viii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
Missi Prasanti Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XF di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta pada semester I tahun ajaran 2010/2011. Pengumpulan data dengan pengamatan, kuesioner, dan tes.
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW
TO IMPROVE THE STUDENTS’ MOTIVATION AND LEARNING
ACHIEVEMENT OF ECONOMY SUBJECT APPLIED IN THE XF GRADE
OF TWO BOPKRI SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA
Missi Prasanti
Sanata Dharma University
2011
This research aims to know the students’ improvement in motivation and
learning achievement through the implementation of cooperative learning type jigsaw
in Economy subject. This research applied a classroom action research implemented
in two cycles. The subjects of this research were the first semester of XF students of
Two BOPKRI Senior High School Yogyakarta 2010/2011 academic year. The data
were gathered through observation, questionnaire, and test.
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE
JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
EKONOMI KELAS XF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh:
Missi Prasanti (061334012)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini kepada
My Lord Jesus Christ
v
MOTTO
Kerjakan apa yang kau yakini
tinggalkan apa yang kau ragukan
Yakinlah apa yang kau lakukan akan
viii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XF SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA
Missi Prasanti Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XF di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta pada semester I tahun ajaran 2010/2011. Pengumpulan data dengan pengamatan, kuesioner, dan tes.
Hasil penelitian ini adalah: 1) Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil pengumpulan data berdasarkan pengamatan pada siklus I menunjukkan komponen keseriusan siswa belajar 55%, mengerjakan tugas 76%, siswa mencatat materi yang sudah dipelajari 58%, siswa mendengarkan dan memperhatikan 69%, mengemukakan pendapat 48%, perasaan siswa saat mengikuti pembelajaran 76%, siswa tidak mengantuk di kelas 62%. Pada siklus II menunjukkan komponen keseriusan siswa belajar 70%, mengerjakan tugas 89%, siswa mencatat materi yang sudah dipelajari 66%, siswa mendengarkan dan memperhatikan 72%, mengemukakan pendapat 55%, perasaan siswa saat mengikuti pembelajaran 79%, siswa tidak mengantuk di kelas 83%. Hasil pengumpulan data berdasarkan kuesioner menunjukkan peningkatan motivasi belajar sebanyak 41%. 2) Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING TYPE JIGSAW
TO IMPROVE THE STUDENTS’ MOTIVATION AND LEARNING
ACHIEVEMENT OF ECONOMY SUBJECT APPLIED IN THE XF GRADE
OF TWO BOPKRI SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA
Missi Prasanti
Sanata Dharma University
2011
This research aims to know the students’ improvement in motivation and
learning achievement through the implementation of cooperative learning type jigsaw
in Economy subject. This research applied a classroom action research implemented
in two cycles. The subjects of this research were the first semester of XF students of
Two BOPKRI Senior High School Yogyakarta 2010/2011 academic year. The data
were gathered through observation, questionnaire, and test.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Mahakasih atas rahmat dan berkatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadar, selama menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang dengan caranya masing-masing telah berpartisipasi, memberikan nasehat dan semangat untuk memperlancar penyusunannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, pengorbanan tenaga dan pikiran sejak awal hingga selesainya skripsi ini.
5. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
6. Ibu Sri Rahayuningsih, S.Pd., selaku kepala sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.
7. Ibu Rina Dwi Astuti, S.Pd., selaku guru mitra penelitian yang telah bekerjasama dan membantu serta membimbing peneliti dalam melakukan penelitian.
8. Siswa-siswi kelas XF selaku subyek dalam penelitian.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…. ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Batasan Masalah... 3
xiii
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik ... 6
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 6
2. Pembelajaran Kooperatif ... 7
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 13
4. Motivasi Belajar ... 15
5. Hasil Belajar ... 19
B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 23
C. Kerangka Berfikir ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
C. Subyek dan Obyek Penelitian……….. 25
D. Prosedur Penelitian ... 26
E. Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 29
F. Instrumen Penelitian ... 30
xiv BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 37
B. Visi, Misi, dan Tujuan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 40
C. Sistem Pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 42
D. Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 43
E. Organisasi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 47
F. Sumber Daya Manusia SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 56
G. Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 60
H. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ... 61
I. Hubungan antara Sekolah dengan Instansi Lain ... 64
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 66
1. Observasi Pendahuluan ... 66
a. Observasi Guru ... 67
b. Observasi Siswa ... 67
c. Observasi Kelas ... 69
2. Siklus Pertama ... 71
a. Perencanaan ... 71
b. Tindakan ... 75
c. Observasi ... 78
d. Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 85
xv
3. Siklus Kedua ... 94
a. Perencanaan ... 94
b. Tindakan ... 97
c. Observasi ... 101
d. Tingkat Motivasi Belajar Siswa ... 107
e. Refleksi ... 109
B. Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ... 117
BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 124
B. Keterbatasan Penelitian ... 125
C. Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 127
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Indikator Tingkat Keberhasilan Motivasi ... 33
Tabel 5.1 Analisis Motivasi Belajar Siswa Pra Penelitian ... 68
Tabel 5.2 Aktivitas Guru Pada Siklus I ... 79
Tabel 5.3 Pengamatan Siswa Pada Siklus I ... 81
Tabel 5.4 Pengamatan Kelas Pada Siklus I ... 82
Tabel 5.5 Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 85
Tabel 5.6 Refleksi Guru Pada Siklus I ... 86
Tabel 5.7 Refleksi Siswa Pada Siklus II ... 88
Tabel 5.8 Indikator Tingkat Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I... 90
Tabel 5.9 Daftar Nilai Siswa Pada Siklus I ... 92
Tabel 5.10 Aktivitas Guru Pada Siklus II ... 102
Tabel 5.11 Pengamatan Siswa Pada Siklus II ... 104
Tabel 5.12 Pengamatan Kelas Pada Siklus II... 105
Tabel 5.13 Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II ... 108
Tabel 5.14 Refleksi Guru Pada Siklus II ... 109
Tabel 5.15 Refleksi Siswa Pada Siklus II ... 111
Tabel 5.16 Indikator Tingkat Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II ... 113
Tabel 5.17 Daftar Nilai Siswa Pada Siklus II ... 115
Tabel 5.18 Analisis Komparatif Motivasi Belajar Siswa ... 117
Tabel 5.19 Indikator Keberhasilan Motivasi Belajar... 119
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 132
Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 140
Lampiran 2a Materi Pelajaran Siklus I ... 145
Lampiran 2b Materi Pelajaran Siklus II ... 151
Lampiran 3a Ulangan Harian I ... 154
Lampiran 3b Ulangan Harian II Soal A ... 155
Lampiran 3c Ulangan Harian II Soal B ... 156
Lampiran 4a Soal Ulangan Siklus I ... 157
Lampiran 4b Soal Ulangan Siklus II ... 160
Lampiran 5a Kunci Jawaban Ulangan Harian I ... 163
Lampiran 5b Kunci Jawaban Ulangan Harian II Soal A ... 167
Lampiran 5c Kunci Jawaban Ulangan Harian II Soal B ... 168
Lampiran 6a Kunci Jawaban Ulangan Siklus I ... 169
Lampiran 6b Kunci Jawaban Ulangan Siklus II ... 170
Lampiran 7 Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 172
Lampiran 7a Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 174
Lampiran 7b Lembar Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 176
Lampiran 8 Instrumen Pengamatan Kondisi Kelas ... 178
Lampiran 8a Instrumen Pengamatan Kondisi Kelas Siklus I ... 180
xix
Lampiran 9 Instrumen Penilaian Siswa dalam Kelompok ... 184
Lampiran 9a Instrumen Penilaian Siswa dalam Kelompok Pada Siklus I ... 185
Lampiran 9b Instrumen Penilaian Siswa dalam Kelompok Pada Siklus II... 186
Lampiran 10a Kuesioner Sebelum Penelitian ... 187
Lampiran 10b Kuesioner Sesudah Penelitian ... 189
Lampiran 11a Analisis Tingkat Motivasi Belajar Pada Pra Penelitian ... 192
Lampiran 11b Analisis Tingkat Motivasi Belajar Pada Siklus I ... 193
Lampiran 11c Analisis Tingkat Motivasi Belajar Pada Siklus II ... 194
Lampiran 12a Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Pra Penelitian ... 195
Lampiran 12b Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 197
Lampiran 12c Analisis Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II ... 199
Lampiran 13a Instrumen Pengamatan terhadap Guru. ... 201
Lampiran 13b Instrumen Pengamatan terhadap Siswa. ... 202
Lampiran 13c Instrumen Pengamatan terhadap Kondisi Kelas. ... 203
Lampiran 14a Instrumen Pengamatan terhadap Guru Pada Pra Penelitian ... 204
Lampiran 14b Instrumen Pengamatan terhadap Siswa Pada Pra Penelitian ... 206
Lampiran 14c Instrumen Pengamatan terhadap Kondisi Kelas Pada Pra Penelitian ... 208
xx
Lampiran 15b Instrumen Pengamatan terhadap Siswa Pada Siklus I ... 212
Lampiran 15c Instrumen Pengamatan terhadap Kondisi Kelas Pada
Siklus I ... 214
Lampiran 16a Instrumen Pengamatan terhadap Siswa Pada Siklus II ... 216
Lampiran 16b Instrumen Pengamatan terhadap Guru Pada Siklus II ... 218
Lampiran 16c Instrumen Pengamatan terhadap Kondisi Kelas Pada
Siklus II... 220
Lampiran 17 Instrumen Refleksi Guru ... 222
Lampiran 17a Instrumen Refleksi Guru Siklus I ... 223
Lampiran 17b Instrumen Refleksi Guru Siklus II ... 224
Lampiran 18 Instrumen Refleksi Siswa ... 225
Lampiran 18a Instrumen Refleksi Siswa Siklus I ... 227
Lampiran 18b Instrumen Refleksi Siswa Siklus II ... 228
Lampiran 19 Lembar Pengamatan terhadap Kelas ... 233
Lampiran 19a Lembar Pengamatan terhadap Kelas Pada Siklus I ... 234
Lampiran 19b Lembar Pengamatan terhadap Kelas Pada Siklus II... 235
Lampiran 20 Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa... 236
Lampiran 20a Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada
Pra Penelitian ... 237
Lampiran 20b Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I ... 238
Lampiran 20c Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus II .... 239
Lampiran 21a Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa ... 240
xxi
Lampiran 22a Pedoman Wawancara Siswa ... 244
Lampiran 22b Hasil Wawancara Siswa ... 245
Lampiran 23a Pedoman Wawancara Responden Guru Mitra ... 246
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial di Sekolah Menengah Atas
(SMA) mencakup mata pelajaran ekonomi dan akuntansi. Dalam kegiatan
belajar mengajar untuk pelajaran ekonomi, banyak siswa mengalami kesulitan
dalam proses belajarnya. Kesulitan belajar para siswa tersebut dikarenakan
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
itu berasal dari dalam diri siswa tersebut dan faktor eksternal yang berasal dari
luar kondisi siswa tersebut.
Banyaknya siswa yang mengeluh tentang materi ekonomi yang
disampaikan kurang jelas dan agar bahan materi pembelajaran dapat dipahami
siswa, guru harus menentukan metode pembelajaran yang tepat dengan materi
yang akan diajarkan. Selain itu seringkali ditemukan fakta di kelas bahwa
peserta didik merasa bosan mengikuti kegiatan belajar mengajar. Salah satu
penyebab terjadinya kondisi pembelajaran tersebut adalah metode yang
digunakan guru kurang inovatif karena pada umumnya guru menggunakan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru menggunakan
pendekatan dan metode tertentu. Penggunaan suatu pendekatan dan metode
dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, salah
satunya adalah siswa.
Dalam proses belajar mengajar peran siswa juga sangat penting karena
motivasi siswa akan sangat berpengaruh terhadap jalannya proses
pembelajaran dan siswa tidak terpaku pada satu sumber informasi yaitu guru.
Berdasarkan pengamatan peneliti di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
umumnya guru belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang
dapat menumbuhkan keterlibatan seluruh siswa. Sebagian besar siswa
memiliki perhatian yang rendah terhadap proses pembelajaran yang
ditunjukkan dengan tidak dimilikinya hasrat dan kebutuhan untuk belajar
karena di dalam kelas dijumpai siswa yang bersikap acuh tak acuh, bermain
handphone, ataupun asyik mengobrol dengan teman diluar materi pelajaran pada saat guru sedang menjelaskan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
motivasi belajar siswa masih rendah.
Seringnya rasa malu siswa yang muncul saat berkomunikasi dengan
guru membuat kondisi kelas menjadi tidak aktif dan motivasi siswa berkurang
sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu perlu
adanya usaha untuk menimbulkan komunikasi antara guru dengan siswa dan
siswa dengan rekannya. Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan
mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengangkat suatu
penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, usaha untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada proses belajar mengajar. Fokus penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Yang dimaksud
kegiatan belajar mengajar yang terwujud dalam perilaku belajar siswa.
Sementara yang dimaksud dengan hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw pada pelajaran ekonomi?
2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran ekonomi?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi
kepustakaan serta dapat dijadikan pertimbangan dan perbandingan bagi
penelitian selanjutnya di Universitas Sanata Dharma.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
bermanfaat bagi guru pada umumnya. Khususnya guru mata pelajaran
ekonomi dalam memperbaiki penyampaian materi pada siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
3. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pentingnya upaya
meningkatkan pencapaian keterampilan, hasil belajar dan motivasi belajar
untuk mencapai prestasi belajar pada mata pelajaran ekonomi.
4. Bagi Penulis
Melalui penelitian ini penulis dapat menerima wawasan yang lebih luas
tentang model-model pembelajaran serta dapat memberikan bekal bagi
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dalam rangka guru
bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi
dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar
diharapkan cukup profesional untuk selanjutnya, diharapkan dari
peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran;
keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang
bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.
Ada tiga pengertian yang dapat diterapkan (Suharsimi Arikunto,
2006:3):
a. Penelitian
Penelitian berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan
Tindakan berhubungan dengan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c. Kelas
istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu
(1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
2. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran
yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah
sebagai berikut (Lungdren, 1994):
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thompson (1995), pembelajaran kooperatif turut
menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di
dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas
disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan
kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah
terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal
ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja
dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi
lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan
untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (1) setiap
anggota memiliki peran, (2) terjadi hubungan interaksi langsung di
antara siswa, (3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (4) guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok,
(5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu
penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan
kesempatan yang sama untuk berhasil.
1. Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok
untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan
antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan
saling peduli.
2. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut
membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara
individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi
tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang
mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi
yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan
metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah,
sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
c. Tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif (Slavin,
1995:4-8) yang diantaranya adalah:
1. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Dalam STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai pelajaran dengan
mempresentasikan sebuah materi yang kemudian siswa bekerja
dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh
anggota kelompok telah menuntaskan materi tersebut. Pada
ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara
individual.
2. Teams Games Tournaments (TGT)
Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai
dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa
bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa
seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun
kuis dalam TGT diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai
kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan
mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya.
Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor
kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan
penghargaan kelompok.
3. Jigsaw
Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan
tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan.
Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya.
Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka
para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya
dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah
menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut
kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas
mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya.
Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan
kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti
STAD.
4. Learning Together
Siswa melakukan presentasi bahan mata pelajaran, setelah itu
siswa dalam kelompok heterogen terdiri 4 sampai 5 orang
mengerjakan satu lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok.
Siswa kemudian secara individual mengerjakan kuis yang dinilai
oleh guru sebagai hasil kerja individual.
5. Group Investigation
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan
kemudian menjelaskan materi itu kepada semua siswa di kelas.
Siswa diharapkan menerima tanggung jawab yang besar untuk
menentukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok
mereka sendiri bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan
bagaimana mengkomunikasikan hasil belajar mereka kepada
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain. Langkah-langkah untuk
melaksanakan jigsaw (Isjoni, 2007) adalah sebagai berikut:
a. Pilihlah materi pelajaran yang akan dibagi menjadi beberapa bagian
(segmen)
b. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
segmen yang ada. Jika jumlah siswa 50 sementara jumlah segmen
ada 5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Jika
jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua sehingga
setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses telah
c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi
pelajaran yang berbeda-beda.
d. Setiap kelompok mengirimkan anggota-anggotanya ke kelompok
lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di
kelompok.
e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan
sekiranya ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
f. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap materi.
1. Keuntungan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
a. Dapat melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar
mengajar
b. Dapat meningkatkan kemandirian siswa belajar dan motivasi
berpikir.
c. Dapat mengembangkan keterampilan, kreatifitas dan kemampuan
untuk bekerja secara bersama (sikap sosial dan demokrasi).
2. Kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
a. Memerlukan pengorganisasian kelas yang lebih mantap
b. Membutuhkan waktu yang banyak yang harus dipersiapkan oleh
siswa
c. Gagasan/ide/nilai tambah tergantung dari kawan-kawan
4. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation yang berarti
dorongan, pengalasan, dan motivasi: kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motif adalah keadaan
dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan (Suryabrata, 1984:72).
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar pada
mahasiswa harus diperkuat terus menerus agar mahasiswa memiliki hasil
belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi
berprestasi. Namun motivasi dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi
belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya hasil belajar
menjadi rendah.
Menurut Sardiman (2007:88), Motivasi belajar dapat dibedakan
dalam dua jenis, masing-masing adalah:
a. Motivasi belajar dari dalam diri siswa (motivasi belajar intrinsik)
Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri idividu sendiri tanpa ada
paksaan dari orang lain tetapi atas dasar kemauan sendiri. Siswa yang
memiliki motivasi belajar intrinsik biasanya memiliki kesadaran
sendiri memperhatikan penjelasan guru dengan baik, rasa ingin
tahunya lebih banyak terhadap materi yang diberikan, berbagai
gangguan yang ada disekitarnya tidak dapat mempengaruhi
karena adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan akan
belajar dan harapan akan cita-cita. Perlu juga diketahui bahwa siswa
yang memiliki motivasi belajar intrinsik memiliki tujuan menjadi
orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang
studi tertentu, satu-satunya jalan untuk menuju ketujuan yang ingin
dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak akan mungkin menjadi ahli.
b. Motivasi belajar dari luar diri siswa (motivasi belajar ekstrinsik).
Jenis motivasi belajar ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar diri
individu karena adanya rangsangan dari orang lain sehingga dengan
keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Sebagai
contoh seorang siswa belajar karena ada rangsangan dari guru
misalnya memberikan dorongan, arahan,, hadiah, dan sejenisnya. Oleh
karena itu, motivasi belajar ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk
aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar
diri individu. Indikator siswa yang memiliki motivasi belajar dapat
dilihat dalam kegiatan sehari-hari ketika proses belajar mengajar
sedang berlangsung yakni bergairah, senang, ceria, siap menerima
pelajaran baru, suka tantangan, suka mengerjakan soal, dan mampu
berargumentasi.
Menurut Mudjiono, ada beberapa unsur yang mempengaruhi
motivasi belajar, yaitu:
Setiap manusia senantiasa mempunyai cita-cita atau
aspirasi tertentu di dalam hidupnya, termasuk pembelajar. Cita-cita
atau aspirasi ini senantiasa ia kejar dan ia perjuangkan. Bahkan
tidak jarang, meskipun rintangan yang ditemui sangat banyak
dalam mengejar cita-cita dan aspirasi tersebut, seseorang tetap
berusaha semaksimal mungkin karena hal tersebut berkaitan
dengan cita-cita dan aspirasinya. Oleh karena itu, cita-cita dan
aspirasi sangat mempengaruhi terhadap motivasi belajar seseorang.
2) Kemampuan pembelajar
Kemampuan manusia satu dengan yang lainnya tidaklah
sama. Menuntut seseorang sebagaimana orang lain dari bingkai
penglihatan demikian tentulah tidak dibenarkan. Sebab, orang yang
mempunyai kemampuan rendah akan sangat susah menyerupai
orang yang mempunyai kemampuan tinggi. Dan sebaliknya orang
yang berkemampuan tinggi, akan menjadi malas jika dituntut
sebagaimana mereka yang berkemampuan rendah.
3) Kondisi pembelajar
Kondisi pembelajar dapat dibedakan atas kondisi fisiknya
dan kondisi psikologisnya. Dua macam kondisi ini, fisik dan
psikologis, umumnya saling mempengaruhi satu sama lain. Bila
sesorang kondisi psikologisnya tidak sehat, bisa berpengaruh juga
Sangatlah jelas dan sering dirasakan oleh siapapun, jika
kondisi fisik dalam keadaan lelah, umumnya motivasi belajar
seseorang akan menurun. Sebaliknya jika kondisi fisik berada
dalam keadaan bugar dan segar, motivasi belajar bisa meningkat.
4) Kondisi lingkungan belajar
Dalam lingkungan yang kompetitif untuk belajar, seseorang
yang menghuni lingkungan tersebut akan terbawa serta untuk
belajar sebagaimana orang lain. Ia, secara sadar atau tidak,
terekayasa untuk belajar. Jika pada lingkungan tersebut belajar
sudah menjadi budaya, maka para penghuni lingkungan tersebut
bisa terbawa ke dalam budaya belajar. Jelaslah kiranya, bahwa
lingkungan sosial berpengaruh terhadap motivasi belajar
seseorang.
5) Unsur-unsur dinamis belajar pembelajaran
Unsur-unsur dinamis belajar pembelajaran turut
mempengaruhi motivasi belajar pembelajar. Unsur-unsur dinamis
belajar pembelajaran tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar
b) Bahan belajar dan upaya penyediaannya
c) Alat bantu belajar dan upaya penyediaannya
d) Suasana belajar dan upaya pengembangannya
6) Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar
Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar juga
berpengaruh terhadap motivasi belajar. Guru yang tinggi gairahnya
dalam membelajarkan pembelajar, menjadikan pembelajar juga
bergairah belajar. Guru yang sungguh-sungguh dalam
membelajarkan pembelajar, menjadikan tingginya motivasi belajar
pembelajaran.
5. Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotoris. Menurut Sujana (1989: 3) bahwa
penilaian berfungsi sebagai alat ukur dalam proses belajar mengajar dan
dasar menyusun laporan kemajuan belajar siswa pada orang tua,
sedangkan tujuan penilaian adalah untuk mendeskripsikan kelebihan dan
kekurangan siswa, mengetahui keberhasilan pendidikan dan pengajaran
agar siswa mempunyai aspek intelektual, sosial, emosional, moral dan
keterampilan, menentukan tindak lanjut hasil penilaian dan memberikan
Hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai siswa dalam
penelitian ini adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotoris. Menurut
Bloom dalam Buku Sujana (1989: 23) aspek kognitif terdiri atas enam
bagian yaitu:
a. Kognitif
1. Ingatan atau pengetahuan
Yang dimaksud dengan ingatan atau hafalan ialah tingkat
kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengetahui
atau mengenal konsep, fakta dan istilah. Dalam hal ini responden
hanya dituntut untuk mnyebutkan kembali (ingatan) atau
menghafal.
2. Pemahaman
Yang dimaksud dengan pemahaman ialah kemampuan yang
mengharapkan responden mampu memahami arti atau konsep,
situasi dan fakta yang diketahuinya.
3. Penerapan
Yang dimaksud dengan penerapan ialah kemampuan yang
mengharapkan responden dituntut untuk menerapkan atau
menggunakan apa yang telah diketahuinya dalam situasi yang baru
baginya; dapat berupa ide, teori atau petunjuk teknis.
4. Analisis
Yang dimaksud dengan analisis ialah kemampuan yang
atau unsur pembentukannya. Dapat berupa kemampuan untuk
memahami, menguraikan, proses terjadinya sesuatu.
5. Sintesis
Yang dimaksud dengan sintesis ialah penyatuan
unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh dan dituntut
responden kreatif.
6. Evaluasi
Yang dimaksud dengan evaluasi adalah responden diminta
untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep,
situasi berdasarkan suatu kriteria tertentu kegiatan penilaian dapat
dilihat dari segi tujuannya, dan gagasannya.
b. Afektif
Aspek afektif terdiri dari lima aspek yaitu:
1. Stimulasi
Stimulasi yaitu semacam kepekaan dalam menerima
rangsang dari luar yang datang dalam bentuk masalah, situasi dan
gejala, dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk
menerima stimulasi control dan seleksi gejala rangsangan dari luar.
2. Jawaban
Jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup
ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab rangsang
3. Penilaian
Penilaian yakni penilaian ini termasuk di dalamnya
kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk
menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
4. Organisasi
Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu
sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain,
pemantapan dan prioritas nilai.
5. Karakteristik
Karakteristik yakni keterpaduan semua sistem nilai yang
dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan
tingkah lakunya.
c. Psikomotoris
Hasil belajar psikomotiris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu ada enam aspek yaitu:
1. Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
2. Keterampilan pada gerakan dasar
3. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan audity dan motoris
4. Kemampuan dibidang fisik misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan
5. Gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai yang
6. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non discursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Istiqomah dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi
Model Cooperatif Learning Type Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Ekosistem” (2008), menemukan bahwa proses
belajar mengajar dengan metode diskusi model cooperative learning
jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara aktif. Pada aktifitas siswa terdapat peningkatan dan hasil angket siswa terhadap pembelajaran
cooperative learning tipe jigsaw mendapatkan respon yang positif.
Matilda dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Partisipasi, Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Ekonomi” (2008), menemukan bahwa pada siklus I, hasil penelitiannya
adalah bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajaran ekonomi pada tingkat partisipasi belajar siswa berfluktuasi. Pada
tingkat motivasinya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajaran ekonomi dalam penelitian ini belum dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Sementara pada tingkat
prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
C. Kerangka Berfikir
Beberapa penelitian menunjukkan keberhasilan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas
guru dan siswa selama pembelajaran, serta dapat meningkatkan minat
siswa dalam mengikuti pembelajaran berikutnya. Selain itu, pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw merupakan lingkungan belajar di mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang heterogen, untuk menyelesaikan
tugas-tugas pembelajaran. Siswa melakukan interaksi sosial untuk
mempelajari materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggung jawab
untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Jadi, siswa dilatih untuk
berani berinteraksi dengan teman-temannya.
Berdasarkan kerangka berfikir yang dikutip dari pendapat para ahli
dan dari hasil penelitian terdahulu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian
dengan tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin
inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil
terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993 :44).
Penelitian ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan, kemampuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Oktober dan November tahun 2010
2. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XF di SMA BOPKRI 2
Yogyakarta
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah :
1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode
penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi
terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa.
Secara operasional, penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
a. Siklus pertama.
1) Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa
penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu:
a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk
memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi
siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang. Beberapa perangkat yang disiapkan
dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, materi, lembar observasi dan instrumen refleksi.
b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi :
(1)Lembar observasi guru dalam proses pembelajaran.
(2)Instrumen pengamatan kelas.
(3)Lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok.
(4)Instrumen refleksi.
2) Tindakan
Pada tahap ini, dilaksanakan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw sesuai dengan rencana tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Guru bidang studi ekonomi bertindak sebagai guru yang
membimbing dan mengarahkan siswa.
b) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana masing-masing
karakteristik yang heterogen. Dalam satu kelompok masing-masing
siswa kemudian diberi nama orang pertama, orang kedua, sampai
kelima. Kemudian orang pertama dari masing-masing kelompok
berkumpul dan membentuk kelompok yang diberi nama kelompok
ahli. Setelah itu diberikan materi untuk berdiskusi dan selanjutnya
diberikan kuis untuk mengukur pemahaman siswa.
c) Observasi
Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di
dalam tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan
hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu motivasi dan hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran. Motivasi siswa dapat dilihat
dengan melihat kemauan siswa untuk mengikuti proses
pembelajaran (kuesioner) dan kemampuan mengerjakan lembar
kerja yang diberikan. Pengamatan juga direkam dengan
menggunakan video camcorder . d) Refleksi
Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan
hasil observasi terhadap hasil belajar siswa. Ada dua macam
refleksi yang dilakukan, yaitu :
1) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan
untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam
2) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk
mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai dengan
indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis,
peneliti melakukan self-reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing- masing
fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru
untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.
b. Siklus kedua
Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada
dasarnya sama dengan siklus pertama, hanya yang membedakan adalah
tindakannya. Pada siklus kedua ini tindakan ditentukan berdasarkan
hasil refleksi siklus pertama.
E. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dengan bekerja sama
antara guru dan peneliti sebagai observer. Menurut Zainal Aqib (2006:31)
Gambar 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas
Dan seterusnya
F. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Perencanaan
Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa persiapan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan instrumen: Identifikasi
masalah
Refleksi
Tindakan
Perencanaan Ulang Perencanaan
Observasi
Tindakan Refleksi
a. Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam RPP ini guru dan peneliti menetapkan langkah-langkah apa saja
yang akan dilakukan dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa
saja yang harus dilakukan dalam rangka penerapan tindakan perbaikan
yang direncanakan.
b. Grouping
Dalam pelaksanaan model pembelajaran tipe jigsaw ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 orang yang dibagi
secara heterogen.
2. Tindakan
Tindakan ini merupakan penerapan dalam pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Instrumen yang dilakukan meliputi:
a. Motivasi Belajar
Pengukuran motivasi belajar ini diukur dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner diisi oleh siswa setelah keseluruhan proses
pembelajaran selesai yaitu setelah kuis.
b. Hasil Belajar
Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan kuis.
Soal-soal yang terangkum dalam kuis mencakup tentang keseluruhan materi
yang diajarkan pada hari itu.
3. Observasi
Observasi dilakukan sendiri dengan meneliti kelas yang dijadikan sampel
kelas. Instrumen yang diperlukan mengacu pada Bergerman, 1992 dan
Tantra (2006:15) yang mengacu pada tiga kelompok yaitu instrumen untuk
mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).
4. Refleksi
Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan pembuatan
kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang diperlukan adalah lembar
refleksi guru dan lembar refleksi siswa.
G. Pengumpulan dan Analisis Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam
pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang
dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dapat dilakukan
melalui observasi, wawancara, dokumen, dan materi. Selain itu peneliti juga
menggunakan tes untuk mengukur daya serap siswa.
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan data/informasi tentang suatu
gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan
dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagaimana adanya. 2. Analisis komparatif
Analisis komparatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan motivasi
hasil belajar siswa yaitu dengan membandingkan tingkat motivasi dan
[image:56.612.70.540.191.691.2]tingkat hasil belajar siswa pada siklus pertama dan siklus kedua.
Tabel 3.1
Indikator Tingkat Keberhasilan Motivasi dalam Proses Pembelajaran Komponen Situasi
Awal (%)
Target
(%) Keberhasilan Indikator Deskriptor Siklus I
(%) Siklus II (%) Siswa serius dalam
belajar 24 70 Jumlah siswa yang belajar
dengan serius Siswa mengerjakan
tugas sesuai petunjuk guru
41 70 Jumlah siswa
yang
mengerjakan tugas
Siswa mau mencatat apa yang telah dipelajari
17 70 Jumlah siswa
yang mencatat materi pelajaran Siswa mau
mendengarkan dan memperhatikan
41 70 Jumlah siswa
yang mendengarkan dan memperhatikan Siswa mau mengemukakan ide dan pendapatnya
21 70 Jumlah siswa
yang
mengemukakan ide dan
pendapat Siswa terlihat senang
mengikuti proses pembelajaran
34 70 Jumlah siswa
yang senang mengikuti pembelajaran Siswa tidak mengantuk (menguap dan meletakan kepala di atas meja)
66 90 Jumlah siswa
yang tidak mengantuk
Untuk pengukuran hasil belajar dilakukan dengan mengadakan tes
setelah melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe jigsaw. Jika nilai siswa menjadi lebih baik berarti hasil belajar siswa meningkat.
Hasil belajar siswa dikatakan berhasil jika memenuhi target yang telah
ditentukan yaitu sebesar 70%.
Menurut Trianto (2007) teknik penilaian pada model pembelajaran tipe
Jigsaw terdiri dari tiga bagian yaitu : 1) Skor dasar
Skor dasar = total skor : frekuensi
2) Skor tes terkini
Tes dikerjakan secara individu, skor diperoleh setelah siswa mengerjakan
tes yang diberikan guru.
3) Skor perkembangan
Skor perkembangan diperoleh jika tes yang diberikan guru hasilnya dapat
melewati skor dasar yang dimiliki setiap siswa.
Contoh panduan skor perkembangan:
Nilai kuis Nilai tambah
Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 5
10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor dasar 10
Sampai 10 poin di atas skor dasar 20
Lebih dari 10 poin sampai 15 poin di atas skor dasar 30
Rata-rata individu :
5-10 : kurang baik
15-20 : cukup baik
21-25 : baik
Lebih dari 25 : sangat baik
Dari ketiga bagian skor tersebut memperlihatkan seberapa tinggi
tingkat kenaikan hasil belajar siswa setelah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada proses belajar mengajar. Teknik penilaian juga diperoleh dari referensi skripsi milik Istiqomah (2008)
dengan judul penelitian “Implementasi Model Cooperatif Learning Type Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Ekosistem”
Proses pengumpulan data, analisis data, dan pembagian tugas
disajikan dalam tabel berikut ini:
No Kegiatan Output Petugas
1 Penyusunan perangkat pembelajaran
Rencana Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Peneliti dan guru
2 Pemetaan
kemampuan siswa
Kelompok-kelompok
heterogen berjumlah 4-5 siswa
Guru
3 Penyusunan instrumen
pengumpulan data
Instrumen observasi Peneliti
4 Pelajaran ekonomi
dengan model
pembelajaran
kooperatif tipe
Kegiatan membaca, diskusi, pembahasan, dan kuis
jigsaw
5 Observasi kegiatan belajar mengajar
Motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
Peneliti
6 Analisis data Motivasi dan hasil belajar siswa
Peneliti
7 Refleksi data Dampak tindakan pada motivasi dan hasil belajar siswa
Peneliti
8 Implementasi siklus kedua
Tindakan perbaikan dan dampaknya pada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa
37 BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Berdirinya SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
Sejarah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tidak terlepas dari Yayasan
BOPKRI Yogyakarta. Yayasan BOPKRI ( Badan Oesaha Pendidikan
Kristen Republik Indonesia) adalah suatu organisasi berbentuk yayasan
yang didirikan pada zaman perjuangan, tepatnya pada tanggal 18
Desember 1945. Yayasan BOPKRI Yogyakarta didirikan dengan motivasi,
cita-cita dan idealisme tertentu. Pada saat berdirinya, Yayasan BOPKRI
mendapatkan dukungan dari masyarakat Kristen sebagai perwujudan
pelayanan pendidikan secara formal untuk mengisi kemerdekaan Republik
Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Pada masa penjajahan Belanda, di Yogyakarta sudah terdapat
lembaga pendidikan Kristen yaitu sekolah-sekolah Zending yang diusahakan gereja-gereja Nederland dan Vereneging Scholen yang diusahakan perkumpulan-perkumpulan di luar gereja.
Sekolah-sekolah Zending di Yogyakarta pada umumnya siswanya adalah anak-anak golongan pribumi, sedangkan Vereneging Scholen
menyelenggarakan 4 macam sekolah yaitu: HIS, ELS, HCS dan MCS.
Lulusan HIS yang berbahasa pengantar Belanda pada waktu itu mendapat
pengantar bahasa Jawa atau Melayu. Sekolah-sekolah HIS yang setingkat
dengan itu yang terdapat di Yogyakarta misalnya:
1)HIS Bintaran Wetan.
2)HIS Bintaran Kulon.
3)KWS Gondolayu.
4)Christelijke Mulo Schol di Kotabaru (sekarang SMA BOPKRI 1). 5)Christelijke Huishound Schol di Jl. Jend. Sudirman (sekarang SMA
BOPKRI 2).
Pada awal tahun 1943 Jepang memaksa sekolah-sekolah swasta
dinegerikan, guru-guru yang bersedia menjadi pegawai negeri boleh
mengajar terus. Sekolah-sekolah Kristen sepakat bernaung di bawah panji
Perkumpulan Persekolahan Masehi (PPM). Agar sekolah-sekolah tersebut
dapat diatur dengan baik, dipilih dan diangkat seorang pengampu yaitu Dr.
Sumardi.
Pada masa perang kemerdekaan, umat Kristiani tidak mau
ketinggalan, mereka turut berjuang menegakkan dan mengisi
kemerdekaan. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) didirikan pada 11 Maret
1945. Dalam konggres yang pertama di Surakarta, diputuskan didirikan
lembaga pendidikan dengan nama BOPKRI, dengan Ketua Umum IP.
Simanjuntak dan penulis Pujo Suseno.
Yayasan BOPKRI Yogyakarta didirikan di Yogyakarta pada 18 Desember
1945 dengan akte notaris: RM. Wiranto, 11 Mei 1946.
1)Dasar pendidikan BOPKRI adalah kitab suci yaitu firman Tuhan.
2)Turut setia dengan pemerintah dalam usaha mempertinggi derajat
Bangsa Indonesia pada umumnya dalam dunia pengetahuan
kebudayaan.
3)Memperluas pengajaran dan pendidikan Kristen di dalam Negara
Republik Indonesia dengan usaha-usaha mendirikan segala
macam sekolah baik yang memberikan pendidikan umum maupun
kejuruan.
Dalam Clash II pada 19 Desember 1948, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta. Yayasan BOPKRI telah menutup seluruh
sekolahnya baik SR, SGTK, SMP maupun SMA BOPKRI. Kemudian
pada Februari 1948, sekelompok kecil guru-guru Kristen berkumpul di
balai Pertemuan Kristen (BPK) sekarang Galeria Mall untuk
membicarakan nasib sekolah-sekolah BOPKRI yang menghasilkan
kebulatan tekat: “Kita bertanggung jawab kepada Tuhan atas pendidikan
yang bercirikan Kristen, sekolah-sekolah BOPKRI harus dilanjutkan
kehadirannya”.
Pada 29 Juni 1949 Belanda angkat kaki dari Yogyakarta,
Pemerintah RI kembali ke Ibu Kota Yogyakarta. Sri Sultan HB. IX selaku
Menteri Negara Koordinator Keamanan, pada 5 Juli 1949 menyerukan
agar semua sekolah di buka kembali. BOPKRI menanggapi dengan
antusias. Diadakan pembentukan BOPKRI baru dengan ketua: Drs.
sekolah-sekolah yang dibuka kembali antara lain adalah SMU BOPKRI 2
Yogyakarta yang ada di jalan Jenderal Sudirman 87 Yogyakarta.
Sebagai tonggak sejarah BOPKRI Yogyakarta, setelah mengalami
pasang surut, pada tanggal 1 Agustus 1949 dinyatakan sebagai hari lahir
SMU BOPKRI 2 Yogyakarta. Hingga sekarang ini, setelah diakreditasi
sebanyak dua kali akhirnya pada tahun 1977 SMU BOPKRI 2 Yogyakarta
memperoleh status disamakan. Sejak awal berdiri hingga sekarang SMU
BOPKRI 2 Yogyakarta sudah mengalami pergantian Kepala Sekolah
sebanyak Sembilan kali, beliau-beliau tersebut adalah:
1)Margono Paulus (1949 – 1957).
2)Nathanael Daljoeni (1957 – 1963).
3)Eghbert Daniel Yohanes (1963 – 1969).
4)Drs. Widiatmoko Br (1970 – 1971).
5)Purwanto, B.A. (1971 – 1974).
6)Widiarso (1975 – 1977).
7)Drs. Tukidjo, W.S (1977 – 1995).
8)Drs. S. Supadiyono (1995 – 2003).
9)Drs. Priyanto (2003 – 2007).
B. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
1. Visi
Menjadi sekolah yang berkualitas dalam bidang pengetahuan, sikap
2. Misi
a. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia,
b. Meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar,
c. Mempertahankan dan meningkatkan disiplin sivitas akademika,
d. Meningkatkan prestasi akademis dan non akademis,
e. Mendorong sivitas akademika untuk meningkatkan kualitas budi
pekerti,
f. Mewujudkan ajaran kasih di lingkungan sekolah maupun
masyarakat.
3. Tujuan Sekolah
a. Tujuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas
1) Pendidikan umum merupakan Pendidikan dasar dan
menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan
yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
2) Mempunyai orientasi ke depan yang berupa tujuan
pendidikan yaitu mengembangkan multi kecerdasan kepada
peserta didik yang heterogen baik dengan cara klasikal
maupun program pembelajaran individual (PPI) yang sesuai
dengan UU No 20 Tahun 2003 dan PP 19 Tahun 2005.
b. Tujuan Pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
1) Meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan, dengan
ilmu pengetahuan, berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2) Membentuk kepribadian yang berkualitas dengan
melaksanakan ajaran kasih Tuhan sehingga memiliki
kecerdasan emosional, spiritual, sosial dan berkepribadian
santun.
3) Meningkatkan kecakapan untuk menjadi pelaku ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga mampu hidup mandiri.
4) Mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang
berkualitas sehingga dapat berkomunikasi dengan
lingkungan dan berkompetisi di era global.
C. Sistem Pendidikan SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
Sesuai dengan bunyi pasal 15 PP No. 29 Tahun 1990, lama
pendidikan sekolah menengah umum adalah 3 tahun. Sistem semester
telah diterapkan kembali pada tahun ajaran 2002/2003 sampai sekarang.
Dalam sistem semester ini, 1 tahun ajaran terdiri dari 2 penggalan yaitu:
semester ganjil dan semester genap.
Sistem pendidikan SMA merupakan satu keseluruhan yang terpadu
dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan
yang lain untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan di SMA.
1. Sumber Daya Manusia
Yang terdiri dari tenaga pendidikan dan tenaga administratif.
2. Kurikulum
Yang terdiri dari Kurikulum Berbasis Kompetensi dan non KBK
3. Peserta Didik
Yaitu siswa-siswi yang mengikuti proses mengajar di sekolah.
4. Infrastruktur
Meliputi sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah seperti
laboratorium, perpustakaan, ruang kelas dan lain-lain.
5. Lingkungan Pendidikan
Pihak-pihak di luar sekolah yang mempengaruhi kegiatan belajar
sekolah yaitu masyarakat yang menggunakan jasa pendidikan.
D. Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
Struktur Kurikulum SMA BOPKRI 2 Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1. Mata Pelajaran
Muatan mata pelajaran yang diberikan di SMA BOPKRI 2
Yogyakarta sesuai dengan struktur kurikulum yang terdapat pada
standar isi:
a) Kelas X
Kurikulum Kelas X terdiri dari 16 Mata Pelajaran, muatan
b) Kelas XI dan XII Bahasa
Kurikulum Kelas XI dan XII program Bahasa terdiri dari 14
Mata Pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.
c) Kelas XI dan XII IPA
Kurikulum Kelas XI dan XII program IPA terdiri dari 13 mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.
d) Kelas XI dan XII IPS
Kurikulum Kelas XI dan XII Program IPS terdiri dari 13 mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.
2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas serta
potensi daerah termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak
sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak
sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.
Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan,
tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal
merupakan mata pelajaran sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk
setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan
dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap
menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal. Muatan lokal
yang dipilih SMA BOPKRI 2 yaitu:
a. Bahasa Jawa
Bertujuan untuk mengembangkan kompetensi berbahasa jawa <