• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Expressive Writing Sebagai Media Melepas Emosi Warga Binaan Perempuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Aktivitas Expressive Writing Sebagai Media Melepas Emosi Warga Binaan Perempuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS EXPRESSIVE WRITING SEBAGAI MEDIA MELEPAS EMOSI PADA WARGA BINAAN PEREMPUAN LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS II B NGAWI

SKRIPSI

Oleh:

Muhammad Dimas Taufiqur Rahmatullah NIM. 303190014

Pembimbing:

Mayrina Eka Prasetyo Budi, M.Psi NIP. 198304112018012001

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2023

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v ABSTRAK

Rahmatullah, Muhammad Dimas Taufiqur. 2023. Aktivitas Expressive Writing Sebagai Media Melepas Emosi pada Warga Binaan Perempuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi. Skripsi. Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam. Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah. Pembimbing Mayrina Eka Prasetyo Budi, M.Psi.

Lembaga pemasyarakatan merupakan suatu tempat dimana individu menjalani masa hukuman atas tindakannya. Individu yang masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan akan merasakan beragam emosi negatif yang membuat mereka merasa stress. Untuk mengatasi hal tersebut, metode katarsis ringan seperti Expressive Writing sangat membantu karena mudah untuk dilakukan.

Expressive Writing sendiri adalah aktivitas yang biasa dilakukan warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi dalam bentuk buku diary untuk melepaskan emosi yang tertahan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi emosi warga binaan perempuan di Lapas Kelas II B Ngawi dan manfaat Expressive Writing yang mereka rasakan. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa kondisi emosi yang dirasakan warga binaan perempuan di Lapas Ngawi adalah sedih, cemas, marah, nyaman, senang dan bahagia. Dalam hal aktivitas menuliskan perasaan dalam buku diary (Expressive Writing) yang dilakukan oleh warga binaan, didapatkan hasil bahwa manfaat yang dirasakan oleh warga binaan setelah melakukan aktivitas Expressive Writing adalah merasa lega karena mengurangi beban hati dan pikiran dan juga merasa nyaman karena dapat menuangkan perasaan dengan leluasa.

Kata kunci: warga binaan perempuan, kondisi emosi, Expressive Writing.

(7)

vi DAFTAR ISI COVER

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN NOTA PEMBIMBING

LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

Daftar Isi... vii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian... 5

E. Telaah Pustaka ... 6

F. Metodologi Penelitian ... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 10

2. Lokasi Penelitian ... 11

3. Data dan Sumber Data ... 11

4. Teknik Pengumpulan Data ... 12

5. Teknik Pengolahan Data ... 13

6. Teknik Analisis Data ... 13

7. Pengecekan Keabsahan Data... 14

G. Sistematika Pembahasan ... 15

(8)

vii

BAB II: LANDASAN TEORI ... 16

A. Emosi ... 16

1. Definisi Emosi ... 16

2. Emosi dalam Pandangan Alquran ... 20

3. Kondisi Emosi ... 30

4. Penyebab Emosi ... 34

5. Peran Emosi ... 40

6. Gangguan Emosi ... 44

7. Pengendalian Emosi ... 46

B. Menulis Ekspresif ... 51

1. Definisi Menulis ... 51

2. Manfaat Manulis ... 52

3. Definisi Menulis Ekspresif ... 53

4. Manfaat Menulis Ekspresif ... 55

5. Peran Menulis Ekspresif Sebagai Media Melepas Emosi ... 57

C. Warga Binaan Perempuan ... 59

1. Pengertian Warga Binaan Perempuan ... 59

2. Karakteristik Emosi Warga Binaan Perempuan ... 60

BAB III: PAPARAN DATA ... 61

A. Biodata Narasumber ... 61

B. Kondisi Emosi Warga Binaan Perempuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi ... 64

C. Manfaat Expressive Writing pada Warga Binaan Perempuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi ... 75

BAB IV: PEMBAHASAN ... 79

A. Kondisi Emosi Warga Binaan Perempuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi ... 79

B. Manfaat Expressive Writing pada Warga Binaan Perempuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi ... 83

(9)

viii

BAB V: PENUTUP ... 87 A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lembaga pemasyarakatan merupakan suatu organisasi atau badan usaha atau wadah untuk menampung kegiatan pembinaan bagi narapidana, baik pembinaan secara fisik maupun secara ruhani agar dapat hidup normal kembali di masyarakat sosial. Lembaga pemasyarakatan memiliki tujuan untuk membentuk warga binaan menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindakan pidana sehingga dapat kembali diterima di kalangan masyarakat.1

Berdasarkan kapasitas, tempat kedudukan dan kegiatan kerja, lembaga pemasyarakatan diklasifikasikan menjadi 3, yaitu kelas I yang terletak di provinsi dengan kapasitas 500 orang, kelas II A yang terletak di kabupaten dengan kapasitas 250-500 orang, dan kelas II B yang terletak di daerah setingkat kabupaten dengan kapasitas kurang dari 250 orang.2 Dalam hal ini, lembaga pemasyarakatan di Ngawi masuk dalam kategori kelas II B. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi dibangun sejak masa colonial Kerajaan Protestan Belanda. Berdasarkan wawancara dengan bapak Jarot, selaku Kepala Tata Usaha Lapas Ngawi pada Selasa, 25 Oktober 2022, beliau mengungkapkan bahwa kurang lebihnya pada tahun 1912 M yang kemudian seiring berjalannya

1 Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Metro. 2022. “Sejarah Pemasyarakatan.”

https://lapasmetro.kemenkumham.go.id/profil/sejarah-pemasyarakatan. diakses pada 27 Agustus 2022.

2 Ibid.

(11)

2

waktu diambil alih oleh pribumi. Menurut beliau juga, Lapas Ngawi kini memiliki luas sekitar 5150 m² dengan total pegawai 66 orang. 10 pegawai perempuan dan 56 pegawai laki-laki. Dalam pelaksanaannya, Lembaga Pemasyarakatan memiliki tugas untuk membina warga binaan agar dapat menjalani hidup yang lebih baik. Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B kota Ngawi, terdapat banyak kegiatan pembinaan yang dilakukan untuk membina warga binaan yang kebanyakan bersifat kegiatan spiritual.

Untuk warga binaan laki-laki, yang berjumlah sekitar 400 lebih warga binaan, terdapat banyak kegiatan pembinaan seperti mengaji, sholat berjamaah 5 waktu, praktek ubuddiyah, kultum, belajar bersama, sholat dhuha, membaca asmaul husna, dan sholawat burdah, dan juga terdapat kegiatan lain selain spiritual seperti pelatihan pertukangan, kesenian musik karawitan. Berbeda dengan warga binaan laki-laki, hanya sedikit warga binaan perempuan yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan Ngawi. Total keseluruhannya hanya kisaran 20 warga binaan. Kegiatan pembinaan yang diadakan dimulai dari sholat berjamaah dan program ‘One Day One Juz’, lalu aktivitas memasak dan juga kegiatan pembinaan kesenian berupa karawitan.

Selain beberapa kegiatan di atas, terdapat juga beberapa warga binaan perempuan yang sering menuangkan isi pikiran dan hati mereka ke dalam bentuk sebuah tulisan. Hal ini mereka lakukan karena merasa bahwa menuliskan apa yang sedang mereka rasakan lebih melegakan daripada sekedar bercerita kepada seseorang. Mereka merasa bahwa dengan menulis, mereka bisa merasa lebih tenang.

(12)

3

Dalam survey awal yang penulis lakukan bersama teman-teman pada saat magang dalam sesi konseling individu pada 11 Oktober 2022. Warga binaan perempuan yang sedang dalam sesi konseling individu tersebut mengungkapkan bahwa dirinya sering menulis perasaan mereka dalam bentuk diary. Aktivitas menulis diary ini merupakan melepaskan emosi yang tertahan, meluapkan cerita yang tidak bisa diceritakan ke orang lain dan juga sebagai aktivitas mengisi waktu luang.

Menjadi warga binaan tentunya ada tekanan psikologis yang dirasakan oleh individu baik itu berupa stres, rasa bersalah, penyesalan, kesepian, pesimisme, bahkan depresi. Untuk melepaskan beragam gejolak emosi tersebut, banyak dari warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Ngawi memilih untuk menuangkan perasaan mereka dalam bentuk tulisan, baik dalam bentuk diary.

Menulis sendiri merupakan salah satu media dalam konseling untuk membantu individu dalam memahami kembali permasalahan atau kondisi yang sedang dialaminya. Selain itu, menulis juga merupakan sebuah terapi untuk lebih bisa meringankan beban yang terdapat dalam diri individu. Menurut Pennebaker, menulis adalah suatu proses katarsis dimana individu menuliskan perasaan dalam dirinya dengan cara menceritakan ke dalam sebuah buku yang melalui tulisan tersebut individu dapat mengubah sudut pandang mengenai pengalaman yang ditulis dan memulihkan depresi. Menulis ekspresif adalah menulis tentang

(13)

4

pengalaman pribadi untuk memahami, menelaah persepsi diri, interpretasi dan tanggapan diri terhadap suatu peristiwa.3

Melihat kondisi demikian, peneliti tertarik untuk menelaah lebih dalam terkait aktivitas menulis yang dilakukan oleh warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Ngawi. Maka dari itu, peneliti mengambil judul “Aktivitas Expressive Writing Sebagai Media Melepas Emosi Pada Warga Binaan Perempuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Ngawi”

untuk mengetahui kondisi emosi warga binaan perempuan di Lapas Kelas II B Ngawi dan manfaat Expressive Writing yang dirasakan oleh warga binaan perempuan Lapas Kelas II B Ngawi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi emosi yang dirasakan oleh warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi?

2. Bagaimana manfaat Expressive Writing yang dirasakan oleh warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kondisi emosi yang dirasakan oleh warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi.

3 Mia Ayu Yulianti, “Pengaruh Terapi Menulis Ekspresif Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia dan Pemeliharaan Taman Makam Pahlawan Ciparay Kabupaten Bandung Tahun 2018,” (Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana, Bandung, 2018), 45.

(14)

5

2. Untuk mengetahui manfaat Expressive Writing yang dirasakan oleh warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi.

D. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua manfaat yang hendak peneliti sampaikan kepada pembaca, di antaranya:

1. Manfaat Teoritis

Ada dua manfaat teoritis penelitian ini, yaitu:

a. Pengembangan Ilmu Psikologi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk mengembangkan ilmu psikologi, terutama dalam kajian emosi dan tentang Expressive Writing sebagai media katarsis emosi.

b. Referensi untuk penelitian selanjutnya

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan referensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis sehingga memudahkan peneliti selanjutnya dalam mengumpulkan bahan untuk penelitian.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini ditujukan untuk:

a. Warga Binaan

Hasil dari penelitian ini ditujukan untuk warga binaan terkhususnya warga binaan perempuan Lapas Kelas II B

(15)

6

Ngawi untuk menjadi bahan pembelajaran dalam mengelola emosi dan menjadikan menulis sebagai media untuk mengontrol emosi dan mengembangkan diri.

b. Pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi

Penelitian ini juga ditujukan untuk pihak Lapas Kelas II B Ngawi, diharapkan sekiranya menyediakan program pembinaan Expressive Writing untuk warga binaan sebagai media untuk membantu warga binaan menyembuhkan kondisi jiwa dan batinnya.

c. Mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa terlebih mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) supaya lebih memahami tentang emosi dan manfaat menulis sebagai media pelepasan emosi negatif manusia.

E. Telaah Pustaka

Dalam penulisan ini, peneliti melakukan penelusuran secara digital untuk memudahkan penulis dan memperjelas perbedaan kajian antara apa yang akan peneliti tulis dan penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun penelitian yang peneliti temukan sebagai berikut:

“Validasi Modul Expressive Writing Therapy (Terapi Menulis Ekspresif) Untuk Warga Binaan” penelitian ini ditulis oleh Ditha Wahyu Ningtiyas, mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

(16)

7

Muhammadiyah Surakarta. Dalam penelitiannya, Ditha menggunakan metode studi pustaka dan literature review.

Penelitiannya yang menggunakan teknik analisis expert judgment, hasil yang didapatkan adalah menulis ekspresif dapat diaplikasikan sebagai media untuk mengatasi permasalahan fisik dan psikologis dengan baik secara mandiri dan dengan peralatan yang sederhana dan pasti ada. Menulis ekspresif dapat diterapkan pada semua kalangan dan berbagai latar belakang individu.4

Dalam penelitian ini, Ditha menggunakan metode studi pustaka sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Persamaan dalam penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian Ditha yaitu sama-sama meneliti menulis ekspresif untuk warga binaan.

“Pendekatan Expressive Writing Pada Narapidana Wanita yang Mengalami Kecemasan Menjelang Masa Bebas” penelitian ini ditulis oleh Ariny Oktaviany dan Magdalena S. Halim, magister Psikologi Profesi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah partisipan 19 dan pengambilan partisipan dengan metode criterion sampling dan menggunakan metode mixed method yaitu memadukan metode kualitatif dan kuantitatif.

Melalui penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah melakukan Expressive Writing.

4 Ditha Wahyu Ningtiyas, “Validasi Modul Expressive Writing Therapy (Terapi Menulis Ekspresif) Untuk Warga Binaan,” (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2020).

(17)

8

Mayoritas partisipan merasa lega setelah melakukan kegiatan Expressive Writing dan menilai Expressive Writing sebagai media yang dapat digunakan untuk mengungkapkan emosi dan menurunkan tingkat kecemasan.5

Penelitian ini memadukan antara metode kualitatif dengan kuantitatif sedangkan peneliti hanya menggunakan metode kualitatif untuk melakukan penelitian. Meski sama meneliti menulis ekspresif pada warga binaan, namun penelitian ini memfokuskan pada warga binaan yang menghadapi kecemasan menjelang masa keluar sedangkan peneliti memfokuskan pada manfaat menulis ekspresif dalam meredakan emosi warga binaan.

“Pelatihan dan Pendampingan Menulis Ekspresif Untuk Menurunkan Stress Bagi Warga Binaan Wanita Rumah Tahanan Kelas II B Ponorogo”

penelitian ini ditulis oleh Fadhilah Rahmawati dan Agus Romdhon Saputra dari Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Ponorogo dalam jurnal

“Rosyada: Islamic Guidance and Counseling” volume 02, nomor 02 tahun 2021.

Penelitian ini menggunakan metode PAR (Participatory Action Research) dengan 18 orang partisipan. hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu partisipan menyambut dengan baik dan mempersepsi positif pelatihan menulis ekspresif yang diadakan. Intruksi dan arahan pun dapat dipahami dengan baik.

Setiap sesi berlangsung sesuai dengan prosedur. Partisipanpun dapat melakukan menulis ekspresif secara mandiri.6

5 Ariny Oktaviany dan Magdalena S. Halim, “Pendekatan Expressive Writing Pada Narapidana Wanita yang Mengalami Kecemasan Menjelang Masa Bebas.” Manasa, 2 (Desember, 2014).

6 Fadhilah Rahmawati dan Agus Romdhon Saputra, “Pelatihan dan Pendampingan Menulis Ekspresif Untuk Menurunkan Stress Bagi Warga Binaan Wanita Rumah Tahanan Kelas II B Ponorogo,” Rosyada: Islamic Guidance and Counseling, 2 (Desember, 2021).

(18)

9

Dalam penelitian ini, Fadhilah dan Agus Romdhon memfokuskan pada pelatihan menulis ekspresif pada warga binaan dengan metode PAR (Partisipatory Action Research) sedangkan peneliti dengan metode kualitatif ingin mengetahui keberhasilan menulis ekspresif dalam meredakan emosi warga binaan hal ini dikarenakan warga binaan perempuan di Lapas Kelas IIB Ngawi banyak yang telah terbiasa menulis sehingga tidak lagi membutuhkan pelatihan khusus.

“Pengaruh Katarsis Dalam Menulis Ekspresif Sebagai Intervensi Depresi Ringan Pada Mahasiswa” penelitian ini ditulis oleh Novi Qonitatin, Sri Widyawati, dan Gusti Yuli Asih dari fakultas psikologi Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kuantitatif dengan 23 partisipan dari mahasiswa fakultas Psikologi USM kelas regular pagi.

Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu terdapat pengaruh katarsis yang sangat signifikan dalam menulis ekspresif terhadap depresi ringan pada mahasiswa.7

antara penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terdapat persamaan yaitu membahas tentang aktivitas menulis ekspresif (Expressive Writing) namun peneliti tidak terpusat pada depresi melainkan hanya secara umum untuk mengetahui manfaat menulis ekspresif emosi sebagai media melepas emosi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian pun juga

7 Novi Qonitatin dkk, “Pengaruh Katarsis Dalam Menulis Ekspresif Sebagai Intervensi Depresi Ringan Pada Mahasiswa,” Jurnal Psikologi Undip, 1 (April, 2011).

(19)

10

berbeda dimana Novi dan kawan-kawan meneliti mahasiswa sedangkan peneliti meneliti warga binaan perempuan.

“Menulis Ekspresif Untuk Anak Jalanan: Suatu Metode Terapi Menulis Dalam Diary Melalui Modul Eksperimen” penelitian ini dilakukan oleh Ida Fitria dan kawan-kawannya dalam Jurnal Psiko Islamedia Vol. 01 No.

01, April 2016. Penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan dan menguji sebuah modul menulis ekspresif yang telah dirancang oleh kelompok peneliti.

Subjek dalam penelitian ini adalah 20 anak jalanan di panti asuhan UPTD Rumoh Seujahtera Aneuk Nanggroe dengan kriteria yang telah ditentukan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa menulis ekspresif sangat efektif untuk dilakukan sebagai media melepaskan emosi.8

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian fenomenologi, yakni penelitian yang mengkaji suatu fenomena yang tampak dalam kehidupan. Penelitian fenomenologi berfokus pada menggali, memahami, dan menafsirkan arti dari suatu fenomena di Lembaga pemasyarakatan kelas II B Ngawi.9

8 Ida Fitria dkk, “Menulis Ekspresif Untuk Anak Jalanan: Suatu Metode Terapi Menulis Dalam Diary Melalui Modul Eksperimen,” Psiko Islamedia, 1 (April, 2016).

9 Nursapia Harahap, Penelitian Kualitatif, (Medan: Wal ashri Publishing, 2020), 135-136.

(20)

11 2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi penelitian merupakan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi. Peneliti memilih lokasi ini dikarenakan keunikan warga binaan perempuan yang justru menjadi individu yang gemar menuliskan perasaan mereka ke dalam tulisan berbentuk buku diary untuk membantu melepas emosi-emosi yang mengganjal dan membebani hati dan pikiran mereka.

3. Data dan Sumber Data

Sumber data merupakan istilah yang mengacu pada sumber utama informasi yang diperoleh oleh peneliti. Jenis informasi tersebut dapat berupa manusia, kondisi atau suatu aktifitas dan dokumen.

Adapun data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan Warga Binaan Perempuan Lapas Kelas II B Ngawi Peneliti mengambil enam dari dua puluh warga binaan perempuan yang ada.

Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai profil subjek, kondisi emosi yang sering dialami selama berada di Lapas, aktivitas subjek meluapkan emosi dalam tulisan, dan manfaat apa yang dirasakan subjek setelah menuangkan emosi mereka dalam sebuah tulisan. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari sumber utama yang dalam penelitian ini. Sumber data primer dalam penelitian adalah Warga Binaan Perempuan Lapas

(21)

12

Kelas II B Ngawi Peneliti mengambil enam dari dua puluh warga binaan perempuan yang ada. Enam warga binaan tersebut dengan rincian bahwa setiap dua warga binaan mewakili setiap kamar, yang mana terdapat tiga kamar.

Warga binaan yang dipilih merupakan warga binaan yang masih sering melakukan Expressive Writing.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari selain sumber utama yang berfungsi untuk mendukung dan melengkapi penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder yang peneliti gunakan bersumber dari literature seperti buku, jurnal, artikel, dan literature lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.10

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara terstruktur dengan warga binaan perempuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi. Dalam penelitian ini peneliti mengambil enam subjek dari tiga kamar yang ada dengan rincian setiap kamar diwakili oleh dua warga binaan yang masih sering dan aktif menuangkan emosi ke dalam bentuk tulisan dan petugas Kasi Binadik Lapas Kelas II B Ngawi.

10 Samsu, Metode Penelitian: (Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research & Development), (Jambi: Pustaka Jambi, 2017), 94-95.

(22)

13 5. Teknik Pengolahan Data

Pada umumnya pengolahan data dan pemaknaan data dilakukan setelah data terkumpul atau kegiatan pengumpulan di lapangan dinyatakan selesai. Pengolahan data dimulai dengan mereduksi atau mengkategorisasi data lalu menyajikan data dan menarik kesimpulan.11

6. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman yang tersusun menjadi tiga tahapan yaitu:

a. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian data

Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Dalam

11 Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif, (Makasar: CV. Syalir Media Press, 2021), 106.

(23)

14

melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, jejaring kerja dan chart.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelunya belum pernah ada. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel. 12

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan temuan, peneliti menggunakan metode triangulasi sumber data yang mana sumber data terdiri enam warga binaan sebagai sumber data utama dan petugas perempuan Lapas sebagai penguat data dari sumber data utama. Selain triangulasi sumber data, peneliti juga akan lebih tekun dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan data yang pasti dan akurat.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti membagi pembahasan menjadi lima bab:

BAB I: PENDAHULUAN, dalam bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka dan metodologi penelitian.

12 Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif, 160-163.

(24)

15

BAB II: LANDASAN TEORI, dalam bab ini peneliti membahas tentang teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori tentang emosi, menulis ekspresif, dan warga binaan perempuan.

BAB III: PAPARAN DATA, dalam bab ini peneliti memaparkan hasil penelitian, yang berupa hasil wawancara dengan warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Ngawi mengenai kondisi emosi selama berada di Lapas dan manfaat menulis ekspresif bagi warga binaan perempuan di Lapas Kelas II B Ngawi.

BAB IV: PEMBAHASAN, bab ini berisi analisa terhadap data dari rumusan masalah pertama dan rumusan masalah kedua.

BAB V: PENUTUP, bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, saran-saran dan juga daftar pustaka.

(25)

16 BAB II

LANDASAN TEORI A. Emosi

1. Definisi Emosi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), emosi memiliki arti luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Kata emosi berasal dari bahasa latin “emovere” yang memiliki arti “bergerak ke luar”. “emovere” terdiri dari dua kata yaitu “e-” yang memberi makna

“bergerak menjauh” dan “movere” yang bermakna “menggerakkan, bergerak”.1 Berdasarkan asal katanya, emosi merupakan sesuatu yang menggerakkan individu untuk menuju rasa aman dan pemenuhan kebutuhannya, serta menghindari sesuatu yang merugikan.2

Kata emosi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai menerapkan

“gerakan” baik secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasaan. Emosi sejak dulu dipercaya memiliki kedalaman dan kekuatan sehingga dalam bahasa latin, emosi juga dijelaskan sebagai “Motus Anima”

yang secara harfiah artinya “jiwa yang menggerakkan kita”. Emosi berlaku sebagai sumber energy autentisitas dan semangat manusia yang paling kuat dan dapat menjadi sumber kebijakan intuitif. Emosi juga merupakan sumber kecerdasan, kepekaan, kedermawanan, bahkan kebijaksanaan.3

1 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama), 16.

2 Mohamad Surya, Psikologi Guru: Konsep dan Aplikasi (Bandung: ALFABETA, 2014), 71.

3 Hamzah B. uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 62-63.

(26)

17

Term emosi dalam pemakaian sehari-hari sangat berbeda dengan pengertian emosi dalam dunia psikologi. Emosi dalam pemakaian sehari- hari mengarah pada ketegangan yang terjadi pada individu akibat kemarahan yang memuncak. Masyarakat lazimnya mengartikan emosi sebagai ekspresi dari marah.

Kata emosi sebenarnya tidak mudah untuk didefinisikan. Para ahli psikologi berupaya untuk mendefinisikan emosi dengan mendasarkan pada pengalaman dan penelitian terhadap manusia dan hewan. Para penulis Introduction to Psychology pun cenderung tidak memberi definisi pada emosi karena khawatir memicu perdebatan tak berujung. Sebagai gantinya, mereka memberi panduan yang mengarah pada makna emosi, yaitu:

a. Emosi adalah sesuatu yang kita rasakan pada saat terjadi suatu peristiwa.

b. Bersifat fisiologis dan berbasis pada perasaan emosional.

c. Timbulnya efek pada persepsi, pemikiran, dan perilaku.

d. Menimbulkan dorongan atau motivasi.

e. Mengacu pada cara pengekspresian yang wujudkan dalam bentuk bahasa, ekspresi wajah, isyarat dan lain sebagainya.

Menurut Goleman, kendala dan kesulitan dalam mendefinisikan emosi disebabkan oleh jenis-jenis emosi yang sangat beragam hingga perbendaharaan kata yang kita miliki tidak cukup untuk menyebutkannya.

(27)

18

Akibatnya, para ahli pun berbeda dalam merumuskan pengertian dan pembagian emosi.4

James & Lange menjelaskan bahwa persepsi terhadap sasaran stimulus tertentu akan diikuti oleh respon tubuh dan terlihat. Pengalaman yang menyertai respon inilah yang disebut sebagai emosi. James & Lange mengatakan bahwa emosi timbul setelah adanya respon tubuh. Seperti sedih yang timbul ketika kita menangis, gembira timbul setelah adanya respon tertawa, rasa sayang yang timbul karena bergaul dan lain sebagainya.5 Dalam hakikat emosi, Beck menjelaskan pendapat James & Lange yang mengatakan bahwa “emosi adalah persepsi perubahan jasmaniah yang terjadi dalam memberi respon terhadap suatu peristiwa.” Definisi ini mengatakan bahwa emosi merupakan persepsi dari reaksi terhadap suatu peristiwa.6

Cannon Bord mengungkapkan bahwa emosi terjadi melalui sebuah proses. Proses ini dimulai ketika individu menerima stimulus yang menimbulkan desakan syaraf yang dikirim ke hipotalamus dalam otak yang kemudian mengirimkan desakan syaraf itu ke daerah sensori pada lapisan luar otak (cortex) untuk menyimpan pendriaan yang kemudian lapisan luar otak (cortex) dari prefrontal lobe memberikan kesadaran individu terhadap

4 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 15-17.

5 Mohamad Surya, Psikologi Guru: Konsep dan Aplikasi, 79.

6 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, 62.

(28)

19

stimulus yang kemudian membentuk persepsi dan secara otomatis sistem syaraf akan membangkitkan resonansi tubuh dari keadaan emosional.7

Sementara itu, Lerner mengartikan emosi sebagai: “What exactly is emotion, two components are generally believed to make up emotional experience: psychological response and subjective feeling”. Menurut Lerner, ada dua komponen yang pada umumnya membentuk pengalaman emosi yaitu tanggapan psikologis dan perasaan-perasaan subjektif.

Lerner juga mengungkapkan bahwa pada saat seseorang mengalami emosi, berbagai perubahan psikologis dapat terjadi, seperti bola mata membesar, detak jantung meningkat, desahan atau tarikan nafas yang dalam dan tersengal-sengal, bulu roma di badan berdiri, gerakan getrointestinal (sistem pencernaan) berhenti sementara membuat darah mengalir deras dari perut memasuki otot-otot, hati membebaskan gula memasuki aliran darah untuk meningkatkan energy, keringat meningkat, sementara produksi air liur menurun.

Lerner juga mengemukakan bahwa emosi berbeda dengan motif atau dorongan. Emosi timbul sebagai tanggapan atas aspek lingkungan dan mencakup perubahan dan perasaan subjektif sedangkan motif cenderung muncul sebagai rangsangan internal.8

7 Mohamad Surya, Psikologi Guru: Konsep dan Aplikasi, 80.

8 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, 63.

(29)

20 2. Emosi Dalam Pandangan Alquran

Emosi merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah Swt kepada seluruh manusia sebagai bukti atas kesempurnaan manusia sebagai makhluk-Nya. Musfir bin Said Az-Zahrani mengungkapkan bahwa emosi adalah suatu keadaan yang mengarah kepada pengalaman atau perbuatan yang hadir karena suatu kejadian seperti takut, marah, cinta, dan sejenisnya.

Satu emosi dengan lainnya memiliki keistimewaan masing-masing dalam menggambarkan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam tinjauan Alquran dan Sunnah, emosi manusia terdiri dari beberapa sifat yang tampak seperti rasa takut, sedih, marah, benci, cemburu, iri, dengki, penyesalan, sombong, malu positif, malu negative, gembira dan cinta yang dapat melekat pada diri manusia baik secara disengaja maupun seketika.

Dalam terminology Quraniyyah, struktur manusia dirancang sesuai dengan tujuan penciptaan itu sendiri, dimana jiwa dalam istilah Alquran disebut sebagai nafs yang menjadi obyek pendidikan illahiyah. Istilah nafs di dalam Islam sering dikacaukan dengan kata hawa nafsu dalam bahasa Indonesia, padahal kata “Hawa” dalam Alquran memiliki makna tersendiri.

Dalam Islam, kestabilan jiwa dan ruh menjadi pokok utama dalam kehidupan karena keduanya menjadi dasar pembentukan emosi dan tingkah laku yang stabil. Agar emosi dapat dikelola dengan baik, maka aktivitas akal

(30)

21

haruslah benar. Aktivitas penalaran yang salah akan memicu timbulnya emosi buruk yang merugikan diri sendiri dan juga orang lain.9

Kata “emosi manusia” di dalam Alquran digambarkan langsung dengan perilaku manusia, baik sebagai makhluk individual maupun makhluk sosial.

Dapat berupa informasi yang berada pada masa lampau (sejarah), masa kini, dan masa depan. Dalam Alquran, penjelasan tentang emosi tersebar di berbagai ayat dan surat. Tidak ada pengelompokkan satu emosi dengan emosi lainnya dalam satu ayat atau surat tertentu. Pendekatan Alquran yang demikian sangat memudahkan manusia untuk dilihat dari berbagai dimensi, karena terkait langsung dengan realitas kehidupan sehari-hari yang tidak lepas dari hubungan interpersonal, intrapersonal, dan metapersonal.

Tersebarnya penjelasan emosi manusia dalam banyak surat di dalam Alquran selalu sesuai dengan pokok pembahasan dalam ayat tersebut.

Secara garis besar, di dalam ayat akan terdapat gambaran ekspresi emosi yang menyenangkan yang menjadi dambaan setiap manusia dan juga ada yang memberikan gambaran ekspresi emosi tidak menyenangkan karena berdampak negative bagi kehidupan. Sebagian merupakan gambaran tentang kehidupan di akhirat yang menjadi stimulus untuk melakukan kebaikan di dunia.10

9 Sumarno, “Pendidikan Emosi Dalam Perspektif Alquran Dan Al-Hadist,”Proceedings Ancoms: Annual Conference for Muslim Scholars Kopertais, 4 (Mei, 2017), 849-850.

10 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 136-137.

(31)

22

Ekspresi emosi telah diidentifikasi oleh para pakar ke dalam emosi dasar dan emosi campuran, adapun emosi ragam emosi yang terdapat di dalam Alquran sebagai berikut:

a. Emosi Senang

Emosi senang atau bahagia merupakan segala bentuk emosi yang memberikan kesenangan dalam hidup. Perasaan senang meliputi cinta, puas, gembira, bahagia, dan kondisi lainnya yang didambakan oleh manusia.

Di dalam Alquran dinyatakan bahwa manusia umumnya memiliki kecenderungan tertarik pada lawan jenis, senang pada keturunan, harta yang melimpah, kendaraan mewah, dan kekayaan lainnya. Hal ini termaktub di dalam Alquran surat Ali ‘Imran ayat 14:

َن ِّم ِّة َرَطنَقُمْلٱ ِّريِّطََٰنَقْلٱ َو َنيِّنَبْلٱ َو ِّءٓاَسِّ نلٱ َنِّم ِّت ََٰوَهَّشلٱ ُّبُح ِّساَّنلِّل َنِّ ي ُز ٱ ِّلْيَخْلٱ َو ِّةَّضِّفْلٱ َو ِّبَهَّذلٱ ِّة َٰوَيَحْلٱ ُعََٰتَم َكِّلََٰذ ۗ ِّث ْرَحْلٱ َو ِّمََٰعْنَ ْلْٱ َو ِّةَم َّوَسُمْل

﴾ ٤١ ﴿ ِّبأَـَمْلٱ ُنْسُح ۥُهَدنِّع ُهَّللٱ َو ۖ اَيْنُّدلٱ

Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (QS: Ali ‘Imran: 14).11

Meski demikian, ada beberapa manusia yang tidak sejalan dengan pernyataan ayat tersebut, yaitu para sufi yang memilih bersifat zuhud (menjauhi kesenangan duniawi) dan lebih menikmati kehidupan dengan

11 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 146.

(32)

23

taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). Rabi’ah Al-Adawiyah adalah salah satu contoh sufi yang melepas seluruh gemerlap keindahan duniawi agar dapat memfokuskan seluruh emosi cintanya kepada Tuhan, sehingga tidak ada lagi ruang di dalam dirinya untuk selain Allah.

Dalam Alquran, emosi dijelaskan langsung dengan memberi gambaran ekspresi individu tersebut, di antara ayat-ayat yang memperlihatkan eksrepsi senang sebagai berikut:

ى ِف ُ

فِر ْعَت

﴾٣٢ ﴿

َ نو ُر ُ

ظن َي ِكِئ ٓ ا َر َ ْ

لْٱ ى َ

ل ع َ

﴾٣٣ ﴿

ميِّعَن ىِّفَل َرا َرْبَ ْلْٱ َّن ِِّ

﴾٣١ ﴿

مي ِع َّ

نلٱ َ ة َر ْ

ض َ

ن ْم ِه ِهو ُج ُو

Artinya: “Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.” (QS: Al- Muthaffifin: 22-24).12

﴾٢٣ ﴿

ٌ

ة َر ِش ْبَت ْس ُّم ٌة َك ِحا َض

﴾٢٣ ﴿

ة َرِّفْسُّم ٍذِّئَم ْوَي ٌهوُج ُو

Artinya: “Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan bergembira ria,” (QS: ‘Abasa: 38-39).13

﴾٤٤ ﴿

ا ًرو ُرُس َو ًة َرْضَن ْمُهَٰىَّقَل َو ِّم ْوَيْلٱ َكِّلََٰذ َّرَش ُهَّللٱ ُمُهَٰىَق َوَف

Artinya: “Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.” (QS: Al-Insan: 11).14

Pada ayat-ayat tersebut tertera jelas ekspresi yang dialami oleh manusia ketika sedang merasa senang atau bahagia. Mulai dari raut muka yang memancarkan cahaya kebahagiaan, wajah berseri-seri, tersenyum,

12 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 138.

13 Darwis Hude, ibid.

14 Ibid., 139.

(33)

24

dan gembira. Allah juga berkata di dalam Alquran bahwa Ia tidak menyukai manusia yang merasakan emosi senang secara berlebihan.

Perihal ini termaktub di dalam surat Al-Qashash ayat 76:

ْيَتاَء َو ۖ ْمِّهْيَلَع َٰىَغَبَف َٰىَسوُم ِّم ْوَق نِّم َناَك َنو ُرََٰق َّنِّإ َن ِّم ُهََٰن

ِّزوُنُكْل ٱ َّنِّإ ٓاَم

َلَ َهَّللٱ َّنِّإ ۖ ْح َرْفَت َلَ ۥ ُهُم ْوَق ۥ ُهَل َلاَق ْذِّإ ِّة َّوُقْلٱ ىِّل ۟وُأ ِّةَبْصُعْلٱ ِّب ُأ ٓوُنَتَل ۥ ُهَحِّتاَفَم

﴾٦٧ ﴿

َني ِّح ِّرَفْلٱ ُّب ِّحُي

Artinya: Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”

(QS: Al-Qashash: 76).15 b. Emosi Marah

Marah adalah emosi yang sering disebut ‘emosi’ dalam kehidupan sehari-hari dalam makna peyoraktif. Banyak tindakan fisik yang menyertai emosi marah mulai dari diam, menarik diri, hingga mencederai dan menghabisi nyawa seseorang.

Banyak hal pemicu marah, yang terbagi menjadi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berarti datang dari luar baik itu berupa lingkungana sosial, individu ataupun kondisi alam sedangkan faktor internal yaitu dari dalam diri sendiri, yaitu dimana individu memang memiliki karakter temperamental namun tidak ada standar baku untuk memastikan kapan, kenapa, dan bagaimana individu bisa marah. Hal ini

15 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 161.

(34)

25

berbeda dengan Allah yang konstan memiliki murka pada hal-hal yang mengarah pada kemungkaran dan merusak bumi.

Ciri-ciri ekspresi marah di dalam Alquran beragam. Mulai dari raut muka, dengan kata-kata, dengan tindakan, dan dengan diam. Di antara ayat-ayat yang menggambarkan ekspresi marah sebagai berikut:

َن ِّم َٰى َر ََٰوَتَي ٌِ

﴾٨٣ ﴿

ميِّظَك َوُه َو اًّد َوْسُم ۥ ُهُهْج َو َّلَظ َٰىَثنُ ْلْٱ ِّب مُهُدَحَأ َرِّ شُب اَذِّإ َو َلََأ ۗ ِّبا َرُّتلٱ ىِّف ۥ ُهُّسُدَي ْمَأ ٍنوُه َٰىَلَع ۥ ُهُكِّسْمُيَأ ۚ ٓۦ ِّهِّب َرِّ شُب اَم ِّء ٓوُس نِّم ِّم ْوَقْلٱ

﴾٨٣ ﴿

َنوُمُكْحَي اَم َءٓاَس

Artinya: “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS: An-Nahl: 58-59).16

ِّهِّم ْوَق َٰىَلِّإ َٰٓىَسوُم َعَج َر اَّمَل َو ۖ ٓىِّدْعَب ۢنِّم ىِّنوُمُتْفَلَخ اَمَسْئِّب َلاَق اًفِّسَأ َنََٰبْضَغ ۦ

ىَقْلَأ َو ۖ ْمُكِّ ب َر َرْمَأ ْمُتْل ِّجَعَأ َحا َوْلَ ْلْ ٱ

ُه ُّرُجَي ِّهي ِّخَأ ِّسْأ َرِّب َذَخَأ َو ٓۥ

َلاَق ۚ ِّهْيَلِّإ ٱ

َنْب َّمُأ

َلَ َو َءٓاَدْعَ ْلْٱ َىِّب ْتِّم ْشُت َلََف ىِّنَنوُلُتْقَي ۟اوُداَك َو ىِّنوُفَعْضَتْسٱ َم ْوَقْلٱ َّنِّإ

﴾٤٨١ ﴿

َنيِّمِّل ََّٰظلٱ ِّم ْوَقْلٱ َعَم ىِّنْلَعْجَت

Artinya: “Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: “Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh

16 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 164.

(35)

26

gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim” (QS: Al-A’raf: 150).17

c. Emosi Sedih

Kesedihan adalah emosi yang tidak pernah diharapkan oleh manusia, namun kesedihan selalu menyertai kehidupan manusia.

Rosululloh Saw sendiri pun pernah merasakan kesedihan terlebih ketika meninggalnya paman beliau, Abu Thalib dan istri beliau tercinta, Khadijah. Sedangkan ayat-ayat Alquran yang menggambarkan kesedihan di antaranya sebagai berikut:

﴾١٢ ﴿

َٰىَكْبَأ َو َكَحْضَأ َوُه ۥ ُهَّنَأ َو

Artinya: “dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,” (QS: An-Najm: 43).18

ىَلَع َلَ َو ٱ

َنيِّذَّل ۟اوَّل َوَت ِّهْيَلَع ْمُكُلِّمْحَأ ٓاَم ُد ِّجَأ ٓ َلَ َتْلُق ْمُهَلِّمْحَتِّل َك ْوَتَأ ٓاَم اَذِّإ

﴾٣٣ ﴿

َنوُقِّفنُي اَم ۟اوُد ِّجَي َّلََأ اًن َزَح ِّعْمَّدلٱ َنِّم ُضيِّفَت ْمُهُنُيْعَأ َّو

Artinya: “dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”. lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (QS: At-Taubah: 92).19

ِّتََٰيأَـِّب َنيِّمِّل ََّٰظلٱ َّنِّكََٰل َو َكَنوُبِّ ذَكُي َلَ ْمُهَّنِّإَف ۖ َنوُلوُقَي ىِّذَّلٱ َكُنُزْحَيَل ۥ ُهَّنِّإ ُمَلْعَن ْدَق

﴾٢٢ ﴿

َنوُدَحْجَي ِّهَّللٱ

Artinya: “Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi

17 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 168.

18 Darwis Hude, 180.

19 Ibid., 181

(36)

27

orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS: Al- An’am: 33).20

d. Emosi Takut

Emosi takut merupakan emosi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan adanya rasa takut, manusia mampu mempertahankan dirinya dari beragam problematika yang bisa mengancam hidupnya. Rasa takut akan mendorong kita untuk mengambil tindakan agar menghindari suatu bahaya.

Dalam Alquran sendiri emosi takut diungkapkan sangat luas di beragam surat. Penuturan dalam Alquran tidak terbatas hanya pada ketakutan dunia seperti takut kelaparan, takut kehilangan jiwa dan harta, takut terjadi bencana alam, melainkan juga ketakutan akan kesengsaraan di akhirat. Bagi orang beriman, rasa takut menjadi sebuah modal untuk mencapai maqom yang lebih tinggi di sisi Allah.

Beberapa ayat yang mengungkapkan tentang emosi takut sebagai berikut:

َن ِّ م ٍبِّ يَصَك ْوَأ ِّءٓاَمَّسل ٱ

ٓىِّف ْمُهَعِّب ََٰصَأ َنوُلَعْجَي ٌق ْرَب َو ٌدْع َر َو ٌت ََٰمُلُظ ِّهيِّف

﴾٤٣ ﴿

َني ِّرِّف ََٰكْلٱ ِّب ٌۢطي ِّحُم ُهَّللٱ َو ۚ ِّت ْوَمْلٱ َرَذَح ِّقِّع ََٰوَّصلٱ َنِّ م مِّهِّناَذاَء

Artinya: “atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (QS: Al- Baqoroh: 19).21

20 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 184.

21 Darwis Hude, 194.

(37)

28

ِّإ َرَت ْمَلَأ ىَل

ٱ َنيِّذَّل َرَذَح ٌفوُلُأ ْمُه َو ْمِّه ِّرََٰيِّد نِّم ۟اوُج َرَخ ِّت ْوَمْل ٱ

ُمُهَل َلاَقَف ٱ

ُهَّلل

َلَ ِّساَّنلٱ َرَثْكَأ َّنِّكََٰل َو ِّساَّنلٱ ىَلَع ٍلْضَف وُذَل َهَّللٱ َّنِّإ ۚ ْمُهََٰيْحَأ َّمُث ۟اوُتوُم

﴾٣١٢ ﴿

َنو ُرُكْشَي

Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka:

“Matilah kamu”, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS: Al-Baqoroh: 243).22

َء ٓوُس َنوُفاَخَي َو ْمُهَّب َر َن ْوَشْخَي َو َلَصوُي نَأ ٓۦ ِّهِّب ُهَّللٱ َرَمَأ ٓاَم َنوُل ِّصَي َنيِّذَّلٱ َو

﴾٣٤ ﴿

ِّباَس ِّحْلٱ

Artinya: “dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS: Ar-Rad: 21).23

e. Emosi Benci

Emosi benci dalam Alquran umumnya mengarah pada kebenaran yang datang dari Allah, mulai dari perintah untuk taat, berjihad, berinfaq dan sebagainya. Tema kebencian dalam Alquran bisa dibilang sangat sedikit jika dibandingkan dengan tema kesenangan. Hal ini menunjukkan bahwa Alquran lebih cenderung menggunakan pendekatan reward (ganjaran) daripada punishment (hukuman atau ancaman). Beberapa ayat yang menggambarkan ekspresi benci sebagai berikut:

﴾٤٧٣ ﴿

َ نو ُ

ل َم ْع َي ا َّم ِم ى ِل ْ ه َ

أ َو ى ِن ِّجَن ِّب َر

﴾٤٧٣ ﴿

َنيِّلاَقْلٱ َنِّ م مُكِّلَمَعِّل ىِّ نِّإ َلاَق

Artinya: “Luth berkata: “Sesungguhnya aku sangat benci kepada perbuatanmu”. (Luth berdoa): “Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta

22 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 195.

23 Darwis Hude, 198.

(38)

29

keluargaku dari (akibat) perbuatan yang mereka kerjakan.” (QS: Asy- Syu’ara: 168-169).24

َه ِّرَك ْوَل َو ۥ ُه َروُن َّمِّتُي نَأ ٓ َّلَِّإ ُهَّللٱ ىَبْأَي َو ْمِّهِّه ََٰوْفَأِّب ِّهَّللٱ َروُن ۟اؤُـِّفْطُي نَأ َنوُدي ِّرُي ىَلَع ۥ ُه َرِّهْظُيِّل ِّ قَحْلٱ ِّنيِّد َو َٰىَدُهْلٱ ِّب ۥ ُهَلوُس َر َلَس ْرَأ ٓىِّذَّلٱ َوُه َِ

﴾٢٣ ﴿

نو ُرِّف ََٰكْلٱ

﴾٢٢ ﴿

َنوُك ِّرْشُمْلٱ َه ِّرَك ْوَل َو ۦ ِّهِّ لُك ِّنيِّ دلٱ

Artinya: “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang- orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS: At-Taubah: 32-33).25

f. Emosi Heran dan Kaget

Emosi heran dan kaget merupakan emosi yang hampir sama. Heran berawal dari terjadinya suatu fenomena yang berada diluar nalarnya sedangkan kaget muncul karena sesuatu yang muncul secara tiba-tiba. Di dalam Alquran, ekspresi heran dan kaget terdapat pada sejumlah ayat yang sering terjadi dalam kehidupan manusia. Di antara ayat-ayat tersebut sebagai berikut:

ٍةَد ِّح ََٰو َّلُك ْتَتاَء َو أًـَكَّتُم َّنُهَل ْتَدَتْعَأ َو َّنِّهْيَلِّإ ْتَلَس ْرَأ َّنِّه ِّرْكَمِّب ْتَعِّمَس اَّمَلَف ِّتَلاَق َو اًنيِّ كِّس َّنُهْنِّ م ْج ُرْخ ٱ

ُهَنْيَأ َر اَّمَلَف ۖ َّنِّهْيَلَع ُهَن ْرَبْكَأ ٓۥ

َنْلُق َو َّنُهَيِّدْيَأ َنْعَّطَق َو ۥ

﴾٢٤ ﴿

ٌمي ِّرَك ٌكَلَم َّلَِّإ ٓاَذ ََٰه ْنِّإ ا ًرَشَب اَذ ََٰه اَم ِّهَّلِّل َش ََٰح

Artinya: “Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka”. Maka

24 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 208.

25 Darwis Hude, 210.

(39)

30

tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.” (QS: Yusuf: 31).26

﴾٤٤ ﴿

ا ًروُبُث ۟اوُعْدَي َف ْوَسَف ِِّ

﴾٤١ ﴿

ه ِّرْهَظ َءٓا َر َو ۥ ُهَبََٰتِّك َىِّتوُأ ْنَم اَّمَأ َو

Artinya: “Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku.” (QS: Al-Insyiqaq:

10-11).27

3. Kondisi Emosi

Kondisi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah situasi dan keadaan. Kondisi merupakan situasi atau keadaan yang ada pada diri individu baik dari dalam maupun dari luar diri.28 Emosi sendiri seperti yang telah dijelaskan di atas merupakan sebuah dorongan untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi emosi merupakan suatu keadaan seseorang baik disebabkan dari dalam maupun dari luar dirinya yang memberinya dorongan untuk melakukan sesuatu.

Ruang lingkup emosi sangatlah luas dan kompleks, sehingga para psikolog mengalami kesulitan dalam menentukan mana emosi primer dan sekunder, mana emosi dasar dan emosi yang telah tercampur satu sama lain.29 Menurut Goleman ada ratusan emosi termasuk dari primer, campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya. Lingkup kajian terkait macam-

26 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 215.

27 Darwid Hude, ibid.

28 Vivi Yulianti, “Kondisi Emosional Anak Pedagang Asongan Di Pasar Panorama Kota Bengkulu,” (skripsi, IAIN Bengkulu, 2021) 14.

29 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 6.

(40)

31

macam emosi ini masih menjadi perdebatan para peneliti.30 Goleman ingin menunjukkan betapa kompleks varian dari emosi manusia. Beberapa teoritikus juga mencoba untuk mengklasifikasi emosi sedetail mungkin meskipun mereka tidak sepenuhnya saling sepakat. Goleman sendiri mengemukakan ada delapan jenis emosi yang terdiri dari:

a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan, agresi, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.

b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat.

c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, waspada, tidak tenang, ngeri, fobia, dan panic.

d. Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, dan mania.

e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

f. Terkejut: kaget, terkesiap, takjub, terpana.

g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.

h. Malu: rasa salah, kesal hati, sesal, aib, dan hati hancur lebur.31

30 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, 64.

31 Darwis Hude, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Alquran, 7.

(41)

32

Menurut Permatasari, emosi dapat menjadi dua kategori utama yaitu emosi positif dan emosi negatif.32 Menurut Lucas, emosi positif merupakan pengalaman yang menyenangkan atau menggembirakan.33 Fazri menyatakan bahwa emosi positif meliputi kedamaian, cinta, keceriaan, kegembiraan dan juga kebahagiaan.34 Emosi positif dapat dibagi menjadi empat aspek yaitu:

a. Joy (kegembiraan)

Kegembiraan merupakan aktivitas yang berhubungan dengan orang lain yang terbentuk melalui sebuah hiburan, kegirangan dan suka cita.

b. Interest (ketertarikan)

Ketertarikan menciptakan sebuah motivasi untuk melakukan apa yang sedang dikerjakan. Ketertarikan membantu individu untuk menambah wawasan. Ketertarikan dapat berupa rasa ingin tahu, gairah atau semangat, rasa heran, dan motivasi intrinsic. Ketertarikan dapat membantu individu dalamm mengeksplorasi sesuatu.

32 Widya Nur Fauziyah dan Lia Siti Julaeha, “Pengaruh Desain Kemasan Terhadap Pembelian Impulsif yang Dimediasi Emosi Positif (Studi Kasus di Instagram

@superjunior_elfindonesia),” Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 07 (Mei 2022), 116.

33 Fitra Yeni, “Hubungan Emosi Positif Dengan Kepuasan Hidup Pada Lanjut Usia (LANSIA) Di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat,” NERS Jurnal Keperawatan, 01 (2013), 11.

34 Lina Atika Andriani dan Harti, “Pengaruh Emosi Positif, Potongan Harga, dan Kualitas Website Terhadap Pembelian Impulsif,” Forum Ekonomi, 03 (2021), 456.

(42)

33 c. Contentment (kepuasan hati)

Kepuasan hati berkaitan dengan perasaan seseorang terhadap dunia dan bagaimana memandang dunia agar lebih terintegrasi antara diri dan dunia. Kepuasan hati biasanya identic dengan perasaan tenang.

d. Love (cinta)

Cinta memberikan kesempatan pada individu untuk memberi dan menerima kebahagiaan. Emosi cinta akan muncul dengan adanya interaksi sosial dan kedekatan dalam pembentukan hubungan.35

Sedangkan emosi negatif merupakan emosi yang tidak diinginkan dan tidak ingin dirasakan oleh manusia. Menurut Nadhiroh, emosi negatif merupakan emosi yang tidak diharapkan terjadi dalam diri seseorang.

Anggraini mengungkapkan bahwa emosi negatif adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dapat berpengaruh pada perilaku dan sikap individu menjadi buruk saat berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. Emosi negatif mencakup cemas, marah, rasa bersalah, cemburu, takut, sedih, dan benci.36

35 Widya Nur Fauziyah dan Lia Siti Julaeha, “Pengaruh Desain Kemasan Terhadap Pembelian Impulsif yang Dimediasi Emosi Positif (Studi Kasus di Instagram

@superjunior_elfindonesia),”116-117.

36 Febrianus Sabda Amal dan Artifa Sorraya, “Klasifikasi Emosi Negatif Tokoh Utama Dalam Novel Antara Kita Karya Wahyudi Pratama, Kajian Psikologi Sastra,” Prosiding Seminar Nasional Sastra, Lingua, dan Pembelajarannya (SALINGA), (Oktober, 2021), 3.

(43)

34 4. Penyebab Emosi

Teori kausalitas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia berlangsung dalam logika sebab-akibat. Tidak terbatas dalam hal apapun di sekitar kita, bahkan juga segala hal yang terjadi di dalam tubuh kita. Timbulnya perubahan motoric atau kognisi dikarenakan kemunculan emosi tidaklah terjadi tanpa sebuah sebab. Penyebab itu biasa disebut sebagai obyek keterbangkitan emosi.

Obyek keterbangkitan emosi pada manusia bersifat multidimensi, obyek tersebut bisa mengambil bentuk apa saja, mulai dari benda-benda yang konkrit hingga yang abstrak. Ada hubungan resiprokal antara obyek dengan subyeknya. Dengan sederhananya, dalam peristiwa emosi, harus ada kontak antara obyek dengan subyek. Kontak tersebut bisa bersifat langsung maupun tidak langsung.

Kontak langsung ketika obyek dan subyek bertemu dalam urutan peristiwa secara simultan. Seperti contoh seorang ibu terkulai lemas ketika menyaksikan putranya bersimbah darah akibat tawuran antar pelajar. Dalam Alquran dicontohkan orang-orang Arab jahiliyyah berubah raut wajahnya ketika mendapat kabar bahwa anaknya yang baru lahir berkelamin perempuan.

Kontak tidak langsung dimana ketika obyek dan subyek bertemu dalam rangkaian peristiwa non-simultan. Seperti misal, seorang karyawan yang dipermalukan oleh atasannya di tempat kerja, umumya, seseorang akan segera marah namun karena kondisinya tidak memungkinkan, ia pun

(44)

35

berusaha menutupi perasaannya dengan tetap bersikap wajar, bahkan mungkin berusaha untuk mengembangkan sebuah senyuman namun sesampainya di rumah, sambil memutar ulang peristiwa yang ia alami di memorinya, gejolak emosi yang ia tahan memuncak sehingga secangkir kopi yang akan ia nikmati justru dibanting. Dalam kasus ini, obyek dan subyek tidak terkontak secara langsung melainkan melalui perantara memori atau ingatan.

Contoh lainnya ketika seseorang membaca Alquran dan meneteskan air mata haru ketika membaca dan meresapi makna ayat yang mengisahkan keikhlasan kaum Anshar Madinah dalam menolong kaum Muhajirin sewaktu hijrah. Individu yang membaca Alquran tentu tidak mengalami langsung peristiwa tersebut, tetapi ia berusaha membayangkan kejadian sebenarnya melalui ayat yang ia baca dengan penghayatan yang sungguh- sungguh.

Obyek keterbangkitan emosi bersifat sangat kompleks, sehingga obyek-obyeknya pun juga bersifat nisbi, artinya obyek-obyek itu dapat menjadi pemicu keterbangkitan emosi seseorang, sementara tidak bagi orang lain atau pada waktu tertentu memunculkan emosi sedangkan pada waktu yang lain tidak. Berikut uraian rinci obyek keterbangkitan emosi:

a. Makhluk Biologis

Obyek keterbangkitan emosi dapat berupa makhluk biologis seperti manusia, flora, dan fauna. Manusia bisa dari laki-laki, perempuan, hermafrodit (memiliki dua jenis kelamin), tua, dan

(45)

36

juga muda berpotensi menjadi pemicu timbulnya emosi. Ada individu yang berteriak histeris ketika bertemu dengan artis idolanya dan bahkan beberapa hari setelahnya sulit tidur karena masih terngiang-ngiang atau orang yang melengos sambil mencibir ketika bertemu dengan seseorang yang menurutnya menyebalkan. Begitu juga terhadap hewan, ada yang langsung jijik ketika mendengar kata kecoak, cacing, babi dan mungkin saja akan lari terbirit-birit ketika bertemu dengan hewan-hewan tersebut.

b. Materi dan energy

Benda-benda yang ada di sekitar manusia baik yang masih asli dari alam maupun yang sudah diolah oleh manusia dapat juga menjadi obyek pembangkit emosi. Misalnya bebatuan dan mineral, air terjun, benda angkasa, aneka material dan benda anorganik lainnya serta berbagai energy yang mengendap di lingkungan kita.

Banyak perempuan yang tergoda ketika melihat beragam perhiasan yang terpajang di sebuah etalase mulai dari emas hingga berlian. Ada juga manusia yang merasa dirinya bukan apa- apa dan sangat kecil ketika memandang samudera yang seolah- olah tidak bertepi, dan juga seseorang akan terkejut ketika tersengat listrik berarus lemah.

(46)

37 c. Symbol dan Grafis

Dalam kehidupan, banyak sekali symbol-simbol yang dapat membangkitkan emosi. Dalam sebuah agama, pasti memiliki symbol yang memiliki makna sangat dalam. Ketika ada yang melecehkan symbol-simbol tersebut, maka akan menjadi pemicu amarah bagi pemeluk agama tersebut. Banyak orang yang akan meneteskan air mata ketika lagu kebangsaan negaranya dinyanyikan atau bendera negaranya dikibarkan.

Grafis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menandakan sebuah peradaban manusia. Di zaman purba, grafis digambarkan pada dinding-dinding goa atau sebuah prasasti. Kini hampir semua benda padat dapat dijadikan media membuat grafis dengan menggunakan peralatan modern. Dengan keterampilan seorang pengrajin, seseorang dapat terharu pada relik grafis yang terdapat pada cincin nikah atau tertarik menonton pertunjukkan atau membeli sesuatu karena pengaruh iklan yang didesain dengan sangat indah.

d. Bentuk, Tekstur, Warna, dan Cahaya

Obyek pembangkit emosi dari bentuk, tekstur, warna dan cahaya sangat sering dijumpai di sekitar. Ada individu yang takjub dengan bentuk simetris seperti sarang madu, ada individu yang terpana dengan keindahan warna pada sutra tenun tradisional, dan

Referensi

Dokumen terkait

2 06.00 WIB Apel Penjagaan setelah apel, warga binaan pemasyarakatan dapat keluar dari sell. Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan. Wujud pembinaan

Berdasarkan hasil penelitian, keinginan berkomunikasi pembina dan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Anak Pekanbaru ternyata adanya kecendrungan yang

Penelitian ini menyebutkan bahwa gejala depresi yang paling umum dialami oleh warga binaan perempuan adalah kesedihan (gejala kognitif), kecemasan (gejala afektif)

Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara

Dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dimana dampak psikologis warga binaan di lembaga pemasyarakatan dalam hal ini di spesifikasikan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Komunikasi interpersonal antara pembina dan warga binaan anak sudah berjalan dengan baik di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B

iii LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul: GAMBARAN SPIRITUALITAS PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

1 ANALISIS INTERNAL DAN EKSTERNAL PENGHAMBAT POLA PEMBINAAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN STUDI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II B TEBING TINGGI TESIS Diajukan untuk memenuhi