• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi pupuk dari palm oil mill effluent pada cabai rawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Aplikasi pupuk dari palm oil mill effluent pada cabai rawit"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

Mill Effluent) PADA TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI KELOMPOK TANI SUMBER REJEKI KELURAHAN KOTA BESI HULU PROVINSI KALIMANTAN

TENGAH

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN MARSELINA ANISTA DHONE

04.01.18.063

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

TUGAS AKHIR

PENYULUHAN APLIKASI PUPUK LIMBAH POME (Palm Oil Mill Effluent) PADA TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum

frutescens L.) DI KELOMPOK TANI SUMBER REJEKI KELURAHAN KOTA BESI HULU PROVINSI KALIMANTAN

TENGAH

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P) MARSELINA ANISTA DHONE

04.01.18.063

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

HALAMAN PERUNTUKAN

Puji syukur ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Bunda Maria atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul “Penyuluhan Aplikasi Pupuk Limbah POME (Palm Oil Mill Effluent) Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Kelurahan Kota Besi Hulu Provinsi Kalimantan Tengah” sebagi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P) dapat terselaikan dengan baik dan tepat waktu.

Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada :

1. Bapak Damianus Anis dan adik Faustinus Waso yang sangat dicintai dan disayangi,

2. Kedua dosen pembimbing saya, Ibu Rika Despita, SST, MP dan Bapak Muhammad Saikhu, SP, M. Agr yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing saya serta memberikan banyak masukan yang mendorong saya untuk mengerjakan Tugas Akhir dengan baik dan tepat waktu,

3. Dosen Penguji saya, Ibu Dr. Budi Sawitri, SST, M.Si yang telah menyempatkan diri untuk menguji saya dan meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta bimbingan untuk perbaikan Tugas Akhir saya menjadi lebih baik,

4. Bapak Slamet Wahyudi, SP selaku Penyuluh Pertanian diwilayah Kota Besi Hulu yang telah membimbing saya selama di wilayah binaan (Kota Besi Hulu) baik selama Magang maupun Tugas Akhir,

5. Kampus terbaik POLBANGTAN Malang dan Civitas Akademika yang telah memberikan saya kesempatan untuk menempuh pendidikan dengan baik dan pengalaman yang sulit saya temukan ditempat lain,

6. Dinas Pertanian Kotawaringin Timur dan keluarga besar BPP Kota Besi serta seluruh masyarakat atau petani Kotawaringin Timur yang telah memberikan kesempatan untuk saya memperoleh segala pengalaman selama ± 2 Tahun,

7. Keluarga Besar Rosi Aulya Putri dan Tanjung Prameswari yang telah menerima serta memberikan saya tempat tinggal yang layak dan konsumsi yang cukup selama di wilayah Kotawaringin Timur atau Sampit, 8. Keluarga Besar Bapak Hermanto yang telah memberikan banyak pengalaman selama di wilayah

Kotawaringin Timur,

9. Keluarga Besar Alfayu Anastasia Maharwinanda, yang telah mendukung saya selama ini,

10. Kae Romo Oris Sai yang telah menjadi kakak yang baik dengan banyak masukan dari masalah yang sedang dihadapi,

11. Para teman random member Next Level, Oscar Oasis, Loli dan Crocodile yang telah menyemangati dengan cara yang berbeda, menafkahi saya sedikit, dan membantu banyak hal yang terjadi dalam hidup saya selama ini,

12. Para teman seangkatan 2018 yang telah membantu, menyemangati serta memberikan masukan kepada saya sehingga Tugas Akhir dapat terselaikan,

13. Para Rakat baik seangkatan maupun kakak atau adik yang telah memberikan saya semangat selama saya berkuliah terkhusus selama pengerjaan Tugas Akhir hingga selesai,

14. Teman sekontrakan (Wanda, Yanti, Rosa, Qurrata, Putri, Septi, Fitri) dan teman sekamar (Wulan, Ulul, Mega) yang senasib dan sepenangungan,

15. Grup Idol, terkhususnya ASTRO (Bang M, Jinu, Nunu, Binnie, DDana), SEVENTEEN (Scoups, Hannie, Shua, Junpi, Ochi, Wonu, Uji, Teman, Kiming, Dikey, Sengkwan, Bonon, Ichan), dan DAY6 (Bapak Sungjin, Eaj, Brian, Piri Miri, Dek Dowoon) yang telah menyemangati saya lewat kata-kata mutiara dan menciptakan lagu serta konten yang menghibur serta memiliki makna yang indah sehingga membantu untuk bangun dari masa-masa sulit dan keterpurukan,

16. Semua Pihak yang telah terlibat baik melalui doa, tenaga serta pikiran.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

RINGKASAN

Marselina Anista Dhone , NIRM 04.01.18.063. Penyuluhan Aplikasi Pupuk Limbah POME (Palm Oil Mill Effluent) Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Kelurahan Kota Besi Hulu Provinsi Kalimantan Tengah. Dosen Pembimbing : Rika Despita, SST, MP dan Muhammad Saikhu, SP, M. Agr.

Tugas akhir ini bertujuan untuk (1) Menganalisa pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit setelah aplikasi pupuk NPK dan limbah POME, (2) Menyusun analisa usahatani pada kajian budidaya cabai rawit terbaik dengan aplikasi pupuk NPK dan limbah POME, (3) Menyusun rancangan penyuluhan aplikasi pupuk NPK dan pupuk limbah POME pada tanaman cabai rawit Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Kelurahan Kota Besi Hulu Provinsi Kalimantan Tengah, dan (4) Menganalisis peningkatan pengetahuan petani terhadap aplikasi pupuk limbah POME pada tanaman cabai rawit Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Provinsi Kalimantan Tengah.

Metode pelaksanaan (1) Data hasil pengamatan dilakukan analisa dengan menggunakan analisis Analysis Of Variance (ANOVA) pada taraf 5%. Kemudian dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5% menggunakan aplikasi SSPS untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan yang diberikan, (2) Analisa usahatani dibagi menjadi 2 yaitu finansial dan ekonomi yang dilakukan meliputi analisa biaya, analisa penerimaan, analisa pendapatan, analisa R/C ratio, analisa B/C ratio, analisa BEP volume dan analisa BEP harga, (3) Penyusunan rancangan penyuluhan menggunakan metode tahapan, dan (4) Peningkatan pengetahuan dianalisis dengan analisis statistik deskriptif.

Hasil tugas akhir menunjukan bahwa (1) Dengan penggunaan dosis 60%

NPK + 300 cc limbah cair POME (Palm Oil Mill Effluent) /tanaman dapat meningkatkan fase vegetatif tinggi tanaman yaitu 31.60 cm, jumlah daun rata-rata sebanyak 21.24 helai dan fase generatif tanaman pada umur berbunga dengan rata-rata umur berbunga 25.45 HST, berat buah pertanaman dengan nilai rata-rata 69.19 g, jumlah buah yaitu 12.95 buah maupun berat buah perplot dengan rata- rata 547.71 g, (2) Hasil analisa usahatani dengan pemberian perlakuan 60% NPK + 300 cc limbah POME baik finansial maupun pada layak untuk dijalankan usahatani dengan hasil analisa finansial usahatani cabai rawit memiliki total biaya Rp. 798,791.-, penerimaan Rp. 2,033,125.-, pendapatan Rp. 1,234,334.-, nilai R/C ratio 2.5, nilai B/C 1.5, BEP Volume 6.3 kg/100 tanaman dan BEP harga jual Rp.

49,111/kg. Sedangkan hasil analisa ekonomi usahatani cabai rawit memiliki total biaya Rp. 18,371,901.- , penerimaan Rp. 20,331,250.-, pendapatan Rp.

1,959,349.-, nilai R/C ratio 1.10, nilai B/C ratio 0.10 dengan suku bunga bank BRI 0.2%/bulan , BEP Volume 146.9 kg/1000 tanaman dan BEP harga jual Rp.

112,953/kg, (3) Rancangan penyuluhan mengenai “Penyuluhan Teknik Pengaplikasian Pupuk Limbah POME dan Pupuk NPK Pada Tanaman Cabai Rawit Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Kelurahan Kota Besi Hulu Provinsi Kalimantan Tengah” bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada petani mengenai teknik pengaplikasian pupuk limbah pome dan pupuk npk pada tanaman cabai rawit dengan sasaran 13 orang a anggota kelompok tani, metode yang digunakan metode ceramah, demostrasi cara dan diskusi kelompok dengan media penyuluhan berupa leaflet dan benda sesungguhnya, evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi hasil untuk mengukur peningkatan pengetahuan petani, (4) Hasil Evaluasi hasil peningkatan pengetahuan petani menunjukan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan sebesar 27.11%.

Kata kunci— Pupuk NPK, Palm Oil Mill Effluent (POME), Cabai Rawit

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat, dan Hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul

“Penyuluhan Aplikasi Pupuk Limbah POME (Palm Oil Mill Effluent) Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Kelurahan Kota Besi Hulu Provinsi Kalimantan Tengah” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Pada penyusunan Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai suatu syarat pelaksanaan Tugas Akhir (TA). Dengan proses penyusunannya, tidak terlepas dari bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Rika Despita, SST, MP selaku Dosen Pembimbing I,

2. Muhammad Saikhu, SP, M. Agr selaku Dosen Pembimbing II,

3. Dr. Eny Wahyuning P., SP, MP selaku Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan,

4. Dr. Setya Budhi Udrayana, S.Pt, M. Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang, dan

Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan laporan. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Malang, 30 Agustus 2022

Penulis

(10)

viii DAFTAR ISI

COVER ... 0

HALAMAN PERUNTUKAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN ... iError! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... Error! Bookmark not defined. RINGKASAN ...vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan ... 4

1.4 Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME) ... 10

2.2.2 Pupuk Majemuk ... 12

2.2.3 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 13

2.2.4 Tanaman Cabai Rawit ... 14

2.2.5 Biaya Produksi... 23

2.2.6 Analisa Penerimaan Total (Total Revenue) ... 25

2.2.7 Analisa Pendapatan ... 25

2.2.8 Analisa R/C Ratio ... 26

2.2.10 Analisa Break Even Point (BEP) ... 27

2.2.11 Penyuluhan ... 28

2.3 Kerangka Pikir ... 35

BAB III METODE PELAKSANAAN ... 38

3.1 Lokasi dan Waktu ... 38

3.1.1 Kajian ... 38

(11)

ix

3.1.2 Uji Kandungan Unsur Hara ... 38

3.1.3 Penyusunan Rancangan dan Penyuluhan ... 38

3.2 Metode Kajian... 38

3.2.1 Rancangan Kajian ... 39

3.2.2 Alat dan Bahan ... 41

3.2.3 Langkah Pelaksanaan ... 41

3.2.4 Parameter Pengamatan ... 43

3.2.5 Definisi Operasional ... 44

3.2.6 Analisa Data Pengamatan ... 45

3.3 Metode Analisa Usahatani ... 46

3.4 Metode Perancangan Penyuluhan ... 46

3.4.1 Menentukan Sasaran Penyuluhan ... 47

3.4.2 Menentukan Tujuan Penyuluhan ... 47

3.4.3 Menentukan Materi Penyuluhan ... 47

3.4.4 Menentukan Metode Penyuluhan ... 48

3.4.5 Menentukan Media Penyuluhan ... 49

3.4.6 Menentukan Evaluasi Penyuluhan ... 49

3.5 Implementasi ... 51

3.5.1 Persiapan Pelaksanaan Penyuluhan ... 51

3.5.2 Pelaksanaan Penyuluhan ... 51

3.5.3 Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan ... 52

3.5.4 Responden Evaluasi ... 52

3.5.5 Hasil Analisis Perolehan Data ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Hasil Analisis Laboratorium Unsur Hara N P K Ca dan Mg ... 53

4.2 Tinggi Tanaman Cabai ... 54

4.3 Jumlah Daun ... 55

4.4 Umur Berbunga ... 57

4.5 Berat Buah ... 59

4.6 Jumlah Buah ... 60

4.7 Berat Buah Perplot ... 62

4.8 Analisa Usahatani ... 63

4.2.1 Analisis Finansial Usahatani ... 64

4.2.2 Analisa Ekonomi Usahatani ... 67

BAB V PERANCANAAN DAN UJI COBA RANCANGAN PENYULUHAN ... 72

5.1 Perancangan Penyuluhan ... 72

(12)

x

5.3.1 Sasaran Penyuluhan ... 72

5.3.2 Tujuan Penyuluhan ... 75

5.3.3 Materi Penyuluhan ... 75

5.3.4 Metode Penyuluhan ... 76

5.3.5 Media Penyuluhan ... 77

5.3.6 Evaluasi ... 77

5.2 Implementasi atau Uji Coba Rancangan Penyuluhan ... 78

5.2.1 Persiapan Penyuluhan... 78

5.2.2 Pelaksanaan Penyuluhan ... 79

5.3 Evaluasi Penyuluhan ... 80

5.3.1 Tujuan Evaluasi ... 80

5.3.2 Sasaran Penyuluhan ... 80

5.2.3 Instrumen Evaluasi ... 81

5.3.4 Uji Validiitas dan Reliabilitas ... 81

5.4 Analisis Data Evaluasi ... 82

5.4.1 Pre-Test... 82

5.4.2 Post-Test ... 83

BAB VI PEMBAHASAN/DISKUSI ... 86

6.1 Pembahasan Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan ... 86

6.1.1 Implementasi Penyuluhan ... 86

6.1.2 Evaluasi Penyuluhan ... 87

6.2 Rencana Tindak Lanjut ... 89

BAB VII PENUTUP ... 90

7.1 Kesimpulan ... 90

7.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN ... 99

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Analisis Laboratorium Kandungan Unsurhara ... 53

2. Tinggi Tanaman Cabai Setelah Pengaplikasian Pupuk NPK dan Limbah Cair POME ... 54

3. Jumlah Daun Cabai Setelah Pengaplikasian Pupuk NPK dan Limbah Cair POME ... 56

4. Umur Berbunga Cabai Setelah Pengaplikasian Pupuk NPK dan Limbah Cair POME ... 58

5. Berat Buah Pertanaman Cabai Setelah Pengaplikasian Pupuk NPK dan Limbah Cair POME ... 59

6. Jumlah Buah Pertanaman Cabai Setelah Pengaplikasian Pupuk NPK dan Limbah Cair POME ... 61

7. Berat Buah Perplot Cabai Setelah Pengaplikasian Pupuk NPK dan Limbah Cair POME ... 62

8. Data Usia Kelompok Tani Sumber Rejeki ... 72

9. Golongan Pendidikan Kelompok Tani Sumber Rejeki ... 73

10. Pengalaman Bertani Anggota Kelompok Tani Sumber Rejeki ... 74

11. Tujuan Penyuluhan ... 75

12. Hasil Skoring Pre-test dan Post-test ... 84

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

1. Kerangka Pikir ... 37 2. Denah Kajian ... 40 3. Denah Sampel ... 40

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

1. Hasil Uji Laboratorium Limbah Cair Pome ... 99

2. Tabel Anova Tinggi Tanaman Cabai Rawit ... 101

3. Tabel Anova Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ... 104

4. Tabel Anova Umur Berbunga Tanaman Cabai Rawit ... 107

5. Tabel Anova Bobot Panen Pertanaman Tanaman Cabai Rawit ... 108

6. Tabel Anova Jumlah Buah Panen Pertanaman ... 111

7. Tabel Anova Bobot Panen Perplot Tanaman Cabai Rawit ... 114

8. Tabel Analisa Usahatani Finansial ... 117

9. Tabel Analisa Usahatani Ekonomi ... 120

10. Perlakuan Terbaik ... 123

11. Penetapan Materi Penyuluhan ... 124

12. Matriks Penetapan Metode Penyuluhan ... 125

13. Matriks Penetapan Media Penyuluhan ... 126

14. Media Penyuluhan ... 127

15. Sinposis ... 128

16. Uji Validitas Dan Reabilitas Kuesioner ... 130

17. Kisi-Kisi Kuesioner ... 137

18. Kuesioner ... 141

19. Lembar Persiapan Menyuluh ... 143

20. Berita Acara ... 144

21. Daftar Hadir ... 146

22. Hasil Pretest ... 148

23. Hasil Posttest ... 149

24. Dokumentasi ... 151

25. Denah Kajian ... 154

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia pada saat ini merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan industrinya sebagai penjamin perekonomian saat ini. Hal ini dikarenakan kelapa sawit termasuk sebagai salah satu penyumbang devisa yang berasal dari ekspor sektor pertanian. Pada tahun 2019, Indonesia dapat menghasilkan lebih dari 48,4 juta ton CPO (Crude Palm Oil) (Badan Pusat Statistik, 2020). Dalam hal ini perkebunan dan pabrik kelapa sawit sangat berperan penting dalam mencapai jumlah produksi tersebut. Kelapa sawit sebagai salah satu komoditas yang mampu menghasilkan minyak nabati, minyak industri. Sebagai negara yang menghasilkan minyak sawit terbesar, Indonesia dapat dilihat memiliki potensi dalam memasarkan hasil produksi kelapa sawit baik secara nasional maupun ekspor.

Upaya mendukung jumlah produksi yang meningkat pada setiap tahunnya, terdapat fasilitas perusahaan dan pabrik yang mengelola perkebunan kelapa sawit dalam menghasilkan CPO. Menurut Badan pusat Statistik (2020) Terdapat 2.511 perusahaan yang tersebar pada 26 provinsi yang berada di Indonesia dengan 4 pulau yang memiliki perusaan kelapa sawit yaitu pada urutan pertama Pulau Sumatera memiliki perkebunan kelapa sawit sebanyak 1.357 perusahaan atau sebesar 54%, urutan kedua Pulau Kalimantan memiliki perkebunan kelapa sawit sebanyak 1.040 perusahaan atau sebesar 42%, urutan ketiga Pulau Sulawesi memiliki perusahaan perkebunan kelapa sawit sebanyak 59 perusahaan atau sebesar 2%, dan yang terakhir Pulau Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua memiliki perusahaan perkebunan kelapa sawit sebanyak 55 perusahaan atau sebanyak 2%. Berdasarkan jumlah perusahaan yang ada terdapat 163

(17)

diantaranya perusahaan negara sedangkan 2.348 sisanya merupakan perusahaan swasta.

Pabrik kelapa sawit memproduksi produk yang dihasilkan oleh kelapa sawit diantaranya yaitu produk berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Selama proses pengolahan hingga menjadi produk banyak tahapan yang perlu dilalui, selama proses berlangsung adapun limbah yang dihasilkan berupa limbah padat, limbah cair maupun limbah gas. Pada Kabupaten Kotawaringin Timur terdapat 29 pabrik yang bergerak dalam pengolahan kelapa sawit yang total kapasitas pabrik sebesar 2.115 TBS/jam dan mampu menghasilkan limbah cair sebesar 1.269 ton limbah cair/jam (Alkusma, dkk. 2016).

Pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah dengan jumlah besar membuat pabrik kelapa sawit menemukan ide agar limbah cair tersebut tidak mencemari lingkungan yaitu dengan mengolah limbah tersebut menjadi pupuk tanaman kelapa sawit dan dilakukan pengolahan agar limbah tersebut menjadi limbah gas yang kemudian dimanfaatkan menjadi biogas yang menghasilkan listrik yang dapat menerangi rumah karyawan dan staf pabrik meski hal ini hanya dilakukan oleh beberapa pabrik yang memiliki fasilitas yang memadai. Namun pada umumnya pabrik dan perusahaan kelapa sawit cenderung memanfaatkan limbah POME sebagai pupuk dikarenakan pengolahannya yang tidak terlalu rumit. Selain itu hal itu didukung oleh kandungan limbah yang mengandung unsur Nitrogen, Phospor, Kalium dan beberapa zat lainnya.

Pupuk anorganik khususnya pupuk NPK Mutiara 16:16:16 saat ini sedang mengalami kenaikan harga jual hingga Rp. 22.000/kg dari yang sebelumnya harga pupuk NPK Mutiara 16:16:16 Rp. 15.000/kg hal ini menyebabkan para petani menjadi kesulitan bagi petani dalam memperoleh pupuk NPK dikarenakan harga pupuk mahal dan perlu adannya solusi untuk mengurangi penggunaan pupuk NPK secara bertaraf. Berdasarkan potensi limbah cair kelapa sawit (POME) yang

(18)

ada di daerahnya Kelompok Tani Sumber Rejeki berdomisili di Kabupaten Kotawaringin Timur yang berada disekitar pabrik kelapa sawit. Selama ini Kelompok Tani Sumber Rejeki menggunakan pupuk kimia sebagai pupuk yang digunakan pada kegiatan berbudidaya tanaman hortikultura mulai untuk mengurangi pengunaan pupuk kimia NPK yang selama ini direkomendasikan oleh Penyuluh BPP Kota Besi yaitu 400 – 700 kg/ha hal ini juga sesuai dengan penelitian Wibowo, dkk., (2016) bahwa dengan menggunakan dosis NPK 700 kg/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai.

Pemanfaatan limbah POME sebagai pelengkap pupuk sehingga dapat memaksimalkan sumberdaya alam yang tersedia di daerah dapat menjadi solusi dari permasalahan naiknya harga pupuk sehingga dengan menggunakan limbah cair POME ini dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK seperti yang direkomendasikan selama ini. Selama ini Petani mengetahui limbah POME digunakan oleh perkebunan kelapa sawit sebagai pupuk namun, ketika petani ingin mengaplikasikannya pada tanaman budidayanya yang merupakan tanaman hortikultura khususnya cabai terkendala dalam dosis untuk mengaplikasikannya pada tanaman budidayanya. Dengan keadaan tersebut petani mengharapkan adanya penelitian mengenai pengaplikasian limbah POME pada tanaman budidayanya khusunya tanaman cabai rawit.

Produksi tanaman cabai di Kotawaringin Timur dari tahun ketahun cenderung menurun, tahun 2019 produksi cabai rawit pada triwulan II sebesar 2.603 kwintal, sedangkan pada tahun 2020 produksi cabai rawit di triwulan I sebesar 320 kwintal. Selain itu pada saat ini cabai rawit merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi pada pasar yang berada Kotawaringin Timur. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar yang menyukai cita rasa pedas pada masakannya dan menyebabkan permintaan pasar cabai rawit selalu ada ditiap harinya, bahkan pada masa tertentu harga cabai rawit meningkat atau dapat disebut juga mahal.

(19)

Selain itu cabai rawit menjadi mahal apabila pada musim hujan dan pada hari perayaan besar atau perayaan hari besar keagamaan.

Berdasarkan uraian dan pemaparan tersebut penulis pun melakukan kajian dengan judul “Aplikasi Pupuk Limbah POME (Palm Oil Mill Effluent) Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Kelurahan Kota Besi Hulu Provinsi Kalimantan Tengah”. Berdasarkan hasil kajian terbaik ditetapkan menjadi materi penyuluhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit setelah aplikasi pupuk NPK dan limbah POME ?

2. Bagaimana analisa usahatani pada kajian budidaya cabai rawit terbaik dengan aplikasi pupuk NPK dan limbah POME ?

3. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan aplikasi pupuk NPK dan pupuk limbah POME pada tanaman cabai rawit Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Kelurahan Kota Besi Hulu Provinsi Kalimantan Tengah?

4. Bagaimana peningkatan pengetahuan petani terhadap aplikasi pupuk limbah POME pada tanaman cabai rawit Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Provinsi Kalimantan Tengah?

1.3 Tujuan

1. Menganalisa pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit setelah aplikasi pupuk NPK dan limbah POME,

2. Menyusun analisa usahatani pada kajian budidaya cabai rawit terbaik dengan aplikasi pupuk NPK dan limbah POME,

3. Menyusun rancangan penyuluhan aplikasi pupuk NPK dan pupuk limbah POME pada tanaman cabai rawit Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Kelurahan Kota Besi Hulu Provinsi Kalimantan Tengah,

(20)

4. Menganalisis peningkatan pengetahuan petani terhadap aplikasi pupuk limbah POME pada tanaman cabai rawit Di Kelompok Tani Sumber Rejeki Provinsi Kalimantan Tengah.

1.4 Manfaat

1. Bagi Peneliti

a. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang terdapat pada lingkup petani dan lingkungan sekitar.

b. Meningkatkan kemampuan untuk menciptakan inovasi berdasarkan sumberdaya alam ataupun manusia yang tersedia.

c. Meningkatkan pengetahuan serta wawasan mahasiswa mengenai pemupukan pada tanaman cabai.

2. Bagi Petani

a. Sebagai sarana dalam meningkatkan pengetahuan petani mengenai pemupukan tanaman cabai dengan menggunakan kombinasi NPK dengan limbah POME.

b. Sebagai sarana dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia di daerah.

c. Sebagai sarana petani dalam mendorong keaktifaan dan kreatifitas petani dalam bekelompok dan dalam kegiatan berbudidaya tanaman.

3. Bagi Institusi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

a. Sebagai sarana dalam memperkenalkan Institusi pada masyarakat luas.

b. Sebagai cerminan mahasiswa yang menempuh pendidikan di lembaga Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

c. Sebagai sarana pengabdian Politeknik Pembangunan Pertanian Malang pada masyarakat .

(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Kutipan pada pustaka dari penelitian terdahulu menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian. Bahan acuan yang digunakan merupakan bahan acuan yang masih berhubungan dalam tema ataupun topik penelitian. Pada penelitian terdahulu dapat dilihat sebagai berikut.

Menurut Bangun dkk. (2014) Dengan judul Aplikasi Limbah Cair CPO (Crude Palm Oil) dan Abu Janjang Kelapa Sawit Pada Tanaman Cabe Rawit. Pada penelitian tersebut menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial 4 x 4 dengan pemberian limbah cair CPO sebagai faktor pertama dan abu janjang kelapa sawit sebagai faktor kedua. Pada faktor pertama terdapat perlakukan 0 cc, 100 cc, 200 cc dan 300 cc limbah cair CPO per tanaman sedangkan faktor kedua 0 g, 100 g, 200 g dan 300 g abu janjang kelapa sawit per tanaman. Pada penelitian ini peneliti menerapkan 16 kombinasi perlakuan 3 ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Kajian menggunakan varietas cabai hibrida Pelita I dan tanah Podzolik merah dengan tujuan penelitian agar dapat mengetahui aplikasi limbah cair CPO dan abu janjang kelapa sawit terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil aplikasi limbah cair CPO dan abu janjang kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan berat buah per tanaman dengan perlakukan terbaik aplikasi limbah cair CPO pada perlakukan 300 cc/tanaman dan abu janjang kelapa sawit dan 300 g/tanaman. Adapun perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian dilaksanakan yaitu lokasi dan waktu penelitian, varietas cabai rawit yang digunakan, tujuan penelitian Mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit setelah aplikasi pupuk NPK dan limbah POME.

(22)

Menurut Daniel dkk. (2017) Dengan judul Aplikasi Limbah Cair pabrik Kelapa Sawit dan NPK Organik Pada tanaman Timun Suri (Cucumis sativus L.). Pada penelitian tersebut menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial 2 faktor pada faktor, pada faktor petama limbah cair kelapa sawit menggunakan perlakuan 0 ml, 100 ml, 200 ml, 300 ml pertanaman dan pada faktor kedua menggunakan NPK organik dengan perlakuan 0 g, 5 g, 10 g, 15 g per tanaman. Pada rancangan ini ditentukan 16 kombinasi perlakuan kemudian pada perlakuan tersebut dilakukan pengulangan 3 kali sehingga total keseluruhan terdapat 48 satuan percobaan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari segi interaksi dan tunggal dosis limbah cair pabrik kelapa sawit dan NPK organik pada pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun suri. Dari penelitian tersebut diperoleh adanya pengaruh nyata pada pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit dan pupuk NPK organik pada berat buah per buah dan berat buah per tanaman. Dari penelitian yang berpengaruh nyata tersebut terdapat perlakuan terbaik pada limbah cair kelapa sawit pada 300 ml per tanaman dan pupuk NPK organik pada perlakuan 15 g per tanaman. Adapun perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian dilaksanakan yaitu lokasi dan waktu penelitian, tanaman cabai rawit, NPK sintetis, tujuan penelitian mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit setelah aplikasi pupuk NPK dan limbah POME.

Menurut Atmaja (2018) Dengan judul penelitian Efektivitas Pemberian Pupuk Organik Dari Limbah Cair Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Bibit Durian (Durio ziberhinus Murr). Pada penelitian tersebut menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial, adapun perlakuan yang dilakukan uji percobaan yaitu air + pupuk standar, air + 20 ml limbah kelapa sawit per polibag, air + 30 ml limbah kelapa sawit per polibag, air + 40 ml limbah kelapa sawit per polibag, air + 50 ml limbah kelapa sawit per polibag, air + 60 ml limbah kelapa sawit per polibag berdasarkan perlakuan-perlakuan tersebut penelitian tersebut dilakukan

(23)

pengulangan selama 4 kali ulangan. Adapun tujuan yang ingin capai pada penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui pengaruh dari limbah cair kelapa sawit pada fase pertumbuhan pada bibit tanaman durian. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh adanya perlakuan yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bibit durian teryaitu pada perlakuan 60 ml per tanaman.

Adapun perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian dilaksanakan yaitu lokasi dan waktu penelitian, tanaman cabai rawit, parameter yang diamati vegetatif dan generatif, dosis POME 300 cc, penanaman dilakukan pada lahan bedengan tujuan penelitian mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit setelah aplikasi pupuk NPK dan limbah POME.

Menurut Surya dkk. (2019) Dengan judul pengaruh pemberian Kompos Bunker Diperkaya Dengan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Pada Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Dibibitan Utama. Pada penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis perlakuan kompos dan perawatan dosis pupuk NPK terhadap penyediaan kompos bunker yang diperkaya dengan limbah pabrik kelapa sawit pada pertumbuhan bibit kelapa sawit dan telah dilaksanakan pada Agustus 2018 hingga November 2018 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan faktor pertama jenis kompos dengan masing-masing perlakuan terdiri dari kontrol, kompos A, kompos B, kompos C dan kompos D sedangkan pada faktor kedua yaitu tingkat dosis pupuk NPK 15-15-6-4 dengan masing- masing perlakuan terdiri dari kontrol, 25% standar pemupukan, 50% standar pemupukan, 75% standar pemupukan dan 100% standar pemupukan.

Berdasarkan perlakuan tersebut total keseluruhan terdapat 25 kombinasi perlakuan 3 ulangan dan 75 satuan percobaan. Setelah penelitian tersebut dilakukan maka diperoleh Perlakuan terhadap jenis kompos sangat berpengaruh tinggi tanaman sebenarnya, diameter bonggol tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk dan rasio tajuk akar adalah 25% POME sedangkan perlakuan dosis

(24)

pupuk NPK berpengaruh sangat berpengaruh nyata dengan diameter bonggol tanaman, berat basah tajuk dan berat kering tajuk yaitu 25-50% dari dosis pupuk NPK. Adapun perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian dilaksanakan yaitu lokasi dan waktu penelitian, tanaman cabai rawit, parameter yang diamati vegetatif dan generatif, konsetrasi NPK dan POME yang digunakan, tujuan penelitian mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit setelah aplikasi pupuk NPK dan limbah POME.

Menurut Surya (2019) Dengan judul Pengaruh Kompos Limbah Padat Dan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dan Pupuk NPK Terhadap Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Serapan Hara Bibit Kelapa Sawit Di Pembibitan Utama. Pada penelitian tersebut bertujuan Untuk mengevaluasi efek dari berbagai pengomposan rasio dosis pupuk LCPKS dan NPK untuk peningkatan dan serapan unsur hara N, P, K, Ca, Mg, bibit kelapa sawit umur 6 bulan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang faktor pertamanya jenis kompos dengan berbagai perbandingan LCPKS yaitu terdiri dari kontrol, TKKS : LCPKS (1 Kg : 0.6 Liter), TKKS : LCPKS (1 kg : 0,6 l), TKKS : LCPKS (1 kg : 1,3 l), TKKS : LCPKS (1 kg : 1,9 l) dan TKKS : LCPKS (1 kg : 2,6 l) sedangkan pada faktor kedua tingkat dosis pupuk NPK yaitu terdiri dari kontrol, 16 g per pokok, 35 g per pokok, 53 g per pokok, 71,5 g per pokok. Penelitian tersebut telah dilakukan pada Januari 2017 hingga Agustus 2017. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil penerapan kompos TKKS dengan berbagai jenis LCPKS 1 : 1.3, 1 : 1.9 dan 1 : 2,6 total N yang diinkubasi dalam tanah dapat ditingkatkan selama 1 bulan, dan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter bonggol tanaman, berat basah tajuk, berat kering tajuk dan sistem perakaran tajuk, kandungan nutrisi P daun, kandungan Ca daun dan penyerapan unsur hara tanaman (N, P, K, Ca, Mg).

Memberi dosis pupuk NPK sangat berpengaruh terhadap diameter tanaman punuk; berat basah tajuk, berat tajuk kering, kandungan Mg daun dan penyerapan

(25)

unsur hara tanaman (N, P, K, Ca, Mg). Interaksi proses kompos TKKS dengan variasi perbandingan dosis pupuk LCPKS dan NPK tidak berpengaruh nyata pertumbuhan dan nutrisi benih umur 6 bulan di persemaian primer. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian dilaksanakan yaitu lokasi dan waktu penelitian, pengamatan tanaman cabai rawit, parameter vegetatif dan generatif, dosis NPK dan POME yang digunakan, tujuan penelitian untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi cabai rawit setelah aplikasi pupuk NPK dan POME.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)

Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki peran besar dalam menghasilkan minyak nabati ataupun bahan bakar. Dengan semakin besarnya peran kelapa sawit seiring dengan meningkatnya luas areal perkebunanan kelapa sawit di Indonesia. Untuk keseluruhan Indonesia memiliki 14,858.30 ribu hektar perkebunan kelapa sawit pada 2020. Sedangkan pada Kalimantan Tengah luas lahan perkebunan kelapa sawit pada tahun 2018 memiliki 1,640.90 ribu hektar dan mengalami peningkatan pada tahun 2019 sebanyak 281.2 ribu hektar sehingga berjumlah 1,922.10 ribu hektar kemudian terjadi kembali pada tahun 2020 terdapatnya peningkatan luasan areal perkebunan kelapa sawit hingga 96.6 ribu hektar perkebunan kelapa sawit (Badan Pusat Statistik, 2020).

Pengolahan kelapa sawit dilakukan oleh Pabrik Pengolahan Sawit (PKS) menjadi CPO (Crude Palm Oil), maupun pengolahan bagian kernel menjadi minyak sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Indonesia yang merupakan penghasil kelapa sawit tentu besar potensi limbah sawit yang terproduksi secara tidak langsung. Secara umum buah kelapa sawit terdiri dari kulit paling luar, serabut, tempurung, dan kernel (inti sawit). Pengolahan bagian serabut dengan cara

(26)

mengesktraksi dapat menghasilkan minyak sawit inti atau Palm Kernel Oil (PKO) (Larasati dkk. 2016)

Menurut Siregar (2016) Limbah merupakan kotoran atau buangan dari komponen pencemaran yang terdiri dari zat, gas atau bahan yang tidak memiliki manfaat lagi oleh masyarakat namun industri kelapa sawit memiliki limbah yang dapat berguna bagi tanaman yaitu limbah cair dan limbah padat namun jika salah penempatan dalam jumlah besar limbah tersebut dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan polutan yang berbentuk cair berupa air dan minyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit dari proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dalam jumlah besar dan berpotensi terjadi pencemaran lingkungan (Rosmalinda dan Susanto, 2018).

Menurut Raharjo (2009) Pengelolaan limbah cair dengan sistem Land Application atau aplikasi lahan dengan memanfaatkan POME yang berasal dari pabrik kelapa sawit yang akan digunakan sebagai pupuk cair bagi tanaman sawit dalam satu areal perkebunan tempat Land Application. Dasarnya Land Application terdapat limbah cair kelapa sawit (POME) yang mengandung unsur hara tertentu.

Unsur-unsur itu terdiri dari Nitrogen, Phospor dan Kalium dengan jumlah yang cukup besar.

Dalam sistem ini pengelolaan POME menggunakan beberapa kolam limbah yang digunakan untuk mengelola limbah kemudian hasil yang akhir akan dimanfaatkan pada areal tanaman yang dapat dijadikan sebagai subtitusi pemupukan di lahan-lahan yang memiliki sistem pendistribusian (Nainggolan, 2011).

(27)

Limbah cair PKS yang dapat digunakan yaitu berasal dari Land Application.

Pada Land Application limbah cair akan diolah sedemikian rupa sehingga pH 6 – 9. Dengan komposisi limbah cair memiliki jumlah unsur hara yang banyak (N, P, K) dengan demikian limbah cair tersebut memiliki potensi yang baik untuk menurunkan tingkat penggunaan pupuk anorganik (Pulungan, 2017).

2.2.2 Pupuk Majemuk

Menurut Baharuddin (2016) Dalam budidaya tanaman penggunaan pupuk anorganik seperti pupuk NPK merupakan pupuk yang efektif digunakan dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pupuk NPK merupakan jenis pupuk buatan atau pupuk kimia baik dalam bentuk padat dan cair dengan kandungan kandungan Nitrogen, Fosfor dan Kalium. Kandungan unsur hara yang terkandung dalam pupuk NPK disesuaikan dengan jenis dan merek pupuk yang digunakan apabila pupuk tersebut adalah Phonska 15-15-15 maka kandungan hara yang terdapat dalam pupuk tersebut yaitu 15% Nitrogen (N), 15% Fosfor (P2O5), 15% Kalium (K2O) dengan tambahan 10 % Sulfur (S) dan 2000 ppm Seng (Zn), namun jika pupuk tersebut merupakan pupuk Mutiara terdapat kandungan 16% Nitrogen (N), 16% Fosfor (P2O5), 16% Kalium (K2O) dengan tambahan 0,5%

Magnesium (MGO) dan 6% Kalsium (CaO) (Amiroh dkk, 2018).

Menurut Efendi dkk (2017) Adapun Fungsi dari NPK Mutiara 16-16-16 untuk tanaman antara lain Nitrogen (N) yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan terkhusus pada batang, cabang, dan daun tanaman yang berperan dalam terbentuknya zat hijau daun yang merupakan hal yang dibutuhkan dalam kegiatan berfotosintetis, pembentukan protein, lemak, dan persenyawaan organik, kemudian Fosfor (P2O5) berfungsi sebagai peransang pertumbuhan akar terkhusus akar benih dan tanaman muda, sebagai bahan mentah untuk pembentukan protein tertentu, membantu asimilasi dan pernafasan,

(28)

mempercepat pembungaan dan pemasakan biji buah, kemudian yang terakhir Kalium (K2O) berfungsi dalam membantu terbentuknya protein dan karbohidrat, memperkuat daun, bunga serta buah agar tidak mudah gugur dan unsur Kalium juga dapat menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi situasi kekeringan dan penyakit.

2.2.3 Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Zulfadhli (2012) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan gerakan perusahaan untuk meberikan citra yang baik dengan cara bertanggung jawab terhadap pihak-pihak yang berkepentingan ataupun masyarakat sekitar untuk dapat menciptakan keharmonisan baiik antara perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat untuk kelancaran dalam menjalankan bisnis.

Menurut Marthin dkk (2017) Substansi keberadaan Prinsip Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan bagi Perusahaan (Corporate Social Responsibility;

selanjutnya disebut CSR) merupakan kegiatan yang memperlihatkan kemampuan perusahan dalam beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang berkaitan dengannya, baik dalam ruang lingkup lokal, nasional maupun internasional. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh perusahaan hal ini sesuai dengan Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan social dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya.

Menurut Wardie dkk (2017) Perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan perlu memiliki prinsip utama dalam perusahaannya yaitu melindungi dan

(29)

memperbaiki lingkungan alam (environmentally sound), layak secara ekonomi (economically viable) dan dapat diterima secara sosial (socially accepted). Dan Corporate Social Responsibility (CSR) termasuk dalam salah satu program yang berasal dari prinsip socially accepted oleh perusahan terhadap masyarakat.

Menurut Heriyanto dkk (2016) Terdapat SOP untuk mengajukan program CSR yakni SOP yang disusun oleh perusahaan untuk semua jenis program CSR antara lain :

1. Pengembangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat (community development and community empowerment),

2. Hubungan kemasyarakatan (community relation) 3. Berbentuk bantuan (charity)

4. Pelayanan masyarakat (community services).

Dengan penetapan SOP yang jelas akan membeerikan panduan kepada kelompok sasaran untuk bisa mengikuti sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2.2.4 Tanaman Cabai Rawit

1. Klasifiikasi Tanaman Cabai Rawit

Menurut Rukmana dan Yudirachman (2017) Cabai termasuk dalam golongan tanaman semusim dengan cara bertumbuh perdu, memiliki batang yang berkayu, berdiri tegak, memiliki tajuk yang lebar dan memiliki cabang banyak. Tanaman cabai rawit dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan bunga)

(30)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua, dikotil) Sub Kelas : Asterindae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (Suku terung-terungan) Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum frutrescens L.

Selain itu terdapat 20 - 30 spesies yang termasuk dalam genus Capsicum yang terdiri dari lima spesies yang telah dibudidayakan yaitu C.baccatum, C.

annuum, C. Chinese, C. pubescens dan C. frutrescens. Dari antara lima spesies tersebut terdapat beberapa spesies yang memiliki potensi ekonomi diantaranya adalah C. annuum dan C. frutrescens yang mana kedua spesies ini sering dibudidayakan oleh masyarakat luas baik dalam maupun luar negeri. Sedangkan spesies lain seperti C.baccatum dan C. Chinese wilayah penanaman hanya sebatas di daerah Amerika Selatan. Kemudian C. pubescens memiliki peminat diaderah tertentu dikarenakan spesies tersebut biasanya tumbuh di dataran tinggi dengan cara mengkonsumsi spesies ini pada saat buah masih muda dan masih berwarna hijau tua. Pada saat ini difokuskan pada cabai rawit.

Menurut Abidin dkk. (2021) Adapun struktur morfologi dari tanaman cabai terdiri pada akar, batang, cabang, daun, bunga, buah dan biji. Karakteristik morfologi tanaman cabai antara lain sebagai berikut :

a. Batang

Batang adalah bagian yang penting pada pertumbuhan yang berada dipermukaan tanah. Batang menjadi penting dikarenakan batang yang mendukung bagian lain dari tanaman seperti daun, bunga, serta buah dan juga sebagai bagian pembentuk dan menyangga daun. Batang juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai tempat penyaluran air dan mineral dari daun keseluruh bagian tubuh tanaman. Batang merupakan bagian yang terus berkembang tinggi sampai

(31)

pada ketinggian tertentu disesuaikan dengan varietas cabai. Kemudian membentuk cabang hal ini menyebabkan tanaman cabai semakin berkembang namun tidak mampu menyangga buah yang banyak dan dapat menyebabkan tanaman roboh, sehingga dibutuhkan perawatan khusus dengan cara memberikan penyangga batang.

b. Daun.

Setiap cabai memiliki bentuk daun yang berbeda-beda disesuaikan dengan spesies dan jenis varietas yang ditanam. Bentuk daun cabai terdiri dari lonjong, bulat dan lanset. Pada permukaan bagian atas daun terdapat warna hijau muda, hijau kebiru-biruan, hijau tua, hingga hijau kehitaman. Sedangkan permukaaan bawah daun terdapat warna hijau, hijau pucat hingga hijau muda. Pada permukaan daun berbentuk halus dan terkadang sedikit berkerut.

c. Akar

Cabai memiliki sistem perakaran serabut dengan cabang akar banyak serta serabut pada permukaannya. Perakaran tanaman terdapat bintil akar yang dihasilkan dari simbiosis unsur N dengan sebagian mikroorganisme. Perakaran tanaman hanya dapat menembus tanah dangkal dengan kedalaman 20 cm – 40 cm. Meskipun tanaman tidak memiliki akar tunggang namun sebagian akar berkembang kearah bawah sehingga membentuk akar tunggang semu.

d. Bunga

Bunga tanaman cabai memiliki bentuk yang hampir mendekati dengan bentuk bintang dan cenderung tumbuh pada ketiak daun. Cara tumbuh bunga tanaman cabai biasanya tumbuh tunggal dan bergerombol. Dalam satu tandan bunga umumnya memiliki 2 – 3 bunga dengan mahkota bunga dari tanaman cabai berwarna putih, putih kehijauan dan ungu yang memiliki 4 – 6 kelopak bunga.

Diameter bunga diantara 5 – 20 mm. Bunga tanaman mbngerupakan bunga sempurna, dikarenakan dalam satu bunga terdapat bunga jantan dan betina.

(32)

e. Biji

Cabai memiliki biji dengan ukuran yang cukup kecil dan berbentuk bulat pipih berwarna krem. Dalam satu buah cabai terdapat biji yang cukup banyak dan melekat pada plasenta yang berwarna putih. Biji cabai memiliki rasa sangat pedas dan pada umumnya cabai memiliki rasa lebih pedas apabila biji cabai tipe liar atau yang tidak dibudidayakan. Diameter biji cabai diantara 1 mm – 3 mm dengan ketebalan 1 mm – 1 mm. cabai memiliki biji yang tidak beraturan hampir menyerupai bentuk oktagon. Di Indonesia memiliki rasa pedas dengan level yang bervariasi disesuaikan varietasnya masing-masing.

2. Syarat Tumbuh

Menurut Rukmana dan Yudirachman (2017) Secara umum kondisi agroteknologi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merupakan ketinggian tempat dari permukaan laut (dpl), iklim dan tanah yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Tinggi tempat (Elevasi)

Daerah dengan dataran rendah, menengah (medium) dan tinggi sampai ketinggian 1.400 mdpl dengan memperhatikan karakteristik varietas cabai yang digunakan. Tanaman cabai yang dibudidayakan pada dataran tinggi cenderung memiliki pertumbuhan yang cukup lambat.

b. Suhu dan kelembapan udara

Pada pertumbuhan tanaman cabai membutuhkan suhu udara diantara 25 – 27 ºC pada siang hari dan dibutuhkan udara diantara 18 – 20 ºC pada malam hari. Jika suhu malam < 16 ºC dan pada siang hari > 32 ºC hal tersebut dapat menggagalkan pembuahan. Suhu tinggi dengan kelembapan udara (rH) yang rendah dapat menyebabkan terjadinya traspirasi yang berlebihan sehingga menyebabkan kekurangan air pada tanaman cabai. Hal ini mengakibatkan bunga dan buah cabai stadium muda gugur. Tanaman cabai hanya memiliki toleran

(33)

terhadap kelembapan udara berkisar (rH) 70 – 80% dengan sirkulasi udara yang lancar.

c. Sinar Matahari

Sinar matahari merupakan hal terpenting sejak pertumbuhan bibit hingga dalam kegiatan produksi tanaman cabai. Pada intensitas yang tinggi dengan waktu yang cukup lama, masa pembungaan cabai menjadi lebih cepat terjadi dan proses pematangan buah cabai menjadi lebih singkat. Selama pertumbuhan tanaman cabai membutuhkan waktu penyinaran diantara 10 – 12 jam sehari.

Pembungaan tanaman cabai tidak memiliki hubungan dengan panjangnya hari hal ini dikarenakan tanaman cabai merupakan tanaman yang berhari netral, artinya dapat berbunga sepanjang tahun, baik itu hari yang pendek maupun hari yang panjang.

d. Curah Hujan

Daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi atau iklim basah tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai hal ini dikarenakan dengan kondisi tersebut tanaman mudah terserang penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan sehingga dapat menyebabkan bungga gugur dan buah membusuk. Curah hujan yang cocok untuk tanaman cabai bertumbuh yaitu sekitar 600 – 1.250 mm per tahun.

e. Angin

Angin yang berpengaruh tanaman baik dari segi pertumbuhan maupun produksi adalah angin yang bertiup pelan (sepoi-sepoi). Angin dengan kekuatan kencang dapat merugikan dan merusak bentuk tanaman, kerusakan yang terjadi diperkirakan cabang-cabang patah, daun berantakan dan peyerbukan tanaman akan terganggu bahakan rontok.

(34)

f. Tanah

Hal yang terpenting dalam penentuan jenis tanah untuk budidaya cabai antara lain sebagai berikut :

1) Tanah gembur, subur, remah, mengandung cukup bahan organik (sekurang-kurangnya 1,5), unsur hara dan air, drainase dan aerasi tanah cukup baik, air yang tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai. Kelembapan tanah dalam keadaan kapasitas lapang dan lembab namun tidak becek dengan temperature tanah diantara 24 – 30 ºC namun jika temperature tanah rendah hal ini dapat menghambat pengambilan unsur hara oleh tanaman.

2) Tingkat keasaman tanah yang sesuai untuk tanaman cabai berkisar pH 6 – 7. Keasaman (pH) tanah mempengaruhi ketersedian unsur hara yang terdapat dalam tanah bagi tanaman. Pada pH netral (6,5 – 7,5) unsur – unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang cukup banyak (optimal). Pada pH < 6,0 ketersediaan hara seperti P, K, Ca, S dan Mo dapat menurun dengan cepat. Sedangkan apabila pH > 8 ketersediaan hara seperti N, Fe, Bo, Cu, dan Zn relatif sedikit. Pada tanah yang masam tersebut perlu adanya penanganan dengan cara pemberian pengapuran misalnya Kaptan atau Dolomit dengan dosis 1 – 2 t/ha untuk dapat meningkatkan pH tanah dan memperbaiki unsur tanah. Pengapuran dilakukan pada rentan waktu 3 – 4 minggu sebelum tanam dengan cara pengaplikasian ditebarkan kapur secara merata pada permukaan tanah kemudian antara kapur dan tanah dilakukan pencampuran hingga rata.

3. Teknik Budidaya

Menurut Rukmana dan Yudirachman (2017) Teknik budidaya cabai rawit secara intensif meliputi aktivitas pokok sebagai berikut :

1. Persiapan Lahan

(35)

Persiapan lahan lakukan mulai dari kegiatan pembukaan awalan, pengolahan tanah, dan pembuatan bedengan. Tingkat kerumitan pada kegiatan pembukaan lahan tergantung dan disesuaikan dengan tanaman yang ditanam sebelumnya ataupun tumbuhan yang tumbuh pada lahan tersebut kemudian dilakukan langkah langkah pembukaan lahan seperlunya hingga lahan tersebut dapat digunakan atau ditanam kembali. Kemudian kegiatan pengolahan lahan dilakukan mulai dari pembuatan atau perbaikan drainase, aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan pengendalian gulma berupa perakaran tanaman atau tumbuhan yang tidak terbasmi pada kegiatan pembukaan lahan.

Sedangkan secara teknis persiapan lahan lebih kepada pengolahan tanah yang terdiri dari kegiatan pembajakan tanah, pengendalian gulma maupun sisa tanaman atau tumbuhan, pengrataan tanah, serta pembuatan bedengan dan drainase. Persiapan lahan yang dilakukan pada lahan tegalan atau lahan kering meliputi langkah kerja sebagai berikut

a) Pengolahan tanah dilakukan dengan kedalaman 30 – 40 cm hingga gembur.

b) Lahan dibersihkan dari gulma ataupun sisa tanaman ataupun tumbuhan sebelumnya.

c) Lahan dilakukan pemberaan atau dibiarkan selama 2 minggu untuk menghilangkan gas-gas beracun yang terdapat dalam tanah.

d) Bedengan dibentuk dengan ukuran lebar 1 – 1,2 m, tinggi 30 – 40 cm, jarak antar bedengan 30 cm sedangkan panjang bedengan bedengan disesuaikan dengan lahan tetapi tidak > 12 cm.

e) Pupuk kandang diberikan sebanyak 10 – 20 ton/hektar, kemudian dicampurkan dengan lapisan tanah paling atas hingga merata. Pupuk kandang dapat diberikan sebanyak 1 – 1,5 kg/lubang tanam. Dan bedengan diratakan untuk siap ditanam.

2. Persiapan Benih dan Bibit

(36)

Dengan menggunakan benih yang bermutu baik merupakan hal utama untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Benih cabai yang memiliki mutu baik memiliki peluang tumbuh tinggi (> 80%), vigor baik, murni, bersih dan sehat serta bebas dari Organisme Penganggu Tanaman (OPT). Benih cabai dapat diperoleh dari toko pertanian. Secara teknis persiapan benih dilakukan melalui beberapa langkah yaitu persiapan tempat persemaian, persemaian benih dan pemeliharaan bibit.

3. Penanaman

Pada kegiatan penanaman bibit cabai berkaitan dengan memnetukan waktu penanaman, sistem tanam dan cara tanam. Waktu tanam cabai dapat diseuaikan dengan tipe lahan dan lokasi penanaman, namun secara umum waktu tanam cabai rawit untuk lahan yang beririgasi teknis adalah pada akhir musim penghujan atau pada permulaan musim kemarau. Sistem penanaman cabai sangat bervariasi dikarenkan disesuaikan dengan jenis tanah dan ketinggian tempat. Penanaman bibit cabai baiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dikarenakan pada saat tersebut suhu udara tidak terlalu tinggi dan sinar matahari tidak terlalu terik. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 60 x 50 cm atau 60 x 70 cm.

4. Pemeliharaan Tanaman

1) Pengairan atau penyiraman. Cabai merupakan salah satu tanaman yang tidak mampu kekeringan namun juga tidak mampu hidup pada genangan air.

Tanaman cabai sangat membutuhkan air pada masa fase vegetatif cepat, pembungaan dan berbuah. apabila terjadi kekurangan pada fase tersebut dapat menyebabkan tanaman cabai kerdil, menurunkan hasil panen dan bahkan hingga gagal panen. Penyiraman dilakukan secara kontinu 1 – 2 kali sehari terutama pada musim kemarau.

(37)

2) Pemasangan ajir atau turus berfungsi sebagai penopang tanaman caba agar tetap kokoh, kuat dan tidak mudah rebah ketanah. Turus terbuat dari bervariasi bahan dengan ukuran tinggi 100 – 125 cm dan lebar 4 cm.

pemasangan turus ditancapkan tegak ataupun miring membentuk sudut 45º.

Untuk mencegah cabai roboh meski telah dipasang turus dengan mengikat tanaman cabai dengan turus menggunakan tali.

3) Pengendalian gulma. Gulma umumnya paling tinggi muncul pada saat tanaman berumur 30 – 60 HST hal ini menyebabkan terjadinya persaingan perolehan unsur hara antara tanaman dan gulma. Pengendalian gulma sangat disarankan pada saat tanaman berumur 30 HST, 60 HST dan 90 HST atau disesuaikan dengan intensitas perkembangan gulma.

4) Perampelan. Cabai umumnya bertunas banyak atau tumbuh diketiak-ketiak daun, tunas ini bukanlah tunas produktif yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan produksi buah tanaman. Tunas yang tidak produktif tersebut sebaiknya dirampel atau dibuang. Kegiatan perampelan sebaiknya dilakukan pada tanaman berumur 7 – 10 HST.

5) Pemupukan susulan. Setiap unsur hara memiliki peran spesifik dalam pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Dengan pemberian penambahan unsur hara dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai namun jika tanaman kelebihan ataupun kekurangan unsur hara juga dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. untuk tanaman cabai rawit pupuk susulan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 30 HST dengan jenis pupuk perhektare terdiri dari pupuk Urea 100 – 150 kg, SP-36 100 – 150 kg dan KCL 175 – 125 kg. Kemudian pemupukan susulan selanjutnya berupa pupuk buatan yang diencerkan 1,5 – 3 kg pupuk NPK dan per 100 liter airnya diberikan pada tanaman dengan interval pemberian

(38)

10 – 15 hari sekalidengan cara mengkocorkan 250 – 500 cc/tanaman menyesuaikan dengan pertumbuhan tanaman cabai.

6) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang diilakukan untuk tanaman cabai berdasarkan tingkat penyerangan OPT. Jika gangguan OPT dapat merugikan ekonomi cukup tinggi bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Pengendalian OPT juga menyesuaikan hama serta instensitas OPT yang menyerang. Dalam penetapan jenis OPT yang menyerang tanaman hal-hal yang perlu dilakukan yaitu dengan melihat gejala serangan OPT kemudian melihat kembali apakah itu merupakan hama ataupun penyakit setelah diketahui barulah ditentukan cara pengendalian yang tepat untuk mengendalikan serangan OPT tersebut.

7) Pemanenan adalah tahapan paling akhir dalam kegiatan budidaya tanaman dan juga sebagai faktor yang menetukan proses atau kegiatan yang harus dilakukan selanjutnya. Banyak hal yang meperngaruhi produksi cabai antara lain jenis atau varietas, lingkungan budidaya, tujuan pemasaran atau permintaan pasar. Adapun hal hal yang perlu diperhatikan pada saat pemanenan antara lain tingkat kematangan, jumlah buah, waktu pemanenan, teknik pemetikan dan penangan hasil petikan. Untuk tanaman cabai rawit pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 – 4 bulan HST tergantung varietas cabai yang dibudidaya. Kemudian pemanenan tanaman cabai selanjutnya dilakukan secara periodik 3 – 7 hari sekali.

2.2.5 Biaya Produksi

Menurut Yuniarta dan Purnawati (2021) Biaya produksi dapat di artikan sebagai pengeluaran yang digunakan oleh produsen agar dapat menemukan faktor produksi dari suatu budidaya tanaman. Dalam biaya produksi sangat memperhitungkan secara detail dikarenkan imbasnya berakibat sangat nyata

(39)

dalam menetukan harga produk yang dipasarkan. Petani biasanya menekan biaya yang digunakannya dalam budidaya tanpa mengurangi kualitas produknya, dengan meminimalkan biaya pengeluaran tersebut maka hasil atau laba akan secara otomatis menjadi lebih besar namun sebagai produsen tidak bisa dengan semerta merta mengambil keuntungan besar hal ini karena produsen juga harus mengikuti harga pasar dan memperhitungkan pesaing yang memproduksi produk yang sama dan konsumen. Adapun jenis jenis biaya produksi antara lain :

1. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost/TFC) merupakan biaya keseluruhan pengeluaran oleh produsen untuk mendapatkan factor produksi (input) yang jumlahnya tidak bisa diubah. Besarnya TFC tidak mempengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah yang diproduksi. Meski tidak ada kegiatan produksi maupun adanya kegiatan produksi sebagai seorang produsen tetap mengeluarkan TFC.

2. Biaya Berubah Total (Total Variable Cost/TVC) merupakan seluruh biaya yang dibelanjakan oleh produsen untuk mendapatkan jumlah faktor produksi (input) tertentu yang dibutuhkan oleh produsen dan jumlahnya dapat diubah.

Terdapat beberapa contoh dari biaya ini yaitu tenaga kerja bagian produksi yang mana besarnya tergantung banyaknya tenaga kerja yang digunakan, biaya bahan baku besarnya dipengaruhi oleh banyaknya bahan baku yang selama produksi digunakan, ataupun biaya listrik jika digunakan. Semakin banyak produksi dann penggunaan mesin maka semakin besar juga TVC.

3. Biaya Total (Total Cost/TC) merupakan biaya produksi secara keseluruhan yang pengeluaaran produsen dalam menghasilkan produk tertentu yang diinginkannya. Biaya total dapat diperoleh dengan menjumlah biaya tetap total (Total Fixed Cost/TFC) dan biaya berubah total (Total Variable Cost/TVC).

Biaya total juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :

(40)

TC = FC + VC

Keterangan :

TC : Biaya Total (Total Cost) FC : Biaya Tetap (Fixed Cost) VC : Biaya Variabel(Variable Cost)

2.2.6 Analisa Penerimaan Total (Total Revenue)

Menurut Sari dkk (2019) Penerimaan berupa hasil dari suatu perkalian jumlah produksi dan harga. Dalam usaha tani yang mempengaruhi tingkatan dan besar kecilnya permintaan suatu produk yaitu jumlah produksi dan harga produk tersebut. Jika suatu produksi serta tingginya harga maka penerimaan yang didapat oleh petani menjadi semakin banyak sebaliknya jika produksi dan harga rendah maka penerimaan yang didapat oleh petani pun menjadi rendah. Untuk mengetahui besarnya tingkat penerimaan digunakan rumus:

TR= P . Q

Keterangan :

P : Harga (Price)

Q : Jumlah barang yang dihasilkan (Quality)

2.2.7 Analisa Pendapatan

Menurut Sari dkk (2019) Pendapatan adalah selisih antara total pendapatan dikurangi total biaya yang dikeluarkan dihasilkan oleh petani di lahan pertanian.

Maka untuk pendapatan yang lebih tinggi ataupun lebih rendah dalam suatu kegiatan pertanian mendapat pengaruh dari pendapatan dan pengeluaran baik rendah maupun tingginya biaya pengeluaran. untuk menemukan jumlah pendapatan yang diperoleh dalam memproduksi suatu produk adalah rumus :

(41)

π = TR - TC

Keterangan :

π : Pendapatan (Profit)

TR : Total Penerimaan (Total Review)

TC : Total Biaya (Total Cost)

2.2.8 Analisa R/C Ratio

Menurut Marissa (2010) Pada tingkat pendapatan usaha dapat diukur dengan suatu analisis R/C ratio dengan dasar perhitungan secara finansial. Pada R/C ratio dapat dilihat besar suatu penerimaan usaha yang diperoleh pengusaha pada setiap pengeluaran yang dilakukan untuk keberlangsungan kegiatan usahanya. Pada konsepnya jika R/C ratio mengalami peningkatan maka penerimaan juga menjadi meningkat. Suatu usaha dapat berjalan dengan layak apabila R/C ratio bernilai lebih besar dari 1 (R/C >1) sehingga dapat artikan pada setiap penambahan biaya pengeluaran selama kegiatan usaha menghasilkan penambahan penerimaan, namun apabila R/C ratio memiliki nilai kurang dari 1 (R/C <1) maka tambahan biaya pengeluaran menghasilkan keuntungan kecil atau dapat dikatakan sebagai kerugian biaya usaha dan dapat dianalisis dengan menggunakan rumus:

R

C𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =TR TC

Keterangan :

TR : Penerimaan Total (Total Revenue) TC : Biaya Total (Total Cost)

(42)

2.2.9 Analisa B/C Ratio

Menurut Ruswaji (2018) Rasio B/C (rasio biaya/penghasilan) adalah mengukur perbandingan antara pendapatan (Bunga = B) dengan Total Biaya produksi (Harga = C). Dalam batas dapatkah besar B/C untuk mengetahui bisnis tersebut merupakan bisnis atau usaha yang menguntungkan atau tidak berguna dalam memperoleh keuntungan.

B

C𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = π TC

Keterangan :

𝜋 : Pendapatan Bersih (Profit) TC : Biaya Total (Total Cost) B : Bunga

C : Harga

Sebagai rasio B/C > 0 usaha tersebut layak, namun B/C indeks <0, usaha tidak layak untuk dilanjutkan tanpa perubahan atau merugi.

2.2.10 Analisa Break Even Point (BEP)

Menurut Wiryanta dkk (2002) Analisis Break Even Point (BEP) berfungsi untuk serta titik impas perusahaan. BEP adalah titik di mana biaya dan penerimaan bersatu, dimana perkebunan tebu tidak mengalami kerugian atau keuntungan.

BEP dibagi menjadi dua bagian, yaitu BEP volume dan BEP harga. BEP volume bekerja membagi biaya produksi dalam kegiatan usaha di bidang pertanian dengan harga jual produk. Sedangkan BEP Harga bekerja membagi jumlah biaya pengeluaran dengan total produk yang diproduksi dalam hal ini yaitu cabai rawit atau dapat di rumuskan sebagai berikut :

BEP Volume = Biaya Total Harga Penjualan

(43)

BEP Harga = Biaya Total Total Produksi

2.2.11 Penyuluhan

Menurut UU SP2K Nomor 16/2006 menyatakan bahwa “penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraanya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”.

Menurut Budi (2018) Penyuluhan pertanian adalah penyampaian penelitian ilmiah serta pengetahuan agar dapat diprakatikan kembali oleh petani. Penyuluhan juga berguna dalam pemindahan penelitian yang berawal dari laboratorium ke lapangan serta pengembalian memastikan investasi dalam kegiatan penelitian dengan menerjemahkan pegetahuan baru dalam praktik inovatif. Dalam hal ini penyuluhan tidak hanya dilakukan oleh penyuluh namun setiap orang dapat menyuluhkan sesuatu selama hal tersebut merupakan fakta atau kebenaran serta tepat sasaran. Penyuluhan merupakan pendidikan yang non formal yang diberikan oleh seorang yang menyuluh kepada sasaran (petani) dengan menggunakan sistem komunikasi yang baik dan benar serta pendekatan yang sesuai dengan tujuan dari penyuluhan tersebut.

1. Identifikasi Potensi Wilayah

Berdasarkan Sutisna (2019) Identifikasi potensi wilayah dikembangkan sebagai acuan bagi penyuluh untuk melakukan kegiatan penyuluhan, bersama kelompok tani, kelompok usaha dan lain-lain menggunakan metode dan bahan untuk merancang dan memperluas program yang akan dilaksanakan.

(44)

Menurut Meo (2021) Terdapat data yang mendukung dalam mengelola suatu tani yaitu terdiri dari beberapa data antara lain data monografi desa, data penerapan teknologi budidaya yang menjadi kebiasaan petani, data komoditas pertanian yang dibudidayakan oleh petani. Adapun data informasi yang dapat dikumpulkan serta dilakukan analisis antara lain :

a. Data primer yang merupakan data yang dapat diperoleh dari wawancara bersama dengan petani ataupun masyarakat yang masih memiliki keterkaitan dengan bidang pertanian.

b. Data sekunder yang merupakan data yang berasal dari Balai Desa, Programa milik penyuluh pertanian sesuai tempat wilayah Desa/Kelurahan dan petugas dinas yang berkaitan dengan lingkup pertanian.

2. Tujuan Penyuluhan

Menurut Undang Undang SP3K tujuan penyuluhan pertanian adalah memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi. Tujuan harus ditetapkan dengan menggunakan unsur-unsur SMART:

a. Specific (khusus), kegiatan penyuluhan pertanian harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan khusus.

b. Measurable (dapat diukur), bahwa kegiatan penyuluhan harus mempunyai tujuan khusus yang dapat diukur.

c. Actionary (dapat dikerjakan/dilakukan) yaitu tujuan kegiatan penyuluhan itu harus mampu untuk dicapai oleh sasaran.

d. Realistic (realistis), bahwa tujuan yang ingin dicapai harus masuk akal dan tidak berlebihan, sehingga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta/petani.

(45)

e. Time frame (memiliki batasan waktu untuk mencapai tujuan), ini berarti bahwa dalam waktu yang telah ditetapkan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan penyuluhan ini harus dapat dipenuhi oleh setiap peserta/petani.

Menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah :

a. Audience (khalayak sasaran), yaitu tujuan ditetapkan harus mengarah khalayak sasaran penyuluhan.

b. Behaviour (perubahan perilaku yang dikehendaki), yaitu tujuan yang ditetapkan harus pada perubahan perilaku yang dikehendaki.

c. Condition (kondisi yang akan dicapai), yaitu tujuan yang ditetapkan harus disesuaikan dengan kondisi yang akan dicapai.

d. Degree (derajat kondisi yang akan dicapai), yaitu tujuan ditetapkan berdasarkan derajat kondisi yang akan dicapai.

3. Sasaran Penyuluhan

UU Nomor 16 Tahun 2006, tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, BAB III pasal 5, mengatakan bahwa sasaran penyuluhan pertanian adalah :

1. Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara.

2. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha.

3. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan,, dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.

Menurut Gitosaputro dan Listiana (2018) Sasaran merupakan petani ataupun kelompok tani yang berperan sebagai objek ataupun subjek dalam kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu adsorben yang digunakan untuk menurunkan kadar pH, COD, dan BOD Palm Oil Mill Effluent adalah menggunakan karbon aktif komposit berbasis cangkang sawit

Desa Tolite Jaya kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara komoditi cabai rawit dan tomat salah satu tanaman pangan yang di usahakan oleh petani selain

badan usaha yang saya wakili tidak masuk dalam Daftar Hitam, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit atau kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan;. salah satu dan/atau

Pemanfaatan limbah cair (POME) dari proses produksi biodiesel kelapa sawit merupakan salah satu inovasi teknologi untuk meningkatkan nilai produk dari kelapa sawit

Skripsi yang berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai ( Capsicum annuum L.) di Lahan Bekas Tambang Timah Dengan Penambahan Pupuk Hayati” merupakan salah satu

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,