vi
ABSTRAK
Susiani, P.E. 2012. Metode Discovery Untuk Mengaktifkan dan Meningkatkan
Prestasi Siswa Dalam Belajar Listrik Dinamis Kelas X Di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode discovery: (1) dapat mengaktifkan siswa kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam pembelajaran materi listrik dinamis; (2) menaikkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam materi listrik dinamis.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4-26 Mei 2012 di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta berjumlah 99 siswa.Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar peneliti menggunakan soal pretest dan posttest, sedangkan untuk mengetahui keaktifan peneliti menggunakan angket, foto, hasil LKS serta video.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretest yang menunjukkan bahwa kelas eksperimen tidak lebih pandai dari kelas control akan tetapi hasil posttestnya setara dengan kelas control. Metode discovery dapat mengaktifkan siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa dengan pembelajaran menggunakan metode
discovery siswa menjadi berani bertanya baik di dalam kelompok maupun kepada
vii
ABSTRACT
Susiani, P.E. 2012. Discovery method to activate and improve the students’ achievement in learning dynamic electricity in class X of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural
Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
The purpose of this study was to determine whether the discovery method is able to: (1) activate the students of class X in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta in learning the dynamic electricity, (2) improve the achievement of the students of class X in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta in the dynamic electricity.
The research was conducted on May 4-26, 2012 in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. The subjects of this research were the 99 students of class X of SMA Stella
Duce 1 Yogyakarta. To find out the increase of the students’ achievement, the
researcher used pre-test and post-test. Meanwhile, to find out about the activeness of the students, the researcher used questionnaires, photos, videos and worksheets.
i
METODE DISCOVERY UNTUK MENGAKTIFKAN DAN
MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM BELAJAR
LISTRIK DINAMIS KELAS X DI SMA STELLA DUCE 1
YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh :
PAULINA ENDANG SUSIANI
NIM : 081424007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
vi
ABSTRAK
Susiani, P.E. 2012. Metode Discovery Untuk Mengaktifkan dan Meningkatkan
Prestasi Siswa Dalam Belajar Listrik Dinamis Kelas X Di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode discovery: (1) dapat mengaktifkan siswa kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam pembelajaran materi listrik dinamis; (2) menaikkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam materi listrik dinamis.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4-26 Mei 2012 di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta berjumlah 99 siswa.Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar peneliti menggunakan soal pretest dan posttest, sedangkan untuk mengetahui keaktifan peneliti menggunakan angket, foto, hasil LKS serta video.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretest yang menunjukkan bahwa kelas eksperimen tidak lebih pandai dari kelas control akan tetapi hasil posttestnya setara dengan kelas control. Metode discovery dapat mengaktifkan siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa dengan pembelajaran menggunakan metode
discovery siswa menjadi berani bertanya baik di dalam kelompok maupun kepada
vii
ABSTRACT
Susiani, P.E. 2012. Discovery method to activate and improve the students’ achievement in learning dynamic electricity in class X of SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural
Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
The purpose of this study was to determine whether the discovery method is able to: (1) activate the students of class X in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta in learning the dynamic electricity, (2) improve the achievement of the students of class X in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta in the dynamic electricity.
The research was conducted on May 4-26, 2012 in SMA Stella Duce 1 Yogyakarta. The subjects of this research were the 99 students of class X of SMA Stella
Duce 1 Yogyakarta. To find out the increase of the students’ achievement, the
researcher used pre-test and post-test. Meanwhile, to find out about the activeness of the students, the researcher used questionnaires, photos, videos and worksheets.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi yang
berjudul METODE DISCOVERY UNTUK MENGAKTIFKAN DAN
MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DALAM BELAJAR LISTRIK DINAMIS
KELAS X DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA ini merupakan salah satu
syarat kelulusan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi pendidikan Fisika, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Proses penyusunan, pelaksanaan, serta penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, bantuan, dorongan serta semangat dari berbagai pihak. Maka dari itu
pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T. selaku dosen pembimbing yang selalu
setia dan sabar mendampingi penulis dalam penyusunan, pelaksanaan serta
penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. yang memberi semangat mulai dari
semester-semester awal kuliah.
3. Seluruh dosen JPMIPA yang sudah memberikan ilmu-ilmu pengetahuan dan
ix
4. Petugas sekretariat yang sudah dengan sabar melayani kebutuhan persuratan
peneliti.
5. Suster Imelda, CB M.Pd. selaku kepala sekolah yang telah mengijinkan
peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Bapak Ganjar selaku guru pendamping yang bersedia meluangkan waktu dan
mendampingi penelitian.
7. Bapak Laboratorium sekolah yang sudah membantu menyiapkan alat selama
pelaksanaan penelitian.
8. Para siswa kelas XA, XB, XC yang telah menjadi subyek dalam penelitian ini.
9. Papa dan Mama yang sudah memberikan kasih sayang, semangat dorongan
motivasi juga materil yang sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
10.Yayasan Tarakanita yang telah memberikan kepercayaan kepada peneliti
untuk menyelesaikan penelitian ini.
11.Nana Efraim beserta keluarga yang sudah memberikan cinta, waktu serta
semangat kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian ini.
12.Suster Benedict, CB., Suster Agnetta, CB., Suster Giovani, CB., Suster
Kristian, CB., Suster Fransisca, CB., yang sudah membimbing, menyayangi,
memotivasi dan membantu membentuk pribadi saya menjadi baik.
13.Bapak A. Prasetyadi S.Si., M.Si., yang selama kuliah sudah membantu saya
dan memberi semangat dalam memahami materi-materi yang kurang saya
x
14.Teman Asrama Syantikara, kak Jojo, kak Tiagita, kak Irin, kak Oneng, kak
Elis, kak Mita, kak Sari, kak Lisa, mbak Wik, mbak Ika, kak Ncis, kak Tyas
Nina, kak Reni Temik, kak Maya, kak Cery, kak Tia, kak Anita, kak Cindy,
kak Berta, kak Widya, kak Ntin, Mbak Suprih, mbak Peni, mbak Resti, mbak
Eka, mbak Yana, Gelok Astrid, Dian Panggih, Nora, Daday, Angel, Bela,
Wiwit ‘Ujang’, Etta ‘Coro’, Ina, Icol Risa, Jui, serta seluruh angkatan 2008
senasib dan seperjuangan yang sudah bersama-sama dalam suka dan duka.
15.Anton Wibisono dan Nana Efraim Petters yang sudah membantu penelitian.
16.Maria Angela Astrid Santoso, Lusia Niken, Atma Suganda, Theresia Yuni,
Cicilia Ari, Martinha Dacosta, kak Eko, Novi, mas Gagan, mas Beni, mbak
Kenil, Sisca Harumningtyas, suster Deti, suster Renata, fr Raja, Mongkey D.
Luffy, Dimas, Enggar, Salib, kak Veronica Erni, Tia ‘Te’, yang sudah
memberikan semangat dan bersama-sama dalam perjuangan.
17.Seluruh teman angkatan 2008 yang selalu memberi semangat dalam
persahabatan selama ini.
18.Serta seluruh pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak bisa peneliti
xi
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan dan menerima kritik serta saran yang membangun
guna penulisan yang lebih baik. Penulis berharap semoga skrripsi ini berguna bagi
pembaca.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA……… v
ABSTRAK……… vi
ABSTRACT………. vii
KATA PENGANTAR……….. viii
DAFTAR ISI……… xii
DAFTAR LAMPIRAN……… xvi
DAFTAR TABEL……… xvii
DAFTAR GAMBAR……… xix
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang ……… 1
B. Perumusan Masalah……….. 4
C. Tujuan Penelitian……….. 4
D. Manfaat Penelitian……… . 4
BAB II LANDASAN TEORI……… 5
A. Metode Discovery……… 5
xiii
2. Proses Discovery……….. 5
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Discovery……… 6
4. Macam-Macam Discovery……….………. 7
5. Keuntungan Discovery………... 8
6. Kelemahan Discovery………. 9
B. Belajar Aktif……….…….……... 11
1. Pengertian Belajar Aktif……….……… 11
2. Proses Belajar……….……….………… 12
3. Aktivitas Belajar………..……... 13
4. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar………. 14
C. Prestasi Belajar………... 15
1. Pengertian Prestasi Belajar……….. 15
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 15 a. Faktor-Faktor Stimuli Belajar…………. 15
b. Faktor-Faktor Metode Belajar………… 17
c. Faktor-Faktor Individual……… 19
D. Listrik Dinamis……….. 21
1. Listrik Dinamis……….. 21
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hambatan Dalam Suatu Penghantar……… 21
xiv
4. Susunan Seri-Paralel Penghambat Listrik…….. 25
E. Kaitan Teori Dengan Langkah Penelitian……….. 30
BAB III METODOLOGI………. 31
A. Desain Penelitian………... 31
B. Waktu Penelitian………... 31
C. Populasi Dan Sampel……… 32
1. Pelaksanaan Penelitian Yang Terlaksana Dan Tidak 56 a) Pelaksanaan LKS………. 56
b) Yang Ditemukan Siswa Dan Tidak………. 57
2. Pretest-Posttest………. 58
a) Data Pretest-Posttest Kelas Eksperiment….. 58
b) Data Pretest-Posttest Kelas Kontrol………. 60
3. Angket……….. 62
4. Foto ……….………. 64
5. Video ……….……….. 66
6. Hasil LKS ……….………... 67
xv
1. Untuk Mengetahui Apakah Metode Pembelajaran
Discovery Meningkatan Prestasi Pembelajaran
Siswa Atau Tidak……….… 68
2. Untuk Mengetahui Apakah Metode Discovery Mengaktifkan Siswa Atau Tidak .………..………. 73
C. Keterbatasan Dalam Penelitian……….. 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….……….. 78
A. Kesimpulan……….……….. 78
B. Saran……….………… 79
DAFTAR PUSTAKA……….……… 80
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Materi Ajar……….. 84
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kampus.…. 93
Lampiran 3. Surat Keterangan Sudah Meneliti……… 94
Lampiran 4. Soal Pretest ………..……….. 95
Lampiran 5. Soal Posttest……… 98
Lampiran 6. Kunci jawaban pretest dan posttest……… 101
Lampiran 7. Soal Angket……… 107
Lampiran 8. Jawaban Pretest ………. 108
Lampiran 9. Jawaban Posttest……… 111
Lampiran 10. Jawaban Angket………. 115
Lampiran 11. Jawaban LKS……….. 116
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pertemuan Pertama Pembelajaran……….. 34
Tabel 2. Pertemuan Kedua Pembelajaran………. 36
Tabel 3. Pertemuan Ketiga Pembelajaran………. 37
Tabel 4. Pertemuan Keempat Pembelajaran……….. 38
Tabel 5. Tabel Data Praktikum Faktor-Faktor yang Menghambat Suatu Kawat Penghantar……….. 40
Tabel 6. Tabel Data Praktikum Analogi Hukum I Kirchoff……. 41
Tabel 7. Tabel Data Praktikum Hukum I Kirchoff………... 42
Tabel 8. Kisi-Kisi Test Uraian………. 44
Tabel 17. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperiment……. 58
Tabel 18. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol…………. 60
xviii
Tabel 20. Analisis SPSS Pretest Kelas Eksperiment Dan
Kelas Kontrol………. 68
Tabel 21. Analisis SPSS Pretest Posttest Kelas Eksperiment…….. 69
Tabel 22. Analisis SPSS Pretest Posttest Kelas Kontrol………….. 70
Tabel 23. Analisis SPSS Posttest Kelas Eksperiment
dan Kelas Kontrol……… 71
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gravik V Versus I………. 21
Gambar 2. Bacaan Ampermeter dari A1Sampai A4Adalah Sama… 24
Gambar 3. Jalannya Arus Pada Rangkaian Bercabang……… 25
Gambar 4. Rangkaian Seri………... 26
Gambar 5. Rangkaian Paralel………. 28
Gambar 6. Siswa Sedang Melakukan Praktikum Factor-Faktor yang
Menghambat Suatu Kawat Penghantar……… 64
Gambar 7. Siswa Sedang Melakukan Praktikum
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam berbagai macam teori belajar dikatakan bahwa agar siswa dapat belajar
dengan baik maka siswa tersebut harus aktif dalam proses belajar yang berlangsung.
Karena dengan aktif siswa ikut berperan serta mengolah, mencerna dan dapat
menyimpulkan apa yang mereka peroleh, baik kesimpulan yang tepat maupun yang
kurang tepat. Menurut Suparno (2001 : 123-124), Piaget sendiri menerangkan bahwa
pengetahuan itu disebut benar apabila pengetahuan itu adalah viable (jalan) untuk
menjelaskan persoalan yang terkait. Semakin pengetahuan itu dapat digunakan lebih
luas dalam bidang yang beraneka, maka kebenaran pengetahuan itu semakin kuat.
Menurut filsafat konstruktivisme (Suparno, 2007:72) untuk dapat mengetahui
sesuatu, siswa haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar
siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis, dan akhirnya
yang terpenting merangkumkannya sebagai suatu pengertian yang utuh. Tanpa keaktifan
siswa dalam membangun pengetahuan mereka sendiri, mereka tidak akan mengerti
apa-apa .
Menurut Hergenhahn & Olson (2008:31), kaum rasionalis berpendapat bahwa
pikiran harus terlibat aktif dalam pencarian pengetahuan misalnya dengan berpikir,
Berdasar hasil wawancara bersama guru pendamping, siswa kelas X di SMA
Stella Duce adalah siswa yang heterogen, artinya adalah siswa memiliki latar belakang
dalam belajar yang sangat beragam, baik pada perilaku dalam mata pelajaran yang
disukai dan cara belajar yang disukai. Siswa yang menyukai fisika akan gembira dan
aktif dalam belajar, tetapi juga terdapat siswa yang menyukai fisika dan tidak aktif
dalam belajar. Disisi lain, terdapat juga siswa yang kurang menyukai fisika tetapi aktif
dalam belajar serta siswa yang tidak menyukai fisika dan tidak aktif dalam belajar.
Selain itu keaktifan siswa juga dapat didasarkan pada pembelajaran yang dilaksanakan
guru, bagaimana cara mengajar dan mengondisikan siswa agar siswa tersebut aktif.
Dengan kata lain kondisi pembelajaran di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tidaklah
selalu dapat membuat para siswa dapat terlibat aktif dalam belajar, sehingga prestasi
nilai yang diperoleh juga beragam tergantung pada kondisi siswa dan cara pembelajaran
yang dapat merangsang keingintahuan siswa.
Keaktifan siswa merupakan kunci utama di mana siswa tersebut benar-benar
mengolah ilmu pengetahuan yang mereka peroleh. Maka dari itu disini penulis ingin
menawarkan sebuah metode pembelajaran Discovery yang dapat mengaktifkan siswa
dalam belajar. Belajar adalah mengaktifkan pengetahuan dasar yang telah dipunyainya
dengan cara menghubungkan pada pengetahuan baru yang diperolehnya, sehingga
seseorang tersebut dapat menemukan sesuatu yang baru (Bruner 1966 dalam
Suryosubroto, 2011). Dengan kata lain belajar adalah mengkontruksi sesuatu yang baru
semakin luas dan berkembang sehingga siswa tersebut dapat menggunakan
pengetahuannya dalam persoalan yang lebih luas.
Dalam penelitian Kartika Budi menyebutkan bahwa strategi pembelajaran
dengan menyatakan sendiri pengertian suatu konsep dan/atau hukum; yang dibantu
dengan LKS merupakan strategi yang sangat potensial untuk melibatkan siswa secara
aktif.
Discovery merupakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif
sendiri mengumpulkan, menyelidiki, mengolah, dan pada akhirnya menemukan sendiri
sesuatu yang sedang ia geluti. Selain itu dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
Sochibin, dkk, (2009:96) menyatakan bahwa aspek psikologi yang terkandung dalam
metode inkuiri memberikan banyak keuntungan, karena memungkinkan siswa
menggunakan segala potensinya terutama proses mentalnya untuk menemukan sendiri
konsep dan prinsip sains ditambah proses mental lainya yang memberikan ciri orang
dewasa atau ciri seorang ilmuwan, sehingga siswa dapat menemukan konsep diri, kritis
dan kreatif.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui
apakah metode discovery dapat melibatkan para siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran di SMA Stella Duce 1; dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Atas
dasar itu penulis memberi judul penelitian: Metode Discovery Untuk Mengaktifkan dan
Meningkatkan Prestasi Siswa Dalam Belajar Listrik Dinamis Kelas X di SMA Stella
B. Perumusan Masalah
a. Apakah metode discovery dapat meningkatkan prestasi siswa kelas X SMA
Stella Duce 1 Yogyakarta dalam materi listrik dinamis?
b. Apakah metode discovery dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran materi
listrik dinamis kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode discovery :
a. Dapat mengaktifkan siswa kelas X di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam
pembelajaran materi listrik dinamis.
b. Menaikkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Stella Duce 1 Yogyakarta dalam
materi listrik dinamis.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi para guru dan calon guru dapat menjadi referensi untuk mendidik para
siswa agar mereka aktif berpikir dalam belajar dengan menggunakan metode
discovery ini.
b. Diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai alternatif
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Discovery
1. Pengertian Discovery
Menurut Suparno (2001 : 143) teori pengetahuan Piaget menekankan
pentingnya kegiatan seorang siswa yang aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuan. Hanya dengan keaktifannya mengolah bahan, bertanya secara
aktif, dan mencerna bahan dengan kritis, siswa akan dapat menguasai bahan
dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan aktif dalam proses belajar perlu
ditekankan.
Metode Discovery merupakan model pembelajaran melalui proses induktif,
yaitu ditemukan lewat pengamatan atas suatu obyek. Sehingga metode discovery
ini sangat baik digunakan dalam pembelajaran.
2. Proses Discovery
Proses discovery menurut Suparno (2007 :73) meliputi :
Mengamati. Siswa mengamati gejala atau persoalan yang dihadapi.
Menggolongkan. Siswa mengklasifikasikan apa-apa yang ditemukan dalam
pengamatan sehingga menjadi lebih jelas.
Memprediksi. Siswa diajak untuk memperkirakan mengapa gejala itu terjadi
Mengukur. Siswa melakukan pengukuran terhadap yang diamati untuk
memperoleh data yang lebih akurat yang dapat digunakan untuk mengambil
kesimpulan.
Menguraikan atau menjelaskan. Siswa dibantu untuk menjelaskan atau
menguraikan dari data pengukuran yang dilakukan.
Menyimpulkan. Siswa mengambil kesimpulan dari data-data yang
didapatkan.
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Discovery
Suryosubroto (2009 : 184) menyimpulkan berdasarkan langkah-langkah
pelaksanaan metode penemuan yang disarankan oleh Gilstrap (1975) dan
membandingkan dengan langkah-langkah yang ditemukan oleh Richard
Scuhman, langkah-langkah metode penemuan secara sederhana adalah sebagai
berikut:
a. Identifikasi kebutuhan siswa.
b. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan
generalisasi yang akan dipelajari.
c. Seleksi bahan, dan problem / tugas-tugas.
d. Membantu memperjelas.
- Tugas / problem yang akan dipelajari.
- Peranan masing-masing siswa.
f. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan
tugas-tugas siswa.
g. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.
h. Membantu siswa dengan informasi / data, jika diperlukan oleh siswa.
i. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi proses.
j. Merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa.
k. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.
l. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil
penemuannya.
4. Macam-Macam Discovery
Weimer (1975, dalam Burden & Byrd, dalam Suparno : 2007 : 74)
mengidentifikasikan adanya 6 tipe discovery, yaitu:
Discovery. Proses menemukan sesuatu sendiri. Prosesnya lebih bebas,
yang terpenting adalah orang menemukan sesuatu hukum, prinsip, atau
pengertian sendiri.
Discovery teaching. Model mengajar dengan cara menemukan sesuatu,
seperti yang telah dibicarakan pada nomor 1 dan 2. Ini lebih digunakan
Inductive discovery. Penemuan sesuatu dengan pendekatan induktif,
yaitu dari pengamatan banyak data, lalu disimpulkan. Prosesnya lengkap
seperti metode ilmiah.
Semi-inductive discovery. Penemuan dengan pendekatan induktif, tetapi
tidak lengkap. Ketidaklengkapan dapat pada data yang diamati yang
diambil hanya sedikit, dapat pula prosesnya disederhanakan, dll.
Unguided or pure discovery atau discovery murni: siswa diberi persoalan
dan harus memecahkan sendiri dengan sedikit petunjuk guru.
Guided discovery: siswa diberi soal untuk dipecahkan dengan guru
menyediakan hint (petunjuk), dan arahan bagaimana memecahkan
persoalan itu.
5. Keuntungan Discovery
Menurut Bruner beberapa keuntungan dapat disebutkan antara lain sebagai
berikut (dalam Trowbridge & Bybee, 1996, dalam Suparno, 2007 : 75) :
Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat
mengembangkan pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan
pikiran itu sendiri. Dengan model discovery pikiran siswa digunakan,
dilatih untuk memecahkan persoalan.
Mengembangkan motivasi instrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam
penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih menguatkan untuk
terus mau menekuni sesuatu.
Belajar menemukan sesuatu. Untuk terampil dalam menemukan sesuatu,
siswa hanya dapat lewat praktik menemukan sesuatu. Discovery ini
adalah praktik menemukan sesuatu yang dapat memperkaya siswa dalam
penemuan hal – hal lain di kemudian hari.
Ingatan lebih tahan lama. Dengan menemukan sendiri, siswa lebih ingat
akan yang dipelajari; dan sesuatu yang ditemukan sendiri biasanya tahan
lama; tidak mudah dilupakan.
Discovery juga menimbulkan keingintahuan siswa dan memotivasi siswa
untuk terus berusaha menemukan sesuatu sampai ketemu (Burden &
Byrd, hal.140).
Melatih keterampilan memecahkan persoalan sendiri dan melatih siswa
untuk dapat mengumpulkan dan menganalisis data sendiri.
6. Kelemahan Discovery
Menurut Suryosubroto (2009 : 186-187) kelemahan metode discovery
adalah sebagai berikut :
Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
Misalnya, siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya
mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak,
subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam
bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli
penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain.
Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas yang besar. Misalnya
sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa
menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari
bentuk-bentuk kata tertentu.
Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan
guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
secara tradisional.
Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu
mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan
diperolehnya sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh
pengertian atau sebagai perkembangan emosional social secara
keseluruhan.
Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk
mencoba ide-ide mungkin tidak ada.
Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir
kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi
B. Belajar Aktif
1. Pengertian Belajar Aktif
Menurut Soemanto (2006 : 104-105) belajar merupakan proses dasar dari
perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan
perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua
aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun
hidup dan bekerja menurut apa yang kita pelajari. Belajar itu bukan sekadar
pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu
belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai
bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan.
Menurut Hamalik (2001 :154) belajar merupakan bagian dari hidup,
berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah, di
kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya.
Lorenzen (2002), Paulson & Faust (2002) (dalam Nyoto Harjono, 2012)
mensyaratkan belajar aktif sebagai cara membelajarkan siswa yang membuat
siswa berpartisipasi di dalam kelas. Belajar aktif berlangsung melampaui peran
siswa sebagai pendengar pasif dan membuat catatan, serta menjadikan siswa
memperoleh arah dan berinisiatif selama pelajaran. Peran guru adalah
mengurangi porsi berceramah, sebaliknya mengarahkan siswa agar siswa
―menemukan‖ bahan sewaktu belajar bersama siswa lainnya guna memahami
2. Proses Belajar
Proses belajar menurut Bruner (dalam Nasution, 1982 : 9 – 10) dapat dibedakan
menjadi tiga fase yaitu:
a. Informasi. Dalam tiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi, ada yang
menambah pengetahuan yang telah dimiliki, ada yang memperhalus dan
memperdalam, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang
telah diketahui sebelumnya.
b. Transformasi. Informasi tersebut harus dianalisis, diubah atau
ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar
dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan
guru sangat diperlukan.
c. Evaluasi. Hasil belajar dinilai sejauh mana pengetahuan yang diperoleh
dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala
3. Aktivitas Belajar
Beberapa aktivitas belajar menurut Soemanto (2001 : 107-113) yaitu sebagai
berikut :
a. Mendengarkan;
b. Memandang;
c. Meraba, Mencium, dan Mencicipi/Mencecap;
d. Menulis atau Mencatat;
e. Membaca;
f. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan, dan Menggarisbawahi;
g. Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram, dan Bagan-Bagan;
h. Menyusun Paper atau Kertas Kerja;
i. Mengingat;
j. Berpikir;
k. Latihan atau Praktek.
Menurut Indriana (2011 : 160) pemrosesan aktif mencakup melakukan
sesuatu dalam dunia eksternal dengan informasi tersebut (membahasnya,
4. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar
Menurut Nana Sudjana (1992:61), keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar dapat dilihat dalam hal :
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;
b. Terlibat dalam pemecahan masalah dan dalam proses memperdalam
materi pelajaran;
c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya dan berani mengungkapkan ide/gagasannya;
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah (berusaha untuk meningkatkan prestasi);
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya;
g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis (tekun
menyelesaikan tugas dan latihan);
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Penilaian terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana
telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut prestasi belajar.
(Wardojo, hal 3).
Menurut Surya (dalam Anggraeni, 1997) prestasi belajar adalah seluruh
kecakapan hasil achievement) yang diperoleh melalui proses belajar, yang
dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan hasil tes prestasi
belajar.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Soemanto (2001 : 113 – 121) faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Faktor-Faktor Stimuli Belajar
Yang dimaksudkan dengan stimuli belajar yaitu segala hal di luar individu
yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan
belajar. Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor stimuli belajar :
1) Panjangnya bahan pelajaran
Bahan yang terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam
belajar. Kesulitan belajar individu itu tidak semata-mata karena
panjangnya waktu untuk belajar melainkan lebih berhubungan dengan
2) Kesulitan bahan pelajaran
Semakin sulit bahan pelajaran, makin lambat untuk mempelajarinya.
Bahan yang sulit membutuhkan aktivitas belajar yang lebih intensif.
3) Berartinya bahan pelajaran
Modal pengalaman yang diperoleh diwaktu sebelumnya menentukan
keberartian dari bahan yang dipelajari di waktu sekarang. Bahan yang
berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti
memungkinkan individu untuk belajar, karena individu dapat
mengenalnya.
4) Berat - Ringannya Tugas
Hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas
yang sama, kesukarannya berbeda bagi masing-masing individu.
5) Suasana Lingkungan Eksternal
Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain : cuaca
(suhu udara, mendung, hujan, kelembaban), waktu (pagi, siang, sore,
malam), kondisi tempat (kebersihan, letak sekolah, pengaturan fisik
kelas, ketenangan, kegaduhan), penerangan (berlampu, bersinar
matahari, gelap, remang-remang), dan sebagainya. Faktor-faktor ini
mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya,
b. Faktor-Faktor Metode Belajar
Metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi
proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut :
1) Kegiatan berlatih atau praktek
Jam pelajaran atau latihan yang terlalu panjang kurang efektif. Semakin
pendek-pendek distribusi waktu untuk bekerja atau berlatih, semakin
efektiflah pekerjaan atau latihan itu. Kegiatan berlatih secara marathon
baru dimungkinkan, apabila tugas mudah dikenal, tugas mudah
dilakukan, materi pernah dipelajari sebelumnya.
2) Overlearning dan Drill
Overlearning dilakukan untuk mengurangi kelupaan dalam mengingat
keterampilan-keterampilan yang pernah dipelajari tetapi dalam sementara
waktu tidak dipraktekkan. Overlearning berlaku untuk latihan
keterampilan motorik sementara drill berlaku untuk latihan kemampuan
abstrak.
3) Resitasi selama belajar
Kombinasi kegiatan membaca dan resitasi sangat bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan membaca atau menghafalkan bahan
pelajaran. Dalam praktek, setelah diadakan kegiatan membaca,
kemudian si pelajar berusaha menghafalkan tanpa melihat bacaannya,
lalu dapat dilanjutkan ke bahan berikutnya dan seterusnya.
Pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah
penting. Dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai, seseorang
akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.
5) Belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian
Apabila kedua prosedur dipakai secara simultan, belajar mulai dari
keseluruhan ke bagian-bagian adalah lebih menguntungkan dari pada
belajar mulai dari bagian-bagian. Hal ini dapat dimaklumi, karena
dengan mulai dari keseluruhan, individu menemukan set yang tepat
untuk belajar.
6) Penggunaan modalitas indra
a) Oral : dalam membaca diperlukan membaca atau mengucapkan
materi, atau mendengarkan bacaan atau ucapan orang lain.
b) Visual : dalam belajarnya harus banyak menggunakan fungsi
penglihatan.
c) Kinestetik : belajar dengan banyak menggunakan fungsi motorik.
7) Penggunaan dalam belajar
Arah perhatian seseorang sangat penting bagi belajarnya.
8) Bimbingan dalam belajar
Bimbingan belajar yang terlalu banyak akan membuat si pelajar menjadi
9) Kondisi-kondisi insentif
Insentif adalah objek atau situasi eksternal yang dapat memenuhi motif
individu. Insentif bukan tujuan, tetapi alat untuk mencapai tujuan.
- Insentif instrinsik, yaitu situasi yang mempunyai hubungan
fungsional dengan tugas dan tujuan
- Insentif ekstrinsik, situasi atau objek yang tidak mempunyai
hubungan fungsional dengan tugas
c. Faktor-Faktor Individual
1) Kematangan
Kematangan memberikan kondisi di mana fugsi-fungsi fisiologis
termasuk system saraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Dengan
berkembangnya fungsi-fungsi otak dan system saraf, hal ini akan
menumbuhkan kapasitas mental seseorang dan mempengaruhi hal belajar
seseorang.
2) Faktor usia kronologis
Usia kronologis merupakan faktor penentu daripada tingkat kemampuan
3) Faktor perbedaan jenis kelamin
Fakta menunjukkan, bahwa tidak ada perbedaan yang berarti antara pria
dan wanita dalam hal inteligensi.
4) Pengalaman sebelumnya
Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi hal belajar yang
bersangkutan, terutama pada transfer belajarnya.
5) Kapasitas mental
Kapasitas adalah potensi untuk mempelajari serta mengembangkan
berbagai keterampilan/kecakapan. Akibat dari hereditas dan lingkungan,
berkembanglah kapasitas mental individu yang berupa inteligensi.
6) Kondisi kesehatan jasmani
Orang yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta
kelelahan tidak akan dapat belajar dengn efektif.
7) Kondisi kesehatan rohani
Gangguan serta cacat mental pada seseorang sangat mengganggu hal
belajar orang yang bersangkutan.
8) Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif, dan tujuan, sangat
mempengaruhi kegiatan hasil belajar. Motivasi adalah penting bagi
proses belajar, karena motivasi menggerakkan organism, mengarahkan
tindakan serta memilih tujuan belajar dirasa paling berguna bagi
D. Listrik Dinamis
1. Listrik Dinamis
Sumber yang digunakan dalam materi listrik dinamis ini adalah buku
fisika untuk Sma Kelas X semester 2 tulisan Marthen Kanginan.
Listrik dinamis mempelajari tentang muatan-muatan listrik yang
bergerak, yang menyebabkan munculnya arus listrik. Arus listrik adalah aliran
partikel-partikel bermuatan positif yang melalui konduktor (walau sesungguhnya
elektron-elektron bermuatan negatiflah yang mengalir melalui konduktor). Arus
listrik hanya mengalir dalam suatu rangkaian yang tertutup. Rangkaian tertutup
adalah suatu rangkaian yang bermula dari suatu titik, berkeliling dan akhirnya
kembali lagi ke titik tersebut.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hambatan Dalam Suatu Penghantar
Hambatan listrik penghantar bisa diperoleh dari pengukuran berbagai nilai
kuat arus I untuk berbagai nilai tegangan. Caranya dengan membuat grafik V
terhadap i. Nilai hambatan listrik sama dengan kemiringan dari gravik v
terhadap i (R = ).
V
I
Gambar 1. Grafik V versus I
Untuk suatu penghantar dari kawat logam, misalnya kawat tembaga, jika suhu
i atau R = adalah tetap. Secara umum, untuk kawat-kawat logam, makin besar
suhu, makin besar hambatan listriknya. Namun, untuk kebanyakan logam
paduan, misalnya konstanta, hambatannya hanya sedikit dipengaruhi oleh
perubahan suhu.
Analogi hambatan arus listrik dan hambatan lalu lintas.
Pertama, hambatan lalu lintas dipengaruhi oleh jenis jalan (jalan berbatu
berbeda dengan jalan beraspal). Pada hambatan listrik, jenis jalan ini analogi
dengan jenis bahan kawat (kawat tembaga berbeda dengan kawat besi). Jenis
kawat ini ditampilkan oleh besaran hambatan jenis kawat (lambang ). Tentu
saja makin besar hambatan jenis kawat , makin besar juga hambatan listriknya.
Kedua, hambatan lalu lintas dipengaruhi oleh panjang jalan. Makin
panjang jalan, tentu makin besar hambatan lalu lintasnya. Pada hambatan listrik,
panjang jalan ini analog dengan panjang kawat (lambang L). Jadi, makin
panjang kawat, makin besar juga hambatan listriknya.
Ketiga, hambatan lalu lintas dipengaruhi oleh luas jalan (lebar jalan).
Makin luas jalan makin kecil hambatan lalu lintas (yang berarti makin lancar
lalu lintasnya). Pada hambatan listrik luas jalan ini analog dengan luas
penampang kawat (simbol A). Makin besar luas penampang kawat, makin kecil
hambatan listriknya.
Dengan menganalogikan hambatan listrik dengan hambatan lalu lintas,
kita telah memperoleh tiga faktor yang mempengaruhi hambatan listrik seutas
(A). Dari penjelasan tentang ketiga faktor ini sebelumnya, dapatkah
diperkirakan suatu persamaan untuk menghitung hambatan listrik seutas kawat.
Selain itu juga dapat dijelaskan dari pandangan mikroskopik terhadap
arus listrik. Dimana pada kawat penghantar, misalnya, kita dapat
membayangkan electron-elektron bebas bergerak kesana kemari dengan acak
dengan laju tinggi, terpantul dari atom-atom kawat. Ketika medan listrik ada
pada kawat, electron-elektron menerima gaya dan mulai dipercepat. Tetapi
mereka akan segera mencapai laju yang kurang lebih merupakan laju rata-rata
(disebabkan oleh tumbukan dengan atom-atom kawat), yang disebut sebagai laju
alir, vd. laju alir pada normalnya jauh lebih kecil dari dari laju acak rata-rata
electron (Giancoli, 2001: 81).
Kita misalkan sutu arus I pada kawat penghantar berpenampang lintang
A. Misalkan n adalah jumlah partikel-partikel pembawa muatan bebas per satuan
volume. Kita asumsikan bahwa m partikel membawa muatan q dan bergerak
dengan kecepatan drift (alir) vd. Dalam waktu elektron-elektron akan
menempuh jarak l= vd pada rata-ratanya. Maka dalam waktu ,
electron-elektron dengan volume V= Al = Avd akan melalui penampang lintang A dari
kawat tersebut. (Tipler, 2001: 139).
Maka dari itu, dapat diasumsikan bahwa dalam kawat penghantar
berpenampang A, juga memiliki hambatan jenis ( seperti jumlah
partikel-partikel pembawa muatan bebas per satuan volume (n), panjang kawat (L)
Oleh karena itu hambatan listrik seutas kawat dengan hambatan jenis ( )
, panjang L, dan luas penampang A dapat dihitung dengan:
Persamaan hambatan listrik ……….………..(7-1)
Penampang kawat berbentuk lingkaran dengan diameter D atau jari-jari r. tentu
saja luas penampang
………..(7-2)
Telah diketahui bahwa dalam SI, satuan hambatan R adalah ohm, satuan panjang
kawat L adalah m, dan satuan luas penampang A adalah m2.
3. Hukum I Kirchhoff
Kuat arus dalam rangkaian tidak bercabang.
A1
X
A2
X A3
X A4
Gambar 2. Semua bacaan ampermeter dari A1 sampai A4 adalah sama.
Dalam suatu rangkaian arus yang tidak bercabang, kuat arus yang melalui
Kuat arus pada rangkaian yang bercabang
Pada rangkaian listrik yang bercabang, jumlah kuat arus yang masuk
pada suatu titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik
cabang itu.
Gambar 3. Arus pada Rangkaian Bercabang
Hukum I Kirchhoff
………....(7-3)
4. Susunan Seri-Paralel Penghambat Listrik
Susunan Seri Penghambat Listrik
Penghambat-penghambat listrik, misalnya beberapa lampu pijar dapat
disusun seri. Dalam susunan seri, kuat arus yang melalui tiap-tiap
penghambat adalah sama besar.
Untuk penghambat-penghambat listrik yang disusun seri, hambatan
Gambar 4. Rangkaian seri
Hambatan Pengganti Seri .(7-4)
Persamaan (7-8) dengan jelas menyatakan bahwa susunan seri bertujuan
untuk memperbesar hambatan suatu rangkaian.
Empat prinsip susunan seri penghambat-penghambat listrik
a. Susunan seri bertujuan untuk memperbesar hambatan suatu
rangkaian.
b. Kuat arus yang melalui tiap-tiap penghambat sama, yaitu sama
dengan kuat arus yang melalui hambatan pengganti serinya.
………(7-5)
c. Tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama dengan
jumlah tegangan pada ujung-ujung tiap penghambat
……….....(7-6)
R1 R2 R3 R4
d. Susunan seri berfungsi sebagai pembagi tegangan, di mana
tegangan pada ujung-ujung tiap penghambat sebanding dengan
hambatannya.
Jika
………..(7-7)
Kelemahan susunan seri
Apabila sederetan lampu disusun secara seri, jika salah satu
filament lampu putus, maka seluruh lampu akan padam. Maka harus
memeriksa satu demi satu lampu tersebut untuk menemukan lampu yang
rusak, kemudian menggantinya dengan yang baru.
Susunan Paralel Penghambat-penghambat Listrik
Komponen-komponen listrik disebut disusun paralel jika
komponen-komponen tersebut dihubungkan sedemikian sehingga tegangan pada ujung
tiap-tiap komponen sama besar.
Untuk penghambat-penghambat listrik yang disusun paralel, kebalikan
hambatan penggantinya sama dengan jumlah kebalikan hambatan dari
V R3
R2
R1
Gambar 5. Rangkaian Paralel
Hambatan pengganti paralel ..(7-8)
Persamaan (7-12) dengan jelas menyatakan bahwa susunan parallel
bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu rangkaian.
Empat prinsip susunan paralel komponen-komponen
1. Susunan paralel bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu
rangkaian
2. Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama, yaitu sama dengan
tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti paralelnya.
……….………(7-9)
3. Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama dengan
jumlah kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sebanding dengan
……….……(7-10)
4. Susunan paralel berfungsi sebagai pembagi arus, di mana kuat arus
yang melalui tiap-tiap komponen sebanding dengan kebalikan
hambatannya.
……….………...(7-11)
Jika
Jika hanya dua komponen listrik dengan hambatan masing-masing
dan yang disusun parallel, tentu saja, persamaan (7-8) memberikan
Manfaat susunan paralel
Seperti telah dijelaskan dalam susunan seri, kegagalan salah satu
komponen akan memadamkan komponen-komponen lain yang masih
baik. Oleh karena itu, komponen-komponen listrik di rumah Anda
biasanya disusun secara paralel. Dalam susunan paralel, jika salah satu
komponen rusak atau gagal (misalnya filament lampu pijar putus),
komponen-komponen lain dalam rangkaian (TV, radio, dan kulkas)
E. Kaitan Teori dengan Langkah Penelitian
a. Metode Discovery
Metode Discovery merupakan metode yang digunakan sebagai treatment
dalam proeses penelitian yang akan di laksanakan di SMA Stella Duce 1
Yogyakarta.
b. Teori Listrik Dinamis
Listrik dinamis merupakan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian, selain itu listrik dinamis merupakan instrumen dalam penelitian
yang berupa pretest-posttest.
c. Teori belajar aktif dan prestasi belajar
Teori belajar aktif dan prestasi belajar digunakan untuk instsrumen dalam
31
BAB III
METODOLOGI
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang akan diteliti merupakan penelitian kuantitatif
eksperimental dengan design pretest-posstest kontrol group. Secara umum riset
kuantitatif adalah riset yang menggunakan data berupa skor atau angka, lalu
menggunakan analisis dengan statistik. Design pretest-posstest kontrol group adalah
penelitian yang terdiri dari dua group. Satu kelompok diberi treatmen dan yang lain
tidak. Lalu keduanya diukur dengan diberi pretest dan posttest untuk kedua group
(Suparno, 2010:142). Dengan skema sebagai berikut:
Treatmen group O X1 O
Kontrol group O X2 O
O adalah observation
X adalah treatmen
B. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 4 s/d 26 Mei 2012 di SMA Stella Duce 1
C. Populasi dan Sampel
Sampel merupakan suatu kelompok dimana informasi atau data didapatkan
(Suparno, 2010:43). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Stella
Duce 1 Yogyakarta dan sampel yang digunakan oleh peneliti berjumlah 99 siswa
yang terdiri dari siswa kelas XA, XB, dan XC SMA Stella Duce 1 Yogyakarta.
D. Treatment
Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang akan diteliti agar
nantinya didapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010 :51).
Peneliti menggunakan metode pembelajaran discovery sebagai treatment dengan
proses sebagai berikut :
1. Membagi siswa dalam 6 kelompok.
2. Siswa mendapatkan LKS dalam kelompok.
3. Siswa memahami perintah-perintah discovery dalam LKS.
4. Siswa melakukan discovery dalam kelompok.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai percobaan.
6. Siswa mendiskusikan data yang telah diperoleh dalam kelompok secara
bersama.
7. Siswa menemukan kesimpulan dari hasil discovery.
8. Bersama siswa menyimpulkan hasil discovery secara bersama dikaitkan
1. RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA STELLA DUCE 1
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/II
Materi Pembelajaran : Listrik Dinamis
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit
A. Standar Kompetensi :
5. Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan
berbagai produk teknologi
B. Kompetensi Dasar :
5.1 Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian listrik sederhana (satu loop)
C. Indikator :
1. Dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besar hambatan suatu
penghantar
2. Menjelaskan besar dan arah kuat arus listrik dalam rangkaian sederhana (satu loop)
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menjelaskan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar dalam materi
listrik dinamis
2. Siswa memiliki wawasan yang memadai tentang penerapan-penerapan listrik dalam
kehidupan sehari-hari
E. Materi Ajar
F. Metode Pembelajaran
Discovery
G. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Tabel 1. Pertemuan Pertama 2 X 45 Menit
Tahapan Kegiatan Alokasi waktu
Keterangan
Pendahuluan 1. Perkenalan
2. Menyampaikan KD 5.1
memformulasikan
besaran-besaran listrik rangkaian
listrik sederhana (satu
loop)
3. Menyampaikan bahan yang
akan dipelajari hari ini
yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi hambatan
suatu penghantar
4. Perkenalan bersama
anak-anak, memanggil nama
lengkap dan bertanya nama
3. Meminta siswa
4. Siswa mengerjakan LKS 1
tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi hambatan
suatu penghantar
5. Membahas LKS 1
6. Latihan soal, mengerjakan
1 soal latihan
10 menit
15 menit
10 menit
Penutup 1. Merangkum mata pelajaran
tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi hambatan
suatu penghantar
2. Memberiikan PR turunan
satuan
Tabel 2. Pertemuan Kedua 1x45 Menit
Tahapan Kegiatan Alokasi
waktu
Keterangan
Pendahuluan 1. Menyampaikan bahan
yang akan dipelajari
yaitu Hukum I Kirchhoff
2 menit
Kegiatan Inti 1. Mengerjakan LKS 2
tentang analogi hukum I
Kirchhoff
2. Membahas LKS 2
3. Mengerjakan LKS 3
tentang Hukum I
Penutup 1. Merangkum mata
pelajaran tentang
hukum I Kirchhoff
Tabel 3. Pertemuan ketiga 2x45 menit
Tahapan Kegiatan Alokasi
Waktu
Keterangan
Pendahuluan 1. Menyampaikan materi
yang akan dipelajari
tentang susunan seri
paralel penghambat
listrik
15 menit
Kegiatan Inti 1. Siswa mengerjakan LKS
4 tentang rangkaian
seri-paralel penghambat
listrik
2. Membahas LKS 4
3. Memberiikaan latihan
soal, 3 soal yang terdiri
dari soal seri dan paralel
4. Membahas bersama
Penutup 1. Merangkum pelajaran
tentang susunan
seri-paralel listrik
10 menit
Tabel 4. Pertemuan ke empat 1 x 45 menit
Tahapan Kegiatan Alokasi
Waktu
Keterangan
Pendahuluan Membagi soal Posttest 3 menit
Kegiatan Inti 1. Siswa mengerjakan
posttest
2. Siswa mengerjakan
angket
30 menit
10 menit
Penutup Sayonara 2 menit 45 menit
H. Alat/Sumber Belajar
Marthen Kanginan. 2002. Fisika 1B. Jakarta: Erlangga.
Mengetahui Yogyakarta, Mei 2012
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
2. LKS (Lembar Kerja Siswa)
LKS dalam pembelajaran ini terdiri dari 4 buah. LKS ini dibuat untuk
membantu siswa dalam pembelajaran materi listrik dinamis dengan metode
discovery.
LKS 1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hambatan Suatu Penghantar
1. Tujuan :
Siswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan suatu
penghantar
2. Alat dan bahan:
1) 1 set kawat dengan jenis bahan, diameter, dan panjang yang sama dan
berbeda
2) 1 buah Ohmmeter (Multimeter)
3. Prosedur percobaan
a) Siapkan Ohmmeter beserta kabel dan kawat yang hendak di ukur.
b) Memposisikan jarum Ohmmeter menunjuk pada angka nol dengan cara
menyentuhkan kedua soket dan memutar tombol pemutar pada
Ohmmeter hingga pas di nol.
c) Memilih batas ukur pada 10 kΩ, atau disesuaikan.
d) Lakukan pengukuran hambatan kabel dan catat hasilnya dalam tabel
Tabel 5. Tabel Data Praktikum Faktof-Faktor yang Menghambat
f) Buatlah kesimpulanmu mengenai percobaan ini.
g) Buatlah rumusan R dari hasil percobaanmu.
R
Ω
Gambar rangkaian
Cara membaca Ohm meter
LKS 2
Analogi Hukum I Kirchhoff
I. Tujuan :
Siswa dapat memahami Hukum I Kirchhoff tentang perjalanan arus, aliran
arus dan jumlah arus.
II. Alat dan bahan:
1. Bejana berhubungan
2. Gelas ukur besar dan kecil
3. Air
4. Pewarna
III. Prosedur percobaan
1. Isilah gelas ukur yang besar dengan air yang sudah diberi pewarna
secukupnya hingga dapat diketahui berapa liternya
2. Tempatkan gelas-gelas ukur yang kecil pada setiap mulut bejana
3. Masukkan air pada bejana tersebut
4. Amatilah apa yang terjadi
5. Ukurlah air yang berada dalam gelas ukur pada mulut-mulut bejana
kedalam tabel berikut :
Tabel 6. Tabel Data Praktikum Analogi Hukum I Kirchoff
No
Air awal
Sedotan 1 Sedotan 2 Sedotan 3 Sedotan 4 12 3
LKS 3
Hukum I Kirchhoff
1. Tujuan:
Siswa dapat semakin memahami Hukum I Kirchhoff
2. Alat dan bahan
1. Rangkailah alat seperti pada gambar dibawah.
2. Ukurlah besar arus total dan besar arus pada tiap-tiap hambatannya.
3. Catatlah hasil pengukuran dalam tebel berikut :
Tabel 7. Tabel Data Praktikum Hukum I Kirchoff
No Arus total i pada hambatan 2 i pada hambatan 3 1
2 3
4. Berikan kesimpulanmu mengenai percobaan tersebut
LKS 4
Susunan Hambatan Seri-Paralel Listrik
1. Diberikan rangkaian :
V=4V R1=2kΩ R2=2kΩ
a. Berapakah R totalnya? b. Berapakah besar I totalnya?
c. Berapakah besar I pada tiap-tiap hambatan? d. Berapakah besar V pada tiap-tiap hambatan? e. Buatlah kesimpulan mengenai R pada rangkaian.
f. Buatlah kesimpulan mengenai I pada rangkaian tersebut berdasar pada hasil pengukuranmu
g. Buatlah kesimpulan mengenai V pada rangkaian tersebut berdasar pada hasil pengukuranmu
2. Diberikan rangkaian
V=4V
R1=2kΩ
R2=2kΩ
a. Berapakah R totalnya? b. Berapakah besar I totalnya?
c. Berapakah besar I pada tiap-tiap hambatan? d. Berapakah besar V pada tiap-tiap hambatan? e. Buatlah kesimpulan mengenai R pada rangkaian.
f. Buatlah kesimpulan mengenai I pada rangkaian tersebut berdasar pada hasil pengukuranmu.
E. Instrument
Instrumen pengumpulan data yang berupa tes, yang terdiri dari pretest
posttest serta bentuk non tes yang berupa angket, pengamatan/observasi dan hasil
LKS.
1. Pretest posttest
Tes yang diberikan berupa tes uraian bebas. Menurut Kartika Budi
(2009:44) tes uraian bebas adalah tes uraian dimana siswa diberi kebebasan
sepenuhnya untuk mengungkapkan jawabannya.
Kisi-kisi tes uraian
Kisi-kisi tes uraian diturunkan dari indikatornya. Setiap soal yang disusun
dapat menunjukkan indikator tertentu.
Tabel 8. Kisi-Kisi Test Uraian.
Kompetensi Dasar Indikator Soal Indikator
yang
Apa yang akan terjadi pada hambatan (R) apabila
luas penampang bahan (A) diperbesar dan serta
L tetap ?
1
2. Menjelaskan
susun seri dan ujung-ujungnya di hubungkan pada
baterai 12 V.
Tentukanlah:
a. Besar hambatan pengganti seri
b. Kuat arus yang mengalir pada rangkaian
V= 12 V
R1= 4 Ω R2= 2 Ω
Gambar rangkaian
4. Tiga buah resistor masing-masing memiliki
hambatan 2 Ω dan terangkai seperti pada
rangkaian pada gambar dengan tegangan baterai 3
V.
Tentukanlah:
a. Besar hambatan total rangkaian
b. Kuat arus yang mengalir pada hambatan R2
R1 = 2 Ω
R2 = 2 Ω
R3 = 2 Ω
V= 3 V
Gambar rangkaian
5. Berapakah besar arus pada i3 seperti pada gambar
di bawah ini, menurut Hukum I Kirchhoff ?
6. Perhatikanlah gambar di bawah ini. Tentukan
besar kuat arus pada i3 dan i5 ?
i1 =9 A
i4=5A
i3 = …. ? i2 = 3 A
R2
R4
R5
V
R1 R3
7. Berapakah besar arus I2 seperti pada gambar
berikut?
R1 R2
I1=5A I2=?
V
2
Skoring
Penentuan bobot
- Soal no. 1, memerlukan satu langkah dan satu persamaan. Bobot soal 10.
Tabel 9. Skoring soal no 1
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan 0
Mengerjakan menulis diketahui secara lengkap 2
Menggunakan rumus pada soal nomor 2, tetapi tidak mengetahui apa itu , R,
L dan A. Hanya memasukkan angka-angkanya dan tidak selesai
menghitungnya. Hanya sebatas mengganti symbol dengan angka yang
sembarangan. memasukkan nilai A,diameter di jadikan A, nilai π dijadikan A. 3
Pengerjaan hingga pada rumus. Salah pada pengerjaan A. π dikalikan dengan
jari-jari tetapi jari-jarinya bukan merupakan setengah diameter melainkan 2x diameter, nilai π di kalikan jari-jari yang belum di ubah satuan dari mm menjadi m. dan tidak selesai mengerjakannya
5
Pengerjaan lebih lengkap, namun menjadikan diameter sebagai jari-jari 6
Seperti pada keterangan diatas menjadikan diameter sebagai jari-jari, tetapi
mengerjakannya lebih lengkap dengan menyertakan diketahui dan ditanya
yang lebih jelas
7
Memenuhi diketahui, ditanya dan jawab. Satuan tidak di ubah. Mengerjakan
hingga mendapatkan hasil. Dikarenakan lupa mengubah satuan maka hasil
tidak sesuai
8
Mendapatkan hasil yang benar. Namun tidak menyertakan diketahui, ditanya
dan dijawab secara lengkap.
9
- Soal no. 2, memerlukan pemahaman dan satu persamaan. Bobot soal 20.
Tabel 10. Skoring soal no 2
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan skor 0
Jawaban sama sekali tidak berhubungan 0
Menjawab sebatas menulis apa yang di ketahui dan di tanyakan lengkap 2
Menjawab dengan kalimat tetapi tidak benar 5
Menjawab dengan kalimat dan analogi, tetapi salah 7
Megerjakan sebatas analogi saja 10
Mengerjakan dengan analogi, tetapi ada tambahan kalimat 15
Mmengerjakan dengan analogi yang lebih jelas, tetapi belum menyimpulkan 18
Menjawab dengan menggunakan pengandaian angka. Dan jawabannya benar. 20
- Soal no. 3, memerlukan dua langkah dan dua persamaan. Bobot soal 15.
Tabel 11. Skoring Soal no 3
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan skor 0
Mengerjakan menulis diketahui secara lengkap 2
Menuliskan rumus, tetapi lupa apa itu I dan R 3
Menjawab soal a, tetapi tidak menuliskan rumusnya 5
Menjawab soal a dengan rumus lengkap 9
Menjawab soal a benar dan lengkap, dan mencoba menjawab soal b tetapi tidak selesai. Atau sebaliknya
10
Menjawab soal a dan b, tetapi salah satu soal a tidak di sertakan
rumusnya dan satuan
12
Menjawab benar namun ada yang soal a dan b tidak diberi satuan pada
hasil akhir, memberii satuan pada hasil akhir tetapi soal b tidak dituliskan
rumusnya serta prosedur menjawab kurang lengkap
13
Menjawab benar dan satuan tidak di beri pada salah satu jawaban 14
- Soal no. 4, memerlukan tiga langkah dan tiga persamaan. Bobot soal 25.
Tabel 12. Skoring Soal no 4
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan skor 0
Mengerjakan menulis diketahui secara lengkap 2
Mengerjakan dengan menuliskan sembarang rumus 3
Mengerjakan soal a, tetapi tidak selesai 5
Mengerjakan soal a dan b, tetapi soal a salah dan b hanya diketahui dan
tidak lengkap
7
Mengerjakan soal a saja, benar tetapi tidak lengkap 9
Mengerjakan soal a lengkap dan benar 10
Mengerjakan soal a lengkap dan benar dan menulis diketahui soal b 12
Mengerjakan soal a, mencoba menjawab soal b tetapi tidak hingga selesai 14
Mengerjakan soal a, mencoba menjawab soal b tetapi hingga selesai tetapi
tidak benar
15
Mengerjakan soal a, mencoba menjawab soal b benar dan lengkap, tetapi soal a
tidak lengkap
20
Mengerjakan soal a, mencoba menjawab soal b hingga selesai benar tetapi
kurang lengkap satuan
24
Mengerjakan soal a, soal b benar dan lengkap 25
- Soal no. 5, memerlukan satu langkah dan satu persamaan. Bobot soal 10.
Tabel 13. Skoring Soal no 5
Keterangan Skor
Tidak mengerjakan skor 0
Mengerjakan menulis diketahui secara lengkap 2
Mengerjakan dengan menuliskan rumus tetapi tidak selesai 3
Mengerjakan hanya menuliskan rumus lengkap 5