Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
The pressures of work, marriage and all forms offered in this modern age makes a lot of people are under stress. Prolonged and endlessly stress are often the cause of anxiety and one of the things that people do in overcoming stress is to consume alcohol. This study conducted to see the effectiveness of Progressive Muscle Relaxation techniques toward anxiety degradation. The subject in this study is a college student who consumes alcohol as a result of stress and total sample in this study was one person.
There are a variety of efforts to understand and explore the issues of anxiety in order to resolve this issue. One of the efforts is to provide treatment through Progressive Muscle Relaxation techniques. Based on Anxiety Theory from Spielberger (1966), the variables in this study are the anxiety of the client and Progressive Muscle Relaxation. The design used in this study is experimental design with A-B-A-B methods and the results were analyzed quantitatively and explain descriptively.
Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK
Tekanan-tekanan pekerjaan, rumah tangga dan segala bentuk yang
ditawarkan di jaman modern ini membuat banyak orang mengalami stres. Stres
berkepanjangan dan tanpa henti seringkali menjadi penyebab dari kecemasan dan
salah satu hal yang dilakukan individu dalam mengatasi stress adalah dengan
mengkonsumsi alkohol. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas teknik
relaksasi otot terhadap penurunan derajat kecemasan. Subjek pada penelitian ini
adalah mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol sebagai akibat dari stres yang
dialami dan jumlah sampel pada penelitian ini adalah satu orang.
Terdapat berbagai upaya yang untuk memahami dan mendalami
permasalahan kecemasan dengan tujuan untuk mengatasi masalah ini. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan penanganan melalui teknik
relaksasi otot. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori dari Spielberger
(1966) dan variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kecemasan dari klien
dan relaksasi otot. Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
eksperimental dengan menggunakan metode A-B-A-B. Data yang diperoleh
diolah secara kuantitatif dan dijelaskan secara deskriptif.
Dari hasil penelitian ini diajukan beberapa saran, yaitu bagi mahasiswa
yang mengkonsumsi alkohol melakukan relaksasi otot didasari rasa percaya
terhadap Terapis dan kesediaan secara sukarela sehingga proses relaksasi otot
dapat berhasil dengan efektif. Bagi Terapis, untuk selalu memberikan tahapan
relaksasi sesuai dengan prosedur yang telah ada (tanpa terlewat) sehingga hasil
dari relaksasi dapat berjalan sebagaimana mestinya. Saran bagi peneliti lain adalah
melakukan penelitian yang memodifikasi teknik relaksasi otot dengan berbagai
jenis terapi penurunan derajat kecemasan yang lain serta perlu dikembangkan
penelitian mengenai kaitan teknik relaksasi otot dengan tipe kepribadian yang
lain.
Universitas Kristen Maranatha
2.1.1 Teori Kecemasan dari Spielberger…….….…………..……. 10
2.1.2 Kecemasan Dasar (Trait Anxiety) dan Kecemasan Sesaat (State Anxiety)………..………..……10
2.1.3 Mekanisme Pertahanan diri (Defense Mechanism)………...14
2.1.4 Kecemasan dan Kepribadian………..…….15
2.2. Stres ……….……...17
2.2.1 Teori Stres dari Lazarus ……….……….……...….17
2.2.2 Sumber Stres……….……….….….19
2.2.3 Penilaian Kognitif………...……….………20
2.2.4 Strategi Penanggulangan Stres…………...………….……….24
2.2.5 Hubungan Penilaian Kognitif, Stres dan Strategi Penanggulangan Stres………...………...26
2.2.6 Faktor Pendorong Stretegi Penggulangan Stres…………..….26
2.3 Teknik Relaksasi………..………...27
Universitas Kristen Maranatha 2.3.2 Terapi Relaksasi sebagai salah satu teknik dalam Behavior
Therapy………..…………....…….….28
2.3.3 Progressive (Deep) Muscle Relaxation…………..…….……30
2.3.4 Panduan dalam melakukan Progressive Muscle Relaxation Training………..………..…...31
2.3.5 Faktor Psikologis dan Terapi……….………..……..…..33
2.4. Masa Dewasa……….……….34
2.4.1 Pandangan tentang Dewasa………....34
2.4.2 Ciri-ciri Masa Dewasa Awal……….………... 34
2.4.3 Menjadi orang Dewasa yang Dewasa………..……...36
2.4.4 Tugas perkembangan Masa Dewasa Dini…………...….….38
2.4.5 Perubahan Minat Pada Masa Dewasa Dini………...38
2.4.6. Mobilitas Sosial Pada Masa Dewasa Dini………..…….40
2.4.7 Bahaya Personal Dan Sosial Pada Masa Dewasa Dini……....40
2.5 Alkohol………..……..………..…….41
2.5.1 Sejarah Minuman Beralkohol………..……….41
2.5.2 Pengertian Minuman Beralkohol…….……….………41
2.5.3 Pengaruh Alkohol Terhadap Tubuh……..………42
Universitas Kristen Maranatha
3.6Teknik Analisis...54
BAB IV Hasil dan Pembahasan...57
4.1 Anamnesa Subjek……….……….…….….57
4.2 Hasil Penelitian………..………..70
Minggu Pertama (Tanpa pemberian terapi relaksasi)………..…70
Minggu kedua (Dengan pemberian Teknik Relaksasi)……….……….……..83
Minggu Ketiga (Tanpa pemberian Relaksasi)……….96
Minggu Keempat (Dengan terapi Relaksasi)……….…..………….109
4.3 Pembahasan Deskriptif hasil pengolahan data………..125
4.3.1 Hasil A-State…..………...125
4.3.2 Hasil A-Trait……….………128
BAB V Kesimpulan dan Saran……….………...129
5.1 Kesimpulan……….………..129
5.2 Saran……….…….129
DAFTAR PUSTAKA……….……….131
DAFTAR RUJUKAN……….133
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Teori Kecemasan Dasar-Sesaat dari Spielberger………..….……12
Bagan 2.6 Kerangka Pikir.………..45
Bagan 3.1 Disain Penelitian………48
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner STAI
Lampiran 2 Hasil Kuesioner STAI
1
BAB I
I. Latar belakang masalah
Kehidupan di abad 21 yang memiliki corak berbeda dengan kehidupan
abad-abad sebelumnya ditandai oleh perubahan yang berjalan sangat cepat,
kompleks, sulit diprediksi dan kompetitif. Dari sisi pemikiran, pada abad ini
terjadi pergeseran paradigma knowledge is power menuju idea is power. Oleh karena itu, abad ini membutuhkan kecakapan individu (soft competence) yang dapat digunakan untuk merespon tuntutan perubahan yang cepat itu dengan segala
kompleksitas persoalannya. Gaya hidup yang menyangkut pilihan pekerjaan,
kesibukan, makanan, mode pakaian, dan kesenangan telah mengalami perubahan
yang diberi label modern dan diperkenalkan secara luas. Tumbuhnya restoran
dengan menu khusus dari mancanegara semakin menjamur, menggeser selera
masyarakat yang semula bertumpu pada resep-resep tradisional. Gaya berpakaian
dipengaruhi oleh garis-garis mode yang diciptakan oleh perancang kelas dunia.
Kosmetika, aksesori, dan pernak-pernik lainnya untuk melengkapi penampilan
tidak lepas dari pengaruh era globalisasi, seperti halnya tata busana. Selain mode,
dunia hiburan juga tersentuh. Munculnya kafe, kelab malam, rumah bola (bilyard)
memberi warna baru dalam kehidupan masyarakat. Untuk bisa mengikuti gaya
hidup yang baru, diperlukan dukungan kemampuan ekonomi yang tinggi.
Tawaran gaya hidup modern yang ditawarkan melalui kaca-kaca ruang pamer
toko atau distributor benda-benda yang digandrungi masyarakat telah memacu
banyak orang untuk bekerja tak kenal waktu. Orang sibuk mencari uang untuk
bisa memiliki gaya hidup seperti yang ditawarkan. Apalagi media massa rajin
menggelitik masyarakat untuk dapat mengikutinya, antara lain melalui iklan,
sinetron, acara-acara hiburan, dan sebagainya.
Kondisi ini memicu suasana kompetisi atau persaingan yang semakin ketat
dalam memperoleh kesempatan untuk mengisi kehidupan agar menjadi bermakna
(bisa sekolah, bisa bekerja, mencari nafkah, dan sebagainya). Tentu saja hal ini ini
memerlukan ketangguhan dan keuletan dalam menghadapinya. Kebutuhan untuk
2
Universitas Kristen Maranatha landasan untuk menumbuhkan motivasi pengembangan diri dan kemampuan
beradaptasi. Kebutuhan ini erat kaitannya dengan pembentukan rasa percaya diri
dan menumbuhkan motivasi untuk berusaha dan meraih kesempatan agar dapat
senantiasa meningkatkan diri. Sikap yang mandiri, tak gentar menghadapi
rintangan, mampu berpikir kreatif dan bertindak inovatif tapi juga peduli
lingkungan adalah sosok yang diperlukan untuk menjalani kehidupan dalam era
globalisasi. Kemampuan mengantisipasi masa depan dengan berbagai alternatif
dalam mengatasi permasalahannya menjadi sangat penting untuk diperhatikan.
Meningkatnya tuntutan dan kebutuhan hidup akan sesuatu yang lebih baik,
menyebabkan individu berlomba untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkannya.
Tapi pada kenyataannya sesuatu yang diinginkan tersebut kadangkala tidak
dapat tercapai, tekanan-tekanan pekerjaan, rumah tangga dan segala bentuk yang
ditawarkan di jaman modern ini membuat banyak orang mengalami stres. Stres
berkepanjangan dan tanpa henti seringkali menjadi penyebab dari kecemasan
seperti perasaan gelisah, tidak nyaman dan menganggu integritas individu dalam
melaksanakan aktifitas sehari-hari. Banyak hal yang dilakukan individu untuk
mengatasi stres yang dihadapi salah satunya adalah dengan mengkonsumsi
alkohol.
Di Indonesia diperkirakan pengguna minuman beralkohol mencapai 1-2
persen dari total penduduk atau kira-kira sampai 4 juta jiwa (Wibowo, 2007) dan
30% dari penderita yang dirawat karena ketergantungan obat adalah peminum
alkohol. Bahkan menurut hasil penelitian oleh Soejono P seorang pakar Ilmu
Kedokteran Jiwa didapatkan bahwa 50% dari pelajar sudah pernah mengkonsumsi
minuman keras. Sebagian besar alasan mereka mengkonsumsi miras adalah untuk
menenangkan pikiran sebanyak 40 %, disusul oleh karena ikut-ikutan teman
sebanyak 25 %, dan hanya untuk coba-coba sebanyak 11 % (Bachtiar, 2006).
Transisi seseorang dari SMA kemudian masuk ke dunia kampus atau
menjadi seorang mahasiswa dapat menimbulkan stres bagi individu tersebut. Sifat
energik, dinamis, ingin mencoba hal-hal yang baru, menyenangi petualangan,
mudah tergoda oleh tekanan dan pengaruh dari kelompoknya, cepat putus asa
3
Universitas Kristen Maranatha alkohol. Hal ini di dukung oleh belum matangnya mental untuk lebih
memperhitungkan akibat dari suatu perbuatan. Pergolakan emosional dan
ketidakyakinan dalam diri dalam membuat keputusan penting, membuat tidak
semua mahasiswa mampu mengatasi kesulitan tersebut dengan cara yang tepat.
Presley, Leichliter, & Meilman (1999) mengatakan bahwa hasil survey nasional terhadap penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang adalah dikarenakan
faktor stres yang dialami oleh mahasiswa tersebut, sehingga mereka menggunakan
alkohol dan narkoba untuk mencari dan membangun dukungan sosial dengan
teman.
Dunia perkuliahan yang menuntut mahasiswa untuk mengumpulkan tugas,
mengerjakan skripsi, bimbingan, mencari bahan skripsi/tugas dapat membuat
mahasiswa mengalami stress. Belum termasuk relasi dengan temannya, orang tua,
biaya perkuliahan serta biaya hidup yang harus ada untuk kelangsungan hidup
membuat tekanan dalam diri mahasiswa yang dapat menimbulkan kecemasan.
Pada akhirnya untuk mengatasi kecemasan yang ada jalan keluar yang ditempuh
adalah salah satunya dengan mengkonsumsi alkohol.
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa menunjukkan bahwa mereka
yang cenderung untuk menggunakan alkohol dan narkoba sangat dekat kaitannya
dengan teman yang juga adalah pengguna dibandingkan dengan pengaruh dari
keluarga (Perkins, 2002). Hal ini dapat dilihat dari hasil komunikasi personal
dengan beberapa mahasiswa dua mahasiswa yang menjadi pengguna alkohol,
seperti dibawah ini:
“Asik aja kan kalo minum, sama temen-temen, keliatan cool” (Komunikasi personal, 15 Mei 2012)
“Awalnya sih ragu-ragu untuk nyoba, tapi gak enak juga kalo nolak secara semua orang minum”
(Komunikasi personal, 15 Mei 2012)
“Gak asik aja kalo gak ikutan minum sedangkan yang lain minum.‘Kangak lucu dibilang gakgaul”
4
Universitas Kristen Maranatha Selain alasan di atas, mahasiswa menggunakan obat-obat terlarang dengan
berbagai alasan lain. Wills et al (dalam Zimmerman, 2005) dalam penelitiannya
menemukan bahwa remaja akan merasa senang, tertarik, dan rileks atas masalah
yang mereka hadapi setelah merokok, minum minuman keras, dan menggunakan
obat-obat terlarang.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap D, seorang remaja yang
mengkonsumsi alkohol, alasan untuk mengkonsumsi alkohol adalah untuk
mengatasi stres yang sedang terjadi. D mengakui, ketika terjadi masalah ia merasa
ada kecemasan dalam dirinya dan kondisi ini membuatnya sulit untuk
menuangkan ide-ide untuk menulis ataupun melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Dengan mengkonsumsi alkohol, perasaan tenang pun dapat diperolehnya dan rasa
cemas yang ada dalam dirinya menjadi menurun.
Pemerintah sebenarnya sudah mengatur masalah minuman berakohol ini
melalui peraturan menteri kesehatan RI No.86/1997, yang didalamnya mengatur
tentang cara pendistribusian, siapa yang diijinkan mengkonsumsi dan juga tempat
minuman beralkohol itu dipasarkan, serta batas usia minimal untuk membelinya,
tetapi masih saja terjadi pelanggaran dan pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan
sekarang ini alkohol mudah diperoleh di banyak tempat seperti toko, restoran,
café, serta tempat hiburan umum (www.kapanlagi.com).
Penyalahgunaan alkohol yang terjadi di Indonesia berdasarkan WHO dari
tahun ke tahun adalah: Tahun 1986 tercatat 2,6% pria adalah pengkonsumsi
alkohol berusia rata-rata 20 tahun ke atas, sementara untuk wanita tercatat sekitar
0,8%; Tahun 1998: tercatat lebih dari 350.000 orang meninggal karena penyakit
kronis akibat konsumsi alkohol; Tahun 1999 - 2000, 58% angka kriminalitas
terjadi di Tenggara akibat pengaruh minuman keras; Tahun 2000 diinformasikan
di Indonesia terdapat lebih dari 13.000 pasien penderita penyakit terkait
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Tahun 2001 tercatat 39 kasus
kematian pada remaja karena Hepatitis B yang terkait erat dengan dampak
5
Universitas Kristen Maranatha 2008 tercatat lebih dari 40 kematian akibat keracunan alkohol (intoxicacy), ini merupakan dampak langsung dari penyalahgunaan alkohol. Di Surabaya 9 orang
tewas di tiga lokasi berbeda setelah mengkonsumsi miras, 11 orang meninggal di
Indramayu Jawa Barat, 14 orang meninggal di Merauke karena mengkonsumsi
minuman keras yang dicampur infus dan minyak babi, sementara belasan korban
tewas akibat miras lainnya tersebar di beberapa daerah seperti Pasuruan Jawa
Timur, Deli Serdang, dan Jaya Pura.
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus kematian akibat konsumsi minuman
keras baik perorangan maupun masal terus bertambah, pada tahun 2010 lalu
misalnya, 11 orang warga di Jagaraksa, Jakarta Selatan tewas setelah menenggak
minuman miras oplosan, di Bandung 2 orang meregang nyawa akibat kasus yang
sama, di malang 3 orang tewas, 10 orang kritis, kematian 3 orang teknisi shukoi di
Makasar, 63 warga jateng tewas akibat meminum minuman keras. Sedangkan
pada tahun 2011 tercatat beberapa kasus akibat meminum minuman keras yaitu
Terbukti selama tahun 2011 sampai bulan April 2011, Polres Blitar Kota sudah
menangani 17 kasus miras dengan 17 tersangka. Baru-baru ini (2012), kasus Tugu
Tani Jakarta mengakibatkan tewasnya 9 orang dan 3 luka-luka disebabkan karena
pengemudi mabuk karena mengkonsumsi alkohol dan narkoba. Disamping itu, di
Makasar terjadi kembali pengemudi yang mabuk mengendara mobil yang mengakibatkan
sejumlah korban luka-luka.
Hawari (dalam Kuncoro, 2001) mengatakan bahwa salah satu alasan yang
melatarbelakangi perilaku minum minuman keras adalah faktor predisposisi atau
kondisi internal seperti kecemasan, ketakutan, dan depresi. Dengan kondisi
tersebut mahasiswa mengkonsumsi alkohol karena menganggap dapat
menghilangkan stres dan melupakan masalah yang sedang dihadapinya. Alkohol
sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah bagi mahasiswa, perlu ditangani
secara serius mengingat mahasiswa merupakan calon penerus generasi bangsa.
Penyesuaian diri terhadap situasi baru akan selalu terasa sulit dan disertai berbagai
ketegangan emosional.
Memandang bahwa setiap orang pasti mengalami stres maka kemampuan
6
Universitas Kristen Maranatha akan mengakibatkan kecemasan, baik kecemasan ringan, seperti berkeringat
sampai yang dapat berefek kepada fisik yaitu psikosomatis. Banyak kasus-kasus kenakalan remaja disebabkan oleh stres dan rendahnya kemampuan untuk
mengatasi masalah, melalui pelatihan-pelatihan untuk mengatasi stres hal ini
dapat membantu para remaja mengembangkan coping ability dalam mengatasi masalah secara memadai.
Salah satu cara yang membantu dalam mengatasi kecemasan adalah
relaksasi dimana teknik ini dilakukan berdasar pada asumsi bahwa individu dapat
secara sadar untuk belajar merilekskan otot-ototnya sesuai dengan keinginannya
melalui suatu cara yang sistematis (Jacobson dalam Walker dkk., 1981). Dalam keadaan cemas seluruh otot cenderung tegang, walau otot tersebut kurang
berperan dalam aktivitas tertentu dan dengan mempelajari teknik relaksasi,
diharapkan subjek belajar menyadari ketegangannya dengan menegangkan
otot-ototnya dan berusaha untuk sedapat mungkin mengurangi dan menghilangkan
ketegangan otot tersebut.
Teknik relaksasi dipelajari untuk meningkatkan kemampuan menyadari
ketegangan otot yang terjadi pada saat mengalami kecemasan komunikasi antar
pribadi dan secara sistematis meredakan ketegangan tersebut mencapai keadaan
rileks. Pada saat individu merasa cemas, maka sebenarnya otot-otot tubuhnya
mengalami ketegangan terutama pada otot sekitar wajah, dan leher. Denyut
jantung juga menjadi berdetak lebih keras dan ketegangan pada otot-otot tersebut
menyebabkan individu semakin sulit untuk melakukan komunikasi. Denyut
jantung yang berdebar membuat seseorang menjadi merasa cemas dan tidak
mampu berpikir tentang hal-hal yang ingin diungkapkan. Dengan melatih tubuh
menjadi rileks, maka ketika individu merasa tegang ia menjadi lebih cepat sadar
tentang kondisi dirinya yang tegang. Ketika individu telah berhasil meredakan
ketegangan tubuhnya, ia akan lebih mampu berpikir lebih baik tentang hal-hal
yang ingin diungkapkan/dilakukan.
Dalam relaksasi otot, individu akan diberi kesempatan untuk mempelajari
bagaimana cara menegangkan sekelompok otot tertentu kemudian melepaskan
7
Universitas Kristen Maranatha membedakan sensasi pada saat otot dalam keadaan tegang dan rileks. Untuk
mendapatkan manfaat maksimal, kemampuan membedakan tegang dan rileks ini
perlu dipelajari. Manfaat relaksasi dalam bidang klinis sudah dibuktikan oleh
banyak peneliti di antaranya Jacobson dan Wolpe (dalam Utami, 1991), Davis, Eshelman, & McKay (dalam Miltenberger, 2004), dan Poppen (Miltenberger, 2004). Di Indonesia penelitian mengenai relaksasi sudah dilakukan oleh
Prawitasari (1988), Utami (1991), dan Karyono (1994).
Berdasarkan keterangan diatas, maka peneliti ingin menguji efektivitas
teknik relaksasi pada penurunan derajat kecemasan pada mahasiswa yang
mengkonsumsi alkohol. Diharapkan dengan diberikan pelatihan relaksasi otot
pada mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol hal ini akan dapat menurunkan
derajat kecemasan yang terjadi dalam dirinya sehingga dapat mengatasi stres yang
muncul dan terhindar dari penggunaan minuman beralkohol sebagai sarana
mengatasi stres.
1.2 Identifikasi masalah
Dalam penelitian ini, identifikasi masalah yang ingin diteliti adalah
sejauhmana efektifitas pengunaan teknik relaksasi otot (Progressive Muscle Relaxation) terhadap penurunan kecemasan pada mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menerapkan pelatihan Teknik
Relaksasi otot (Progressive Muscle Relaxation) kepada mahasiswa yang mengkonsumi alkohol, sehingga terjadi penurunan kecemasan yang dirasakan
8
Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat perbedaan derajat kecemasan
sebelum dan sesudah pemberian relaksasi otot (Progressive Muscle Relaxation)
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesehatan mental
mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol dalam mengatasi kecemasan agar dapat
mengatasi hambatan secara lebih memadai sehingga dapat menghindari
penggunaan alkohol dalam mengatasi masalahnya. Disamping itu, penelitian ini
digunakan pula sebagai bahan bagi peneliti lain jika ingin melakukan penelitian
serupa.
1.5 Metodologi
Rancangan penelitian atau metodologi pendekatan eksperimental, dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh teknik relaksasi terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol.
Efektivitas teknik relaksasi dalam penelitian ini terhadap penurunan tingkat
kecemasan menggunakan disain A-B-A-B. Fase A1 menunjukkan fase tanpa
perlakuan/fase base line, yaitu periode awal dimana dilakukan observasi dan pengukuran State-Anxiety dan Trait-Anxiety (pre-test). Pada fase ini pengguna alkohol akan diukur tingkat kecemasan yang ada dalam dirinya selama jangka
waktu tertentu (sampai hasil dianggap stabil).
Kemudian, masuk ke dalam fase B1 (fase perlakuan) yaitu periode dimana
terapi relaksasi mulai diberikan selama jangka waktu tertentu (jangka waktu sama
seperti pada fase base line). Setelah teknik relaksasi diberikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, tingkat kecemasan pria usia dewasa awal yang
mengkonsumsi alkohol akan diukur kembali, untuk dibandingkan dengan fase A1
(base line). Dimana hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah teknik relaksasi memberikan efek yang sesuai dengan harapan atau tidak. Setelah hasil
pengukuran tingkat kecemasan pada fase B1 cukup stabil, pemberian teknik
9
Universitas Kristen Maranatha disebabkan oleh teknik relaksasi, maka perubahan hasil pengukuran yang terjadi
pada fase B1 akan kembali mendekati hasil pengukuran pada fase A1 (base line). Jika hal tersebut tidak terjadi, maka diduga faktor lain dan bukan perlakuan B1
(teknik relaksasi) yang mempengaruhi perubahan hasil pengukuran pada fase B1.
Setelah itu maka masuk ke fase A2, dimana pada fase ini sama seperti fase
A1 (base line), dilakukan pengukuran kembali taraf kecemasan pada mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol dengan menggunakan STAI selama jangka waktu tertentu. Kemudian masuk ke fase B2, dimana teknik relaksasi kembali diberikan
selama jangka waktu tertentu. Kembali dilakukan pengukuran tingkat kecemasan
dari mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol dengan menggunakan STAI. Setelah fase ini selesai, maka dapat dilihat apakah ada perubahan atau penurunan dari
tingkat kecemasan mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol.
10
11
129 Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian mengenai
efektifitas Teknik Relaksasi otot (Progressive Mucle Relaxation) terhadap penurunan kecemasan pada mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol yaitu:
1. Relaksasi Otot (Progressive Muscle Relaxation) dapat menurunkan derajat kecemasan pada mahasiswa yang mengkonsumi alkohol (A-State).
2. Secara psikologis, Relaksasi Otot (Progressive Muscle Relaxation) mengurangi ketegangan otot yang dirasakan oleh Klien. Dengan meminta Klien untuk
membayangkan suasana yang menyenangkan (imajiner), Klien merasakan
rileks pada otot-otot tubuhnya yang selanjutnya terinternalisasi ke dalam
pikiran (sistem belief) dan mengubah belief yang lama sehingga mendasari terjadinya perubahan perilaku Klien yang mengarah kepada penurunan derajat
kecemasan.
3. Teknik Relaksasi Otot (Progressive Muscle Relaxation) sangat efektif untuk diterapkan pada Klien dengan tipe kepribadian dependen (sociable/aktif).
5.2 Saran
Dengan mengacu pada hasil penelitian dari pembahasan yang telah dilakukan,
peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu:
1. Saran bagi mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol adalah melakukan
relaksasi otot didasari rasa percaya terhadap Terapis dan kesediaan secara
sukarela sehingga proses relaksasi otot dapat berhasil dengan efektif.
2. Saran bagi para terapis adalah untuk selalu memberikan tahapan relaksasi
sesuai dengan prosedur yang telah ada (tanpa terlewat) sehingga hasil dari
relaksasi dapat berjalan sebagaimana mestinya.
3. Saran bagi peneliti lain adalah melakukan penelitian yang memodifikasi
130
Universitas Kristen Maranatha diketahui modifikasi terapi apakah yang paling efektif untuk menangani
permasalahan mahasiswa yang mengkonsumsi alkohol. Selain itu perlu
dikembangkan penelitian mengenai kaitan Teknik Relaksasi Otot dengan
tipe kepribadian yang lain.
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Danio, Agoes. 2003. Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Elizabeth B. Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Gardner Lindzey & Calvin S. Hall.1970. Theories of Personality.
Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hawari, Dadang.2006. Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA (Narkotika,Alkohol & Z a t A d i k t i f Edisi Kedua. Jakarta: Fakult as Kedokteran Universit as Indonesia.
Jacobson, Edmund.1939. Progressive Relaxation. Univ.of Chicago Press, Chicago.
Karyono. 1994. Efektivitas Relaksasi dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hypertensi Ringan.Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM. Lazarus, R S. & Folkman, S. 1984. Stress, Appraisal, and Coping. New York:
Levitt,Eugene E.1971. The Psychology of Anxiety.
Leichliter,J.S.,Meilman,P.W.,Presley,C.A. & Cashin,J.R. 1999. Alcohol and drugs on American College campuses: Finding from 1995,1996, and 1997. A report to College Presidents. Carbondale, IL: Southern Illinois University.
Miltenberger, R. G.2004. Behavior Modification, Principles and Procedures, 3th edition. Belmont, CA: Wadsworth/Thompson Learning.
Perkins, H.Wesley Ph.d.2002. Social Norms and the Prevention of Alcohol Misuse in Collegiate Contexts.
132
Universitas Kristen Maranatha Spielberger, C. S.1966. Theory and research on anxiety. In C. S. Spielberger (Ed.), Anxiety and Behaviour, Academic Press, New York, 3-20.
Spielberger, Charles Donald. 1972. Anxiety: Current trends in theory and research. New York: Academic Press.
Utami, M.S. 1991. Efektivitas Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk Mengurangi Kecemasan Berbicara di Muka Umum, Tesis, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Walker, C.E., Clement, P.W., Hedberg, A.G. & Wright.L. 1981. Clinical Procedures for Behavior Theraphy. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs.
Wibowo. 2007. Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap Dampak Konsumsi Kronis Minuman Beralkohol Bagi Kesehatan Di Kecamatan Donomulyo.
WHO SEARO. 2002
Zimmerman, BJ. & Evans, D. Asthma education: The adolescent experience. Patient Ed & Counseling, 2004; 53(3), 396-406.
133
Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN
Bachtiar.2006. Kenapa Miras Harus Dilarang.
http://www.indomedia.com/bpost/01 2000/28/opini 1 .htm