• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode Inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhEt (Circuit Construction Kit) terhadap prestasi belajar fisika di SMA Pangudi Luhur Sedayu Kelas X.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh metode Inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhEt (Circuit Construction Kit) terhadap prestasi belajar fisika di SMA Pangudi Luhur Sedayu Kelas X."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

vii

ABSTRAK

Onto Kisworo. 2012. Pengaruh Metode Inquiry Berbasis Media Pembelajaran Simulasi PhET (Circuit Construction Kit) Terhadap Prestasi Belajar Fisika di SMA Pangudi Luhur Sedayu Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui dengan metode inquiry berbasis media simulasi PhET dapat meningkatan prestasi belajar siswa dan (2) untuk mengetahui terdapat perbedaan signifikan atau tidak antara siswa memakai simulasi komputer dengan siswa yang memakai alat laboratorium tentang materi Hukum Ohm. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Sedayu.

Sampel penelitian adalah 66 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas XB dan 34 siswa kelas XC. Kelas XB menjadi kelompok Kelas Laboratorium dan kelas XC menjadi kelompok Kelas Simulasi. Kelompok Kelas Simulasi diberi treatment dengan melakukan praktikum sendiri-sendiri menggunakan simulasi komputer PhET dan kelompok Kelas Laboratorium diberi treatment dengan melakukan praktikum menggunakan alat-alat laboratorium secara berkelompok. Siswa kelompok Kelas Simulasi melakukan praktikum dengan menjalankan komputer sendiri.

Sebelum melakukan praktikum, kedua kelompok diuji dengan tes awal. Setelah diberi treatment siswa diuji dengan tes akhir. Tes awal dan tes akhir sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode inquiry berbasis media simulasi PhET, hasil skor yang diperoleh kelompok Kelas Simulasi perlu diuji dengan statistik Paired T-Test dan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dengan metode eksperimen di laboratorium menggunakan statistik T-test Independent.

Hasil penelitian adalah (1) metode inquiry berbasis media simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dapat meningkatan prestasi belajar siswa, ditunjukkan

dengan signifikansi (p = 0,000 < α = 0,05) dan rerata skor (skor rerata tes awal

(2)

viii

ABSTRACT

Onto Kisworo. 2012. The Effect of Inquiry–based Method Using Simulation PhET (Circuit Construction Kit) Use on The Tenth Grade Students’ Learning Achievement Physics in Pangudi Luhur Sedayu Senior High School. Physics Education Study Program, Department of Mathematical and Natural Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The research was intended to know (1) whether the inquiry-based PhET

computer simulations could improve students’ learning achievement and (2)

whether the result of the achievement test Ohm Law concepts showed a significant difference between the student who used computer simulations and those who used laboratory equipments. This research was quantitative research which was conducted in Pangudi Luhur Sedayu high school.

The research sampels were 66 students of tenth grade students, consisting of 32 students from XB and 34 students from XC. Students while XC was the simulation class. The simulation class was given a treament to practice using PhET computer simulation, while the laboratory class was aksed to practice using laboratory equipments in group. The simulation class conducted practice by operating the computer simulation by themselve.

Prior to the practice both groups were given pretest. After the treatment, both of groups were given a posttest. The pretest and posttest had been verified for their validity and reliability.

A paired t-test was employed to know the improvement of the students’

learning achievment, while an independent t-test was using to find out the significant difference in the result achievement tests on Omh Law concepts between students in the simulation group and those using laboratory equipments.

The result showed that (1) the inquiry-based method using PhET computer

simulation could increase students’ learning achievement; and (2) there was a

significant difference between the inquiry-based method using PhET computer simulation and the laboratory equipment method. Inquiry–based method using

simulation PhET performed better in improving students’ learning achievement

(3)

PENGARUH METODE INQUIRY BERBASIS MEDIA

PEMBELAJARAN SIMULASI PhET (CIRCUIT

CONSTRUCTION KIT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR

FISIKA DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU KELAS X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Onto Kisworo NIM: 081424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH METODE INQUIRY BERBASIS MEDIA

PEMBELAJARAN SIMULASI PhET (CIRCUIT

CONSTRUCTION KIT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR

FISIKA DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU KELAS X

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Onto Kisworo NIM: 081424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

vii

ABSTRAK

Onto Kisworo. 2012. Pengaruh Metode Inquiry Berbasis Media Pembelajaran Simulasi PhET (Circuit Construction Kit) Terhadap Prestasi Belajar Fisika di SMA Pangudi Luhur Sedayu Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui dengan metode inquiry berbasis media simulasi PhET dapat meningkatan prestasi belajar siswa dan (2) untuk mengetahui terdapat perbedaan signifikan atau tidak antara siswa memakai simulasi komputer dengan siswa yang memakai alat laboratorium tentang materi Hukum Ohm. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Sedayu.

Sampel penelitian adalah 66 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas XB dan 34 siswa kelas XC. Kelas XB menjadi kelompok Kelas Laboratorium dan kelas XC menjadi kelompok Kelas Simulasi. Kelompok Kelas Simulasi diberi treatment dengan melakukan praktikum sendiri-sendiri menggunakan simulasi komputer PhET dan kelompok Kelas Laboratorium diberi treatment dengan melakukan praktikum menggunakan alat-alat laboratorium secara berkelompok. Siswa kelompok Kelas Simulasi melakukan praktikum dengan menjalankan komputer sendiri.

Sebelum melakukan praktikum, kedua kelompok diuji dengan tes awal. Setelah diberi treatment siswa diuji dengan tes akhir. Tes awal dan tes akhir sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode inquiry berbasis media simulasi PhET, hasil skor yang diperoleh kelompok Kelas Simulasi perlu diuji dengan statistik Paired T-Test dan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dengan metode eksperimen di laboratorium menggunakan statistik T-test Independent.

Hasil penelitian adalah (1) metode inquiry berbasis media simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dapat meningkatan prestasi belajar siswa, ditunjukkan

dengan signifikansi (p = 0,000 < α = 0,05) dan rerata skor (skor rerata tes awal

(11)

viii

ABSTRACT

Onto Kisworo. 2012. The Effect of Inquiry–based Method Using Simulation PhET (Circuit Construction Kit) Use on The Tenth Grade Students’ Learning Achievement Physics in Pangudi Luhur Sedayu Senior High School. Physics Education Study Program, Department of Mathematical and Natural Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

The research was intended to know (1) whether the inquiry-based PhET

computer simulations could improve students’ learning achievement and (2)

whether the result of the achievement test Ohm Law concepts showed a significant difference between the student who used computer simulations and those who used laboratory equipments. This research was quantitative research which was conducted in Pangudi Luhur Sedayu high school.

The research sampels were 66 students of tenth grade students, consisting of 32 students from XB and 34 students from XC. Students while XC was the simulation class. The simulation class was given a treament to practice using PhET computer simulation, while the laboratory class was aksed to practice using laboratory equipments in group. The simulation class conducted practice by operating the computer simulation by themselve.

Prior to the practice both groups were given pretest. After the treatment, both of groups were given a posttest. The pretest and posttest had been verified for their validity and reliability.

A paired t-test was employed to know the improvement of the students’

learning achievment, while an independent t-test was using to find out the significant difference in the result achievement tests on Omh Law concepts between students in the simulation group and those using laboratory equipments.

The result showed that (1) the inquiry-based method using PhET computer

simulation could increase students’ learning achievement; and (2) there was a

significant difference between the inquiry-based method using PhET computer simulation and the laboratory equipment method. Inquiry–based method using

simulation PhET performed better in improving students’ learning achievement

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengajukan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika. Begitu besar bantuan dan dukungan yang sangat berguna bagi kemajuan penulis untuk berkarya menjadi seorang guru. Penulis mengucapkan terima kasih, kepada:

1. Drs. A. Atmadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang mengarahkan dengan baik.

2. Rohandi, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar membimbing dan memberikan nasehat-nasehat yang berguna dalam penulisan skripsi maupun dalam menjadi seorang guru.

3. Br. Agustinus Mujiya, S.Pd, FIC, selaku Kepala Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur sedayu yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu dan menerima penulis dengan ramah.

4. FX. Purwonggo, S.Pd, selaku guru fisika Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Sedayu yang membimbing selama persiapan penelitian.

5. Agustinus Suradi, S.Kom, selaku guru komputer Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur Sedayu yang membantu kesiapan komputer selama penelitian.

6. Guru-guru dan Karyawan Sekolah Menengah Atas Pangudi Luhur sedayu yang ramah.

7. Siswa-siswi kelas XB dan XC SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Pelajaran 2011/2012 yang cukup antusias dalam penelitian.

8. Theresia Gusti Putu Yuniari dan teman-teman Pendidikan Fisika yang memberikan dukungan.

(13)

x

Semoga kebaikan dari pihak-pihak tersebut mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... .... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...… ii

HALAMAN PENGESAHAN...… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...…... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vi

ABSTRAK...… vii

ABSTRACT...…... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI...… xi

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR GAMBAR……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah……… 4

C. Tujuan Penelitian………. 4

D. Batasan Masalah……….. 4

(15)

xii

BAB II LANDASAN TEORI………...……… 6

A. Metode Inquiry………. 6

B. Simulasi Komputer PhET (Circuit Construction Kit).……… 7

C. Metode Eksperimen di Laboratorium………...………. 14

D. Pengertian Belajar……….... 16

E. Pengertian Konsep………...………. 16

F. Prestasi Belajar………. 17

G. Hukum Ohm………. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...……….. 19

A. Desain Penelitian……….. 19

B. Sampel………. 19

C. Treatment………. 20

1. Treatment pada Kelompok Kelas Laboratorium………. 20

2. Treatment pada Kelompok Kelas Simulasi………. 21

D. Instrumen………. 23

E. Uji Instrumen………..……. 25

F. Metode Pengumpulan Data………..…… 28

G. Metode Analisis Data………..……. 30

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA………...……… 32

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian………...………... 32

1. Pelaksanaan Pembelajaran di Laboratorium………... 32

2. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Simulasi PhET….…... 33

B. Hasil Penelitian………...………... 35

1. Kelompok Kelas Laboratorium………...………... 35

a. Tes Awal……….……...………... 35

(16)

xiii

c. Hasil Uji T-Test……….……...………... 37

d. Paparan Kualitatif Selama Proses Belajar di Laboratorium……. 38

e. Pembahasan……….……...………... 42

2. Kelompok Kelas Simulasi………...………... 44

a. Tes Awal……….……...………... 44

b. Tes Akhir……….……...………... 44

c. Hasil Uji T-Test……….……...………... 45

d. Paparan Kualitatif Selama Proses Belajar Menggunakan Simulasi……….……...………... 46

e. Pembahasan……….……...……….... 50

C. Perbedaan antara Metode Eksperimen di Laboratorium dengan Metode Inquiry Berbasis Media Pembelajaran Simulasi PhET………... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..………...………. 59

A. Kesimpulan………..………...………... 59

B. Saran………....………...………... 60

DAFTAR PUSTAKA………...………...………. 62

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Materi Hukum Ohm...…... 25

Tabel 2: Hasil Output SPSS 16 Deskripsi Tes Awal Kelompok Kelas Laboratorium... 35

Tabel 3: Hasil Output SPSS 16 Deskripsi Tes Akhir Kelompok Kelas Laboratorium... 36

Tabel 4: Hasil T-Test Kelompok Kelas Laboratorium...……... 37

Tabel 5: Hasil Output SPSS 16 Deskripsi Tes Awal Kelompok Kelas Simulasi... 44

Tabel 6: Hasil Output SPSS 16 Deskripsi Tes Akhir Kelompok Kelas Simulasi... 44

Tabel 7: Hasil T-Test Kelompok Kelas Simulasi...………... 45

Tabel 8: Hasil T-Test Tes Awal Kedua Kelompok... 52

Tabel 9: Hasil T-Test Tes Akhir Kedua Kelompok... 53

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Tampilan simulasi Circuit Construction Kit..………...…... 9

Gambar 2: Grafik hubungan antara V dan I...………... 18

Gambar 3: Tampilan simulasi pada layar monitor dan fungsinya..…... 22

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Silabus...………...…... 65

Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas XB....………... 66

Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas XC....………... 73

Lampiran 4: Lembar Kerja Siswa Kelas XB....…...……... 80

Lampiran 5: Lembar Kerja Siswa Kelas XC....………... 83

Lampiran 6: Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Kelas XB....………... 86

Lampiran 7: Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa Kelas XC....………... 89

Lampiran 8: Soal Tes Awal (Pre-test)... 92

Lampiran 9: Soal Tes Akhir (Post-test)....………... 94

Lampiran 10: Kunci Jawaban Tes....………... 96

Lampiran 11: Hasil Skor Kelompok Kelas Laboratorium dan Kelompok Kelas Simulasi....……...…... 98

Lampiran 12: Analisis Validitas Isi....……...…... 99

Lampiran 13: Analisis Reliabilitas....………... 100

Lampiran 14: Lembar Observasi....………... 103

Lampiran 15: Hasil Observasi....………... 104

Lampiran 16: Hasil Wawancara....…....…...…... 106

Lampiran 17: Penilaian Rater 1....………... 109

(20)

xvii

Lampiran 19: Surat Ijin Penelitian....………... 115

Lampiran 20: Soal Latihan Simulasi PhET...………... 116

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di SMA telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga tujuan pendidikan di SMA lebih menekankan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa setelah mengalami pembelajaran. Penekanan pada kompetensi sangat penting dalam pendidikan di SMA, khususnya dalam pendidikan fisika. Tekanan kompetensi sangat menuntut guru fisika untuk kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang benar-benar dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa secara signifikan. Dengan demikian sangat penting bagi guru fisika untuk berusaha mengembangkan proses belajar mengajar (PBM) yang dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

(22)

terkikis dan hilang. Keasyikan dalam mempelajari konsep-konsep fisika juga akan hilang.

Dari hasil observasi awal dan wawancara guru di lokasi penelitian ditemukan bahwa metode ceramah masih sering digunakan di sekolah. Guru memaparkan bahwa metode eksperimen di laboratorium juga diterapkan di sekolah walau tidak sering. Contoh yang telah dilaksanakan adalah praktikum tentang Kalor. Untuk praktikum tentang Hukum Ohm juga pernah dilakukan. Selama observasi awal ditemukan bahwa sekolah memiliki keterbatasan alat sehingga praktikum dilakukan secara berkelompok. Keadaan demikian menjadikan proses inkuiri dalam praktikum belum optimal bagi setiap siswa. Dalam pendidikan sains, pembelajaran menggunakan metode inquiry di laboratorium merupakan hal utama untuk dikembangkan.

(23)

Salah satu simulasi komputer adalah simulasi Circuit Construction Kit yang dikembangkan oleh Physics Education Technology (PhET). Simulasi PhET adalah simulasi yang dapat menunjang pembelajaran, seperti memberikan kesempatan belajar tentang konsep-konsep fisika dengan nyaman, menantang dan tepat (Wieman, Adams & Perkins, 2008: 682-683). Simulasi PhET dapat menjadi alat yang sangat membantu dalam pengajaran fisika namun perlu diperhatikan dalam mendesain, menguji, dan menggunakannya secara efektif dengan kompetensi pedagogik (Wieman, Perkins & Adams, 2008: 398). Dengan demikian, guru fisika dapat merencanakan pembelajaran dan mengembangkan proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

(24)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi Hukum Ohm?

2. Apakah ada perbedaan prestasi siswa yang signifikan antara siswa metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dan siswa metode eksperimen di laboratorium?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui, apakah metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi Hukum Ohm.

2. Mengetahui, apakah ada perbedaan prestasi siswa yang signifikan antara siswa metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dan siswa metode eksperimen di laboratorium.

D. Batasan Masalah

(25)

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi siswa SMA

Manfaat yang dapat diambil bagi siswa adalah siswa mengalami peningkatan prestasi belajar tentang materi Hukum Ohm dengan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit).

2. Manfaat bagi Sekolah

Dengan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) ini dapat dijadikan alternatif pilihan dalam mengajar.

3. Manfaat bagi peneliti

(26)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Inquiry

Suparno (2007: 65) menjelaskan metode inquiry (penyelidikan) adalah salah satu metode mengajar yang sangat konstruktivistis, di mana dalam metode pengajaran menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat pada keaktifan siswa. Siswa diminta belajar mandiri. Belajar mandiri mengandalkan inisiatif pribadi dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mendayagunakan sumber-sumber belajar, baik yang berupa materi atau yang berasal dari orang lain, memilih dan menerapkan strategi belajar tertentu dan mengevaluasi hasil belajar (Sudarmanto, 1993: 2-3).

(27)

Kindsvatter, Wilen, & Ishler (1996: 263-267) menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan metode inquiry dalam Suparno (2007: 66-67) yaitu pertama menentukan persoalan yang ingin dipecahkan dengan metode inquiry. Langkah berikutnya siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang persoalan itu. Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis benar atau tidak. Dari data dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan dicocokan dengan hipotesis, apakah hipotesis diterima atau tidak.

B. Simulasi Komputer PhET (Circuit Construction Kit)

(28)

Lebih dari 80 simulasi telah dikembangkan. Simulasi dapat diunduh secara gratis lewat internet di alamat http://phet.colorado.edu. Wieman et al. (2010: 225) menjelaskan bahwa keunikan simulasi adalah dapat digunakan dalam beberapa metode pembelajaran, seperti ceramah dengan demonstrasi, pekerjaan rumah (PR), kelompok belajar dan eksperimen.

Simulasi Circuit Construction Kit adalah salah satu simulasi laboratorium dari PhET (dapat dilihat pada Gambar 1). Dalam simulasi Circuit Construction Kit terdapat tempat bagi siswa untuk merangkai rangkaian listrik sederhana. Jadi, siswa dapat merangkai komponen-komponen, seperti bola lampu, hambatan, baterai, saklar dan kabel. Tayangan nyata voltmeter dan ampermeter digunakan untuk mengukur tegangan dan arus listrik. Dalam simulasi ditayangkan aliran elektron yang melewati rangkaian dan sekaligus tetap dapat mengatur hambatan pada komponen (termasuk bola lampu) atau tegangan baterai pada saat elektron mengalir. Simulasi juga menayangkan peristiwa baterai terbakar bila arus sangat besar. Elektron yang bergerak dalam rangkaian, cahaya lampu dan energi yang hilang, sesuai dengan Hukum Kirchoff. Perkins et al. (2006: 18) menjelaskan bawah simulasi secara khusus dibuat dengan desain yang mendukung siswa untuk mengkonstruksi sebuah pemahaman konsep fisika melalui penelusuran.

(29)

bagaimana untuk mengaturnya, atau belajar bagaimana tindakan yang harus dilakukan bila berada pada situasi yang berbeda. Jadi tujuannya adalah untuk membantu pelajar membangun pengetahuan mereka sendiri dari sebuah kejadian atau langkah-langkah, memberikan kesempatan bagi mereka untuk menjelajahi, berlatih, menguji, mengembangkan pengetahuan secara aman dan tepat.

Simulasi Circuit Construction Kit telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sehingga memberikan kemudahan bagi siswa untuk mengerti nama-nama dari berbagai ikon pada simulasi. Dalam menampilkan simulasi ini bila tidak terkoneksi dengan internet diperlukan program Java. Program Java harus diinstall terlebih dahulu. Program Java dapat diunduh secara gratis melalui internet di alamat http://java.com/en/download/index.jsp.

(30)

Suparno (2007: 108) menjelaskan secara sederhana, simulasi komputer adalah model pembelajaran menggunakan program komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika, tidak lewat percobaan di laboratorium, tetapi lewat monitor komputer dan siswa dapat mempelajari dari simulasi itu. Dalam simulasi fisika, sebuah objek atau peristiwa fisika ditayangkan kembali lewat layar komputer, memberikan sebuah kesempatan bagi pengguna untuk mempelajarinya (Alessi & Trollip, 2001: 215). Dalam simulasi itu siswa dapat memanipulasi berbagai variabel, mengumpulkan data, menganalisis data dan mengambil kesimpulan. Dengan proses belajar seperti ini tampak jelas bahwa simulasi komputer merupakan pembelajaran yang konstruktivis karena siswa berproses sendiri membangun pengetahuan mereka (Suparno, 2007: 108).

Beberapa keuntungan pembelajaran menggunakan simulasi komputer, sebagai berikut:

1. Wieman et al. (2010: 225) menjelaskan bahwa simulasi dapat digunakan dengan beberapa metode pembelajaran, seperti ceramah dengan demonstrasi, sebagai pekerjaan rumah (PR), kelompok belajar dan eksperimen.

(31)

3. Dapat mensimulasikan percobaan yang sulit dan alatnya mahal dengan cara yang murah.

4. Natural feedback dalam simulasi adalah umpan balik dari simulasi yang mirip atau serupa dengan apa yang terjadi di dunia nyata. Keuntungan natural feedback adalah lebih menyenangkan, lebih menantang, lebih menarik, dan dapat meningkatkan transfer belajar (Alessi & Trollip, 2001: 254-256).

5. Artificial feedback dapat juga ditunjukkan dengan teks peringatan, yang tidak terjadi di dunia nyata (Alessi & Trollip, 2001: 254).

6. Umpan balik langsung yang diberikan oleh simulasi kepada pengguna sekalipun berupa artificial, hal ini berguna untuk mencegah terjadinya kesalahan dan meningkatkan efisiensi pembelajaran (Alessi & Trollip, 2001: 256).

7. Kejadian mikro dapat diperlihatkan simulasi sehingga siswa lebih ingin tahu untuk memperbaiki konsepnya menjadi lebih lengkap.

8. Penggunaan simulasi komputer ini sangat menguntungkan karena siswa dapat melakukannya sendiri berkali-kali. Dengan demikian mereka dapat mengerti konsep yang dipelajari secara tepat (Suparno, 2007:108).

(32)

10. Perkins et al. (2006: 22) menjelaskan bahwa dengan simulasi ini siswa dapat melakukan penelusuran dan mengkonstruksi pemahaman konsep fisika dengan peralatan yang ideal sebelum melakukan eksperimen dengan peralatan yang sesungguhnya.

Simulasi komputer juga dapat digunakan sebagai pengganti percobaan di laboratorium karena berbagai alasan yaitu:

1. Alessi & Trollip (2001: 226-228) menjelaskan keuntungan belajar lewat simulasi komputer daripada dunia nyata, sebagai berikut:

a. Keamanan saat melakukan eksperimen.

b. Dapat mengatur waktu dengan mempercepat proses kejadian yang membutuhkan waktu lama bila terjadi di dunia nyata. Dan dapat diperlambat untuk melihat gerakan yang di dunia nyata sangat cepat dan sulit untuk diamati.

c. Kerapkali penting untuk belajar bagaimana sepakat dengan peristiwa-peristiwa yang jarang ditemui. Di dalam simulasi, hal ini dapat terjadi dan dapat diulang-ulang seperlunya untuk memastikan bahwa pelajar dapat sepakat dengan peristiwa itu.

(33)

e. Perbedaan jenis kerumitan adalah jumlah dari variabel dalam sebuah kejadian. Kejadian-kejadian dalam ilmu pengetahuan alam (IPA) memiliki ratusan variabel di dunia nyata dan menyebabkan dampak yang berkaitan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Simulasi setuju hanya dengan variabel yang lebih penting, hal ini memberikan pengaruh yang besar pada hasil belajar. Sebagai alat pengajaran suatu penyederhanaan dari dunia nyata sering bermanfaat karena pelajar cenderung bingung dengan banyaknya jumlah variabel yang harus dijaga.

f. Simulasi lebih baik daripada alat yang sesungguhnya. Karena simulasi lebih murah, dapat digunakan kapan saja, dan dapat diulang-ulang.

g. Simulasi juga lebih dapat dikontrol daripada dunia nyata. Sudah disebutkan bahwa simulasi bukan hanya sebuah tiruan dari dunia nyata, tetapi penyederhanaan dari dunia nyata. Hal-hal di dunia nyata bersifat tidak dapat dihindari, kesemuannya jelas termasuk bagian-bagian kecil sehingga dunia nyata tidak bisa untuk dikontrol. Penyederhanaan juga menguntungkan, seperti seseorang belajar lebih cepat bila bagian-bagian kecil di awal petunjuk dihilangkan. 2. Alatnya tidak lengkap sehingga percobaan tidak berjalan dengan baik. 3. Simulasi Circuit Construction Kit dapat menggantikan alat-alat di

(34)

4. Proses merangkai dan membuat percobaan berfungsi kadang memakan waktu sangat lama dan lambat, sehingga tidak efektif dalam menanamkan suatu konsep. Siswa cenderung lebih banyak melakukan penelusuran menggunakan simulasi daripada peralatan laboratorium (Wieman & Perkins, 2006: 292).

5. Beberapa peralatan laboratorium sangat mahal atau bahkan tidak mungkin disediakan untuk setiap sekolah, sehingga percobaan tidak dapat dibuat.

Kelemahan pembelajaran menggunakan simulasi PhET adalah skill motorik mengenai cara merangkai alat dan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur listrik akan hilang.

C. Metode Eksperimen di Laboratorium

(35)

Model eksperimen yang dipakai adalah eksperimen terbimbing. Setiap siswa diberikan lembar kerja siswa (LKS) untuk membantu mengarahkan siswa dalam menyelidiki suatu hal. Bahan yang disajikan adalah bahan setengah jadi. Jadi siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terstruktur. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan siswa dapat memahami suatu objek kajian tertentu.

Keuntungan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, sebagai berikut:

1. Merupakan metode pembelajaran yang konstruktivis karena siswa dapat membangun pengetahuan dengan melakukan eksperimen; mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan.

2. Siswa mendapat skill motorik mengenai cara merangkai alat dan menggunakan alat ukur listrik, seperti voltmeter dan ampermeter.

Kelemahan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, sebagai berikut:

1. Alatnya tidak lengkap sehingga percobaan tidak berjalan dengan baik. 2. Proses merangkai dan membuat percobaan berfungsi kadang memakan

(36)

3. Beberapa peralatan laboratorium sangat mahal atau bahkan tidak mungkin disediakan untuk setiap sekolah, sehingga percobaan tidak dapat dilaksanakan.

D. Pengertian Belajar

Sudarmanto (1993: 2) menjelaskan belajar merupakan usaha menggunakan setiap sarana atau sumber, baik di dalam maupun di luar pranata pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi. Kegiatan belajar adalah aktivitas yang memanfaatkan energi yang ada guna menyerap pegetahuan. Kegiatan belajar mempunyai tujuan untuk memperoleh suatu informasi, pemahaman, atau suatu ketrampilan. Sudarmanto (1993: 12) menjelaskan hasil belajar dapat tercapai bila masalah fasilitas tidak timbul karena fasilitas yang nyaman untuk belajar dapat mempermudah dalam berkonsentrasi. Namun, bila timbul masalah pada fasilitas belajar maka waktu dan tenaga akan terbuang untuk mengurusi hal tersebut.

E. Pengertian Konsep

(37)

F. Prestasi Belajar

Prestasi belajar atau pencapaian belajar merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam penilaian. Nilai prestasi merupakan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Suharsimi, 2009: 276).

Data hasil belajar adalah keterangan kuantitatif mengenai hasil belajar siswa. Data hasil belajar dihasilkan dari pengukuran tes hasil belajar yang menghasilkan skor. Pengumpulan hasil belajar dilakukan dengan mengubah jawaban peserta tes ke dalam ukuran kuantitatif berdasarkan aturan skoring yang ditetapkan (Purwanto, 2009: 193).

G. Hukum Ohm

George Simon Ohm, seorang ilmuwan kebangsaan Jerman, pada tahun 1826 menemukan hubungan antara besarnya tegangan dan kuat arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian listrik. Selanjutnya penemuan dinamakan dengan Hukum Ohm, yang dinyatakan sebagai berikut:

Kuat arus listrik yang terjadi pada suatu penghantar berbanding lurus dengan tegangan kedua ujung penghantar.

(38)

Konstanta yang menyatakan perbandingan antara tegangan dan arus, oleh Ohm dinyatakan sebagai hambatan yang dimiliki oleh penghantar dan diberi simbol R. Jadi, persamaan 1 dapat ditulis menjadi:

= R ...(2)

atau

V = IR ...(3)

Keterangan:

V = tegangan (volt, V).

I = arus (amper, A).

R = hambatan penghantar (ohm,Ω ).

[image:38.595.71.520.193.728.2]

Hubungan antara tegangan V dan arus I, sebagaimana dinyatakan dalam Hukum Ohm, dapat dinyatakan dengan diagram V-I. Karena hubungan antara V dengan I linear maka diagram V-I cenderung garis lurus, seperti dilukiskan pada Gambar 2.

I V

0

(39)

19 BAB III

METODOLOGI

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan berupa riset quasi eksperimen yaitu desain Static Grup Pre-test-Post-test.

B. Sampel

Sampel dalam penelitian adalah siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu kelas XB dan XC. Kelas XB sebagai kelompok Kelas Laboratorium dan kelas XC sebagai kelompok Kelas Simulasi. Jumlah sampel yang memenuhi untuk kelompok Kelas Laboratorium ada 32 siswa dan jumlah sampel yang memenuhi untuk kelompok Kelas Simulasi ada 34.

O X1 O

Pre-test Treatment 1 Post-test

O X2 O

(40)

C. Treatment

1. Treatment pada Kelompok Kelas Laboratorium

Kelompok Kelas Laboratorium diberi treatment yaitu dengan mengajar siswa tentang materi Hukum Ohm menggunakan metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai). Siswa melakukan praktikum Hukum Ohm dengan menggunakan alat laboratorium dibantu dengan LKS (dapat dilihat pada lampiran 4). Penggunaan LKS dimaksudkan agar dapat membantu mempermudah siswa dalam melakukan percobaan dan menganalisis data. Sebelum praktikum, siswa tidak diberi pelatihan penggunaan alat. Hal ini dilakukan karena; 1) dalam setiap praktikum hukum Ohm di SMA, guru tidak memberikan pelatihan cara penggunaan alat-alat karena dirasa waktu cukup dan 2) siswa sudah terbiasa dengan alat-alat praktikum (seperti baterai, lampu dan kabel) dan juga pernah mendapat pelajaran tentang alat-alat listrik di SMP.

(41)

hipotesis, apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak. Kemudian LKS dikumpulkan dan guru menutup proses belajar mengajar.

2. Treatment pada Kelompok Kelas Simulasi

(42)
[image:42.595.67.521.103.670.2]

Gambar 3. Tampilan simulasi pada layar monitor dan fungsinya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa melakukan praktikum secara mandiri dengan pendampingan guru. Guru bertindak sebagai pengajar saat melakukan praktikum menggunakan simulasi. Setiap siswa memakai satu komputer dan menjalankan simulasi PhET (Circuit Construction Kit) sendiri. Siswa dibantu dengan LKS saat melakukan praktikum. Sebelum memulai simulasi, siswa mengidentifikasi masalah dan diminta untuk mengajukan hipotesis tentang persoalan itu. Kemudian siswa mencari dan mengumpulkan data untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Data selanjutnya dikelompokkan dan dianalisis untuk dirumuskan kesimpulan. Kesimpulan hasil analisis dicocokan dengan hipotesis, apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak. Kemudian LKS dikumpulkan dan guru menutup proses belajar mengajar.

Tempat siswa membuat rangkaian

(43)

D. Instrumen

Instrumen yang digunakan berupa soal-soal esai (uraian bebas) sebagai pre-test dan post-test (soal-soal dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9). Tes esai menurut Suparno (2010: 59) yaitu tes yang berbentuk pertanyaan dengan jawaban bebas. Keuntungan bentuk tes seperti ini adalah siswa dapat bebas mengeluarkan gagasannya sehingga dapat diketahui sejauh mana siswa memahami persoalan.

Instrumen diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu tes awal (pre-test) dan tek akhir (post-(pre-test). Tes awal dan tes akhir dibuat serupa dan memiliki bobot yang sama.

1. Tes Awal (pre-test)

[image:43.595.66.521.242.711.2]
(44)

2. Tes Akhir (post-test)

Tes akhir berjumlah 10 butir soal uraian. Tes ini diberikan kepada siswa setelah guru memberikan treatment. Hal ini untuk mengukur ada atau tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa setelah diberi treatment. Isi pokok tes adalah materi-materi Hukum Ohm yaitu hubungan antara tegangan, arus listrik dan hambatan, menentukan besar arus listrik, menentukan besar tegangan, menentukan besar hambatan, bentuk grafik Hukum Ohm, pengertian grafik Hukum Ohm, menyatakan kemiringan grafik Hukum Ohm dan menentukan kemiringan grafik Hukum Ohm. Tes akhir untuk kelompok Kelas Laboratorium dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2012 dan tes akhir untuk kelompok Kelas Simulasi dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 Mei 2012. Skor tes akhir yang diperoleh kedua kelompok terlampir pada lampiran 11.

3. Kompetensi Dasar dan Indikator Instrumen

Kompetensi dasar : 5.2 Mengidentifikasikan penerapan listrik sederhana DC dalam kehidupan sehari-hari.

Indikator :

1.1 Siswa memahami konsep Hukum Ohm.

1.2 Siswa menggunakan rumus Hukum Ohm.

(45)

4. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Materi Hukum Ohm.

No Indikator

Level Kognitif

Jml Nomor Butir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Siswa memahami konsep Hukum Ohm.

C6 C6 2

2 Siswa menggunakan

rumus Hukum Ohm. C3 C3 C3 C3 C3 C3 6

[image:45.595.69.520.177.575.2]

3 Siswa memahami grafik hubungan V terhadap I dengan R konstan.

C6 C2,C4 2

Jumlah Total 10

E. Uji Instrumen

Syarat instrumen yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur yaitu memiliki validitas, reliabilitas, pratikebel (praktis dan mudah digunakan) atau tidak membuang uang, waktu dan tenaga (Suharsimi, 2009: 57-63).

(46)

1. Uji Validitas

Validitas mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjukkan kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan peneliti. Validitas yang digunakan adalah Content Validity yaitu mengukur apakah isi dari instrumen yang digunakan akan sungguh mengukur isi domain yang mau diukur (Suparno, 2010: 68).

Cara mencari validitas isi adalah dengan dua orang ahli diminta menilai kesesuaian materi butir dengan kisi-kisinya pada 10 butir instrumen. Penilaian dilakukan dengan menentukan pilihan pada pilihan yang tersedia

yaitu “tidak sesuai”, “ragu”, “sesuai”. Skoring dilakukan dengan memberikan

skor -1 pada respon “tidak sesuai”, 0 pada respon “ragu”, dan +1 pada respon “sesuai”.

Perhitungan korelasi dilakukan dengan rumus product moment, sebagai berikut (Purwanto, 2007: 127):

= (∑ ) − (∑ )(∑ )

∑ − (∑ ) × ∑ − (∑ )

keterangan : N = jumlah butir soal.

X = skor yang diberikan rater 1.

(47)

Hasil korelasi skor kedua rater menunjukkan indeks korelasi hitung.

Hasil dikonfirmasikan tabel pada N = 10 dan α = 5%. Bila indek korelasi >

harga tabel maka dalam hal isi intrumen itu valid karena ada kesepakatan diantara para rater dalam hal materi yang diukur oleh instrumen.

Hasil korelasi kedua rater menunjukkan indeks korelasi hitung sebesar 1,0. Hasil konfirmasi tabel N = 10 dan = 0,05 menunjukkan harga tabel sebesar 0,632. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa dalam hal isinya instrumen tersebut valid karena adanya kesepakatan antara kedua rater dalam hal materi yang diukur oleh instrumen. Instrumen juga dinilai untuk beberapa aspek, seperti bahasa dan kalimat tanya. Hasil penilaian kedua rater adalah sangat baik. Hasil perhitungan validitas terlampir pada lampiran 12.

2. Uji Reliabilitas

Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan butir soal tes bentuk uraian adalah dengan rumus Alpha, sebagai berikut (Suharsimi, 2009: 109):

=

− 1× 1 − ∑

di mana: = koefisien reliabilitas yang dicari.

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item.

= varians total.

(48)

Koefisien reliabilitas dikonsultasikan dengan r product moment (Suharsimi, 2006: 188). Jika rhit > rtabel maka hasil pengukuran instrumen berkorelasi signifikan. Hal ini menunjukkan adanya kosistensi sehingga tes hasil belajar dapat dikatakan reliabel (Purwanto, 2009: 180).

Hasil Uji reliabilitas yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 April 2012 di kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu. Kemudian menggunakan rumus Alpha maka diperoleh koefisiensi reliabilitas (r ) = 0,471. Dari tabel person diketahui rtabel = 0,381, karenar > rtabelmaka secara signifikan dikatakan reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas terlampir pada lampiran 13.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau keterangan-keterangan sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian (Hasan, 2002: 83). Data diambil pada jam pelajaran dan di luar jam pelajaran fisika.

(49)

1. Penggunaan Tes

Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti. Instrumen yang berupa tes dapat mengukur kemampuan dasar dan pencapaian pemahaman.

2. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan dengan mengamati langsung keaktifan siswa dan bagaimana suasana selama proses belajar fisika. Terdapat pengamat yang mengamati di dalam kelas. Aspek-aspek yang diamati yaitu banyaknya pertanyaan siswa, jumlah siswa yang bertanya dan siswa yang menjawab pertanyaan. Pengamatan dilakukan berdasarkan lembar observasi.

3. Metode Pengumpulan dan Pemeriksaan Dokumen

(50)

4. Metode wawancara

Metode wawancara dilakukan setelah siswa mengerjakan tes akhir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk memperoleh informasi tentang keadaan siswa yang sebenarnya. Pertanyaan-pertanyaan meliputi, apakah dengan metode pembelajaran ini memudahkan siswa dalam memahami materi Hukum Ohm, siswa diminta memberikan contoh-contoh dan penjelasan.

Setiap kelompok diambil 3 siswa untuk diwawancarai. Dengan kriteria yaitu siswa yang memperoleh skor post-test tertinggi, skor post-test 10 atau mendekati 10 dan skor post-test terendah.

G. Metode Analisis Data 1. Analisis Bentuk Tes

Langkah-langkah dalam melakukan analisis data bentuk tes, sebagai berikut:

(51)

b. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dengan metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai), sebagai berikut:

1) Terlebih dahulu hasil tes awal yang diperoleh kedua kelompok perlu diuji dengan statistik T-test independent. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama atau tidak sebelum kedua kelompok diberi treatment dengan metode yang berbeda.

(52)

2. Analisis Data Kualitatif

(53)

33 BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Pelaksanaan Pembelajaran di Laboratorium

(54)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang cara pengukuran dan berdiskusi mengenai data yang diperoleh. Setelah selesai melakukan praktikum dan menganalisis data, siswa diminta untuk mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan. Guru selanjutnya menutup proses belajar mengajar.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Simulasi PhET

(55)

Proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan simulasi PhET pada tanggal 7 Mei 2012, pertama-tama guru membuka pelajaran dan menjelaskan tujuan praktikum. Kemudian guru menjelaskan dasar teori dan langkah-langkah dalam melakukan praktikum Hukum Ohm kepada siswa. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan konsep kepada siswa. Kemudian guru meminta siswa melakukan praktikum sesuai dengan LKS dan membagikan LKS. Peneliti membantu menjelaskan bagaimana mengisi LKS kepada siswa. Setiap siswa menjalankan simulasi dengan satu komputer. Siswa dengan tenang mengerjakan praktikum menggunakan simulasi. Pada akhir pelajaran, LKS dikumpulkan kepada guru.

B. Hasil Penelitian

1. Kelompok Kelas Laboratorium

a. Tes Awal

[image:55.595.70.520.279.675.2]

Deskripsi hasil tes awal yang diperoleh kelompok Kelas Laboratorium, sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Output Deskripsi SPSS 16.

(56)

diperoleh siswa adalah 3,5 dan skor tertinggi adalah 18,5. Skor rerata tes awal adalah 13,06 dan standar deviasi adalah 3,71. Skor rerata memberi gambaran mengenai pemahaman konsep Hukum Ohm sebelum siswa mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai).

b. Tes Akhir

[image:56.595.67.520.256.647.2]

Deskripsi hasil tes akhir yang diperoleh kelompok Kelas Laboratorium, sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Output Deskripsi SPSS 16.

(57)

c. Hasil Uji T-Test

[image:57.595.74.540.273.649.2]

Untuk mengetahui apakah metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi Hukum Ohm maka skor tes awal dan skor tes akhir yang diperoleh kelompok Kelas Laboratorium perlu diuji dengan statistik Paired T-Test. Hasil uji t-test untuk dua kelompok yang dependent menggunakan program SPSS 16 (confidence interval 95%), sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil T-Test Kelompok Kelas Laboratorium.

(58)

pre-test dan skor post-pre-test. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) terdapat peningkatan prestasi belajar siswa tentang materi Hukum Ohm, ditunjukkan dengan skor rerata post-test lebih tinggi daripada skor rerata pre-test.

d. Paparan Kualitatif Selama Proses Belajar di Laboratorium

Selain pengambilan data berupa tes juga menggunakan observasi, pemeriksaan dokumen tertulis, rekaman video dan wawancara. Hasil analisis dari data-data tambahan diperoleh hal-hal baik dan hal-hal yang perlu perhatian guru selama proses belajar di laboratorium.

(59)
(60)

data, ditunjukkan dengan siswa tidak mengubah-ubah data yang diperoleh. Siswa memasukan data dalam tabel pada LKS, ditunjukkan dengan di LKS banyak siswa memasukan data pada tabel. Data-data tersebut dibuat grafik oleh siswa, ditunjukkan dengan empat kelompok membuat grafik hubungan tegangan dan arus listrik pada LKS. Siswa menganalisis atau mencari penjelasan (arti) dari data-data tersebut, ditunjukkan dengan hampir seluruh siswa berdiskusi dengan anggota kelompok. Kelompok yang tidak yakin dalam menganalisis kemudian mengkonsultasikannya kepada guru, ditunjukkan dengan siswa menemui guru dan mengkonsultasikan hasil analisis kelompok. Terakhir siswa merumuskan kesimpulan dari data tersebut, ditunjukkan dengan empat kelompok membuat kesimpulan. Kelompok yang tidak yakin dengan kesimpulan yang telah dibuat dan mengkonsultasikan kepada guru, ditunjukkan dengan perwakilan kelompok menemui guru dan mengkonsultasikannya, salah satu contoh yaitu siswa menjelaskan bahwa data mereka menunjukkan arus yang semakin kecil.

[image:60.595.67.522.220.683.2]
(61)
(62)

laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai).

e. Pembahasan

Kelompok yang mengalami proses belajar menggunakan metode eksperimen di laboratorium terdapat peningkatan prestasi belajar tentang materi Hukum Ohm dari skor rerata dan signifikansi. Skor rerata tes awal adalah 13,06 dan skor rerata tes akhir adalah 14,39. Besar probabilitas yang diperoleh adalah 0,037 dengan tingkat kepercayaan 95%.

(63)

yang merupakan hal utama untuk dikembangkan. Selain dapat meningkatkan prestasi belajar, hasil penelitian menunjukkan juga bahwa metode eksperimen di laboratorium (walaupun dilakukan dalam keterbatasan alat dengan kualitas peralatan yang kurang memadai) juga dapat mengembangkan skill motorik mengenai cara merangkai alat dan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur listrik, dapat mengembangkan interaksi antara guru dan murid, dapat mengembangkan interaksi antara murid dan murid, dapat memberikan pengalaman belajar melalui metode ilmiah (proses inkuiri), dan dapat mengembangkan sikap kejujuran siswa saat memperoleh data.

(64)

2. Kelompok Kelas Simulasi

a. Tes Awal

Deskripsi hasil tes awal yang diperoleh kelompok Kelas Simulasi, sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Output Deskripsi SPSS 16.

Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan hasil penelitian berupa skor siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu. Skor terendah yang diperoleh siswa adalah 1 dan skor tertinggi adalah 16. Skor rerata tes awal adalah 11,93 dan standar deviasi adalah 3,88. Skor rerata memberi gambaran mengenai pemahaman konsep Hukum Ohm sebelum mengalami proses belajar menggunakan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET.

b. Tes Akhir

[image:64.595.67.524.181.718.2]

Deskripsi hasil tes akhir yang diperoleh kelompok Kelas Simulasi, sebagai berikut:

(65)

Hasil analisis pada Tabel 6 menunjukkan hasil penelitian berupa skor siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur Sedayu. Skor terendah yang diperoleh siswa adalah 4 dan skor tertinggi adalah 20. Skor rerata tes akhir adalah 16,13 dan standar deviasi adalah 3,56. Skor rerata memberi gambaran mengenai pemahaman konsep Hukum Ohm setelah mengalami proses belajar menggunakan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET.

c. Hasil Uji T-Test

[image:65.595.72.519.249.759.2]

Untuk mengetahui apakah metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tentang materi Hukum Ohm maka skor tes awal dan skor tes akhir yang diperoleh kelompok Kelas Simulasi perlu diuji dengan statistik Paired T-Test. Hasil uji t-test untuk dua kelompok yang dependent menggunakan program SPSS 16 (confidence interval 95%), sebagai berikut:

(66)

Hasil analisis (dapat dilihat pada Tabel 7) diperoleh t = -7,668 dan besar probabilitas = 0,000. Besar probabilitas (p = 0,000) < = 0,05 maka signifikan. Berarti terdapat perbedaaan rerata skor yang signifikan pada kelompok Kelas Simulasi antara skor pre-test dan skor post-test. Maka dapat disimpulkan bahwa setelah mengalami proses belajar menggunakan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET terdapat peningkatan prestasi belajar siswa tentang materi Hukum Ohm, ditunjukkan dengan skor rerata post-test lebih tinggi daripada hasil skor rerata pre-test.

d. Paparan Kualitatif Selama Proses Belajar Menggunakan Simulasi

Selain pengumpulan data berupa tes juga menggunakan observasi, pemeriksaan dokumen tertulis, rekaman video dan wawancara. Hasil analisis dari data-data tambahan diperoleh hal-hal baik dan hal-hal yang perlu perhatian guru selama proses pembelajaran menggunakan simulasi.

(67)

penjelasan guru, siswa menjawab pertanyaan konsep dari guru. Siswa aktif saat mengidentifikasi masalah dan membuat hipotesis, ditunjukkan dengan siswa tenang mengerjakan dan beberapa siswa tampak melakukan diskusi dengan teman. Selanjutnya siswa membuat rangkaian sesuai pada gambar rangkaian di LKS. Siswa yakin saat membuat rangkaian, ditunjukkan dengan siswa membuat rangkaian dengan tenang dan saat diwawancara siswa (dengan nilai terendah) memaparkan merasa aman saat melakukan praktikum. Alat-alat praktikum dapat berfungsi dengan baik selama proses pembelajaran, ditunjukkan dengan siswa mudah dalam membuat rangkaian listrik, kabel langsung kontak, siswa bisa menyesuaikan ukuran kabel, dan siswa bisa mencoba-coba merangkai tanpa ada peralatan yang rusak. Selama proses pembelajaran menggunakan simulasi masalah teknis hampir tidak ada, ditunjukkan dengan siswa cepat menyelesaikan praktikum. Saat pembelajaran siswa dapat melihat fenomena yang tidak mungkin dilihat secara langsung (misalkan adanya aliran muatan saat terjadi

(68)
(69)

Hukum Ohm berkembang pada saat prsoses belajar menggunakan simulasi, ditunjukkan dengan terdapat siswa yang bertanya apakah besar hambatan juga tetap bila dipasang dua lampu pada rangkaian. Waktu yang lebih dimanfaatkan oleh siswa dengan baik, ditunjukkan dengan siswa bermain-main membuat rangkaian yang lain setelah selesai melakukan praktikum. Hasil selama mengalami proses pembelajaran menggunakan simulasi adalah siswa memperoleh pemahaman konsep Hukum Ohm secara maksimal, ditunjukkan dengan siswa (dengan nilai tertinggi dan terendah) saat diwawancara memaparkan bahwa konsep hukum Ohm lebih lama tertanam pada diri siswa, sembilan dari sepuluh siswa yang miskonsepsi sudah menjawab benar pada soal nomer 1 dan sebagian besar siswa yang sebelumnya belum menjawab dengan benar telah bisa menjawab pertanyaan tentang grafik Hukum Ohm pada soal uraian nomer 9 dan 10.

(70)

e. Pembahasan

Kelompok yang mengalami proses belajar menggunakan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET terdapat peningkatan prestasi belajar tentang materi Hukum Ohm dari skor rerata dan signifikansi. Skor rerata tes awal adalah 11,96 dan skor rerata tes akhir adalah 16,13. Besar probabilitas yang diperoleh adalah 0,000 dengan tingkat kepercayaan 95%.

Pengalaman belajar melalui penerapan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET menunjukkan hasil penelitian berupa peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar setelah mengalami proses belajar menggunakan metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET dapat terjadi karena selama proses pembelajaran hampir tidak ada masalah teknis yang ditimbulkan alat (dapat difungsikan dengan baik) dan simulasi memberikan feed back yang optimal bagi siswa untuk dapat melaksanakan eksperimen secara tepat dan pengembangan konsep

dengan baik. Feed back yang optimal selama proses belajar memberikan siswa pengetahuan yang tepat (hampir tidak ada miskonsepsi tentang

pemahaman konsep). Sehingga selama proses pembelajaran menggunakan

simulasi banyak waktu interaksi belajar digunakan untuk membangun

pemahaman konsep yang optimal (tidak hanya untuk menyelesaikan masalah teknis bagaimana melakukan percobaan). Selain itu proses pembelajaran menggunakan simulasi dapat juga memfasilitasi siswa untuk

(71)

secara mandiri dan juga dapat disimulasikanfenomena yang tidak mungkin dilihat secara langsung oleh indra manusia (misalkan adanya aliran muatan

saat terjadi arus). Dengan proses belajar seperti ini tampak jelas bahwa metode inquiry berbasis media simulasi PhET memudahkan siswa dalam belajar memahami konsep Hukum Ohm dan bisa mengembangkan pemahaman konsep tentang kelistrikan atau bermain-main dengan membuat rangkaian yang lain sesuai keingintahuan siswa.

Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan selama proses belajar, seperti siswa tidak memiliki skill motorik mengenai cara melakukan pengukuran menggunakan alat ukur listrik sebagaimana alat dan rangkaian yang sesunggungnya.

C. Perbedaan antara Metode Eksperimen di Laboratorium dengan Metode

Inquiry Berbasis Media Pembelajaran Simulasi PhET

(72)
[image:72.595.67.520.123.604.2]

Tabel 8. Hasil T-Test Tes Awal

Hasil analisis (dapat dilihat pada Tabel 8) diperoleh besar t = 1,213 dan besar probabilitas = 0,229. Besar probabilitas (p = 0,229) > = 0,05 maka tidak signifikan. Berarti tidak ada perbedaan rerata untuk tes awal kedua kelompok. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa kedua kelompok memiliki pemahaman yang sama tentang materi Hukum Ohm sebelum kedua kelompok diberi treatment dengan metode yang berbeda.

(73)
[image:73.595.68.525.117.628.2]

Tabel 9. Hasil T-Test Tes Akhir

Hasil analisis (dapat dilihat pada Tabel 9) diperoleh besar t = -2,053 dan besar probabilitas 0,044. Besar probabilitas (p = 0,044) < = 0,05 maka signifikan. Berarti ada perbedaan skor rerata untuk tes akhir kedua kelompok. Kedua kelompok tersebut sebelumnya telah memiliki pengetahuan awal tentang konsep Hukum Ohm yang sama sehingga perbedaan ini disebabkan oleh penerapan metode yang berbeda.

(74)

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tentang materi Hukum Ohm.

Gambar 4. Grafik rerata skor yang diperoleh kelompok Kelas Laboratorium dan kelompok Kelas Simulasi.

Metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET lebih baik daripada metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) dalam hal meningkatkan prestasi belajar siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu tentang materi Hukum Ohm, hal ini disebabkan karena selama proses pembelajaran menggunakan simulasi hampir tidak ada masalah teknis yang ditimbulkan oleh alat (dapat difungsikan dengan baik) dan simulasi memberikan feed back yang optimal bagi siswa untuk dapat melaksanakan eksperimen secara tepat dan

pengembangan konsep dengan baik. Feed back yang optimal selama proses belajar memberikan siswa pengetahuan yang tepat (hampir tidak ada miskonsepsi tentang

(75)

banyak waktu interaksi belajar digunakan untuk membangun pemahaman konsep

yang optimal (tidak hanya untuk menyelesaikan masalah teknis bagaimana melakukan percobaan). Selain itu proses pembelajaran menggunakan simulasi dapat juga memfasilitasi siswa untuk mengembangun keingintahuannya melalui

proses yang dapat dilakukan secara mandiri dan juga dapat disimulasikan

fenomena yang tidak mungkin dilihat secara langsung oleh indra manusia (misalkan

adanya aliran muatan saat terjadi arus). Dengan proses belajar seperti ini tampak jelas bahwa metode inquiry berbasis media simulasi PhET memudahkan siswa dalam belajar memahami konsep dan juga bisa mengembangkan pemahaman konsep tentang kelistrikan atau bermain-main dengan membuat rangkaian yang lain sesuai keingintahuan siswa.

(76)

Dari hasil penelitian dapat dideskripsikan keunggulan dan kelemahan dari kedua metode tersebut, seperti tampak pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Deskripsi keunggulan dan kelemahan dari metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) dan metode inquiry berbasis

simulasi PhET.

Aspek Metode eksperimen di laboratorium Metodeinquiry berbasis simulasi PhET Pengenalan fenomena Memfasilitasi siswa untuk berinteraksi langsung dengan fenomena kelistrikan Berinteraksi dengan fenomena kelistrikan yang disimulasikan, namun dapat menunjukkan fenomena kelistrikan yang tidak mungkin dilihat secara langsung oleh indra manusia (misalkan adanya aliran muatan saat terjadi arus)

Kecakapan motorik dalam melakukan eksperimen fisika

Mengembanganskill

motorik cara merangkai alat dan mengukur

menggunakan alat ukur listrik yang sesungguhnya

Tidak optimal karena siswa berekplorasi dalam bentuk simulasi (misalnya cara membuat rangkaian dengan mengeklik ikon simulasi) Pemahaman konsep Mengembangkan pertanyaan yang kurang optimal dalam pemahaman konsep karena siswa banyak menjumpai kendala teknis dan kurang akuratnya hasil

Mengembangkan pertanyaan yang membantu

(77)

Dengan melihat hal-hal di atas, maka kalau dipadukan akan membuat

pemahaman semakin lengkap dan optimal. Metode eksperimen di laboratorium

walaupun dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai masih tetapmempunyai keunggulan yang dapat melengkapi kelemahan dari metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET dan sebaliknyametode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET

mempunyai keunggulan yang dapat melengkapi kelemahan dari metode eksperimen

di laboratorium. Seperti pada aspek pengenalan fenomena, metode eksperimen di laboratorium memiliki keunggulan yang dapat melengkapi kelemahan dari simulasi

yaitu memfasilitasi siswa untuk berinteraksi langsung dengan fenomena kelistrikan

(kelemahan metode inquiryberbasis media simulasi PhET yaitu siswa berinteraksi dengan fenomena kelistrikan yang disimulasikan) namun simulasi juga dapat

melengkapi kelemahan metode eksperimen di laboratorium dengan keunggulan

simulasi yaitu menunjukkan fenomena kelistrikan yang tidak mungkin dilihat secara

langsung oleh indra manusia (misalkan adanya aliran muatan saat terjadi arus).

Kemudian pada aspek kecakapan motorik dalam melakukan eksperimen fisika,

metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) mempunyai keunggulan yang dapat melengkapi kekurangan yang dimilliki simulasi yaitu

mengembanganskillmotorik cara merangkai alat dan mengukur menggunakan alat ukur listrik yang sesungguhnya. Berikutnya aspek pemahaman konsep, metode

(78)

karena siswa banyak menjumpai kendala teknis dan kurang akuratnya hasil) yang

dapat dilengkapi oleh metode inquiry berbasis media simulasi PhET yaitu mengembangkan pertanyaan yang membantu pemahaman konsep secara tepat

karena tidak menjumpai kendala teknis dan akuratnya hasil.

Untuk memadukan kedua metode dalam pembelajaran dan memilih metode

mana yang terlebih dahulu dilaksanakan. Maka berdasarkan pada aspek

pemahaman konsep, metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) kurang optimal dalam hal mengembangkan pertanyaan pemahaman konsep karena siswa banyak menjumpai kendala teknis dan kurang akuratnya hasil,

hal ini dapat dilengkapi oleh metode inquiry berbasis media simulasi PhET yang dapat mengembangkan pertanyaan yang membantu pemahaman konsep secara

tepat karena tidak menjumpai kendala teknis dan akuratnya hasil. Maka metode

(79)

59 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan, sebagai berikut:

1. Metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X tentang materi Hukum Ohm di SMA Pangudi Luhur Sedayu.

2. Metode eksperimen di laboratorium (dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai) belum optimal dibandingkan metode inquiry berbasis media simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dalam hal meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X tentang materi Hukum Ohm di SMA Pangudi Luhur Sedayu. 3. Walaupun metode eksperimen di laboratorium menggunakan alat yang

terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai namun masih tetap mempunyai beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh simulasi PhET, seperti dalam hal memfasilitasi siswa untuk berinteraksi langsung dengan fenomena kelistrikan dan

mengembangan skill motorik cara merangkai alat dan mengukur

(80)

direkomendasikan untuk dilaksanakan. Di lokasi penelitian dapat dilaksanakan pembelajaran dengan memadukan kedua metode agar pemahaman semakin lengkap dan optimal. Metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET (Circuit Construction Kit) dapat dilaksanakan terlebih dahulu untuk menanamkan konsep pada siswa, kemudian siswa melakukan aktivitas nyata dengan alat-alat di laboratorium. Maka siswa memperoleh konsep yang tepat dan dapat mengembangkan skill motorik dalam menggunakan alat ukur listrik. Bila di lokasi penelitian terdapat dana dapat dialokasikan untuk mengembangkan fasilitas laboratorium agar siswa tidak banyak menjumpai masalah teknis selama melakukan praktikum.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran fisika di SMA, bila fasilitas laboratorium memadai untuk setiap siswa melakukan praktikum dapat menggunakan metode inquiry di laboratorium. Di mana siswa dapat melakukan praktikum sendiri sehingga pengetahuan atau konsep Hukum Ohm lebih tertanam pada diri siswa dan skill motorik dalam menggunakan alat ukur listrik juga dimiliki oleh siswa.

(81)
(82)

62

DAFTAR PUSTAKA

Alessi, S. M. & Trollip, S. R. (2001). Multimedia for Learning: Methods and Development (3rded). Massachusetts: Allyn & Bacon.

Berg, Euwe. (1991). MISKONSEPSI FISIKA DAN REMIDIASI. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Hasan, Iqbal. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Amplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Perkins, K. K., et. al. (2006). “PhET: Interactive Simulation for Teaching and Learning Physics”. Dalam THE PHYSICS THEACHER, Vol. 44, Januari 2006. Hal. 18-23.

Purwanto. (2007). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohandi, R. (1998). “Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan Sains”. Dalam

Pendidikan Sains Yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 112-126.

Sudarmanto, Y. B. (1993). Tuntunan Metodologi Belajar. Jakarta: PT Grasindo.

(83)

Suharsimi Arikunto. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suparno, Paul. (2006). DIKTAT STATISTIK. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suparno, Paul. (2007). DIKTAT PRAKTIKUM SPSS UNTUK STATISTIK. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suparno, Paul. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suparno, Paul. (2008). KAJIAN KURIKULUM FISIKA SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Gambar

Gambar 2.V
Gambar 3. Tampilan simulasi pada layar monitor dan fungsinya.
grafik Hukum Ohm dan menentukan kemiringan grafik Hukum Ohm. Tes
grafik hubungan V
+7

Referensi

Dokumen terkait

(empat puluh sembilan juta sembilan ratus delapan puluh ribu rupiah) Waktu Pelaksanaan : 30 (Tiga puluh) Hari Kalender.. Email

Kabag Dalpers Biro SDM Polda Bali AKBP I Gede Adhi Mulyawarman, S.I.K., M.H. selaku Sekretaris Panda

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan sebelum dan selama masa krisis moneter yang

Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh variabel waktu dan pH terhadap kadar karboksil, swelling power, solubility pada proses oksidasi, dan memperoleh kondisi

Produksi jagung di Jawa Tengah setiap tahun rata-rata mengalami kenaikan yang disebabkan oleh konsumsi jagung yang tiap tahunya juga mengalami peningkatan. Konsumsi

relevantnog pozitivnog zakonodavstva opisuje se organizacija državne uprave, poslovi koji se obavljaju u tijelima državne uprave, nadzor kojem tijela državne uprave podliježu

Penelitian ini meberikan masukan kepada anak usia dini pendidikan lingkungan, dalam hal ini pendidikan kasus di gradell dasar untuk memberikan perhatian yang tinggi terhadap

Meskipun masyarakat pra- sejahtera di Kota Semarang mengetahui tujuan dari kebijakan pengentasan kemiskinan dan mereka juga merupakan sasaran dari kebijakan tersebut tetapi