• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENERAPAN RESTORATIVE JUSTICE DALAM SISTEM PEMIDANAAN DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PENERAPAN RESTORATIVE JUSTICE DALAM SISTEM PEMIDANAAN DI INDONESIA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

P-ISSN: 2356-4164, E-ISSN: 2407-4276

Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja

1152

PENERAPAN RESTORATIVE JUSTICE DALAM SISTEM PEMIDANAAN DI INDONESIA

Mochamad Bilal Sindhu Reksa, Mitro Subroto Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

E-mail: subrotomitro07@gmail.com Info Artikel Abstract Masuk: 1 Desember 2022

Diterima: 15 Januari 2023 Terbit: 1 Februari 2023 Keywords:

Application, Restorative Justice

This study was written to find out what types of Restorative Justice are and to find out whether the approach can be applied in Indonesia. This research uses literature study method. The literature search has several characteristics. First, this research deals directly with textual and numerical data, not with scenes and witnesses in the form of events, people, or other objects. Second, the data has been packaged so that researchers do not need to do anything other than work directly with the sources already in the library. Third, library data is generally a secondary data source. Restorative justice is a court that prioritizes compensation for losses caused by criminal acts. Several types of practice the Restorative Justice process. Restorative Justice which is suitable for use in Indonesia with the Victim Offender Mediation approach, in Indonesia itself is implemented in the juvenile criminal justice system which is regulated in Law No. 11 of 2012.

The application of Restorative Justice in Indonesia requires awareness and understanding of the community.

Restorative Justice is suitable for use in Indonesia with this approach. Victim Offender Mediation, in Indonesia itself is carried out in the juvenile criminal justice system which is regulated in Law No. 11 of 2012. In Indonesia, in the future, Restorative Justice can be applied to crimes with a criminal penalty of not more than 5 years, crimes that have no impact on safety soul and on the crime of dignity.

Abstrak Kata kunci:

Keadilan Restoratif

Penelitian ini ditulis untuk mengetahui apa saja tipe dari Restorative Justice dan untuk mengetahui apakah pendekatan tersebut dapat diterapkan di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan.

(2)

1153 Corresponding Author :

Mochamad Bilal Sindhu Reksa, e-mail :

Pencarian literatur memiliki beberapa karakteristik.

Dalam penelitian ini langsung berhadapan dengan data tekstual dan numerik. Kedua, data telah tersedia dari beberapa sumber. Ketiga, data perpustakaan pada umumnya adalah sumber data sekunder yaitu peneliti mendapatkan data sekunder daripada data yang diperoleh langsung di lapangan. Keadilan restoratif adalah pengadilan yang mengutamakan ganti rugi atas kerugian yang diakibatkan oleh tindak pidana. Beberapa tipe praktek proses Restorative Justice. Restorative Justice yang cocok digunakan di Indonesia dengan pendekatan Victim Offender Mediation, di Indonesia sendiri dilaksanakan pada sistem peradilan pidana anak yang diatur dalam UU no 11 tahun 2012. Penerapan Restorative Justice di Indonesia dibutuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat Restorative Justice yang cocok digunakan di Indonesia dengan pendekatan Victim Offender Mediation, di Indonesia sendiri dilaksanakan pada sistem peradilan pidana anak yang diatur dalam UU no 11 tahun 2012. Di Indonesia untuk kedepannya bisa diterapkan Restorative Justice dengan kejahatan-kejahatan dengan ancaman pidana tidak lebih dari 5 tahun, Kejahatan-kejahatan tidak berdampak pada keselamatan jiwa dan pada kejahatan dignity.

@Copyright 2023.

PENDAHULUAN

KUHP(WvS) sebagai Ius Constitutum merupakan peninggalan kolonial Belanda yang KUHP/WvS sebagai Ius Constitutum merupakan peninggalan kolonial Belanda yang ditinggalkan oleh kemajuan kehidupan masyarakat. Pemberlakuan KUHP(WvS) sampai dengan saat ini berdasarkan pasal 2 peraturan peralihan UUD 1945 yang memberikan legitimasi terhadap penerapan yuridis formal hukum pidana di Indonesia, maka mengapa KUHP Belanda di Indonesia terpenuhi. Tentang KUHP(WvS) yang ditegakkan atas asas musyawarah untuk mufakat dan sah secara hukum di Indonesia, penegakannya didasarkan pada UU no 1 tahun 1946 yang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Hukum pidana penjara masih mendominasi di Indonesia dibandingkan dengan jenis hukum pidana lainnya.

Bahkan pada hukum pidana substantif, jenis pidana penjara merupakan jenis pidana yang paling mengancam.

Beberapa jenis pokok delik dalam KUHP terdiri dari empat tipe yaitu pidana mati, pidana penjara (dengan hukuman seumur hidup serta hukuman percobaan), penjara dan denda. Pada hukum pidana materiel Indonesia, terdapat enam jenis utama yaitu pidana mati, pidana penjara (terdiri dari pidana seumur hidup dan pidana sementara), pidana penjara, denda, pidana penjara seumur hidup, pengawasan pidana khusus untuk anak sesuai dengan landasan hukum UU peradilan anak no. 3 tahun 1997.

Pada buku Widodo Barda Nawawi, menjelaskan adanya ancaman pidana penjara, berdasarkan KUHP negara lain dan KUHP Indonesia, sangat lazim. Dalam hukum pidana Indonesia, jumlah ancaman sederhana dan alternatif terhadap

(3)

1154 kebebasan mencapai 98% dari semua kejahatan yang diatur. Sekitar 92% dari semua kejahatan mengakibatkan hukuman penjara di bawah hukum non-pidana.

Jika melihat jumlah pidana kurungan dalam perkara pidana yang ada dibandingkan dengan jenis tindak pidana lain yang yaitu pada pasal 10 KUHP, maka banyaknya pidana kurungan yang dipidanakan sejalan dengan tindak pidana yang terus terjadi. Tidak ada hubungannya dengan karena kejahatan meningkat. Apakah hukuman penjara merupakan hukuman yang tidak efektif?

Menjawab pertanyaan di atas penjatuhan pidana, hukum penjara pada kasus-kasus tindak pidana tidak efektif dilaksanakan, karena tidak ada yang menjamin saat narapidana keluar apakah akan lebih baik atau bertambah jahat.

Karena didalam lapas bisa saja terjadi prisonisasi. Prisonisasi itu sendiri adalah proses menyerap cara berkehidupan di lapas. Proses ini melalui belajar pada saat interaksi dengan sesama narapidana. Hal tersebut adalah salah satu penyebab seorang yang telah lepas dari lapas melakukan kejahatan (residivis).

Selain prisonisasi, permasalahan klasik yang sampai sekarang dihadapi oleh Lembaga pemasyarakatan dengan pelaksanaan pidana penjara sebagai pidana utama (pidana pokok) adalah overcapasitas.

Pidana pokok di Indonesia adalah penjatuhan hukum penjara, namun sebenarnya penjara bukanlah sebuah solusi terbaik pada penyelesaian beberapa kasus, terlebih dengan kasus yang mana “kerusakan” yang dirasakan korban dan masyarakat masih bisa diperbaiki hingga kondisi “rusak” bisa berubah menjadi pada kondisi awal, dan juga dapat menghilangkan akibat buruk dari penjara. Dalam menghadapi tindak kejahatan yang dapat di restorasi kembali, dikenal paradigma penghukuman yaitu restorative justice, yang mana pelaku didorong untuk kerugian yang telah ditimbulkan kepada korban, keluarganya dan juga masyarakat.

Di Indonesia konsep Restorative Justice telah diimplementasikan pada sistem peradilan pidana anak yang berlandaskan UU RI no 11 tahun 2012 yang menjelaskan sistem peradilan anak, peraturan ini untuk anak, yaitu untuk anak yang berhadapan dengan hukum. Pada aturan ini menerapkan pendekatan Diversi untuk menyelesaikan kasus pidana anak, dan juga konsep restoratif justice dimana semua stakeholder yang utamanya masyarakat terlibat, stakeholder paling penting disini adalah masyarakat karena untuk membantu proses pemulihan kondisi agar lebih baik. UU ini adalah landasan hukum yang adil untuk seluruh pihak, dan paling penting untuk anak yang berhadapan dengan hukum dan pada masa perkembangan anak memerlukan perhatian, kasih sayang, dan bimbingan dari orang terdekat supaya membentuk karakter yang berakhlak, cerdas, serta bertanggung jawab bagi keluarga, masyarakat serta negara.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan. Pencarian literatur memiliki beberapa karakteristik. Dalam penelitian ini langsung berhadapan dengan data tekstual dan numerik. Kedua, data telah tersedia dari beberapa sumber. Ketiga, data perpustakaan pada umumnya adalah sumber data sekunder yaitu peneliti mendapatkan data sekunder daripada data yang diperoleh langsung di lapangan.

(4)

1155 HASIL & PEMBAHASAN

Restorative Justice dan pendekatannya

Keadilan restoratif adalah pengadilan yang mengutamakan pengganti atas kerugian yang ditimbulkan oleh kejahatan yang diperbuat pelaku. Keadilan restoratif berurusan dengan tindak pidana dengan keterlibatan korban, individu dan masyarakat yang terkait dengan menggunakan jalur dialog dan mediasi untuk mencapai kemufakatan dalam menyelesaikan kasus pidana yang adil oleh korban dan pelaku serta keluarganya.

Beberapa tipe praktek proses Restorative Justice;

1) Victim-offender Mediation and Dialog merupakan ditemukannya pelaku dan korban, namun dimungkinan juga terdapat peserta yang lain;

2) Family group conferencing yaitu mempertemukan korban dengan keluargan dengan pelaku, pendekatan ini lebih luas dibandingkan VOM dan bisa digunakan pada kasus anak yang harus melibatkan orang tua dan professional;

3) Peacemaking circle adalah cara alternatif pidana jika pelaku menyadari perbuatannya dan bersedia bertanggung jawab;

4) Community Reparative Board; pendekatan ini diimplementasikan pada pelaku dewasa yang melakukan tindak pidana bukan kekerasan, juga tindak pidana anak. Lembaga yang menangani terdiri dari warga negara yang telah terlatih mengerjakan tugas secara terbuka, tatap muka secara langsung dengan pelaku atas perintah pengadilan.

Tujuannya adalah memperoleh kesepakatan dengan pelaku dan memonitor ketaatannya, serta melapor ke pengadilan;

5) Kompensasi finansial kepada korban. Ganti kerugian berupa uang yang diderita korban akibat perbuatan pelaku yang harus dimintai pertanggungjawaban. Bagi para korban, ini merupakan bukti berfungsinya sistem peradilan pidana secara adil. Studi di Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa tindakan korektif ini menyebabkan penurunan residivisme. Namun, ini juga dapat diatur melalui prosedur informal. Kegagalan untuk membayar pengembalian dana akan mengakibatkan kasus tersebut dibawa ke pengadilan;

6) pelayanan pribadi kepada korban; dimana ganti rugi menjadi tanggung jawab pelaku, ganti rugi dan bantuan lainnya menjadi tanggung jawab negara dan masyarakat;

7) Kerja masyarakat; sering disebut sebagai 'praktik keadilan restoratif', merupakan bentuk alternatif hukuman berbasis ketertiban masyarakat (penjara) dan bersifat sukarela;

8) Permintaan maaf tertulis atau lisan kepada korban atau orang lain yang terkena dampak. Salah satu syarat untuk melakukan proses reparasi adalah pelaku mengakui kesalahannya dan menunjukkan penyesalan dengan mengirimkan permintaan maaf secara tertulis kepada korban;

9) Victim or Community Impact Panels (VIS); bagi korban kejahatan untuk menceritakani pelaku kepada polisi, dan lainnya tentang

(5)

1156 dampak kejahatan terhadap kehidupan korban dan keluarga, teman, dan orang disekitarnya. Tujuannya adalah untuk membantu pelaku dan orang lain memahami dampak fisik, emosional dan ekonomi dari kejahatan terhadap korban dan masyarakat;

10) Pernyataan tentang Resolusi dan Dampak Konflik Komunitas atau Lingkungan;

11) Empati, hal ini untuk mendorong pelaku agar tetap sadar akan dampak kejahatannya terhadap korban. Empati berarti memahami apa yang dirasakan oleh korban dengan pengalaman yang sama dengan korban;

12) Pelatihan penyelesaian sengketa di Lapas. Resolusi konflik adalah keterampilan atau kemampuan yang dapat dilatih dengan narapidana sebagai bagian dari proses Restorative Justice.

Penerapan Restorative Justice di Indonesia

Restorative Justice yang cocok digunakan di Indonesia dengan pendekatan Victim Offender Mediation, di Indonesia sendiri dilaksanakan pada sistem peradilan pidana anak yang berlandasakan hukum pada UU no 11 tahun 2012. Dengan pelaku atau korban anak, dua duanya anak bisa dilakukan inisiatif pada aparat kepolisian atau pelaku atau keluarga pelaku agar dapat win win solution. Penyelesaian dapat dialkukan dengan panel masyarakat, dalam konteks Indonesia banyak peranan hukum adat yang masih ada di Indonesia.

Isi undang-undang yang paling mendasar adalah restorative justice dan aturan diversi yang ketat dengan tujuan untuk menjauhkan anak dari tahapan hukum dan menghindarinya supaya tidak adanya stigma terhadap anak yang melanggar hukum.

Maka, untuk mencapainya dibutuhkan semua pihak pemangku kepentingan. Proses ini harus bertujuan untuk mewujudkan keadilan yang restoratif untuk anak dan juga korban. John Braithwaite berpendapat, konsep "keadilan restoratif"

(Braithwaite:1989) mengacu pada proses penyelesaian perselisihan informal (tanpa melalui proses pengadilan formal) yang dilakukan oleh komunitas Māori Selandia Baru. Ini adalah praktik umum suku Maori yang diakui legal oleh pemerintah Selandia Baru.

Hukum pidana mempunyai fungsi melindungi, melindungi negara, masyarakat dan individu. Pada KUHP banyak aturan yang melindungi individu yaitu keselamatan yaitu nyawa dan tubuh, properti atau hak milik, dignity atau martabat (nama baik) maka ada kejahatan pencemaran nama baik.

Di Indonesia untuk kedepannya bisa diterapkan Restorative Justice dengan kejahatan-kejahatan dengan ancaman pidana tidak lebih dari 5 tahun, karena jika lebih dari 5 tahun memperlihatkan keseriusan kejahatan. Kejahatan-kejahatan tidak berdampak pada keselamatan jiwa seperti penipuan, penggelapan dan pencurian.

Pada kejahatan dignity atau martabat (nama baik) juga dapat menggunakan pemidanaan dengan pendekatan Restorative Justice karena ini merupakan delik

(6)

1157 aduan, artinya jika yang dicemarkan namanya tidak mau mengadukan maka tidak dapat diproses.

Untuk penerapan Restorative Justice di Indonesia dibutuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat untuk memahami bahwasanya penjatuhan hukuman tidak harus di penjara, karena di penjara juga tidak dapat menjamin narapidana bisa lebih baik dan bisa bertambah jahat.

PENUTUP Kesimpulan

Keadilan restoratif adalah pengadilan yang mengutamakan pengganti atas kerugian yang ditimbulkan oleh kejahatan yang diperbuat pelaku. Keadilan restoratif berurusan dengan tindak pidana dengan keterlibatan korban, individu dan masyarakat yang terkait dengan menggunakan jalur dialog dan mediasi untuk mencapai kemufakatan dalam menyelesaikan kasus pidana yang adil oleh korban dan pelaku serta keluarganya. Victim-offender Mediation and Dialog merupakan ditemukannya pelaku dan korban, namun dimungkinan juga terdapat peserta yang lain. Restorative Justice yang cocok digunakan digunakan di Indonesia dengan pendekatan Victim Offender Mediation, di Indonesia sendiri dilaksanakan pada sistem peradilan pidana anak yang berlandasakan hukum pada UU no 11 tahun 2012. Di Indonesia untuk kedepannya bisa diterapkan Restorative Justice dengan kejahatan-kejahatan dengan ancaman pidana tidak lebih dari 5 tahun, Kejahatan- kejahatan tidak berdampak pada keselamatan jiwa dan pada kejahatan dignity.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syahril Yunus, S. (2021). Restorative Justice di Indonesia. jakarta: Guepedia.

Andriyanti, E. F. (2020, Nopember). URGENSITAS IMPLEMENTASI RESTORATIVE JUSTICE DALAM. 8.

Arief, H. (n.d.). PENERAPAN PRINSIP RESTORATIVE JUSTICE DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA.

Dr. Bambang Waluyo, S. M. (2016). Desain Fungsi Kejaksaan pada Restorative Justice. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Ernis, Y. (2016). DIVERSI DAN KEADILAN RESTORATIF DALAM PENYELESAIAN PERKARA TINDAK PIDANA ANAK DI INDONESIA. JURNAL ILMIAH, 20-25.

Yusuf, A. (2016). Implementasi restorative justice dalam penegakan hukum oleh POLRI demi mewujudkan keadilan substantif. Jakarta: Usakti.

Referensi

Dokumen terkait

Topologi jaringan dibangun dalam sebuah jaringan berbasis Linux menggunakan PC router quagga yang terdiri dari beberapa komputer, yaitu komputer yang bertindak

Budaya organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja maupun kepuasan kerja karyawan, hal ini disebabkan karena keunggulan dari budaya organisasi adalah

Pembangunan pertanian merupakan cara untuk melakukan perubahan dengan inovasi dan teknologi sesuai dengan potensi agroekosistem wilayah untuk meningkatkan pendapatan dan

(1) Kesimpulan dari pengujian-pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian tersebut untuk pengujian pertama bahwa pada periode 2001-2003, fenomena day of the week

Cara menghadapi anak yang mengalami lamban belajar ( Slow Learner) yaitu pahami bahwa anak membutuhkan waktu lebih lama dan pengulangan yang lebih banyak

Latar Belakang: Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Pre Diabetes merupakan keadaan yang belum termasuk kategori diabetes tetapi glukosa darah lebih tinggi dari normal..

Namun pada aliran setelah titik B tekanan akan meningkat dalam arah aliran sehingga pada beberapa titik momentum aliran dari fluida didalam boundary layer tidak cukup untuk membawa

Melalui perumusan variasional tersebut, diperoleh pula solusi masalah syarat batas atas struktur diskret yang dinyatakan oleh analog fungsi Green. Ucapan