

pemahaman mereka terhadap materi.

1. Keuntungan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

a. Dapat melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar

mengajar

b. Dapat meningkatkan kemandirian siswa belajar dan motivasi

berpikir.

c. Dapat mengembangkan keterampilan, kreatifitas dan kemampuan

untuk bekerja secara bersama (sikap sosial dan demokrasi).

2. Kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

a. Memerlukan pengorganisasian kelas yang lebih mantap

b. Membutuhkan waktu yang banyak yang harus dipersiapkan oleh

siswa

c. Gagasan/ide/nilai tambah tergantung dari kawan-kawan

(38)

4. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation yang berarti

dorongan, pengalasan, dan motivasi: kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motif adalah keadaan

dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan (Suryabrata, 1984:72).

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar pada

mahasiswa harus diperkuat terus menerus agar mahasiswa memiliki hasil

belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi

berprestasi. Namun motivasi dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi

belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya hasil belajar

menjadi rendah.

Menurut Sardiman (2007:88), Motivasi belajar dapat dibedakan

dalam dua jenis, masing-masing adalah:

a. Motivasi belajar dari dalam diri siswa (motivasi belajar intrinsik)

Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri idividu sendiri tanpa ada

paksaan dari orang lain tetapi atas dasar kemauan sendiri. Siswa yang

memiliki motivasi belajar intrinsik biasanya memiliki kesadaran

sendiri memperhatikan penjelasan guru dengan baik, rasa ingin

tahunya lebih banyak terhadap materi yang diberikan, berbagai

gangguan yang ada disekitarnya tidak dapat mempengaruhi

(39)

karena adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan akan

belajar dan harapan akan cita-cita. Perlu juga diketahui bahwa siswa

yang memiliki motivasi belajar intrinsik memiliki tujuan menjadi

orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang

studi tertentu, satu-satunya jalan untuk menuju ketujuan yang ingin

dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak akan mungkin menjadi ahli.

b. Motivasi belajar dari luar diri siswa (motivasi belajar ekstrinsik).

Jenis motivasi belajar ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri

individu karena adanya rangsangan dari orang lain sehingga dengan

keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Sebagai

contoh seorang siswa belajar karena ada rangsangan dari guru

misalnya memberikan dorongan, arahan,, hadiah, dan sejenisnya. Oleh

karena itu, motivasi belajar ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk

aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar

diri individu. Indikator siswa yang memiliki motivasi belajar dapat

dilihat dalam kegiatan sehari-hari ketika proses belajar mengajar

sedang berlangsung yakni bergairah, senang, ceria, siap menerima

pelajaran baru, suka tantangan, suka mengerjakan soal, dan mampu

berargumentasi.

Menurut Mudjiono, ada beberapa unsur yang mempengaruhi

motivasi belajar, yaitu:

(40)

Setiap manusia senantiasa mempunyai cita-cita atau

aspirasi tertentu di dalam hidupnya, termasuk pembelajar. Cita-cita

atau aspirasi ini senantiasa ia kejar dan ia perjuangkan. Bahkan

tidak jarang, meskipun rintangan yang ditemui sangat banyak

dalam mengejar cita-cita dan aspirasi tersebut, seseorang tetap

berusaha semaksimal mungkin karena hal tersebut berkaitan

dengan cita-cita dan aspirasinya. Oleh karena itu, cita-cita dan

aspirasi sangat mempengaruhi terhadap motivasi belajar seseorang.

2) Kemampuan pembelajar

Kemampuan manusia satu dengan yang lainnya tidaklah

sama. Menuntut seseorang sebagaimana orang lain dari bingkai

penglihatan demikian tentulah tidak dibenarkan. Sebab, orang yang

mempunyai kemampuan rendah akan sangat susah menyerupai

orang yang mempunyai kemampuan tinggi. Dan sebaliknya orang

yang berkemampuan tinggi, akan menjadi malas jika dituntut

sebagaimana mereka yang berkemampuan rendah.

3) Kondisi pembelajar

Kondisi pembelajar dapat dibedakan atas kondisi fisiknya

dan kondisi psikologisnya. Dua macam kondisi ini, fisik dan

psikologis, umumnya saling mempengaruhi satu sama lain. Bila

sesorang kondisi psikologisnya tidak sehat, bisa berpengaruh juga

(41)

Sangatlah jelas dan sering dirasakan oleh siapapun, jika

kondisi fisik dalam keadaan lelah, umumnya motivasi belajar

seseorang akan menurun. Sebaliknya jika kondisi fisik berada

dalam keadaan bugar dan segar, motivasi belajar bisa meningkat.

4) Kondisi lingkungan belajar

Dalam lingkungan yang kompetitif untuk belajar, seseorang

yang menghuni lingkungan tersebut akan terbawa serta untuk

belajar sebagaimana orang lain. Ia, secara sadar atau tidak,

terekayasa untuk belajar. Jika pada lingkungan tersebut belajar

sudah menjadi budaya, maka para penghuni lingkungan tersebut

bisa terbawa ke dalam budaya belajar. Jelaslah kiranya, bahwa

lingkungan sosial berpengaruh terhadap motivasi belajar

seseorang.

5) Unsur-unsur dinamis belajar pembelajaran

Unsur-unsur dinamis belajar pembelajaran turut

mempengaruhi motivasi belajar pembelajar. Unsur-unsur dinamis

belajar pembelajaran tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar

b) Bahan belajar dan upaya penyediaannya

c) Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya

d) Suasana belajar dan upaya pengembangannya

(42)

6) Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar

Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar juga

berpengaruh terhadap motivasi belajar. Guru yang tinggi gairahnya

dalam membelajarkan pembelajar, menjadikan pembelajar juga

bergairah belajar. Guru yang sungguh-sungguh dalam

membelajarkan pembelajar, menjadikan tingginya motivasi belajar

pembelajaran.

5. Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap

hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini

mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar. Hasil

belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah

laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang

kognitif, afektif dan psikomotoris. Menurut Sujana (1989: 3) bahwa

penilaian berfungsi sebagai alat ukur dalam proses belajar mengajar dan

dasar menyusun laporan kemajuan belajar siswa pada orang tua,

sedangkan tujuan penilaian adalah untuk mendeskripsikan kelebihan dan

kekurangan siswa, mengetahui keberhasilan pendidikan dan pengajaran

agar siswa mempunyai aspek intelektual, sosial, emosional, moral dan

keterampilan, menentukan tindak lanjut hasil penilaian dan memberikan

(43)

Hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai siswa dalam

penelitian ini adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotoris. Menurut

Bloom dalam Buku Sujana (1989: 23) aspek kognitif terdiri atas enam

bagian yaitu:

a. Kognitif

1. Ingatan atau pengetahuan

Yang dimaksud dengan ingatan atau hafalan ialah tingkat

kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengetahui

atau mengenal konsep, fakta dan istilah. Dalam hal ini responden

hanya dituntut untuk mnyebutkan kembali (ingatan) atau

menghafal.

2. Pemahaman

Yang dimaksud dengan pemahaman ialah kemampuan yang

mengharapkan responden mampu memahami arti atau konsep,

situasi dan fakta yang diketahuinya.

3. Penerapan

Yang dimaksud dengan penerapan ialah kemampuan yang

mengharapkan responden dituntut untuk menerapkan atau

menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam situasi yang baru

baginya; dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis.

4. Analisis

Yang dimaksud dengan analisis ialah kemampuan yang

(44)

atau unsur pembentukannya. Dapat berupa kemampuan untuk

memahami, menguraikan, proses terjadinya sesuatu.

5. Sintesis

Yang dimaksud dengan sintesis ialah penyatuan

unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh dan dituntut

responden kreatif.

6. Evaluasi

Yang dimaksud dengan evaluasi adalah responden diminta

untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep,

situasi berdasarkan suatu kriteria tertentu kegiatan penilaian dapat

dilihat dari segi tujuannya, dan gagasannya.

b. Afektif

Aspek afektif terdiri dari lima aspek yaitu:

1. Stimulasi

Stimulasi yaitu semacam kepekaan dalam menerima

rangsang dari luar yang datang dalam bentuk masalah, situasi dan

gejala, dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk

menerima stimulasi control dan seleksi gejala rangsangan dari luar.

2. Jawaban

Jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang

terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup

ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab rangsang

(45)

3. Penilaian

Penilaian yakni penilaian ini termasuk di dalamnya

kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk

menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4. Organisasi

Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu

sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,

pemantapan dan prioritas nilai.

5. Karakteristik

Karakteristik yakni keterpaduan semua sistem nilai yang

dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan

tingkah lakunya.

c. Psikomotoris

Hasil belajar psikomotiris tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu ada enam aspek yaitu:

1. Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

2. Keterampilan pada gerakan dasar

3. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan

visual, membedakan audity dan motoris

4. Kemampuan dibidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan, dan

ketepatan

5. Gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai yang

(46)

6. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non discursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Istiqomah dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi

Model Cooperatif Learning Type Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Ekosistem” (2008), menemukan bahwa proses

belajar mengajar dengan metode diskusi model cooperative learning

jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara aktif. Pada aktifitas siswa terdapat peningkatan dan hasil angket siswa terhadap pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw mendapatkan respon yang positif.

Matilda dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan

Partisipasi, Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Ekonomi” (2008), menemukan bahwa pada siklus I, hasil penelitiannya

adalah bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajaran ekonomi pada tingkat partisipasi belajar siswa berfluktuasi. Pada

tingkat motivasinya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajaran ekonomi dalam penelitian ini belum dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Sementara pada tingkat

prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

(47)

C. Kerangka Berfikir

Beberapa penelitian menunjukkan keberhasilan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas

guru dan siswa selama pembelajaran, serta dapat meningkatkan minat

siswa dalam mengikuti pembelajaran berikutnya. Selain itu, pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw merupakan lingkungan belajar di mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan

tugas-tugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk

mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggung jawab

untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi, siswa dilatih untuk

berani berinteraksi dengan teman-temannya.

Berdasarkan kerangka berfikir yang dikutip dari pendapat para ahli

dan dari hasil penelitian terdahulu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

(48)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian

dengan tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin

inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil

terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993 :44).

Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan, kemampuan dalam

mendeteksi dan memecahkan masalah.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Oktober dan November tahun 2010

2. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

C. Subjek dan Objek Penelitian

(49)

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XF di SMA BOPKRI 2

Yogyakarta

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah :

1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode

penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi

terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa.

Secara operasional, penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam

penelitian ini diuraikan sebagai berikut :

a. Siklus pertama.

(50)

1) Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa

penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu:

a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk

memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi

siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang. Beberapa perangkat yang disiapkan

dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, materi, lembar observasi dan instrumen refleksi.

b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi :

(1)Lembar observasi guru dalam proses pembelajaran.

(2)Instrumen pengamatan kelas.

(3)Lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok.

(4)Instrumen refleksi.

2) Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw sesuai dengan rencana tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Guru bidang studi ekonomi bertindak sebagai guru yang

membimbing dan mengarahkan siswa.

b) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana masing-masing

(51)

karakteristik yang heterogen. Dalam satu kelompok masing-masing

siswa kemudian diberi nama orang pertama, orang kedua, sampai

kelima. Kemudian orang pertama dari masing-masing kelompok

berkumpul dan membentuk kelompok yang diberi nama kelompok

ahli. Setelah itu diberikan materi untuk berdiskusi dan selanjutnya

diberikan kuis untuk mengukur pemahaman siswa.

c) Observasi

Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di

dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan

hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu motivasi dan hasil belajar

siswa dalam proses pembelajaran. Motivasi siswa dapat dilihat

dengan melihat kemauan siswa untuk mengikuti proses

pembelajaran (kuesioner) dan kemampuan mengerjakan lembar

kerja yang diberikan. Pengamatan juga direkam dengan

menggunakan video camcorder . d) Refleksi

Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan

hasil observasi terhadap hasil belajar siswa. Ada dua macam

refleksi yang dilakukan, yaitu :

1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan

untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam

pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam

(52)

2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk

mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai dengan

indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis,

peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing- masing

fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru

untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.

b. Siklus kedua

Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada

dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya yang membedakan adalah

tindakannya. Pada siklus kedua ini tindakan ditentukan berdasarkan

hasil refleksi siklus pertama.

E. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dengan bekerja sama

antara guru dan peneliti sebagai observer. Menurut Zainal Aqib (2006:31)

(53)

Gambar 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas

Dan seterusnya

F. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Perencanaan

Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa persiapan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan instrumen: Identifikasi

masalah

Refleksi

Tindakan

Perencanaan Ulang Perencanaan

Observasi

Tindakan Refleksi

(54)

a. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam RPP ini guru dan peneliti menetapkan langkah-langkah apa saja

yang akan dilakukan dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa

saja yang harus dilakukan dalam rangka penerapan tindakan perbaikan

yang direncanakan.

b. Grouping

Dalam pelaksanaan model pembelajaran tipe jigsaw ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 orang yang dibagi

secara heterogen.

2. Tindakan

Tindakan ini merupakan penerapan dalam pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Instrumen yang dilakukan meliputi:

a. Motivasi Belajar

Pengukuran motivasi belajar ini diukur dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner diisi oleh siswa setelah keseluruhan proses

pembelajaran selesai yaitu setelah kuis.

b. Hasil Belajar

Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan kuis.

Soal-soal yang terangkum dalam kuis mencakup tentang keseluruhan materi

yang diajarkan pada hari itu.

3. Observasi

Observasi dilakukan sendiri dengan meneliti kelas yang dijadikan sampel

(55)

kelas. Instrumen yang diperlukan mengacu pada Bergerman, 1992 dan

Tantra (2006:15) yang mengacu pada tiga kelompok yaitu instrumen untuk

mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).

4. Refleksi

Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan pembuatan

kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang diperlukan adalah lembar

refleksi guru dan lembar refleksi siswa.

G. Pengumpulan dan Analisis Data

Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam

pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang

dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dapat dilakukan

melalui observasi, wawancara, dokumen, dan materi. Selain itu peneliti juga

menggunakan tes untuk mengukur daya serap siswa.

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan data/informasi tentang suatu

gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan

dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagaimana adanya. 2. Analisis komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan motivasi

(56)

hasil belajar siswa yaitu dengan membandingkan tingkat motivasi dan

[image:56.612.70.540.191.691.2]

tingkat hasil belajar siswa pada siklus pertama dan siklus kedua.

Tabel 3.1

Indikator Tingkat Keberhasilan Motivasi dalam Proses Pembelajaran Komponen Situasi

Awal (%)

Target

(%) Keberhasilan Indikator Deskriptor Siklus I

(%) Siklus II (%) Siswa serius dalam

belajar 24 70 Jumlah siswa yang belajar

dengan serius Siswa mengerjakan

tugas sesuai petunjuk guru

41 70 Jumlah siswa

yang

mengerjakan tugas

Siswa mau mencatat apa yang telah dipelajari

17 70 Jumlah siswa

yang mencatat materi pelajaran Siswa mau

mendengarkan dan memperhatikan

41 70 Jumlah siswa

yang mendengarkan dan memperhatikan Siswa mau mengemukakan ide dan pendapatnya

21 70 Jumlah siswa

yang

mengemukakan ide dan

pendapat Siswa terlihat senang

mengikuti proses pembelajaran

34 70 Jumlah siswa

yang senang mengikuti pembelajaran Siswa tidak mengantuk (menguap dan meletakan kepala di atas meja)

66 90 Jumlah siswa

yang tidak mengantuk

(57)

Untuk pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan tes

setelah melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe jigsaw. Jika nilai siswa menjadi lebih baik berarti hasil belajar siswa meningkat.

Hasil belajar siswa dikatakan berhasil jika memenuhi target yang telah

ditentukan yaitu sebesar 70%.

Menurut Trianto (2007) teknik penilaian pada model pembelajaran tipe

Jigsaw terdiri dari tiga bagian yaitu : 1) Skor dasar

Skor dasar = total skor : frekuensi

2) Skor tes terkini

Tes dikerjakan secara individu, skor diperoleh setelah siswa mengerjakan

tes yang diberikan guru.

3) Skor perkembangan

Skor perkembangan diperoleh jika tes yang diberikan guru hasilnya dapat

melewati skor dasar yang dimiliki setiap siswa.

Contoh panduan skor perkembangan:

Nilai kuis Nilai tambah

Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 5

10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor dasar 10

Sampai 10 poin di atas skor dasar 20

Lebih dari 10 poin sampai 15 poin di atas skor dasar 30

(58)

Rata-rata individu :

5-10 : kurang baik

15-20 : cukup baik

21-25 : baik

Lebih dari 25 : sangat baik

Dari ketiga bagian skor tersebut memperlihatkan seberapa tinggi

tingkat kenaikan hasil belajar siswa setelah menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada proses belajar mengajar. Teknik penilaian juga diperoleh dari referensi skripsi milik Istiqomah (2008)

dengan judul penelitian “Implementasi Model Cooperatif Learning Type Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Ekosistem”

Proses pengumpulan data, analisis data, dan pembagian tugas

disajikan dalam tabel berikut ini:

No Kegiatan Output Petugas

1 Penyusunan perangkat pembelajaran

Rencana Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Peneliti dan guru

2 Pemetaan

kemampuan siswa

Kelompok-kelompok

heterogen berjumlah 4-5 siswa

Guru

3 Penyusunan instrumen

pengumpulan data

Instrumen observasi Peneliti

4 Pelajaran ekonomi

dengan model

pembelajaran

kooperatif tipe

Kegiatan membaca, diskusi, pembahasan, dan kuis

(59)

jigsaw

5 Observasi kegiatan belajar mengajar

Motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

Peneliti

6 Analisis data Motivasi dan hasil belajar siswa

Peneliti

7 Refleksi data Dampak tindakan pada motivasi dan hasil belajar siswa

Peneliti

8 Implementasi siklus kedua

Tindakan perbaikan dan dampaknya pada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa

(60)

37 BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

Sejarah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tidak terlepas dari Yayasan

BOPKRI Yogyakarta. Yayasan BOPKRI ( Badan Oesaha Pendidikan

Kristen Republik Indonesia) adalah suatu organisasi berbentuk yayasan

yang didirikan pada zaman perjuangan, tepatnya pada tanggal 18

Desember 1945. Yayasan BOPKRI Yogyakarta didirikan dengan motivasi,

cita-cita dan idealisme tertentu. Pada saat berdirinya, Yayasan BOPKRI

mendapatkan dukungan dari masyarakat Kristen sebagai perwujudan

pelayanan pendidikan secara formal untuk mengisi kemerdekaan Republik

Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada masa penjajahan Belanda, di Yogyakarta sudah terdapat

lembaga pendidikan Kristen yaitu sekolah-sekolah Zending yang diusahakan gereja-gereja Nederland dan Vereneging Scholen yang diusahakan perkumpulan-perkumpulan di luar gereja.

Sekolah-sekolah Zending di Yogyakarta pada umumnya siswanya adalah anak-anak golongan pribumi, sedangkan Vereneging Scholen

menyelenggarakan 4 macam sekolah yaitu: HIS, ELS, HCS dan MCS.

Lulusan HIS yang berbahasa pengantar Belanda pada waktu itu mendapat

(61)

pengantar bahasa Jawa atau Melayu. Sekolah-sekolah HIS yang setingkat

dengan itu yang terdapat di Yogyakarta misalnya:

1)HIS Bintaran Wetan.

2)HIS Bintaran Kulon.

3)KWS Gondolayu.

4)Christelijke Mulo Schol di Kotabaru (sekarang SMA BOPKRI 1). 5)Christelijke Huishound Schol di Jl. Jend. Sudirman (sekarang SMA

BOPKRI 2).

Pada awal tahun 1943 Jepang memaksa sekolah-sekolah swasta

dinegerikan, guru-guru yang bersedia menjadi pegawai negeri boleh

mengajar terus. Sekolah-sekolah Kristen sepakat bernaung di bawah panji

Perkumpulan Persekolahan Masehi (PPM). Agar sekolah-sekolah tersebut

dapat diatur dengan baik, dipilih dan diangkat seorang pengampu yaitu Dr.

Sumardi.

Pada masa perang kemerdekaan, umat Kristiani tidak mau

ketinggalan, mereka turut berjuang menegakkan dan mengisi

kemerdekaan. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) didirikan pada 11 Maret

1945. Dalam konggres yang pertama di Surakarta, diputuskan didirikan

lembaga pendidikan dengan nama BOPKRI, dengan Ketua Umum IP.

Simanjuntak dan penulis Pujo Suseno.

Yayasan BOPKRI Yogyakarta didirikan di Yogyakarta pada 18 Desember

1945 dengan akte notaris: RM. Wiranto, 11 Mei 1946.

(62)

1)Dasar pendidikan BOPKRI adalah kitab suci yaitu firman Tuhan.

2)Turut setia dengan pemerintah dalam usaha mempertinggi derajat

Bangsa Indonesia pada umumnya dalam dunia pengetahuan

kebudayaan.

3)Memperluas pengajaran dan pendidikan Kristen di dalam Negara

Republik Indonesia dengan usaha-usaha mendirikan segala

macam sekolah baik yang memberikan pendidikan umum maupun

kejuruan.

Dalam Clash II pada 19 Desember 1948, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta. Yayasan BOPKRI telah menutup seluruh

sekolahnya baik SR, SGTK, SMP maupun SMA BOPKRI. Kemudian

pada Februari 1948, sekelompok kecil guru-guru Kristen berkumpul di

balai Pertemuan Kristen (BPK) sekarang Galeria Mall untuk

membicarakan nasib sekolah-sekolah BOPKRI yang menghasilkan

kebulatan tekat: “Kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas pendidikan

yang bercirikan Kristen, sekolah-sekolah BOPKRI harus dilanjutkan

kehadirannya”.

Pada 29 Juni 1949 Belanda angkat kaki dari Yogyakarta,

Pemerintah RI kembali ke Ibu Kota Yogyakarta. Sri Sultan HB. IX selaku

Menteri Negara Koordinator Keamanan, pada 5 Juli 1949 menyerukan

agar semua sekolah di buka kembali. BOPKRI menanggapi dengan

antusias. Diadakan pembentukan BOPKRI baru dengan ketua: Drs.

(63)

sekolah-sekolah yang dibuka kembali antara lain adalah SMU BOPKRI 2

Yogyakarta yang ada di jalan Jenderal Sudirman 87 Yogyakarta.

Sebagai tonggak sejarah BOPKRI Yogyakarta, setelah mengalami

pasang surut, pada tanggal 1 Agustus 1949 dinyatakan sebagai hari lahir

SMU BOPKRI 2 Yogyakarta. Hingga sekarang ini, setelah diakreditasi

sebanyak dua kali akhirnya pada tahun 1977 SMU BOPKRI 2 Yogyakarta

memperoleh status disamakan. Sejak awal berdiri hingga sekarang SMU

BOPKRI 2 Yogyakarta sudah mengalami pergantian Kepala Sekolah

sebanyak Sembilan kali, beliau-beliau tersebut adalah:

1)Margono Paulus (1949 – 1957).

2)Nathanael Daljoeni (1957 – 1963).

3)Eghbert Daniel Yohanes (1963 – 1969).

4)Drs. Widiatmoko Br (1970 – 1971).

5)Purwanto, B.A. (1971 – 1974).

6)Widiarso (1975 – 1977).

7)Drs. Tukidjo, W.S (1977 – 1995).

8)Drs. S. Supadiyono (1995 – 2003).

9)Drs. Priyanto (2003 – 2007).

B. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah

1. Visi

Menjadi sekolah yang berkualitas dalam bidang pengetahuan, sikap

(64)

2. Misi

a. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia,

b. Meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar,

c. Mempertahankan dan meningkatkan disiplin sivitas akademika,

d. Meningkatkan prestasi akademis dan non akademis,

e. Mendorong sivitas akademika untuk meningkatkan kualitas budi

pekerti,

f. Mewujudkan ajaran kasih di lingkungan sekolah maupun

masyarakat.

3. Tujuan Sekolah

a. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas

1) Pendidikan umum merupakan Pendidikan dasar dan

menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan

yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

2) Mempunyai orientasi ke depan yang berupa tujuan

pendidikan yaitu mengembangkan multi kecerdasan kepada

peserta didik yang heterogen baik dengan cara klasikal

maupun program pembelajaran individual (PPI) yang sesuai

dengan UU No 20 Tahun 2003 dan PP 19 Tahun 2005.

b. Tujuan Pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

1) Meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan, dengan

(65)

ilmu pengetahuan, berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan

teknologi.

2) Membentuk kepribadian yang berkualitas dengan

melaksanakan ajaran kasih Tuhan sehingga memiliki

kecerdasan emosional, spiritual, sosial dan berkepribadian

santun.

3) Meningkatkan kecakapan untuk menjadi pelaku ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga mampu hidup mandiri.

4) Mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang

berkualitas sehingga dapat berkomunikasi dengan

lingkungan dan berkompetisi di era global.

C. Sistem Pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

Sesuai dengan bunyi pasal 15 PP No. 29 Tahun 1990, lama

pendidikan sekolah menengah umum adalah 3 tahun. Sistem semester

telah diterapkan kembali pada tahun ajaran 2002/2003 sampai sekarang.

Dalam sistem semester ini, 1 tahun ajaran terdiri dari 2 penggalan yaitu:

semester ganjil dan semester genap.

Sistem pendidikan SMA merupakan satu keseluruhan yang terpadu

dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan

yang lain untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan di SMA.

(66)

1. Sumber Daya Manusia

Yang terdiri dari tenaga pendidikan dan tenaga administratif.

2. Kurikulum

Yang terdiri dari Kurikulum Berbasis Kompetensi dan non KBK

3. Peserta Didik

Yaitu siswa-siswi yang mengikuti proses mengajar di sekolah.

4. Infrastruktur

Meliputi sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah seperti

laboratorium, perpustakaan, ruang kelas dan lain-lain.

5. Lingkungan Pendidikan

Pihak-pihak di luar sekolah yang mempengaruhi kegiatan belajar

sekolah yaitu masyarakat yang menggunakan jasa pendidikan.

D. Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

Struktur Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1. Mata Pelajaran

Muatan mata pelajaran yang diberikan di SMA BOPKRI 2

Yogyakarta sesuai dengan struktur kurikulum yang terdapat pada

standar isi:

a) Kelas X

Kurikulum Kelas X terdiri dari 16 Mata Pelajaran, muatan

(67)

b) Kelas XI dan XII Bahasa

Kurikulum Kelas XI dan XII program Bahasa terdiri dari 14

Mata Pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.

c) Kelas XI dan XII IPA

Kurikulum Kelas XI dan XII program IPA terdiri dari 13 mata

pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.

d) Kelas XI dan XII IPS

Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPS terdiri dari 13 mata

pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.

2. Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas serta

potensi daerah termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak

sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak

sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.

Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan,

tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal

merupakan mata pelajaran sehingga satuan pendidikan harus

mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk

setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan

dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap

(68)

menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal. Muatan lokal

yang dipilih SMA BOPKRI 2 yaitu:

a. Bahasa Jawa

Bertujuan untuk mengembangkan kompetensi berbahasa jawa <

Gambar

Tabel  3.1 Indikator Tingkat Keberhasilan Motivasi dalam Proses Pembelajaran
Tabel 5.1 Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Pra Penelitian
Tabel di atas menunjukkan tingkat motivasi belajar siswa pada pra
Tabel 5.2 Aktivitas Guru Pada Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

bjakai, dbjsko dbn !R dr{iimF,

Universitas Kristen Maranatha

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Tumbuhan Artocarpus juga menghasilkan senyawa-senyawa turunan piranoflavon, senyawa jenis ini dihasilkan dari siklisasi antara gugus hidroksil pada posisi C-2’ di cincin B

1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi yang terdiri dari faktor higienis dan faktor motivator berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, dan faktor

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara

Akan tetapi, data yang ada belum dapat menjawab permasalahan yang terjadi dalam kegiatan budidaya, seperti periode pemijahan alaminya, tingkat mortalitas larva