PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN TERBUKA KELAS II B JAKARTA DALAM PROSES REINTEGRASI SOSIAL
WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP) (PERSPEKTIF PEKERJA SOSIAL KOREKSIONAL)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Rizky Pratomo Aji NIM 1111054100010
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN TERBUKA KELAS II B JAKARTA DALAM PROSES REINTEGRASI SOSIAL WARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN (WBP) (PERSPEKTIF PEKERJA SOSIAL KOREKSIONAL)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Rizky Pratomo Aji NIM : 1111054100010
Di Bawah Bimbingan:
Drs. Helmi Rustandi, MA NIP : 19601208 198803 001 5
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul “PERAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN TERBUKA KELAS II B JAKARTA DALAM PROSES REINTEGRASI SOSIAL WARGA BINAAN PEMASARAKATAN (WBP) (PERSPEKTIF PEKERJA SOSIAL KOREKSIONAL)” Disusun oleh Rizky Pratomo Aji, Nim 1111054100010 telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 01 April 2016. Sripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos)
pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.
Jakarta 01 April 2016
Sidang Munaqasyah
Anggota
Penguji I Penguji II
Di Bawah Bimbingan
Helmi Rustandi, M.A NIP. 19601208 198803 001 5
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) Jurusan
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini
bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya
orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Maret 2016
i Rizky Pratomo Aji, 1111054100010
Peran Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Kelas II B Jakarta dalam proses reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) (Perspektif Pekerja Sosial Koreksional)
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta sebagai UPT yang bertanggung jawab dalam meberikan pembinaan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) agar dapat kembali bersosialisasi dengan masyarakat. Lapas Terbuka klas II B Jakarta memiliki program pembinaan yang khusus serta aturan yang khusus dibandingkan dengan lapas pada umumnya. Selain itu tidak mudah untuk mengembalikan peran serta status seorang narapidana di masyarakat seperti sedia kala. Karena stigma negatif yang melekat pada diri bekas narapidana tidaklah mudah untuk dihilangkan. Selanjutnya, terbentuklah Lembaga Pemasyarakatan Terbuka sebagai langkah untuk merehabilitasi dan mereintegrasi sosial dengan memberikan pembinaan terhadap pelanggar tindak kriminal. Diperlukan peranan dari berbagai pihak untuk mencapai reintegrasi sosial, baik dari pihak lapas, masyarakat, dan dari narapidana itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembinaan dan tahapan Warga Binaan Pemasyarakatan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta untuk mencapai reintegrasi sosial.
ii Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan akan kemampuan penulis, baik dari materi,
penulisan, maupun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut, penulis akan menerima dengan senang hati.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,
baik berupa bimbingan, saran, data, maupun dukungan moril. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris
Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Amirudin, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
4. Bapak Helmi Rustandi, MA Selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen–Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu–ilmu
pengetahuan mengenai Kesejahteraan Sosial maupun bidang keilmuan lainnya.
6. Perpustakaan Fidkom dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii candaannya kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
9. Seluruh pegawai staff Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta, terima kasih
atas waktu, bimbingan dan izinnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
10.Seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B
Jakarta, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan cerita dan pengalaman
hidupnya sehingga peneliti dapat lebih menghargai kehidupan. Terima kasih atas segala
cerita, canda dan kalimat-kalimat bijaknya.
11.Kedua Orang tua tercinta, yaitu Bapak Sunarto dan Ibu Sri Ratna Wati yang telah
membesarkan dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga atas doa,
dorongan semangat, dukungan moril maupun materil penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih, semoga Allah memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada keluarga
kita.
12.Saudara–Saudara saya semua, terutama untuk Adik saya yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
13.Teman–Teman Kesejahteraan Sosial Angkatan 2011, yang telah bersama-sama menuntut
ilmu, setelah lulus penulis pasti akan merindukan teman–teman.
14.Teman–Teman di lingkungan rumah yang telah memberikan semangat kepada penulis.
15.Terimakasih pula atas bantuan, dukungan, serta doa kepada seluruh pihak dalam bantuan
iv mendatang. Aamiin
Jakarta, 24 Maret 2016
ii Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan akan kemampuan penulis, baik dari materi,
penulisan, maupun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut, penulis akan menerima dengan senang hati.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,
baik berupa bimbingan, saran, data, maupun dukungan moril. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris
Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Amirudin, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
4. Bapak Helmi Rustandi, MA Selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen–Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu–ilmu
pengetahuan mengenai Kesejahteraan Sosial maupun bidang keilmuan lainnya.
6. Perpustakaan Fidkom dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii candaannya kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
9. Seluruh pegawai staff Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta, terima kasih
atas waktu, bimbingan dan izinnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
10.Seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B
Jakarta, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan cerita dan pengalaman
hidupnya sehingga peneliti dapat lebih menghargai kehidupan. Terima kasih atas segala
cerita, canda dan kalimat-kalimat bijaknya.
11.Kedua Orang tua tercinta, yaitu Bapak Sunarto dan Ibu Sri Ratna Wati yang telah
membesarkan dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga atas doa,
dorongan semangat, dukungan moril maupun materil penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih, semoga Allah memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada keluarga
kita.
12.Saudara–Saudara saya semua, terutama untuk Adik saya yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
13.Teman–Teman Kesejahteraan Sosial Angkatan 2011, yang telah bersama-sama menuntut
ilmu, setelah lulus penulis pasti akan merindukan teman–teman.
14.Teman–Teman di lingkungan rumah yang telah memberikan semangat kepada penulis.
15.Terimakasih pula atas bantuan, dukungan, serta doa kepada seluruh pihak dalam bantuan
iv mendatang. Aamiin
Jakarta, 24 Maret 2016
ii Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan akan kemampuan penulis, baik dari materi,
penulisan, maupun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut, penulis akan menerima dengan senang hati.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,
baik berupa bimbingan, saran, data, maupun dukungan moril. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris
Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Amirudin, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
4. Bapak Helmi Rustandi, MA Selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen–Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu–ilmu
pengetahuan mengenai Kesejahteraan Sosial maupun bidang keilmuan lainnya.
6. Perpustakaan Fidkom dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii candaannya kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
9. Seluruh pegawai staff Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta, terima kasih
atas waktu, bimbingan dan izinnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
10.Seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B
Jakarta, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan cerita dan pengalaman
hidupnya sehingga peneliti dapat lebih menghargai kehidupan. Terima kasih atas segala
cerita, canda dan kalimat-kalimat bijaknya.
11.Kedua Orang tua tercinta, yaitu Bapak Sunarto dan Ibu Sri Ratna Wati yang telah
membesarkan dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga atas doa,
dorongan semangat, dukungan moril maupun materil penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih, semoga Allah memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada keluarga
kita.
12.Saudara–Saudara saya semua, terutama untuk Adik saya yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
13.Teman–Teman Kesejahteraan Sosial Angkatan 2011, yang telah bersama-sama menuntut
ilmu, setelah lulus penulis pasti akan merindukan teman–teman.
14.Teman–Teman di lingkungan rumah yang telah memberikan semangat kepada penulis.
15.Terimakasih pula atas bantuan, dukungan, serta doa kepada seluruh pihak dalam bantuan
iv mendatang. Aamiin
Jakarta, 24 Maret 2016
ii Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan akan kemampuan penulis, baik dari materi,
penulisan, maupun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan skripsi ini lebih lanjut, penulis akan menerima dengan senang hati.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,
baik berupa bimbingan, saran, data, maupun dukungan moril. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj. Nunung Khairiyah, MA. Selaku Sekretaris
Program Studi Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Amirudin, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis.
4. Bapak Helmi Rustandi, MA Selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen–Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu–ilmu
pengetahuan mengenai Kesejahteraan Sosial maupun bidang keilmuan lainnya.
6. Perpustakaan Fidkom dan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii candaannya kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
9. Seluruh pegawai staff Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B Jakarta, terima kasih
atas waktu, bimbingan dan izinnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
10.Seluruh Warga Binaan Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas II B
Jakarta, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan cerita dan pengalaman
hidupnya sehingga peneliti dapat lebih menghargai kehidupan. Terima kasih atas segala
cerita, canda dan kalimat-kalimat bijaknya.
11.Kedua Orang tua tercinta, yaitu Bapak Sunarto dan Ibu Sri Ratna Wati yang telah
membesarkan dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga atas doa,
dorongan semangat, dukungan moril maupun materil penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih, semoga Allah memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada keluarga
kita.
12.Saudara–Saudara saya semua, terutama untuk Adik saya yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
13.Teman–Teman Kesejahteraan Sosial Angkatan 2011, yang telah bersama-sama menuntut
ilmu, setelah lulus penulis pasti akan merindukan teman–teman.
14.Teman–Teman di lingkungan rumah yang telah memberikan semangat kepada penulis.
15.Terimakasih pula atas bantuan, dukungan, serta doa kepada seluruh pihak dalam bantuan
iv mendatang. Aamiin
Jakarta, 24 Maret 2016
v
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
1. Pembatasan Masalah ... 9
2. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat ... 10
1. Tujuan Penelitian ... 10
2. Manfaat Penelitian ... 10
D. Metodologi Penelitian ... 11
1. Pendekatan Penelitian ... 11
2. Jenis Penelitian ... 11
3. Sumber Data ... 12
4. Teknik Pemilihan Informan ... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ... 13
6. Teknik Analisa Data ... 15
7. Teknik Keabsahan Data ... 15
8. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
9. Teknik Penulisan ... 16
E. Tinjauan Pustaka ... 16
F. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II LANDASAN TEORI ... 19
A. Peran ... 19
1. Pengertian Peran ... 19
2. Ciri Peran ... 20
3. Fungsi Peran ... 21
4. Bentuk Peran ... 21
vi
4. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Terbuka ... 27
C. Pengertian Narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan ... 29
1. Hak-hak Warga Binaan Pemasyarakatan ... 30
D. Reintegrasi Sosial ... 32
E. Pekerja Sosial Koreksional ... 35
1. Peran Pekerjaan Sosial Koreksional ... 35
2. Fungsi Pekerja Sosial Koreksional ... 35
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN TERBUKA KLAS II B JAKARTA ... 37
A. Sejarah Berdirinya Lapas Terbuka Jakarta ... 37
1. Alamat Lapas Terbuka ... 39
2. Dasar Hukum Pembentukan Lapas Terbuka Jakarta ... 39
3. Dasar Hukum Lembaga ... 40
4. Visi dan Misi Lapas Terbuka Jakarta ... 41
5. Status Luas Tanah dan Bangunan ... 42
B. Organisasi dan Struktur Lapas Terbuka Jakarta ... 42
1. Gambaran SDM/Petugas Lapas Terbuka Jakarta ... 45
2. Kriteria penghuni Lapas Terbuka Jakarta ... 46
C. Tahapan Sistem PembinaanWarga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ... 49
1. Pendekatan Keamanan Lembaga ... 49
2. Pola Kehidupan dan Proses Pembinaan di Lembaga ... 50
2.1. Proses Pemasyarakatan di Lapas Terbuka Jakarta ... 50
2.2. Jadwal Kegiatan Narapidana di Lapas Terbuka Jakarta... 51
3. Pola Pembinaan Yang Diterapkan Lembaga ... 52
3.1. Pembinaan Kepribadian ... 52
3.2. Pembinaan Kemandirian ... 53
3.3. Pembinaan Mengintegrasikan Diri Dengan Masyarakat... 53
4. Program Unggulan ... 53
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA ... 55
vii
Pemasyarakatan (WBP)... 60
1.2Proses Pemasyarakatan di Lapas Terbuka Jakarta ... 67
2. Penerapan Pembinaan Oleh Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan ... 70
2.1Fungsi Pencegahan (Preventif) ... 72
2.2Fungsi Penyembuhan (Curative) ... 72
2.3Fungsi Pengembangan (Development) ... 73
2.4Fungsi Penunjang (Supportive)... 73
3. Tahap Akhir Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ... 76
B. Prospek Pekerja Sosial Koreksional di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Kelas II B Jakarta ... 79
Hasil Observasi Di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Kelas II B Jakarta ... 81
BAB V PENUTUP ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
viii Tabel 3.1 Daftar Petugas Lapas Klas II B Terbuka Jakarta Berdasarkan
Kategori Latar Belakang Pendidikan ... 45
Tabel 3.2 Daftar Petugas Lapas Klas II B Terbuka Jakarta
Berdasarkan Kategori kepangkatan ... 46
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan LAPAS
ix Gambar 3.1 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas II B
Terbuka Jakarta ... 44
Gambar 4.1 Alur pencapaian Warga Binaan Pemasyarakatan
x
Lampiran 1. Lembar Catatan Observasi
Lampiran 2. Transkip Wawancara Dengan Kasubsi Registrasi dan Bimkemas
Lapas Terbuka
Lampiran 3. Transkip Wawancara Dengan Kepala Bidang Kegiatan Kerja di
Lapas Klas I Cipinang
Lampiran 4. Transkip Wawancara Dengan Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP) OM
Lampiran 5. Transkip Wawancara Dengan Warga Binaan Pemasyarakat (WBP)
BL
Lampiran 6. Surat Persetujuan Dosen Pembimbing Akademik
Lampiran 7. Surat Keterangan Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 8. Surat Keterangan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 9. Surat Permohonan Penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka
Klas IIB Jakarta
Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu kenyataan bahwa didalam pergaulan hidup manusia, individu
maupun kelompok, sering terdapat adanya penyimpangan-penyimpangan
terhadap norma-norma pergaulan hidupnya, terutama yang dikenal sebagai
norma hukum. Di mana dalam pergaulan manusia bersama, penyimpangan
norma hukum ini disebut kejahatan. Sebagai salah satu perbuatan yang
menyimpang dari norma pergaulan hidup manusia, kejahatan merupakan
masalah sosial, yaitu masalah ditengah-tengah masyarakat, di mana si pelaku
dan korbannya adalah anggota masyarakat juga.
Kejahatan merupakan gejala sosial, yang memperhatikan manusia
pelakunya dalam kedudukannya di tengah-tengah masyarakat.1 Indonesia
sebagai Negara yang tengah membangun, yang mengalami
perubahan-perubahan sosial ekonomi, masalah kejahatan ini senantiasa harus
memerlukan penanganan dengan mengacu pada konteks sosial yang lebih luas
dengan mempertimbangkan kenyataan pelaksanaan berfungsinya aparat dalam
lingkungan sosial, ekonomi, politik, hukum dan teknologi yang semakin
kompleks.
Kejahatan tidak terlepas dari proses-proses dan struktur-struktur sosial
ekonomi yang tengah berlangsung dan mengkordinasikan bentuk-bentuk sikap
serta perilaku para warga masyarakat.
1
Sebagai contoh, peneliti mengutip berita dari salah satu media yang
menceritakan mengenai penangkapan residivis setelah menjambret Ibu yang
sedang membeli jajanan gorengan di jalan Raden Saleh, Sukmajaya, Depok.
Pelaku ditangkap, kemudian babak belur dihajar massa. Sekujur tubuhnya
babak belur setelah dikeroyok warga lantaran mencoba merampas dompet
milik Tumiyem. Pelaku bernama Nasrul, baru keluar penjara enam bulan lalu
karena kasus pencurian. Menurut kapolsek Sukmajaya, pelaku pernah menjadi
tahanan sebelumnya atas kasus yang sama “saat beraksi pelaku dalam
pengaruh mabuk. Pelaku melakukan aksinya dengan sepeda motor.2
Dengan adanya kasus tersebut, seharusnya orang yang pernah dipenjara
tidak lagi mengulangi perbuatan yang melanggar hukum. Menurut data
Statistik Indonesia 2014, pada tahun 2011, tindak pidana (tindak kriminal)
yang terjadi di Indonesia sebanyak 347.605 kasus. Kemudian pada tahun
2012, turun sekitar 1,85 persen, tetapi terlihat naik pada tahun 2013 kemarin
sebesar 0,27 persen.3 Pada data tersebut presentase tindak kriminal pada tahun
2012 mengalami penurunan dan kenaikan tindak kriminal pada tahun 2013,
dampak yang terjadi pada masyarakat sangat bisa dirasakan dan dianggap
merugikan. Tidak hanya itu jumlah tindak pidana yang terjadi di Indonesia
terbilang semakin tinggi dan meresahkan berbagai kalangan.
Untuk menyikapi tindakan kriminal yang semakin tinggi, pihak
kepolisian sebagai keamanan negara memberlakukan sistem kepenjaraan
2
Diakses pada tanggal 20 April 2015 dari
m.tribunnews.com/metropolitan/2014/12/12/residivis-kasus-pencurian-tertangkap-di-sukmajaya-depok
3
Joko Ade Nursiyono, diakses pada tanggal 18 April dari
untuk seseorang yang melanggar nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Dengan harapan pelaku tindak kejahatan merasa jera dan tidak mengulangi
tindakannya tersebut. Namun realitanya, sistem penjara ini tidak membuat jera
pada pelakunya, banyak dari mereka yang mengulangi tindak kejahatan yang
telah dilakukannya. Tidak hanya itu, sistem penjara dilaksanakan dengan
prinsip balas dendam terhadap mereka yang melakukan pelanggaran hukum,
dan juga penjagaannya yang ketat membuat terasing secara keseluruhan dari
kehidupan masyarakat.
Bahwa penjara itu diadakan untuk memberikan jaminan keamanan
kepada rakyat banyak, agar kalis (terhindar) dari gangguan kejahatan. “Jadi,
pengadaan lembaga kepenjaraan itu merupakan respon dinamis dari rakyat
untuk menjamin keselamatan diri”.4 Dapat disimpulkan bahwa penjara
diadakan untuk mempertanggungjawabkan tindak kriminal yang telah
dilakukan. Penjara diadakan untuk menumbuhkan rasa aman dari gangguan
kejahatan, serta agar narapidana dapat dengan tenang menjalankan hukuman
pidananya, bukan malah mengancam keselamatan diri terpidana.
Selain itu tidak mudah untuk mengembalikan peran serta status seorang
narapidana di masyarakat seperti sedia kala. Karena stigma negatif yang
melekat pada diri bekas narapidana tidaklah mudah untuk dihilangkan.
Dengan demikian maka berkembanglah sebuah sistem pemasyarakatan yang
merupakan usaha untuk rehabilitasi dan reintegrasi sosial dengan memberikan
pembinaan terhadap pelanggar tindak kriminal.
4
Dengan bergantinya konsep penjara menjadi pemasyarakatan, maka
terbentuk Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Lembaga
Pemasyarakatan. Pengertian tentang pemasyarakatan dalam Undang-Undang
tersebut diatur dalam Pasal 1 ayat (1), yang menyatakan “Pemasyarakatan
adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan
berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan
bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana”.5
Istilah pemasyarakatan diperkenalkan pertama kali oleh Sahardjo pada
tahun 1963, Sahardjo yang saat itu menjabat Menteri Kehakiman di dalam
pidato pengukuhannya sebagai Doktor Honoris Causa (DR HC) dari
Universitas Indonesia, mengganti istilah penjara dengan “pemasyarakatan”,
dengan karakteristik sepuluh prinsip pokok yang semuanya bermuara pada
suatu falsafah, narapidana bukanlah orang hukuman.6 Istilah Lembaga
Pemasyarakatan digunakan secara resmi sejak tanggal 27 April 1964
bersamaan dengan berubahnya sistem kepenjaraan menjadi sistem
pemasyarakatan.7
Fungsi lembaga pemasyarakatan itu sendiri adalah menyiapkan Warga
Binaan Pemasyarakatan (WBP) agar dapat berintegrasi secara sehat dengan
masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat
yang bebas dan bertanggung jawab.8 Lembaga pemasyarakatan yang berada di
bawah naungan Direktorat Jendral Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan
5
Undang-undang No.1 tentang Pemasyarakatan BAB I tentang ketentuan Umum
6
Petrus Irwan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan dalam prespektif Sistem Peradilan Pidana Penjara, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 25.
7
Ibid, h. 37 8
Hak Azasi Manusia (Kemenkumham) saat ini jumlahnya 439 Unit Pelayanan
Teknis dengan total jumlah narapidana maupun tahanan yang berada di
dalamnya sebanyak 163.173 orang yang tersebar di 33 Provinsi di seluruh
Indonesia9. Dari jumlah yang ada lembaga pemasyarakatan di Indonesia
narapidana maupun tahanan rata-rata sudah melebihi kapasitas.
Untuk dapat melaksanakan sistem pemasyarakatan dibutuhkan
keikutsertaan masyarakat dengan bekerjasama dalam pembinaan maupun
sikap menerima kembali di masyarakat setelah menjalani masa pidananya.
Pada sistem pemasyarakatan terdapat tahap asimilasi, dimana proses
pendekatan yang dilakukan oleh suatu lembaga pemasyarakatan untuk
mengenalkan kembali narapidana terhadap kehidupan masyarakat, dengan
cara membaurkan narapidana kedalam lingkungan masyarakat.
Diperjelas lagi tentang asimilasi pada Undang-Undang Nomor 12 tahun
1995 tentang pemasyarakatan pada pasal 6 ayat (1) alinea ke (2), yang
menyatakan bahwa “Pembinaan ekstramural yang dilakukan di Lapas disebut
asimilasi, yaitu proses pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah
memenuhi persyaratan tertentu dengan membaurkan mereka ke dalam
kehidupan bermasyarakat”.
Maka berdasarkan Surat edaran Kepala Direktorat Pemasyarakatan No.
Kp 10. 13/3/1/tanggal 8 Februari 1965, telah ditetapkan pemasyarakatan
sebagai proses dalam pembinaan narapidana dan dilaksanakan melalui empat
tahap10 yaitu, pertama tahap keamanan maksimal sampai batas 1/3 dari masa
9
Data diperoleh dari pada hari Senin, 7 April 2015. Data jumlah narapidana dan tahanan selalu diperbarui setiap hari melalui pesan singkat dari setiap UPT di seluruh Indonesia.
10
pidana yang sebenarnya. Pembinaan ini merupakan tahap awal pengenalan
lingkungan yang dilakukan sejak diterimanya narapidana sekurang-kurangnya
1/3 dari masa pidana yang sebenarnya. Pembinaannya di dalam Lapas dengan
tingkat pengamanannya maksimum. Tahap kedua yaitu Keamanan Menengah
sampai batas ½ dari masa pidana yang sebenarnya. Pembinaan tahap lanjutan
lebih dari 1/3 sampai dengan ½ masa tahanan yang sebenarnya, dan dievaluasi
perkembangannya. Apabila menurut penelitian Tim Pengamat
Pemasyarakatan, narapidana menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin, dan
patuh pada tata tertib yang berlaku maka kepada narapidana diberikan lebih
banyak kebebasan didalam lapas pengamanan medium.
Tahap ketiga Keamanan Minimal sampai batas 2/3 dari masa pidana yang sebenarnya. Diharapkan narapidana sudah menunjukkan kemajuan
positif baik mental maupun spiritual serta keterampilan lainnya, dan yang
paling penting telah siap untuk berasimilasi dengan masyarakat. Tahap
keempat integrasi dan selesainya 2/3 dari masa tahanan sampai habis masa
pidananya. Sebagai tahap terakhir diharapkan narapidana benar-benar siap
kembali ke masyarakat menjelang bebas, atau Pembebasan Bersyarat (PB)
atau Cuti Menjelang Bebas (CMB).
Pada tahap asimilasi warga binaan diberikan pembinaan untuk bekal
membangun kehidupan setelah selesai menjalani masa hukuman pidananya.
Dengan tujuan agar tidak mengulangi tindak pidana. Di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka (Lapas Terbuka), sambil menunggu masa
memiliki program-program pembinaan keterampilan yang disiapkan untuk
warga binaan pemasyarakatan (WBP).
Lapas Terbuka memiliki suatu keistimewaan sendiri dimana tidak
terdapatnya aturan, keamanan ditekan hingga batas minimal dengan penjagaan
yang tidak terlalu ketat seperti Lapas pada umumnya. Hal ini diterapkan
karena lapas terbuka diperuntukan bagi Narapidana yang telah menjalankan
setengah dari masa pidananya serta berkelakuan baik dengan pengawasan dan
proses seleksi yang ketat dari Lapas tempat ia menjalani masa hukum pidana
sebelumnya. Hal ini dimaksudkan seiring dengan tujuan pendirian. Lapas
Terbuka yaitu menjadi Lembaga asimilasi bagi Narapidana agar dapat
berintegrasi dan berbaur berasimilasi dengan masyarakat sebelum masa
pidananya selesai.
Dalam rangka mempersiapkan narapidana kembali berintegrasi dengan
masyarakat, maka dibentuklah LAPAS Terbuka. Pasal 38 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan meyebutkan bahwa LAPAS Terbuka
merupakan salah satu tempat untuk melaksanakan asimilasi. LAPAS Terbuka
merupakan suatu institusi baru di lingkungan Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Keberadaan
LAPAS Terbuka di Indonesia hanya ada 6 (enam) LAPAS Terbuka yaitu,
LAPAS Terbuka klas II B Pasaman, Jakarta, Kendal, Nusa Kambangan,
implementasi dari Surat Keputusan Menteri Hukum dan Ham Republik
Indonesia Nomor : M.03.PR.0703 Tahun 2003 Tertanggal 16 April 2003.11
Upaya mengintegrasikan narapidana dengan masyarakat pada LAPAS
Terbuka terlihat dengan berdekatannya lingkungan pembinaan dengan
lingkungan masyarakat tanpa adanya tembok atau jeruji pembatas
sebagaimana LAPAS Tertutup atau Rumah Tahanan (RUTAN). Di LAPAS
Terbuka tersebut narapidana berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung
dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini menunjukkan terjadinya suatu
perubahan dinamis dalam bidang hukum pidana menyangkut dengan
perlakuan terhadap seseorang yang melakukan kejahatan menuju bentuk
modern dalam sistem hukum pidana Indonesia.12
Labeling yang melekat pada seoarang narapidana tidak mudah untuk dihilangkan, hal ini jelas dapat menyebabkan ketidakberfungsian sosial
seorang narapidana dapat terjadi. Sehingga seorang narapidana yang telah
bebas atau keluar dari penjara tidak bisa menjalankan aktivitasnya secara
optimal seperti sedia kala karena adanya stigma negatif yang disandangnya.
Oleh karena itu, peneliti memilih penelitian di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Terbuka Jakarta atau yang biasa disebut Kampung
Asimilasi Gandul. Alasan peneliti memilih tempat penelitian disana karena
Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Terbuka Jakarta merupakan salah satu
institusi di bawah Direktorat Jendral Pemasyarakatan Departemen Hukum dan
11
Tholib, Pemberdayaan Lapas Terbuka Sebagai Wujud Pelaksanaan Community Based Corrections Di Indonesia, Dikutip dari http://www.ditjenpas.go.id, Diakses pada Tanggal 5 Oktober 2015
12
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, yang secara khusus melaksanakan
pembinaan lanjutan terhadap narapidana pada tahap asimilasi.
Berdasarkan paparan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Peran Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Kelas II B Jakarta Dalam Proses Reintegrasi Sosial Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) (Perspektif Pekerja Sosial Koreksional)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam sebuah penelitian harus dibentuk sebuah pembatasan
masalah agar peneliti fokus untuk mencari dan meneliti objek penelitiannya.
Dari uraian latar belakang yang telah peneliti paparkan di sub bab latar
belakang sebelumnya, maka peneliti membatasi objek permasalahan yang
akan diteliti pada Lembaga Pemasyarakatan Terbuka “Keamanan
Minimum” yaitu Peranan Lembaga Pemasyarakatan terbuka kelas II B
Jakarta dalam proses reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP).
2. Perumusan Masalah
Dalam peranan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS), kita dapat
melihat runtutan masalah yang terkait dimana Lapas terbuka kelas IIB
Jakarta untuk mencapai reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan
(WBP).
Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti merumuskan masalah
a. Bagaimana peran Lembaga Pemasyarakatan Terbuka kelas II B Jakarta
dalam melakukan proses reintegrasi sosial Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP)?
b. Bagaimana prospek pekerja sosial koreksional di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Jakarta kelas II B Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui peran Lembaga Pemasyarakatan Terbuka kelas II B
Jakarta dalam melakukan proses reintegrasi sosial Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP).
b. Untuk mengetahui prospek pekerja sosial koreksional di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Jakarta kelas II B Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Akademis
1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
ilmiah bagi ilmu kesejahteraan sosial khususnya dalam studi
tentang Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) terbuka.
2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian mengenai
b. Manfaat Praktis
1) Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan
sumbangan bagi Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Kelas IIB
Jakarta.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memahami objek
penelitian dalam rangka menemukan, menguji, pada suatu kebenaran atau
pengetahuan. Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati.13
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggambarkan secara
komprehensif melalui pengumpulan data dengan melakukan observasi dan
wawancara secara mendalam mengenai proses pembinaan lembaga
pemasyarakatann terbuka dalam meningkatkan keberfungsian sosial.
2. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan penulisan deskriptif,
yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,
baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan,
atau penghubungan dengan variabel lain. Jenis penelitian ini menghasilkan
13
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang diamati guna mendapat data-data yang dipelukan. Data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata karna adanya penerapan metode
kualitatif. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk
memberi gambaran penyajian laporan tersebut.14
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi
dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer, yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) yang secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam
hal ini peneliti memperoleh data primer melalui wawancara yang akan
dilakukan terhadap staf lembaga pemasyarakatan serta Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) yang sedang menjalani masa pemasyarakatan
di Lapas Terbuka Klas IIB Jakarta.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data sekunder dengan
mempelajari dokumen-dokumen, arsip yang relevan, buku-buku, dan
media massa mengenai Lembaga Pemasyarakatan Terbuka klas IIB
Jakarta.
14
4. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan peneliti untuk pemilihan informan dalam
penelitian ini adalah teknik purposive sampling, bertujuan dimana informan penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan
dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi
yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.15
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga
teknik, yaitu sebagai berikut :
a. Interview atau wawancara, yaitu metode yang dilakukan melalui
dialog secara langsung antara pewawancara dengan terwawancara
untuk memperoleh data atau informasi yang dibutuhkan.16
Wawancara juga merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Dr. Lexy
J. Moleong, M.A. wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
15
Soeharto Irawan, Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.63.
16
b. Studi Dokumentasi, yaitu data-data yang tertulis yang mengandung
keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang
masih aktual.17 Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk karya misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.
c. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.18 Observasi sebagai teknik pengumpulan
data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik
yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Jika wawancara dan
kuesioner selalu terjadi kontak komunikasi dengan orang lain,
sedangkan observasi itu sendiri tidak terbatas pada orang, melainkan
dengan obyek-obyek alam yang lain sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi
dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation (observari tidak berperan serta).
17
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001) Cet. Ke-15, h.13.
18
Observasi berperan serta yaitu peneliti terlibat langsung
dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Namun, berbeda halnya
dengan observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat tetapi hanya
menjadi pengamat independen.
Dalam observasi ini, yang peneliti lakukan adalah observasi
berperan serta. Peneliti turun langsung ke lapangan tempat dimana
penelitian dilakukan. Hal ini bertujuan guna memperoleh data dan
informasi yang konkret mengenai hal-hal yang menjadi objek
penelitian.
6. Teknik Analisa Data
Dalam melakukan pengolahan data, penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu teknik analisa data, dimana penulis terlebih dahulu
memaparkan data-data yang diperoleh, kemudian mendeskripsikan
temuan-temuan yang ada dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis.
Peneliti terlebih dahulu memaparkan data-data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai Lembaga Pemasyarakatan
Terbuka dan Warga binaan Pemasyarakatan (WBP) yang mendapatkan
pembinaan, dan kemudian mendeskripsikan.
7. Teknik Keabsahan Data
Seperti yang telah dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya
Metodelogi Kualitatif, untuk menentukan keabsahan data adalah dengan
yang memanfaatkan seseuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.19
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan
cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh di lapangan dengan
kenyataan yang ada pada saat penelitian.
8. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2015 hingga bulan Oktober
2015. Penelitian ini bertempat di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka klas IIB
Jakarta, yang beralamat di Jl. Raya Gandul, Desa Gandul, Kecamatan Limo,
Kabupaten Depok, terletak didalam kompleks Balai Pengembangan Sumber
Daya Manusia, Kementerian Hukum dan HAM.
9. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
diterbitkan oleh Center For Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E.Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang
berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penelitian
skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan
19
mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk skripsi ini,
peneliti menggunakan literatur berupa skripsi, yaitu:
1. Nama : Fahrur Rohman
NIM : 104054002085
Judul : Pemberdayaan Narapidana Melalui Program Jenjang S1
Hukum Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang
Jakarta.
2. Nama : Putri Anisa Yuliani
NIM : 109054100019
Judul : Program Pembinaan Kemandirian Di Lembaga
Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta
Kedua Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sama-sama mengambil lokasi penelitian
di Lembaga Pemasyarakatan walaupun di Lembaga Pemasyarakatan yang
berbeda. Letak Perbedaan kedua skripsi tersebut dengan judul yang
diambil oleh penulis yaitu tema yang diambil penulis mengenai program
pembinaan kewirausahaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, termasuk Pendahuluan, Isi dan Penutup.
BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, pedoman penulisan skripsi, tinjauan pustaka,
serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori, Berisikan teori-teori yang dijadikan peneliti sebagai dasar teori dalam melakukan penelitian sejak pengumpulan
data, penyaringan data hingga analisi data.
BAB III Gambaran Umum Lembaga, menjelaskan sejarah berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Klas IIB Jakarta, landasan
hukum, tugas pokok dan fungsi, program lembaga, struktur
lembaga dan divisi-divisi, tahapan pelayanan, sarana dan
prasarana, serta daya tampung.
BAB IV Hasil Penelitian, Menjelaskan bentuk analisa tentang peranan lembaga pemasyarakatan terbuka klas IIB Jakarta dalam proses
reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan (WBP) dan
perspektif pekerja sosial koreksional, serta hasil wawancara
peneliti yang dilakukan kepada narapidana di lembaga tersebut
penerima manfaat.
BAB V Penutup, Dalam hal ini akan ditarik beberapa kesimpulan mengenai hasil penelitian serta saran-saran sebagai bentuk hasil
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran
1. Pengertian Peran
Peran diartikan sebagai fungsi, kedudukan atau bagian dari
kedudukan, seseorang dikatakan berperan atau memiliki peran karena
mempunyai status dalam masyarakat walaupun kedudukannya ini berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi masing-masing dirinya
berperan sesuai dengan statusnya. Peran menurut Sarlito Wirawan Sarwono
mendefinisikan bahwa sebagai seperangkat harapan-harapan yang
dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan sosial
tertentu.19 Sedangkan menurut Biddle dan Thomas peran adalah serangkaian
rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang
kedudukan tertentu. Selanjutnya, Biddle & Thomas membagi peristilahan
dalam teori peran dalam 4 golongan yaitu istilah yang menyangkut:
a. Orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut.
b. Perilaku yang muncul dalam istilah tersebut.
c. Kedudukan orang dalam perilaku.
d. Kaitan antara orang dan perilaku.20
19
Sarlito Wirawan Sarwono, “Teori-Teori Psikologi Sosial”, (Jakarta: Rajawali, 1984) cet ke-1, h.235.
20
Menurut Soerjono Soekanto peran didefiniskan aspek dinamis
kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
maka ia menjalankan suatu peranan.21
2. Ciri Peran
Menurut Levinson dikutip oleh Soekanto ciri pokok yang
berhubungan dengan istilah peran dalam lingkungan sosial adalah terletak
pada adanya hubungan-hubungan sosial seseorang dalam masyarakat yang
menyangkut dinamika dari cara-cara bertindak dengan berbagai norma yang
berlaku dalam masyarakat, sebagaimana pengakuan terhadap status
sosialnya. Sedangkan fasilitas utama seseorang menjalan peran adalah
lembaga-lembaga sosial yang ada dalam masyarakat. Levinson sebagaimana
dikutip oleh Soekanto, bahwa peran itu mencakup 3 hal yaitu :
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
b. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.22
21
Soejono Soekanto, “Sosiologi Suatu Pengantar”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke-34, h.243.
22
3. Fungsi Peran
Menurut Soekanto, dalam pembahasan tentang aneka macam peran
yang melekat pada individu-individu dalam masyarakat ada beberapa
pertimbangan sehubungan dengan fungsi peran, yaitu sebagai berikut :
a. Bahwa peran tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat
hendak dipertahankan kelangsungannya.
b. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu yang oleh
masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya. Mereka harus
telah terlebih dahulu terlatih dan mempunyai pendorong untuk
melaksanakannya.
c. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu-individu yang tak
mampu melaksanakan perannya sebagaimana diharapkan oleh
masyarakat. Oleh karena mungkin pelaksanaannya memerlukan
pengorbanan yang terlalu banyak dari kepentingan-kepentingan
pribadinya.
d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan perannya,
belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang
seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa
membatasi peluang-peluang tersebut.23
4. Bentuk Peran
Bentuk peran atau role menurut Bruce J. Cohen dikutip oleh
Soekanto, yakni sebagai berikut :
23
a. Peranan nyata (Anacted Role) adalah suatu cara yang betul-betul
dijalankan seseorang dalam menjalankan suatu peranan.
b. Peranan yang dianjurkan (Prescribed Role) adalah cara yang diharapkan
masyarakat dari kita dalam menjalankan peranan tertentu.
c. Konflik peranan (Role Conflict) adalah suatu kondisi yang dialami
seseorang yang menduduki suatu status atau lebih yang menuntut
harapan dan tujuan peranan yang saling bertentangan satu sama lain.
d. Kesenjangan Peranan (Role Distance) adalah Pelaksanaan Peranan
secara emosional.
e. Kegagalan Peran (Role Failure) adalah kagagalan seseorang dalam
menjalankan peranan tertentu.
f. Model peranan (Role Model) adalah seseorang yang tingkah lakunya
kita contoh, tiru, diikuti.
g. Rangkaian atau lingkup peranan (Role Set) adalah hubungan seseorang
dengan individu lainnya pada saat dia sedang menjalankan perannya.
h. Ketegangan peranan (Role Strain) adalah kondisi yang timbul bila
seseorang mengalami kesulitan dalam memenuhi harapan atau tujuan
peranan yang dijalankan dikarenakan adanya ketidakserasiaan yang
bertentangan satu sama lain.24
Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan
posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat
24
seseorang dalam masyarakat (social-position) merupakan unsur statis yang
menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peran dalam
ilmu peranan sosial adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap
caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu
berdasarkan status dan fungsi sosialnya.25
Maka dari itu dari yang dapat peneliti simpulkan dari teori yang
diutarakan oleh Soerjono Soekanto bahwa seseorang dikatakan berperan jika
ia telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan status sosial
dalam masyarakat. Atas dasar definisi tersebut maka peran dalam kehidupan
masyarakat adalah sebagai aspek dinamis dari status. Karena peran memiliki
cakupan untuk membimbing seseorang dalam memenuhi peraturan yang ada
didalam masyarakat (organisasi) yang diikutinya. Sebab aturan yang berlaku
dapat terpenuhi apabila adanya interaksi antar individu. Fungsi dari peran
ini untuk mempertahankan struktur masyarakat dan agar masyarakat
memberikan peluang terhadap individu-individu. Tetapi apabila dari
bentuk, ciri, dan fungsi peran satu sama lainnya tidak dijalankan dengan
baik maka yang terjadi adalah konflik peran bagi individu itu sendiri.
B. Lembaga Pemasyarakatan
1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga pemasyarakatan yang selanjutnya di sebut LAPAS adalah
tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik
25
Pemasyarakatan.26 Sebagai tahap eksekusi, Lembaga Pemayarakatan
mempunyai kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan. Pembinaan merupakan bagian akhir dari sistem
pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
Lembaga Pemasyarakatan sebagai instansi terakhir didalam sistem
Peradilan Pidana dan pelaksanaan putusan pengadilan (Hukuman) didalam
kenyataannya tidak mempersoalkan seseorang ynag benar-benar terbukti
bersalah atau tidak. Lembaga Pemasyarakatan tujuan pembinaan pelanggar
hukum tidak semata-mata membalas tapi juga memperbaiki. Mengalami
perunahan seperti yang terkandung dalam sistem pemasyarakatan yang
memandang narapidana orang tersesat dan mempunyai waktu untuk
bertobat.27
Bahwa sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah
dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan
Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina,
dan masyarakat.28 tujuannya untuk meningkatkan kualitas Warga Binaan
Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, serta dapat hidup
secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
26
Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 12 Tahun 1995, Tentang Pemasyarakatan BAB I Pasal 1 butir 3
27
Petrus Irwan Panjaitan, Pendapotan Simorangkir. Lembaga Pemasyarakatan Dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995) Hal. 63
28
2. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan
Dr. Sahardjo dalam pidato pengukuhan gelar Doctor Honoriscausa di
UI membuat suatu sejarah baru dalam dunia kepenjaraan Indonesia.
Dikatakan, narapidana adalah orang yang tersesat yang mempunyai waktu
dan kesempatan untuk bertobat, yang dalam keberadaannya perlu mendapat
pembinaan. Tobat tidak dapat dicapai dengan hukuman dan penyiksaan,
tetapi dengan bimbingan agar kelak berbahagia di dunia dan akhirat.
Fungsi Lembaga Pemasyarakatan yang di lontarkan Sahardjo,
dipakai sistem pemasyarakatan sebagai metode dan pemasyarakatan sebagai
proses. terjadi perubahan fungsi Lembaga Pemasyarakatan yang tadinya
sebagai tempat pembalasan berganti sebagai tempat pembinaan. Tujuan
pembinaan narapidana selanjutnya dikatakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan akhlak (Budi Pekerti) para narapidana dan anak didik yang
berada didalam Lembaga Pemasyarakatan.29
3. Konsep Lembaga Pemasyarakatan Terbuka
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka merupakan salah satu inovasi
baru dalam penyempurnakan sistem pemasyarakatan di Indonesia.
Pembentukan sistem pemasyarakatan Terbuka sebagai implementasi dari
surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No :
M.03.pr.0703 tahun tanggal 16 April 2003.
29
Lembaga Pemasyarakatan Terbuka merupakan suatu sistem
pembinaan dengan pengawasan minimum (Minimum Security) yang
penghuninya telah memasuki tahap asimilasi dan memenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan dimana diantaranya telah menjalani setengah dari
masa pidananya dan sistem pembinaan serta bimbingan yang dilaksanakan
mencerminkan situasi dan kondisi yang ada pada masyarakat sekitar. Hal ini
dimaksudkan dalam rangka menciptakan kesiapan narapidana kembali ke
tengah masarakat (integrasi).
Dengan sistem pembinaan yang berorientasi kepada masyarakat
maka LAPAS Terbuka seharusnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak ada sarana dan prasarana yang nyata-nyata berfungsi pencegah
pelarian (seperti tembok yang tebal dan tinggi, sel yang kokoh dengan
jeruji yang kuat dan pengamanan yang maksimal)
b. Bersifat terbuka dalam arti bahwa sistem pembinaan didasarkan atas
tertib diri dan atas rasa tanggung jawab Narapidana terhadap
kelompok dimana ia tergolong.
c. Berada di tengah-tengah masyarakat atau di alam terbuka.
Namun secara khusus pembentukan LAPAS Terbuka mengandung
maksud dan tujuan sebagai berikut30 :
a. Memulihkan kesatuan hubungan hidup kehidupan dan penghidupan
narapidana di tengah tengah masyarakat;
30
b. Memberi kesempatan bagi Narapidana untuk menjalankan fungsi
sosial secara wajar yang selama ini dibatasi ruang geraknya selama di
dalam Lembaga Pemasyarakatan, dengan begitu maka seorang
Narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka dapat
berjalan berperan sesuai dengan ketentuan norma yang berlaku
didalam masyarakat;
c. Meningkatkan peran aktif petugas, masyarakat dan Narapidana itu
sendiri dalam rangka pelaksanaan proses pembinaan;
d. Membangkitkan motivasi atau dorongan kepada narapidana serta
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Narapidana
dalam meningkatkan kemampuan atau keterampilan guna
mempersiapkan dirinya hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat
setelah selesai menjalani masa pidananya;
e. Menumbuh kembangkan amanat sepuluh (10) prinsip Pemasyarakatan
dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara;
4. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Terbuka adalah :
1. Sebagai upaya memulihkan kesatuan hubungan hidup kehidupan dan
penghidupan antara Narapidana dengan masyarakat yang
sebelumnya retak dengan memberikan kesempatan kepada
Narapidana untuk menduduki tempatnya di Tengah-tengah
2. Memulihkan kembali harkat dan martabat serta kepercayaan diri
Narapidana sehingga memiliki kemampuan yang bertanggung jawab
baik kepada dirinya maupun kepada anggota masyarakat.
3. Menghindari pengaruh dari prisonisasi yaitu pengaruh negatif dari
penempatan Narapidana yang relatif terlampau lama di lingkungan
bangunan LAPAS tempat pelaksanaan pidana
Berkenaan dengan fungsi ketiga dalam sistem Pemasyarakatan
yang menggunakan model Multy-purpose prison seperti di Indonesia
kemungkinan terjadinya prisonisasi sangat besar, mengingat penempatan
narapidana dengan berbagi jenis latar belakang kejahatan dalam satu
Lapas/Rutan sangat berpotensi terjadinya penularan kejahatan. Tembok
dan jeruji LAPAS tidak hanya mencegah Narapidana untuk melarikan
diri, namun juga memisahkan mereka dari kehidupan masyarakat,
padahal dari semua narapidana yang masuk ke dalam Lapas/Rutan tidak
seluruhnya terdiri dari orang-orang yang memiliki sifat anti sosial, bisa
jadi seseorang dipidana hanya karena ketidak tahuannya tentang
masalah-masalah hukum atau bahkan karena korban keadilan (fitnah).
Terhadap orang-orang seperti inilah yang perlu diselamatkan dari
pengaruh-pengaruh negatif dari pemidanaan di Lapas/Rutan, dan
lembaga pemasyarakatan Terbuka menjadi pilihan alternatif yang paling
memungkinkan untuk menjauhkan mereka dari pengaruh prisonisasi.
warga binaan yang telah menunjukan perkembangan yang positif dalam
pembinaan di Lapas/Rutan.31
C. Pengertian Narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan
Warga binaan atau Narapidana adalah orang yang menjalani pidana
hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan, sedangkan yang di
maksud Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) ialah tempat untuk
melaksanakan pembinaan narapidana atau warga binaan. Pembagian
Narapidana berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan pasal 1 yaitu :
Pertama narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di LAPAS.
Kedua anak didik pemasyarakatan adalah :
Anak pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan
menjalani pidana di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18
tahun.
Anak negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan
diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS
anak paling lama sampai berumur 18 tahun.
Anak sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya
memperoleh penetapan pengadilan untuk didik di LAPAS anak
paling lama sampai berumur 18 tahun.
31
Klien pemasyarakatan yang selanjutnya disebut klien adalah seseorang
yang berada dalam bimbingan BAPAS.
Dalam rangka pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan
(WBP), maka ada penggolongan WBP berdasarkan:
Umur
Jenis kelamin
Lama pidana yang dijatuhkan
Kejahatan yang dilakukan
Kriteria lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
pembinaan.32
1. Hak-hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) adalah warga
masyarakat yang memiliki label dalam diri mereka karena telah
melakukan suatu tindak kriminal sehingga harus mendapatkan
konsekuensi yaitu hukum pidana di Lembaga Pemasyarakatan.
Walaupun tengah menjalani masa hukuman pidana, tidak membuat
seorang Warga Binaan Pemasyarakatan tidak memiliki hak sama
sekali di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan
berfungsi menyiapkan Warga Binaan Pemasyrakatan agar dapat
berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan
32
kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung
jawab.33
Hak-hak warga binaan pemasyarakatan atau narapidana itu
antara lain :
a) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya
b) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani
c) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran
d) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak
e) Menyampaikan keluhan
f) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa
lainnya yang tidak dilarang
g) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan
h) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang
tertentu lainnya
i) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi)
j) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi
keluarga
k) Mendapatkan pembebasan bersyarat
l) Mendapatkan cuti menjelang bebas
m) Mendapat hak-hak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. 34
33
Selanjutnya untuk menjamin terselenggaranya hak-hak
tersebut, selain diadakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
pemasyarakatan yang secara langsung melaksanakan pembinaan,
diadakan pula Balai Pertimbangan kepada Menteri mengenai
pelaksanaan sistem pemasyarakatan dan Tim Pengamat
Pemasyarakatan yang memberi saran mengenai program pembinaan
warga binaan pemasyarakatan di setiap UPT dan berbagai sarana
penunjang lainnya.
D. Reintegrasi sosial
Menurut Sakidjo adalah proses pembentukan norma-norma dan
nilai-nilai baru untuk menyesuaikan diri dengan lembaga kemasyarakatan
yang telah mengalami perubahan. Tahap integrasi tersebut dilaksanakan
apabila norma-norma dan nilai-nilai baru telah “institutionalized” dalam dari
warga masyarakat. Berhasil tidaknya proses “institutionalization” tersebut
diformulasikan sebagai berikut.
Efektivitas (kekuatan menentang-menanam) dari masyarakat Institutionalization =
Kecepatan menanam
Yang dimaksud dengan efektivitas menanam adalah hasil positif dari
penggunaan tenaga manusia, alat-alat, organisasi dan metode untuk
menanamkan nilai baru di dalam masyarakat. semakin besar kemampuan
tenaga manusia, semakin ampuh alat-alat yang dipergunakan, dan semakin
34
teratur oranisasinya, makin sesuai sistem penanaman itu dengan kebudayaan
masyarakat, dan makin besar hasil yang dapat dicapai oleh usaha
penanaman lembaga baru. Kekuatan menentang dari dalam masyarakat
tersebut berdampak negatif terhadap keberhasilan proses
“institutionalization”. Apabila menanam kecil, sedangkan kekuatan
menentang dari masyarakat besar, dan kecenderungan suksesnya proses
institutionalization menjadi kecil bahkan bisa hilang. Sedangkan
pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan integrasi sosial masyarakat
didaerah rawan konflik adalah upaya penanggulangan, pencegahan atau
penyelesaian konflik yang dilakukan masyarakat beserta lembaga sosial
masyarakat melalui kerjasama antar pihak.35
Merubah perilaku individu dan kelompok dalam suatu perubahan
sosial ataupun pembangunan sosial dewasa ini, diperlukan adanya produk
sosial (sosial product) yang inovatif, maka praktisi di bidang ini (seperti
perencana sosial, community worker maupun pembuat kebijakan) dituntut
untuk melakukan penilaian (assesment) terhadap kebutuhan masyarakat
secara berkesinambungan.36
Rehabilitasi seba